Periode
Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara
mtm yoy ytd avg yoy1
-1,52% 0,35% 0,35% 7,11%
Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah
Cakalang
IHK, % yoy IHK, % mtm 1 2
Memasuki awal tahun 2017, tekanan inflasi diperkirakan relatif moderat dengan angka proyeksi sebesar 0,36% (mtm). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh normalisasi tingkat permintaan pasca mengalami lonjakan di akhir tahun 2016 yang akan memberi pengaruh pada penurunan harga di kelompok inti dan administered prices. Meski demikian, tekanan harga pada kelompok volatile food diperkirakan mengalami peningkatan setelah terkoreksi cukup dalam pada Desember 2016. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi curah hujan yang sangat tinggi memasuki awal tahun sehingga memberikan pengaruh pada pasokan komoditas strategis Sulut seperti cabai rawit dan komoditas hasil tangkapan laut. Berdasarkan survei Bank Indonesia Sulawesi Utara, harga cabai rawit terpantau mulai mengalami peningkatan cukup tinggi sejak minggu pertama tahun 2017. Selain itu, dampat cuaca buruk dan curah hujan tinggi juga menyebabkan nelayan sulit melaut sehingga harga komoditas hasil tangkapan laut diperkirakan mengalami peningkatan. Dengan memperhatikan perkembangan terakhir, inflasi Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 diperkirakan berada pada rentang 1,62% - 2,02% (yoy). Upaya pengendalian inflasi selama Desember terus dilakukan secara optimal baik oleh TPID Provinsi maupun TPID Kab/Kota. Rapat koordinasi TPID SeSulawesi Utara telah dilaksanakan pada Desember untuk membahas pengendalian harga dan ketersediaan bahan pokok strategis menjelang Natal dan Tahun Baru 2017. Atas hasil rapat tersebut, beberapa kegiatan nyata telah dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan masyakat seperti Operasi Pasar pada 40 titik di Kota Manado, Sidak Pasar oleh TPID Provinsi yang bekerjasama dengan Aparat Penegak Hukum, serta komunikasi ekspektasi dan himbauan kepada pedagang melalui media masa terkemuka di Sulut. Hasil dari berbagai upaya pengendalian inflasi di sepanjang tahun 2016, termasuk Gerakan Rica Rumah yang telah diinisiasi sejak pertengahan tahun, dinilai mampu menjaga tingkat harga dan ketersediaan pasokan bahan makanan strategis, sehingga pencapaian inflasi Sulut pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Tomat Sayur
2015 Des
Inflasi Sulawesi Utara yang diwakili Kota Manado pada Desember 2016 tercatat sangat rendah dengan angka inflasi sebesar -1,52% (mtm) atau mengalami deflasi. Dengan demikian inflasi Sulut secara tahunan tercatat sebesar 0,35% (yoy) atau kembali berada pada level yang lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 3,02% (yoy). Rendahnya inflasi akhir tahun 2016 besar dipengaruhi oleh normalisasi inflasi kelompok volatile food pasca mengalami lonjakan yang sangat tinggi pada November lalu. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices dan kelompok inti mencatatkan peningkatan meski dalam besaran yang terbatas.
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
2016 Nov Realisasi
5.56
3.09
3.67
3.47
3.62
2.28
0.78
3.67
0.35
1.74
0.14
1.06
0.84
-0.38
-0.68
0.01
2.86
-1.52
Des SPH2
-1.85
Rata-rata 3 tahun Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada bulan Desember 2016
Proy.
Jan’17 Proy
TwI’17 Proy.
0.89
1.82
0.36
0.19 (Mar)
Periode
%, mtm 10
Des-16
Rata-Rata Des 3 thn
5 0 -5 -10
IHK
VF
Core
Grafik 1. Inflasi Aktual Vs Historis
Adm.Price Grafik 2. Disagregasi Inflasi Sulut (Sumb.YoY)
1. Secara bulanan, inflasi IHK tercatat sebesar -1,52% (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan awal yang sebesar 1,11%, maupun dibandingkan dengan data historisnya selama tiga tahun terakhir yang sebesar 2,94%. Realisasi inflasi tersebut menyebabkan secara tahunan inflasi tercatat sebesar 0,35% (yoy). Rendahnya inflasi Desember besar dipengaruhi oleh koreksi harga pada kelompok volatile food, terutama akibat normalisasi harga komoditas tomat sayur. Sementara itu, kelompok administered prices dan kelompok inti mencatatkan peningatan inflasi namun pada besaran yang terbatas seiring terjadinya lonjakan permintaan di akhir tahun.
