Katalog BPS/BPS Catalogue: 4102004.34
Indikator Kesejahteraan Rakyat
ht tp
:// yo gy
ak
ar ta .b
ps .g
2013
o. id
Welfare Indicators
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2013
WELFARE INDICATORS OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2013
No. Katalog - Catalog Number : 4102004.34 No. ISSN - ISSN Number : 0215 - 4746 No. Publikasi - Publication Number : 34522.14.19
ps .
go
.id
Naskah - Manuscript : Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat - Welfare Statistics Sub. Division Bidang Statistik Sosial – Social Statistics Division
ak ar ta .b
Gambar Kulit/Cover Design: Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat - Welfare Statistics Sub. Division
://
yo gy
Diterbitkan oleh - Published by : Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BPS - Statistics of D.I.Yogyakarta Province
ht
tp
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya. May be cited with reference to the source.
Kata Pengantar
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 merupakan publikasi tahunan Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menyajikan data tentang tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat dari waktu ke waktu. Data yang digunakan bersumber dari data primer hasil survei BPS (Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Survei Angkatan Kerja Nasional) serta instansi lain di luar BPS. Publikasi ini menyajikan statistik dan indikator kesejahteraan rakyat yang diharapkan
.id
dapat digunakan sebagai dasar perencanaan maupun evaluasi terhadap upaya peningkatan
go
kualitas hidup masyarakat. Statistik yang dicakup meliputi antara lain aspek kependudukan,
ps .
kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan, serta sosial lainnya. Dengan demikian, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 diharapkan mampu
ak ar ta .b
menjembatani dan memperkecil kesenjangan antara kebutuhan dan penyediaan data. Kepada semua pihak yang telah secara aktif berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini, disampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saran untuk perbaikan
Yogyakarta,
November 2014
ht
tp
://
yo gy
publikasi sangat diharapkan bagi penyajian di masa mendatang.
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Kepala,
Y. Bambang Kristianto, MA
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
iii
Preface This annual publication of Welfare Indicators 2013 is published by BPS-Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta. It presents the information on welfare status, its trends and variation among regency/city. It presents statistical information calculated from the latest data available at BPS-Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta Province and other institutions. This publication includes the measurable aspects of welfare/quality of life reports. They are population, health and nutrition, education, employment, consumption, housing and social
.id
concern. We hope that the publication qualifies itself to fill the gap between availability and the
go
need of respective information.
ps .
We sincerely appreciate to whom has kindly made significant contribution to this publication. Finally, we are always appreciate to any comment on this publication for further
Yogyakarta,
November 2014
BPS-Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta Province Head,
ht
tp
://
yo gy
ak ar ta .b
improvement of the similar publications in the coming years.
Y. Bambang Kristianto, MA
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
iv
Abstraksi Indikator Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 merupakan publikasi tahunan yang menyajikan gambaran tingkat kesejahteraan rakyat dari waktu ke waktu. Data disajikan dalam bentuk tabel persentase dan grafik. Pada beberapa tabel ulasan, data yang disajikan dibedakan menurut jenis kelamin untuk melihat perbedaan gender pada aspek tertentu. Dalam publikasi ini, kesejahteraan rakyat diamati dari berbagai aspek yang spesifik, yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
.id
permukiman, serta sosial lainnya.
go
Peningkatan taraf kesejahteraan rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta di bidang kesehatan
ps .
antara lain terlihat dari kenaikan Angka Harapan Hidup. Pada tahun 2013 Angka Harapan Hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dari 73,27 tahun menjadi 73,62 tahun.
ak ar ta .b
Dari sisi kesehatan lainnya, banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu pada tahun 2013 sebesar 49,41 persen, dengan keluhan terbanyak adalah batuk (45,84 persen), pilek (42,52 persen), dan pilek (22,95 persen). Dari aspek ketenagakerjaan pada tahun 2013, sektor pertanian merupakan lapangan usaha utama di dalam penyerapan tenaga kerja
yo gy
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kondisi dan kualitas rumah yang ditempati menunjukkan keadaan sosial ekonomi rumah
://
tangga. Semakin baik kondisi dan kualitas rumah yang ditempati, menggambarkan semakin baik
tp
keadaan sosial ekonomi suatu rumah. Pada Tahun 2013 persentase rumah tangga yang
ht
menggunakan air bersih sebagai sumber air minum sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, yaitu dari 89,37 persen menjadi 90,78 persen. Sementara itu persentase rumah tangga dengan lantai bukan tanah mencapai lebih dari 93,68 persen pada tahun 2013. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta pada Tahun 2013 mengalami kenaikan 7,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu penduduk yang menunaikan ibadah haji pada Tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 19,92 persen dibandingkan tahun 2012.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
v
Abstract The 2013 Welfare Indicators of Daerah Istimewa Yogyakarta is annual publication to present the information on welfare status from time to time that distinguished by regency/city. In this publication the aspects of welfare in concern are population, health, education, labour force, consumption level and patterns, housing and settlement, and socio culture. The significant improvement in welfare status of society in health is reflected in increases of Life Expectancy at Birth (e0). Life expectancy of D. I. Yogyakarta increased from 73,27 to
.id
73,62 years in 2013. The percentage of population who had health complaints during the
go
reference month was 49,41 percent, with most frequent problems befalling the population was
ps .
cough (45,84 percent), cold (42,52 percent), and fever (22,95 percent).
Agriculture sector is the main industry in absorbing employment in Daerah Istimewa
ak ar ta .b
Yogyakarta. Almost 28 percent Population of 15 years old and over was recorded have jobs in agriculture.
Condition and quality of houses occupied by household may indicate socio economic condition of household. The better of condition and quality of the houses shows the better of
yo gy
socio economic level of household. In 2013, the housing indicators such as percentage of drinking water owned increased compare to 2012, from 89,37 percent to 90,78 percent. From
://
the point of view of floor material, there were more than 93,68 percent of household occupied
tp
houses with non earth floor material. The numbers of tourists in 2013 who visited Yogyakarta
ht
increased, meanwhile the number of pilgrim going to Mecca decreased in 2012 (19,92 percent).
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
vi
Daftar Isi / Contents Halaman
page Kata Pengantar/Preface ....................................................................................................... . iii-iv Abstraksi/Abstract ................................................................................................................. v-vi Daftar Isi/Contents .................................................................................................................... vii Singkatan dan Akronim/Abbreviation and Acronyms ............................................................... viii
.id
Penjelasan Teknis/Technical Notes ....................................................................................... ix-xiv
ps .
go
Pendahuluan/Introduction ................................................................................................... xv-xvi 1. Kependudukan/Population ................................................................................................. 1-7
ak ar ta .b
2. Kesehatan/Health......... .................................................................................................... 8-15 3. Pendidikan/Education ...................................................................................................... 16-24 4. Angkatan Kerja/Labour Force ......................................................................................... 25-29 5. Taraf dan Pola Konsumsi/Consumption Level and Patterns............................................ 30-37
yo gy
6. Perumahan dan Permukiman/Housing and Settlemen...................................................... 38-44
://
7. Pariwisata dan Keagamaan /Tourism and Religion ......................................................... 45-49
tp
Lampiran/Appendix .............................................................................................................. 50-61
ht
Daftar Pustaka/References .......................................................................................................... 62
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
vii
Singkatan dan Akronim/Abbreviation and Acronyms
Keluarga Berencana/ Family Planning
AKB/IMR
Angka Kematian Bayi/ Infant Mortality Rate
AHH/e0
Angka Harapan Hidup/ Expectancy of Life
ASI
Air Susu Ibu/Breast Feeding
AMH
Angka Melek Huruf/ Literacy Rate
S D/PS
Sekolah Dasar/ Primary School
S L T P/ JHS
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/ Junior High School
S L T A/ SHS
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/ Senior High School
APS
Angka Partisipasi Sekolah/School Participation Ratio
APK
Angka Partisipasi Kasar/Gross Enrollment Ratio
APM
Angka Partisipasi Murni/Net Enrollment Ratio
TPAK
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/Labour Force Participation Rate
TPT
Tingkat Pengangguran Terbuka/Open Unemployment Rate
Susenas
Survei Sosial Ekonomi Nasional/ National Socio Economic Survey
SP/ PC
Sensus Penduduk/ Population Census
SDKI
Survei Demografi Kesehatan Indonesia/ Demography Health Survey
ht
tp
://
yo gy
ak ar ta .b
ps .
go
.id
KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
viii
Penjelasan Teknis / Technical Notes 1. Penduduk
menurut
kelompok
umur
adalah
pengelompokan penduduk berdasarkan umur, dan biasanya dikelompokkan ke dalam kelompok interval 5 tahunan yang dimulai dari usia 0 tahun. 2. Kepadatan
Penduduk/km2
rata-rata
jumlah
go
.id
penduduk per km2.
adalah
3. Laju Pertumbuhan Penduduk adalah ukuran rata-rata
ak ar ta .b
ps .
kecepatan pertambahan penduduk per tahun. 4. Angka
Beban
Tanggungan
adalah
angka
yang
menyatakan perbandingan antara banyaknya orang pada usia yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65
yo gy
tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia
ht
tp
://
produktif (umur 15-64 tahun).
5. Umur Perkawinan Pertama menunjukkan umur saat seseorang
melangsungkan
upacara
perkawinan
yang
pertama. 6. Rumah Sakit adalah tempat pemeriksaan dan perawatan kesehatan
yang
biasanya
di
bawah
pengawasan
dokter/tenaga medis. 7. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
ix
samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. 8. Seseorang dikatakan dapat membaca dan menulis apabila ia dapat membaca dan menulis surat/kalimat sederhana dengan suatu huruf. 9. AMH (Angka Melek Huruf)
.id
Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
go
membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15
ps .
tahun ke atas.
ak ar ta .b
10. Angka Partisipasi Kasar Persentase antara jumlah murid SD/SLTP/SLTA dengan jumlah
penduduk usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18
yo gy
tahun.
ht
tp
://
11. Angka Partisipasi Murni Perbandingan antara murid SD/SLTP/SLTA usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18 tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18 tahun (dalam persentase). 12. Angka Putus Sekolah Persentase antara jumlah penduduk usia 7 tahun/13 tahun/16
tahun
ke
atas
yang
putus
sekolah
di
SD/SLTP/SLTA dengan jumlah penduduk usia 7 tahun/13 tahun/16 tahun ke atas. 13. Masih Bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), yang berada di Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
x
bawah
pengawasan
Kemdiknas,
Kementrian
Agama
(Kemenag), instansi negeri lain maupun instansi swasta. 14. Rasio murid terhadap guru SD/SLTP/ SLTA : Jumlah murid SD/SLTP/SLTA Jumlah guru SD/SLTP/SLTA 15. Rasio murid per kelas SD/SLTP/ SLTA :
go
.id
Jumlah murid SD/SLTP/SLTA Jumlah kelas SD/SLTP/SLTA
ps .
16. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak
ak ar ta .b
bekerja dan pengangguran.
17. Bekerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau
yo gy
membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan bekerja paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut dalam
ht
tp
://
seminggu yang lalu.
18. Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak mencari
pekerjaan
karena
sudah
diterima
bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts).
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
xi
19. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT): Jumlah Pengangguran X 100% Jumlah Angkatan Kerja 20. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK):
.id
Jumlah Angkatan Kerja X 100% Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas
go
21. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari
ps .
pekerjaan, baik mereka yang belum pernah bekerja dan
ak ar ta .b
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan
yo gy
pekerjaan.
22. Bukan Angkatan Kerja adalah bagian dari tenaga kerja
ht
tp
://
(manpower)
yang
tidak
bekerja
ataupun
bukan
pengangguran, seperti sekolah, mengurus rumah tangga atau tua dan cacat.
23. Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal baik pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan tinggi. Tidak termasuk yang sedang libur (mulai tahun 2010 termasuk non formal). 24. Mengurus Rumah Tangga adalah penduduk 15 tahun ke atas yang selama seminggu yang lalu mengurus rumah tangga atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah/gaji.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
xii
25. Bagan Ketenagakerjaan: Penduduk
Usia kerja
Bukan usia kerja
Angkatan Kerja
Pengangguran
Sekolah
Mengurus Rumah tangga
Lainnya
ak ar ta .b
ps .
Bekerja
go
.id
Bukan Angkatan Kerja
Sedang bekerja
Mempersiapkan Usaha
Merasa tak mungkin mendapat Pekerjaan
Sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja
ht
tp
://
yo gy
Mencari Pekerjaan
Sementara tdk bekerja
26. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan. 27. Lapangan
Usaha
adalah
bidang
pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor
kegiatan
tempat
dari
seseorang
bekerja, atau yang dihasilkan oleh perusahaan/kantor tempat responden bekerja.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
xiii
28. Konsumsi Rumah Tangga adalah pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan. Kelompok makanan mencakup pengeluaran konsumsi bahan makanan, makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Sedangkan kelompok bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. 29. Indeks Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang
.id
dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Nilai Koefisien
go
Gini terletak antara nol yang mencerminkan kemerataan
ak ar ta .b
sempurna.
ps .
sempurna dan satu yang menggambarkan ketidakmerataan
30. Pengeluaran rata rata perkapita sebulan adalah rata rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan
ht
tp
://
yo gy
banyaknya anggota rumah tangga.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
xiv
Pendahuluan / Introduction Tujuan Indikator Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 merupakan publikasi yang diterbitkan setiap tahun oleh BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Informasi statistik yang disajikan memberi gambaran mengenai kesejahteraan masyarakat dan perubahan sosial yang terjadi selama tahun 2011-2013.
.id
Ruang Lingkup mengenai
taraf
kesejahteraan
rakyat
Daerah
ps .
gambaran
go
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) menyajikan Istimewa Yogyakarta, perkembangannya antar waktu serta
ak ar ta .b
perbandingan antar kabupaten/kota. Publikasi ini menyajikan indikator-indikator input, proses dan output untuk memberikan gambaran tentang investasi dari berbagai program peningkatan kesejahteraan rakyat serta proses dan manfaat dari program
yo gy
tersebut.
Dimensi Kesejahteraan Rakyat disadari sangat luas dan
ht
tp
://
kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat tidak hanya dapat terlihat (visible) dari suatu aspek tertentu. Dalam publikasi ini kesejahteraan rakyat diamati dari beberapa aspek yang spesifik, yaitu aspek Kependudukan, Kesehatan dan Gizi, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Taraf dan Pola Konsumsi, Perumahan dan Lingkungan, serta Sosial Lainnya. Dalam pengertian yang luas sangat tidak mungkin untuk menyajikan statistik atau indikator yang mampu untuk mengukur kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Oleh karena itu, indikator yang disajikan dalam terbitan ini hanya menyangkut segi-segi
kesejahteraan
yang dapat diukur
(measurable welfare). Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
xv
Sumber Data Sumber data utama Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) 2013 ini merupakan data primer, dalam arti dikumpulkan dan diolah sendiri oleh Badan Pusat Statistik, baik BPS Pusat maupun BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan lain-lain. Data primer tersebut mempunyai keterbatasan sebagai sumber informasi publikasi tahunan.
.id
Upaya untuk menyediakan sumber data yang tetap bagi
go
publikasi Inkesra telah dilakukan melalui perluasan cakupan
ps .
pertanyaan pokok (data kor) Susenas yang diadakan setiap tahun. Dengan demikian publikasi Inkesra mempunyai sumber
ak ar ta .b
data yang pasti dan berkesinambungan sehingga selalu dapat menyajikan data yang relatif up to date. Selain menggunakan data primer, publikasi ini juga mengolah data sekunder yang berasal dari instansi-instansi pemerintah yang terkait seperti
yo gy
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kanwil Kemenag dan
ht
tp
://
sebagainya.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/Welfare Indicators 2013
xvi
Bab 1
Kependudukan Population
digambarkan
Menurut Coale-Hoover Theory (1950), laju
sebagai suatu proses perubahan menuju
pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
kondisi yang lebih baik. Pembangunan
menghambat pembangunan sosial ekonomi.
Pembangunan
dapat
Salah satu hal penting yang perlu
lain sumber daya manusia, sumber daya
diperhatikan dalam pembangunan adalah
alam, dan sumber daya lainnya. Salah satu
masalah kependudukan, antara lain meliputi
sumber
jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk.
paling
menentukan
keberhasilan pembangunan adalah sumber
Untuk
pembangunan
ak ar ta .b
daya manusia yaitu penduduk, di samping
go
yang
ps .
daya
.id
memerlukan berbagai sumber daya antara
menunjang
keberhasilan
dalam
menangani
lainnya.
permasalahan penduduk, maka kebijakan
Penduduk dalam hal ini diposisikan menjadi
pembangunan kependudukan diarahkan pada
pelaku
upaya
juga
aset
atau
sumber
sekaligus
daya
sebagai
objek
pengendalian
jumlah
penduduk,
peningkatan kualitas sumber daya manusia,
yo gy
pembangunan itu sendiri.
dari
dan pengarahan mobilitas penduduk. Dengan
pembangunan, juga dapat menjadi peng-
demikian diharapkan tercipta penduduk yang
hambat proses pembangunan.
Semakin
berkualitas dan tersebar merata di seluruh
seharusnya
wilayah sehingga hasil-hasil pembangunan
semakin banyak pelaku pembangunan dan
dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
diharapkan juga akan memberikan input
secara adil dan merata.
penduduk
tp
jumlah
ht
banyak
://
Penduduk selain sebagai pendukung
pembangunan yang bernilai lebih. Jumlah penduduk yang banyak dan diikuti dengan kualitas yang baik, maka penduduk akan menunjang
pembangunan.
