PENGARUH PENGUNGKAPAN MELALUI SITUS INTERNET TERHADAP PENDAPATAN DONASI DALAM ORGANISASI NIRLABA: STUDI EMPIRIS ORGANISASI NON PEMERINTAH (ORNOP) DI INDONESIA Himmahwati Zahara Gani Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
[email protected] Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis akuntabilitas organisasi non pemerintah dengan melihat pengaruh pengungkapan informasi melalui situs internet yang dilakukan organisasi non pemerintah terhadap penerimaan donasi atau sumbangan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan total observasi penelitian sebanyak 52 organisasi non pemerintah pada tahun 20112012. Tingkat pengungkapan melalui situs internet diukur dengan menggunakan model Gandia (2011) dan pengaruhnya terhadap donasi diukur dengan menggunakan model Saxton, Neely & Guo (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan informasi melalui situs internet memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan pada pendapatan donasi. Hal ini mungkin disebabkan beberapa hal seperti tingkat penetrasi internet yang masih rendah di Indonesia. Selain itu, rata-rata pengungkapan informasi mengenai tata kelola dan laporan keuangan di Indonesia juga memiliki nilai yang rendah. The Effects of Web Disclosure by Nonprofit Organizations and its Implication on the Donations Received: Empirical Study of Nongovernmental Organizations (NGOs) in Indonesia Abstract The objective of this study is to analyze the accountability of Nongovernmental Organization (NGOs) by assessing the extent of web disclosure and its implication to the donations received. This is a quantitative research with 52 observations of Nongovernmental Organizations for the year 2011. The web disclosure is measured using model constructed by Gandia (2011) and the implication of the donations received is measured using model constructed by Saxton, Neely & Guo (2014). The result shows that the web disclosure is negatively associated with donations received. This finding maybe due to several reasons including the the low internet penetration in Indonesia. In addition, NGOs in Indonesia in average have low score on disclosure of financial and governance information. Keywords: web disclosure, voluntary disclosure, accountability, transparency, donations, nonprofit, NGO
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
1. Pendahuluan
Sektor nirlaba akhir-akhir ini juga seringkali berada dalam kondisi krisis akuntabilitas dan transparansi (Johnstone & McGann, 2006). Beberapa alasan yang melandasi hal tersebut adalah representasi dari kontribusi atau sumbangan yang telah diberikan pada masyarakat sekitar, adanya keraguan kualitas proyekproyek organisasi nirlaba, serta terdapat kecurangan pada organisasi nirlaba yang mencakup penyalahgunaan aset, korupsi, serta pemalsuan laporan keuangan (Greenlee et al., 2007). Adanya permasalahan tersebut mendorong peningkatan permintaan untuk transparansi, tidak hanya terkait dengan publikasi pencapaian yang berhasil dilakukan organisasi nirlaba, tetapi juga berkaitan dengan praktik tata kelola organisasi (Montserrat, 2008). Namun hingga kini organisasi nirlaba masih enggan untuk membagikan informasi dan menolak untuk menyadari pentingnya kebutuhan atas transparansi (Elkington, 2003). Padahal transparansi informasi merupakan salah satu persyaratan utama untuk memperoleh umpan balik sehingga dapat tercipta tata kelola organisasi yang baik. Pada dasarnya, hal yang membedakan organisasi nirlaba dengan organisasi laba adalah perilaku dalam penggunaan dana yang diberikan, dalam hal ini melihat manfaat yang diekspektasikan telah disampaikan kepada yang berhak sebagaimana seharusnya. Namun, informasi yang tidak dapat diakses publik memungkinkan menurunnya kepercayaan publik terhadap organisasi. Contohnya ketika donatur tidak dapat memeriksa secara langsung aktivitas organisasi nirlaba karena berada di luar wilayah operasional organisasi. Dalam kasus tersebut, donatur hanya dapat mengandalkan informasi sekunder yang hanya dapat dilaporkan oleh organisasi nirlaba itu sendiri. Terdapat berbagai macam metode penyampaian informasi oleh organisasi nirlaba. Di antaranya adalah membagikan dokumen cetak atas kinerja dan laporan keuangan organisasi, atau dengan mengajukan permintaan (Parsons & Trussell, 2007). Namun metode penyampaian tersebut dianggap kurang efektif dan masih sangat terbatas. Kesulitan aksesbilitas informasi tersebut, ditambah dengan kondisi donatur yang tidak familiar terhadap keuangan dan kinerja suatu organisasi nirlaba serta tidak memiliki tolok ukur perbandingan organisasi nirlaba lainnya dapat menyulitkan stakeholder dalam
