ANALISIS PENGARUH PENDEKATAN PENGUKURAN NILAI WAJAR DAN NILAI HISTORIS TERHADAP VALUE RELEVANCE ASET BIOLOGIS (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DI INDONESIA, MALAYSIA, DAN SINGAPURA) Emeraldy Putra Petrus dan Aria Farahmita Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini merupakan studi empiris pada perusahaan perkebunan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, mengenai hubungan antara pendekatan pengukuran dengan value relevance aset biologis. Konsep penelitian ini adalah menjadikan pendekatan pengukuran sebagai dasar penelitian dengan tujuan meneliti value relevance aset biologis dan membedakan value relevance aset biologis tersebut dari dua pendekatan pengukuran, nilai wajar dan nilai historis. Dengan menggunakan teknik regresi linear model harga Ohlson pada data pooled cross section untuk 31 perusahaan perkebunan, didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nilai buku aset biologis terhadap harga saham. Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan pendekatan pengukuran nilai wajar dan pengaruh positif signifikan pendekatan pengukuran nilai historis, terhadap value relevance aset biologis. Hasil tersebut membuktikan bahwa pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis tidak mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis. Kata Kunci: Value Relevance, Aset Biologis, Nilai Wajar, Nilai Historis
Analysis of The Effect of Fair Value and Historical Cost Measurement Approach on The Value Relevance of Biological Assets (Empirical Study on Plantation Companies in Indonesia, Malaysia, and Singapore) Abstract This study is an empirical study on plantation companies in Indonesia, Malaysia, and Singapore, about the relation between the measurement approach with the value relevance of biological assets. The concept of this study is to make the measurement approach as the basis of the study in orders to investigate the value relevance of biological assets and differentiate the value relevance of biological assets from two measurement approaches, the fair value and the historical cost. By using Ohlson price level regression technique on pooled cross section data in 31 plantation companies, obtained results that show there were no significant effect of the book value of biological assets against the stock prices. Furthermore, the results show that there were significant negative effect of the fair value measurement approach and significant positive effect of the historical measurement approach, against the value relevance of biological assets. That results prove that the fair value measurement approach on biological assets have no higher value relevance than the historical cost measurement approach. Keywords: Value Relevance; Biological Assets; Fair Value; Historical Cost
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
1.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar akuntansi yang harus dipatuhi
dalam pembuatan laporan keuangan. Standar akuntansi tersebut diperlukan karena setiap negara tentunya mempunyai aturan akuntansi yang berbeda-beda. Perbedaan itu mencakup pengakuan, pengukuran, penilaian, penyajian, dan pelaporan. Standar akuntansi yang berbeda antar negara akan menyulitkan para pengguna laporan keuangan terutama bagi para investor yang lingkup kerjanya melewati batas negara. Berdasar hal tersebut, munculah isu konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) untuk mengatur standar akuntansi yang berlaku secara umum. Dengan adanya konvergensi IFRS diharapkan dapat menjembatani persepsi yang berbeda dalam mengartikan laporan keuangan karena semua negara berpedoman pada standar akuntansi yang seragam dan pemahaman yang sama. Dengan direalisasikannya konvergensi IFRS yang berlaku efektif tahun 2008, banyak negara merespon perubahan-perubahan sistem pelaporan keuangan terkini dengan melakukan penyesuaian IFRS ke standar akuntansi yang berlaku untuk masing-masing negara. Penyesuaian IFRS tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat terkait fungsi dan posisi negara sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dunia yang diterima secara global. Dengan mengadopsi IFRS, negara-negara tersebut akan dapat meningkatkan berbagai hal seperti kualitas standar akuntansi, kredibilitas laporan keuangan, komparabilitas pelaporan keuangan, hingga menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalu pasar modal. Namun di sisi lain, perubahan tata cara pelaporan keuangan ke IFRS sebagai standar akuntansi yang diadopsi secara global juga berdampak sangat luas. Salah satu dampaknya yaitu perubahan pendekatan pengukuran akuntansi yang menekanan pada nilai wajar (fair value) dan meninggalkan nilai historis (historical cost). Fenomena transisi atas standar-standar akuntansi terhadap pendekatan pengukuran akuntansi berdasar nilai wajar ini telah menimbulkan suatu perdebatan yang sengit terutama dalam tahun-tahun terakhir ini. Salah satu perdebatan tersebut adalah perdebatan mengenai standar akuntansi perkebunan IFRS yang mengacu pada International Accounting Standard (IAS) No. 41 Agriculture tahun 2003. IAS No. 41 Agriculture (2003) yang menggunakan pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis, mengklasifikasikan tanaman perkebunan menjadi dua jenis, yaitu aset biologis dan produk agrikultur. Aset biologis itu sendiri juga dibedakan berdasar macamnya, yakni aset biologis yang dapat dikonsumsi (consumable biological assets) dan aset biologis
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