Sebaliknya,
Laju pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode 2000-2010 sebesar 1,04 persen
jumlah penduduk banyak namun dengan kualitas
yang
minim
hanya
akan
menghambat pembangunan. Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
1
1480625
1546861
600,000 400,000 200,000
1990
2000
2010
Perempuan
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
(2)
(3)
DKI Jakarta
0,13
1,41
Jawa Barat
2,24
1,90
Jawa Tengah
0,94
0,37
D.I. Yogyakarta
0,72
1,04
Jawa Timur
0,70
0,76
-
2,78
1,31
2,15
1,40
1,49
ps .
Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2013 Source: BPS, 2013 Statistical Yearbook of Indonesia
yo gy
Yogyakarta dari tahun ke tahun terus
menunjukkan peningkatan, baik laki-laki perempuan,
dengan
jumlah
lebih
banyak
://
cenderung
tp
dibandingkan laki-laki. Pada 2010 jumlah
ht
Daerah
Istimewa
Bali
Indonesia
Jumlah penduduk Daerah Istimewa
penduduk
(1)
ak ar ta .b
Laki-laki
perempuan
2000-2010
Banten
0
maupun
1990-2000
go
800,000
1431986
1,000,000
1705900
1573617
1,400,000 1,200,000
Provinsi/Province 1747267
1,800,000 1,600,000
Tabel 1.1 Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Per Tahun menurut Provinsi di Pulau Jawa dan Bali, 1990-2010 Table 1.1 Population Annual Growth Rate by Province in Java and Bali, 1990 – 2010
.id
Gambar 1.1: Perkembangan Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta, 1990-2010 Figure 1.1: Population Growth in Daerah Istimewa Yogyakarta, 1990-2010
Yogyakarta
sekitar 3,46 juta jiwa, meningkat bila dibandingkan pada tahun 2000 yang sekitar 3,1 juta jiwa dengan sex ratio sebesar 98. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar 3,55 juta hasil Proyeksi Penduduk Sensus Penduduk 2010.
Bila dibandingkan dengan provinsi-
provinsi di Pulau Jawa dan Bali, untuk periode penduduk
2000-2010,
laju
Daerah
Istimewa
pertumbuhan Yogyakarta
tercatat di urutan ketiga terkecil setelah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sebesar 1,04 persen. Sementara bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan penduduk nasional, pada periode 2000-2010 Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat laju pertumbuhan penduduk yang lebih rendah. Selama periode 1990-2000 dan 20002010 laju pertumbuhan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta memperlihatkan tren naik ( tabel 1.1). Kenaikan laju pertumbuhan penduduk ini terjadi juga di semua provinsi
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
2
di Jawa-Bali, kecuali di Jawa Tengah dan
di daerah-daerah perkotaan. Ketersediaan
Jawa Barat.
fasilitas kehidupan yang lebih lengkap dan beragam
menunjukkan
jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas wilayah atau sering disebut sebagai kepadatan penduduk kasar (crude population density). Kepadatan penduduk merupakan
salah
satu
indikator
kependudukan yang umum digunakan karena mampu mencerminkan tingkat pemerataan penduduk dalam suatu wilayah. Tinggi membawa dampak positif maupun negatif.
Kepadatan yang sudah pada titik jenuh, dampak
akan
lebih
banyak
negatif,
akibat
memberi
terjadinya
yo gy
mungkin
ketimpangan sumber daya. Permasalahan sosial dan kriminal kemungkinan akan keseimbangan ekonomi.
pemenuhan
seperti
ht
penduduk
segera dilakukan
://
jika tidak
tp
meningkat
fasilitas
perpindahan ke pusat-pusat kota. Penduduk
yang
tidak
kebutuhan sosial
dan
Pemerataan dan keseimbangan dapat juga dilakukan dengan relokasi penduduk dalam bentuk migrasi sehingga terjadi kondisi ideal dan seimbang antara penduduk dan ketersediaan sumber daya. Gejala umum yang terjadi adalah bahwa kepadatan penduduk cenderung tinggi
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
merata
persebarannya perlu mendapat perhatian berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang antar kabupaten/kota. Oleh
karena
itu
diharapkan
adanya
persebaran penduduk yang lebih merata dari wilayah yang padat penduduknya ke wilayah yang jarang penduduknya
ak ar ta .b
rendahnya tingkat kepadatan penduduk dapat
lapangan
yang menggiring penduduk untuk melakukan
.id
penduduk
bervariasinya
pekerjaan merupakan daya tarik tersendiri
go
Kepadatan
serta
ps .
Kepadatan dan Persebaran Penduduk
atau rendah
tingkat kepadatannya. Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2000-2012, 2013 Tabel1.2 Population Density in Daerah Istimewa Yogyakarta,2000-2012, 2013 Kabupaten/Kota Regency/City (1)
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta
Kepadatan Penduduk/km² Population Density 2013 2000 2010 2012 (2)
(3)
(4)
(5)
633
663
671
668
1 541
1 798
1 831
1 869
451
455
461
471
1 568
1 902
1 939
1 986
12 206 11 958
12 123 12 391
Sumber : BPS, Sensus Penduduk 2000-2010, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Source : BPS, 2000-2010 Population Census, Indonesian Population Projection 20102035
3
Penduduk Yogyakarta
Daerah
sebagian
Kabupaten
besar
Sleman.
Istimewa tinggal
Gambar
Angka Ketergantungan
di
Ukuran keberhasilan pembangunan di
1.2
bidang kependudukan dapat dilihat pula
menunjukkan bahwa persebaran penduduk
melalui
Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2012 di
menurut umur yang digambarkan dengan
Kabupaten
dan
semakin rendahnya proporsi penduduk yang
persen.
tidak produktif yaitu penduduk berumur
Kabupaten
muda (di bawah 15 tahun) dan lanjut usia (65
Kulonprogo dan Kota Yogyakarta hanya
tahun ke atas) dibandingkan penduduk yang
sekitar 11 persen.
produktif (15-64 tahun). Penduduk muda
Gunungkidul,
sekitar penduduk
20-32 di
berusia di bawah 15 tahun umumnya secara
kepadatannya, angka kepadatan tertinggi
ekonomis masih tergantung pada orang tua
pada 2013 tercatat di Kota Yogyakarta,
Bila
menurut
dilihat
oleh Kabupaten Sleman dan Bantul. Pada tahun
2013
penduduk
juga
mencatat
terendah
di
atau orang lain
juga dianggap tidak produktif lagi.
kepadatan
Kabupaten
yo gy
Gunungkidul yaitu 471 jiwa per km².
ht
tp
://
Gambar 1.2. : Distribusi Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta menurut kabupaten/kota, tahun 2013 Figure 1.2 : Distribution of Population in Daerah Istimewa Yogyakarta by Regency/City 2013
yang menanggungnya.
Sementara penduduk berusia di atas 65 tahun
ak ar ta .b
sebesar 12.391 jiwa per km², yang diikuti
go
tingkat
ps .
Sementara
Bantul,
penduduk
.id
Sleman,
perubahan komposisi
Dengan
angka
ketergantungan
ini
dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Pada tahun 2013, rata-rata setiap 100 penduduk produktif menanggung sekitar 46 penduduk tidak produktif.
Tabel 1.3 mencatat bahwa pada 2013 Angka Beban Ketergantungan/Dependency Ratio
di
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
mencapai 46. Artinya secara rata-rata setiap 100 penduduk produktif menanggung sekitar 46 penduduk tidak produktif atau setiap 1 orang usia tidak produktif akan ditanggung
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
4
oleh sekitar 2 orang usia produktif. Namun
penduduk perempuan. Selain itu, status
hal ini dengan asumsi bahwa setiap usia
perkawinan
juga
produktif betul-betul dapat produktif. Jika
kestabilan
status
tidak, tentu akan lebih berat lagi karena
membentuk rumah tangga.
dapat
mencerminkan
penduduk
dalam
beban tanggungan usia produktif yang juga harus menanggung usia produktif lainnya. Bahkan, usia produktif yang tidak dapat diberdayakan untuk betul-betul produktif secara
ekonomi
(pengangguran)
akan
Tabel 1.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 1.4 Percentage of Population 10 Years Old and Over by Sex and Marital Status in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
.id
menimbulkan masalah yang cukup serius
Angka Beban Jumlah Tanggungan 0-14 15-64 65+ Total Dependency
yo gy
Umur /Age
Tahun Year
Ratio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
22,26 68,47 9,27 100,00
46
2012
22,30 68,42 9,28 100,00
46
2013
21,96 68,78 9,26 100,00
46
tp
://
2011
ht
ps .
Jenis Kelamin/ Sex
ak ar ta .b
Tabel 1.3 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 (Persen) Table 1.3 Composition of Population and Dependency Ratio in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 (Percent)
go
dalam kehidupan sosial.
Sumber: BPS, Susenas 2011-2013 Source : BPS, 2012- 2013 National Socio Economic Survey
Status Perkawinan Status perkawinan secara demografi
(1)
2011 Laki-laki /Male
Status Perkawinan / Marital Status
Belum Kawin/ Cerai Cerai kawin/ Married Hidup/ Mati/ Divorced Widowed Single (2)
(3)
35,09 61,17
(4)
(5)
(6)
1,08
2,66 100,00
Perempuan/Female 28,22 57,42 Laki-laki+Perempuan/31,53 59,22 Male+Female 2012 26,55 59,04 Laki-laki/Male
2,73 11,63 100,00
Perempuan/Female 31,00 59,71 Laki-laki+Perempuan/35,62 60,42 Male+Female 2013 36,54 59,91 Laki-laki/Male
1,67
7,62 100,00
1,11
2,85 100,00
0,73
2,82 100,00
Perempuan/Female 27,30 59,15 Laki-laki+Perempuan/31.83 59,52 Male+Female
1,94
7,32 100,00
2,20 12,21 100,00
2,1 11,40 100,00 1,45
7,20 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 Source : BPS, 2011- 2013National Socio Economic Survey
merupakan faktor antara dalam penghitungan fertilitas, khususnya status perkawinan pada
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
Jumlah / Total
5
Untuk
melihat
stabil
tidaknya
laki-laki. Ketika laki-laki ditinggal mati oleh
ketahanan rumah tangga, dapat dicermati
pasangannya, kemungkinan untuk menikah
dari status cerai hidup. Makin tinggi status
lagi akan lebih besar, dan mungkin ini juga
cerai hidup, maka kualitas ketahanan rumah
yang
tangga relatif makin rendah. Dibanding
persentase laki-laki dengan status kawin
2012, di Daerah Istimewa Yogyakarta pada
dibanding perempuan. Di samping itu juga
tahun 2013 terdapat 1,45 persen penduduk
bisa disebabkan harapan hidup perempuan
usia 10 tahun ke atas berstatus cerai hidup
yang lebih panjang daripada laki-laki.
menyebabkan
lebih
tingginya
yang sebelumnya mencapai 1,11 persen atau Usia Perkawinan Pertama
.id
naik sekitar 0,34 poin (lihat tabel 1.4).
yo gy
31,83
30,00 20,00
7,20
://
10,00 Blm Kwn
tp
1,45
Kwn
L
P
ht
,00
ps .
perkembangan jumlah penduduk. Makin muda usia perkawinan memberi peluang untuk memperpanjang masa reproduksi dan semakin
50,00 40,00
wanita
hal ini akan menjadikan tingkat kelahiran
59,52
60,00
pertama
sangat mempengaruhi tingkat fertilitas dan
ak ar ta .b
Gambar 1.3. : Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Figure 1.3. : Population 10 Years Old and Over by Sex and Marital Status in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
perkawinan
go
Usia
Cr Hdp
Cr Mt
L+P
tinggi.
Semakin
tinggi
usia
perkawinan pertama akan mempersingkat masa reproduksi wanita dan itu berarti peluang tingkat kelahiran akan rendah. Usia perkawinan pertama yang terlalu muda maupun terlalu tua akan memberi resiko tinggi bagi wanita itu sendiri. Kondisi fisik ketika mengandung dan melahirkan
Jika dilihat pada status cerai hidup/
yang tidak ideal berakibat buruk bagi ibu dan
mati, penduduk perempuan dengan status ini
anak yang dilahirkan. Usia perkawinan
selalu lebih tinggi dibanding penduduk laki-
pertama
laki, seperti terlihat dari data 3 tahun terakhir
menurut kesehatan yaitu antara 20-30 tahun.
bagi
wanita
yang
dianjurkan
(2011-2013). Hal ini mencerminkan bahwa
Tabel 1.5 memperlihatkan bahwa pada
perempuan lebih dapat bertahan dengan
tahun 2013 persentase wanita pernah kawin
status jandanya (janda cerai mati) dibanding
yang usia perkawinan pertamanya kurang
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
6
atau sama dengan 16 tahun cenderung
mengalami
mengalami penurunan dibandingkan tahun
persen pada 2013, dari sebelumnya 20,01
2012. Pada tahun 2013 tercatat sebanyak
persen pada tahun 2012.
7,27 persen wanita pernah kawin yang usia
menjadi
peningkatan
22,46
Dengan memberi kesempatan pada
perkawinan pertamanya kurang atau sama
wanita
dengan 16 tahun. Ini berarti bahwa selama
memberikan penyuluhan, seminar tentang
periode
kesehatan reproduksi, pendidikan seks usia
untuk
menunda
perkawinannya.
Tahun Year
(2)
17-18 (3)
7,24
18,46
2012
7,95
18,20
2013
7,27
19-24 (4)
membantu
menunda
diharapkan usia
dapat
perkawinan
pertama bagi seorang wanita dan pada akhirnya dapat menekan tingkat kelahiran.
25 + (5)
(6)
21,39
100,00
53,84
20,01
100,00
52,04
22,46
100,00
ht
18,23
kerja,
Jumlah Total
52,90
://
2011
tp
(1)
Umur Perkawinan Pertama/ Age at First Married 16
kesempatan
ak ar ta .b
Table 1.5
Persentase Wanita Pernah Kawin Usia 10 Tahun ke atas menurut Umur Perkawinan Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013 Percentage of Ever Marriage Women Aged 10 Years and Above by Age at First Married in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
yo gy
Tabel 1.5
tinggi,
dini di sekolah-sekolah, dan memperluas
.id
wanita
lebih
go
kecenderungan
menunjukkan
bersekolah
ps .
2012-2013
untuk
Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
Persentase
wanita
pernah
kawin
dengan usia perkawinan pertama usia 17-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 0,03 poin, sedangkan usia 19-24 tahun mengalami penurunan pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Untuk usia perkawinan pertama pada kelompok usia
25
tahun keatas
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
7
Bab 2
Kesehatan
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi
dan perilaku sehat, memiliki kemampuan
fisik yang sehat maka manusia dapat
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
melakukan aktivitas secara optimal. Oleh
bermutu secara adil dan merata serta
sebab itu kesehatan menjadi salah satu aspek
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
kesejahteraan dan menjadi salah satu fokus
tingginya di seluruh wilayah Republik
utama pembangunan manusia. Berkaitan
Indonesia
dengan hal tersebut, pemerintah sudah
pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat
menggalakkan
berbagai
program
untuk
tercapai
go
sehingga
visi
Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
ak ar ta .b
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
.id
Kesehatan merupakan aspek penting
ps .
Health
Upaya
yang
telah
dilakukan
di
yang sasaran utamanya meningkatkan angka
antaranya meningkatkan akses masyarakat
harapan hidup, menurunkan angka kematian
terhadap
bayi
berkualitas,
dan
angka
kematian
ibu
serta
yo gy
menurunkan prevalensi gizi kurang.
pelayanan yaitu
kesehatan
dengan
yang
memberikan
pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin; penyediaan sumber daya kesehatan
dilaksanakan selama ini dianggap telah
yang kompeten; peningkatan sarana dan
berhasil meningkatkan derajat kesehatan
prasarana kesehatan melalui pembangunan
masyarakat
puskesmas, posyandu, dan rumah sakit;
://
Pembangunan kesehatan yang telah
cukup
bermakna,
ht
tp
secara
walaupun masih banyak dijumpai berbagai
penyediaan
obat
masalah dan hambatan. Pada kurun waktu
masyarakat,
dan
2010-2014
kesehatan secara merata.
penekanan
pembangunan
kesehatan diprioritaskan pada pencapaian
Banyak
yang terjangkau pendistribusian
indikator
yang
oleh tenaga
digunakan
sasaran nasional, standar pelayanan minimal
untuk melihat derajat kesehatan penduduk.
(SPM), dan Millenium Development Goals
Beberapa indikator utama
(MDGs). Target yang ingin dicapai melalui
digunakan antara lain Angka Kematian Bayi
pembangunan kesehatan tersebut adalah
(AKB, Infant Mortality Rate, IMR) dan
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
Angka Harapan Hidup (AHH, Expectation of
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
yang sering
8
Life at Birth). Beberapa indikator juga dapat dijadikan tolok ukur dalam melihat kondisi seperti
kondisi
persalinan, pola pemberian asi, imunisasi, pemanfaatan fasilitas kesehatan dan angka kesakitan (morbidity rate). Derajat Kesehatan Masyarakat. Istimewa
Yogyakarta
secara umum semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup. kematian
bayi
2013
(2)
(3)
(4)
Angka Kematian Bayi/ Infant Mortality Rate
18,1
18,0
17,0
Angka Harapan Hidup/ Life Expectancy
73,22
73,27
73,62
di
Daerah
Sumber: BPS, DIY Dalam Angka 2011-2013 BPS Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta Source : BPS, DIY in Figures, 2011-2013 BPS – Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta Province
ak ar ta .b
Angka
2012
.id
Daerah
2011
(1)
Dari tahun ke tahun derajat kesehatan penduduk
Tahun/Year
Indikator Derajat Kesehatan/ Health Indicators
go
masyarakat
ps .
kesehatan
Tabel 2.1 Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta, Table 2.1 Trends of Infant Mortality Rates and Life Expectancy in Daerah Istimewa Yogyakarta
Istimewa Yogyakarta selama tiga tahun
terakhir memperlihatkan tren yang menurun. Angka kematian bayi pada tahun 2011
yo gy
sebesar 18,1 per 1000 kelahiran hidup, pada
Secara
umum
dapat
disimpulkan
adanya kenaikan kualitas fisik atau kualitas
menjadi 18,0 per 1000 kelahiran hidup
kesehatan penduduk di Daerah Istimewa
sedangkan pada tahun 2013 turun kembali
Yogyakarta sampai dengan tahun rujukan
menjadi 17,0 per 1000 kelahiran hidup.