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
menginterpretasi. Akibatnya terjadi asimetri informasi dan anggapan buruk bahwa kinerja organisasi nirlaba tidak efisien atau terdapat indikasi fraud. Perkembangan teknologi dan internet dalam beberapa tahun terakhir menjadikan akses atas suatu informasi menjadi semakin mudah. Selain itu, persebaran informasi dapat mencakup wilayah yang luas dan berjauhan. Informasi seperti ini dapat membuat mendorong masyarakat untuk bergerak. Contohnya adalah informasi mengenai kecelakaan atau bencana, informasi mengenai pasar modal, iklan dari mulut ke mulut (word of mouth), dan sejenisnya. Banyak organisasi laba secara strategis menggunakan pelaporan perusahaan dan pelaporan keuangan berbasiskan internet (internet corporate reporting dan internet financial reporting). Mekanisme transparansi tersebut, dalam sektor nirlaba disebut dengan pengungkapan situs internet atau web disclosure (Saxton & Guo 2011; Saxton, Neely & Guo 2014). Pengungkapan melalui situs internet dalam organisasi nirlaba menyediakan peranan penting untuk mendapatkan donasi atau sumbangan. Sehingga dapat dikatakan situs internet (website) adalah penghubung terbaik antara stakeholder dan suatu organisasi (Oehler, 2000). Situs internet kemudian menjadi saluran informasi terbaik yang dimiliki donatur dalam mengevaluasi efisiensi, efektivitas, output, serta tata kelola sebuah organisasi (Gordon, et al., 2009). Adanya pengungkapan yang dilakukan organisasi tersebut kemudian dapat meningkatkan kepercayaan publik serta mengurangi asimetri informasi antara manajer dan donatur serta stakeholder lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hart (2000) menunjukkan adanya peningkatan penggunaan internet oleh organisasi nirlaba khususnya Organisasi Non Pemerintah (Ornop) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Namun penelitian yang membahas transparansi dalam organisasi tersebut masih sangat jarang (Saxton & Guo, 2011). Berdasarkan pemaparan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi dari perkembangan teknologi internet dalam melihat transparansi pada organisasi nirlaba khususnya Ornop atau LSM di Indonesia dan implikasinya terhadap penerimaan donasi atau sumbangan, karena merupakan salah satu pendapatan utama dalam organisasi nirlaba. Penelitian ini menguji secara empiris 52 Ornop dengan melakukan content analylsis pada situs internet. Setelah mengkuantifikasi tingkat pengungkapan situs internet pada Ornop,
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
variabel ini kemudian akan dimasukkan dalam model ekonomi dengan tujuan untuk menentukan jika informasi ini memiliki dampak positif pada pendapatan donasi atau sumbangan pada periode mendatang. Berdasarkan penjelasan tersebut, perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh jumlah informasi yang diungkapkan secara sukarela oleh organisasi nirlaba, khususnya Organisasi Non Pemerintah melalui situs internet (website) terhadap pendapatan donasi? Penelitian ini diharapkan memiliki implikasi pada beberapa pihak, di antaranya; pertama, bagi organisasi nirlaba sebagai sarana evaluasi dan pengembangan organisasi agar lebih banyak menggunakan situs internet untuk mengungkapkan informasi dan pencapaian organisasi serta menghubungkan organisasi dengan stakeholdernya. Hal ini dikarenakan transparansi dan pengungkapan sukarela yang dilakukan dalam sektor nirlaba masih sangat rendah di Indonesia. Kedua, mendorong regulator untuk mempertegas implementasi dai UU Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), khususnya pada sektor nirlaba. Ketiga, bagi akademisi, pengguna laporan keuangan dari sektor nirlaba, untuk bersama-sama membuat pangkalan data mengenai informasi pencapaian organisasi dan laporan keuangan. Hal ini ditujukan untuk memudahkan daftar data pada skala nasional dan kepentingan pengembangan penelitian selanjutnya. Terakhir, mendorong kalangan donatur dan lembaga donor untuk mengawasi kinerja organisasi nirlaba.
2. Tinjauan Teoretis Penelitian empiris dalam sektor nirlaba pertama kali diprakarsai oleh Weisbrod dan Dominguez (1986). Model yang dikembangkan oleh Weisbrod dan Dominguez (1986) dikenal dengan model pemberian ekonomi atau economic model of giving yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi donasi atau kontribusi amal pada organisasi nirlaba dengan mengestimasi menggunakan fungsi permintaan bagi outputnya. Penelitian Weisbrod & Dominguez menguji hipotesis bahwa pemberian sukarela (voluntary giving) responsif terhadap variabel dalam pasar seperti periklanan, harga dan kualitas. Berikut penjelasannya.