bawaan (bearer biological assets). Penggunaan basis pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual ini lebih lanjut dipertanyakan berdasar perlakuan akuntansinya terutama untuk aset biologis berupa tanaman jangka panjang seperti kelapa sawit. Banyak pihak menganggap bahwa penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar untuk kelapa sawit yang membutuhkan waktu selama lima tahun hingga akhirnya dapat dipanen adalah tidak tepat. Hal tersebut didasari oleh pengakuan selisih perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dalam laporan laba rugi yang berdampak pada meningkatnya volatilitas kinerja keuangan yang sebetulnya belum terealisasi pada tahun sebelum panen; sehingga menurut mereka, penggunaan opsi pendekatan pengukuran nilai historis seharusnya lebih tepat dalam mengukur nilai aset biologis tersebut dalam laporan keuangan. Keberatan atas perlakuan akuntansi IAS No. 41 Agriculture (2003) ini paling gencar diutarakan oleh Indonesia dan Malaysia sebagai negara-negara agraris yang kekayaan alamnya sebagian besar berorientasi pada aset biologis tanaman jangka panjang. Mereka menganggap perlakuan akuntansi dengan menggunakan pendekatan pengukuran nilai wajar hanya menitiktolakkan basis pengukuran berdasar karakteristik aset biologis tanaman jangan pendek Australia sebagai ketua penyusun IAS No. 41 Agriculture (2003). Hal ini menjadi menarik berdasar fakta bahwa Singapura ternyata telah mengadopsi pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis. Perdebatan mengenai standar akuntansi perkebunan khususnya IAS No. 41 Agriculture (2003) tersebut lebih lanjut diteliti oleh banyak pihak yang bersikap kritis terhadap persyaratan penerapan nilai wajar serta perubahan nilainya yang harus diakui dalam laporan laba rugi perusahaan. Argilés, Bladon, dan Monllau (2009), berdasar pada penelitiannya memperlihatkan bahwa antara perusahaan dengan pendekatan pengukuran nilai wajar dan nilai historis terhadap aset biologis tidak memiliki perbedaan yang nyata terkait nilai aset, pendapatan, earnings, ROA, dan Income Smoothing Index (ISI). Penelitian tersebut konsisten dengan replikasi penelitian yang dilakukan Maruli dan Farahmita (2010) di Indonesia. Kebutuhan atas standar akuntansi khusus yang mengatur akuntansi perkebunan berdasar fungsi informasi pendekatan pengukuran akuntanasi atas aset biologis dalam laporan keuangan adalah isu utama terkait hubungannya dengan pengguna laporan keuangan, dalam hal ini investor. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang diterbitkan suatu perusahaan seharusnya dapat mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan haruslah informasi yang mempunyai relevansi terkait hubungan informasi tersebut
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
terhadap pengambilan keputusan. Salah satu indikator bahwa suatu informasi akuntansi mempunyai relevansi nilai (value relevance) adalah adanya reaksi investor pada saat diumumkannya suatu informasi akuntansi yang pengaruhnya dapat diamati dari pergerakan harga saham perusahaan. Barth et al (2001) dalam penelitiannya mengenai value relevance nilai wajar yang dijadikan sebagai dasar pendekatan pengukuran akuntansi atas kewajiban pensiun, hutangefek, derivatif, paten, goodwill, hingga aset berwujud jangka panjang, menyimpulkan bahwa nilai wajar lebih value relevant dibandingkan nilai historis. Hal tersebut lebih lanjut dipertegas dengan hasil penelitian Danbolt dan Rees (2008) atas industri real estate yang beorientasi pada aset berupa properti yang menyimpulkan bahwa pendekatan pengukuran nilai wajar juga lebih value relevant dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis. Hasil tersebut didasari kesimpulan mereka terkait tidak ambigunya penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar berdasar karakteristik pengukuran yang menghalangi terjadinya manipulasi manajemen laba (earnings management). Mencermati perdebatan mengenai pendekatan pengukuran nilai wajar dan nilai historis atas aset biologis perusahaan perkebunan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, serta mengaitkannya dengan dasar tujuan pelaporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang berguna untuk pihak pengguna laporan keuangan, khususnya investor dalam pengambilan keputusan, terangkum dalam benak penulis suatu pertanyaan “Apakah pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis?” Menindaklanjuti pertanyaan tersebut, keberadaan penulis sebagai insan pendidikan Indonesia tergerak untuk membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut dalam bentuk penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Pendekatan Pengukuran Nilai Wajar dan Nilai Historis terhadap Value Relevance Aset Biologis (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura)”. 1.2
Perumusan Masalah Rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu: 1. Apakah nilai buku aset biologis berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perkebunan? 2. Apakah pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis?
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh nilai buku aset biologis terhadap harga saham perusahaan perkebunan. 2. Memberikan bukti empiris bahwa pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis.
2.
Tinjauan Teoritis
2.1
Aset Biologis Penyajian laporan keuangan secara benar harus dilakukan baik dari segi jumlah
maupun klasifikasi dari masing-masing akun yang ada, termasuk akun yang berkaitan dengan tanaman
perkebunan.
