Analisis Determinan Pengungkapan Keberlanjutan dan Pengaruh Pengungkapan Keberlanjutan terhadap Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Reputasi sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Tercatat dalam Indeks SRI-Kehati Periode 2011)
Indriana Pratiwi dan Dwi Hartanti
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai: (1) determinan pengungkapan keberlanjutan serta (2) pengaruh pengungkapan keberlanjutan perusahaan di Indonesia terhadap kinerja keuangan masa depan untuk periode 2011, dengan menggunakan reputasi sebagai variabel pemoderasi. Faktorfaktor determinan pengungkapan keberlanjutan dianalisis dengan menggunakan variabel-variabel berupa reputasi, komitmen kepada pemangku kepentingan, peliputan media, serta kinerja keuangan tahun lalu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data cross-sectional dan metode regresi Ordinary Least Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen kepada pemangku kepentingan, reputasi, dan peliputan media dapat mendorong pengungkapan keberlanjutan perusahaan. Klasifikasi industri terbukti memiliki pengaruh terhadap pengungkapan keberlanjutan. Sedangkan kinerja keuangan tahun lalu tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan keberlanjutan. Di samping itu, tidak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa pengungkapan keberlanjutan memengaruhi kinerja keuangan di masa depan dan tidak pula terdapat pengaruh moderasi dari reputasi pada hubungan tersebut, namun usia dan rasio leverage perusahaan terbukti dapat mempengaruhi kinerja keuangan masa depan.
1
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
Analysis of The Determinants of Sustainability Disclosure and The Influence of Sustainability Disclosure on Financial Performance by Using Reputation as A Moderating Variable (Empirical Study on Firms Listed in SRI-Kehati Index in 2011)
Abstract
The aim of this research is to understand: (1) the determinants of sustainability disclosure and (2) the influence of sustainability disclosure on firm’s next year financial performance in Indonesia, and to analyze how reputation moderates relationship between those two. The determinants were analyzed by using variables such as firm’s reputation, commitment to stakeholders, media exposure, and last year financial performance. This research was conducted by using crosssectional data and regression method of Ordinary Least Square. The results show that firm’s commitment to stakeholders, reputation, and media exposures encourage sustainability disclosure. Industry classification also has significant effect on sustainability disclosure. Meanwhile, last year financial performance has no effect on sustainability disclosure. This research also found that there is no significant correlation between sustainability disclosure and next year financial performance and there is no moderating effect from reputation between this relationship. However, firm’s age and leverage are found to have influence on next year financial performance. Keywords: Commitment to stakeholders; financial performance; media exposure; reputation; sustainability disclosure
1. Pendahuluan Perusahaan dapat menerbitkan sustainability report (laporan keberlanjutan) sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka atas lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. Sustainability report terdiri atas tiga indikator kinerja perusahaan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Inisiatif untuk menerbitkan sustainability report muncul pada tahun 1992 dan mulai diatur oleh standar pelaporan internasional yang disusun oleh komite Global Reporting Initiatives (GRI) yang berlokasi di Amsterdam, Belanda pada tahun 2000. Namun, hingga kini,
2
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
pengungkapan dan penerbitan sustainability report oleh perusahaan di banyak negara masih bersifat secara sukarela karena belum adanya kewajiban untuk itu. Hartanti (2003) melakukan penelitian mengenai pengungkapan CSR pada perusahaan terbuka di Indonesia periode 1999 sampai 2001. Dengan menggunakan content analysis, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR di Indonesia relatif rendah. Selain itu, infrastruktur pendukung pelaporan CSR yang tidak efektif, minimnya standar pelaporan CSR yang berlaku umum, baru berkembangnya external assurance service yang diperuntukkan khusus bagi laporan CSR, dan rendahnya kepedulian masyarakat Indonesia terhadap isu CSR juga merupakan faktorfaktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pengungkapan CSR di Indonesia (Utama, 2011). Ditambah lagi, kebudayaan korupsi yang bersifat endemik di Indonesia berefek pada berkembang luasnya sinisme dan keterlibatan dalam budaya ketidakjujuran, yang akan sangat bertentangan dengan pelaksanaan CSR yang membutuhkan pengawasan dan pengungkapan tingkat tinggi (Alatas, 1995, dalam Kemp, 2001). Rendahnya tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan di Indonesia mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang diyakini merupakan determinan dari pengungkapan keberlanjutan. Berdasarkan legitimacy theory, reputasi merupakan salah satu determinan dari tingkat pengungkapan keberlanjutan (Michelon, 2011). Studi literatur menunjukkan bahwa sustainability reporting merupakan salah satu cara perusahaan dalam mengelola risiko reputasi (Bebbington et al., 2008).
