Menilai Kesiapan dan Persepsi Akuntan Manajemen, Akuntan Publik, dan Akuntan Pendidik Terhadap Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS di Indonesia
R. M. Iqbal dan Aria Farahmita
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail:
[email protected] /
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai kesiapan dan persepsi dari para akuntan profesional terhadap implementasi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) berbasis International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia. Diharapkan penelitian ini dapat membantu stakeholder terkait dalam hal menyukseskan program konvergensi IFRS dan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian dengan topik serupa di masa depan. Tujuan penelitian ini yaitu menguji pengaruh awareness, pengalaman bekerja, jabatan, sertifikasi profesional, latar belakang pendidikan, dan lokasi bekerja terhadap kesiapan dan persepsi serta mengetahui sejauh mana tingkat awareness, kesiapan, dan persepsi tersebut pada 3 kelompok akuntan profesional yang berbeda (akuntan manajemen, akuntan publik, dan akuntan pendidik). Penelitian ini mengumpulkan 243 respon melalui survei kuesioner. Secara statistik terungkap bahwa secara umum para akuntan profesional telah memiliki tingkat awareness, kesiapan, dan persepsi yang baik/positif terhadap program konvergensi IFRS dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan di antara 3 kelompok akuntan profesional yang ada. Selain itu, terungkap pula bahwa awarenesss dan latar belakang pendidikan menjadi faktor yang secara signifikan mempengaruhi secara positif tingkat kesiapan dan persepsi. Sebaliknya, faktor jabatan terungkap secara signifikan berpengaruh secara negatif terhadap tingkat kesiapan dan persepsi.
Assessing Readiness and Perception of Management Accountants, Public Accountants, and Accounting Educators Against Implementation of Financial Accounting Standards (GAAP) based on International Financial Reporting Standards (IFRS) in Indonesia
Abstract
This study discusses the readiness and perceptions of the professional accountants to the implementation of Financial Accounting Standards (GAAP) based on International Financial Reporting Standards (IFRS) in Indonesia. Hope this study can help stakeholders in terms of successing the IFRS-convergence program and can be a reference for studies on similar topics in the future. The purpose of this study is to test the influence of awareness, work experience, job title, professional certifications, educational background, and location of work
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
on readiness and perceptions and also determine the extent to which the level of awareness, readiness, and perception in the 3 different groups of professional accountants (management accountant, public accountant, and accounting educators). This study collected 243 respon through a questionnaire survey. Statistically, it was revealed that in general the professional accountants have had the level of awareness, readiness, and the perception that are good/positive towards the IFRS-convergence program with no significant differences among the 3 groups of professional accountants. In addition, it was also revealed that awarenesss and educational background to be a factor that significantly affect the level of readiness and perception with positive relationship. Conversely, job title revealed significantly affect the level of readiness and perception with negative relationship.
Keywords: Awareness; Convergence; IFRS; Perception; Readiness
Pendahuluan
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, terutama dalam hal penyediaan informasi keuangan. Keputusan ekonomi yang baik tentunya harus didukung oleh kualitas informasi yang berkualitas tinggi (Bagaeva, 2008). Hal ini akan tercermin melalui informasi keuangan yang akurat pada laporan keuangan. Berdasarkan hasil studi dari Jones (2005), terungkap bahwa saat ini berkembang isu mengenai meningkatnya kebutuhan akan informasi keuangan yang berkualitas tinggi dan dapat diperbandingkan. Sebagai konsekuensi akan temuan tersebut maka diperlukan satu set standar akuntansi keuangan global bernama International Financial Reporting Standard (IFRS) yang disusun oleh International Accounting Standard Board (IASB). Proses konvergensi dari SAK ke IFRS sendiri di Indonesia sudah dimulai sejak akhir 2008 oleh IAI sampai sekarang dan telah sukses menerapkan SAK berbasis IFRS per 1 Januari 2012 yang didasarkan pada IFRS per 1 Januari 2009 sebagai acuan konvergensi. Berbagai tantangan timbul dalam proses konvergensi IFRS di Indonesia. Tantangan-tantangan tersebut salah satunya adalah masih banyak standar pada IFRS yang bertentangan ataupun belum selaras dengan hukum dan peraturan. Hal ini semakin diperparah dengan standar IFRS yang masih terus berkembang dan selalu berubah (moving target) sehingga menyebabkan kesulitan dalam hal penyebaran informasi/sosialisasi secara merata ke seluruh stakeholder di Indonesia. Selain itu, kurang siapnya SDM dan kekhawatiran atas biaya yang mungkin ditimbulkan dibandingkan dengan keuntungan yang didapat menjadi hambatan yang tak kalah pentingnya dalam mendukung suksesnya program konvergensi ini.