Berdasar
pendekatan
pengukuran
nilai
historis,
tanaman
perkebunandapat diklasifikasikan menjadi duajenis, yaitu aset biologis, yang dibedakan antara tanaman belum menghasilkan (immature) dengan tanaman telah menghasilkan (mature), dan persediaan. Di lain sisi, IAS No. 41 Agriculture (2003) yang berorientasi pada pendekatan pengukuran nilai wajar, mengklasifikasikan tanaman perkebunan menjadi dua jenis, yaitu aset biologis dan produk agrikultur. Aset biologis itu sendiri juga dibedakan dari macamnya, yakni aset biologis yang dapat dikonsumsi (consumable biological assets) dan aset biologis bawaan (bearer biological assets). 2.2
Value Relevance Value relevance akuntansi dicirikan oleh kualitas informasi akuntansi (Francis dan
Schipper, 1999) memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dengan menyebutkan empat kemungkinan interpretasi value relevance yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Informasi akuntansi dalam laporan keuangan mempengaruhi harga saham karena mengandung nilai intrinsik saham sehingga berpengaruh ke harga saham. 2. Informasi akuntanasi dalam laporan keuangan merupakan nilai yang relevan bila mengandung variabel yang dapat digunakan dalam model penilaian atau memprediksi variabel-variabel tersebut. 3. Hubungan statistik digunakan untuk mengukur apakah investor benar-benar menggunakan informasi tersebut dalam penetapan harga, sehingga nilai relevan diukur
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
dengan kemampuan informasi akuntanasi dalam laporan keuangan untuk mengubah harga saham karena menyebabkan investor memperbaiki ekspektasinya. 4. Value relevance diukur dengan kemampuan informasi akuntansi dalam laporan keuangan untuk menangkap berbagai informasi yang mempengaruhi nilai saham. Berbagai studi telah membuktikan bahwa laba akuntansi berhubungan dengan harga saham (Beaver et al 1968, 1979). Beberapa studi lainnya juga menunjukkan bahwa nilai buku ekuitas terkait aset dan kewajiban berhubungan dengan harga saham (Landsman, 1986 serta Francis dan Schipper, 1999). Pengujian value relevance gabungan laba akuntansi dan nilai buku ekuitas yang dilakukan oleh beberapa peneliti banyak dimotivasi oleh hasil studi Ohlson (1995) serta Feltham dan Ohlson (1996). Studi Ohlson (1995) yang banyak dipakai sebagai dasar teoritis oleh peneliti-peneliti lainnya, menghubungkan nilai buku ekuitas dan laba dengan harga saham. Maka dari itu, studi ini didasarkan pada regresi linear model harga (price level regression model) Ohlson berikut: Pjt = α0 +α1Bjt + α2Ejt + εjt
2.3
Pengembangan Hipotesis Value relevance informasi akuntansi mempunyai arti kemampuan informasi akuntansi
untuk menjelaskan nilai perusahaan. Informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan yang diterbitkan suatu perusahaan harus dapat mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan haruslah informasi yang mempunyai relevansi. Meningkatnya persaingan informasi di pasar modal menyebabkan pentingnya mengetahui informasi akuntansi dalam laporan keuangan.Di sinilah letak kegunaan value relevance, yaitu menggambarkan kegunaan informasi akuntansi dalam laporan keuangan bagi investor, yang secara relatif berhubungan dengan seluruh informasi yang digunakan oleh investor pada pasar modal (Lev dan Zarowin, 1999). Definisi angka akuntansi sebagai nilai yang relevan berdasar fungsinya sebagai kekuatan spesifik variabel laporan keuangan digunakan untuk menjelaskan perubahan nilai ekuitas. Semakin besar daya explanatory spesifik variabel laporan keuangan, semakin besar value relevance. Berdasar penelitian Hellstorm (2005), value relevance dapat dipahami sebagai kemampuan pernyataan informasi akuntansi untuk meringkas atau menangkap informasi yang mempengaruhi nilai saham dan dapat diuji secara empiris sebagai hubungan statistik antara nilai pasar dan nilai akuntansi.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
2.3.1
Value RelevanceNilai Buku Aset Biologis Informasi nilai buku aset berwujud mencerminkan sumber daya perusahaan, hak atas
sumber daya perusahaan, dan perputaran sumber daya perusahaan.Hak atas sumber daya terdiri atas hak pemilik dan hak nonpemilik.Hak pemilik atas sumber daya perusahaan merupakan hak residual pemegang saham.Hak residual pemegang saham atau ekuitas dilaporkan dalam neraca sebagai nilai buku ekuitas.Maka dari itu, nilai buku aset berwujud yang merupakan bagian dari nilai buku ekuitas, mengandung nilai ekonomik yang berpengaruh positif pada nilai pasar perusahaan (Ohlson, 1995; Sasongko, 2008). Setiap industri umumnya memiliki karakteristik utama terkait informasi akuntansi yang akan disajikan tersebut. Beberapa penelitian (Lev dan Zarowin, 1999 serta Francis dan Schipper, 1999) menunjukkan bahwa value relevance dapat dikaitkan dengan keberadaan driver ataupun elemen aset berwujud. Aset biologis merupakan salah satu elemen aset berwujud pada perusahaan-perusahaan yang secara khusus berada dalam lingkup bidang industri perkebunan. Maka dari itu dapat disimpulkan, aset biologis merupakan aset berwujud yang informasi nilai bukunya berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan perkebunan, sehingga dapat dikatakan value relevance.Berdasar hal tersebut, hipotesis 1 yang diujikan adalah: H1:
Terdapat pengaruh positif nilai buku aset biologis terhadap harga saham perusahaan perkebunan
2.3.2
Perbandingan Value Relevance Aset Biologis antara Pendekatan Pengukuran
Nilai Wajar dan Nilai Historis Nilai wajar dari aset berwujud merupakan nilai yang relevan. Namun, hasil tersebut bergantung pada lingkungan dan estimasi yang disediakan. Ada juga beberapa bukti bahwa, untuk aset berwujud, revaluasi mungkin bias. Biasnya informasi akuntansi merupakan isu utama yang dihadapi investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Danbolt dan Rees (2008) dalam penelitiannya atas industri real estate yang secara mayor berorientasi pada aset berwujud berupa properti, menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar lebih value relevant dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis. Hal tersebut dikarenakan tidak ambigunya penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar berdasar konsistensi pengukuran yang menghalangi terjadinya manipulasi manajemen laba (earnings management). Pendekatan yang mereka gunakan berbeda dari penelitian sebelumnya, mereka menggunakan basis pengukuran sebagai dasar
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
penelitian dengan tujuan meneliti value relevance aset berwujud berupa properti dan membedakan value relevance aset berwujud tersebut dari dua pendekatan pengukuran, yaitu nilai wajar dan nilai historis. Di lain sisi, Charles Elad (2004) yang dalam penelitiannya terhadap implementasi pendekatan pengukuran nilai wajar, menyatakan bahwa nilai wajar tidak sesuai dengan model akuntansi. Hal tersebut dikarenakan penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar menghasilkan perlakuan yang berbeda berdasar subyektifitas penilaian untuk memperkirakan nilai wajar aset dalam laporan keuangan. Perbedaan temuan Danbolt dan Rees (2008) dengan temuan Charles Elad (2004) ini menggambarkan adanya conflict of interest antara pihak pengguna laporan keuangan, yang cenderung menggunakan informasi pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset dalam laporan keuangan berdasar penelitian Danbolt dan Rees (2008), dengan pihak penyusun standar, yang berdasar penelitian Charles Elad (2004) menilai nilai wajar aset tidak konsisten dikarenakan subyektifitas penilaiannya. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut berdasar fakta bahwa pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset yang meski menciptakan ketidakkonsistenan penilaian berdasar subyektifitasnya, memiliki value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis. Berdasar hal tersebut, hipotesis 2 yang diteliti yaitu: H2:
Pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis.