Tekanan inflasi kelompok volatile food (VF) mengalami deflasi yang cukup dalam dipengaruhi oleh normalisasi harga tomat sayur. Perbaikan kondisi cuaca pada awal Desember menyebabkan pasokan tomat sayur membaik, sehingga terjadi koreksi yang cukup signifikan pada harga, setelah pada bulan November harga tomat sayur mencatatkan titik tertingginya di sepanjang tahun 2016. Tomat sayur sendiri juga tercatat sebagai komoditas utama penyumbang deflasi pada Desember dengan sumbangan mencapai -1,91% dari total inflasi bulan Desember yang sebesar -1,53% (mtm). Di sisi lain, beberapa komoditas strategis Sulut juga tercatat mengalami koreksi harga pada bulan Desember seperti cabai rawit, daging ayam ras, daun bawang dan cabai merah sehingga turut memberi pengaruh pada dalamnya deflasi kelompok volatile food.
Tekanan inflasi kelompok inti mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan pada kelompok inti besar dipengaruhi oleh peningkatan permintaan masyarakat utamanya jelang Natal dan Tahun Baru 2017. Peningkatan inflasi kelompok inti besar dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti non traded, dengan komoditas yang memberi pengaruh besar pada peningkatan harga adalah jeruk nipis/limau, kendaraan carter/rental, papaya dan pasta gigi. Peningkatan konsumsi masyarakat akhir tahun juga terkonfirmasi dari mulai meningkatknya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi pada November 2016, setelah terus mengalami perlambatan pertumbuhan pada satu tahun ke belakang.
Tekanan inflasi kelompok administered prices juga meningkat dipengaruhi lonjakan permintaan. Masuknya musim liburan akhir tahun menyebabkan permintaan terhadap angkutan udara mengalami lonjakan yang berimplikasi pada peningkatan harga. Selain itu, komoditas lainnya yang juga memberi pengaruh pada peningkatan inflasi kelompok administered prices adalah tarif pulsa ponsel.
Ekspektasi inflasi konsumen cenderung menurun dalam jangka panjang. Ekspektasi inflasi konsumen 3 bulan dan 6 bulan ke depan cenderung mengalami penurunan pasca perayaan Natal dan Tahun Baru
Periode
2017. Kondisi tersebut sejalan dengan pola historis inflasi Sulut yang memang cenderung terkoreksi di awal tahun seiring normalisasi tingkat permintaan pasca mengalami lonjakan di akhir tahun. 2. Inflasi bulanan pada triwulan I diproyeksikan masih berada pada level yang rendah, namun lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Setelah mencatatkan inflasi tahunan yang sangat rendah pada triwulan IV 2016, tekanan inflasi pada triwulan I 2017 diperkirakan masih pada level rendah meskipun sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Terdapat dua hal yang diproyeksikan mendorong realisasi inflasi triwulan I menjadi lebih tinggi yaitu: (i) Pengalihan subsidi listrik 900VA yang bersifat permanen sehingga memberikan tekanan pada kelompok administered prices; (ii) Kondisi cuaca buruk dan curah hujan tinggi berpotensi menyebabkan terkendalanya pasokan ikan-ikanan dan komoditas bumbu-bumbuan yang pasokannya sebagian besar dari luar daerah Provinsi Sulut. 3. Fokus pengendalian inflasi akhir tahun menjadi agenda utama TPID Provinsi maupun Kab/Kota. Rapat koordinasi TPID Se-Sulawesi Utara telah dilaksanakan pada Desember untuk membahas pengendalian harga dan ketersediaan bahan pokok strategis menjelang Natal dan Tahun Baru 2017. Atas hasil rapat tersebut, beberapa kegiatan nyata telah dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan masyakat seperti Operasi Pasar pada 40 titik di Kota Manado, Sidak Pasar oleh TPID Provinsi yang bekerjasama dengan Aparat Penegak Hukum, serta komunikasi ekspektasi dan himbauan kepada pedagang melalui media masa terkemuka di Sulut. Hasil dari berbagai upaya pengendalian inflasi di sepanjang tahun 2016, termasuk Gerakan Rica Rumah yang telah diinisiasi sejak pertengahan tahun, dinilai mampu menjaga tingkat harga dan ketersediaan pasokan bahan makanan strategis, sehingga pencapaian inflasi Sulut pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk 2017, upaya pengendalian inflasi akan dilaksanakan sesuai dengan Roadmap yang telah disusun. Salah satu program besar dalam pengendalian inflasi 2017 adalah upaya untuk mendirikan Pasar Induk/Pasar Provinsi di Sulawesi Utara. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melalui Gubernur telah melakukan koordinasi awal dengan Kementrian Perdagangan untuk mewujudkan rencana tersebut. 4. Mencermati perkembangan inflasi terkini dan beberapa indikator harga, inflasi pada bulan Januari 2017 diperkirakan relatif moderat. Bulan Januari diperkirakan akan mengalami inflasi sebesar 0,36% (mtm), sehingga tingkat inflasi triwulan I 2016 diperkirakan berada di kisaran 1,82% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh normalisasi tingkat permintaan pasca mengalami lonjakan di akhir tahun 2016 yang akan memberi pengaruh pada penurunan harga di kelompok inti dan administered prices. Meski demikian, tekanan harga pada kelompok volatile food diperkirakan mengalami peningkatan setelah terkoreksi cukup dalam pada Desember 2016. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi curah hujan yang sangat tinggi memasuki awal tahun sehingga memberikan pengaruh pada pasokan komoditas strategis Sulut seperti cabai rawit dan komoditas ikan. Berdasarkan survei Bank Indonesia Sulawesi Utara, harga cabai rawit terpantau mulai mengalami peningkatan cukup tinggi sejak minggu pertama tahun 2017. Selain itu, dampat cuaca buruk dan curah hujan tinggi juga menyebabkan nelayan sulit melaut sehingga harga komoditas hasil tangkapan laut diperkirakan mengalami peningkatan. 5. Prospek inflasi IHK di tahun 2017 diperkirakan terkendali pada rentang 4±1% (yoy). Namun, potensi gangguan porduksi dan distribusi pangan akibat fenomena cuaca perlu terus diwaspadai. Penguatan basis produksi lokal juga perlu terus didorong untuk mengurangi ketergantungan Sulut terhadap hasil produksi daerah lain utamanya pada komoditas bumbu-bumbuan.
Periode
LAMPIRAN INDIKATOR INFLASI Tabel 1. Inflasi 2015 Des
2016 Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov Realisasi
IHK, % yoy IHK, % mtm
5.56
3.09
3.67
3.47
3.62
2.28
0.78
3.67
0.35
1.74
0.14
1.06
0.84
-0.38
-0.68
0.01
2.86
-1.52
Des SPH3
Proy.
-1.85
Jan’17 Proy
TwI’17 Proy.
0.89
1.82
0.36
0.19 (Mar)
Tabel 2. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi & Deflasi Inflasi Komoditi JERUK NIPIS/LIMAU BAWANG MERAH ANGKUTAN UDARA TARIP PULSA PONSEL KENDARAAN CARTER/RENTAL BERAS BAWANG PUTIH PEPAYA TELUR AYAM RAS PASTA GIGI
3
Deflasi Kontribusi (%mtm) 0.12 0.08 0.07 0.06 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Komoditi TOMAT SAYUR CABAI RAWIT DAGING AYAM RAS DAUN BAWANG CABAI MERAH BUNCIS EMAS PERHIASAN KETIMUN SAWI HIJAU PISANG
Kontribusi (%mtm) -1.913 -0.209 -0.066 -0.011 -0.011 -0.008 -0.008 -0.007 -0.005 -0.004
Grafik 1. Perkembangan Inflasi Bulanan (%mtm)
Grafik 2. Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 3. Perkembangan Harga Cabai Rawit
Grafik 4. Perkembangan Harga Tomat Sayur
Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada bulan Desember 2016
Periode
Grafik 5. Perkembangan Harga Bawang Merah
Grafik 6. Perkembangan Harga Beras
Grafik 7. Perkembangan Harga Gula Pasir
Grafik 8. Indeks Keyakinan Konsumen & Indeks Penjualan Riil
Grafik 9. Kredit Konsumsi & Inflasi Inti
Grafik 10. Arus Bongkar Muat Pelabuhan
80,000
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
70,000
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000
10,000
Desember
Nopember
Oktober
Agustus
September
Juli
Mei
Juni
April
Maret
Februari
Januari
-
Tahun 2016 Produksi (Ton)
Produksi Beras (Ton)
Grafik 10. Data Produksi Beras
Luas Panen (Ha)
Gambar 1. Peta Curah Hujan