2013 yang ditandai dengan menurunnya
ht
tp
://
tahun 2012 mengalami sedikit penurunan
Sebaliknya
angka
harapan
hidup
Angka
Kematian
Bayi
(AKB)
dan
penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada
meningkatnya
tahun 2011 sebesar 73,22 mengalami sedikit
Dimensi AKB di antaranya adalah kesehatan
peningkatan menjadi 73,27 pada tahun 2012
ibu semasa hamil hingga masa nifas dan
dan 73,62 tahun pada tahun 2013. Kondisi
kesehatan
ini menunjukkan bahwa anak yang lahir pada
Termasuk di dalamnya faktor penolong
tahun 2013 diperkirakan akan hidup rata-rata
kelahiran/persalinan.
Angka
lingkungan
Harapan
tempat
Hidup.
tinggal.
sampai umur 73,62 tahun.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
9
Tabel 2.2 menunjukkan persentase
Penolong Persalinan
balita menurut penolong kelahiran pertama,
Gambar 2.1: Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama, 2011 – 2013 Figure 2.1 : Percentage of Children Under Fives by First Birth Attendant 2011- 2013 97.81
sedangkan tabel 2.3 penolong kelahiran yang terakhir. Tabel 2.2 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 2.2 Percentage of Children Under Fives by First Birth Attendant in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
99.60
96.53
Tahun/ Year
0.40
(1)
balita
tidak
hanya
dipengaruhi oleh kesehatan ibu semasa kehamilan.
Kesehatan
balita
juga
dipengaruhi pula oleh faktor lain, seperti proses kelahiran/persalinan serta kondisi
yo gy
lingkungan tempat tinggal. Data penolong
kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu kesehatan,
terutama
://
indikator
dalam
tp
hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu
ht
dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan,
seperti
(2)
2011
dokter
atau
bidan,
dianggap lebih baik dibandingkan dengan proses yang ditolong dukun atau lainnya. Besaran ini dapat menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
(3)
Tenaga Medis lain/
Dukun/ Tradition Lainnya Others al Birth /Others Medical Attendant
Personnel (4)
(5)
(6)
37,25
60,56
0,00
0,68
1,51
2012
35,00
60,99
0,54
0,90
2,57
2013
42,59
56,51
0,50
0,33
0,07
ak ar ta .b
Kesehatan
Bidan/ Midwife
ps .
2011 2012 2013 Tenaga Kesehatan Tenaga Non Kesehatan
Dokter/ Doctor
go
2.19
.id
Penolong Kelahiran /Birth Attendant 3.47
Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
Tabel 2.2 memperlihatkan bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar proses persalinan ditolong oleh
bidan,
kemudian oleh dokter. Pada 2013 persentase persalinan pertama yang ditolong oleh tenaga kesehatan jumlah
mencapai seluruh
99,60
persalinan.
persen
dari
Sedangkan
persalinan yang ditolong dengan tenaga non kesehatan (dukun dan lainnya) sekitar 0,40 persen. Demikian pula tabel 2.3, pada umumnya proses persalinan terakhir ditolong oleh tenaga kesehatan.
10
2013
persentase
persalinan
mencapai 96,53 persen, sementara pada
terakhir yang ditolong tenaga kesehatan
tahun 2013 naik menjadi 99,60 persen.
mencakup 99,77 persen dari jumlah seluruh
Begitu pula persentase penolong kelahiran
persalinan. Lebih lanjut, proses persalinan
terakhir oleh tenaga kesehatan pada tahun
oleh tenaga non kesehatan (dukun dan
2012 mencapai 98,79 persen dan pada tahun
lainnya) hanya sekitar 0,23 persen.
2013 naik menjadi 99,77 persen. Kenaikan
Tabel 2.3 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 2.3 Percentage of Children Under Fives by First Birth Attendant in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
angka penolong kelahiran ini kemungkinan disebabkan oleh kenaikan peranan dukun dan lainnya cenderung bergeser ke tenaga medis yaitu dokter, bidan, dan tenaga medis
go
lainnya. Penolong Kelahiran/Birth Attendant
dan
status
ps .
derajat
kesehatan ini tidak terlepas dari ketersediaan dan keterjangkauan sarana dan prasarana
2011
40,58
58,50
0,24
2012
38,78
59,69
0,32
0,79
0,42
terhadap tenaga kesehatan dengan cara
2013
44,89
54,62
0,26
0,16
0,07
100.00 meningkatkan jumlah maupun kualitasnya.
(2)
(3)
(4)
(6)
tenaga kesehatan yang tersedia. Pemerintah
0,68
0,00
selalu berupaya untuk memperluas akses
tp
://
Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013 Source : BPS, 2011- 2013 National Socio Economic Survey
ht
Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 menunjukkan bahwa persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan secara umum di D.I Yogyakarta cenderung meningkat dari tahun tahun.
Ini
kesehatan seperti fasilitas tempat berobat dan
(5)
yo gy
(1)
ke
Peningkatan
ak ar ta .b
Tenaga Dukun/ Medis Traditio Tahun/ Year lain/ Dokter/ Bidan/ Others nal Lainnya / Doctor Midwife Medical Birth Others Attenda Person nt nel
.id
Pada
menggambarkan
tingkat
kemajuan pelayanan kesehatan terutama saat kelahiran di mana resiko kematian sangat tinggi. Pada tahun 2012, persentase penolong kelahiran pertama oleh tenaga kesehatan Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
Air Susu Ibu Air
Susu
makanan
yang
Ibu
(ASI)
paling
merupakan
penting
bagi
pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain mengandung nilai gizi yang tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI antara lain dapat menumbuhkan ikatan batin dan kasih sayang antara ibu dan anak. Makin lama pemberian ASI cenderung akan membuat 11
daya tahan tubuh anak balitanya semakin
tinggi. Pada tahun 2013, balita berusia 2-4
baik.
tahun yang disusui lebih dari 24 bulan
5
6-11
12-17
18-23
24+
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
2011
4,93
5,86
11,91
20,51
56,78
2012
6,67
5,29
12,35
20,64
55,05
2013
5,18
4,86
7,55
20,41
62,00
Tabel
2.4
menunjukkan
menjadi 62,00 persen. Di sisi lain, yang disusui kurang dari atau sama dengan 5 bulan jumlahnya mengalami penurunan 1,49 poin persen dari tahun sebelumnya. Imunisasi Di
imunisasi
distribusi
samping
juga
sangat
pemberian
ASI,
berperan
dalam
membentuk ketahanan tubuh anak dari serangan
ak ar ta .b
Sumber : BPS, Susenas , 2011-2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
peningkatan
dibanding tahun 2012, dari 55,05 persen
.id
Tahun/ Year
mengalami
go
Lamanya Disusui (bulan) / Duration of Breast Feeding ( month )
persentasenya
ps .
Tabel 2.4 Persentase Balita Usia 2-4 tahun menurut Lamanya Disusui di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013 Table 2.4 Percentage of Children Under Fives (2-4 years) by Duration of Breast Feeding (Month) in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
penyakit.
Semakin
lengkap
imunisasi yang diberikan maka semakin kecil
peluang
balita
untuk
terserang
penyakit. Ada banyak macam jenis imunisasi
disusui yang terbagi dalam 5 kelompok.
yang dapat diberikan pada anak balita,
yo gy
balita berumur 2-4 tahun menurut lamanya
adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Pada 2013, hampir seluruh balita (95
ht
80.00
namun dalam Susenas 2013 yang dicakup
tp
://
Gambar 2.2: Persentase Balita Usia 2-4 Tahun Menurut Lamanya Disusui Tahun 2011-2013 Figure 2.2 : Percentage of Children Under Fives by First Birth Attendant 2011-2013
persen lebih) di Daerah Istimewa Yogyakarta
60.00
sudah mendapat imunisasi BCG, DPT, Polio
40.00
dan Hepatitis B. Namun untuk vaksin
20.00
Campak baru mencapai sekitar 82,63 persen balita.
0.00 <=5
6-11 2011
2012
12-17
18-23
24+
2013
Ini
sosialisasi
mungkin vaksin
berkaitan
campak
dengan
yang belum
segencar vaksin lainnya.
Rata-rata lama pemberiaan ASI kepada balita di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
12
Jenis Imunisasi / Vaccines BCG DPT Polio Campak Hepatitis B
2011 Laki-laki/Male 98,60
Perempuan/ 99,58 Female Lakilaki+Perempuan/ 99,08 Male+Female 2012 Laki-laki/Male 99,05 Perempuan/ 99,26 Female Laki-laki+ Perempuan/ 99,16 .Male/Female 2013 Laki-laki/Male 98,57 Perempuan/ 98,43 Female Laki-laki+ Perempuan/ 98,50 .Male/Female
(3)
(4)
(5)
96,60 96,24 87,22 96,76 95,67 95,08 86,17 95,60 96,76 96,10 82,66 96,26 96,35 96,32 79,68 95,44 96,56 96,21 81,18 95,85
Morbiditas
atau
angka
kesakitan
adalah proporsi penduduk yang mengeluh sakit
pada selang waktu tertentu. Dalam
Susenas
yang
keluhan
dilaksanakan
kesehatan
oleh
yang
BPS,
dimaksud
mencakup: panas, batuk, pilek, asma/sesak nafas, diare/buang-buang air, sakit kepala,
95,56 83,20
96,41
94,78
94,02 82,04
92,26
yang digunakan dalam Susenas adalah
95,13
94,80 82,63
94,37
sebulan sebelum pencacahan. Semakin tinggi
yo gy
2.5
suatu penyakit tertentu.
95,46
Sumber : BPS, Susenas 2011- 2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
Tabel
rumah
Keluhan dimaksud mengindikasikan adanya
(6)
94,78 93,99 85,17 94,50
mengurus
tangga maupun melakukan aktivitas lainnya.
go
(2)
pekerjaan, bersekolah,
ps .
(1)
aktivitas sehari-hari baik dalam melakukan
memberikan
sakit gigi, campak, dan lain-lain. Referensi
ak ar ta .b
Jenis Kelamin/ Sex
kesehatan yang mengakibatkan terganggunya
.id
Tabel 2.5 Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Imunisasi di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 2.5 Percentage of Children Under 5 Years had Vaccinated by Sex and Vaccines in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
gambaran
://
bahwa antara balita laki-laki maupun balita
tp
perempuan tidak terjadi pola khusus dalam
ht
pemberian imunisasinya. Perlakuan yang tidak membedakan jenis kelamin balita menunjukkan bahwa selama tahun 20112013, dalam hal imunisasi tidak terjadi bias gender. Keluhan Kesehatan Derajat kesehatan penduduk juga dapat dilihat dari angka morbiditas (kesakitan) yang menunjukkan ada tidaknya keluhan Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
angka morbiditas menunjukkan semakin banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan. Tabel persentase
2.6
menunjukkan
penduduk
yang
besarnya mengalami
keluhan kesehatan dalam sebulan. Jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan penduduk selama tiga tahun berturut-turut adalah batuk, pilek dan panas. Tahun 2013, penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 45,84 persen penduduk yang merasakan keluhan batuk, sementara sebanyak 42,52 persen penduduk juga merasakan keluhan pilek, dan panas sebesar 22,95 persen. 13
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan kesehatan
meningkatkan penduduk,
pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Tabel 2.7 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013 Table 2.7 Number of Health Facilities in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
kualitas
pemerintah
telah
berupaya menyediakan sarana dan prasarana
Tahun/Year
Fasilitas Kesehatan/ Health Facilities
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
63
66
96
70
70
38
181
181
95
576
576
579
455
464
526
51
51
53
Rumah Sakit/ General Hospital Rumah Bersalin/ Childbirth House Balai Pengobatan/ Polyclinic Puskesmas/ Public Health Centre Apotik/ Dispensaries
yo gy
Untuk
gangguan
kesehatan pada umumnya melakukan upaya
ak ar ta .b
Panas / Fever 25,42 23,91 22,95 Batuk / Cough 49,76 48,48 45,84 Pilek / Flu 47,18 44,79 42,52 Asma, Sesak Nafas 3,05 3,38 3,97 /Asthma, Breatless Diare, Buang-buang Air/ 3,60 3,22 2,10 Diarrhea and Vomiting Sakit Kepala / Headache 12,93 12,80 10,54 Sakit Gigi / Tooth ache 3,52 3,86 4,17 Lainnya / Others 38,23 38,98 40,50 Complaint Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
mengalami
.id
2011
yang
go
Keluhan Kesehatan/ Health Complaint
Penduduk
ps .
Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu di D.I Yogyakarta 2011-2013 Table 2.6 Percentage of Population Who Had Health Complaint During the Previous Month in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
Toko Obat Berijin/ Lisence of Drugstore
Sumber: BPS, DIY Dalam Angka 2011-2013 Source : BPS, DIY in Figures, 2011-2013
kesehatan yang disertai dengan distribusi
tp
://
tenaga kesehatan yang memadai, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.
ht
dikunjungi penduduk yang berobat jalan
Dalam mengatasi masalah kesehatan, berbagai
upaya
telah
Fasilitas kesehatan yang paling banyak
dilakukan
oleh
pada 2013 adalah Praktek Dokter (35,62 persen) dan Puskesmas
(32,20 persen).
pemerintah. Salah satunya adalah dengan
Kondisi ini hampir sama dengan tahun-tahun
membangun
fasilitas
sebelumnya (2011 dan 2012). Pada tahun
harus
2013 terjadi sedikit kenaikan pada praktek
representatif, murah dan aksesnya mudah
pengobatan tradisional (Batra) menjadi 2,45
dijangkau
persen, sedangkan di tahun 2012 sebesar
kesehatan.
atau
memperbaiki
Fasilitas sehingga
kesehatan masyarakat
dapat
menggunakannya dengan optimal.
1,68 persen. Peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh semakin mahalnya biaya
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
14
pengobatan sehingga
di
praktek
mereka
pengobatan
dokter
beralih
yang
lebih
ke
swasta tempat
murah
yaitu
Puskesmas dan Batra. Selain itu akses ke Puskesmas dan Batra lebih mudah dijangkau, terutama oleh penduduk yang berada di
Tahun/Year
Tempat Berobat/ 2011
2012
2013
(3)
(4)
(5)
16,81
16,82
19,11
34,88
35,93
35,62
yo gy
(1)
28,90
32,20
1,40
1,68
2,45
19,28
21,17
19,89
1,84
1,85
1,98
://
32,32
tp
ht
Rumah Sakit/Hospital Praktek Dokter/Medical Doctor Puskesmas/Health Centre Praktek Batra/ Medical Traditional Petugas Kesehatan/Parame dical Lainnya/Others
go ps .
Table 2.8
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Percentage of Population Treated Outpatient by Place/Method of Medical in Daerah Istimewa Yogyakarta, 20112013
ak ar ta .b
Tabel 2.8
.id
pelosok pedesaan.
Sumber : Susenas 2011-2013 Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
15
Bab 3
Pendidikan Edu cation
asasi
peningkatan mutu, relevansi dan daya saing;
manusia dan hak setiap warga negara untuk
(c) penataan tata kelola, akuntabilitas, dan
dapat
dirinya
citra publik; dan (d) peningkatan pembiayaan.
melalui proses belajar. Setiap warga negara
Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Indonesia berhak memperoleh pendidikan
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat
disebutkan
yang dimiliki tanpa memandang status sosial,
bidang
status ekonomi, suku, etnis, agama, gender
meningkatkan akses masyarakat terhadap
dan lokasi geografis.
pendidikan
potensi
dalam
.id
mengembangkan
hak
sasaran
pendidikan dan
pembangunan
ditujukan
go
merupakan
ps .