Pengungkapan keberlanjutan mampu memfasilitasi perusahaan untuk dipandang
sebagai perusahaan yang akuntabel secara sosial (Gray et al., 1995). Hal ini akan meningkatkan legitimasi perusahaan dan dengan demikian risiko reputasi dapat dikelola dengan baik (Fombrun et al., 2000; Bebbington et al., 2008). Dalam penelitian ini, indeks SRI-Kehati digunakan sebagai proksi untuk mengukur reputasi perusahaan dalam hal tanggung jawab sosial. Sementara itu, beberapa studi juga menemukan bahwa faktor lain yang termasuk dalam elemen reputasi adalah kinerja keuangan perusahaan (Siltaoja, 2006; Sanchez dan Sotorrìo, 2007). Meskipun belum ada penelitian yang dapat memastikan hubungan antara kinerja keuangan dengan pengungkapan keberlanjutan, terdapat dugaan bahwa perusahaan dengan kinerja keuangan yang lebih baik akan melakukan pengungkapan keberlanjutan yang lebih baik pula, sebagai cara perusahaan membina hubungan dengan para pemangku kepentingan dan mempertahankan reputasi (Michelon, 2011). Oleh karena itu, kinerja keuangan tahun lalu perusahaan dalam penelitian ini juga digunakan 3
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
sebagai proksi untuk mengukur reputasi perusahaan secara ekonomi. Legitimacy theory juga menyatakan bahwa tingkat pengungkapan sosial perusahaan merupakan suatu fungsi sistematis dari perbedaan tekanan kebijakan publik yang dihadapi perusahaan (Hogner, 1982; Lindblom, 1994; Patten, 1991; 1992; 1995; Hackston dan Milne, 1997; Walden dan Schwartz, 1997 dalam Patten, 2002). Dengan demikian, perubahan pada tingkat tekanan tersebut akan berdampak pada berubahnya tingkat pengungkapan keberlanjutan. Brown dan Deegan (1998) dan Deegan et al. (2000) menemukan bahwa semakin banyaknya jumlah media cetak yang mengangkat isu lingkungan yang kemudian mampu meningkatkan tekanan kebijakan publik melalui kepedulian publik terhadap lingkungan, akan berdampak pada tingkat pengungkapan lingkungan oleh perusahaan yang semakin tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga digunakan media exposure (peliputan media) terhadap perusahaan sebagai salah satu determinan dari pengungkapan keberlanjutan. Demikian halnya dengan tingkat komitmen perusahaan kepada pemangku kepentingan yang dapat digambarkan dengan ada atau tidaknya CSR board di dalam perusahaan (Michelon, 2011). Dengan dibentuknya CSR board yang khusus menangani isu-isu sosial dan lingkungan perusahaan, tekanan yang dialami perusahaan dalam menyajikan sustainability report akan meningkat akibat semakin tingginya pengawasan dari jajaran eksekutif, sehingga tingkat pengungkapan keberlanjutan pun meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah reputasi, komitmen perusahaan kepada pemangku kepentingan, media exposure, serta kinerja keuangan tahun lalu perusahaan merupakan determinan dari pengungkapan keberlanjutan perusahaan di Indonesia. Di samping itu, Peneliti juga akan mencoba meneliti sejauh mana pengungkapan keberlanjutan berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan di masa depan yang dilihat dari dua indikator, yaitu indikator akuntansi yang dilihat melalui return on equity (ROE) dan indikator berbasis pasar yang dilihat melalui market return perusahaan, dengan reputasi sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan data cross-sectional dan metode regresi ordinary least square. Peneliti menggunakan 24 perusahaan terbuka yang terdaftar dalam Indeks SRI-Kehati untuk periode 2011 dengan matched sample yang terdiri dari 24 perusahaan lainnya yang tidak tercatat dalam indeks tersebut dan disesuaikan berdasarkan industri dan ukuran perusahaan. Penggunaan matched sample sesuai dengan penelitian Patten (1990) dan Pava dan Krausz (1996), diaplikasikan untuk mengontrol adanya perbedaan-perbedaan signifikan antara perusahaan4
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
perusahaan yang diakui memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan yang baik dan perusahaan lain yang tidak menerima pengakuan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen kepada pemangku kepentingan, reputasi, dan peliputan media dapat mendorong pengungkapan keberlanjutan perusahaan di Indonesia. Artikel jurnal ilmiah ini akan dipaparkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut. Bagian 2 akan memaparkan tinjauan teoritis yang digunakan sebagai dasar penelitian, Bagian 3 menjelaskan mengenai metodologi yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini, Bagian 4 berisikan hasil penelitian dan pembahasannya, sedangkan dalam Bagian 5 akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian ini. 2. Tinjauan Teoritis 2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) CSR merupakan istilah yang cukup baru, sehingga belum ada batasan tertentu ataupun satu definisi yang disetujui secara universal. CSR juga sering disebut sebagai ‘corporate citizenship’ dan ‘corporate responsibility’ (Robins, 2005). Sementara Porter dan Kramer (2002) menggunakan istilah ‘corporate philantrophy’ untuk lebih mempersempit