DINAMIKA HUBUNGAN DALAM KOMUNITAS KASKUS JKT48: INTERAKSI DAN PEMBENTUKAN IDENTITAS KOMUNITAS FANDOM Rara Firlina dan Endah Triastuti Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak JKT48, grup penyanyi yang merupakan sister group idola asal Jepang AKB48, saat ini merupakan penyanyi yang cukup dikenal di Indonesia karena fanatisme fansnya. Salah satunya adalah Kaskus JKT48 yang merupakan komunitas fandom penggemar JKT48 dan terbentuk online dari forum online kaskus. Kaskus JKT48 cukup terkenal karena kekompakan dan eksistensinya di kalangan fans JKT48. Penelitian ini kemudian ingin mengetahui bagaimana dinamika hubungan yang terjadi pada Kaskus JKT48 sehingga membuat Kaskus JKT48 sebagai komunitas online menjadi kompak. Dinamika hubungan dapat terjadi dari interaksi online dan offline, ikatan, pemaknaan identitas anggota sebagai bagian dari Kaskus JKT48, dan penggunaan media sosial (forum online dan Twitter) sebagai media komunikasi komunitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif dan menggunakan strategi etnografi. Hasil dari penelitian ini yaitu terjadi dinamika komunitas Kaskus JKT48 karena interaksi online offline yang terus menerus terjadi. Dinamika berdampak pada ikatan dan kekompakan komunitas yang berkurang. Dinamika juga terjadi karena identitas anggota mulai terkontestasi dan muncul clique (kelompok dalam kelompok). Interaksi online dengan menggunakan berbagai media sosial juga menjadi pemicu munculnya dinamika dalam Kaskus JKT48 akibat adanya overload information dan membuat kejenuhan pada anggota komunitas. Kata Kunci: Dinamika, komunitas, fandom, interaksi, online, offline, identitas The Dynamic of Relationship Within Kaskus JKT48 Community: Interaction and Identity Formation Fandom Community Abstract JKT48, a singer group which is Japanese idol sister group of AKB48 , is now a well-known singer in Indonesia because of fanaticism fans. One of them is Kaskus JKT48, the fandom community JKT48 fan that formed online by online forums known as Kaskus. Kaskus JKT48 is quite famous because of its coheisveness and its existence among JKT48 fans. This study want to know how the dynamics of the relationships that occur on Kaskus JKT48 thus making Kaskus JKT48 as a cohessive online community. The dynamics of the relationship can occur from online and offline interaction, bonding , meaning the identity of members as part of JKT48 Kaskus , and the use of social media ( online forums and Twitter ) as a community communication medium . This research use qualitative and interpretive paradigm by using ethnographic strategy .
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
The results of this study are the dynamics of JKT48 Kaskus community due to online and offline interactions that keep happen in it. The dynamics caused impact on bond and reduced community cohesiveness. Dynamics also occur because of the identity of the members began contested and appear clique ( groups within groups ). Online interaction using a variety of social media is also a trigger of dynamics in Kaskus JKT48 due to information overload and began appearing saturation on community members. Keywords: Dynamic, community, fandom, interaction, online, offline, identity Pendahuluan Budaya pop adalah budaya yang disukai oleh banyak orang, karena telah diterima oleh masyarakat melalui media massa. Storey (2007) memberikan beberapa ciri budaya pop diantaranya adalah menciptakan tren dan bersifat sementara. Menciptakan tren berarti setiap produk budaya yang dihasilkan biasanya akan diikuti banyak orang sedangkan bersifat sementara artinya produk budaya selalu digantikan dengan produk budaya lainnya. Budaya pop biasanya akan bertahan selama belum ada budaya pop lain yang dapat menandingi keunikannya. Efek budaya pop juga menghasilkan kesenangan. Khalayak yang terpengaruh dengan keberadaan budaya pop cenderung lebih konsumtif demi mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Storey, 2007). Bentuk-bentuk budaya pop diantaranya adalah film, fashion, program TV dan musik. Budaya pop Jepang merupakan salah satu budaya pop yang terkenal dan berpengaruh di dunia. Bentuk budaya pop Jepang yang cukup terkenal adalah manga (komik), animasi, video game dan ketiganya menjadi “face of Japan” (Nakamura, 2003). McGray (2002) karenanya mengatakan Jepang sebagai cool country dengan budaya popnya yang mendunia1. Budaya pop Jepang lain yang juga terkenal adalah musik pop Jepang, yang dikenal dengan istilah JPop2 (Musik, 2012). Pada tahun 2011, lagu bergenre J-Pop kembali muncul di Indonesia melalui sebuah grup idola bernama JKT48. JKT48 muncul dalam dunia industri musik Indonesia menggunakan konsep baru yang belum pernah ada di Indonesia, yakni konsep grup idola dengan berbasis teater (Raharja, 2013).
1 Budaya pop Jepang yang sudah mendunia diantaranya adalah J-‐pop (popular music), J-‐fashion, electronic gizmos dan games (Sony Play Station3 dan Nintendo), drama televisi, manga (komik Jepang), dan anime atau kartun Jepang (Lam, 2007) 2
J-‐Pop sebenarnya merupakan istilah umum yang mengandung banyak jenis (genre) musik Jepang seperti pop, rock, dance, rap dan soul. Di Jepang, istilah J-‐Pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut dengan Enka atau bentuk ballad dari Jepang tradisional. J-‐Pop sedikit banyak dipengaruhi oleh American-‐style yang menjadi pengaruh terkuat perkembangan musik di Jepang (Musik,2012).
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
JKT48 adalah grup idola yang merupakan sister group pertama AKB483 di luar Jepang. JKT48 dibentuk oleh Yasushi Akimoto yang juga membentuk AKB48. JKT48 diperkenalkan sejak November 2011 di Jakarta. Akimoto membentuk JKT48 karena melihat tuntutan pasar, demografi dan prospek konsep idola sangat cerah di Indonesia. Sebagai grup idola, JKT48 memiliki konsep yang berbeda dengan girlband atau grup penyanyi perempuan lainnya,salah satunya adalah dapat dijumpai setiap hari oleh para penggemarnya melalui berbagai acara, salah satunya handshake event (Dinasty, 2013). Pada acara tersebut, penggemar dapat bersalaman dan mengobrol dengan anggota JKT48 dengan batasan waktu tertentu. Perbedaan lain JKT48 dengan girlband adalah memilikii teater khusus JKT48 yang berlokasi di lantai 4 Mal FX Sudirman, Jakarta, sebagai tempat show JKT48 (Dinasty, 2013). JKT48 memiliki fans yang banyak dan cukup fanatik. Setiap menonton pertunjukkan JKT48, fans JKT48 cukup enerjik dengan ikut menyanyi, meneriakkan yel-yel hingga menggunakan atribut yang menarik perhatian (dalam Koran Sindo edisi 10 November 2013). Fans JKT48 ini mendapat sebutan wota4. Wota adalah mereka yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap grup idola. Selain wota terdapat pula istilah lain yaitu oshi5. Lalu sebenarnya siapakah fans itu? Menurut pendapat Storey (2007), fans adalah perilaku yang berlebihan dan berdekatan dengan kegilaan. Mereka cenderung terobsesi terhadap hal-hal yang berhubungan dengan yang digemari, dalam hal ini adalah pekerja hiburan yang mereka idolakan (artis). Fans tidak hanya dalam bentuk individu saja, namun dapat pula berkelompok yang dikenal dengan istilah fandom (Rogozinska, 2007). Menurut Rogozinska, Fandom merupakan kelompok penggemar yang mengidolakan suatu produk industri budaya, contohnya film, drama, artis, atau penyanyi. Fandom adalah bentuk interaksi sosial, dimana individu didalamnya saling 3
AKB48 adalah grup idola wanita di Jepang yang dibentuk pada tahun 2005 dan eksis hingga saat ini oleh Yasushi Akimoto di kawasan Akihabara (sebuah distrik di Tokyo, Jepang). AKB merupakan kependekan dari Akibahara. AKB48 saat ini terdiri dari 77 anggota dibagi menjadi empat tim: Tim A, Tim K, Tim B dan Tim 4. Tim A berisi 19 anggota, Tim K berisi 20 anggota, Tim B berisi 22 anggota, sementara Tim 4 berisi16 anggota. Tidak seperti kelompok idola lain di Jepang, AKB48 adalah grup idola yang memiliki teater sendiri di Akihabara di mana mereka melakukan pertunjukan di teater satu kali setiap weekdays dan dua kali pada hari Sabtu dan Minggu. Teater mereka terletak di lantai 8 dari Don Quixote (Xie,2014). 4 Wota artinya adalah penggemar berat, sebutan bagi para penggemar berat idola perempuan asal Jepang. Orang yang disebut wota biasanya orang yang sangat berdedikasi terhadap idolanya bahkan bersedia mengorbankan uang, waktu, dan citra untuk idolanya, bahkan bisa dikatakan sampai pada tahapan freak, nerd, atau geek (Xie, 2014, h.80). 5 Oshi berarti member atau anggota dari idol group yang didukung. Seorang fans bisa memiliki banyak anggota favorit tapi pasti ada satu anggota idol group yang paling disukai dan tidak tergantikan (diakses dari http://akb48.wikia.com/wiki/Oshimen pada 04 Desember 2014).