Pendidikan
meningkatkan
untuk mutu
hak
untuk
pendidikan, yang antara lain ditandai oleh
pendidikan
yang
bermutu
menurunnya jumlah penduduk buta huruf;
merupakan ukuran keadilan dan pemerataan
meningkatnya persentase penduduk yang
atas
dapat menyelesaikan program wajib belajar 9
mendapatkan hasil
pembangunan
dan
ak ar ta .b
atas
Pemenuhan
sekaligus
tahun
yang
mendukung
berkembangnya pendidikan kejuruan yang
keberlangsungan pembangunan. Pemerataan,
ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga
akses dan peningkatan mutu pendidikan akan
terampil.
yo gy
merupakan investasi sumber daya manusia untuk
://
diperlukan
kecakapan
ht
tp
membuat warga negara Indonesia memiliki dalam
rangka
pembangunan
beberapa
pendidikan
lanjutan
serta
Beberapa indikator output yang dapat menunjukkan
kualitas
pendidikan
SDM
antara lain Angka Melek Huruf (AMH),
manusia seutuhnya. Dalam
dan
tahun
mendatang
Tingkat
Pendidikan,
Angka
Partisipasi
di
Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar
Indonesia masih dihadapkan pada berbagai
(APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
tantangan serius, terutama dalam upaya
Indikator input pendidikan salah satunya
meningkatkan kinerja yang mencakup (a)
adalah fasilitas pendidikan.
pembangunan
pendidikan
nasional
pemerataan dan perluasan akses; (b)
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
16
Dalam Susenas, kemampuan baca tulis
Angka Melek Huruf (AMH) Kegiatan membaca merupakan proses
dibedakan menjadi huruf latin dan lainnya.
awal memasuki dunia pengetahuan yang
Dalam masyarakat Indonesia, huruf latin
begitu
maju.
masih merupakan satu-satunya huruf yang
Membaca akan mempermudah seseorang
dominan digunakan, sehingga dalam uraian
untuk memahami informasi terkait bidang
ini dititikberatkan pada kemampuan baca
kerja dan berbagai aspek yang menyangkut
tulis huruf latin.
luas
menuju
masyarakat
peningkatan kualitas hidup. Kemampuan
hidupnya. Hal ini berkaitan langsung dengan seseorang
pengetahuan,
menggali
mendapatkan potensinya
dan
ak ar ta .b
bagaimana
berpartisipasi dalam pembangunan.
Salah satu indikator mendasar yang digunakan untuk melihat tingkat kemampuan
yo gy
membaca dan menulis adalah Angka Melek
Huruf (Literacy Rate). Kata “melek huruf” dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca
dan
menulis
://
dapat
huruf
98 96 94 92 90 88 86 84 82 80
95,98
95,65
2011
Laki-laki
96,07
88,32
seseorang untuk dapat mencapai tujuan
Gambar 3.1: Angka Melek Huruf menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Figure 3.1 : Latin Literacy Rate by Sex in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
88,05
melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh
86,65
karena
.id
penting
go
dianggap
ps .
baca-tulis
2012
2013
Perempuan
ht
tp
latin/lainnya pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain atau dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca tulis (BPS, 2011). Angka Melek Huruf (AMH) adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. AMH merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur
keberhasilan
implementasi
kebijakan bidang pendidikan. Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
17
Tabel 3.1 Angka Melek Huruf Latin menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013 Table 3.1 Latin Literacy Rate by Sex in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
Umumnya penduduk
angka
laki-laki
melek
relatif
lebih
huruf tinggi
dibanding perempuan. Dibandingkan 2012, AMH penduduk usia 15 tahun ke atas pada
Jenis Kelamin/Sex
2011
(1)
(3)
(4)
95,98
95,65
Laki-laki/Male
2012
2013
2013 mengalami sedikit kenaikan pada semua
(5)
penduduk tanpa membedakan jenis kelamin.
96,07
Berdasarkan data Susenas tiga tahun terakhir (2011–2013), AMH perempuan lebih rendah
88,32
L+P/Male/Female
91,12
91,76
92,11
dibanding AMH laki-laki.
.id
88,05
Penduduk usia 15 tahun ke atas
merupakan masyarakat dewasa yang sudah
seharusnya dapat membaca dan menulis huruf latin. Namun pada kenyataannya pada
sekitar 7,89 persen
yo gy
2013 masih ada
penduduk usia 15 tahun ke atas tidak dapat
://
membaca dan atau menulis huruf latin. Ini artinya
ht
persen,
tp
berarti angka melek hurufnya adalah sebesar 92,11
dari
setiap
100
penduduk usia 15 tahun ke atas sekitar 92 orang yang mampu membaca dan menulis huruf latin. buta
huruf,
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
ak ar ta .b
Sumber: BPS, Susenas 2011- 2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
go
86,65
ps .
Perempuan/Female
Sedangkan 7,89 persen angka artinya
dalam
100
orang
penduduk usia 15 tahun ke atas terdapat sekitar 8 orang yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
Semakin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Daya saing suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari kualitas SDM yang dimiliki sebagai salah satu modal dasar pembangunan bangsa. Makin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan tentunya makin tinggi kualitas SDMnya. Artinya, peluang negara untuk mendapatkan
kontribusi
positif
dari
pendidikan bagi pembangunan juga akan semakin tinggi karena makin besarnya modal yang dimiliki penduduk untuk bersaing dalam konstelasi tenaga kerja. Meskipun ijazah yang dimiliki terkadang bukan menjadi jaminan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
18
Tabel
3.2
memperlihatkan
jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin. Hasil Susenas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Daerah Istimewa
Yogyakarta
pada
Tabel 3.2 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki dan Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogayakarta, 2012 dan 2013 Table 3.2 Percentage of Population Aged 15 Years and Above by Educational Attainment and Sex in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012 and 2013
umumnya
Tingkat Pendidikan/ Education Attainment
berpendidikan SLTA ke atas. Tahun 2013 maupun 2012, penduduk yang berpendidikan
besar dari pada perempuan. Persentase penduduk 15 tahun ke atas mengalami kenaikan
sebesar 1,16 poin
dibanding 2012, yaitu dari 44,54 persen
menjadi 45,70 persen. Demikian pula bila
yo gy
dilihat menurut jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan mengalami kenaikan. Sebaliknya penduduk yang tidak/belum
://
pernah sekolah maupun yang tidak/belum
ht
tp
tamat SD, penduduk yang berijasah SD dan SLTP
mengalami
(2)
penurunan.
Ini
kemungkinan disebabkan semakin tingginya angka partisipasi sekolah pada tingkat SD dan SLTP di Daerah Istimewa Yogyakarta dan keberhasilan Program Wajib Belajar 9 tahun. Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta mayoritas berpendidikan SLTA ke atas, baik lakilaki maupun perempuan
(3)
(4)
(5)
(6)
3,36 3,07 10,68 10,32
7,11 6,77
Tidak/ belum tamat SD/Not Completed Primary School
8,21 8,76 10,30 9,57
9,28 9,17
SD/Primary School 17,77 18,39 18,31 17,80 18,05 18,09 SLTP/Junior High School
22,28 21,05 19,82 19,52 21,02 20,27
SLTA ke atas/ Senior High School 48,38 48,73 40,89 42,80 44,54 45,70 and Above Sumber: BPS, Susenas 2012 - 2013 Source: BPS, 2012- 2013, National Socio Economic Survey
Angka Partisipasi Sekolah Salah Development
satu
Millenium
tujuan
Goals
(MDGs)
adalah
menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015 semua anak, di mana pun, baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan
dasar
(primary
schooling).
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai pencapaian MDGs, yaitu digunakan
untuk
melihat
akses
pada
pendidikan khususnya bagi penduduk usia Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
(7)
Tidak/belum pernah sekolah/Not Yet Attending School
ak ar ta .b
yang berpendidikan SLTA ke atas pada 2013
(1)
.id
laki yang berpendidikan SLTA ke atas lebih
L+P/ M+F
2012 2013 2012 2013 2012 2013
go
dilihat menurut jenis kelamin persentase laki-
Perempuan/ Female
ps .
SLTA ke atas sudah di atas 40 persen. Jika
Laki-laki/ Male
19
sekolah. Semakin tinggi APS semakin besar
Sedangkan pada kelompok umur 16-18 APS
jumlah
perempuan lebih rendah dibandingkan APS
penduduk
yang
berkesempatan
mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya
APS
tidak
selalu
dapat
diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
laki-laki. Angka Partisipasi Kasar Angka
Partisipasi
Kasar
(APK)
merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang
99,92
100,00
13-15
95,88
97,54
16-18
83,42
79,48
yo gy
7-12
L+P/ M+F (4)
.id
jumlah penduduk
99,96 96,71 81,50
Sumber: BPS, Susenas 2013 Source: BPS, 2013, National Socio Economic Survey
pada kelompok usia
go
pendidikan tersebut. APK
digunakan
keberhasilan
untuk
program
mengukur
pembangunan
pendidikan yang diselenggarakan dalam
ak ar ta .b
Kelompok Umur/ Laki-laki/ Perempuan/ Age group Male Female (1) (2) (3)
pendidikan (berapa pun usianya) terhadap
ps .
Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Table 3.3 School Participation Ratio by Sex and Age Groups in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
rangka
memperluas
kesempatan
bagi
penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
://
Nilai APK suatu jenjang pendidikan
tp
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa Angka
ht
Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi terdapat pada kelompok usia 7-12 tahun, yaitu sebesar 99,96 persen. Artinya masih ada
bisa lebih dari 100 persen karena masih terdapat siswa yang berusia di luar batasan usia sekolah baik yang lebih tua maupun yang lebih muda.
sekitar 0,04 persen penduduk berusia 7-12 tahun yang tidak bersekolah. Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa APS penduduk perempuan dan penduduk laki-laki pada kelompok umur 7-12 dan 13-15 tidak menunjukkan
perbedaan
yang
nyata.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
20
SD/Primary School
108,14
108,50
108,31
SLTP/Junior High School
87,36
79,69
83,54
SLTA /Senior High School
92,18
87,17
89,74
Sumber: BPS, Susenas 2013 Source: BPS, 2013, National Socio Economic Survey
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase
jumlah
anak
yang
sedang
bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah 108.31
seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang83.54 bersangkutan.
Bila APK digunakan untuk mengetahui
89.74
seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah
dapat
memanfaatkan
fasilitas
pendidikan di suatu jenjang pendidikan
ak ar ta .b
Berdasarkan Tabel 3.4, pada 2013 APK
Angka Partisipasi Murni
.id
(1)
LakiPerempuan L + P / laki/ / Female M+F Male (2) (3) (4)
alasan.
go
Tingkat Pendidikan/ Education Attainment
melanjutkan pendidikan dengan berbagai
ps .
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Table 3.4 Gross Enrollment Ratio by Sex and Age Groups in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
untuk
tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka
tingkat pendidikan SD berada di atas 100
Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur
persen yaitu mencapai 108,31 persen. Ini
proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.
di Daerah Istimewa Yogyakarta
Bila seluruh anak usia sekolah dapat
usia pendidikan SD (7-12 tahun) tapi juga
bersekolah tepat waktu, maka APM akan
usia di atas 12 tahun atau di bawah 7 tahun
mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM
masih/sudah ada yang duduk di tingkat SD.
akan selalu lebih rendah dari APK karena
Tapi ini tidak berarti bahwa usia 7-12 tahun
nilai APK mencakup anak di luar usia
sudah semua bersekolah, karena APK tidak
sekolah
dapat mencerminkan besaran anak usia 7-12
bersangkutan.
ht
tp
://
yo gy
berarti yang bersekolah di SD tidak hanya
pada
jenjang
pendidikan
yang
tahun yang belum pernah bersekolah. APK laki-laki maupun perempuan pada tingkat
pendidikan
persentasenya
SLTP
dibanding
lebih APK
kecil tingkat
pendidikan SD maupun SLTA . Hal ini bisa diartikan bahwa pada tingkat pendidikan SLTP banyak anak yang berhenti dan tidak Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
21
SD/Primary School
98,52
98,94
98,72
SLTP/Junior High School
77,06
74,57
75,82
SLTA /Senior High School
67,29
62,42
64,92
Sumber: Susenas 2013 Source: 2013, National Socio Economic Survey
di
2013,
Daerah
Istimewa
Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan sebagai salah satu indikator input merupakan kekuatan awal dalam membangun kualitas SDM di bidang pendidikan. prasarana
Ketersediaan
sangat
sarana
mempengaruhi
dan proses
belajar yang pada akhirnya juga akan
ak ar ta .b
Pada
Kebutuhan guru terhadap murid dan daya dukung kelas terhadap murid dari tahun ke tahun masih cukup memadai
.id
(1)
Perempu L+P/ an/ M+F Female (3) (4)
dibanding perempuan.
go
Lakilaki/ Male (2)
Tingkat Pendidikan/ Education Attainment
dan SLTA APM laki-laki lebih tinggi
ps .
Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Table 3.5 Net Enrollment Ratio by Sex and Age Groups in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
mempengaruhi
98,72 persen yang berarti ada sekitar 98,72
Ketersediaan guru atau kelas yang ideal untuk
persen anak usia SD (7-12 tahun) yang
menangani
bersekolah di SD, sementara 1,28 persennya
memacu kualitas keluaran yang maksimal.
lagi mungkin sudah bersekolah di tingkat
Sebaliknya,
pendidikan yang lebih tinggi atau mungkin
mencukupi akan memberikan kualitas hasil
://
yo gy
Yogyakarta, APM SD menunjukkan angka
tp
juga belum bersekolah. Perlu penelusuran
ht
lebih jauh lagi dari 1,28 persen anak usia 7-
output
sejumlah
siswa
ketersediaan
pendidikan. tentu yang
akan tidak
didik yang mungkin di bawah standar. Indikator untuk mengukur pemerataan
12 tahun berapa yang betul-betul belum
dan perluasan akses pendidikan adalah rasio
bersekolah, dan jumlah ini menjadi sasaran
sekolah yang mencakup rasio murid guru dan
dinas/instansi
mendorong
rasio murid kelas. Fasilitas yang mencukupi
sekolah
akan mendorong peningkatan APS maupun
mereka
teknis
masuk
ke
untuk bangku
SD/sederajat.
APM.
Pada jenjang pendidikan SD, APM
Tabel 3.6 menggambarkan beban kerja
laki-laki lebih rendah dibanding perempuan.
guru serta kepadatan kelas pada suatu jenjang
Sedangkan pada jenjang pendidikan SLTP
pendidikan. Rasio murid-guru pada jenjang pendidikan SD, SLTP, maupun SLTA, masih
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
22
memenuhi persyaratan bagi seorang guru
jenjang pendidikan tertentu. Angka ini sering
untuk bisa mengawasi dan memberi perhatian
digunakan sebagai indikator berhasil/tidaknya
kepada murid sehingga mutu pengajaran tetap
pembangunan
berjalan dengan baik.
Indikator ini digunakan sebagai barometer
di
bidang
pendidikan.
Pada 2012/2013 rasio murid-guru SD,
pencapaian rencana strategis dalam rangka
SLTP, dan SLTA masing-masing 13, 11, dan
peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
9, serta rata-rata jumlah murid di tiap jenjang
pendidikan.
.id
ak ar ta .b
Tabel 3.6 Perkembangan Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid-Kelas di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011/2012 dan 2012/2013 Table 3.6 Trends in Pupil-Teacher Ratio and PupilClassroom Ratio in D.I. Yogyakarta, 2011/2012 and 2012/2013
Gambar 3.2: Angka Putus Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010/20112012/2013 Figure 3.2: Drop-Out Rate by Level of Education in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010/2011– 2012/2013
go
kelas.
ps .
pendidikan sebesar 21, 29, dan 29 murid per
Jenjang Pendidikan/ Education Attainment
Rasio/Ratio Tahun/Years
SD (2)
(1)
SLTP (3)
13
2012/2013
13
9
11
9
18
28
28
2012/2013
21
29
29
ht
2011/2012
tp
Murid-Kelas/PupilClassroom
11
Sumber: Dinas Pendidikan, Daerah Istimewa Yogyakarta Source: Education Services, Daerah Istimewa Yogyakarta Province
0,51
0,5 0,4
0,3
0,16
0,2
0,07
0,1
0 SD/MI
SMP/MTs
2010/2011 2012/2013
://
2011/2012
yo gy
Murid-Guru/ PupilTeacher
SLTA (4)
0,6
Tingginya
angka
SMA/MA
2011/2012
putus
sekolah
menunjukkan kesadaran dan atau kemampuan untuk akses pada pendidikan masih relatif rendah. Penyebab utama putus sekolah antara lain karena kurangnya kesadaran orang tua
Putus Sekolah
akan
pentingnya
pendidikan
anak,
Angka putus sekolah mencerminkan
keterbatasan ekonomi, keadaan geografis
anak-anak usia sekolah yang sudah tidak
yang kurang menguntungkan, keterbatasan
bersekolah lagi dan tidak menamatkan suatu
akses menuju ke sekolah, karena sekolah jauh
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
23
atau minimnya fasilitas pendidikan di suatu
2011/2012 menjadi 0,51 pada tahun ajaran
wilayah.
2012/2013.
Tabel 3.7 Perkembangan Angka Putus Sekolah menurut Tingkat Pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010/2011– 2012/2013 Table 3.7 Trends of Drop-Out Rate by Level of Education in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010/2011– 2012/2013
(3)
(4)
2010/2011
0,07
0,17
0,44
2011/2012
0,07
0,09
0,57
2012/2013
0,07
0,16
0,51
go
(2)
ak ar ta .b
(1)
.id
SD/MI SMP/MTs SMA/MA SHS JHS PS
ps .
Tahun/ Year
Sumber: Dinas Pendidikan, Daerah Istimewa Yogyakarta Source: Education Services, Daerah Istimewa Yogyakarta
yo gy
Tabel 3.7 menunjukkan angka putus sekolah selama periode 2010/2011-2012/2013
di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Angka putus
://
sekolah selama tiga tahun terjadi fluktuasi
tp
kecuali pada jenjang SD/MI. Angka putus
ht
sekolah pada jenjang SD/MI tetap stabil tercatat 0,07 persen pada tahun ajaran 2010/2011-2012/2013.
