Periode
Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara
mtm yoy ytd avg yoy1
0,01% 0,78% -0,93% 6,83%
Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur
Memasuki bulan November 2016, tekanan inflasi diproyeksikan meningkat dipengaruhi kondisi cuaca dan tekanan permintaan jelang akhir tahun. Curah hujan yang tinggi diperkirakan memberi pengaruh pada pergerakan harga tomat sayur dan cabai rawit. Kondisi tersebut tercermin dari pergerakan harga kedua komoditas tersebut yang mulai merangkak naik di akhir Oktober 2016. Sementara itu, sesuai pola historisnya, tekanan permintaan juga diperkirakan mulai meningkat pada November yang akan memberikan dampak bagi pergerakan inflasi inti. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, maka tekanan inflasi November diperkirakan cukup tinggi atau berada di level 0,63% (mtm). Sementara itu, pada akhir tahun 2016 level inflasi Sulut diperkirakan berada di rentang 1,3% - 1,7% (yoy). Semakin baiknya upaya pengendalian inflasi, lebih terkendalinya harga komoditas bumbu-bumbuan, serta minimnya tekanan pada kelompok administered prices menyebabkan inflasi Sulut pada tahun 2016 diperkirakan berada di level yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Upaya pengendalian inflasi terus dilakukan secara optimal melalui berbagai kegiatan dan forum pembahasan bersama dengan TPID baik di level Provinsi maupun Kab/Kota. Pada Oktober 2016, Bank Indonesia bersama dengan TPID Provinsi dan Kab/Kota telah menyepakati Roadmap pengendalian inflasi Sulawesi Utara 2016-2019 dengan ditandatanganinya Roadmap tersebut oleh Ketua TPID Sulut (Sekretaris Provinsi) dan Pembina TPID Sulut (Gubernur Sulawesi Utara). Hal tersebut tentunya sangat positif sebagai acuan upaya pengendalian harga di Sulawesi Utara ke depan dengan sinergitas yang semakin baik. Di sisi lain, upaya pengendalian inflasi akhir tahun terus diupayakan melaui Gerakan Rica Rumah serta perencanaan pelaksanaan Operasi Pasar dan Sidak Pasar yang bekerja sama dengan aparat penegak hukum.
Cakalang
2015 Okt
Inflasi Sulawesi Utara yang diwakili Kota Manado pada Oktober 2016 tercatat relatif stabil dengan angka inflasi sebesar 0,01% (mtm). Dengan demikian inflasi Sulut secara tahunan tercatat sebesar 0,78% (yoy) atau berada pada level yang lebih rendah dibandingkan Nasional yang tercatat sebesar 3,31% (yoy). Terkendalinya inflasi Oktober dipengaruhi oleh terkoreksinya harga kelompok volatile food di tengah tekanan inflasi kelompok administered prices dan kelompok inti yang relatif moderat. Koreksi harga pada kelompok volatile food dipengaruhi oleh koreksi harga komoditas bawang merah seiring panen raya di daerah penghasil di Jawa Tengah. Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh kenaikkan tarif listrik dan angkutan udara , sementara tekanan inflasi inti relatif minim sejalan dengan tingkat permintaan domestik yang belum kuat.
2016 Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep Realisasi
IHK, % yoy IHK, % mtm
1 2
9.42
4.90
3.93
3.09
3.67
3.47
3.62
2.28
0.78
1.49
-0.03
-0.87
0.14
1.06
0.84
-0.38
-0.68
0.01
Rata-rata 3 tahun Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada bulan Oktober 2016
Okt SPH2
-0.27
Proy.
Nov Proy
2016 Proy.
1.42
1.50
0.63
1.82 (Des)
Periode
2
Okt-16
%, mtm
Rata-Rata Okt 3 thn
1.5 1 0.5 0 -0.5 -1
IHK
VF
Core
Grafik 1. Inflasi Aktual Vs Historis
Adm.Price Grafik 2. Disagregasi Inflasi Sulut (Sumb.YoY)
1. Secara bulanan, inflasi IHK tercatat sebesar 0,01% (mtm), lebih rendah dibandingkan perkiraan awal yang sebesar 0,62%, maupun dibandingkan dengan data historisnya selama tiga tahun terakhir yang sebesar 0,6%. Realisasi inflasi tersebut menyebabkan secara tahunan inflasi tercatat sebesar 0,78% (yoy). Terkendalinya inflasi Oktober dipengaruhi oleh terkoreksinya harga kelompok volatile food di tengah tekanan inflasi kelompok administered prices dan kelompok inti yang relatif moderat. Koreksi harga pada kelompok volatile food dipengaruhi oleh koreksi harga komoditas bawang merah seiring panen raya di daerah penghasil di Jawa Tengah. Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh kenaikkan tarif listrik dan angkutan udara , sementara tekanan inflasi inti relatif minim sejalan dengan tingkat permintaan domestik yang belum kuat.