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
berbagi rasa, membangun identitas sosial dan melakukan kegiatan-kegiatan secara kolektif (Galih, 2012). Mereka tidak hanya menikmati tetapi mengomentari, ikut berpikir, membuat inovasi dalam keseharian mereka (Galih, 2012). Tren yang muncul saat ini dengan berkembangnya internet adalah munculnya kelompok-kelompok komunitas fans dalam ranah dunia maya atau disebut online community fans. Era internet meningkatkan kecepatan komunikasi para fans, yang disebut Matthew Hills sebagai “just in time fandom” (Jenkins, 2002). Para fans JKT48 juga membentuk sebuah fandom, salah satunya adalah komunitas Kaskus JKT48. Saya mendapatkan informasi mengenai Kaskus JKT48 dari sebuah artikel pada situs www.tnol.co.id (sebuah situs yang merupakan portal komunitas) dengan judul “KSK JKT48, Fansnya JKT48”. Artikel tersebut menceritakan mengenai Kaskus JKT48, komunitas penggemar JKT48 yang merupakan kaskuser (pengguna kaskus). Dikalangan penggemar JKT48, Kaskus JKT48 dikenal sebagai salah satu komunitas penggemar JKT48 yang terbesar dan sangat aktif dari awal JKT48 dibentuk pada akhir tahun 2011 (Novriyadi, 2012). Pada 2012 di awal ketenaran JKT48 mereka aktif mendukung dan menghadiri sejumlah show JKT48 baik di teater maupun disejumlah acara TV sebagai bentuk dukungan penggemar terhadap idolanya (Novriyadi, 2012). Anggota Kaskus JKT48 beberapa kali mengadakan kegiatan kopi darat atau berkumpul bersama. Jadi mereka tidak hanya aktif di dunia maya saja melalui forum online kaskus di thread khusus JKT48 namun juga sesekali mengadakan kegiatan offline. Forum online menjadi basis utama untuk berinteraksi dan berkomunikasi pada Kaskus JKT48. Kaskus JKT48 selanjutnya juga memanfaatkan jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook untuk berinteraksi dengan sesama anggota Kaskus JKT48. Kaskus JKT48 terkenal di kalangan fans JKT48 karena kekompakannya. Hal inilah yang menarik karena sebuah komunitas online atau komunitas virtual pada dasarnya terbentuk karena kesenangan akan sesuatu hal yang sama dan memiliki ikatan yang relatif kurang kuat dibandingkan komunitas yang memang terbentuk secara fisik (bukan online) sehingg menjadi menarik apabila ternyata ada sebuah komunitas berbasis online yang kompak. Untuk menjawab rasa penasaran saya, maka saya perlu mengetahui dinamika hubungan yang selama ini terjadi dalam Kaskus JKT48 sehingga pertanyaan penelitian utama pada penelitian ini adalah : Bagaimana dinamika hubungan yang terjadi dalam komunitas fandom Kaskus JKT48? Dari pertanyaan utama tersebut, muncul beberapa sub pertanyaan yang ingin pula saya teliti. Pertama, saya ingin mengetahui bagaimana perpaduan interaksi online dan offline pada
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
komunitas Kaskus JKT48. Hal ini menarik karena pada umumnya komunitas online hanya melakukan interaksi secara online saja namun Kaskus JKT48 juga berinteraksi offline. Lebih jauh lagi, kedua interaksi tersebut juga dapat menentukan ikatan yang terdapat pada Kaskus JKT48 dan saya harap dapat menjawab rasa penasaran saya mengenai kekompakan Kaskus JKT48. Saya juga ingin mengetahui bagiamana pemaknaan identitas anggota Kaskus JKT48 sebagai seorang fans dan sebagai bagian dari fandom Kaskus JKT48 juga penggunaan media sosial sebagai media komunikasi pada komunitas Kaskus JKT48. Identitas dan penggunaan media sosial komunitas menurut saya dapat menjadi faktor penyebab dinamika hubungan dalam sebuah komunitas. Tinjauan Teoritis Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep komunitas online, dinamika dalam komunitas, dan budaya fans. Konsep mengenai komunitas online dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya Van Dijk, Porter, dan Rheingold. Mereka memiliki kesamaan argumen mengenai komunitas online yaitu kumpulan dari orang-orang yang saling berinteraksi karena memiliki tujuan atau ketertarikan yang sama dalam dunia maya dan menggunakan media internet sebagai media komunikasi. Tetapi bagi Rheingold, komunitas virtual merupakan komunitas yang benar-benar hanya muncul di dalam dunia maya dan tidak pernah bertemu di dunia sebenarnya, hanya eksis dan melakukan semua aktivitas di dunia maya tanpa ada suatu keharusan atau keinginan mengadakan pertemuan tatap muka dengan sesama anggota komunitas. Komunitas virtual menurutnya lebih mengarah kepada komunitas yang hanya benar-benar hidup di internet tanpa ada interaksi secara offline. Sedangkan bagi Van Dijk dan Porter, komunitas virtual tidak selamanya berada di dunia maya saja. Komunitas virtual juga perlu untuk saling bertemu satu sama lain dengan anggota komunitasnya. Secara umum, komunitas virtual atau komunitas online memiliki karakter diantaranya kurangnya kedekatan secara fisik, terbentuk berdasarkan kesenangan atas sesuatu hal yang sama,dan ikatan yang relatif kurang kuat dintara anggota walaupun hubungan yang terbentuk sebenarnya dapat membuat anggota menjadi intim (Wellman dan Gulia, 1999: Katz, Rice, Acord, Dasgupta dan David, 2004 dalam Siapera, 2012, h.194). Komunitas online juga dapat meleburkan berbagai macam batas seperti geografi, etnis, ras, dan gender (Katz dan Rice, 2002 dalam Siapera,2012, h. 194). Siapera (2012) menjelaskan pula beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunitas online. Pada komunitas online, anggotanya dapat lebih bebas mengekspresikan identitas tanpa ada perasaan takut atau merasa terasing. Lebih jauh,
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
komunitas online juga dapat membentuk aturan dan norma yang sesuai dengan perilaku anggota. Komunitas online juga cenderung tidak menetapkan ketua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas virtual lebih egaliter dan demokratis dibandingkan komunitas offline atau organik. Hal lain yang menjadi keunggulan komunitas online adalah keterbukaan pada anggota baru dan kemudahan menciptakannya. Komunitas virtual cenderung lebih terbuka dan sangat menerima anggota baru dengan senang hati. Seandainya seseorang tidak menemukan komunitas virtual yang mau menerima dirinya, ia dapat dengan mudah membuat komunitas virtul baru (Castells, 2004). Menurut Matzat (2010) interaksi online sangatlah berkaitan erat dengan interaksi offline. Sebuah komunitas online akan lebih baik jika didukung oleh hubungan offline. Komunikasi dalam kelompok secara online dapat membentuk terciptanya kontak secara offline bagi para anggota komunitas online (Zhao, 2006; Parks, 1996; Parks & Roberts, 1998; Utz, 2000; Matzat 2004 dalam Matzat,2010). Komunitas online mengunakan situs jejaring sosial sebagai basis media komunikasi dan menjadi sarana untuk meningkatkan hubungan online maupun offline. Zhang, Jiang, dan Carroll (2009) dalam penelitiannya mengenai Integrating Online and Offline Comunity Through Facebook mencoba untuk melihat bagaimana penggunaan media sosial bermakna dan mempengaruhi