Pada
jenjang
pendidikan SMP/MTs, angka putus sekolah mengalami peningkatan 0,09 persen pada tahun ajaran 2011/2012 menjadi 0,16 persen pada 2012/2013. Sedangkan angka putus sekolah pada jenjang SMA/MA mengalami penurunan dari 0,57 persen pada tahun ajaran
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
24
Bab 4 Besarnya
angkatan
kerja
AngkatanKerja Labour Force
ketenagakerjaan
meliputi
penciptaan
mencerminkan besarnya penawaran tenaga
lapangan kerja baru dengan jumlah dan
kerja.
kualitas yang memadai sehingga dapat
Sayangnya
besarnya
penawaran
tersebut tidak disertai dengan besarnya
menyerap
permintaan terhadap tenaga kerja, sehingga
memasuki pasar kerja.
kerja
yang
dapat
Bab ini menyajikan gambaran umum
pasar tenaga kerja. Kelebihan pasokan
keadaan angkatan kerja di Daerah Istimewa
tenaga
besar
Yogyakarta, antara lain Tingkat Partisipasi
menimbulkan masalah ketenagakerjaan yang
Angkatan Kerja (TPAK), Pengangguran
serius dan tersebar luas yaitu: pengangguran,
dalam
jumlah
pengangguran (Sigit, 2000).
Masalah serius dalam ketenagakerjaan pengangguran,
Lapangan
Usaha,
dan
Status
Pekerjaan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
setengah
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan
pengangguran dan rendahnya kualitas tingkat
ekonomi diukur dengan jumlah penduduk
hidup pekerja. Masalah ini sudah lama
usia 15 tahun ke atas (biasanya disebut
menjadi masalah serius dan tidak banyak
sebagai penduduk usia kerja) yang masuk
berkurang selama 40 tahun pembangunan di
dalam pasar kerja, baik yang bekerja maupun
Indonesia. Bahkan ketika terjadi “Keajaiban
masih menganggur, disebut sebagai Tingkat
ht
tp
://
yo gy
meliputi
Terbuka,
ak ar ta .b
meledaknya sektor informal dan setengah
go
kerja
.id
sebagian angkatan kerja tidak terserap dalam
ps .
angkatan
Ekonomi” (ekonomi tumbuh cepat dalam
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK
tahun sembilan-puluhan) struktur ekonomi
memperlihatkan besarnya penduduk usia
yang timpang cenderung kurang membaik,
kerja (15 tahun ke atas) yang aktif secara
sehingga
ekonomi di suatu wilayah atau negara, serta
kondisi
ketenagakerjaan
tidak
banyak perubahan.
menunjukkan besaran relatif dari pasokan suatu
tenaga kerja (labour supply) yang tersedia
manifestasi dari kualitas SDM lebih sering
untuk produksi barang-barang dan jasa
dilihat dalam dimensi tenaga kerja. Sasaran
dalam suatu perekonomian.
Pemanfaatan
SDM
sebagai
utama pembangunan di bidang Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
25
Sejalan dengan meningkatnya jumlah
Pada 2013 terjadi penurunan TPAK sebesar 1,56 persen
penduduk usia kerja, jumlah angkatan kerja juga terus bertambah. Sementara tumbuhnya lapangan dengan
kerja
tidak
pertambahan
berbanding
lurus
angkatan
kerja,
terutama tenaga kerja yang baru (new entrance). Pada 2013 terjadi penurunan TPAK
Tabel 4.1.Tingkat PartisipasiAngkatanKerja (TPAK) di D.I Yogyakarta, 2012 - 2013 Table 4.1 Labor Force Participation Rate in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012 – 2013 JenisKelamin/Sex
2012
2013
(1)
(2)
(3)
dibandingkan 2012, yaitu dari 70,85 menjadi laki-laki
maupun
perempuan. Namun demikian penurunan dan peningkatan
langsung
TPAK
tidak
menggambarkan
baik/buruknya
secara kondisi
Perempuan/Female L+P/Male/Female
ketenagakerjaan
suatu
80,34
77,95
61,78
61,01
70,85
69,29
Sumber: Sakernas 2012-2013 (Agustus) Source: National Labour Force Surveys 2012-2013 (August)
ak ar ta .b
atau
.id
TPAK
go
penurunan
Laki-laki/Male
ps .
69,29. Penurunan ini disebabkan oleh adanya
wilayah. Penurunan TPAK, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.1, perlu ditelusuri
Pengangguran Terbuka Menganggur adalah kondisi seseorang
tingkat pengangguran atau oleh tingkat
yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
penyerapan tenaga kerja (penduduk yang
pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu
bekerja) untuk kurun waktu tersebut.
usaha baru atau penduduk yang tidak
://
yo gy
lebih jauh lagi, apakah dipengaruhi oleh
ht
tp
Jika dilihat menurut jenis kelamin,
mencari pekerjaan karena merasa tidak
TPAK laki-laki selalu menunjukkan angka
mungkin
yang lebih tinggi dibandingkan TPAK
(discouraged workers), atau penduduk yang
perempuan. Hal ini sesuai dengan peran laki-
tidak
laki sebagai pencari nafkah utama dalam
diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi
keluarga, sehingga lebih aktif dalam kegiatan
belum mulai bekerja (future starts).
mencari
mendapatkan pekerjaan
pekerjaan karena
sudah
ekonomi. Pada Agustus 2013, TPAK lakilaki mencapai 77,95 persen, sementara TPAK perempuan tercatat 61,01 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
26
untuk
ini menggambarkan bahwa selama setahun
mengukur pengangguran adalah Tingkat
terakhir dari setiap 100 angkatan kerja yang
Pengangguran
TPT
ada terdapat pengangguran sekitar 3 orang.
memberikan indikasi besarnya penduduk
Nilai TPT yang stabil selama dua tahun
usia
dalam
terakhir menunjukkan bahwa peningkatan
merupakan
daya serap tenaga kerja sebanding dengan
Indikator
yang
digunakan
Terbuka
kerja
yang
pengangguran.
(TPT).
termasuk TPT
perbandingan antara banyaknya penganggur
peningkatan
dengan jumlah angkatan kerja. Naiknya
kondisi ini dapat memberi pengaruh yang
tingkat pengangguran terbuka menunjukkan
baik
adanya penurunan daya serap tenaga kerja
masyarakat.
kehidupan
kesempatan kerja tidak dapat mengimbangi
Lapangan Usaha
kecepatan laju pertumbuhan angkatan kerja.
ps .
(1)
(2)
2013 (3)
4,11
3,59
Perempuan/Female
3,79
://
2,81
3,97
3,24
tp
Laki-laki/Male
ht
L+P/Male/Female
Sumber: Sakernas 2012-2013 (Agustus) Source: National Labour Force Surveys 20122013(August)
Pada periode Agustus 2012 ke 2013, TPT mengalami penurunan sebesar 0,73
ekonomi
Proporsi pekerja menurut lapangan
usaha merupakan salah satu ukuran untuk
ak ar ta .b
2012
yo gy
JenisKelamin/Sex
sosial
Sehingga
go
atau menunjukkan bahwa kecepatan laju
Tabel 4.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012 - 2013 Table 4.2 Open Unemployment Rate in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012 - 2013
kerja.
.id
pada
angkatan
melihat
potensi
perekonomian
dalam
menyerap tenaga kerja. Semakin besar proporsi pekerja di sektor primer (pertanian) dianggap semakin tinggi ‘under utilities’
pekerja, karena sektor pertanian di Indonesia masih
merupakan
sektor
dengan
produktivitas terendah. Gambar 4.1: Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha, Agustus 2013 Figure 4.1 : Population 15 Years Old and Over Who Worked by Main Industry 2013
Jasa 19,93%
Industri 13,36%
Bangunan 5,54% Lainnya 7,12%
persen yaitu dari 3,97 persen menjadi 3,24 persen.
Demikian
juga
jika
dilihat
berdasarkan jenis kelamin, TPT laki-laki dan TPT perempuan mengalami penurunan. Hal Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
Perdagangan 25.87%
Pertanian 28,18%
27
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013 Table 4.3 Percentage of Population 15 Years Old and Over Who Worked During The Previous Weeks by Main Industry in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013 LapanganUsaha Utama/ Main Industry
2012
2013
(1)
(2)
(3)
sektor perdagangan, hotel, restoran pada urutan kedua dan sektor jasa pada urutan ketiga
pada
Agustus
Besarnya
2013.
persentase penyerapan tenaga kerja di ketiga sektor
tersebut
masing-masing
adalah
sebesar 28,18 persen, 25,87 persen, dan 19,93 persen
28,18
Kontribusi penyerapan tenaga kerja
PertambangandanPenggalian/Mini ng andQuarring
0,11
0,48
sektor pertanian pada Agustus 2013 sekitar
Industri/ Manufacturing Industry
15,64
13,36
0,08
0,29
0,37
5,54
30,72
25,87
1,04
3,48
tenaga kerja terbanyak. Pertanian yang ada
2,07
2,87
merupakan pertanian tradisional, sehingga
20,76
19,93
cenderung bersifat padat karya. Pekerja yang
Keuangan/Financing
yo gy
Jasa/Services Jumlah/Total
100,0
100,00
Sumber: Sakernas 2012–2013 (Agustus) Source: National Labour Force Surveys 20122013(August)
://
memperlihatkan
bahwa
terdapat tiga sektor yang cukup dominan dalam menyerap tenaga kerja di Daerah Istimewa perdagangan,
Yogyakarta, hotel,
yaitu
restoran,
sektor sektor
pertanian, dan sektor jasa. Sektor pertanian merupakan
lapangan
mengalami
go
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi Agustus 2012 yaitu sebesar 29,21 persen, tetapi sektor pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
sektor penyerap
banyak di sektor ini tidak diiringi dengan meningkatnya produksi pertanian sebanyak yang diharapkan.
tp
4.3
ini
Status Pekerjaan
ht
Tabel
Angka
ak ar ta .b
Perdagangan, rumah makan, dan hotel/Trade, Restaurant, and Hotel Transportasi&Komunikasi/ Transportation & Communication
persen.
ps .
Listrik, Gas dan Air Minum/Electricity, Gas, and Water Bangunan/Construction
28,18
.id
29,21
Pertanian/ Agriculture
pekerjaan
yang
menyerap tenaga kerja paling banyak, diikuti
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
Indikator
yang
digunakan
untuk
memberikan gambaran tentang kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun 2012 maupun 2013, penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu sebagian besar berstatus buruh/karyawan/ pegawai. Pada Agustus 2013 mencapai 39,46 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 28
dengan tahun 2012 yang mencapai 39,06
merupakan pekerja bebas atau pekerja
persen.
keluarga.
(1)
(2)
(3)
12,69
12,92
18,78
19,83
4,38
4,57
39,06
39,46
BerusahaSendiri Self Employed Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Employed Assisted by Temporary Employee/Unpaid Worker
Buruh/Karyawan/Pegawai Paid Worker
yo gy
Berusaha dibantu Buruh Tetap Employed Assisted by Employer
2,21
1,47
6,50
5,65
16,38
16,10
ht
tp
://
Pekerja Bebas di Pertanian Self Employed in Agriculture Pekerja Bebas di Non Pertanian Self Employed in Non Agriculture Pekerja Keluarga/tak Dibayar Unpaid Worker
go
2013
ps .
2012
ak ar ta .b
Status pekerjaan utama/ Employment Status
.id
Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang lalu menurut Status Pekerjaan Utama di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013 Table 4.4 Percentage of Population 15 Years Olds and Over Who Worked During The Previous Weeks by Employment Status in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013
Sumber: Sakernas 2012 –2013 (Agustus) Source: National Labour Force Surveys 20112– 2013 (August)
Persentase penduduk yang berusaha sendiri pada Agustus 2013 mencapai 12,92 persen. Sementara yang berusaha dengan dibantu orang lain, baik buruh tetap atau buruh tidak tetap/tidak dibayar sekitar 24,40 persen.
Sisanya
sekitar
23,22
persen
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
29
Bab 5
Taraf & Pola Konsumsi Consumption Level & Pattern
Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Data
pengeluaran
dapat
lebih reflektif jika dilihat dari tingkat
mengungkapkan
penghasilan rumah tangga. Namun dalam
tangga secara umum menggunakan indikator
operasionalnya
untuk
proporsi pengeluaran untuk makanan dan
mendapatkan data penghasilan rumah tangga
non makanan. Komposisi pengeluaran rumah
bukanlah hal yang mudah. Keterbukaan dan
tangga dapat dijadikan ukuran untuk menilai
kesediaan
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk.
tangga
sendiri
untuk
pendekatan
(consumption
approach)
konsumsi
untuk
tingkat penghasilan rumah tangga.
Penduduk Miskin
ak ar ta .b
digunakan
ps .
memberikan informasi yang sesungguhnya masih dirasa kurang kooperatif. Untuk itulah melihat
rumah
.id
rumah
lapangan,
konsumsi
go
di
pola
Penduduk miskin didefinisikan sebagai
penduduk yang pendapatannya (didekati dengan
pengeluaran)
lebih
kecil
dari
pendapatan yang dibutuhkan untuk hidup
untuk melihat tingkat kesejahteraan rakyat
secara layak di wilayah tempat tinggalnya.
adalah jumlah dan persentase penduduk
Kebutuhan untuk hidup layak tersebut
miskin. Berkurangnya jumlah penduduk
diterjemahkan sebagai sejumlah nilai rupiah
miskin mencerminkan pendapatan penduduk
yang diperlukan oleh setiap individu untuk
yang meningkat, sedangkan meningkatnya
dapat memenuhi kebutuhan makan setara
ht
tp
://
yo gy
Salah satu indikator yang digunakan
jumlah penduduk miskin memberi indikasi
2.100 kilo kalori per orang per hari dan
menurunnya pendapatan penduduk.
kebutuhan
Pola
konsumsi
merupakan
salah
satu
ekonomi
masyarakat
esensial
non-makanan yang
terdiri
yang
atas
paling
penduduk
juga
perumahan,
indikator
sosial
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi,
yang
sangat
dan aneka barang dan jasa lainnya.
dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan
Penduduk miskin relatif lebih banyak
setempat. Budaya setempat dan perilaku
ditemukan di wilayah pedesaan. Pada 2013
lingkungan akan membentuk pola kebiasaan
di Daerah Istimewa Yogyakarta ditemukan
tertentu pada sekelompok masyarakat.
dari 15,43 persen penduduk miskin, yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
30
bertempat tinggal di wilayah pedesaan
pemerataan pendapatan, karena pemerataan
sebesar 19,29 persen, sedangkan di wilayah
merupakan salah satu strategi dan tujuan
perkotaan hanya 13,43 persen.
pembangunan Ketimpangan
Pada 2013, sebanyak 15,43 persen penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta hidup di bawah garis kemiskinan
nasional dalam
menikmati
hasil
pembangunan di antara kelompok-kelompok penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan masalah-masalah
sosial.
Karena
data
pendapatan tidak tersedia, penghitungan distribusi pendapatan oleh BPS dilakukan data
.id
menggunakan
pengeluaran
sebagai
proxy pendapatan.
go
Tabel 5.1: Persentase Penduduk menurut Tipe Daerah dan Status Sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Table 5.1: Percentage of Population by Type of Place and Social Status in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Indonesia.
Tipe Daerah Type of Place (1)
(2)
(3)
86,57
Desa/ Rural
80,71
Kota+Desa/ Urban+Rural
84,57
13,43 19,29
yo gy
Kota/ Urban
pendapatan penduduk digunakan kriteria ketimpangan dari Bank Dunia, yaitu dengan
ak ar ta .b
Status Sosial Social Status Penduduk Penduduk Miskin Tidak Miskin Poor Not Poor
ps .
Untuk melihat tingkat ketimpangan
://
15,43
dibelanjakan oleh kelompok 40 persen penduduk yang berpendapatan paling rendah,
40 persen penduduk berpendapatan sedang dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Selain kriteria yang ditetapkan oleh Bank Dunia ada indikator lain yang juga sering digunakan yaitu Indeks Gini.
ht
tp
Sumber: Susenas 2013 (Maret) Source: 2013, National Socio Economic Survey (March)
melihat persentase pengeluaran yang mampu
Perkembangan Distribusi Pendapatan Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara tidak hanya mengejar peningkatan pendapatan secara makro, tetapi juga
harus
memperhatikan
Ketimpangan distribusi pendapatan yang berkepanjangan selain menciptakan kemiskinan, dapat pula menimbulkan masalah sosial
pemerataan
pendapatannya. Oleh pendapatan
karena idealnya
itu
peningkatan
diikuti
dengan
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
Berdasarkan kriteria Bank Dunia di Daerah Istimewa Yogyakarta, selama 201031
2013 terlihat pada kelas 40 persen penduduk berpendapatan
rendah
menunjukkan
Pada tahun 2013 tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok pengeluaran lebih tinggi dibanding tahun 2012
kecenderungan meningkat yaitu dari 15,29 persen pada tahun 2012 menjadi 16,49 persen pada tahun 2013. Keadaan ini
Indikator Gini (Gini Ratio), dengan
menggambarkan bahwa pada kelas 40 persen
nilai koefisien berkisar antara 0-1 merupakan
penduduk berpendapatan rendah mambaik
indikator yang sering digunakan untuk
dengan tingkat ketimpangan pendapatan
menentukan
sedang. Sementara pada kelompok penduduk
pendapatan.
berpendapatan
dikatakan bahwa tingkat ketimpangan antar
adanya
Semakin mendekati 0 dapat
.id
terlihat
ketimpangan
kelompok
pengeluaran
semakin
pada tahun 2012 menjadi 49,48 persen pada
sebaliknya apabila semakin mendekati angka
tahun 2013.
go
penurunan persentase yaitu dari 51,56 persen
ps .
tinggi
tingkat
1
dikatakan
tingkat
rendah,
ketimpangan
ak ar ta .b
pengeluaran tinggi/sempurna.
yo gy
Gambar 5.1: Persentase Pengeluaran Penduduk menurut Kelompok Penduduk 20112013 Figure 5.1 : Percentage Expenditure of Several Population Groups 2011-2013 60 50
10
5.2
menunjukkan
bahwa
meningkatnya porsi pengeluaran penduduk berpendapatan
rendah
diikuti
dengan
naiknya koefisien gini, yaitu dari 0,43 pada 2012,
naik
menjadi
0,44
pada
2013.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013 tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok pengeluaran lebih tinggi
tp
20
ht
30
://
40
Tabel
dibanding
tahun
2012.