makna CSR. Robins (2005) mengungkapkan bahwa ide dasar dari CSR adalah bahwa setiap bisnis seharusnya bertindak dan bertanggungjawab lebih dari sekedar tanggung jawab hukum perusahaan terhadap stakeholders, karyawan, suppliers, dan pelanggan. Kata ‘seharusnya’ pada pernyataan Robins menunjukkan bahwa setiap bisnis diharapkan untuk mengakui dan bertanggung jawab penuh atas semua konsekuensi non-ekonomis dari setiap aktivitasnya yang berkenaan dengan masyarakat luas dan lingkungan alam. Gagasan tersebut semakin memperkuat keyakinan bahwa CSR belum bisa diterima secara universal ataupun diwajibkan sepenuhnya oleh undang-undang yang berlaku. Terdapat beberapa definisi CSR yang diajukan oleh para peneliti. McWilliams dan Siegel (2001) mendefinisikan CSR sebagai situasi dimana perusahaan mematuhi dan terlibat dalam ‘kegiatan-kegiatan yang terlihat baik secara sosial, di luar kepentingan perusahaan dan diwajibkan oleh hukum’. Salah satu definisi yang paling umum digunakan dan diadopsi oleh European Union adalah definisi yang diajukan oleh Holland (2003) yang menyatakan bahwa 5
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
CSR adalah sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis dan relasi stakeholders dengan basis sukarela; CSR adalah bagaimana mengelola perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial. CSR mencakup ekspektasi masyarakat terhadap perusahaan dalam satu periode waktu tertentu dalam hal ekonomi, hukum, etika, dan diskresioner (Carroll, 1979). Dengan demikian, dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa CSR adalah kegiatan-kegiatan di luar kepentingan perusahaan yang ditujukan sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan dalam aspek lingkungan dan sosial dalam basis sukarela. 2.2 CSR dan Reputasi Hubungan antara reputasi dengan CSR dapat dijelaskan melalui perspektif Teori Legitimasi, dimana perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dengan tujuan agar para pemangku kepentingan dapat memberikan persetujuan mereka atas berjalannya kegiatan bisnis perusahaan serta melegitimasi perilaku, menginformasikan, dan mengubah persepsi serta ekspektasi dari para pemangku kepentingan (Adams dan Larrinaga-Gonzalez, 2007; Adams dan McNicholas, 2007, dalam Michelon, 2011). Michelon (2011) melakukan penelitian yang didasari oleh Teori Legitimasi untuk menganalisis pengaruh reputasi terhadap tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan di negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Sebagai determinan dari tingkat pengungkapan keberlanjutan, Michelon menggunakan tiga dimensi untuk mengukur reputasi perusahaan, yakni tingkat komitmen perusahaan kepada para pemangku kepentingan, kinerja keuangan, dan tingkat peliputan media (media exposure). Dari hasil penelitian Michelon, diperoleh bahwa tingkat komitmen kepada para pemangku kepentingan serta media exposure berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan keberlanjutan. Bebbington, Larrinaga-González, dan Moneva (2008) menyatakan bahwa perusahaan menggunakan laporan CSR sebagai alat untuk mengelola risiko reputasi. Sementara itu, Toms (2002, dalam Bebbington Larrinaga-González, dan Moneva, 2008) melakukan penelitian dengan dasar Teori Resource-based View yang didukung dengan Teori Signalling (berfokus
6
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
pada sisi ekonomis dari reputasi) dan menemukan bahwa terdapat hubungan antara kulitas pengungkapan dan reputasi perusahaan dalam aspek lingkungan. 2.3 CSR dan Komitmen Perusahaan kepada Pemangku Kepentingan Menurut Teori Legitimasi, salah satu cara untuk melegitimasi bahwa perusahaan telah sesuai dengan ekspektasi-ekspektasi dari pemangku kepentingan adalah melalui laporan CSR, dan oleh karena itu, perusahaan yang memiliki komitmen tinggi terhadap pemangku kepentingan akan melakukan pengungkapan CSR yang lebih tinggi pula untuk menunjukkan posisi strategisnya dalam hal tanggung jawab sosial (Ullmann, 1985, dalam Michelon, 2011). Hal ini memiliki arti bahwa perusahaan ingin menunjukkan kesungguhannya dalam memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan dengan menggunakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, dan penggunaan sumber daya tersebut menunjukkan sensitivitas perusahaan terhadap pengaruh-pengaruh signifikan yang kemungkinan akan dirasakan para pemegang saham dalam jangka panjang (Abbot dan Monsen, 1979, dalam Michelon, 2011). 2.4 CSR dan Media Exposure Media exposure (peliputan media) memiliki pengaruh terhadap opini masyarakat umum, dan hal tersebut mempu menciptakan tekanan publik (Cormier dan Magnan, 2003; Brammer dan Pavelin, 2004, dalam Michelon, 2011). Temuan tersebut menunjukkan bahwa tingkat media exposure yang tinggi mampu memengaruhi opini para pemangku kepentingan, dan dengan demikian perusahaan akan terdorong untuk melakukan pengungkapan keberlanjutan (Michelon, 2011). Selain itu, manfaat yang dirasakan perusahaan dari pengungkapan keberlanjutan akan terasa lebih besar apabila pengawasan dari pemangku kepentingan juga lebih besar, sebab informasi apapun yang disampaikan perusahaan akan terdistribusikan secara cepat dengan biaya yang relatif rendah (Cormier dan Magnan, 2003, dalam Michelon, 2011). 2.5 CSR dan Kinerja Keuangan Tahun Lalu Perusahaan dengan kinerja keuangan yang lebih baik akan memberikan pengungkapan keberlanjutan yang lebih baik pula, sebab perusahaan menggunakan laporan keberlanjutan sebagai