kehidupan sosial anggota komunitas secara online dan offline melalui tiga elemen penyokong utama yaitu identitas sosial, social engagement, dan social ties and network. Namun dalam penelitian ini peneliti akan memfokuskan pada dua elemen yaitu identitas sosial dan social engagement sebagai elemen yang mewarnai dinamika kelompok. Identitas sosial diasumsikan oleh Tajfel (1978, dalam Gudykunst, 1997: 88, lihat Nastiti, 2012) sebagai keseluruhan bagian dari konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan mereka terhadap suatu kelompok sosial bersamaan dengan nilai dan signifikansi emosional terhadap keanggotaan tersebut. Identitas sosial yang dimiliki seseorang akan selalu dipengaruhi oleh identitas diri seseorang dan pengaruh lingkungan sosial tempat ia mengaitkan diri sebagai kelompok. Berdasarkan teori identitas sosial, identitas memberikan hubungan kognitif, psikologis bahkan emosional kepada individu dalam kelompoknya (Turner,1985). Identitas juga dapat memberikan individu arahan untuk berinteraksi dalam konteks yang diberikan, contohnya berinteraksi dengan anggota kelompoknya atau dengan anggota dari kelompok lain. Identitas sosial menurut Ashforth dan Mael (1989) membantu individu mendefinisikan diri sejalan dengan identitas personal. Sedangkan social engagement adalah komitmen dari anggota suatu kelompok untuk tetap berada dalam kelompok tersebut dan berinteraksi dengan anggota dalam kelompok
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
tersebut (Zhang, Jiang, dan Carroll, 2009). Bentuk dari komitmen tersebut dapat bermacammacam. Komunitas tidak hanya merupakan kumpulan orang-orang saja namun di dalamnya juga terdapat aturan, budaya, tradisi, dan sejarah yang dibentuk secara bertahap dalam waktu tertentu dan melekat dalam kehidupan komunitas tersebut (Berger & Luckmann, 1967). Beberapa studi mengenai social engagement pada komunitas online melihat sisi engagement dari penggunaan web, misalnya berapa banyak posting dalam web atau media sosial setiap harinya dan berapa banyak anggota yang masih aktif dan tidak aktif di forum online. Intensitas keaktifan komunitas dapat dilihat dari media online atau media sosial komunitas tersebut namun aktifitas lain, seperti aktivitas offline juga dapat berkontribusi bagi kualitas social engagement dalam sebuah kelompok atau komunitas. Komunitas online Kaskus JKT48 yang dibahas dalam penelitian ini adalah komunitas fandom, bukan sekedar fans. Berdasarkan karakterisasi yang dipaparkan Jenkins (1992), Fans dan fandom memiliki definisi yang berbeda, di mana fans adalah seseorang yang mengkonsumsi teks atau berbagai macam yang digemari Sedangkan fandom tidak hanya mengkonsumsi atau menikmati saja tetapi juga memproduksi kembali teks atau produk budaya yang digemari dalam berbagai macam bentuk. Alasan utama seorang penggemar bergabung dengan sebuah fandom adalah untuk mencari tempat di mana ia akan diterima dengan segala aktivitasnya yang disebut fanatik oleh masyarakat normatif (Gooch, 2008). Berkembangnya teknologi internet ternyata membawa dampak pada kegiatan fandom. Saat ini banyak bermunculan cyber-fandom di dunia maya atau kegiatan penggemar berbasis internet. Akses internet yang makin mudah dan terjangkau pun dapat membuat seorang penggemar berpartisipasi dalam multi fandom atau bergabung dalam beberapa fandom untuk satu kesukaan yang sama dan dengan mudah membuat sebuah fandom. Penggemar dapat mengekspresikan hasil karyanya akan produk budaya yang disukainya, misalnya fan art atau cerita fan fiction dan dengan mudah menyebarkan hasil karyanya tersebut (Gooch,2008). Cyber-fandom pada umumnya menerima orang-orang dengan latar belakang beragam untuk bergabung dan berinteraksi dengan kelompok tersebut tanpa memandang status sosial, ras, dan status ekonomi dan biasanya lebih diterima karena komitmennya pada fandom yang dipilih. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma interpretifyang bertujuan mengkonstruksi realitas secara intersubyektif melalui makna dan pemahaman yang dikembangkan secara sosial dan berdasarkan pengalaman. Karena itu penelitian ini akan membangun realitas pada
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Acer 11/30/14 8:28 PM Deleted: .
komunitas Kaskus JKT48 khususnya mengenai interaksi online dan offline yang terjadi diantara anggota komunitas kaskus JKT48, penggunaan media sosial untuk berkomunikasi, engagement dan sarana pembentukan identitas kelompok, membentuk ikatan dalam komunitas, dan pemaknaan identitas diri sebagai penggemar JKT48 yang tergabung dalam komunitas Kaskus JKT48. Realitas dibangun dengan melakukan pemahamandan pemaknaan berdasarkan pengalaman anggota Komunitas Kaskus JKT48. Penelitian ini akan fokus pada perspektif emic6 atau perspektif “inside” Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan menggambarkan dan mengemukakan pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi (Pawito, 2007). Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mengeksplorasi pengalaman individu dalam komunitas penggemar kakus JKT48 dalam melakukan interpretasi terhadap realitas sosial anggota Kaskus JKT48. Lebih spesifik, pendekatan ini memungkinkan peneliti memahami pengalaman anggota komunitas dan bagaimana mereka melihat kaskus sebagai bagian penting untuk menjaga komunikasi serta memperkuat identitas sebagai penggemar kaskus JKT48. Berdasarkan tujuannya maka penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti ingin menampilkan gambaran detail dari sebuah fenomena kepopuleran dan loyalitas penggemar grup JKT48. Penelitian ini akan menghasilkan gambaran secara rinci mengenai Komunitas penggemar Kaskus JKT48, mulai dari interaksi kelompok baik online dan offline, menggambarkan forum online kaskus sebagai media komunikasi komunitas penggemar Kaskus JKT48 dan pembentukan identitas anggota Kaskus sebagai penggemar juga sebagai bagian dari kaskus JKT48. Penelitian ini bermaksud untuk menghasilkan gambaran yang detail dan akurat mengenai pandangan anggota Kaskus JKT48 terhadap komunitasnya dan media sosial yang mereka gunakan. Penelitian ini menggunakan strategi etnografi. Peneliti ingin melihat secara keseluruhan gambaran dari komunitas termasuk dalam konteks sosial budaya melalui beberapa anggota komunitas yang menjadi informan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi sebagai metode pengumpulan data utama. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami oleh anggota komunitas kaskus JKT48 terkait interaksi online offline, identitas kelompok,dan penggunaan 6
Perspektif emic atau perspektif inside merupakan perspektif yang berisi informasi berdasarkan sudut pandang, persepsi, kepercayaan dan pemahaman informan penelitian. Perspektif emic mencerminkan pemahaman budaya (cultural meaning) berdasarkan fakta, kejadian atau pengalaman yang pernah dialami informan (Hennink, Hutter, & Bailey, 2011, h.18).