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Demi menyukseskan program konvergensi IFRS di Indonesia, perlu kiranya dilakukan penelitian yang komprehensif terhadap proses konvergensi ini. Sebuah kajian yang mampu menjawab
bagaimana
sesungguhnya
signifikansi
dari
masing-masing
tingkat
awareness/kesadaran, kesiapan, dan persepsi para stakeholder dalam program konvergensi ini serta bagaimana keterkaitannya satu sama lain. Penelitian ini akan mengeksplorasi tingkat awareness/kesadaran, kesiapan, dan persepsi akuntan manajemen, akuntan publik, dan akuntan pendidik terhadap program konvergensi IFRS sebagai penentu keberhasilan penerapan SAK berbasis IFRS. Permasalahan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Sejauh mana akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik telah mengetahui adanya program konvergensi IFRS pada SAK yang direncanakan akan berlaku penuh (full compliance) pada 2012? 2. Sejauh mana kesiapan akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap penerapan SAK berbasis IFRS? 3. Bagaimana persepsi akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap penerapan SAK berbasis IFRS? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi para akuntan tersebut? 5. Tantangan apa saja yang dihadapi dalam penerapan SAK berbasis IFRS? 6. Bagaimana solusi terbaik untuk menghadapi tantangan tersebut agar SAK berbasis IFRS dapat diterapkan? Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui sejauh mana akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik telah mengetahui program konvergensi IFRS terhadap SAK yang akan berlaku penuh pada 2012 2. Mengetahui tingkat kesiapan akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap penerapan SAK berbasis IFRS
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
3. Mengetahui persepsi akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap penerapan SAK berbasis IFRS 4. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat awareness, kesiapan dan persepsi akuntan tersebut 5. Mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam penerapan SAK berbasis IFRS 6. Mencari solusi dalam menghadapi tantangan dalam penerapan SAK berbasis IFRS
Tinjauan Teoritis
Agency theory (Jensen & Meckling, 1976) menjelaskan hubungan yang timbul antara 2 belah pihak sebagai akibat dari adanya suatu kontrak atau hubungan kerja. Namun hal ini ternyata menimbulkan masalah baru yaitu informasi yang tersedia seringkali adalah informasi yang asimetris. Salah satu cara untuk mengatasi asimetri informasi tersebut adalah melalui penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu media yang menyajikan informasi keuangan sesuai standar akuntansi yang berlaku umum yang telah disepakati sehingga dianggap mampu dalam meminimalisasi dampak dari adanya asimetri informasi. Standar akuntansi yang baik adalah suatu standar yang dapat menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan tujuan dan mampu memenuhi karakteristik kualitatif yang dipersyaratkan. Namun, penggunaan standar akuntansi lokal saja dinilai tidak lagi memadai di era globalisasi seperti sekarang ini di mana dunia bisnis pun semakin borderless. Karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk sesegera mungkin melakukan konvergensi SAK menuju IFRS. Konvergensi sendiri diartikan sebagai proses mempersempit perbedaan antara IFRS dan standar akuntansi dari negara-negara yang menerapkan standar mereka sendiri (Ball, 2006). Survei mengenai proses konvergensi IFRS terhadap US GAAP di Amerika Serikat oleh Rezaee & Smith (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar responden (terdiri dari akademisi dan praktisi akuntansi) yakin bahwa proses konvergensi yang efektif akan bermanfaat bagi penyusun, pengguna, akuntan publik, analis dan dewan penyusun standar. Di sisi lain, studi oleh Joshi et al. (2008) di Bahrain mengungkap bahwa ada beberapa tantangan dalam menerapkan IFRS serta meningkatnya kebutuhan akan panduan aplikasi yang mendetail.
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Hasil studi Kim (2011) terhadap 246 responden yang terdiri dari mahasiswa tingkat pertama, kedua, ketiga, mahasiswa tingkat akhir dan mahasiswa pascasarjana menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman akan IFRS pada mahasiswa jurusan bisnis dengan mahasiswa jurusan nonbisnis. Di Indonesia, survei pendahuluan mengenai persepsi akuntan terhadap implementasi IFRS sudah dilakukan oleh Wahyuni & Lay (2010) yang mengungkapkan bahwa secara mayoritas (72%) responden menunjukkan persepsi yang positif terhadap proses konvergensi IFRS di Indonesia Hasil studi oleh Canadian Institute of Chartered Accountant (2008) mengungkapkan bahwa mayoritas perusahaan di Kanada tidak siap untuk melakukan adopsi IFRS, salah satunya disebabkan karena adanya kekurangtahuan akan IFRS itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat awareness yang tinggi dari seorang akuntan terhadap proses konvergensi IFRS dapat diduga akan membuat persepsi dan kesiapan akuntan dalam implementasi IFRS menjadi lebih baik pula. Berdasarkan analisis logis dan penelitian di atas maka rumusan hipotesis yang diajukan adalah: H1:
Tingkat awareness berpengaruh positif terhadap persepsi dan kesiapan terhadap
konvergensi IFRS Joshi et al. (2008) mengungkapkan bahwa akuntan yang dinilai lebih berpengalaman cenderung lebih setuju akan manfaat yang dirasakan dari keberadaan konvergensi IFRS ketimbang kemungkinan akan adanya kendala/hambatan dalam proses konvergensi. Hal ini berarti akuntan yang berpengalaman cenderung untuk memiliki persepsi dan kesiapan yang baik terhadap konvergensi IFRS. Mengacu kepada hasil penelitian dan analisis logis tersebut maka rumusan hipotesis yang diajukan adalah: H2:
Pengalaman bekerja berpengaruh positif terhadap persepsi dan kesiapan