sarana
dialog
antara
manajemen
dengan
pemangku
kepentingan
untuk
mempertahankan reputasinya (Michelon, 2011). Sejatinya, masih belum terdapat kejelasan 7
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
mengenai pengaruh kinerja keuangan tahun lalu terhadap pengungkapan CSR. Meskipun demikian, Ullmann (1985, dalam Michelon, 2011) memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan perusahaan memengaruhi kapabilitas finansial perusahaan untuk melakukan program-program terkait permintaan-permintaan sosial dengan biaya yang tinggi. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik akan lebih mampu untuk berinvestasi pada strategi yang berdampak jangka panjang, seperti menyediakan pelayanan untuk masyarakat dan karyawannya. Alokasi investasi tersebut secara strategis dapat berimbas pada image yang lebih baik di mata publik, hubungan yang lebih baik dengan masyarakat, serta kemampuan yang lebih tinggi dalam menarik minat karyawan berpengalaman (Tsoutsoura, 2004). 2.6 CSR, Kinerja Keuangan Masa Depan, dan Reputasi Beberapa penelitian menemukan adanya bukti yang menunjukkan bahwa CSR memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Menurut Waddock dan Graves (1997, dalam Tsoutsoura, 2004), dengan melakukan kegiatan CSR, perusahaan telah memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan sebelum hal tersebut menjadi masalah yang serius. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki perhatian yang proaktif terhadap isu-isu yang kemungkinan akan menimbulkan masalah atau litigasi di masa yang akan datang (Tsoutsoura, 2004). Terdapat beberapa bukti empiris yang menyatakan bahwa pengaruh positif CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan akan semakin kuat apabila perusahaan juga memiliki reputasi yang baik di mata para pemangku kepentingan. Reputasi yang baik dalam hal CSR akan mampu meningkatkan penjualan pada para kustomer yang peduli pada isu tersebut (Russo dan Fouts, 1997). Di samping itu, reputasi dalam CSR dapat menyelamatkan perusahaan dari penurunan drastis pada nilai saham akibat guncangan krisis (Epstein dan Schnietz, 2005). Ditemukan bukti empiris bahwa perusahaan dengan reputasi CSR yang lebih baik mengalami lebih sedikit penurunan nilai saham dibandingkan dengan perusahaan lain yang reputasinya lebih rendah ketika terjadi krisis Seattle WTO di Amerika Serikat pada tahun 1999. Penelitian Neville et al. (2005) juga mendukung hubungan ini dengan didasari alasan bahwa kinerja sosial perusahaan dipengaruhi oleh alokasi sumber daya dari pemangku kepentingan ke perusahaan itu sendiri. Alokasi tersebut didasari oleh penilaian para pemangku kepentingan atas reputasi perusahaan relatif terhadap ekspektasi tertentu dari pemangku kepentingan 8
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa reputasi juga memiliki peran penting dalam hubungan antara kinerja CSR dan kinerja keuangan perusahaan. 3. Metodologi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 perusahaan anggota Indeks SRIKehati dan 24 perusahaan lainnya yang tercatat pada BEI namun tidak termasuk dalam anggota Indeks SRI-Kehati periode 2011, yang disesuaikan menurut ukuran perusahaan dan industrinya. Data yang digunakan antara lain data laporan keuangan tahun 2010 dan 2011, laporan tahunan periode 2010 dan 2011, data nilai harga saham harian tahun 2010-2011, dan data frekuensi seberapa sering nama perusahaan disebutkan dalam headline artikel berita berbahasa Inggris. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Datastream, Yahoo! Finance, dan software Lexis-Nexis. 3.1 Model Penelitian 3.1.1 Model 1 Model 1 digunakan untuk melihat sejauh mana reputasi, komitmen perusahaan kepada pemangku kepentingan, media exposure, kinerja keuangan, serta variabel-variabel kontrol mempengaruhi tingkat pengungkapan keberlanjutan perusahaan. Model dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah replikasi yang dikembangkan dari jurnal penelitian yang ditulis oleh penelitian Michelon (2011) dengan beberapa modifikasi, diantaranya: •
Penghilangan variabel independen komitmen kepada stakeholders dikarenakan tidak tersedianya data. Sebagai gantinya, digunakan proksi variabel dummy CSR board (CSR_BOARD) untuk mengukur tingkat komitmen perusahaan kepada stakeholders;
•
Penggantian variabel kontrol basic materials industry menjadi variabel kontrol klasifikasi industri (IND) yang berupa variabel dummy (high-profile/low-profile industry) yang mengacu pada Roberts (1992) serta Hackstone dan Milne (1997);
•