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
media sosial dalam komunitas Kaskus JKT48. Selain itu penelitian ini juga bermaksud melakukan eksplorasi terhadap informan untuk memahami bagaimana penggunaan media kaskus antar anggota kaskus JKT48, pembentukan identitas sebagai komunitas Kaskus JKT48 dari penggunaan media kaskus dan interaksi dengan sesama anggota Kaskus JKT48 (Banister dkk, 1994 dalam Poerwandari,2011). Data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat isi Twitter dan forum online Kaskus JKT48. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling7 dan teknik snowball8 dalam menentukan subjek penelitian. Teknik purposive dilakukan dengan membuat kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan informasi maksimum dari informan yang beragam usia, profesi, peran di dalam komunitas, waktu bergabung (anggota lama atau baru) dan keaktifan di dalam komunitas. Peneliti juga menggunakan teknik snowball atau disebut juga chain referral (lihat Neuman, 2003:214), yaitu teknik mendapatkan informan yang sesuai berdasarkan rekomendasi anggota pengurus Kaskus JKT48 (AHK dan MY). Pengolahan data hasil turun lapangan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode coding. Terdapat tiga tahapan coding yang digunakan dalam penelitian ini yaitu open coding, axial coding, dan selective coding. Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif (grounded). Dalam penelitian ini, data akan dianalisis menggunakan analisis tematik. Hasil Penelitian Interaksi (Online dan Offline ) dalam Komunitas Kaskus JKT48 Prandstraller (2003) berpendapat bahwa dunia maya membuat para penggemar dapat secara cepat mencari bahkan dengan mudah mendirikan komunitas penggemar. Sejalan dengan argumen Prandstraller, Komunitas Kaskus JKT48 pun didirikan berkat adanya forum online Kaskus yang memberikan kesempatan bagi seseorang untuk berinteraksi di dunia maya. Para anggota Komunitas Kaskus JKT48 awalnya bukanlah individu yang saling mengenal satu sama lain. Namun karena mereka memiliki interest yang sama, yaitu JKT48, mereka memutuskan untuk saling berinteraksi satu sama lain sehingga anggota komunitas semakin banyak dan mereka dapat tetap eksis sampai sekarang. Kondisi pada komunitas 7
Purposive sampling merupakan salah satu metode penarikan sampel nonprobabilita. Penarikan sampel purposive dapat digunakan pada suatu kasus atau kondisi dengan tujuan khusus untuk mendapatkan informasi secara mendalam (Neuman, 2003, h. 213). 8 Snowball sampling adalah metode untuk mendapatkan sampel penelitian berdasarkan jaringn, berdasarkan analogi bola salju yang dimulai dari bola kecil kemudian lama-‐lama menjadi besar. Metode ini dimulai dari satu orang kemudian menyebar lebih luas menjadi beberapa orang berdasarkan jaringan dari orang pertama, orang kedua, dan selanjutnya (Neuman, 2003, h. 214).
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Kaskus JKT48 tersebut sama halnya dengan pernyataan Fremlin (2012) mengenai komunitas online yang dapat terbentuk dari orang-orang yang tidak saling mengenal. Para anggota Kaskus JKT48 melakukan komunikasi online secara berkala dan rutin. Hal tersebut bermanfaat untuk saling mengenal antarsesama anggota, berkomunikasi dan mencari teman yang memiliki oshi sama, berbagi informasi mengenai JKT48, dan melaksanakan project. Terkadang mereka juga saling berbagi foto idola mereka di malam minggu (wawancara dengan YOS, 29 Maret 2014). Para anggota juga menggunakan beberapa istilah yang mereka buat sendiri ketika berkomunikasi dan berdiskusi secara online. Mereka menggunakan istilah seperti kutukan ngantri, tim layar kaca, tim gagal verifikasi, tim luar kota dan butiran debu. Istilah tersebut kerap muncul pada masa awal JKT48 memiliki teater permanen di FX (wawancara dengan YOS, 29 Maret 2014). Biasanya mereka menggunakan istilah tersebut untuk bahan ledekan bagi anggota yang gagal mendapatkan tiket menonton show teater JKT48. Istilah lain yang juga digunakan adalah waro, leyet, imba9 dan khilaf. Pembentukan dan penggunaan istilah-istilah tersebut bertujuan untuk membuat iklim atau suasana dalam komunitas menjadi lebih cair dan akrab. Pembentukan bahasa dan istilah yang dilakukan Kaskus JKT48 dikenal dengan istilah fanspeak. Menurut Gooch (2008) penggemar memiliki suatu kemampuan membentuk bahasanya sendiri yang disebut fanspeak, yang mana kata-kata dan frase didalamnya dibuat sedemikian rupa sehingga hanya mereka yang merupakan penggemar yang mengetahui makna dari kata-kata tersebut . Pembuatan bahasa atau istilah memberikan rasa identitas kolektif bagi individu dalam kelopok tersebut. Jenkins menyebutnya sebagai budaya partisipasi, di mana penggemar menjadi produser dan pencipta makna yang aktif (Jenkins 1992:23 dalam Prandstraller, 2003). Selain melaksanakan interaksi secara online, Komunitas Kaskus JKT48 juga melaksanakan interaksi secara offline, salah satunya dengan melakukan pertemuan atau kopi darat. Menurut para informan, adanya kegiatan offline membuat komunitas terasa lebih hidup, nyata dan menyenangkan. Ketika bertemu dalam kegiatan offline, anggota komunitas akhirnya benar-benar saling bertemu komunitas yang selama ini hanya ditemui melalui tulisan, nama ID kaskus atau photo profilenya. Kegiatan offline Kaskus JKT48 tidak kaku dan penuh aturan sehingga para anggota bisa menjadi diri sendiri dan bebas berekspresi (wawancara dengan YOS, 29 Maret 2014). Kegiatan offline juga berfungsi untuk wadah silaturahmi dan mempererat komunitas. Beberapa kegiatan offline menjadi momen yang seru 9
Istilah yang digunakan anggota kaskus JKT48. Waro artinya diperhatikan oleh anggota JKT48,leyet artinya menggembel, imba artinya wota yang sudah dikenal oleh anggota JKT48 (wawancara dengan salah satu anggota Kaskus JKT48 pada tanggal 18 Mei 2014).