terhadap konvergensi IFRS Semakin tinggi jabatan seseorang maka dia dianggap sudah semakin banyak tahu atau dengan kata lain memiliki tingkat awareness yang tinggi terhadap konvergensi IFRS sehingga diduga akan memiliki persepsi dan kesiapan yang lebih baik juga daripada mereka yang menduduki jabatan lebih rendah. Hal yang sama juga terungkap melalui hasil penelitian dari Rezaee et al (2010) di mana para praktisi akuntansi dengan jabatan lebih tinggi cenderung memiliki tingkat persepsi dan kesiaapan yang poisitif terhadap IFRS. Berdasarkan teori, hasil penelitian, dan analisis logis tersebut maka rumusan hipotesis yang akan diajukan adalah:
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
H3:
Peran/jabatan pada pekerjaan berpengaruh positif terhadap persepsi dan
kesiapan terhadap konvergensi IFRS Hasil studi Kim (2011) mengungkapkan adanya kecenderungan tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap IFRS pada mahasiswa yang berlatar belakang dari jurusan bisnis dibandingkan non bisnis. Hal ini setidaknya membuktikan bahwa tingkat pendidikan formal seseorang akan berpengaruh positif terhadap persepsi dan kesiapannya terhadap IFRS. Seperti halnya latar belakang pendidikan, sertifikasi profesi menunjukkan gambaran sejauh mana sebenarnya tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap suatu bidang keahlian tertentu. Mengacu pada hasil studi Kim (2011) dan teori serta analisis logis yang ada maka rumusan hipotesis yang akan diajukan adalah: H4:
Sertifikasi profesi (CPA, CMA, dll) berpengaruh positif terhadap persepsi dan
kesiapan terhadap konvergensi IFRS Latar belakang pendidikan terbukti membawa pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman seseorang terhadap IFRS (Kim, 2011). Perbedaan jenis pendidikan ternyata juga terbukti menghasilkan perbedaan tingkat pemahaman IFRS yang signifikan berdasarkan hasil studi tersebut. Latar belakang pendidikan seseorang akuntan akan memengaruhi dan menunjukkan kompetensinya. Berdasarkan teori, hasil penelitian, dan analisis logis tersebut maka rumusan hipotesis yang diajukan adalah: H5:
Latar belakang pendidikan berpengaruh positif terhadap persepsi dan kesiapan
terhadap konvergensi IFRS
Metode Penelitian
Metode yang dipakai penulis untuk mengumpulkan informasi adalah menggunakan metode cross-sectional design yaitu menggunakan survei yang dilakukan satu kali dalam satu periode terhadap satu kelompok sampel. Setelah data primer dari kuesioner dikumpulkan, penulis akan mengolah data tersebut dengan metode statistik multiple regression pada software SPSS v17.0.
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Sebelum dilakukan pengambilan data primer, penulis melakukan pretest (berupa uji validitas dan realibilitas) kepada minimal 30 orang responden untuk memperkecil masalah yang mungkin timbul. Pretest memiliki tujuan lain yaitu menguji pemahaman dari responden mengenai petunjuk pengisian, daftar pertanyaan, kata-kata, bentuk layout, dan lain sebagainya. Setelah semua kuesioner diisi dan hasilnya telah dikembalikan, analisis terhadap data yang dikumpulkan dilakukan melalui analisis deskriptif. Selain itu, analisis uji-t dan uji-F juga dilakukan terhadap model penelitian untuk melihat signifikansi variabel dalam hal hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Selanjutnya, analisis multiple regression (uji asosiasi) dilakukan untuk menguji pengaruh faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi dan kesiapan terhadap konvergensi IFRS. Pengujian One-way ANOVA (uji beda) terhadap sub sampel, yaitu akuntan manajemen, akuntan publik, dan akuntan pendidik juga dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan signifikan terkait persepsi dan kesiapan terhadap konvergensi IFRS di antara ketiga kelompok tersebut. Model penelitian yang akan digunakan untuk menguji pengaruh dari faktor-faktor terhadap persepsi dan kesiapan terhadap konvergensi IFRS adalah sebagai berikut: (1) (2)
di mana:
Tingkat Persepsi (PERCEPTION)
Variabel PERCEPTION menyatakan tingkat persepsi akuntan (baik akuntan manajemen, akuntan publik maupun akuntan pendidik) terhadap konvergensi IFRS. Nilainya diukur melalui beberapa pertanyaan terkait manfaat, biaya dan kendala/hambatan terkait konvergensi IFRS dengan menggunakan skala likert 1-5 di mana: Skor 1,0-1,9
: Tidak Baik
Skor 2,0-2,9
: Kurang Baik
Skor 3,0-3,9
: Cukup Baik
Skor 4,0-5,0
: Baik
Tingkat Kesiapan (READY)
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Variabel READY menyatakan tingkat kesiapan akuntan (baik akuntan manajemen, akuntan publik maupun akuntan pendidik) terhadap konvergensi IFRS. Nilainya diukur melalui hubungan beberapa pertanyaan terkait pemahaman dan kesiapan terhadap konvergensi IFRS (jumlah berapa banyak jawaban Ya), dengan definisi sebagai berikut: Skor 1,0-1,9
: Tidak Siap
Skor 2,0-2,9
: Kurang Siap
Skor 3,0-3,9
: Cukup Siap
Skor 4,0-5,0
: Siap
Tingkat Awareness/Kesadaran (AWARE)
Tingkat awareness atau pengetahuan responden terhadap IFRS (variabel AWARE) akan diukur melalui beberapa pertanyaan yang bersifat mutually exclusive (bernilai Ya/Tidak) yang terkait dengan beberapa isu mengenai program konvergensi IFRS atau mengenai IFRS itu sendiri sebagai satu set standar akuntansi keuangan global. Berikut adalah definisi dari hasil yang akan didapat pada variabel AWARE. Skor 0-24,9%
: Tidak Sadar
Skor 25-49,9%
: Kurang Sadar
Skor 50-74,9%
: Cukup Sadar
Skor 75-100%
: Sadar
Pengalaman Bekerja (EXP)
Pengalaman bekerja sebagai akuntan diduga akan berpengaruh positif terhadap persepsi dan kesiapan. Variabel EXP akan diukur melalui pertanyaan mengenai berapa lama responden sudah bekerja sebagai akuntan (baik sebagai akuntan manajemen, akuntan publik maupun akuntan pendidik).