Digunakannya variabel independen yang berupa variabel dummy SRI-Kehati (SRI) sebagai proksi untuk mengukur reputasi CSR perusahaan. Sedangkan, pada penelitian Michelon (2011), digunakan variabel dummy DJSI (Dow Jones Sustainability Index) yang sama halnya dengan Indeks SRI-Kehati, merupakan sebuah indeks investasi
9
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
bertanggung jawab sosial. Namun variabel DJSI digunakan sebagai variabel kontrol, bukan sebagai variabel independen; •
Penghilangan variabel kontrol country karena penelitian ini tidak berfokus pada uji beda antar negara, melainkan hanya untuk melihat hasil penelitian di Indonesia saja. Model 1 terdiri dari 5 sub-model yang membedakan setiap aspek pengungkapan
keberlanjutan terdiri dari: 1. Model 1a SUDt = α0 + α1SRIt + α2CSR_BOARDt + α3MED_EXPt-1 + α4ROEt-1 + α5MKTRETt-1 + α6SIZEt + α7AGEt + α8INDt + α9LEVt + ε 2. Model 1b ECt = α0 + α1SRIt + α2CSR_BOARDt + α3MED_EXPt-1 + α4ROEt-1 + α5MKTRETt-1 + α6SIZEt + α7AGEt + α8INDt + α9LEVt + ε 3. Model 1c ENt = α0 + α1SRIt + α2CSR_BOARDt + α3MED_EXPt-1 + α4ROEt-1 + α5MKTRETt-1 + α6SIZEt + α7AGEt + α8INDt + α9LEVt + ε 4. Model 1d SOt = α0 + α1SRIt + α2CSR_BOARDt + α3MED_EXPt-1 + α4ROEt-1 + α5MKTRETt-1 + α6SIZEt + α7AGEt + α8INDt + α9LEVt + ε 5. Model 1e ENSOt = α0 + α1SRIt + α2CSR_BOARDt + α3MED_EXPt-1 + α4ROEt-1 + α5MKTRETt-1 + α6SIZEt + α7AGEt + α8INDt + α9LEVt + ε 3.1.2 Model 2 Model 2 merupakan hasil modifikasi dari model penelitian Michelon (2011) yang digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat pengungkapan keberlanjutan perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan masa depan perusahaan dan untuk menguji apakah reputasi 10
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
dapat dijadikan sebagai variabel untuk memoderasi (memperkuat) hubungan tersebut. Model 2 terdiri dari 2 sub-model yang dibedakan berdasarkan basis kinerja keuangannya (akuntansi dan pasar), yaitu: 1. Model 2a ROEt = α0 + α1SUDt-1 + α2(SUDt-1
SRIt) + α3SRIt + α4SIZEt + α5AGEt + α6INDt +
α7LEVt + ε 2. Model 2b MKTRETt = α0 + α1SUDt-1 + α2(SUDt-1
SRIt) + α3SRIt + α4SIZEt + α5AGEt + α6INDt +
α7LEVt + ε dimana, SUD = indeks total pengungkapan keberlanjutan perusahaan; EC = indeks pengungkapan informasi keuangan dan operasional perusahaan; EN = indeks pengungkapan informasi dampak kegiatan perusahaan terhadap lingkungan; SO = indeks pengungkapan informasi mengenai aspek sosial dari kegiatan perusahaan; ENSO = indeks pengungkapan informasi yang hanya membahas mengenai aspek lingkungan dan sosial perusahaan; SRI = reputasi, diukur dengan variabel dummy, yaitu angka 1 untuk perusahaan yang masuk ke dalam kategori Indeks SRI-KEHATI dan angka 0 untuk sebaliknya. CSR_BOARD = komitmen kepada stakeholders, diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu sama dengan 1 jika perusahaan memiliki komite atau direktur CSR/etika tersendiri, sedangkan sama dengan 0 jika perusahaan tidak memiliki komite atau direktur CSR/etika; MED_EXP = sorotan media (media exposure), diukur dari jumlah berita mengenai suatu perusahaan dengan menggunakan Lexis Nexis sepanjang tahun 2010 dan 2011, dimana untuk kepentingan relevansi data, nama perusahaan harus ada pada headline berita; 11
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
ROE = profitabilitas perusahaan, diukur dengan rasio return on equity (ROE); MKTRET = profitabilitas pasar, diukur dari imbal hasil pasar untuk satu tahun; SIZE = ukuran perusahaan, diukur dari logaritma total penjualan perusahaan; AGE = usia perusahaan; IND = variabel dummy, dimana angka 1 menggambarkan perusahaan yang bergerak pada industri high profile , sedangkan angka 0 menunjukkan perusahaan yang bergerak pada industri low profile; LEV = leverage, diukur dengan menghitung total utang ÷ ekuitas pemegang saham; ε = error 3.2 Hipotesis Penelitian Secara ringkas, hipotesis penelitian dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Hipotesis Penelitian Hipotesis terhadap Variabel Independen Hipotesis
Variabel dependen
SUD
EC
EN
SO
(a)
(b)
(c)
(d)
ENSO Kinerja Keuangan Masa Depan (e)
1 (a-e)
Reputasi
+
+
+
+
+
2 (a-e)
Komitmen kepada stakeholders
+
+
+
+
+
3 (a-e)
Media Exposure
+
+
+
+
+
4 (a-e)
Kinerja Keuangan Tahun Lalu
+
+
+
+
+
5a
Pengungkapan Keberlanjutan
5b
Moderating variable: Reputasi
+
Variabel Kontrol: Ukuran Perusahaan
+
+
+
+
+
+
12
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
Kategori Industri
+
+
+
+
+
+
Usia Perusahaan
+
+
+
+
+
+
Leverage
+
+
+
+
+
+
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Hasil Regresi Model 1 Hasil regresi Model 1 dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Multiple Regression untuk Model 1
SRI
MODEL 1A
MODEL 1B
MODEL 1C
MODEL 1D
MODEL 1E
SUD
EC
EN
SO
ENSO
8.591339
0.5230041
7.31698
1.57107
8.624666
(0.108)
(0.495)
(0.006)***
0.605
(0.076)*
8.24602
0.7103712
2.965464
4.235401
6.921656
(0.060)*
(0.259)
(0.143)
(0.093)*
(0.080)*
0.1394377
0.0131972
-0.0146684
0.1388365
0.1249508
(0.117)
(0.303)
(0.583)
(0.009)***
(0.120)
-4.399623
1.078023
-5.272726
1.336462