Untuk
negara
berkembang, koefisien gini berkisar antara
0 40%
2011
40%
2012
20%
2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
0,35 sampai dengan 0,50 termasuk dalam kategori ketimpangan sedang.
32
Tabel 5.2 Persentase Pengeluaran menurut Kelompok Penduduk dan Angka Gini di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 5.2 Percentage Expenditure of Several Population Groups and Coefficient Gini in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Angka 40% 40% 20% Gini/ menengah Tahun/ Year terendah/ tertinggi/ Gini / Low Hight Coefficien Middle t
tingkat
konsumsi
makanannya
sudah
mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan atau ditabung. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
mengukur tingkat kesejahteraan penduduk,
2011
16,46
34,19
49,34
0,31
di mana perubahan komposisinya digunakan
2012
15,29
33,15
51,56
0,43
sebagai
2013
16.49
34.03
49.48
0,44
kesejahteraan.
Pengeluaran Rumah Tangga
.id
tingkat
go
perubahan
ps .
Gambar 5.2: Persentase Pengeluaran Perkapita sebulan Makanan dan Bukan Makanan di D.I Yogyakarta, 2011 -2013 Figure 5.2 : Percentage Expenditure per Capita by Food and Non-Food Group in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
ak ar ta .b
Sunber : Susenas 2011-2013 Source : 2011- 2013 National Socio Economic Survey
petunjuk
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan Pengeluaran
rumah
yo gy
gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. tangga
dibedakan
2013
46.95
53.05
Semakin
tp
makanan.
://
menurut kelompok makanan dan bukan tinggi
pendapatan
2012
42.44
57.56
2011
42.71
57.29
ht
seseorang maka akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu dari pngeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas
0
25 Mkn
50
75
100
Bukan Mkn
permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
33
Tabel 5.4 Table 5.4
Tahun/ Year
Makanan/ Food
(1)
(2)
Bukan Makanan/ Non Food (3)
2011
42,71
57,29
1.
2012
42,44
57,56
2013
46,95
53,05
5.3
persentase makanan
2013
(3)
Padi-padian/Cereals
5,54
5,73
5,93
2.
Umbi - umbian/Tubers
0,23
0,23
0,27
3.
Ikan/Fish
1,24
1,26
1,50
4.
Daging/Meat
1,65
1,76
2,05
5.
Telur dan Susu/Egg and milk
2,97
2,96
3,33
2,69
3,43
.id
(2)
(4)
bahwa
untuk
bukan
6.
3,12
2013
lebih
rendah
7.
Kacang-Kacangan/Legumes
1,57
1,47
1,61
keadaan
pada
2012.
8.
Buah-buahan/Fruit
2,36
2,31
2,45
9.
Minyak/Lemak/Oil and fats
1,43
1,33
1,36
pada
Sebaliknya
2011 2012
memperlihatkan
pengeluaran
dibandingkan
(1)
pada
2013
Sayur-sayuran/Vegetables
ak ar ta .b
Tabel
Komposisi/Composition
ps .
Sunber : Susenas 2011-2013 Source : 2011- 2013 National Socio Economic Survey
Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Composition of Consumption Expenditure per Capita per Month in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2013
go
Tabel 5.3 Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan di D.I Yogyakarta, 2011 - 2013 Table 5.3 Monthly Expenditure per Capita by Food and Non-Food Group in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
persentase
pengeluaran makanan mengalami kenaikan
10. Bahan minuman/Beverage flavour stuffs
1,84
1,79
1,96
menjadi 46,95 persen pada tahun 2013.
11. Bumbu-Bumbuan/Spices
0,58
0,55
0,61
0,90
0,84
0,90
16,24 16,10
17,84
3,42
3,70
42,71 42,44
46,95
ht
tp
://
yo gy
yaitu dari 42,44 persen pada tahun 2012
Persentase pengeluaran untuk makanan
12. Konsumsi Lainnya/Miscellaneous food 13. items Makanan & Minuman
Jadi/Prepared food 14. Tembakau dan sirih/ Tobacco 3,03 and betel Jumlah Makanan/Total of Food
menunjukkan angka tertinggi Sumber : Susenas , 2011-2013 Source : 2011-2013, National Socio Economic Survey
Pengeluaran
konsumsi
makanan
penduduk per kapita sebulan menurut jenis kelompok komoditi mempunyai pola yang hampir sama dari tahun 2011 ke tahun 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
34
Pengeluaran penduduk terbesar dialokasikan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman padi-padian.
Walaupun
memiliki pola yang hampir sama tetapi porsi konsumsi makanan dan minuman mengalami sedikit
fluktuasi
dari
Konsumsi padi-padian
2011
ke
2011*
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
18,94
18,68
19,22
23,45
22,20
2,88
2,70
8,87
4,88
1,95
1,77
1,73
2,27
57,56
53,05
2013.
juga mengalami
kenaikan dari 5,54 persen pada 2011 menjadi 5,73 persen pada 2012 dan mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2013 menjadi
Perumahan/ Housing
Barang dan Jasa/ Miscellaneous 25,34 Good and service Pakaian, Alas kaki & tutup 3,22 kepala/ Cloting, footwear & headger Barang Tahan lama/ Durable 6,21 Goods Pajak dan Asuransi/ Taxes and 2,11 lnsurances Keperluan Pesta dan upacara/ 1,48 Parties and ceremonies
go
5,93 persen.
Jumlah bukan makanan/ Total of Non Food
57,29
ak ar ta .b
Pada 2013 pengeluaran bukan makanan mencapai 53,05 persen dan pengeluaran tertinggi pada aneka barang dan jasa yaitu 22,20 persen
Tabel
Komposisi/Composition
.id
kemudian
ps .
jadi,
Tabel 5.5 Komposisi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 5.5 Composition of Consumption Expenditure per Capita per Month in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011- 2013
5.5
menunjukkan
jumlah
yo gy
pengeluaran kelompok bukan makanan pada
2013 mengalami penurunan yang cukup besar dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari
Sumber : Susenas , 2011-2013 Source : 2011-2013, National Socio Economic Survey *)Mulai Tahun 2011 Susenas dilaksanakan secara triwulanan
Konsumsi Energi dan Protein Tingkat
kecukupan
gizi
yang
mencakup konsumsi kalori dan protein
persen pada 2013. Persentase pengeluaran
merupakan salah satu indikator yang dapat
ht
tp
://
57,56 persen tahun 2012 menjadi 53,05 terbesar dari kelompok bukan makanan pada
digunakan
tahun 2013 masih sama seperti tahun-tahun
kesejahteraan penduduk. Jumlah konsumsi
sebelumnya yaitu kelompok aneka barang
kalori dan protein dihitung berdasarkan
dan jasa diikuti kelompok perumahan.
jumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap
untuk
mengukur
tingkat
makanan yang dikonsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan protein dalam setiap makanan
tersebut.
Angka
kecukupan
konsumsi energi dan protein untuk tingkat konsumsi Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
sehari-hari
berdasarkan 35
Widyakarya Pangan dan Gizi ke-8 tahun
perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan
2004 masing-masing sebesar 2.000 kkal dan
penduduk yang tinggal di daerah pedesaan.
52 gram protein.
Pada tahun 2013 rata-rata konsumsi protein
Rata-rata konsumsi kalori penduduk
penduduk perkotaan sebesar 64,66 gram
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun
sedangkan di pedesaan sebesar 55,79 gram.
2013 sebanyak 1.996,08 kkal atau naik
Pada tahun 2013 rata-rata konsumsi protein
sebesar 202,02 kkal dibandingkan tahun
penduduk
sebelumnya. Hal ini berarti konsumsi kalori
memenuhi standar kecukupan gizi (52 gram
per
per kapita per hari), sedangkan pada tahun
penduduk
Yogyakarta
belum
Daerah
Istimewa
memenuhi
syarat
go
Tabel 5.6 Konsumsi Energi dan Protein per Kapita per Hari Menurut Daerah Tempat Tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta, 20112013 Table 5.6 Energy and Protein Consumption per Capita per Day by Type of Area in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011- 2013
ak ar ta .b
Rata-rata konsumsi protein per kapita penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta per
harinya mengalami fluktuasi selama tiga tahun terakhir, yaitu 53,81 gram pada tahun
yo gy
2011, turun menjadi 52,08 gram pada tahun
2012 dan naik menjadi 61,65 gram pada tahun 2013. Untuk konsumsi protein, jumlah
sudah
ps .
masih kurang sebanyak 3,92 kkal.
pedesaan
sebelumnya belum mencukupi standar gizi.
kecukupan gizi berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi ke-8, untuk tahun 2013
daerah
.id
hari
di
Tahun/Year
(1)
Kota/
Desa/
Urban
Rural
(2)
(3)
Kota+Desa Urban/Rur al (4)
Energi (kkal) 1 .802,31
1 891,16
1 832,26
yang dikonsumsi penduduk pada tahun 2011
2012
1 793,33
1 795,50
1 794,06
sampai dengan 2013 sudah berada di atas
2013
1 999,32
1 989,77
1 996,08
ht
tp
://
2011
batas kecukupan gizi. Apabila
dibandingkan
menurut
daerah tempat tinggal, terlihat bahwa ratarata konsumsi kalori penduduk perkotaan pada
tahun
dibandingkan
2013
sedikit
penduduk
lebih
tinggi
pedesaan
yaitu
Protein (gram) 2011
54,80
51,87
53,81
2012
53,70
48,92
52,08
2013
64,66
55,79
61,65
Sumber : Susenas , 2011-2013 (Maret) Source : 2011-2013, National Socio Economic Survey (Maret)
1.999,32 kkal untuk perkotaan dan 1.989,77 kkal untuk pedesaan. Rata-rata konsumsi protein penduduk Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
36
Perkiraan Produksi Pertanian
Sementara
Pertanian merupakan mata pencaharian
produksi
jagung
mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya
utama sebagian besar penduduk Daerah
yaitu
dari
Istimewa Yogyakarta. Usaha pertanian yang
2.895.800 kuintal atau turun sekitar 13,97
dilakukan antara lain pertanian tanaman
persen. Di
pangan, seperti padi dan jagung yang
3.366.080
Daerah
kuintal
Istimewa
menjadi
Yogyakarta,
merupakan kebutuhan pokok penduduk.
penyediaan per kapita beras tahun 2013
Tabel 5.7 menunjukkan produksi beras dan
mengalami sedikit penurunan dibanding
jagung pada tahun 2011-2013.
tahun sebelumnya dari 1,70 menjadi 1,67
Uraian/ Explanation
2011
2012
(1)
(2)
(3)
5 288 568
Jagung/Maize
2 915 960
Penduduk/ Population* Per kapita/ Percapita
.id
go
ps .
kuintal perkapita menjadi 0,81 kuintal per kapita.
(4)
5 980 135
5 991 856
3 366 080
2 895 800
3 514 762
3 594 854
1,52
tp
1,70
1,67
ht
://
3 487 327
jagung juga mengalami penurunan dari 0,96
2013
yo gy
Beras/Rice
kuintal beras per kapita. Untuk komoditas
ak ar ta .b
Tabel 5.7 Produksi Beras dan Jagung per Kapita per Tahun (Kuintal) di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013 Table 5.7 Annually Product of Rice and Maize per Capita (Quintal) in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013
0,84
0,96
0,81
Beras/Rice Jagung/Maize
Sumber : BPS, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka 2013 Source : BPS, Daerah Istimewa Yogyakarta Province in figure 2013 Ket,/ Note: *) Estimasi BPS / BPS Estimation
Produksi
beras
pada
tahun
2013
mengalami kenaikan sebesar 0.196 persen dibandingkan 2012, yaitu dari 5.980.135 kuintal
menjadi
5.991.856
kuintal.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
37
Bab 6
Perumahan & Permukiman Housing & Settlemen perlindungan dari gangguan, dan fungsi
merupakan kebutuhan dasar manusia, juga
lainnya bagi penghuninya. Rumah selain
mempunyai fungsi yang sangat strategis
sebagai bangunan yang berfungsi sebagai
dalam perannya sebagai pusat pendidikan
tempat tinggal atau hunian, rumah juga
keluarga dan peningkatan kualitas generasi
sebagai sarana pembinaan keluarga. Dalam
yang
fungsinya sebagai tempat tinggal rumah
datang.
Terwujudnya
sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak
status sosial dari pemiliknya. Sebagai sarana
dan
rakyat
bermartabat,
pemenuhan
ditandai
antara
kebutuhan
lain
melalui
rumah
dan
pembinaan
keluarga,
rumah
diharapkan
mampu menghasilkan hasil yang maksimal
ak ar ta .b
kesejahteraan
go
dengan
ps .
akan
.id
Perumahan dan permukiman selain
lingkungan yang sehat dan nyaman. Oleh
yaitu
karena itu, pembangunan perumahan dan
sumber daya manusia.
tercapainya
peningkatan
kualitas
Menurut Krieger and Higgins (2002),
utama dalam meningkatkan sumber daya
selain merupakan kebutuhan dasar manusia,
manusia.
rumah juga merupakan determinan kesehatan
://
yo gy
permukiman menjadi salah satu prioritas
ht
tp
Rumah selain sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, rumah juga sebagai sarana pembinaan keluarga.
masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat, nyaman dan asri adalah rumah yang mampu menunjang
Perumahan dalam konteks yang lebih
kondisi kesehatan tiap penghuninya. Hal ini
luas disebut permukiman, yaitu tempat
tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan
tinggal anggota masyarakat dan individu-
sarana terkait, seperti tersedianya fasilitas
individu yang biasanya hidup dalam ikatan
penerangan, sumber air minum, tersedianya
perkawinan atau keluarga beserta berbagai
jamban, dan lantai yang memenuhi standar
fasilitas pendukungnya. Perumahan menjadi
kesehatan.
tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi, Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
38
Tidak
dapat
dipungkiri
bahwa
8,76 persen dibandingkan tahun 2012. Selain
kelengkapan fasilitas pokok/standar tempat
itu banyaknya listrik yang dijual mencapai
tinggal
penentu
2.205.797.164 kwh, mengalami kenaikan
kenyamanan dan kesehatan suatu tempat
7,93 persen dibanding listrik yang dijual
tinggal.
pada tahun 2012.
merupakan
faktor
Keberadaan
fasilitas-fasilitas
tersebut akan menentukan kualitas tempat penerangan, sumber air minum, tersedianya jamban, dan lantai bukan tanah sebagai jenis lantai
utama
yang
memenuhi
standar
Tabel 6.1 Banyaknya Pelanggan Listrik, Listrik yang Diproduksi dan Terjual di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 6.1 Number Consumer Electricity, Electricity Generated and Sold in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 – 2013
.id
tinggal. Antara lain tersedianya fasilitas
rumah
tangga
ak ar ta .b
Laju pertumbuhan pengguna listrik
ps .
Tahun/ Year
Sumber Penerangan untuk
Pengguna Listrik yang Listrik yang Listrik untuk diproduksi/ dijual/ RT Electricity Electricity by Consumer Producted Sales Electricity (KWH) (KWH) (Pelanggan)
go
kesehatan.
menunjukkan
peningkatan setiap tahun. Tahun 2013, jumlah pengguna listrik untuk rumah tangga
(1)
(2)
2011
788 976
2 018 312 691 1 869 768 571
2012
825 014
2 199 138 432 2 043 752 015
2013
864 833
2 391 821 388 2 205 797 164
(3)
(4)
yo gy
tumbuh 4,83 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Sementara laju pertumbuhan pengguna listrik tahun 2011
baru tercatat
://
sebesar 3,74 persen. Bagi pelanggan rumah
ht
tp
tangga, listrik PLN umumnya digunakan untuk penerangan. Seiring kebutuhan
dengan akan
meningkatnya
penggunaan
listrik,
pemerintah melalui PLN terus meningkatkan produksinya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin
bertambahnya
listrik
yang
diproduksi dan terjual dari tahun ke tahun. Pada 2013 banyaknya listrik yang diproduksi mencapai 2.391.821.388 kwh atau meningkat Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
Sumber : PLN Wil. XIII, Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta Source : Government Electricity Company for Area XIII Distribution of Yogyakarta Subdivision
Tabel
6.1
menunjukkan
bahwa
banyaknya listrik yang terjual selama 3 tahun selalu memperlihatkan peningkatan. Selain data bersumber dari PLN, penggunaan listrik oleh rumah tangga juga diperoleh dari Susenas.
Listrik
merupakan
sumber
penerangan yang lebih baik dibandingkan dengan sumber penerangan lainnya. Ini
39
disebabkan karena listrik lebih praktis dan
Sumber Air Minum
modern, serta tidak menimbulkan polusi.