Peran/Jabatan (JOB)
Peran/jabatan responden pada tempatnya bekerja sebagai akuntan diduga akan berpengaruh positif terhadap persepsi dan kesiapan. Variabel JOB akan diukur dengan memberikan pertanyaan kepada responden mengenai jabatan mereka saat ini.
Sertifikasi Profesi (CERT)
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Terdapat berbagai sertifikasi profesi bagi akuntan. Salah satunya antara lain Certified Public Accountant (CPA) dan Certified Fraud Examiner (CFE) bagi profesi akuntan publik, dan Certified Management Accountant (CMA) bagi profesi akuntan manajemen. Variabel CERT akan diukur melalui pertanyaaan yang diberikan kepada responden mengenai apakah mereka memiliki sertifikasi profesi atau tidak.
Latar Belakang Pendidikan (EDU)
Semakin tinggi jenjang pendidikan diduga akan berpengaruh positif terhadap persepsi dan kesiapan. Variabel EDU akan diukur melalui pertanyaan yang diberikan kepada responden terkait dengan jenjang pendidikan tertinggi mereka saat ini.
Lokasi Tempat Bekerja (LOC)
Lokasi tempat bekerja/variabel LOC akan bertindak sebagai variabel kontrol pada penelitian ini yang akan digunakan untuk menangkap kemungkinan timbulnya perbedaan persepsi dan kesiapan dari adanya perbedaan lokasi responden. Unit sampel pada penelitian ini adalah individu yang merupakan praktisi akuntan, baik berprofesi sebagai akuntan manajemen, akuntan publik, maupun akuntan pendidik di Jabodetabek dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Target responden sekitar 300 orang akuntan dan penyebaran kuesioner akan dilakukan terhdap 3 kelompok responden yang ada. Pemilihan sampel ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
Responden berprofesi sebagai akuntan manajemen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (berdasarkan IDX Fact Book 2011) pada saat survei dilakukan; atau
Responden berprofesi sebagai akuntan publik (auditor) pada salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) sesuai dengan direktori KAP yang didapatkan dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada saat survei dilakukan dan terbatas hanya pada KAP yang berlokasi di Jabodetabek dan beberapa kota besar lainnya; atau
Responden berprofesi sebagai akuntan pendidik pada perguruan tinggi di Jabodetabek dan beberapa kota besar di Indonesia
Pemilihan responden pada akuntan manajemen dibatasi hanya bagi yang bekerja di perusahaan yang terdaftar di bursa dikarenakan implementasi IFRS Per 1 Januari 2012 hanya
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
berdampak signifikan pada perusahaan terbuka, mengingat perusahaan ini menuntut tingkat transparansi yang lebih tinggi. Sementara pemilihan terhadap responden yang berprofesi sebagai akuntan publik pada KAP dan akuntan pendidik pada perguruan tinggi, yang semuanya berlokasi di Jabodetabek dan kota-kota besar di Indonesia lainnya dilakukan untuk memperkecil kemungkinan timbulnya bias yang disebabkan oleh perbedaan lokasi.
Hasil Penelitian
Setelah dilakukan uji validitas dan realibilitas, kuesioner ini kemudian dinyatakan lolos pretest setelah item-item yang tidak lolos uji dihilangkan. Kuesioner yang telah lolos uji ini dianggap telah memenuhi persyaratan secara statistik di mana baik secara bentuk konstruk, layout, maupun item-item pertanyaan yang digunakan tidak lagi berpotensi membuat responden bingung atau dengan kata lain tidak lagi bersifat ambigu. Selanjutnya, kuesioner yang lolos uji inilah yang digunakan dalam penelitian seterusnya. Total responden yang mengembalikan kuesioner dan hasilnya dapat digunakan dalam penelitian ini berjumlah 243 responden, di mana responden pria berjumlah mayoritas dengan mencapai total 58,02% dari keseluruhan responden sedangkan sisanya merupakan responden wanita. Selain itu, jumlah responden dari ketiga kelompok berbeda, baik akuntan manajemen, akuntan publik maupun akuntan pendidik dengan masing-masing sebesar 34,57%, 37,45%, dan 27,98%. Statistik deskriptif tingkat awareness/kesadaran (AWARE) terhadap konvergensi IFRS dari masing-masing kelompok responden disajikan dengan menunjukkan berapa banyak responden yang menjawab Ya (menunjukkan bahwa mereka tahu atau sadar terhadap isu konvergensi IFRS yang ditanyakan) untuk tiap-tiap kelompok responden. Tabel 1. Hasil Kuesioner Terkait Awareness
Item
Pertanyaan
Akuntan
Akuntan
Akuntan
Manajemen
Publik
Pendidik
(n=84)
(n=91)
(n=68)
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
B1
Apakah Anda mengetahui keberadaan standar akuntansi
70
78
58
(83,33%)
(85,71%)
(85,29%)
53
54
42
(63,09%)
(59,34%)
(61,76%)
77
81
60
(91,67%)
(89,01%)
(88,23%)
76
80
61
(90,48%)
(87,91%)
(89,70%)
81
85
64
(96,43%)
(93,41%)
(94,12%)
69
75
56
(82,14%)
(82,42%)
(82,35%)
keuangan internasional atau IFRS?