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
1. Periklanan menurut Weisbrod & Dominguez (1986) dianggap sebagai proksi transfer informasi seperti halnya dalam organisasi laba. Adanya transfer informasi dapat berimplikasi terhadap pendapatan yang diperoleh dalam suatu perusahaan. Variabel transfer informasi dalam organisasi nirlaba adalah penggalangan dana atau fundraising karena dianggap memainkan peran yang sama. 2. Harga output organisasi menurut Weisbrod & Dominguez (1986) bukan didefinisikan sebagai besaran nilai rupiah yang diberikan pada suatu organisasi, melainkan besaran output atau manfaat yang dapat diberikan pada suatu komunitas. Variabel harga merupakan invers dari rasio beban program. 3. Kualitas menurut Weisbrod & Dominguez (1986) diukur menggunakan proksi usia sejak organisasi didirikan. Hal tersebut dikarenakan semakin lama organisasi didirikan, maka semakin banyak goodwill yang telah dibangun dan hal tersebut mencerminkan kualitas dari suatu organisasi. Seiring dengan perkembangan internet, beberapa peneliti seperti Gandia (2011) dan Saxton, Neely, dan Guo (2014) meneliti mengenai relevansi internet dalam peningkatan transparansi dalam organisasi nirlaba serta melihat implikasinya terhadap pendapatan donasi. Penelitian Gandia (2011) melihat tingkat pengungkapan informasi yang dilakukan organisasi non pemerintah berdasarkan indeks web quality model. Indeks ini melihat 4 aspek yaitu informasi umum, informasi tata kelola dan keuangan, navigasi dan presentasi situs internet serta situs relasional. Penelitian Gandia (2011) kembali menggunakan model yang dikembangkan oleh Weisbrod & Dominguez (1986) dengan tambahan proksi aliran agama organisasi dan status badan hukum organisasi. Di sisi lain, peneltian Saxton, Neely dan Guo (2014) merupakan ekstensifikasi dari penelitian Gandia (2011). Proksi tambahan dalam penelitian Saxton, Neely dan Guo (2014) adalah ukuran organisasi, proksi perkalian usia dan penggalangan dana, dan proksi ketergantungan pada donor. Penelitian ini mengacu pada tiga penelitian terdahulu oleh Weisbrod dan Dominguez (1986), Gandia (2011) serta Saxton, Neely, dan Guo (2014).
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
Pengungkapan informasi melalui situs internet kini menjadi salah satu informasi sekunder yang berharga bagi donatur. Melalui pengungkapan informasi keuangan dan kinerja, organisasi dapat menyampaikan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam memberikan manfaatnya bagi donatur (Saxton et. Al, 2012). Pengungkapan ini juga menyampaikan informasi yang relevan dalam perilaku yang berbeda dengan penggalangan dana. Donatur kini terlibat lebih aktif dalam mencari informasi dengan mengakses situs internet organisasi dibandingkan masa-masa sebelumnya yang jauh lebih pasif. Selain itu dibandingkan dengan waktu
yang terbatas dalam melakukan
kampanye penggalangan dana,
pengungkapan situs internet menyediakan ketersediaan informasi secara berkelanjutan. Pengungkapan seperti ini jauh lebih menghemat biaya ketimbang melalui kegiatan penggalangan dana. Dalam penelitian ini, penulis fokus pada analisis informasi yang diungkapkan dengan mempertimbangkan teknologi internet yang membantu meningkatkan transparansi dalam organisasi nirlaba. Selain itu, sehubungan dengan belum adanya model dalam mempresentasikan informasi pada internet bagi organisasi nirlaba, dalam penelitiannya Gandia (2011) menggunakan Web Quality Model untuk melihat pada sejauh manakah organisasi nirlaba bersedia untuk mempublikasikan informasi pada publik. Kemudian variabel pengungkapan internet akan digabungkan dalam model ekonomi dengan tujuan untuk mengetahui informasi tersebut memiliki dampak positif terhadap penerimaan sumbangan. Sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H1 : Terdapat korelasi positif antara jumlah informasi yang diungkapkan organisasi nirlaba melalui situs internet terhadap penerimaan donasi
3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah situs internet dan data Ornop
dari tahun 2011-2012 yang didapatkan dari pangkalan data Lembaga
Penelitian Social Monitoring Early Response Unit (SMERU). SMERU merupakan lembaga yang lahir pada Juli 1998 atas dasar keprihatinan mendalam warga Indonesia dalam pertemuan CGI (Consultative Group for Indonesia) mengenai upaya pemantauan independen dan aktual atas dampak krisis di
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
Indonesia yang masih terbatas. Lembaga ini erat dengan LSM atau Organisasi Non Pemerintah karena beranggapan bahwa organisasi tersebut memiliki persepsi dan informasi mengenai dampak krisis yang sangat penting dan dekat dengan masyarakat karena LSM merupakan organisasi yang bergerak pada skala akar rumput. Selain itu hanya SMERU lembaga penelitian yang terus memutakhirkan database Organisasi Non Pemerintah tiap tahunnya. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2011. Model penelitian utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari model penelitian Saxton, Neely & Guo (2014). Untuk menguji hipotesis 1 yaitu pengaruh pengungkapan informasi melalui situs internet terhadap penerimaan donasi digunakan model berikut ini. ln DONATIONi = β0 + β1 TDIi + β2 ln PRICEi + β3 AGEi + β4 ln SIZEi + DDi + εi ............................................................(1) Di mana : i
: indikator Organisasi Non Pemerintah
ln DONATIONi: logaritma natural dari jumlah pendapatan sumbangan yang diterima organisasi TDIi
: nilai dari jumlah informasi yang diungkapkan melalui situs internet (hasil skoring)
ln PRICEi
: logaritma natural dari harga output yang diberikan organisasi, 1/(Program Expense / Total Expense)
AGEi
: logaritma natural dari usia Organisasi Non Pemerintah telah beroperasi sejak didirikan
ln SIZEi
: logaritma natural dari jumlah aset yang dimiliki tertanggal 31 Desember (Total Assets)
DD
: ketergantungan organisasi terhadap donatur, (total donations/ total revenues)
εi
: indikator error
3.1 Variabel Dependen
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan donasi atau sumbangan yang diterima Organisasi Non Pemerintah. Pendapatan sumbangan tersebut mencakup pendapatan sumbangan dari privat individu, perusahaan, institusi atau organisasi lainnya), maupun dari pemerintah dalam bentuk besaran uang sumbangan dalam bentuk rupiah (Weisbrod & Dominguez, 1986; Gandia, 2011).