-3.991638
(0.733)
(0.566)
(0.230)
(0.857)
(0.732)
-1.871448
0.6285237
-1.018006
-1.451985
-2.417373
(0.772)
(0.504)
(0.519)
(0.697)
(0.679)
SIZE
-1.507144
0.2040446
-0.6035199
-1.47547
-1.840735
(0.765)
(0.781)
(0.769)
(0.612)
(0.687)
AGE
0.0769516
0.0068386
-0.0182895
0.0657058
0.0484941
(0.306)
(0.530)
(0.518)
(0.132)
(0.474)
0.1065765
0.9237951
2.722196
-3.287322
-0.5218218
(0.982)
(0.191)
(0.059)*
(0.239)
(0.904)
-2.895972
-0.4974862
-1.347821
-1.503854
-2.813355
(0.490)
(0.415)
(0.363)
(0.534)
(0.458)
33.51538
0.7489446
9.370603
27.21511
34.25461
(0.502)
(0.918)
(0.640)
(0.346)
(0.448)
0.4413
0.3179
0.4958
0.4333
0.4359
CSR_BOARD MED_EXP ROE0 MKTRET0
IND LEV Constant R-Squared
13
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
Prob-F
0.0043
0.0711
0.0000
0.0053
0.0049
Dari tabel hasil regresi di atas, terlihat bahwa reputasi (SRI), komitmen perusahaan kepada stakeholders (CSR_BOARD), dan media exposure (MED_EXP) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan keberlanjutan. Sedangkan hubungan yang signifikan secara statistik antara kinerja keuangan tahun lalu dengan pengungkapan keberlanjutan sama sekali tidak ditemukan dalam hasil regresi ini. Namun, terlihat pula bahwa secara statistik, variabel independen yang paling dominan sebagai determinan pengungkapan keberlanjutan adalah komitmen kepada stakeholders, karena memiliki pengaruh signifikan yang lebih menyeluruh ke masing-masing aspek keberlanjutan. Sementara itu, reputasi hanya memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan aspek lingkungan serta lingkungan dan sosial. Hal ini diduga memiliki keterkaitan dengan variabel independen reputasi yang berupa variabel dummy keanggotan perusahaan dalam Indeks SRI-Kehati yang merupakan indeks hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia dan Yayasan Kehati, sebuah yayasan pengelola endowment fund di bidang pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati, sehingga diduga yang menjadi perhatian utama dalam penilaian emiten adalah pengungkapan atas kinerja tanggung jawab perusahaan dalam aspek lingkungan. Sedangkan media exposure hanya memiliki pengaruh signifikan terhadap aspek sosial. Dapat terlihat pula dari Tabel 4.1 di atas, bahwa aspek pengungkapan yang paling dapat terjamah oleh faktor-faktor determinan ini adalah aspek pengungkapan sosial. Hal ini diduga dikarenakan pelaksanaan CSR di bidang sosial bagi masyarakat Indonesia merupakan aspek yang paling dapat dirasakan secara langsung dampaknya, seperti isu ketenagakerjaan, kesehatan dan keamanan produk, serta pemberdayaan masyarakat. Hal ini juga diduga terkait dengan tingkat kepedulian masyarakat Indonesia terhadap isu lingkungan yang masih cenderung rendah. Selain itu, dari hasil regresi ini, variabel kontrol kategori industri (IND) terbukti sebagai satu-satunya variabel kontrol yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan keberlanjutan. 4.2 Hasil Regresi Model 2
14
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
Hasil regresi untuk Model 2 dapat dijelaskan melalui tabel sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Multiple Regression untuk Model 2
SUD SUD_SRI SRI SIZE AGE IND LEV Constant
MODEL 2A
MODEL 2B
ROE
MKTRET
-0.0017635
-0.0000498
(0.452)
(0.002)
0.0045971
0.0000214
(0.331)
(0.493)
0.0353368
0.0005226
(0.591)
(0.233)
0.090115
0.0003649
(0.156)
(0.382)
0.0016798
1.71e-06
(0.060)*
(0.767)
0.0098134
0.0003341
(0.856)
(0.355)
-0.0893617
-0.000369
(0.046)**
(0.207)
-0.7273271
-0.002974
(0.246)
(0.471)
R-Squared
0.3280
0.2400
Prob-F
0.0184
0.1132
Dari hasil regresi di atas, diperoleh hasil bahwa terdapat koefisien yang negatif namun tidak signifikan pada variabel tingkat pengungkapan keberlanjutan (SUD) terhadap kinerja keuangan dari segi profitabilitas (ROE). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan keberlanjutan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan di Indonesia. Namun arah koefisien yang negatif membuat fenomena ini menarik, sebab secara tidak langsung menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia menganggap perusahaan yang melakukan pengungkapan keberlanjutan dengan baik justru malah akan berdampak pada menurunnya kinerja keuangan perusahaan. Hasil yang demikian menunjukkan bahwa para stakeholders di Indonesia masih menganggap pengungkapan CSR yang baik justru akan membebani keuangan perusahaan dengan investasi-investasi bernilai 15
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