B2
Apakah Anda mengetahui bahwa program konvergensi IFRS di Indonesia sudah dimulai oleh DSAK IAI sejak akhir 2008?
B4
Apakah Anda mengetahui bahwa SAK berbasis IFRS akan mulai berlaku efektif di Indonesia per 1 Januari 2012?
B5
Apakah Anda mengetahui bahwa IFRS bersifat principle based yang memberi kekuasaan lebih dalam interpretasi penerapan prinsip-prinsip akuntansi?
B6
Apakah Anda mengetahui bahwa IFRS memberi peluang lebih luas dalam penerapan fair value measurement atau pengukuran berdasarkan nilai wajar?
B7
Apakah Anda mengetahui bahwa SAK berbasis IFRS akan membuat disclosure atau pengungkapan laporan keuangan menjadi lebih ekstensif?
Analisis terhadap data di atas berguna dalam menjawab pertanyaan RQ1 berikut: RQ1: Sejauh mana akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik telah mengetahui adanya program konvergensi IFRS pada SAK yang direncanakan akan berlaku penuh (full compliance) pada 2012? Semua kelompok responden dinilai secara umum telah aware/sadar akan adanya IFRS dengan hasil respon di atas 80% untuk semua kelompok responden dengan tingkat awareness tertinggi dicapai oleh kelompok akuntan publik sebesar 85,71%. Statistik deskriptif dan uji beda terhadap tingkap kesiapan (READY) dilakukan menggunakan metode One-way ANOVA (untuk uji beda rerata pada lebih dari dua kelompok sampel yang tidak berhubungan). Tabel 2. Kesiapan Terhadap Konvergensi IFRS (secara umum)
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Item
Pertanyaan
Mean
SD
C2
Bagaimana tingkat pemahaman Anda terhadap SAK berbasis IFRS?
3,66
0,734
C3
Bagaimana tingkat kesiapan Anda terhadap SAK berbasis IFRS?
3,41
0,879
Melalui data pada tabel 2 dilakukan analisis untuk menjawab Pertanyaan Riset 2: RQ2: Sejauh mana kesiapan akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap penerapan SAK berbasis IFRS? Secara umum, responden merasa cukup siap terhadap SAK berbasis IFRS dengan rerata masing-masing sebesar 3,66 dan 3,41 (menggunakan skala likert 5). Namun, responden sebenarnya juga masih sedikit mengalami keraguan. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada besar rerata dan SD antar kelompok yang didapat melalui uji beda One-way ANOVA. Analisis serupa juga dilakukan pada tingkat persepsi (PERCEPTION) yang digunakan untuk menjawab Pertanyaan Riset 3 sebagai berikut. RQ3: Bagaimana persepsi akuntan manajemen, akuntan publik, dan akuntan pendidik terhadap penerapan SAK berbasis IFRS? Tabel 3. Persepsi Terhadap Manfaat Konvergensi IFRS (secara umum) Item
D1
D2
D3
D4
D5
Pernyataan
Mean
SD
Investor akan mendapat manfaat bila perusahaan menyiapkan laporan
4,04
0,625
4,16
0,679
4,06
0,710
3,79
0,739
3,77
0,685
keuangan berdasarkan satu set standar akuntansi keuangan internasional. Konvergensi IFRS akan meningkatkan keterbandingan (comparability) dalam pelaporan keuangan. Konvergensi IFRS akan meningkatkan relevansi, keandalan dan transparansi dalam pelaporan keuangan. Konvergensi IFRS pada akhirnya akan berdampak pada turunnya biaya dalam menyiapkan laporan keuangan. Adopsi IFRS ke dalam SAK akan mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan dalam hal pelaporan keuangan.