3.2 Variabel Independen Untuk menilai variabel tingkat pengungkapan yang dilakukan Organisasi Non Pemerintah (Total Disclosure Index atau TDI) maka digunakan indeks dan model yang mengacu penelitian Gandia (2011) karena indeks pengungkapan melalui situs internet lebih representatif. Indeks pengungkapan situs internet atau TDI terdiri dari: 1. Disclosure Index General Information (DIGI), yaitu situs internet yang mengandung pengungkapan informasi yang berorientasi pada promosi dan persebaran aktivitas serta nature dari organisasi nirlaba. Informasi pada bagian ini sangat terkait pada strategi ornamental. 2. Disclosure Index Governance and Financial Information (DIGFI), yaitu situs internet yang mengandung pengungkapan informasi tata kelola dan informasi keuangan yang penting bagi stakeholder untuk mengetahui kondisi ekonomi dari suatu organisasi nirlaba serta menilai penggunaan dana yang digunakan oleh anggota dewan. 3. Disclosure Index Navigation and Presentation (DINP), menjelaskan interaksi manusia dan komputer. Navigasi dan presentasi mengacu pada keelokan dan kejelasan situs internet yang menyampaikan informasi pada penggunanya. Sehingga kemudahan navigasi situs internet serta presentasi yang jelas dan atraktif adalah suatu hal yang fundamental sehingga memudahkan donatur atau lembaga donor untuk mengakses informasi dari suatu organisasi nirlaba. 4. Disclosure Index Relational Website (DIRW), menjelaskan suatu organisasi nirlaba menggunakan situs internet sebagai portal jasa bagi stakeholdernya. Gandia (2011) menyatakan bahwa jika suatu organisasi
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
nirlaba
memilih
untuk
membangun
hubungan
langsung dengan
stakeholdernya maka suatu organisasi akan menggunakan situs internet sebagai platform komunikasi dalam rangka mengkomunikasikan visi dan nilainya. Indeks pengungkapan ini berisikan 68 butir penilaian yang yang diadaptasi dari penelitian Gandia (2011), Zainon et. Al.,(2012), serta Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang kemudian dikelompokkan menjadi empat indeks parsial seperti yang disebutkan di sebelumnya. Satu butir bernilai 1 jika memenuhi dan bernilai 0 jika sebaliknya. Skor tersebut dihitung secara parsial sebagai berikut. IP =
Nilai yang diperoleh secara parsial
× 10 ...............................(2)
Nilai maksismum secara parsial
Selanjutnya, mengacu pada Gandia (2011), perlu diketahui proporsi indeks parsial untuk mengetahui rasio indeks parsial terhadap nilai keseluruhan yang telah diperoleh suatu organisasi. Nilai keseluruhan yang diperoleh organisasi diperoleh dari penjumlahan masing-masing nilai indeks parsial yang diperoleh suatu organisasi. Berikut persamaan matematikanya. PiP =
Nilai yang diperoleh secara parsial
...................(3)
Nilai keseluruhan parsial suatu organisasi
Kemudian indeks parsial tersebut dihitung secara agregat untuk mengetahui TDI dengan cara berikut. TDI = ∑i=1n IiP × PiP ...........................................(4) Di mana: TDI
: Nilai indeks pengungkapan melalui situs internet
IiP
: Nilai indeks parsial berdasarkan total indeks dalam kelompok
Pip
:Nilai proporsi indeks parsial terhadap penjumlahan nilai skor parsial yang diperoleh
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
Kemudian untuk memeriksa konsistensi internal dalam indeks ini, mengacu pada penelitian sebelumnya oleh Gandia (2011) maka dilakukan analisis realibilitas berdasarkan Cronbach’s alpha. Indikator ini memiliki jangkauan di antara 0-1 dan indeks ini dianggap dapat diandalkan dan layak diterima jika nilainya melebihi 0,6 (Ravelle & Zinbarg, 2009).