3.
Metode Penelitian
3.1
Desain Penelitian Value relevance aset biologis yang tercermin dari kekuatan informasi nilai buku aset
biologis dalam laporan keuangan untuk mempengaruhi harga saham perusahaan perkebunan, merupakan elemen penting dalam penelitian ini. Maka dari itu, variabel-variabel terkait hubungan nilai buku aset biologis dengan harga saham yang diteliti digambarkan dalam bentuk kerangka penelitian pada Gambar 3.1 sebagai berikut:
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
Variabel Independen H1 Nilai Buku Aset Biologis
Variabel Dependen H1
Harga Saham
Variabel Kontrol: • Ukuran • Risiko • Inflasi
Variabel Independen
Variabel Dependen
H2 Nilai Wajar H2 H2 H2
Nilai Buku Aset Biologis
Nilai Historis
Harga Saham
Variabel Kontrol: • Ukuran • Risiko • Inflasi Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
3.2
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian pada perusahaan perkebunan ini adalah data
kuantitatif dengan sumber data berupa data sekunder yang dirinci sebagai berikut: •
Data harga saham, aset biologis, non aset biologis, dan liabilitas dalam laporan keuangan yang diperoleh dari Thompson Reuters.
•
Data informasi pendekatan pengukuran atas aset biologis baik untuk pendekatan pengukuran nilai wajar maupun nilai historis dalam pengungkapan catatan atas laporan keuangan yang diperoleh dari Thompson Reuters.
•
Data ukuran perusahaan berupa total aset dalam laporan keuangan yang diperoleh dari Thompson Reuters.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
•
Data tingkat risiko berupa market risk (Rm), premium risk (Rp),dan risk-free (Rf) yang diperoleh dari Thompson Reuters.
• 3.3
Data tingkat inflasi berupa inflation rate yang diperoleh dari World Bank. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian dengan jenis data pooled cross section ini mencakup 54
perusahaan perkebunan. Populasi perusahaan perkebunan tersebut merupakan pengkhususan lingkup populasi dari penelitian Maruli dan Farahmita (2010) yang hanya meliputi negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura untuk periode observasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Dari populasi tersebut akan dipilih sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian. Ketentuan kriteria untuk pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu: •
Memiliki data harga saham yaitu harga saham pada saat penutupan (monthly closing price) per 31 Desember selama tiga tahun berturut-turut pada bursa tempat perusahaan perkebunan tersebut listing (Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI); Malaysia, Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE); Singapura, Singapore Exchange (SGX)).
•
Memiliki data aset biologis dalam laporan keuangan yang dipublikasikan selama tiga tahun berturut-turut dengan rincian:
-
Untuk perusahaan perkebunan yang menggunakan pendekatan pengukuran nilai wajar, jenis aset biologis yang digunakan sebagai data aset biologis adalah aset biologis yang dapat dikonsumsi (consumable biological assets) dan aset biologis bawaan (bearer biological assets).
-
Untuk perusahaan perkebunan yang menggunakan pendekatan pengukuran nilai historis, jenis aset biologis yang digunakan sebagai data aset biologis adalah tanaman belum menghasilkan (immature) dan tanaman telah menghasilkan (mature).
•
Memiliki data informasi pendekatan pengukuran atas aset biologis baik nilai wajar maupun nilai historis dalam pengungkapan catatan atas laporan keuangan selama tiga tahun berturut-turut.
3.4
Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian ini merupakan studi asosiasi yang secara ekonometri diuji dengan
menggunakan model regresi linier berganda sebagai dasar pengujian hipotesis.Value
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
relevance yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini diukur dari hubungan positif antara variabel akuntansi dengan nilai pasar pada model regresi linier berganda berdasar price level regression modelOhlson (1995).Berdasar penelitian ini, maka variabel-variabel yang diteliti diderivasikan dalam model regresi linier berganda sebagai berikut: Model 1 Pi
= α0 + α1ABi + α2NABi + α3Li + α4LSIZEi + α5INFi + α6BETAi + α7εi
Model 2 Pi
= α0 + α1ABi + α2NABi + α3Li + α4LSIZEi + α5INFi + α6BETAi + α7DFVHCi + α8DFVHCi*ABi + + α9εi
Pi
= harga saham; harga saham penutupan (monthly closing price) perusahaan i per 31 Desember
ABi
= aset biologis; total nilai buku aset biologis (total nilai bukutanaman belum menghasilkan / immature ditambah total nilai bukutanaman telah menghasilkan / mature) dibagi lembar saham perusahaan i per 31 Desember
NABi
= non aset biologis; total nilai buku aset selain aset biologis dibagi lembar saham perusahaan i per 31 Desember
Li
= liabilitas; total nilai buku liabilitas dibagi lembar saham perusahaan i per 31 Desember
LSIZEi
= ukuran; logaritma normaltotal nilai buku asetperusahaan iper 31 Desember
BETAi
= risiko; beta perusahaan regresi CAPM market risk (Rm), premium risk (Rp),dan risk-free (Rf) perusahaan i
INFi
= inflasi; inflation rate negara asal perusahaan i
DFVHCi
= variabel dummy; DFVHC = 1, nilai wajar dan DFVHC = 0, nilai historis
DFVHCi*ABi
= moderasi variabel dummy; perkalian variabel dummy dengan nilai buku aset biologis
εi
= residual; informasi lain yang value relevant dari perusahaan i
i
= perusahaan
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
4.