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
dan tak terlupakan bagi informan. Kaskus JKT48 biasanya mengadakan kegiatan kopi darat bersamaan dengan kegiatan-kegiatan JKT48, contohnya kegiatan handshake event10. Dalam kopi darat tersebut mereka melakukan beberapa aktivitas seperti saling bertukar foto member JKT48, bertukar video atau file musik JKT48, dan melakukan games berhadiah CD, foto, maupun poster 48 family seperti JKT48,AKB48, dan SNH48. Perpaduan interaksi online dan offline memberikan manfaat bagi para anggota Kaskus JKT48 walaupun tidak semua anggota Kaskus JKT48 hadir dalam setiap kegiatan offline dan ikut aktif dalam setiap interaksi online. Kegiatan offline dapat menimbulkan kedekatan, menambah ilmu, pengalaman dan kekompakan. Kekompakan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dari Komunitas Kaskus JKT48. Tidak hanya kompak di dunia maya namun juga di dunia nyata kekompakan itu muncul. Peneliti juga melihat kekompakan Kaskus JKT48 setelah melakukan observasi dan berkumpul bersaa Kaskus JKT48. Para anggotanya dapat berbaur dengan sangat cair, alami, dan terlihat akrab padahal terdapat pula beberapa anggota yang baru saling kenal saat kopi darat. Selain kegiatan kopi darat, Kaskus JKT48 juga pernah melaksanakan kegiatan offline lainnya yaitu membuat project. Komunitas melaksanakan project sebagai bentuk dukungan untuk JKT48 pada waktu-waktu tertentu dan sekaligus untuk menunjukkan identitas serta eksistensi komunitas. Kaskus JKT48 telah berhasil merealisasikan beberapa project, diantaranya yaitu project pembuatan video dan pemberian karangan bunga saat launching teater resmi JKT48 di FX. Dinamika Hubungan dan Identitas dalam Komunitas Kaskus JKT48 Komunitas Kaskus JKT48 telah berdiri sejak tahun 2012. Komunitas ini cukup terkenal di kalangan penggemar JKT48 karena merupakan salah satu komunitas penggemar JKT48 yang besar. Komunitas ini menyandang nama Kaskus, yang merupakan forum online terbesar di Indonesia. Komunitas ini sudah bertahan sekitar dua setengah tahun dan masih eksis sampai saat ini dengan jumlah anggota kurang lebih 3000 orang. Walaupun komunitas ini merupakan komunitas non formal tanpa ada struktur kepengurusan dan aturan-aturan resmi namun sebagai kumpulan dari individu-individu di dalam komunitas ini juga tedapat berbagai dinamika, diantaranya dinamika dalam hubungan komunitas maupun identitas diri para anggota sebagai bagian dari Kaskus JKT48. 10
Handshake event adalah kegiatan yang diadakan oleh manajemen JKT48 di mana penggemar dapat bertemu dan berjabat tangan dengan anggota JKT48 dalam waktu 10 detik saja. Syarat untuk dapat berjabat tangan dengan anggota JKT48 adalah membeli CD album terbaru JKT48 dan membawanya saat event berlangsung sebagai bukti(Xie, 2014, h.81).
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Setelah melakukan kegiatan wawancara dan observasi, peneliti menyimpulkan bahwa tiap anggota dalam komunitas merasakan ikatan yang berbeda-beda dalam komunitas Kaskus JKT48. Antara anggota yang lama dan yang baru memiliki pendapat dan perasaan tersendiri mengenai ikatan dalam komunitas Kaskus JKT48. Secara umum, ikatan yang terdapat dalam komunitas cukup baik. Pada saat observasi, peneliti melihat antaranggota saling berbaur dan tidak membeda-bedakan. Jika ada anggota baru maka mereka akan berkenalan secara otomatis. Begitupula dengan pembicaraan dalam forum online. Semua saling menanggapi tulisan yang di posting seseorang bahkan anggota baru pun tidak canggung untuk memposting atau membalas chat dalam forum. Bagi anggota lama (anggota yang berpartisipasi sejak tahun 2012), ikatan dalam komunitas Kaskus JKT48 sudah mulai menurun dibandingkan dengan saat komunitas baru berdiri di tahun 2012. Bahkan anggota lama saat ini sudah jarang aktif di forum online Kaskus JKT48. Mereka lebih memilih untuk berkomunikasi melalui twitter atau LINE karena arus komunikasi dalam forum terlalu cepat dan membuat kesulitan untuk mengikuti percakapan dalam forum (wawancara dengan AHK pada tanggal 30 Oktober 2013, MY tanggal 01 April 2014, dan AJR pada tanggal 06 Mei). Anggota lama cenderung untuk berkomunikasi dengan anggota lama karena sudah merasa nyaman satu sama lain. Namun sebenarnya mereka tidak menutup diri dari anggota baru yang ingin bergabung. Menurut informan dalam penelitian ini, yang juga merupakan anggota lama dalam komunitas Kaskus JKT48, ikatan dalam komunitas mulai menurun karena adanya perbedaan pandangan antara anggota lama dan baru mengenai komunitas. Dapat dikatakan bahwa konflik menjadi pemicu menurunnya ikatan dalam komunitas. Konflik yang dimaksud dapat dikategorikan sebagai konflik internal karena berasal dari dalam komunitas. Konflik diawali dengan banyaknya anggota baru yang bergabung dalam Kaskus JKT48 namun tidak terkoordinasi sehingga menyebabkan anggota lama tidak mengenali yang baru, begitu pula sebaliknya dan pergaulan dalam komunitas menjadi terpecah-pecah (wawancara dengan MY tanggal 01 April 2014). Padahal dulu apabila terdapat anggota baru yang bergabung mereka pasti akan dengan cepat saling mengenal dan dengan cepat berbaur. Kondisi saat ini berbeda di mana anggota baru memiliki perkumpulan sendiri dan tidak bergabung dengan anggota lainnya yang lebih dulu bergabung (wawancara dengan MY tanggal 01 April 2014). Para anggota baru ternyata memiliki rasa segan dan malu untuk berkenalan lebih dahulu dengan anggota komunitas yang sudah terlebih dahulu bergabung. Untuk itulah beberapa anggota lama mencoba untuk merangkul anggota baru dengan ikut bergabung ke dalam kelompoknya. Anggota lama melakukan usaha tersebut agar ikatan komunitas dapat membaik, tidak ada
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
perpecahan dalam komunitas, dan membuat mereka kembali kompak (wawancara dengan MY tanggal 01 April 2014). Ikatan yang dirasakan oleh individu dalam sebuah kelompok atau komunitas menurut Fremlin (2012:29) memiliki tingkatan yang berbeda, tergantung dari alasan seseorang untuk bergabung dalam komunitas tersebut. Alasan untuk bergabung akan mengarahkan seorang anggota dalam berinteraksi dan merasakan kedekatan dengan komunitasnya. Pada pernyataan sebelumnya disebutkan bahwa anggota lama cenderung untuk berkomunikasi dengan anggota lama pula karena sudah merasa nyaman satu sama lain. Namun sebenarnya mereka tidak menutup diri dari anggota baru yang ingin bergabung. Secara alami, dalam sebuah kelompok dengan anggota yang sangat banyak dan dapat bertambah kapan saja maka tidak heran terbentuklah kelompok-kelompok kecil (sub group) di dalam kelompok besar. Clique adalah kelompok kecil yang terbentuk dari kelompok besar dan memiliki hubungan yang erat karena intensitas pertemuan yang sering (Soekanto, 2009, h.106). Informan dalam penelitian ini mengakui bahwa memang terbentuk clique dalam Kaskus JKT48, diantaranya karena faktor oshi yang sama, merasa “nyambung” satu sama lain dalam banyak hal setelah mengobrol, merasa sudah nyaman satu sama lain, dan karena seringnya bertemu (wawancara dengan MY tanggal 01 April 2014). Biasanya para anggota clique ini membuat chatting group melalui whatsapp atau LINE sebagai sarana komunikasi clique agar tetap dapat terhubung kapan saja, selain dari forum online Kaskus