Berikut hasil pengujian
cronbach’s alpha dalam penelitian ini. Cronbach’s α
Indeks DIGI
0,77
DIGFI
0,75
DINP
0,74
DIRW
0,82
TDI
0,68
3.3 Variabel Kontrol Variabel kontrol yang diuji dalam penelitian ini sesuai dengan model penelitian yang digunakan oleh Saxton et al.,(2014) adalah sebagai berikut. 1. Harga output organisasi (Price) Harga didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan donor untuk membeli satu output organisasi
(Weisbrod & Dominguez, 1986). Hal ini
mempertimbangkan aspek di mana organisasi hanya dapat menghasilkan output setelah melakukan pengeluaran atas pajak dan pengeluaran lain seperti biaya umum dan administrasi serta biaya untuk penggalangan dana (Trussel & Parsons, 2008; Saxton, Neely & Guo2014). Harga dalam hal ini diasumsikan tidak dikenakan pajak (Saxton et al.,2014). Contohnya organisasi mencurahkan 20% untuk pengeluaran penggalangan dana dan administrasi, dan sisanya sebesar 80% untuk pengeluaran program. Sehingga harga yang harus dibayarkan donatur untuk membeli 1 rupiah output menjadi Rp1,25. Dengan kata lain, harga juga mencerminkan ketidakefisiensi kinerja organisasi, sehingga semakin rendah harga maka semakin tinggi penerimaan donasi. Harga diukur sebagai invers dari rasio program dan biaya.
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
2. Usia organisasi (Age) Usia merupakan proksi untuk mengukur jumlah goodwill yang berhasil dibangun organisasi nirlaba hingga saat ini (Weisbrod & Dominguez, 1986). Usia juga dapat dikatakan sebagai proksi reputasi dan kualitas, yaitu hal yang hanya dapat dibangun dalam suatu organisasi setelah beberapa tahun didirikan dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat (Trussel & Parsons, 2008). Usia diukur dari tahun 2012 dikurangi tahun organisasi nirlaba didirikan. 3. Ukuran organisasi (Size) Perkembangan suatu organisasi hanya dapat dicapai ketika organisasi nirlaba mampu menghasilkan pendapatan secara mandiri yang berlangsung selama
beberapa
tahun.
Sehingga
ukuran
organisasi
dapat
merepresentasikan kemampuan organisasi nirlaba yang dapat mencapai misi-misi dan menghasilkan pendapatan, termasuk pendapatan donasi (Trussel & Parsons, 2008). Ukuran organisasi diukur dari logaritma natural dari total aset. 4. Ketergantungan terhadap donor (Donor Dependence) Variabel ini merepresentasikan reabilitas organisasi nirlaba terhadap donaturnya. Hal ini juga mencerminkan tingkat independensi organisasi untuk dapat menjalankan program-programnya untuk mencapai misi organisasi (Saxton et. Al., 2014). Ketergantungan terhadap donatur diukur dari proporsi donasi terhadap total pendapatan.
4. Hasil Penelitian 4.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan tabel 1 dapat diperhatikan nilai rata-rata penerimaan sumbangan atau donasi adalah Rp19,10 miliar. Hal ini menunjukkan penerimaan sumbangan yang diperoleh organisasi nirlaba baik dari sumbangan privat dan pemerintah yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan operasional dan program organisasi sebesar Rp19,10 miliar. Organisasi yang memiliki nilai donasi terbesar adalah Worldwide Fund for Nature (WWF) sebesar Rp175 miliar. Hal ini
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
mungkin dikarenakan WWF telah berdiri di Indonesia lebih dari 50 tahun, memiliki jaringan global serta memiliki media promosi yang menarik, dan memiliki reputasi yang baik sebagai organisasi konservasi binatang dan lingkungan sehingga mampu menarik donasi sebesar Rp175 miliar. Sebaliknya nilai donasi terkecil dipegang oleh Yayasan Tifa. Jika dilihat dari usia ornop, rata-rata usia ornop di Indonesia berusia 12-13 tahun. Pada dasarnya Indonesia telah mengenal organisasi non pemerintah sejak lama yaitu pada tahun 1928 dengan organisasi yang pertama kali didirikan saat itu adalah Budi Utomo. Namun pada masa pemerintahan Soeharto, keberadaan organisasi masyarakat seperti ini dianggap sebagai masalah. Pasca orde baru pertumbuhan organisasi non pemerintah yang saat itu dikenal sebagai LSM tumbuh pesat di mana pada tahun 1985 berkisar 3000 organisasi berkembang menjadi 19.000 pada tahun 2001 (Fahrudin, 2003). Hal tersebut yang melatar belakangi banyaknya ornop yang lahir pada tahun 1998. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Gandia (2011) dan Saxton, Neely & Guo (2014) yang rata-rata berusia 21
tahun. Hal
ini
menunjukkan Ornop
yang
telah