Analisis
4.1
Objek Penelitian Tabel 4.1 Daftar Pemilihan Sampel Jumlah
Jumlah
(Nilai Wajar)
(Nilai Historis)
100
300
400
70
230
300
16
38
54
(0)
(6)
(6)
Jumlah sampel yang tidak memenuhi kriteria
(2)
(11)
(13)
Jumlah sampel yang outliers
(1)
(3)
(4)
Jumlah sampel akhir
13
18
31
Periode pengamatan
3 Tahun
3 Tahun
3 Tahun
39
54
93
Kriteria Perusahaan perkebunan berdasar penelitian Maruli dan Farahmita (2010) Perusahaan yang memiliki aset biologis berdasar penelitian Maruli dan Farahmita (2010)
Total
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE), dan Singapore Exchange (SGX) Jumlah sampel dengan data laporan keuangan tidak lengkap
Jumlah observasi
(Sumber: Data; Diolah)
Setelah dilakukan penelitian dengan metode penarikan sampel purposive sampling, maka total sampel yang terpilih adalah 31 perusahaan perkebunan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE), dan Singapore Exchange (SGX). Sampel perusahaan perkebunan yang diteliti merupakan pengkhususan lingkup sampel dari penelitian Maruli dan Farahmita (2010) yang hanya meliputi negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan total observasi sebanyak 93 observasi berdasar periode pengamatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
4.2
Statistik Deskriptif
4.2.1
Hasil Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif
Variable
N
Minimum
Maximum
Mean
Std, Deviation
P
93
0,007616
3,9
0,635974
0,785806
AB
93
0,004686
0,477923
0,160882
0,123309
NAB
93
0,005458
1,923233
0,498957
0,460315
L
93
0,008248
1,020006
0,22929
0,21639
SIZE
93
13.094,14
7.900.480
613.528.3
1.238.905
BETA
93
0,29
2,58
1,180323
0,475354
INF
93
0,6
11,1
4,012903
3,040853
DFVHC
93
0
1
0,419355
0,496128
DFVHC*AB
93
0
0,477923
0,083688
0,131647
Keterangan: P = Harga Saham; AB = Aset Biologis; NAB = Non Aset Biologis; L = Liabilitas; SIZE = Ukuran; BETA = Risiko; INF = Inflasi; DFVHC = Variabel Dummy (Nilai Wajar = 1; Nilai Historis = 0); DFVHC*AB = Moderasi Variabel Dummy; Dalam satuan mata uang USD; Per lembar saham, kecuali SIZE (Sumber: Data; Diolah)
4.2.2
Pembahasan Berdasar hasil statistik deskriptif atas sampel variabel-variabel yang diuji pada model
1 dan 2 dalam penelitian ini, maka dirampungkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan, total observasi dalam penelitian ini adalah 93 observasi berdasar 31 sampel perusahaan perkebunan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. 2. Variabel dependen harga saham, yang merupakan tolak ukur investasi oleh investor, memiliki rata-rata sebesar 0,635 (dalam satuan mata uang USD) dengan nilai minimum 0,007 dan nilai maksimum 3,90. Sampel harga saham dalam penelitian ini memiliki variasi persebaran yang luas berdasar standar deviasi relatif yang tinggi yakni 0,785. 3. Sedangkan aset biologis (AB), yang merupakan tolak ukur informasi untuk investor, didapatkan hasil rata-rata sebesar 0,16 (dalam satuan mata uang USD; dibagi per lembar saham) dengan nilai minimum 0,004 yang dimiliki dan nilai maksimum 0,477. Sampel aset biologis dalam penelitian ini memiliki variasi persebaran yang luas berdasar standar deviasi yang relatif tinggi yakni 0,123.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
4.3
Hasil dan Pembahasan Pengujian Statistik Model 1 Model 1 yang telah memenuhi uji asumsi klasik di atas kemudian diuji dengan
melakukan pengujian statistik terkait pengukuran koefisien determinasi !! , nilai F, dan nilai statistik t yang hasilnya didapatkan sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Pengujian Statistik Model 1 Variable Expected Sign
Actual Sign
Coefficient
Std.Error
t-‐Statistic
Prob.
Description
C
-‐2,59012
0,585214
-‐4,42593
0,0000
Signifikan ***
AB
+
+
0,339849
0,588701
0,577286
0,5653
Tidak Signifikan
NAB
+
+
1,446594
0,205228
7,048697
0,0000
Signifikan ***
L
-‐
-‐
-‐1,64277
0,389287
-‐4,21994
0,0001
Signifikan ***
LSIZE
+/-‐
+
0,543608
0,117526
4,625436
0,0000
Signifikan ***
BETA
-‐
-‐
-‐0,01959
0,14517
-‐0,13496
0,8930
Tidak Signifikan
+/-‐
-‐
-‐0,02274
0,02053
-‐1,1075
0,2712
Tidak Signifikan
INF R-‐squared
0,567189 Years:
Adjusted R-‐squared
0,536993 Periods included:
F-‐statistic
Prob(F-‐statistic)
2007 -‐ 2009
18,7835 Cross-‐sections included: 0,0000 Total panel observations:
3 31 93
Keterangan: AB = Aset Biologis; NAB = Non Aset Biologis; L = Liabilitas; LSIZE = Ukuran; BETA = Risiko; INF = Inflasi; Level Signifikansi = *p<0,1; **p<0,05; ***p<0,01 (Sumber: Data; Diolah)
Berdasar hasil pengujian statistik model 1 di atas dijabarkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Besaran kontribusi interaksi variabel independen aset biologis, non aset biologis, liabilitas, ukuran, risiko, dan inflasi terhadap variabel dependen harga saham perusahaan perkebunan adalah sebesar 53,699% berdasar koefisien determinasi adjusted !! . Untuk 46,301% lainnya dikontribusikan oleh faktor-faktor selain variabel independen yang diteliti. 2. Terdapat pengaruh variabel independen aset biologis, non aset biologis, liabilitas, ukuran, risiko, dan inflasi terhadap variabel dependen harga saham berdasar nilai signifikansi probabilitas 0,00 < (α = 0,05); F = 18,783 dalam penelitian ini.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
3. Terkait signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, didapatkan hasil sebagai berikut: •
Variabel independen non aset biologis, liabilitas, dan ukuran secara signifikan mempengaruhi variabel dependen harga saham berdasar nilai signfikansi probabilitas < (α = 0,05).