maupun twitter Kaskus. Informan AM dan YOS dalam penelitian ini tergabung dalam clique yang sama yang dinamakan delusi FC. Walaupun di dalam Kaskus JKT48 terdapat kelompok-kelompok kecil (clique) namun bukan berarti mereka terpecah-pecah dan membuat ikatan Kaskus JKT48 berkurang. Pembentukan clique sebenarnya hanyalah untuk memudahkan komunikasi saja sekaligus sebagai pengingat bahwa mereka berada dalam satu komunitas yang sama apalagi clique dalam komunitas ini banyak dibentuk oleh anggota-anggota lama. Anggota baru juga dapat bergabung dengan clique yang sesuai apabila terdapat yang cocok karena memang sifatnya terbuka. Ukuran besar kecilnya clique dalam komunitas ini disesuaikan dengan kualitas dari hubungan individu-individu (Fischer et a.,1996 dalam Fremlin, 2012). Jadi antara satu clique dengan yang lainnya pun memiliki jumlah yang berbeda. Para anggota Kaskus JKT48 bangga menjadi bagian dari Kaskus JKT48 karena cukup terkenal di kalangan penggemar JKT48 dan juga didukung oleh nama besar Kaskus (wawancara dengan MY tanggal 01 April 2014). Untuk itulah dalam setiap kesempatan Kaskus JKT48 akan berusaha melaksanakan kegiatan atau membuat project atas nama
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
komunitas, bukan atas nama pribadi dan biasanya cukup banyak anggota yang akan berpartisipasi. Hal ini baik bagi komunitas karena dapat menambah kekompakan dan kesolidan komunitas. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kelompok, maka identitas sosial seseorang akan muncul. Identitas sosial yang dimiliki seseorang akan selalu dipengaruhi oleh identitas diri seseorang dan pengaruh lingkungan sosial tempat ia mengaitkan diri sebagai kelompok. Identitas memberikan hubungan kognitif, psikologis bahkan emosional kepada individu dalam kelompoknya (Turner,1985). Identitas sosial muncul pada komunitas Kaskus JKT48 saat membuat sebuah project. Salah satu informan, AM, menuturkan bahwa jika dikenal sebagai member dari Kaskus JKT48 dia tidak merasa malu dan baginya identitas tersebut membanggakan karena solidaritas komunitasnya. Namun dalam kesempatan tertentu, menurut AM sebenarnya ia lebih ingin dikenal sebagai individu penggemar saja tanpa harus dikenal sebagai Kaskus JKT48. Jadi ada saatnya AM membawa identitas sebagai anggota Kaskus JKT48 namun adakalanya ia tidak ingin dikenal sebagai anggota Kaskus JKT48. Kondisi ini hampir mirip dengan yang dirasakan YOS. Salah satu alasannya karena iklim atau kondisi komunitas yang sudah agak berbeda akibat banyaknya anggota baru yang masuk. Hal ini disebut dengan identitas yang terkontestasi. Pada sebuah kelompok atau komunitas besar cenderung akan terbentuk kelompokkelompok kecil atau disebut clique. Interaksi menjadi lebih sempit di dalam komunitas karena satu sama lain mulai menemukan kecocokan dengan beberapa orang yang kemudian membentuk clique. Yang menarik adalah walaupun sudah terdapat kelompok-kelompok kecil, para anggota tidak meninggalkan identitas sebagai Kaskus JKT48. Mereka tetap bangga menjadi bagian dari Kaskus JKT48 dan tidak ingin melepaskan identitas sebagai bagian dari Kaskus JKT48. Penggunaan Media Sosial pada komunitas Kaskus JKT48 Forum online Kaskus JKT48 merupakan forum online terbuka sehingga siapa saja yang merupakan anggota kaskus dan memiliki ketertarikan dengan JKT48 dapat bergabung dan berinteraksi di forum Kaskus JKT48. Walaupun bebas untuk menulis namun terdapat aturan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh ditulis, seperti
dilarang menghina
antaranggota Kaskus JKT48, tidak boleh menulis hal-hal yang mengandung SARA dan dilarang menulis hal-hal yang bersifat pornografi. Setiap anggota harus mematuhi aturan yang terletak di awal halaman thread Kaskus JKT48 tersebut.
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Kaskus JKT48 juga memiliki media untuk berinteraksi lainnya yaitu twitter dengan akun @KaskusJKT48. Follower dari akun ini pun sudah mencapai 54 ribu follower. Informan dalam penelitian ini menuturkan bahwa saat ini mereka lebih banyak mengikuti dan aktif di twitter dibandingkan forum online namun sesekali mereka masih mengikuti forum online Kaskus JKT48. Beberapa alasan yang mendasari hal tersebut diantaranya adalah banyaknya anggota baru yang belum dikenal dalam forum, isi postingan yang kadang tidak sesuai aturan dan jumlah postingan yang terlalu banyak dalam waktu relatif cepat sehingga membuat informan merasa malas untuk mengikuti thread secara berkala. Menurut mereka Twitter lebih sederhana, simple, dan dapat diakses melalui smartphone sehingga lebih memudahkan. Selain Twitter, beberapa orang juga membentuk grup chatting Kaskus JKT48 melalui LINE atau whatsapp atau WeChat. Bagi sebuah komunitas yang berbasis online, media sosial menjadi wadah yang selalu dapat menghubungkan anggota dalam komunita (Lev On, 2010 dalam Fremlin, 2012) karena media sosial merupakan media untuk berpartisipasi dan mendorong tejadinya interaksi sosial dalam dunia maya (Fremlin,2012). Bagi para informan, kehadiran media sosial seperti forum online, Twitter, kemudian messenger seperti Whatsapp atau LINE menjadi sangat penting apalagi Kaskus JKT48 terbentuk berawal dari forum online. Tanpa adanya forum Kaskus maka tidak akan ada pula Kaskus JKT48. Bagi anggota komunitas Kaskus JKT48 media sosial memiliki peran penting. Di antaranya adalah sebagai media pengenalan antar anggota, media untuk sosialisasi dan melakukan kegiatan offline, kemudia sebagai media untuk menyalurkan ekspresi sebagai penggemar tanpa ada perasaan takut atau malu, seperti argumen Gooch (2008) bahwa
penggemar dapat mengekspresikan hasil karyanya akan
produk budaya yang disukainya, misalnya fanart dengan mudah menyebarkan hasil karyanya tersebut (wawancara dengan MY tanggal 01 April 2014 dan AJR 06 Mei 2014). Diskusi Secara definisi, Kaskus JKT48 memang merupakan komunitas online yang terbentuk dari interest yang sama, yaitu sebagai penggemar dan ingin selalu mendukung JKT48 dan untuk mencapai tujuan tersebut mulailah terjadi interaksi, baik online maupun offline sebagai bentuk silaturahmi agar ikatan antaranggota menjadi kuat. Dari hasil interaksi mulai terbentuk rasa identitas diri sebagai bagian dari komunitas Kaskus JKT48. Namun yang menarik, komunitas ini tidak mau dianggap sebagai sebuah komunitas yang formal sehingga mereka tidak membentuk struktur, jaringan komunikasi, dan norma sebagai panduan berinteraksi dalam komunitas. Hal tersebut dikarenakan bergabung dalam komunitas merupakan bagian
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