Indikator tingkat kesejahteraan suatu
Rumah tangga yang menggunakan listrik
daerah dapat dilihat dari kondisi kesehatan
dianggap mempunyai tingkat kesejahteraan
rumah tangga. Ketersediaan air bersih dan air
yang lebih baik.
minum suatu perumahan merupakan aspek
Berdasarkan data Susenas, persentase rumah tangga pengguna listrik dalam tiga
cukup penting untuk menunjang kondisi kesehatan bagi penghuninya.
tahun terakhir menunjukkan tren yang
Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum bersih pada 2013 tercatat sebesar 90,79 persen.
fluktuatif. Tahun 2011, tercatat 99,55 persen
.id
rumah tangga menggunakan listrik sebagai
go
sumber penerangan, turun menjadi 99,40 persen pada tahun 2012 dan meningkat
minum yang bersumber dari air kemasan bermerek, air isi ulang, air leding, sumur
ak ar ta .b
2013.
ps .
kembali menjadi 99,65 persen pada tahun
Air minum bersih merupakan air
bor/pompa, sumur terlindung dan mata air
yo gy
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 6.2 Percentage of Household by Source of Lighting in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 -2013 Sumber Penerangan/Source of Lighting
tp
://
Listrik Petromak, Pelita, Lainnya/ PLN/ Aladin/ Sentir/ State Pumped Others Oil Lamp Electricity Lamp
(1)
(2)
2011
ht
Tahun/ Year
Jumlah/ Total
terlindung. Selama tiga tahun terakhir, penggunaan
sumber
air
minum
bersih
terbanyak oleh rumah rumah tangga di
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dari sumur
atau
mata
air
terlindung
dan
menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Tahun 2013, persentase rumah
tangga
(6)
menggunakan sumur atau mata air terlindung
0,04
100,00
mencapai 56,89 persen sementara pada tahun
0,45
0,15
100,00
0,17
0,16
100,00
(3)
(4)
99,55
0,04
0,37
2012
99,40
0,00
2013
99,65
0,02
(5)
sebelumnya tercatat sebesar 56,49 persen.
Sumber : Susenas 2011-2013 Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
40
rumah
Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 6.3 Percentage of Household by Source of Drinking Waterin Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 -2013
persen.
rumah
tinggal
Angka
ini
mengalami
sedikit
kenaikan dibanding 2012 yang mencapai 6,12 persen.
Sumur/Mata Sumur/ Air Tidak Mata Air Air Tahun/ Terlindung/ Lainnya Ledeng Pompa/ Terlindung/ Year Kemasan/ / / Unprotected Packagin Pump Protected Pipe Others well/Unprog Water well/Protectected ted spring spring (4)
(7)
2011
16,15
9,00
7,60
56,37
7,40
3,48
2012
18,79
7,85
6,24
56,49
7,35
3,28
2013
18,30
8,89
6,71
56,89
5,95
3,26
.id
(3)
go
(2)
100 90
ps .
(1)
Gambar 6.1: Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas , 2013 Figure 6.1 : Percentage of Household by primary construction material of the floor of living quarter 2013
100.00 80 70
ak ar ta .b
(6)
dengan
berlantaikan tanah pada 2013 mencapai 6,32
Sumber air minum/Source of Drinking Water
(5)
tangga
60
Sumber : Susenas 2011-2013 Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey
50 40 30
Di sisi lain, persentase rumah tangga
20
yang menggunakan sumber air minum bersih
yo gy
10
sedikit mengalami peningkatan yaitu dari
0 2011 Tanah
89,37 persen pada tahun 2012 menjadi 90,79
2012
2013 Bukan Tanah
ht
tp
://
persen pada tahun 2013. Jenis Lantai
Aspek kedua yang mengindikasikan
Selama tiga tahun terakhir, lebih dari 90 persen rumah tangga bertempat tinggal dengan jenis lantai terluas bukan tanah. Ini
kondisi kesehatan rumah tangga meningkat
mengindikasikan
adalah peningkatan jumlah rumah tangga
masyarakat
dengan jenis lantai terluas tempat tinggal
masyarakat tentang hidup sehat, sehingga
bukan tanah. Tahun 2013, sebesar 93,68
mereka
persen rumah tangga di Daerah Istimewa
dengan lantai bukan tanah.
telah
bahwa
sebagian
memiliki
membangun
rumah
besar
pengetahuan tinggalnya
Yogyakarta dengan jenis lantai terluas tempat tinggal bukan tanah. Di sisi lain Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
41
(2)
(3)
2011
6,20
93,80
2012
6,12
93,88
2013
6,32
93,68
Tempat Pembuangan Air Besar
dianggap sebagai tempat pembuangan air besar yang paling sehat, karena di bawahnya terdapat saluran berbentuk huruf “U” untuk menampung air sehingga bau tinja tidak bisa keluar. Tabel 6.5 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kloset di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 6.5 Percentage of Households by Closet Facility in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
ak ar ta .b
Sumber : Susenas 2011- 2013 Source : 2011- 2013 National Socio Economic Survey
sehat semakin meningkat. Jenis leher angsa
.id
(1)
bahwa kesadaran masyarakat akan hidup
go
Tahun/ Year
Jenis Lantai/ Type of floor Tanah/ Bukan Tanah/ Earth Non Earth
air besar jenis leher angsa, mengindikasikan
ps .
Tabel 6.4 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Terluas dari Tempat Tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Table 6.4 Percentage of Household by primary construction material of the floor of living quarter in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013
Tahun/ Year
Seperti tahun sebelumnya persentase
Jenis Kloset Closet Facility Leher Plengsengan Tidak Angsa Cemplung/Cub ada Swan luk None Trine Pit Privy
(1)
(2)
(3)
buang air besar jenis kloset leher angsa tahun
2011
89,44
10,38
0,18 100,00
2012
90,69
9,23
0,08 100,00
2013
92,62
7,38
0,00
yo gy
rumah tangga yang menggunakan fasilitas 2013 menduduki peringkat pertama. Tabel
://
6.5 memperlihatkan bahwa 92,62 persen
tp
rumah tangga telah menggunakan tempat
ht
pembuangan air besar jenis leher angsa. Sementara rumah tangga yang mengunakan
(4)
Jumlah/ Total (5)
100,00
Sumber : Susenas 2011-2013 Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey
plengsengan dan cemplung pada tahun 2011 hingga tahun 2013 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, dari 10,38 persen pada tahun 2011 menjadi 7,38 pada tahun 2013.
Banyaknya rumah tangga yang mempunyai jarak sumber air minum ke tempat penampungan kotoran lebih dari 10 m, pada 2013 mengalami penurunan, yaitu menjadi 74,74 persen.
Semakin banyak rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat pembuangan Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
42
Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Kotoran kotoran
penampungan
yang
terlalu dekat dengan sumber air minum dapat menyebabkan sumber
perembesan
air
minum
ke dalam
sehingga
akan
mempengaruhi kualitas air untuk keperluan
Tahun/ Year
rumah tangga. Pada 2013 persentase rumah tangga yang mempunyai sumber air minum dengan
< 10
≥ 10
(1)
(2)
(3)
(4)
2011
17,43
78,78
3,79
19,39
74,81
5,80
18,57
74,74
6,69
2012
kurang dari atau sama dengan 10 m tercatat
2013
Mengalami
ps .
persen.
Sumber : Susenas 2011-2013 Source : 2011-2013 National Socio Economic Survey
ak ar ta .b
18,57
go
jarak ke tempat penampungan kotoran sebanyak
penurunan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 19,39 persen. Sedangkan yang mempunyai jarak lebih dari 10 m sedikit
Jarak ke penampungan kotoran/ Distance to Septic Tank or Other Toilet Discharge (m)
.id
Jarak
Tabel 6.6 Persentase Rumah Tangga menurut Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Kotoran di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013 Table 6.6 Percentage of Household by Distance Between Source of Drinking Water to Septic Tank or other Toilet Discharge in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013
Hal yang tidak kalah penting untuk
mengalami penurunan yaitu 74,81 persen
diperhatikan
pada tahun 2012 menjadi 74,74 persen pada tahun 2013. Hal tersebut kemungkinan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Harus diikuti
disebabkan
semakin
terbatasnya
yo gy
dengan perencanaan lingkungan yang teratur,
lahan
untuk
perumahan,
sehat, dan memadai, mengingat lahan yang
tp
ketersediaan
pembangunan
perumahan yang semakin meningkat di
://
karena
adalah
ht
sehingga jarak penampungan dengan sumber
tersedia semakin terbatas.
air minum semakin kecil. Untuk jarak penampungan kotoran pada tahun 2013, rumah tangga yang
Status Kepemilikan Rumah Tinggal Selain
fasilitas
perumahan,
untuk
menjawab tidak tahu atau TT adalah sebesar
melihat tingkat kesejahteraan masyarakat
6,69
peningkatan
dan juga peningkatan taraf hidup adalah
dibandingkan tahun 2012 yang tercatat
status kepemilikan rumah tinggal. Kondisi
sebesar 5,80 persen.
ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh
persen,
mengalami
terhadap kepemilikan rumah tinggal. Status
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
43
kepemilikan rumah tinggal yang dicakup
Rumah tangga yang menempati rumah
adalah rumah milik sendiri, kontrak, bebas
bukan milik sendiri terdiri atas 7,61 persen
sewa, rumah dinas, rumah milik orang
kontrak, sewa 6,60 persen, bebas sewa 1,30
tua/saudara atau status kepemilikan lainnya.
persen, rumah dinas 0,25 persen, milik orang
Rumah tangga yang menempati rumah milik
tua/saudara 7,60 persen dan lainnya 0,19
sendiri dikatakan telah mampu memenuhi
persen.
kebutuhan akan tempat tinggal yang terjamin
0.19
1.30
Status Kepemilikan Rumah Tinggal/ Tenure of Housing Unit
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
76,51 7,36 6,62
76,62 7,07 6,94
Bebas Sewa /Rent free
1,87
1,12
76,45 7,61 6,60 1,30
Rumah Dinas/ Official Milik Orang Tua, Saudara / Parent property Lainnya / Other
0,40
0,19
0,25
7,14
7,88
7,60
0,10
0,18
0,19
ps .
0.25 7.60
Table 6.7
ak ar ta .b
6.60 7.61
yo gy
76.45
Milik Sendiri
Kontrak
Sewa
Bebas sewa
Rumah Dinas
Milik Org Tua
://
Lainnya
tp
Susenas 2013 memperlihatkan bahwa tangga
di
ht
rumah
Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2013 Percentage of Households by Housing Ownership Status in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
.id
Gambar 6.2: Persentase Status Kepemilikan Bangunan tempat Tinggal , 2013 Figure 6.2 : Percentage of Households by Housing Ownership Status 2013
Tabel 6.7
go
dan permanen dalam jangka panjang.
Daerah
Istimewa
Milik Sendiri / Own Kontrak / Lease Sewa / Rent
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
Yogyakarta yang menempati rumah milik sendiri sebesar 76,45 persen, sedangkan sisanya (23,55 persen) menempati rumah bukan milik sendiri.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
44
Bab 7 lainnya
dapat
Selain itu kesejahteraan masyarakat
kesejahteraan
juga dapat dilihat dari kegiatan non ekonomi
masyarakat antara lain: pariwisata, akses
yang menyangkut kebutuhan spiritual seperti
perjalanan, akses terhadap media informasi
keagamaan. Waktu yang dimiliki tidak
dan komunikasi, tingkat keamanan, dan akses
semata-mata untuk kegiatan mencari nafkah,
terhadap kehidupan spiritual.
tetapi juga harus bisa meluangkan waktu
mengindikasikan
yang
tingkat
Wisata yang merupakan kebutuhan masyarakat
dapat
tingkat
kesejahteraan.
Pada
untuk kegiatan keagamaan. Khususnya pada
menunjukkan
masyarakat muslim, tingkat kesejahteraan
umumnya,
bisa dilihat dari peningkatan jumlah jemaah
ta .b p
tersier
.id
sosial
Other Social Concerns
s. go
Aspek
Sosial Lainnya
semakin sejahtera seseorang, semakin tinggi
haji dari waktu ke waktu.
masyarakat
kesejahteraan
dapat
dilihat
sosial
ak
Tingkat
dari
tp :// yo gy
primer.
ar
peluang untuk memenuhi kebutuhan non tingkat
Tingkat kesejahteraan sosial masyarakat dapat dilihat dari tingkat kegiatan sosial dan budaya
kunjungan wisatawan. Makin tinggi tingkat kunjungan wisatawan dapat memberi dampak penambahan
belanja
wisatawan.
dari
masyarakat
kunjungan
Pariwisata Pariwisata sebagai sektor andalan di
para
ht
melalui
kesejahteraan
Kepemilikan dan akses terhadap media
Daerah Istimewa Yogyakarta, senantiasa diusahakan
untuk
dikembangkan
serta
informasi merupakan basis perkembangan
ditingkatkan eksistensinya. Beberapa hal
pengetahuan seseorang yang dapat mengubah
yang
pandangan dan cara hidupnya ke arah yang
kepariwisataan adalah, indeks wisatawan
lebih baik. Dengan demikian, kepemilikan
yang menginap di fasilitas penginapan seperti
dan akses terhadap media informasi juga
hotel maupun losmen. Selama 2013 jumlah
menunjukkan
wisatawan manca negara yang menginap di
tingkat
kesejahteraan
seseorang.
menunjukkan
perkembangan
losmen dan hotel mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan 2012.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
45
Tabel 7.1 Indeks Wisatawan yang Menginap di Losmen dan Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (2004 = 100), 2011-2013 Table 7.1 Index of Tourist who Spent The Night in Hotel in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
Gambar 7.1: Jumlah Wisatawan yang Menginap di Losmen dan Hotel, 2011-2013 Figure 7.1 : Number of Tourist who Spent The Night in Hotel 2011-2013
4,000,000
Wisnus+ Wisman/ Wisnus/ Wisman/ Tahun Indeks/ Indeks/ Indeks/ Foreign Domestic Dom.+ Year Index Index Index Tourist Tourist For. Tourist
3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,000,000 500,000
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2011
148 756
175
3 057 578
148
3 206 334
149
2012
148 496
2011 wisman
2012
2013
wisnus 2013
3 397 835
164
3 546 331
165
207 278
244
3 603 366
175
3 810 644
178
ta .b p
Secara umum, banyaknya wisatawan
174
s. go
0
.id
1,500,000
baik domestik maupun mancanegara yang
ar
menginap di losmen dan hotel selama 2013
ak
mengalami peningkatan sebesar 7,45 persen dengan besaran indeks 178 (2004=100). Ini
tp :// yo gy
berarti jumlah wisatawan yang menginap di losmen dan hotel pada tahun 2013 meningkat hampir 0,78 kali dibandingkan pada kondisi 2004.
ht
Bila dilihat menurut asalnya, jumlah wisatawan mancanegara yang menginap di losmen dan hotel pada tahun 2013 terhadap 2004 mengalami peningkatan yang jauh lebih tinggi di bandingkan dengan wisatawan nusantara.
Indeks wisatawan mancanegara
pada tahun 2013 tercatat 244, sedangkan wisatawan nusantara sebesar 175.
Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 Source: 2013, BPS-Statistics of Daerah Istimewa Yogyakarta Province
Perjalanan Konsep perjalanan yang digunakan BPS dalam Susenas adalah perjalanan yang dilakukan penduduk dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 bulan dan
bukan
upah/gaji
untuk
tujuan
memperoleh
di tempat yang dikunjungi atau
sekolah, serta bersifat perjalanan bukan rutin. Tabel 7.2 memperlihatkan selama periode 2011-2013,
persentase
penduduk
yang
melakukan perjalanan mengalami penurunan memperlihatkan tren yang menurun. Pada tahun 2011 tercatat 19,90 persen penduduk yang melakukan perjalanan, turun menjadi
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
46
19,87 persen pada tahun 2012 dan 19,58
pada tahun 2013 sudah mencapai 27,13
persen pada tahun 2013. Apabila dilihat
persen. Ternyata laptop/note book lebih
menurut jenis kelamin, tidak ada perbedaan
banyak disukai daripada PC.
yang
mencolok
antara
laki-laki
dan
perempuan dalam hal melakukan perjalanan.
Penggunaan telepon seluler sebagai sarana atau alat komunikasi pada saat ini lebih
Table 7.2
Persentase Penduduk yang Melakukan Perjalanan Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2013 Percentage of Population Who Made Recreational Trips by Sex in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 LakiPerempu Laki + an Perempu an
di
kalangan
masyarakat
dibandingkan telepon biasa, meskipun harga telepon seluler maupun pulsanya lebih mahal. Telepon seluler banyak diminati karena lebih praktis sehingga memudahkan penggunan
.id
Tabel 7.2
populer
berkomunikasi di mana pun berada dengan
(1)
(2)
(3)
(4)
2011
20,38
19,44
19,90
rendahnya persentase rumah tangga yang
2012
20,44
19,32
19,87
menguasai telepon biasa dibandingkan yang
19,14
19,58
tp :// yo gy
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
Akses pada Teknologi Komunikasi dan Informasi era
ht
Dalam
globalisasi,
ditunjang oleh jangkauan jaringan yang semakin meluas. Hal ini ditunjukkan oleh
ta .b p
ar
20,03
ak
2013
s. go
Tahun/Year
LakiLaki
berbagai
informasi yang ada di seluruh dunia dapat diakses melalui berbagai media termasuk media elektronik. Tabel 7.3 menunjukkan bahwa rumah tangga yang menguasai PC (komputer) semakin menurun selama 3 tahun terakhir, tetapi rumah tangga yang menguasai
menguasai
telepon
seluler.