mengimplementasi situs internet adalah organisasi dengan kelompok usia yang tergolong muda. Variabel Size merepresentasikan kemampuan organisasi nirlaba untuk mencapai misi-misinya dan menarik pendapatan, termasuk di dalamnya pendapatan sumbangan. Nilai rata-rata variabel Size pada ornop di Indonesia adalah Rp15,7 Miliar. Nilai tersebut berkisar antara Rp27,6 juta. Nilai tersebut menunjukkan sampel dalam penelitian ini bervariasi, mencakup ornop berskala kecil hingga yang besar. Variabel Total Disclosure Index (TDI) diperoleh dari hasil skoring berdasarkan indeks pengungkapan situs internet yang diadaptasi dari jurnal Gandia (2011). Penilaian ini berkisar pada skala 0-10, di mana 10 merupakan nilai maksimum. Rata-rata nilai jumlah informasi yang diungkapkan dalam situs internet Ornop di Indonesia adalah 5,64. Nilai variabel ini berkisar antara nilai 3,24 hingga 7,5. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya oleh Gandia (2011) yaitu nilai 4,18. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan organisasi nirlaba khususnya Ornop sangat rendah. Nilai ini merepresentasikan
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
sulitnya mengakses informasi pada organisasi nirlaba dan rendahnya komitmen organisasi nirlaba atas transparansi. Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Donation* Price Age Size* DD TDI
N
Rerata
52 52 52 52 52 52
19,10 1,31 12,81 15,70 0,86 5,64
Standar Deviasi 39,40 0,60 10,05 38,50 0,24 0,86
Minimum
Maksimum
0,0443 1 1 0,0276 0,09 3,24
175 4.5 54 196 1,01 7,50
*dalam Miliar Rupiah
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
4.2 Hasil Regresi Berganda Tabel 2 menunjukkan hasil regresi berganda atas pendapatan donasi atau sumbangan. Tabel 2 Hasil Regresi Model 1 Model 1 ln DONATIONi = β0 + β1 TDIi + β2 ln PRICEi + β3 AGEi + β4 ln SIZEi + DDi + εi H1: Terdapat korelasi positif antara jumlah informasi yang diungkapkan organisasi nirlaba melalui situs internet terhadap penerimaan donasi Variabel Independen
Prediksi
Koefisien
t-value
P-value
+ + + + +/-
-0,0147 -0,291 -0,000 0,992 2,771 -1,846
-0,12 -0,77 -0,06 14,88 5,83 -1,19
0,454 0,443 0,474 0,000** 0,000** 0,239
TDI ln Price Age ln Size DD Constanta R2
Probabilitas F F-Statistik
0,850 0,000** 52,27
Keterangan: ln DONATIONi: logaritma natural total donasi atau sumbangan. TDIi: Jumlah informasi yang diungkapkan melalui situs internet. ln PRICEi: logaritma natural dari invers rasio efisensi program terhadap seluruh beban. AGEi: Usia sejak organisasi didirikan. ln SIZEi: logaritma natural dari total aset. DDi: Proporsi donasi terhadap total pendapatan. **Signifikansi pada tingkat 0,05 one tailed *Signifikansi pada tingkat 0,1 one tailed
Penelitian ini memiliki nilai F-statistik sebesar 52,27 dengan probabilitas F-statistik sebesar 0,000. Model dalam penelitian ini menghasilkan nilai R2 sebesar 0,850. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 85% variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan melalui situs internet (TDI) berkorelasi negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan donasi. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Saxton, Neely & Guo(2014) dan Gandia (2011) bahwa donatur sensitif terhadap pengungkapan secara sukarela dalam situs internet dan bereaksi positif terhadap kuantitas yang diungkapkan dengan memberikan banyak donasi pada periode
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
selanjutnya. Hal ini mungkin disebabkan angka penetrasi internet terhadap total populasi penduduk di Indonesia yang masih rendah yaitu 15%, dan menempati peringkat 154 berdasarkan data dari US Census Bureau. Penetrasi internet adalah penggunaan internet untuk kehidupan sehari-hari seperti untuk bekerja, berbelanja, sekolah, dan sejenisnya. Hal ini jauh berbeda dengan hasil penelitian Saxton, Neely dan Guo (2014) yang mengambil tempat di Amerika Serikat dengan penetrasi internet yang cukup tinggi sebesar 81%. Faktor lainnya adalah, beberapa kecenderungan penghambat dari kalangan internal Ornop itu sendiri yang merendahkan transparansi pada Ornop di Indonesia (Hamid dan Rukmini, 2004), di antaranya: One man show organization. Pada umumnya Ornop di Indonesia sangat bergantung atau terpusat pada satu tokoh pimpinannya yang merupakan inisiator atau pendiri dari Ornop tersebut. Keberlangsungan hidup Ornop kebanyakan sangat bergantung pada tokoh tersebut. Keadaan tersebut kurang mendukung transparansi