dari kesenangan dan mereka tidak mau terikat sekali layaknya organisasi Komunitas ini juga termasuk komunitas terbuka di mana siapa saja dapat bergabung. Menurut saya, hal tersebut menjadi boomerang bagi komunitas, karena anggotanya menjadi lebih mudah keluar dan masuk. Kondisi tersebut juga menjadi salah satu faktor pemicu dinamika hubungan pada komunitas Kaskus JKT48 terjadi. Fokus penelitian ini yang utama adalah mengetahui dinamika hubungan yang terjadi pada Kaskus JKT48 dan juga mengetahui interaksi yang terjadi pada komunitas secara online dan offline. Hasil dari penelitian pun menunjukkan bahwa interaksi dalam komunitas Kaskus JKT48 baik online maupun offline terus berlangsung cukup baik, aktif dan komunikatif selama kurang lebih dua tahun komunitas berdiri. Temuan tersebut cocok dengan konsep yang saya pakai bahwa dalam sebuah komunitas online tidak hanya interaksi online saja yang terjadi namun juga perlu interaksi offline sebagai penyokong dan memperkuat komunitas. Inisiasi untuk mengadakan pertemuan secara langsung datang dari para anggota komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata anggota Kaskus JKT48 memiliki kesadaran untuk saling bertemu dan berkenalan secara langsung. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya anggota, ternyata muncul dinamika di dalam komunitas Kaskus JKT48. Hal ini sesuai dengan konsep yang saya pakai pada penelitian ini bahwa akan muncul dinamika dalam sebuah komunitas, hasil dari berbagai interaksi yang terjadi. Dinamika yang terjadi ternyata berdampak terhadap ikatan yang terbentuk dalam komunitas Kaskus JKT48. Kekuatan ikatan menjadi berkurang dibandingkan dua tahun lalu. Kekompakan yang menjadi citra dan kekuatan komunitas Kaskus JKT48 ternyata pada kenyataannya tidak sekuat seperti yang saya bayangkan. Waktu dan dinamika kelompok membawa beberapa perubahan terjadi dalam komunitas Kaskus JKT48. Berkaitan dengan identitas kelompok, para anggota Kaskus JKT48 Sampai saat ini merasakan menjadi bagian dari Kaskus JKT48. Namun pada beberapa orang, mereka mengalami identitas yang terkontestasi. Maksudnya adalah, pada suatu waktu mereka mengakui sebagai bagian dari Kaskus JKT48 dan bangga menjadi bagian di dalamnya. Namun di waktu yang lain, mereka tidak ingin dikenal dan menunjukkan identitas sebagai Kaskus JKT48. Mengapa hal tersebut terjadi? Hal ini terjadi sebagai bagian dari dampak dinamika dalam komunitas. Identitas sebagai komunitas Kaskus JKT48 dapat tertanam kuat karena kekompakan dan solidaritas yang cukup kuat diantara anggotanya. Namun seiring berjalannya waktu dan pertambahan anggota membuat beberapa orang merasakan iklim berbeda di dalam komunitas sehingga ikatan yang dirasakan juga berkurang.
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Satu hal yang menarik, walaupun identitas anggota terkontestasi dan sudah terbentuk kelompok-kelompok kecil, mereka tetap tidak keluar dari Kaskus JKT48.Hal ini menurut saya adalah bagian dari social engagement atau komitmen dari anggota suatu kelompok untuk tetap berada dalam kelompok tersebut dan berinteraksi dengan anggota dalam kelompok tersebut. Mereka masih berkomitmen menjadi bagian dari Kaskus JKT48 namun interaksi yang terjadi, baik online maupun offline, menjadi bervariasi. Kondisi interaksi online dan banyaknya channel media sosial yang dimiliki dan digunakan pada komunitas Kaskus JKT48 merupakan bukti bahwa komunitas mengalami media engagement. Komunitas tidak hanya memiliki forum online saja karena setelah komunitas terbentuk, mereka juga membuat akun pada jejaring sosial seperti Twitter,Facebook, dan membuat chat group di Whatsapp, BBM, dan LINE. Mereka menggunakan semua media untuk berinteraksi. Pada masa awal terbentuknya komunitas, hampir semua media digunakan secara aktif oleh anggota untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru yang update dari komunitas terutama mengenai JKT48. Semakin lama ternyata para anggota mulai jenuh, terbukti beberapa orang memutuskan menjadi silent reader pada forum online dan hanya aktif di twitter atau chat group seperti LINE saja. Belum lagi, kelompok-kelompok kecil yang terbentuk di dalam Kaskus JKT48 juga membuat chat group messaging sendiri. Kelompok-kelompok kecil ini tidak hanya membahas JKT48 saja namun juga membahas berbagai topik yang sama-sama disenangi para anggotanya. Interaksi pun menjadi overload information karena mereka menggunakan semua channel dalam rentang waktu yang lama, terbombardir pesan dan topik yang sama terus menerus sehingga yang terjadi adalah mereka merasa bosan. Kejenuhan mebuat mereka mencoba mencari keasikan lain di dalam komunitas Kaskus JKT48. Kejenuhan juga membuat tujuan di dalam komunitas menjadi terdistorsi dan berdampak pada sense of community yang mulai berkurang. Terlepas dari dinamika yang terjadi, komunitas Kaskus JKT48 masih tetap bertahan dan eksis hingga sekarang. Para anggota ternyata juga mulai berusaha untuk mengembalikan kondisi komunitas menjadi lebih baik sehingga perasaan canggung dan gengsi yang terdapat pada diri anggota baru dapat hilang dan anggota lama serta anggota baru dapat menjalin interaksi yang lebih baik. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah dalam sebuah komunitas akan muncul berbagai dinamika sebagai konsekuensi dari interaksi yang terjadi di dalamnya. Dinamika yang terjadi
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
pada Kaskus JKT48 muncul sebagai hasil interaksi online dan offline dalam jangka waktu kurang lebih dua tahun. Dinamika juga terjadi karena ikatan yang sudah berkurang di dalam komunitas sehingga menyebabkan kekompakan dalam komunitas pun juga ikut berkurang. Ikatan yang berkurang tersebut juga karena faktor identitas sebagai Kaskus JKT48 pada diri anggota komunitas mulai terkontestasi sehingga membuat perasaan mereka sebagai bagian dari Kaskus JKT48 tidak konsisten. Interaksi online dengan berbagai macam media sosial yang ada menyebabkan para anggota Kaskus JKT48 menjadi engage dengan media-media tersebut dan berkomunikasi secara terus menerus secara online. Akibatnya mereka mengalami overload information yang amembuat anggota komunitas menjadi bosan dan mulai mencari topik atau pembahasan lain selain JKT48. Overloaded information juga menjadi pemicu munculnya dinamika di dalam komunitas JKT48 karena membuat anggota jenuh dan mencoba mencari keasikan lain di dalam komunitas Kaskus JKT48. Kejenuhan membuat tujuan di dalam komunitas menjadi terdistorsi sehingga muncullah dinamika. Di samping itu, Kaskus JKT48 dapat dikatakan cukup aktif sebagai sebuah fandom dan memiliki kreativitas dan inisatif yang tinggi untuk memproduksi berbagai macam fanart seperti foto, lagu, dan video. Mereka tidak hanya menikmati dan mengkonsumsi produk JKT48 namun juga aktif memproduksi berbagi produk budaya untuk mendukung JKT48 dan mempertahankan eksistensi mereka sebagai bagian dari fandom JKT48. Daftar Referensi Al-Saggaf, Y. (2004). The Effect of Online Community on Offline Comunity in Saudi Arabia. The Electronic Journal of Information Systems in Developing Countries Volume 16 . Ashforth, B. E. and Mael, F. (1989). Social Identity Theory and the Organization. The Academy of Management Review, 14(1). 20-39. Baym, N. K. (2007). The new shape of online community: The example of Swedish independent music fandom. First Monday, 12(8). Berger, P.L. and Luckmann, T. (1967). The social construction of reality: A treatise in the sociology of knowledge. New York: Anchor. Castells, M. (2004). Afterword: Why networks matter. Demos Collection, 219-225. Chiu, C. (2005). SMAP: A case-study of J-pop. Diakses dari http://ocw. mit. edu/courses/music-and-theater-arts/21m-294-popular-musics-of-the-world-spring2005/assignments/jpop. Pdf pada 01 Februari 2014. Cohen D, Crabtree B. (2006, Juli). Qualitative Research Guidelined Project. Diakses dari http://www.qualres.org/HomeInte-3516.html pada 24 November 2014.