•
Sedangkan variabel independen aset biologis, risiko, dan inflasi tidak terdapat pengaruh secara signifikan terkait hubungannya dengan variabel dependen harga saham berdasar nilai signifikansi probabilitas> (α = 0,05).
•
Khusus untuk variabel independen aset biologis yang diuji dalam hipotesis terkait pengaruhnya terhadap variabel dependen harga saham, didapatkan hasil bahwa variabel independen aset biologis memiliki nilai koefisien sebesar 0,339 dengan signifikansi probabilitas0,565/2 = 0,2825. Melalui pengujian model 1 ini, diketahui bahwa value relevance aset biologis yang
diuji dalam hipotesis 1 ditunjukkan oleh koefisien α1 hubungan variabel independen nilai buku aset biologis (AB) dengan variabel dependen harga saham (P). Nilai koefisien α2 tersebut diekspektasikan bernilai positif guna menggambarkan value relevance aset biologis dalam laporan keuangan.Namun, dikarenakan tidak terdapat cukup bukti bahwa terdapat pengaruh nilai buku aset biologis terhadap harga saham perusahaan perkebunan, maka Hipotesis 1 tidak dapat diterima. Hal tersebut didasari signifikansi probabilitas0,565/2 = 0,2825> (α = 0,05). Perbedaan hasil dengan hipotesis ini mungkin dikarenakan belum disertakannya informasi pendekatan pengukuran atas aset biologis yang mungkin merupakan tolak ukur informasi akuntansi utama untuk pengguna laporan keuangan, dalam hal ini investor. Informasi pendekatan pengukuran itu sendiri dibedakan berdasar pengukurannya menjadi dua macam, yaitu pendekatan pengukuran nilai wajar dan pendekatan pengukuran nilai historis. Penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis merupakan cara yang relevan untuk mengukur nilai buku aset biologis. Namun, hasil tersebut bergantung pada lingkungan dan estimasi yang disediakan. Di lain sisi, penggunaan pendekatan pengukuran nilai historis memang lebih andal untuk mencerminkan nilai buku aset biologis dalam laporan keuangan. Akan tetapi, alokasi biaya, kualitas aset biologis, hingga pengelolaan transformasi biologis, merupakan isu yang lebih lanjut harus dikaji. Keunggulan dan kelemahan kedua pendekatan pengukuran atas aset biologis tersebut yang mungkin menjadi pedoman investor ketika ingin melakukan investasi pada perusahaan perkebunan.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
4.4
Hasil dan Pembahasan Pengujian Statistik Model 2 Model 2 yang telah memenuhi uji asumsi klasik di atas kemudian diuji dengan
melakukan pengujian statistik terkait pengukuran koefisien determinasi !! , nilai F, dan nilai statistik t yang hasilnya didapatkan sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Statistik Model 2 Variable
Expected Sign
Actual Sign
C
-‐2,75435
0,527833
-‐5,21822
0,0000
Signifikan ***
AB
+
+
2,955303
0,843184
3,504934
0,0007
Signifikan ***
NAB
+
+
1,25729
0,195189
6,441397
0,0000
Signifikan ***
L
-‐
-‐
-‐1,69284
0,349584
-‐4,84243
0,0000
Signifikan ***
LSIZE
+/-‐
+
0,551308
0,105486
5,226347
0,0000
Signifikan ***
BETA
-‐
-‐
-‐0,04547
0,138723
-‐0,32778
0,7439
Tidak Signifikan
+/-‐
-‐
-‐0,0178
0,018953
-‐0,93927
0,3503
Tidak Signifikan
DFVHC
+
+
0,260558
0,209134
1,245889
0,2163
Tidak Signifikan
DFVHC*AB
+
-‐
-‐3,47469
0,993736
-‐3,49659
0,0008
Signifikan ***
INF
Coefficient
Std.Error
t-‐Statistic
Prob.
R-‐squared
0,660601 Years:
Adjusted R-‐squared
0,628278 Periods included:
F-‐statistic
20,43707 Cross-‐sections included:
Prob(F-‐statistic)
Description
2007 -‐ 2009
0,0000 Total panel observations:
3 31 93
Keterangan: AB = Aset Biologis; NAB = Non Aset Biologis; L = Liabilitas; LSIZE = Ukuran; BETA = Risiko; INF = Inflasi; DFVHC = Variabel Dummy; DFVHC*AB = Moderasi Variabel Dummy; Level Signifikansi = *p<0,1; **p<0,05; ***p<0,01 (Sumber: Data; Diolah)
Berdasar hasil pengujian statistik model 2 di atas dijabarkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Besaran kontribusi interaksi variabel independen aset biologis, non aset biologis, liabilitas, ukuran, risiko, inflasi, dummy variabel, dan moderasi dummy variabel terhadap variabel dependen harga saham perusahaan perkebunan adalah sebesar 62,827% berdasar koefisien determinasi adjusted !! . Untuk 37,173% lainnya dikontribusikan oleh faktor-faktor selain variabel independen yang diteliti. 2. Terdapat pengaruh variabel independen aset biologis, non aset biologis, liabilitas, ukuran, risiko, inflasi, dummy variabel, dan moderasi dummy variabel terhadap variabel dependen harga saham berdasar nilai signifikansi probabilitas 0,00 < (α = 0,05); F = 20,437 dalam penelitian ini.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
3. Terkait signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, didapatkan hasil sebagai berikut: •
Variabel independen aset biologis, non aset biologis, liabilitas, ukuran, dan moderasi dummy variabel secara signifikan mempengaruhi variabel dependen harga saham berdasar nilai signfikansi probabilitas < (α = 0,05).