tinggi di bidang CSR yang tidak dapat secara langsung dirasakan manfaatnya oleh mereka, terutama oleh para investor. Terlihat pula bahwa variabel reputasi (SRI) yang berdiri sendiri memiliki koefisien yang positif meskipun tidak signifikan. Sementara itu, variabel pemoderasi (SUD_SRI) memiliki koefisien positif yang tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menarik, sebab ketika pengungkapan keberlanjutan berjalan sendiri (tanpa diperkuat oleh reputasi dalam aspek CSR), terlihat bahwa SUD memiliki hubungan yang negatif dengan kinerja keuangan perusahaan. Namun ketika pengungkapan keberlanjutan juga didukung oleh adanya reputasi perusahaan dalam aspek CSR, yakni dengan terdaftarnya perusahaan sebagai salah satu emiten dalam indeks investasi yang bertanggung jawab sosial (SRI-Kehati), terdapat hubungan yang positif dengan kinerja keuangan perusahaan, meskipun tidak signifikan secara statistik. Artinya, reputasi berpotensi dalam memoderasi hubungan ini meskipun tidak signifikan secara statistik. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat dan bisnis di Indonesia memiliki anggapan bahwa pengungkapan perusahaan atas tanggung jawab sosial dan lingkungan baru menghasilkan nilai tambah apabila terdapat verifikasi ataupun assurance atas kinerja CSR tersebut, atau dalam penelitian ini, assurance dilakukan oleh BEI dan Yayasan Kehati dengan menilai emiten saham yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. 5. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dua hal, yakni: (1) faktor-faktor determinan apa saja yang dapat mendorong pengungkapan keberlanjutan atau pengungkapan corporate social responsibility (CSR), serta (2) mengetahui apakah tingkat pengungkapan keberlanjutan perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan menggunakan reputasi sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini dilakukan pada perusahaanperusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diketahui bahwa reputasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan keberlanjutan terutama dalam aspek lingkungan serta aspek lingkungan dan sosial. Selain itu, pada penelitian ini juga ditemukan adanya pengaruh positif signifikan dari komitmen perusahaan kepada stakeholders, yang 16
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
digambarkan dengan tersedianya CSR board pada jajaran eksekutif perusahaan, baik terhadap pengungkapan keberlanjutan secara keseluruhan, dalam aspek sosial, maupun aspek sosial dan lingkungan. Dalam penelitian ini juga terbukti bahwa tingkat media exposure terhadap perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan hanya terhadap pengungkapan keberlanjutan perusahaan dalam aspek sosial, namun tidak ditemukan adanya pengaruh apapun dari variabel kinerja keuangan terdahulu. Terkait dengan variabel kontrol, hasil multiple regression yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hanya variabel industri saja yang memiliki hubungan signifikan dengan pengungkapan keberlanjutan dalam aspek lingkungan. Sementara itu, variabel kontrol lain tidak terbukti memiliki pengaruh apapun terhadap tingkat pengungkapan keberlanjutan. Mengenai hubungan antara pengungkapan keberlanjutan dan kinerja keuangan masa depan, tidak ditemukan bukti apapun yang mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan di antara keduanya, serta tidak ditemukan pula bukti yang menunjukkan bahwa reputasi memoderasi hubungan ini secara signifikan. Terkait dengan variabel kontrol pada pengujian ini, diperoleh hasil bahwa usia perusahaan dan rasio leverage memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan di masa depan. 6. Daftar Referensi Abbott, W. F., & Monsen, R. J. (1979). On the measurement of corporate social responsibility: Self-reported disclosures as a method of measuring corporate social involvement. Academy of Management journal, 22(3), 501-515. Adams, C. A., & Larrinaga-González, C. (2007). Engaging with organisations in pursuit of improved sustainability accounting and performance. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 20(3), 333-355. Adams, C. A., & McNicholas, P. (2007). Making a difference: sustainability reporting, accountability and organisational change. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 20(3), 382-402. Alatas, S. H. (1999) Corruption and the destiny of Asia. Malaysia: Prentice Hall. Bebbington, J., Larrinaga-González, C., & Moneva, J. M. (2008). Corporate social responsibility and reputation risk management. Accounting Auditing and Accountability Journal, 21(3), 337–362. Brammer, S., & Pavellin, S. (2004) Voluntary sosial disclosures by large UK companies. Business Ethics: A European Review, 13(2/3), 86-99. 17
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
Branco, M. C., & Rodrigues, L. L. (2006). Communication of corporate social responsibility by Portuguese banks: a legitimacy theory perspective. Corporate Communications: An International Journal, 11(3), 232-248. Brown, N. & Deegan, C. (1998). The public disclosure of environmental performance information – A dual test of media agenda setting theory and legitimacy theory. Accounting and Business Research, 29(1), 21–41. Cormier, D., & Magnan, M. (2003) Environmental reporting management: a continental European perspective’, Journal of Accounting and Public Policy, 22(1), 43-62. Deegan, C., Rankin, M., & Voght, P. (2000), Firms’ disclosure reactions to major social incidents: Australian evidence. Accounting Forum, 24 (1), 101-30. Epstein, M. J., & Schnietz, K. E. (2005). Exploring the financial value of a reputation for corporate social responsibility during a crisis. Corporate Reputation Review, 7(4), 327-345. Gray, R., Kouhy, R., & Lavers, S. (1995). Corporate social and environmental reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting, Auditing and Accountability, 8(2), 47– 77. Guthrie, J. & Parker, L. D. (1989). Corporate social reporting: A rebuttal of legitimacy theory. Accounting and Business Research. 