Tekanan inflasi kelompok volatile food (VF) mengalami penurunan, dipengaruhi oleh penurunan harga pada komoditas bawang merah, tomat sayur dan daging ayam ras. Panen raya bawang merah di daerah penghasil di Jawa seperti Brebes, Majalengka dan Nganjuk mendorong harga bawang merah mengalami koreksi seiring dengan cukup melimpahnya pasokan. Kondisi pergerakan harga bawang merah tersebut sejalan dengan yang terjadi pada level Nasional. Di sisi lain, harga rata-rata tomat sayur juga masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya meski pada akhir Oktober mulai menunjukkan peningkatan. Di sisi lain, peningkatan harga beras dan cabai rawit menjadi faktor penahan laju deflasi pada kelompok volatile food lebih lanjut. Berdasarkan FGD dengan pelaku usaha, harga cabai rawit mulai meningkat seiring keterbatasan pasokan mengingat masuknya masa tanam di daerah penghasil di luar Sulut. Pergerakan harga beras juga mengalami sedikit peningkatan jelang masuknya masa panen pada November dan Desember 2016.
Tekanan inflasi kelompok inti sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, sejalan dengan belum kuatnya permintaan domestik. Rendahnya tekanan inflasi inti juga dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas internasional seperti emas, apresiasi nilai tukar rupiah dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Apresiasi nilai tukar rupiah memberi dampak pada penurunan harga gula pasir yang meng-offset dampak kenaikkan harga gula internasional. Di sisi lain, inflasi inti non traded juga tercatat masih rendah seiring belum adanya faktor pendorong permintaan domestik pada Oktober.
Tekanan inflasi kelompok administered prices meningkat, dipengaruhi peningkatan harga tarif listrik dan angkutan udara. Peningkatan tarif listrik Oktober dipengaruhi oleh peningkatan harga minyak dan depresiasi Rupiah pada Agustus 2016. Sementara itu, meningkatnya pariwisata daerah dan maraknya penyelenggaraan MICE pada Oktober memberi pengaruh pada peningkatan permintaan komoditas angkutan udara.
Periode
Ekspektasi inflasi cenderung meningkat khususnya di akhir tahun. Ekspektasi inflasi konsumen 3 bulan dan 6 bulan ke depan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ekspektasi inflasi konsumen terkait perayaan hari besar keagamaan Natal dan Tahun Baru 2017. Sebagaimana pola historisnya tekanan harga memang pada umumnya meningkat pada akhir tahun seiring lonjakan permintaan masyarakat baik terhadap komoditas pangan maupun non pangan.
2. Inflasi bulanan pada triwulan IV diproyeksikan meningkat sesuai dengan pola historisnya. Meskipun pencapaian inflasi Oktober cukup terkendali, tekanan inflasi diperkirakan meningkat memasuki November dan Desember. Namun demikian, pencapian inflasi secara tahunan diproyeksikan tetap lebih rendah dibandingkan triwulan III 2016, dipengaruhi relatif stabilnya harga komoditas bumbu-bumbuan di sepanjang tahun, minimnya tekanan pada kelompok administered prices serta adanya faktor based effect. Secara tahun kalender, sampai dengan periode Oktober inflasi year to date Sulawesi Utara tercatat sebesar -0,93%. Angka inflasi year to date Sulawesi Utara pada periode laporan tercatat sebagai yang terendah di banding Provinsi lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal tersebut dipandang positif karena koreksi harga mayoritas terjadi pada kelompok VF yang memang menjadi fokus pengendalian inflasi di tahun 2016. Sementara, inflasi inti relatif stabil di tengah perekonomian Sulut yang diperkirakan semakin membaik memasuki paruh ke dua tahun 2016. 3. Pada Oktober 2016, TPID Sulut bersama dengan TPID Kab/Kota telah menyepakati Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara periode 2016-2019. Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara disusun untuk menjadi acuan upaya pengendalian inflasi di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, sekaligus mensinergikan berbagai kebijakan dalam mengawal pencapaian sasaran inflasi Sulawesi Utara maupun Nasional. Roadmap Pengendalian Inflasi ini diharapkan dapat membuahkan hasil yang positif, disertai dengan langkah-langkah nyata, koordinatif dan berkesinambungan, baik di ruang lingkup Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Di sisi lain, TPID Sulut terus memfokuskan upaya pengendalian harga jelang akhir tahun melalui komunikasi ekspektasi, mendorong suksesnya Gerakan Rica Rumah, serta terus mendorong terealisasinya Toko TPID dan pembangunan Pasar Provinsi yang dikelola oleh BUMD. 4. Mencermati perkembangan inflasi terkini dan beberapa indikator harga, inflasi pada bulan November 2016 diperkirakan meningkat. Bulan November diperkirakan akan mengalami inflasi sebesar 0,63% (mtm), sehingga tingkat inflasi tahunan November diperkirakan berada di kisaran 1,42% (yoy). Tekanan inflasi diproyeksikan meningkat dipengaruhi kondisi cuaca dan tekanan permintaan jelang akhir tahun. Curah hujan yang tinggi diperkirakan memberi pengaruh pada pergerakan harga tomat sayur dan cabai rawit. Kondisi tersebut tercermin dari pergerakan harga kedua komoditas tersebut yang mulai merangkak naik di akhir Oktober 2016. Sementara itu, sesuai pola historisnya, tekanan permintaan juga diperkirakan mulai meningkat pada November yang akan memberikan dampak bagi pergerakan inflasi kelompok inti. 5. Prospek inflasi IHK di tahun 2016 diperkirakan terkendali pada rentang 1,3% - 1,7% (yoy). Namun, potensi gangguan porduksi dan distribusi pangan akibat fenomena cuaca perlu terus diwaspadai. Risiko lonjakan harga di akhir tahun perlu terus dimitigasi dengan koordinasi dan sinergitas yang semakin baik antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah maupun stakeholders terkait lainnya di dalam wadah TPID, baik level Provinsi maupun Kab/Kota.
Periode
LAMPIRAN INDIKATOR INFLASI Tabel 1. Inflasi 2015 Okt
2016 Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep Realisasi
IHK, % yoy IHK, % mtm
9.42
4.90
3.93
3.09
3.67
3.47
3.62
2.28
0.78
1.49
-0.03
-0.87
0.14
1.06
0.84
-0.38
-0.68
0.01
Okt SPH3
-0.27
Proy.
Nov Proy
2016 Proy.
1.42
1.50
0.63
1.82 (Des)
Tabel 2. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi & Deflasi Inflasi Komoditi Kontribusi (%mtm) TARIP LISTRIK 0.07 BERAS 0.07 CABAI RAWIT 0.05 ANGKUTAN UDARA 0.04 OBAT DENGAN RESEP 0.02 CAKALANG/SISIK 0.02 SURAT KABAR HARIAN 0.02 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 0.02 JERUK NIPIS/LIMAU 0.02 PISANG 0.01
3
Deflasi Komoditi BAWANG MERAH TOMAT SAYUR GULA PASIR BAWANG PUTIH BIJI NANGKA / KUNIRAN EMAS PERHIASAN ANGGUR DAGING AYAM RAS WORTEL TARIP PULSA PONSEL
Kontribusi (%mtm) -0.22 -0.03 -0.02 -0.02 -0.01 -0.01 -0.01 -0.01 -0.01 -0.01
Grafik 1. Perkembangan Inflasi Bulanan
Grafik 2. Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 3. Perkembangan Harga Cabai Rawit
Grafik 4. Perkembangan Harga Tomat Sayur
Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada minggu V bulan September 2016
Periode
Grafik 5. Perkembangan Harga Bawang Merah
Grafik 6. Perkembangan Harga Beras 150
400
140
350
130 300
120 250
110 200
100 90
150 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2015 Indeks Keyakinan Konsumen
2
3
4
5
6
7
8
9 10
2016 Indeks Riil Penjualan (sb.kanan)
Grafik 7. Perkembangan Harga Gula Pasir
Grafik 8. Indeks Keyakinan Konsumen & Indeks Penjualan Riil
Grafik 9. Kredit Konsumsi & Inflasi Inti
Grafik 10. Arus Bongkar Muat Pelabuhan
80,000
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
70,000
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000
10,000
Desember
Nopember
Oktober
Agustus
September
Juli
Mei
Juni
April
Maret
Februari
Januari
-
Tahun 2016 Produksi (Ton)
Produksi Beras (Ton)
Grafik 10. Data Produksi Beras
Luas Panen (Ha)
Gambar 1. Peta Curah Hujan