•
Sedangkan variabel independen risiko, inflasi, dan dummy variabel tidak terdapat pengaruh secara signifikan terkait hubungannya dengan variabel dependen harga saham berdasar nilai signifikansi probabilitas> (α = 0,05).
•
Khusus untuk variabel independen moderasi dummy variabel dan aset biologis yang diuji dalam hipotesis terkait pengaruhnya terhadap variabel dependen harga saham, didapatkan hasil bahwa variabel independen moderasi dummy variabel memiliki nilai koefisien sebesar -3,474 dengan signifikansi probabilitas0,0008/2 = 0,0004 dan variabel independen aset biologis memiliki nilai koefisien sebesar +2,955 dengan signifikansi probabilitas 0,0007/2 = 0,00035. Melalui pengujian model 2 ini, diketahui bahwa value relevance aset biologis berdasar
pendekatan pengukuran yang diuji dalam hipotesis 2 digambarkan oleh koefisien α8 hubungan variabel independen moderasi variabel dummy (DFVHC*AB) dengan variabel dependen harga saham (P) sebagai representasi pendekatan pengukuran nilai wajar serta koefisien α1 hubungan aset biologis (AB) dengan variabel dependen harga saham (P) sebagai representasi pendekatan pengukuran nilai historis. Nilai koefisien α8 tersebut diekspektasikan bernilai positif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai koefisien α1 guna menunjukkan pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis. Hasil pengujian menunjukkan bahwa koefisien α8 moderasi variabel dummy bernilai negatif sebesar (-) 3,474. Tanda negatif tersebut menunjukkan hubungan negatif pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologisterhadap harga saham yang berarti, semakin rendah nilai buku aset biologis dengan pendekatan pengukuran nilai wajar, semakin tinggi harga saham perusahaan perkebunan; begitu sebaliknya. Sedangkan koefisien α1 aset biologis bernilai positif sebesar (+) 2,955.Tanda positif tersebut menunjukkan hubungan positif pendekatan pengukuran nilai historis atas aset biologis terhadap harga saham yang berarti, semakin tinggi nilai buku aset biologis dengan pendekatan pengukuran nilai historis, semakin tinggi harga saham perusahaan perkebunan.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
Dikarenakan terdapat cukup bukti untuk menyatakan bahwa pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis tidak mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis berdasar nilai koefisien α8 = -3,474
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan Penelitian ini menguji hubungan informasi pendekatan pengukuran dengan value
relevance aset biologis. Konsep penelitian ini adalah menggunakan pendekatan pengukuran sebagai dasar penelitian dengan tujuan meneliti value relevance aset biologis dan
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
membedakan value relevance aset biologis tersebut dari dua pendekatan pengukuran, yaitu nilai wajar dan nilai historis. Berdasar hasil penelitian, tidak ditemukan adanya pengaruh nilai buku aset biologis terhadap harga saham perusahaan perkebunan yang menggambarkan value relevance aset biologis. Hal tersebut mungkin dikarenakan belum disertakannya informasi pendekatan pengukuran atas aset biologis yang mungkin merupakan tolak ukur informasi akuntansi utama untuk investor. Keunggulan dan kelemahan kedua pendekatan pengukuran atas aset biologis tersebut yang mungkin menjadi pedoman investor ketika ingin melakukan investasi pada perusahaan perkebunan. Lebih lanjut, didapatkan hasil penelitian bahwa pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis tidak mempunyai value relevance lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis. Penggunaan nilai wajar berdasar IAS No. 41 Agriculture (2003) untuk aset biologis berupa tanaman jangka panjang mungkin dijadikan salah satu tolak ukur informasi tidak lebih relevannya aset biologis dengan pendekatan pengukuran nilai wajar jika dibandingkan dengan pendekatan pengukuran nilai historis, terhadap pengambilan keputusan investasi oleh investor. Hal tersebut didasari oleh pengakuan selisih perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dalam laporan laba rugi yang berdampak pada meningkatnya volatilitas kinerja keuangan yang belum terealisasi hingga tanaman jangka panjang dapat dipanen.Tingginya kerugian perusahaan perkebunan pada saat mengawali aktivitas agrikultur tersebut yang mungkin menyebabkan kurang relevannya informasi pendekatan pengukuran nilai wajar atas aset biologis bagi investor. Selain itu, subyektifitas penilaian dalam memperkirakan nilai wajar aset biologis dalam laporan keuangan mungkin menjadi isu berikutnya. Perbedaan nilai berdasar subyektifitas penilaian menjadi indikasi terjadinya manipulasi manajemen laba (earnings management) yang dihindari oleh investor. Hal tersebut dipertegas fakta bahwa pendekatan pengukuran nilai wajar memiliki kerumitan penilaian untuk menilai aset dalam laporan keuangan yang mana memicu kesulitan investor untuk memahami informasi aset biologis sebagai dasar penetapan tolak ukur investasi yang tercermin dari harga saham. 5.2
Keterbatasan dan Saran Penelitianpengaruh pendekatan pengukuran nilai wajar dan nilai historis terhadap
value relevance aset biologis perusahaan perkebunan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura ini memiliki keterbatasan-keterbatasan. Maka dari itu, dikemukakan berberapa saran untuk penelitian selanjutnya yaitu:
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang berada di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Jika memungkinkan, penggunaan sampel yang lebih luas, yaitu melebihi lingkup negara-negara tersebut, akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Hal tersebut dimotivasi oleh penyesuaian IFRS yang berlaku secara global terhadap standar akuntansi masingmasing negara. Sehingga, penggunaan dan pemahaman informasi akuntansi yang lebih mudah oleh pihak pengguna laporan keuangan, khususnya investor, dapat ditangkap secara penuh dalam penelitian. 2. Penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan proksi price level regression model yang didasari penelitian Ohlson (1995) dalam mengukur value relevance informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Penggunaan residual income model sebagai proksi dalam penelitian selanjutnya diharapkan dalam menyempurnakan pemahaman value relevance informasi akuntansi. 5.3
Implikasi Penelitian Diperlukan kajian lebih lanjut bagi regulator (standard setters)mengenai relevansi
dan keandalan penggunaan pendekatan pengukuran atas aset biologis berdasar jenisnya: -
Tanaman Jangka Pendek Perlakuan akuntansi menggunakan pendekatan pengukuran nilai wajar atas tanamanan jangka pendek, seperti apel, sudah tepat berdasar lebih relevannya nilai aset biologis dalam laporan keuangan perusahaan perkebunan. Hal tersebut didasari umur tanaman jangka pendek itu sendiri yang relatif pendek. Sehingga, pengakuan selisih perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dalam laporan laba rugi sudah dapat direalisasi pada periode laporan keuangan tahunan yang sejalan dengan periode tanaman jangka pendek tumbuh dan dapat dipanen.