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Secara umum (tabel 3), terdapat tingkat persepsi yang tergolong baik, dibuktikan dengan 3 item pertanyaan (D1, D2, D3) yang mendapat nilai di atas 4,00, sedangkan dua item sisanya bernilai >3,50 (tergolong “cukup baik”). Hal ini mengungkapkan bawa secara umum responden memiliki persepsi yang baik terhadap manfaat dari konvergensi IFRS ini. Persepsi yang sama pun juga tetap terjadi bila responden dibedakan secara kelompok (uji One-way ANOVA). Tabel 4. Persepsi Terhadap Biaya Konvergensi IFRS (per kelompok) Kelompok Responden Item
Akuntan Manajemen
Akuntan Publik
Akuntan Pendidik
Mean
SD
Mean
SD
Mean
SD
D7
4,27
0,523
4,38
0,511
4,24
0,550
D8
4,17
0,534
4,30
0,505
4,25
0,529
D9
3,87
0,673
3,88
0,612
4,04
0,609
Melalui tabel 4, terlihat bahwa selain responden memiliki persepsi yang baik terhadap manfaat dari konvergensi IFRS ini, ternyata responden juga menyadari dengan cukup baik bahwa proses konvergensi ini nantinya akan membawa berbagai macam biaya tambahan bila dibandingkan dengan standar sebelumnya (non IFRS-based). Hasil yang didapat menghasilkan skor dengan rentang antara 3,8-4,4. Hasil yang tidak jauh berbeda ternyata juga terjadi pada analisis persepsi terhadap kendala/hambatan konvergensi IFRS (tabel 5). Tabel 5. Persepsi Terhadap Kendala Konvergensi IFRS (secara umum) Item
D15
D16
D18
Pernyataan
Mean
SD
Implementasi SAK berbasis IFRS sangat memerlukan dukugan dari
4,02
0,620
4,07
0,545
4,12
0,544
infrastruktur dan profesi pendukung lain (penilai atau aktuaris). Tanggung jawab pelatihan akuntansi terkait implementasi IFRS berada pada organisasi profesi. Tanggung jawab pelatihan akuntansi terkait implementasi IFRS berada pada
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
KAP.
D19
Tanggung jawab pelatihan akuntansi terkait implementasi IFRS berada pada
3,88
0,595
akuntan sebagai individu.
Analisis regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Pada bagian ini diuji pengaruh variabel bebas AWARE, EXP, JOB, CERT, EDU, dan LOC terhadap PERCEPTION sebagai variabel tidak bebas. A. Analisis Regresi Model (1) – Variabel Tidak Bebas PERCEPTION Tabel 6. Output Uji Regresi Model (1) – Model Summary Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
0,118
0,35276
1,736
Df
Mean Square
F
Sig.
6,381
0,000
Model
R
R Square
1
0,374
0,140
Adjusted
R
Tabel 7. Output Uji Regresi Model (1) – ANOVA
Model
Sum
of
Squares
Regression
4,764
6
0,794
Residual
29,368
236
0,124
Total
34,133
242
Tabel 8. Output Uji Regresi Model (1) – Coefficients
Model
B (Unstandardized Coefficients)
Sig.
Signifikan/Tidak Signifikan
(Constant)
3,380
0,000
AWARE
0,054
0,002
Signifikan
EXP
0,008
0,827
Tidak signifikan
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
JOB
-0,044
0,041
Signifikan
CERT
-0,038
0,426
Tidak signifikan
EDU
0,163
0,000
Signifikan
LOC
0,094
0,065
Tidak signifikan
Pada tabel 8 dapat dilihat nilai signifikansi untuk variabel bebas AWARE, JOB, dan EDU, dengan nilai masing-masing sebesar 0,002, 0,041, dan 0,000 yang berada di bawah 0,05 (Sig.<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas PERCEPTION. Dapat disimpulkan pula bahwa variabel bebas AWARE, EXP, EDU, dan LOC berpengaruh secara positif terhadap variabel tidak bebas PERCEPTION, sedangkan dua variabel sisanya (JOB, CERT) berpengaruh negatif. Analisis terhadap hasil uji regresi model (1) ini menjawab Pertanyaan Riset 4 sebagai berikut. RQ4: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi para akuntan tersebut? Terungkap bahwa persepsi para akuntan (responden) ternyata dipengaruhi oleh tingkat kesadaran (AWARE), peran/jabatan dalam pekerjaan (JOB), dan latar belakang pendidikan (EDU). Faktor lain seperti pengalaman kerja (EXP), kepemilikan sertifikasi profesi (CERT), dan lokasi bekerja (LOC) ternyata tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi. B. Analisis Regresi Model (2) – Variabel Tidak Bebas READY Tabel 9. Output Uji Regresi Model (2) – Model Summary
Model
R
R Square
1
0,380
0,145
Adjusted
R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
0,123
0,69988
1,980
Tabel 10. Output Uji Regresi Model (2) – ANOVA
Model
Sum Squares
of
Df
Mean Square
F
Sig.
6,657
0,000
Regression
19,566
6
3,261
Residual
115,600
236
0,490
Total
135,167
242
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Tabel 11. Output Uji Regresi Model (2) – Coefficients
Model
B (Unstandardized Coefficients)
Sig.
Signifikan/Tidak Signifikan
(Constant)
2,309
0.000
AWARE
0,133
0.000
Signifikan
EXP
0,028
0,691
Tidak signifikan
JOB
-0,106
0,014
Signifikan
CERT
0,069
0,471
Tidak signifikan
EDU
0,248
0,004
Signifikan
LOC
0,055
0,586
Tidak signifikan
Untuk mengetahui nilai signifikansi dari masing-masing variabel bebas dapat diperoleh melalui uji t (tabel 11) Pada uji ini akan dilihat variabel bebas mana saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap READY. Nilai signifikansi di bawah 0,05 (Sig.<0,05) dimiliki oleh variabel bebas AWARE, JOB, dan EDU. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa ketiga variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel READY sedangkan tiga variabel lainnya (EXP, CERT, LOC) memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Hal yang sama juga didapat pada hasil uji regresi model (1) sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas AWARE, EXP, CERT, EDU, dan LOC berpengaruh secara positif terhadap variabel tidak bebas READY sedangkan variabel JOB berpengaruh negatif. Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil uji pada model (1) sebelumnya di mana terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh negatif, yaitu JOB dan CERT.