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Creswell, J. W. (2010). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed. New York: SAGE Publication. Deutsche Welle. (2014, 18 Oktober). Diakses dari http://www.dw.de/indonesia-masihdemam-k-pop/a-17999414 pada 01 Desember 2014. Dijk, J. A. (2006). The Network Society: Social Aspects of New MediaSecond Edition. Houten , Netherlands: SAGE Publications. Dinasty, P. (2013, 10 November). JKT48 Memang Fenomenal. Diakses dari Koran Sindo: http://koran-sindo.com/node/315737 pada 20 Januari 2014. Effendi, T. D. (2012). The Comparison Of K-Pop and J-Pop Influences to University Student in Malang, East Java Indonesia. 4th International Conference on Humanities and Social Sciences. Prince of Songkla University. Fremlin, J. (2012). Sense of community across online and offline communities. Saarbrücken, Germany: LAP LAMBERT Academic Publishing. Galih, A. P. (2012). Aktualisasi Diri Kelompok Penggemar (Fandom) Manga. Jurnal Universitas Airlangga . Gamble, T. K., & Gamble, M. (2005). Communication Works Eight Edition. New York, USA: McGraw-Hill. Gooch, B. (2008). The Communication of Fan Culture: The Impact of New Media on Science Fiction and Fantasy Fandom. Georgia Institute of Technology . Hennink, M., Hutter, I., & Bailey, A. (2011). Qualitative Research Methods. London: SAGE Publication. Hills, Mattew. (2000). Media Fandom, Neoreligiousity, and Cultural Studies:The Velvet Light Trap. Austin: University of Texas Press Jankowski, N. W. (2002). Community Media in The Information Age: Perspectives and Prospects. Cresskill, New Jersey: Hampton Press. Jenkins, H. (1992). Textual Poachers: Television Fans and Participatory Culture. London & New York: Routledge. Jenkins, H. (2002). Interactive Audiences? The Collective Intelligence of Media Fans. Diakses dari http://web.mit.edu/21fms/People/henry3/collective%20intelligence.html. Pada 16 Februari 2014. Kirman, B., Lawson, S., Linehan, C., Martino, F., Gamberini, L., Gaggiolli, A. (2010). Improving social game engagement on facebook through enhanced socio-contextual information. In Proc. CHI 2010. ACM Press.1753-1756. Lam, P. E. (2007). Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation. Springer Science + Business Media , 349-363.
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Littau, J. (2009). The virtual social capital of online communities: Media use and motivations as predictors of online and offline engagement via six measures of community strength (Doctoral dissertation, University of Missouri--Columbia). Matzat, U. (2010). Reducing problems of sociability in online communities: Integrating online communication with offline interaction. American Behavioral Scientist. Misbah, I. (2014, 20 November). Perbincangan Tentang Fans. Diakses dari Remotivi: http://remotivi.or.id/pendapat/perbincangan-tentang-fans pada 04 Desember 2014. Nakamura, I. (2003). Japanese pop industry. Diakses dari http://www. stanford-jc. or. jp/research/publication/DP/pdf/DP2003_002_E. Pdf pada 01 Februari 2014. Nastiti, A. D. (2012). IDENTITAS KELOMPOK DISABILITAS DALAM MEDIA KOMUNITAS ONLINE (Studi Mengenai Pembentukan Pesan dalam Media Komunitas Kartunet.com oleh Kelompok Disabilitas Tunanetra). Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia . Neuman, W. L. (2003). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches Fifth Edition. Boston, MA: Allyn & Bacon. Novriyadi. (2012, 20 Juli). KSK JKT48, Fansnya JKT48. Diakses dari tnol.co.id: http://www.tnol.co.id/komunitas/fansklub/14669-ksk-jkt48-fansnya-jkt48.html pada 13 Februari 2014 Patton, Michael Quinn. (2002). Qualitative Research and Evaluation Methods. Edisi ke-3. Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc. Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT. Lkis Pelangi Aksara Poerwandari, E. K. (2011). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3): Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Porter, C. E. (2004). A typology of virtual communities: A multi-‐disciplinary foundation for future research. Journal of Computer-‐Mediated Communication,10(1), 00-00. Prandstraller, F. (2003). Virtual proximity: Creating Connection in an Online Fan Community. Diakses dari http://www.gnovisjournal.org/2003/01/27/virtual-proximitycreating-connection-in-an-online-fan-community/ pada 03 Juni 2014. Raharja, A. D. (2013). Artikulasi Fanatisme Elf Di Dunia Maya (Stdui Dalam Kelompok The Neo Korean Wave dalam Twitter) . Universitas Airlangga . Rheingold, H. (1993). The Virtual Community: Homesteading on the Electronic Frontier. USA: MIT Press. Rogozinska, A. (n.d.). Communities of Harry Potter Books and Films Fans on the Internet, The Case of Slash Fans. Diakses dari sm.id.uw.edu.pl. pada 14 Februari 2014.
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014
Sari, T. R. (2012, 22 Mei). Japan-Indonesia (Industri Musik). Diakses dari Kompasiana: http://hiburan.kompasiana.com/musik/2012/05/22/japan-indonesia-industri-musik464065.htmlhttp://hiburan.kompasiana.com/musik/2012/05/22/japan-indonesia-industrimusik-464065.html pada 01 Februari 2014. Sejarah Masuknya Musik Jepang Ke Indonesia. (2012, 16 Oktober). Diakses dari http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016970256/sejarah-masuknya-musikjepang-ke-indonesia-jrock-jpop-masuk pada 01 Februari 2014 Siapera, E. (2012). Understanding New Media. London: SAGE Publications. Storey, J. (2007). Cultural Studies andThe Study of Popular Culture: Theories and Methods. Athens: University of Georgia Press. Sukanto, S. (2009). Sosiologi: Suatu Pengantar . Jakarta: Rajawali Pers. Takahashi, T. (2002). Media, audience activity and everyday life: the case of Japanese engagement with media and ICT (Doctoral dissertation, The London School of Economics and Political Science (LSE)). Turner, J.C. (1985). Social categorization and the self-concept: A social cognitive theory of group behavior. In E.J. Lawler (Ed.) Advances in group processes: Theory and research, Vol 2 77-122. Valenzuela, S., Park, N. and Kee, K.F. (2008). Lessons from Facebook: the Effect of Social Network Sites on College Students' Social Capital. The 9th International Symposium on Online Journalism Waston, Nessim. (1997) Virtual Culture: Identity and Communication in Cybersociety. New York: Sage Publications; 102Wiatrowski, M. (n.d.). The Dynamics of Fandom: ExploringFan Communities in Online Spaces. The Fourth Annual Folklore and Ethnomusicology Joint University Conference. Indiana University. Xie, W. (2014). Japanese “Idols” In Trans-Cultural Reception: The Case Of AKB48. Virginia Review of Asian Studies , 74-101. Zhang, S., Jiang, H., & Carroll, J. M. (2011, Mei). Integrating online and offline community through Facebook. In Collaboration Technologies and Systems (CTS), 2011. International Conference on (pp. 569-578). IEEE.
Dinamika hubungan dalam ..., Rara Firlina, FISIP UI, 2014