Ornop baik secara internal maupun eksternal. Karena dominasi dari tokoh tersebut, proses pengambilan keputusan pun sangat terkonsentrasi. Sehingga pada keadaan tersebut, akses pada sumber daya yang dimiliki suatu Ornop menjadi priviledge tokoh pemimpin Ornop yang bersangkutan. Ketergantungan pada lembaga donor asing. Hampir seluruh Ornop di Indonesia menggantungkan sumber pendanaannya pada lembaga donor. Hal ini menyebabkan persepsi di kalangan Ornop bahwa dana yang digunakan bukanlah bagian dari dana pemerintah atau masyarakat secara langsung sehingga kewajiban moral untuk mempertanggungjawabkan pengggunaannya pada publik bukanlah sebuah keharusan. Kekaburan mandat publik. Bagi kalangan Ornop, publik merupakan sesuatu yang abstrak sebagai tempat di mana sumber kontrol harus ditempatkan atau berada. Selain itu, terdapat banyak kasus bahwa kecenderungan manipulasi mandat publik yang dilakukan Ornop guna melegitimasi kegiatan atau eksistensi organisasi. Kecenderungan tersebut berdampak pada persepsi yang muncul bahwa sejauh gerakan Ornop tidak
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
merugikan kepentingan publik secara langsung, maka kontrol publik dan transparansi pada publik bukanlah faktor utama yang harus diperhatikan. Variabel lainnya yaitu usia organisasi dan harga output organisasi menunjukkan hubungan yang negatif dan tidak signifikan. Lain halnya dengan variabel ukuran organisasi dan ketergantungan donor yang memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap pendapatan donasi. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi yang memiliki ukuran besar cenderung lebih stabil dalam menghasilkan pendapatan dan dapat bertahan lama dalam menjalankan program kerjanya. Hal ini juga menunjukkan fakta bahwa dalam menjalankan program kerjanya, Ornop di Indonesia banyak bergantung pada donatur. Hal ini didukung penelitian Adiwibowo, Dharmawan dan Assa’di (2009) serta Fakih (2000) bahwa LSM atau Ornop di Indonesia memiliki ketergantungan kuat pada lembaga donor, khususnya lembaga donor asing seperti USAID, AUSAID, Bank Dunia, Asian Development Bank dan sejenisnya.
5. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat relevansi teknologi internet dan tingkat pengungkapan organisasi nirlaba, khususnya Ornop dan pengaruhnya terhadap pendapatan donasi. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian in adalah Ornop yang terdaftar dalam pangkalan data Lembaga Penelitian SMERU yang memiliki situs internet dan mempublikasikan laporan keuangan dalam situs internetnya. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah pengungkapan informasi melalui situs internet yang dilakukan ornop terbukti memiliki pengaruh negatif dan tidak signfikan terhadap penerimaan donasi. Jika ditinjau berdasarkan dengan komponen indeks pengungkapan situs internet, komponen informasi umum dan hubungan relasional merupakan komponen yang memiliki nilai yang terendah. Hal ini mendukung hasil regresi dikarenakan menurut beberapa penelitian sebelumnya pada organisasi laba, pengungkapan informasi tata kelola organisasi dan laporan keuangan dapat berpengaruh pada pendapatan organisasi, begitu pula sebaliknya, dan hal tersebut dialami pada ornop di Indonesia. Selain itu situs relasional yang rendah mengindikasikan bahwa ornop di Indonesia belum
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
menggunakan situs internet untuk menjalin hubungan dengan stakeholder organisasi sehingga berimplikasi pada rendahnya pendapatan donasi pada ornop di Indonesia. Secara keseluruhan, penilaian jumlah informasi yang diungkapkan melalui situs internet pada ornop di Indonesia menunjukkan nilai rerata yang rendah yakni 5,64 dari skala 1-10. Hal ini menunjukkan komitmen transparansi organisasi nirlaba dengan menggunakan medium situs internet masih rendah. Faktor lain yang mendukung hasil ini adalah angka penetrasi internet di Indonesia yang masih rendah yaitu sebesar 15% menurut data statistik dari US Census Bureau. Meskipun begitu, hasil regresi ukuran organisasi dan ketergantungan terhadap donor yang memiliki asosiasi positif dan signifikan terhadap pendapatan donasi membuktikan bahwa mayoritas ornop di Indonesia memperoleh pendapatan donasi yang besar dikarenakan ukuran organisasi yang besar serta memiliki ketergantungan terhadap donor, dalam hal ini pada lembaga donor asing sesuai dengan hasil penelitian Fahrudin (2000).