Pembahasan
Melalui uji regresi terhadap model (1) dan (2) didapatkan kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat kesiapan dan persepsi para akuntan profesional terhadap konvergensi IFRS adalah tingkat kesadaran (AWARE), jabatan (JOB), dan latar belakang pendidikan (EDU). Ketiga faktor ini terbukti berpengaruh secara signifikan baik terhadap variabel PERCEPTION maupun READY.
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
Melalui uji regresi model (1), telah terbukti Hipotesis 1 (H1), Hipotesis 2 (H2), dan Hipotesis 5 (H5), yang mendukung hasil penelitian dari Canadian Institute of Chartered Accountant (2008), Joshi et al. (2008), dan Kim (2011). Tidak terbuktinya Hipotesis 3 (H3) dan Hipotesis 4 (H4) yang terkait dengan jabatan (JOB) dan latar belakang pendidikan (EDU) kemungkinan besar disebabkan oleh jabatan responden pada penelitian ini lebih banyak terkonsentrasi pada level staff. Selain itu, penelitian ini juga tidak membedakan latar belakang pendidikan berdasarkan jurusan bisnis/non bisnis. Hal ini berbeda dengan penelitian Rezaee et al. (2008) yang memiliki proporsi jabatan kelas menengah yang lebih dominan dan penelitian Kim (2011) yang membedakan respondennya berdasarkan jurusan bisnis/non bisnis. Sedikit berbeda dengan hasil uji regresi model (1), hasil uji regresi model (2) berhasil membuktikan Hipotesis 4 (H4) yang menunjukkan bahwa jabatan (JOB) memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kesiapan (AWARE). Hal ini diduga disebabkan oleh masih banyaknya jabatan level menengah dan atas di Indonesia yang tidak selalu diisi oleh orangorang yang berasal dari jurusan bisnis sehingga mereka cenderung memiliki sifat berhati-hati (konservatif) terhadap konvergensi IFRS. Hal ini berbeda dengan penelitian Rezaee et al. (2008) yang diadakan di Amerika Serikat di mana para responden dinilai sudah jauh lebih matang dalam menghadapi konvergensi dikarenakan secara mayoritas mereka berasal dari jurusan bisnis sehingga sudah terbiasa dengan hal-hal seperti IFRS. Selain menggunakan informasi dari berbagai analisis statistik yang telah dilakukan (statisitik deskriptif, uji regresi, uji beda), penelitian ini juga membahas mengenai tantangan apa saja yang dihadapi terkait dengan proses konvergensi IFRS dan solusi apa yang akan ditawarkan. Hal ini sekaligus akan menjawab dua pertanyaan riset terakhir, yaitu Pertanyaan Riset 5 (RQ5) dan Pertanyaan Riset 6 (RQ6). RQ5: Tantangan apa saja yang dihadapi dalam penerapan SAK berbasis IFRS? Tantangan utama yang terungkap melalui pertanyaan terbuka adalah kurangnya kualitas SDM dalam menghadapi proses konvergensi. Seluruh respon yang diterima melalui pertanyaan terbuka (total 6 respon) menyatakan hal yang senada. Hal ini juga diperkuat dengan respon dari item pertanyaan D7 terkait timbulnya biaya tambahan untuk pelatihan para stakeholder konvergensi IFRS yang mencapai skor tertinggi 4,30. Hal lain seperti kurangnya infrastruktur dan kurangnya tenaga profesi penilai untuk mendukung fair-value measurement pada SAK berbasis IFRS nantinya juga menjadi tantangan yang cukup besar.
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
RQ6: Bagaimana solusi terbaik untuk menghadapi tantangan tersebut agar SAK berbasis IFRS dapat diterapkan? Nobes (2002) menjelaskan bahwa negara-negara yang sukses melakukan proses konvergensi biasanya disertai dengan dukungan dari para stakeholder, baik dari pemerintah maupun dari profesi akuntan sendiri. Hal ini dapat dilakukan pada proses pengadaan infrastruktur pelatihan, peningkatan kualitas SDM melalui lembaga-lembaga pendidikan/pelatihan terkait IFRS, dan keseriusan pemerintah dalam menyikapi perbedaan dampak dan pengaruh penerapan IFRS terhadap dampak dan pengaruh dari hukum pajak yang berlaku.