-
Tanaman Jangka Panjang Opsi penggunaan pendekatan pengukuran nilai historis atas tanaman jangka panjang, seperti kelapa sawit, mungkin lebih andal untuk mengukur nilai aset biologis dalam laporan keuangan perusahaan perkebunan. Tingginya kerugian perusahaan perkebunan pada saat mengawali aktivitas agrikultur jika menggunakan pendekatan pengukuran nilai wajar atas tanaman jangka panjang adalah isu utama disini. Hal tersebut didasari pengakuan selisih perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dalam laporan laba rugi yang berdampak pada meningkatnya volatilitas kinerja keuangan yang belum terealisasi hingga tanaman jangka panjang dapat dipanen.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI Arie Rahayu Hariani dan Mohammad Nashih. 2006. Value Relevance Laporan Keuangan di Indonesia dan Kaitannya dengan Beban Iklan dan Promosi. Barth, Mary E., and Clinch, G. 2001. Revalued Financial, Tangible, and Intangible Assets: Associations with Share Prices and Non-Market-Based Value Estimates, Journal of Accounting Research, 36 (Supplement), pp. 119-233. Barth, Mary E., W.H. Beaver, and W.R. Landsman. 1998. The Relevance of The Value Relevance Literature for Financial Accounting Standard Setting: Another View, Journal of Accounting and Economics, Vol.31, 77-104. Boschen, F John, and Weise, L. Charles. 2002. Does the dynamic time consistency model of inflation explain cross-country differences in inflation dynamics?Department of Economics Gettysburg College. Charles E. and Kathleen H. 2001.Implementing Fair Value Accounting in The Agricultural Sector, The Institute of Chartered Accountants Scotland. Danbolt, J. and Rees, W. 2008.An Experiment in Fair Value Accounting: UK Investment Vehicles, Europe Accounting Review. 17, p. 271-303. 33 p. Damodar N. Gujarati. 1995. Basic Econometrics. 4th ed. McGraw-Hill International Editions. Feltham, G. and J. Ohlson.1995. Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and Financial Activities, Contemporary Accounting Research 11: 689-731. Francis, J. and K. Schipper. 1999.Have Financial statements Lost Their Relevance? Journal of Accounting Research: 319-52. Green, J Edward., Lopez, A Jose., Wang, andZhenyu. 2001. Formulating The Imputed Cost of Equity Capital for Priced Services at Federal Services Banks, FRBNY Economic Police Review. International Accounting Standard Board. 2003. International Accounting Standard (IAS) No. 41 Agriculture. J. M. Argilés, J. G. Bladon, and T. Monllau. 2009. Fair Value Versus Historic Cost Valuation for Biological assets: Implications for The Quality of Financial Information, Working Papers in Economics 215, Universitat de Barcelona. Ota, Koji. 2001. The Impact of Valuation Models on Value-Relevance Studies in Accounting: A Review of Theory and Evidence, Journal of Australian National University School of Finance and Applied Statistics. Lev, Baruch and Paul Zarowin. 1999. The Boundaries of Financial Reporting and How to Extend Them, Journal of Accounting Research, Vol. 37, 353-385.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013
Naimah dan Siddharta, 2006.Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Ohlson, James A. 1995. Earnings, Book Values, and Dividends in Equity Valuation, Contemporary Accounting Research, Vol. 11, 661-687. Penman, S. 1998. Combining Earnings and Book Value in Equity Valuation, Contemporary Accounting Research 15: 291-324. Pinasti, Margani. 2004. Faktor-Faktor yang Menjelaskan Variasi Relevansi-Nilai Informasi Akuntansi: Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif, Simposium Nasional Akuntansi VII, 738-753. Sari, Sekar Mayang. 2004. Analisa terhadap Relevansi Nilai (Value-Relevance) Laba, Arus Kas, dan Nilai Buku Ekuitas: Analisa di seputar Perioda Krisis Keuangan 1995-1998, Simposium Nasional Akuntansi VII, 862-882. Saur Maruli dan Aria Farahmita. 2010. Analisis Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis Dalam Penilaian Aset Biologis Pada Perusahaan Agrikultur: Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 41, Simposium Nasional Akuntansi VII. Universitas Indonesia.2008. Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia.
Analisis pengaruh…, Emeraldy Putra Petrus, FE UI, 2013