6. Keterbatasan Penelitian dan Saran Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini dan saran untuk kepentingan penelitian selanjutnya akan dibahas sebagai berikut. 1. Sampel ornop dalam penelitian ini jumlahnya terbatas, di tambah dengan pangkalan data yang ada tidak memiliki akses pada laporan keuangan. Selain itu, pada situs internet ornop, laporan keuangan yang diungkapkan memiliki rentang waktu yang terbatas. Sehingga dalam rangka mengumpulkan sampel dan laporan keuangan ornop memerlukan waktu yang lama. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dibuat pangkalan data yang rapih sehingga dapat digunakan untuk kepentingan penelitian selanjutnya. 2. Implementasi pemakaian situs internet oleh ornop di Indonesia yang masih sedikit dan sangat terbatas. Padahal mengingat Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar, terutama sosial media, diharapkan ornop Indonesia mulai mengimplementasi situs internet untuk keperluan pengungkapan informasi.
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
3. Penelitian ini tidak membahas mengenai aspek lingkungan politik pada ornop Indonesia. Padahal terdapat fenomena kebiasaan ornop di Indonesia yang terpaku pada fitur sentral pribadi tokoh (Fahrudin, 2003). Contohnya adalah YLBHI yang tidak lepas dari sosok Adnan Buyung Nasution, KEHATI yang akrab dengan nama Emil Salim, Kontras dengan tokoh Munir, dan ICW melalui figur Teten Masduki dan lain-lain. 4. Biaya penggalangan dana atau fundraising expense merupakan salah satu variabel penting yang memiliki pengaruh pada pendapatan donasi. Selain itu biaya ini merupakan salah satu indikator efektivitas organisasi nirlaba menurut Yetman & Yetman (2003). Namun dalam penelitian ini biaya penggalangan dana belum diperhitungkan dikarenakan biaya ini masih diasumsikan tergabung dalam biaya program organisasi. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat memperoleh dan menganalisis biaya penggalangan dana pada ornop di Indonesia. 5. Adanya kemungkinan hasil dalam penelitian ini terkena indikasi Simpson’s Paradox, yaitu fenomena di mana hasil data menjadi berlawanan arah ketika sekelompok data dijalankan secara bersamaan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh dua hal, yakni ukuran antar data yang berbeda serta secara ilmu pengetahuan yang ada, hasil tersebut menunjukkan hasil yang tidak sesuai. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
Daftar Referensi Elkington. (2003, August). The Economist. Living With the Enemy . Fahrudin, W. (2003). Akuntabilitas dan Transparansi LSM dalam Proses Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Demokratis di Indonesia. Dalam CIVIC Vol. 1 No. 2. Gandia, J. L. (2011). Internet disclosure by nonprofit organization : empirical evidence of nongovernmental organization for development in Spain. Nonprofit and Voluntary Sector Quart. 40 , 57-78. Gordon, T., & Khumawala, S. (1999). The demand for not-for-profit financial statements : a model for individual giving. Journal of Accounting Literature 18 , 31-56.
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
Greenlee, J., Fischer, M., Gordon, T., & Keating, E. (2007). An Investigation of fraud in nonprofit organizations : Occurences and deterrents. Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly 36(4) , 676-694. Greiling, D. (2009). Performance Measurement in Nonprofit-Organisationen. Mannheim: Habilitationsschrift Universitat Mannheim. Hamid, A., & Rukmini, M. (2004). Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia. Jakarta: Piramedia. Montserrat, L. (2008). El reto de la communicacion en el tercer sector no lucrativo. Revista Espanola Del Tercer Sector, 8 , 17-38. Saxton, G. D., & Guo, C. (2011). Accountability Online: Understanding the WebBased Accountability Practices of Nonprofit Organizations. Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly 40(2) , 270-295. Saxton, G. D., Kuo, J.-S. K., & Ho, Y.-C. (2012). The determinants of voluntary financial disclosure by nonproft organizations. Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly 41(6) , 1051-1071. Saxton, G. D., Neely, D. G., & Guo, C. (2014). Web disclosure and the market for charitable contributions. Journal of Accounting and Public Policy . Trussel, J. M., & Parsons, L. M. (2008). Financial reporting factors affecting donations to charitable organizations. Advances in Accounting Vol. 23 , 263285. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. (t.thn.). Weisbrod, B., & Dominguez, N. (1986). Demand for collective goods in private nonprofit markets : Can fundraising expenditures help overcome free-rider behavior? Journal of Public Economics, 30 , 83-96. Zainon, S., Atan, R., Wah, Y. B., & Raja Ahmad, R. A. (2012). Information disclosure by charity organizations. Dipetik March 31, 2014, dari http://www.wseas.us/elibrary/conferences/2012/CambridgeUSA/BUSINESS/BUSINESS-05.pdf
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014
Pengaruh pengungkapan..., Himmahwati Zahara Gani, FE UI, 2014