Kesimpulan
Melalui penelitian ini diketahui bahwa responden ternyata telah aware/sadar akan adanya program konvergensi IFRS di Indonesia walaupun hal-hal yang mendetail seperti apa saja dampak khusus dari konvergensi itu sendiri belum sepenuhnya diketahui. Dari sisi kesiapan, responden ternyata cukup siap dalam hal implementasi IFRS walaupun niatan responden untuk meningkatkan kesiapannya tersebut masih perlu diuji kembali. Hal ini terlihat dari masih rendahnya inisiatif dari responden untuk mengikuti public hearing PSAK terbaru yang sering diadakan oleh IAI. Hal ini tentu harus menjadi catatan khusus bagi IAI, yaitu bagaimana caranya agar sosialisasi yang lebih ekstensif tidak menjadi sia-sia karena ternyata tidak diikuti oleh sasaran peserta dalam jumlah yang signifikan. Terkait dengan persepsi terhadap konvergensi IFRS, penelitian ini mengungkapkan bahwa responden secara umum memilki persepsi yang baik/positif terhadap proses konvergensi ini. Responden juga mengetahui dengan baik akan manfaat dan biaya serta kendala/hambatan apa saja yang akan dihadapi nantinya. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Wahyuni & Lay (2010). Hasil yang terungkap pada penelitian ini tentunya akan membawa manfaat yang beragam bagi para stakeholder program konvergensi IFRS di Indonesia. Meskipun hasil yang didapat tergolong positif (responden terbukti telah aware/sadar, cukup siap, dan memiliki persepsi yang baik/positif terhadap konvergensi IFRS), namun di sisi lain juga terungkap bahwa
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
responden ternyata juga memiliki kekhawatiran dalam menghadapi konvergensi IFRS, terutama yang bersinggungan dengan peraturan perpajakan di Indonesia. Hal ini sebaiknya direspon secara cepat dan tepat, khususnya bagi regulator terkait, dalam hal membuat kebijakan. Selain itu, sosialisasi mengenai standar atau peraturan baru juga harus dilakukan lebih baik lagi agar informasi yang diinginkan dapat dengan segera diterima oleh stakeholder terkait. Kurangnya niatan dari para responden untuk secara aktif mengikuti public hearing terkait standar terbaru dari IAI menjadi sinyal kuat bagi lembaga profesi ini untuk membuat strategi sosialisasi yang lebih baik lagi. Fakta bahwa konvergensi IFRS yang sampai sekarang juga masih berlangsung (moving target) seharusnya juga mendapat perhatian khusus bagi para stakeholder, khususnya bagi yang berhubungan langsung dengan SAK seperti akuntan publik dan akuntan manajemen, untuk terus berusaha meningkatkan dan menjaga kompetensi profesinya masing-masing.
Saran
Penelitian ini dilakukan dengan waktu yang terbatas dan jumlah sampel responden yang tergolong besar sehingga menyebabkan penelitian ini tidaklah sempurna. Adanya keterbatasan waktu, jumlah sampel yang besar, dan metode penyebaran kuesioner menggunakan email yang kurang efektif menjadi hambata yang cukuo berarti. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambah alokasi waktu penelitian dan jumlah SDM yang melakukan penelitian seperti ini. Selain itu perlu dipikirkan juga metode penyebaran kuesioner yang lebih efektif dibandingkan dengan metode email. Selain itu, penelitian ini tidak membedakan responden (khususnya kelompok akuntan manajemen) berdasarkan latar belakang pendidikan, apakah yang bersangkutan berasal dari jurusan akuntansi atau non akuntansi. Adanya kecenderungan terdapat banyak responden yang bekerja sebagai akuntan manajemen di perusahaan yang berasal dari jurusan non akuntansi menimbulkan kekhawatiran dapat menghasilkan respon yang secara signifikan berbeda dengan respon akuntan manajemen yang berasal dari jurusan akuntansi. Untuk
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013
penelitian selanjutnya, disarankan agar dapat menangkap perbedaan atau kemungkinan bias yang timbul dari hal seperti ini.
Daftar Referensi
Bagaeva, Alexandra. (2008). An examination of the effect of international investors on accounting information quality in Russia, Advanced in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 2008 (24), 157-161. Ball, Ray. (2006). International Financial Reporting Standards (IFRS): pros and cons for investors. Accounting and Business Research, International Accounting Policy Forum, 5-27. 2006. Canadian Institute of Chartered Accountans (CICA) (2008, May 6). Canadian Companies not Ready for Conversion to IFRS. WebCPA, website: www.accountingweb.com Jensen, M. & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behaviour, agency cost and ownership structure. Journal of Financial Economics, vol 3, October 1976, 30560. Jones, J. (2005). Exploring the global marketplace: Succeeding locally involves thinking globally, Journal of Accountancy, 2003(3), 100. Joshi, P., Bremser, W.G., Al-Ajmi, J. (2008). Perceptions of accounting professionals in the adoption and implementation of a single set of global accounting standards: Evidence from Bahrain, Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 2008 (24), 41-48. Kim, Hyun-Pyo. (2011). Investigating Perceptions Concerning the Adoption of International Financial Reporting Standards (IFRS) Among College Students. Graduate Faculty of Texas Tech University, May 2011. Nobes, Christopher & Parker, Robert. (2002). Comparative International Accounting, 7th Edition, New York: Prentice Hall. Rezaee, Z., Smith, L. M., & Szendi, Joseph Z. (2010). Convergence in accounting standards: Insights from academicians and practitioners. Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 26 (2010) 142-154. Wahyuni, Ersa T. & Lay, Penny. (2010). The preliminary study of accounting professional’s perceptions towards IFRS implementation in Indonesia, Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010.
Menilai kesiapan..., R M Iqbal, FE UI, 2013