19(76), 343-352. Hackstone, D., & Milne, M. (1997). Some determinants of social and environmental disclosures in New Zealand companies. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 9(1), 77-108. Hartanti, D. (2003) Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta tahun 1999 & 2001. Working Paper, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hogner, R.H. (1982). Corporate social reporting: eight decades of development at US Steel. Research in Corporate Performance and Policy, 4, 243-250. Holland, J. (2003). Maximising value from CSR. Marketing November, 15, Singapore: Lighthouse Independent Media. Kemp, M. (2001) Corporate social responsibility in Indonesia: Quixotic dream or confident expectation? Cornell University IRL School. Lehman, C. R. (1983) Stalemate in corporate social responsibility research. Working Paper Number 3, Public Interest Section, American Accounting Association.
18
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
Lindblom, C.K. (1983). The concept of organizational legitimacy and its implications for corporate social responsibility disclosure. American Accounting Association Public Interest Section, Working Paper. Lindblom, C.K. (1994). The implications of organizational legitimacy for corporate social performance and disclosure. Paper presented at the Critical Perspectives on Accounting Conference, New York. McWilliams, A., & Siegel, D. S. (2001). Corporate social responsibility: A theory of the firm perspective. Academy of Management Review, 26(1), 117-127. Michelon, G. (2011). Sustainability and reputation: A comparative study. Corporate Reputation Review, 14(2), 79-36. Neville, B. A., Bell, S. J., & Mengüç, B. (2005). Corporate reputation, stakeholders and the social performance-financial performance relationship. European Journal of Marketing, 39(9/10), 1184-1198. Patten, D. M. (1990). The market reaction to social responsibility disclosures: The case of the Sullivan principles signings. Accounting, Organizations and Society, 15 (6), 575 – 587. Patten, D. M. (1991). Exposure, legitimacy, and social disclosure. Journal of Accounting and Public Policy, 10 (4), 297–308. Patten, D. M. (1992). Intra-industry disclosure in response to the Alaskan oil spill: A note on legitimacy theory. Accounting, Organizations and Society, 17 (5), 471-475. Patten, D. M. (1995). Variability in social disclosure: A legitimacy-based analysis. Advances in Public Interest Accounting, 6, 273–286. Patten, D. M. (2002). Media exposure, public policy pressure, and environmental disclosure: An examination of the impact of Tri Data availability. Accounting Forum, 26 (2), 152-171. Pava, M. L. & Krausz, J. (1996). The association between corporate social responsibility and financial performance: The paradox of social cost. Journal of Business Ethics , 15 (3) , 337347. Porter, M. E., & Kramer, M. R. (2002). The competitive advantage of corporate philanthropy. Harvard Business Review, December, 57-68. Preston, L. E., & Post, J. E. (1975). Private management and public policy: The principle of public responsibility. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Russo, M. V., & Fouts, P. A. (1997). A resource-based perspective on corporate environmental performance and profitability. Academy of Management Journal, 40(3), 534-559.
19
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013
Sanchez, J. L. F., & Sotorio, L. L. (2007) The creation of value through corporate reputation. Journal of Business Ethics, 76(3), 335-346. Toms, J. S. (2002). Firm resources, quality signals and the determinants of corporate environmental reputation: some UK evidence. The British Accounting Review, 34(3), 257282. Tsoutsoura, M. (2004). Corporate social responsibility and financial performance. Working Paper Series, Center for Responsible Business, UC Berkeley. Ullmann, A. (1985). Data in search of a theory: A critical examination of the relationship among social performance, social disclosure, and economic performance. Academy of Management Review, 10 (3), 540–577. Utama, S. (2011). An evaluation of support infrastructures for corporate responsibility reporting in Indonesia. Asian Business and Management, 10, 405-424. Waddock, S. A., & Graves S. B. (1997). The corporate social performance financial performance link. Strategic Management Journal, 18 (4), 303-319. Walden, W.D., & Schwartz, B. N. (1997). Environmental disclosures and public policy pressures. Journal of Accounting and Public Policy, 16 (Summer), 125–154.
20
Analisis determinan…, Indriana Pratiwi, FE UI, 2013