Ada
kecenderungan terjadi penurunan penggunaan telepon biasa selama tahun 2011-2013. Sebaliknya
penggunaan
telepon
seluler
terlihat meningkat dalam kurun waktu yang sama. Tabel 7.3 juga memperlihatkan bahwa selama tahun 2011-2013 rumah tangga yang menguasai
telepon
biasa
mengalami
penurunan dari 10,17 persen menjadi 8,41 persen,
sedangkan
rumah
tangga
yang
menguasai telepon seluler meningkat dari 85,09 persen menjadi 88,95 persen.
laptop/note book semakin meningkat. Pada tahun 2011 rumah tangga yang menguasai laptop/note book baru mencapai 18,92 persen, Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
47
Tabel 7.3
Table 7.3
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Akses teknologi Komunikasi dan Informasi Menurut Jenis Alat Komunikasi dan Informasi di Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2013 Percentage of Household with Access to Communication and Information Technologies by Types of Communication Information Tools in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
Gambar 7.2: Persentase Penduduk yang pernah Menjadi Korban Kejahatan Figure 7.2 : Percentage of Population Who Ever Became the Victim of Criminal Acts 1.91 1.49 0.96
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
Telepon/Telephone 10,17 Telepon Seluler/Mobile 85,09 Cellular PC/Desktop/Computer 13,95
9,06
8,41
85,81
88,95
12,78
12,73
Laptop/Note Book
22,87
27,13
18,92
ak
ar
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
Tindak Kejahatan
2011
0.83
2012 2013 Laki-Laki Perempuan
.id
2012
s. go
2011
0.86
Dilihat
menurut
jenis
kelamin,
penduduk laki-laki lebih banyak menjadi
ta .b p
Alat Komunikasi/Communic ations and Information Tools
1.49
tp :// yo gy
Indikator lain yang digunakan untuk
korban kejahatan dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2013, penduduk lakilaki yang menjadi korban kejahatan sebanyak 1,49 persen, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 0,83 persen.
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat adalah tingkat keamanan di suatu wilayah.
Tabel 7.4
Tabel 7.4 memperlihatkan bahwa penduduk Table 7.4
ht
yang pernah menjadi korban kejahatan selama kurun waktu tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada tahun 2011
Persentase Penduduk yang Pernah Menjadi Korban Kejahatan Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2013 Percentage of Population Who Ever Became the Victim of Criminal Acts by Sex in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013
Tahun Year
Laki-Laki Male
(1)
(2)
persen pada tahun 2012 dan turun lagi
2011
menjadi 1,16 persen pada tahun 2013.
penduduk yang menjadi korban kejahatan sebanyak 1,42 persen turun menjadi 1,17
Perempuan Laki-Laki + Female Perempuan (3)
(4)
1,91
0,96
1,42
2012
1,49
0,86
1,17
2013
1,49
0,83
1,16
Sumber : BPS, Susenas 2011-2013 Source : BPS, 2011-2013 National Socio Economic Survey
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
48
Jemaah Haji Pembangunan
kehidupan
beragama
bertujuan untuk meningkatkan kualitas umat beragama
sehingga
tercipta
suasana
kehidupan beragama yang penuh keimanan, ketaqwaan, dan kerukunan. Salah satu upaya yang
dilakukan
antara
lain
melalui
Jumlah jemaah haji di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 turun sebesar 19,92 persen dibandingkan tahun 2012 Tabel 7.5 Banyaknya Pemeluk Agama Islam, Jemaah Haji, dan Rasio Jemaah Haji per 100.000 Penduduk Pemeluk Agama Islam di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011 - 2013 Table 7.5 Number of Moslem, Haji Pilgrim, and Ratio of Haji Pilgrim per 100,000 Moslem in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011- 2013
peningkatan pelayanan jemaah haji. jemaah
selama tiga tahun terakhir ini menunjukkan penurunan setiap tahun. Jamaah haji pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.270 orang, 3.093 orang. Sementara itu pemotongan jemaah
haji
pada
tahun
Tahun/ Year
2013
ar
menyebabkan jumlah jamaah haji asal D.I.
ak
Yogyakarta hanya mencapai 2.477 orang.
tp :// yo gy
Meskipun mengalami penurunan yang cukup signifikan selama tiga tahun terakhir ini namun dilihat dari tingkat kesejahteraan
Pemeluk agama Islam/ Moslem
(1)
(2)
2011
3 242 727
2012 2013
ta .b p
sedangkan pada tahun 2012 merurun menjadi kuota
Banyaknya/Total
haji
.id
jumlah
s. go
Perkembangan
Rasio per 100.000 Jemaah haji/ pemeluk Haji Pilgrim agama Laki- Perempu Islam/ Laki/ an/ Ratio Male Female (3)
(4)
(5)
1 613
1 657
100,84
3 349 561
1 465
1 628
92,34
3 355 990
1 188
1 289
73,81
Sumber : Kanwil Kemenag. Daerah Istimewa Yogyakarta Source : Regional Office of Religious Affairs Department of Daerah Istimewa Yogyakarta
masyarakat khususnya pemeluk agama Islam
Tabel 7.5 menunjukkan bahwa rasio
yang meningkat disertai dengan peningkatan
jemaah haji per 100.000 penduduk pemeluk agama Islam pada 2013 sebesar 73,81. Ini
lebih baik dalam pelaksanaan ibadah haji,
berarti bahwa dari setiap 100 ribu penduduk
serta peningkatan kesadaran menjalankan
muslim sekitar 74 penduduk menunaikan
Rukun Islam ke-5 diharapkan jumlah Jemaah
ibadah haji pada 2013. Jumlah jemaah haji
Haji akan meningkat kembali di tahun
perempuan
berikutnya. Jadwal tunggu keberangkatan
jumlah jemaah haji laki-laki. Jemaah haji
yang sekarang ini sudah mencapai 10 tahun,
laki-laki sebanyak 1.188 orang sedangkan
bukan menjadi penghambat minat masyarakat
jemaah haji perempuan mencapai 1.289
untuk menunaikan ibadah haji.
orang.
ht
bimbingan dan pelayanan pemerintah yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
lebih
banyak
dibandingkan
49
Lampiran 1.1 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 1980-2010 Annual Growth Rate by Regency/City in Daerah Istimewa Yogyakarta, 1980-2010
Tahun/Year
Kabupaten/Kota Regency/City
1980-1990
1990-2000
2000-2010
(1)
(3)
(4)
(4)
0,22
0,04
0,48
Bantul
0,94
1,19
1,57
Gunungkidul
0,13
0,30
0,07
Sleman
1,43
1,50
1,90
Yogyakarta
0,34
0,39
0,21
Daerah Istimewa Yogyakarta
0,58
0,72
1,04
ta .b p
Sumber: Sensus Penduduk 1980, 1990, 2000, 2010 Source : 1980, 1990, 2000, 2010 Population Census
s. go
.id
Kulonprogo
ar
Lampiran 1.2
tp :// yo gy
ak
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Status Perkawinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Population 10 Years Old and Over by Regency/City and Marital Status in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Kabupaten/Kota Regency/City
Status perkawinan/Marital Status Kawin/ Married
Cerai hidup/ Divorced
Cerai mati/ Widowed
Jumlah/ Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kulonprogo
27,04
62,82
1,91
8,23
100,00
Bantul
31,30
59,68
1,35
7,67
100,00
Gunungkidul
22,68
67,54
1,82
7,96
100,00
Sleman
35,84
57,34
1,16
5,66
100,00
Yogyakarta
42,00
48,50
1,43
8,07
100,00
Daerah Istimewa Yogyakarta
27,04
62,82
1,91
8,23
100,00
ht
Belum kawin/ Single
(1)
Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
50
Lampiran 1.3 Persentase Wanita Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Umur Perkawinan Pertama di Daerah IstimewaYogyakarta, 2013 Percentage of Population Ever Marriage by Regency/City and Age at First Marriage in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Umur perkawinan pertama/Age of First Marriage Kabupaten/Kota Regency/City
19 - 24
25 +
Jumlah/ Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
17,75
55,04
21,45
100,00
Bantul
5,76 4,75
13,86
57,55
23,85
100,00
Gunungkidul
14,31
30,04
46,71
8,95
100,00
Sleman
5,33
14,34
51,65
28,67
100,00
Yogyakarta
5,64
15,33
47,16
31,87
100,00
Daerah Istimewa Yogyakarta
7,27
18,23
52,04
22,46
100,00
s. go
Kulonprogo
ta .b p
(1)
.id
17 – 18
16
Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey
ak
ar
Lampiran 2.1
tp :// yo gy
Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Pertama Waktu Lahir di Daerah IstimewaYogyakarta, 2013 Percentage of Children Under Fives by Regency/City and First of Birth Attendant in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Penolong pertama waktu lahir/First of Birth Attendant
Dokter/ Doctor
Bidan/ Midwife
Tenaga medis lain/ Other Medical Personnel
Dukun/ Traditional Birth Attendant
Lainnya/ Others
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kulonprogo
35,20
62,46
1,45
0,26
0,63
Bantul
5,.19
48,51
0,30
0,00
0,00
Gunungkidul
19,68
79,43
0,00
0,88
0,00
Sleman
43,73
54,98
0,84
0,46
0,00
Yogyakarta
62,47
37,53
0,00
0,00
0,00
Daerah Istimewa Yogyakarta
42,59
56,51
0,50
0,33
0,07
ht
Kabupaten/Kota Regency/City (1)
Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
51
Lampiran 2.2 Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Terakhir Waktu Lahir di Daerah IstimewaYogyakarta, 2013 Percentage of Children Under Fives by Regency/City and Last of Birth Attendant in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Penolong terakhir waktu lahir/Last of Birth Attendant
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta
Bidan/ Midwife
Tenaga medis lain/Other Medical Personnel
Dukun/ Traditional Birth Attendant
Lainnya/ Others
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
40,53 53,10
57,39 46,56
1,45 0,34
0,00 0,00
0,63 0,00
20,98
78,14
0,00
0,88
0,00
46,32
53,68
0,00
0,00
0,00
63,56
36,44
0,00
0,00
0,00
0,26
0,16
0,07
Lampiran 2.3
ak
ar
ta .b p
44,89 54,62 Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey
.id
(1)
Dokter/ Doctor
s. go
Kabupaten/Kota Regency/City
tp :// yo gy
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan Tempat Berobat di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 Percentage of Population Treate d Outpatient by Regency/Cityand Place of Medical in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
ht
Kabupaten/Kota Regency/City (1)
Praktek Praktek Rumah Puskesmas Petugas Dokter Tradisional Lainnya Sakit Health Kesehatan Medical Traditional Others Hospital center Paramedical doctor Treatment (2)
(3)
(4)
(6)
(7)
(8)
Kulonprogo
19,17
31,09
32,64
21,00
1,86
1,58
Bantul
18,88
28.,6
25,31
30,28
0,69
1,34
Gunungkidul
8,29
42,35
38,42
16,52
2,17
0,89
Sleman
27,75
38,83
24,96
17,94
8,77
4,19
Yogyakarta
21,83
35,52
49,03
1,54
0,58
1,28
Daerah Istimewa Yogyakarta
19,11
35,62
32,20
19,14
3,20
1,98
Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
52
Lampiran 3.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Population 15 Years of Age and Over by Regency/City and Level of Educational Attaintment in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
(3)
(4)
(5)
(6)
Kulonprogo
5,74
14,22
24,09
21,20
13,56
Bantul
6,96
9,13
18,07
19,83
(7)
15,10
ta .b p
ar
(8)
s. go
(2)
(9)
(10)
(12)
1,53
1,10
3,47
100,00
20,15
14,20
0,55
3,25
7,85
100,00
Gunungkidul
14,39
14,02
28,11
24,25
10,44
5,26
0,77
0,59
2,18
100,00
4,28
6,65
12,30
18,67
24,82
15,40
1,14
4,08
12,66
100,00
ht
Sleman
tp :// yo gy
ak
(1)
.id
Kabupaten/ Kota Regency/City
Tdk/Blm Tdk/Blm SMK Pernah Tamat D4/Univ SMTP SMU VocatioD3/SM Sekolah SD/ Not SD D1/D2 . UniverJunior Senior nal Academy Jumlah Never/ Com- Primary Diploma sity/ High High Senior Diploma Total Not Yet plete School I /II Diploma School School High III Attended Primary IV School School School
Yogyakarta
1,72
3,51
12,02
18,25
30,67
13,46
0,91
4,53
14,93
100,00
Daerah Istimewa Yogyakarta
6,77
9,17
18,09
20,27
20,30
12,90
0,93
2,92
8,65
100,00
Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
53
Lampiran 3.2 Persentase Penduduk 7-24 Tahun menurut Golongan Umur, Jenis Kelamin dan Jenjang Partisipasi Bersekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Population 15 Years of Age and Over by Regency/City and Level of Educational Attaintment in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Laki-laki Male
Perempuan Female
Belum/
Laki-laki + Perempuan Male + Female
Belum/
Kelompok Tidak Tidak Tidak Pernah Pernah Umur Masih BersekoAge Group Berse- Sekolah lah Lagi Bersekolah kolah
ta .b p
s. go
.id
Tidak Masih BersekoSekolah lah Lagi Attending Attending Attending Attending Never/Not Never/Not School School School School Yet Yet Anymore Anymore Attended Attended School School
Belum/ Tidak Tidak Pernah Masih BersekoBerseSekolah lah Lagi kolah Attending Attending Never/Not School School Yet Anymore Attended School
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
7 – 12
0,00
99,92
0,08
0,00
100,00
0,00
0,00
99,96
0,04
13 – 15
0,47
95,88
3,65
0,00
97,54
2,46
0,23
96,71
3,06
16 – 18
1,44
83,42
15,14
0,00
79,48
20., 2
0,74
81,50
17,76
0,31
48,99
50,70
0,00
44,17
55,83
0,17
46,73
53,11
19 – 24
ht
tp :// yo gy
ak
ar
(1)
Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
54
Lampiran 4.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu dan Tipe Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Population 15 Years Old and Over by Main Activity During The Previous Weeks and Type of Place in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Tipe Daerah Type of Place
Kegiatan utama/ Main Activity
Desa Rural
Kota + Desa Urban + Rural
(2)
(3)
(4)
Bekerja/Working Pengangguran/Unemployment
63,44
74,25
75,15
2,59
1,55
2,80
Mengurus rumah tangga/House Keeping
9,06
3,39
7,80
Sekolah/Attending School
17,88
Lainnya/Others
7,02
ta .b p
Jumlah/Total
s. go
(1)
.id
Kota Urban
100,00
15,33
5,43
5,48
8,82
100,00
100,00
ht
tp :// yo gy
ak
ar
Sumber: Sakernas Agustus 2013 Source: National Labour Force Surveys in August 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
55
Lampiran 4.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Tipe Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Population 15 Years Old and Over who Worked During the Previous Weeks by Main Industry and Type of Place in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Jenis Kelamin Sex
(1)
Pertanian/ Agriculture
(2)
(3)
(4)
Listrik, Gas dan Air Minum/Electricity, Gas,
27,64
0,59
0,85
14,21
11,91
13,03
0,39
0,10
0,44
5,64
5,38
9,84
32,29
14,92
21,16
4,39
1,94
5,43
3,86
1,17
3.,66
24,81
11,62
17,94
100,00
100,00
100,00
s. go
ak
ar
and Water
52,38
ta .b p
Industri/ Manufacturing Industry
tp :// yo gy
Perdagangan, rumah makan, dan hotel/Trade, Restaurant, and Hotel
Transportasi dan Komunikasi/Transportation &
ht
Keuangan/Financing Jasa/Services
Laki-laki +Perempuan Male+Female
0,42
Quarring
Communication
Perempuan Female
14,00
Pertambangan dan Penggalian/Mining and
Bangunan/Construction
Laki-laki Male
.id
Lapangan Pekerjaan Utama Main Industry
Jumlah/Total
Sumber: Sakernas Agustus 2013 Source: National Labour Force Surveys in August 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
56
Lampiran 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Population 15 Years Old and Over who Worked During The Previous Weeks by Main Employment Status and Sex in D.I.Yogyakarta, 2013 Jenis Kelamin Sex
Status pekerjaan utama/ Main Employment Status
Laki-laki Male
Laki-laki+ Perempuan
Male+Female
(3)
(4)
16,50
9,58
13,93
32,43
3,23
5,08
2,89
23,22
45,23
18,39
Pekerja Bebas di Pertanian Self Employed in Agriculture
1,49
1,09
1,44
Pekerja Bebas di Non Pertanian Self Employed in Non Agriculture
3,34
7,10
7,13
Pekerja Keluarga/tak Dibayar Unpaid Worker
27,62
11,07
28,14
100,00
100,00
100,00
10,56
Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Employed Assisted by Temporary Employee/ Unpaid Worker
30,52
ak
ar
Berusaha dibantu Buruh Tetap Employed Assisted by Employer
ta .b p
Berusaha Sendiri Self Employed
ht
tp :// yo gy
Buruh/Karyawan/Pegawai Paid Worker
.id
(2)
Female
s. go
(1)
Perempuan
Jumlah/Total
Sumber: Sakernas Agustus 2013 Source: National Labour Force Surveys in August 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
57
Lampiran 5.1 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Status Sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Population by Regency/City and Urban/Rural in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Status Sosial/Social Status
Kabupaten/kota Regency/City
Penduduk Tidak Miskin/ Not Poverty
Jumlah Total
(2)
(3)
(4)
Kulonprogo
21,39
78,61
100,00
Bantul
16,48
83,52
100,00
Gunungkidul
21,70
78,30
100,00
Sleman
9,68
90,32
Yogyakarta
8,82
100,00
91,18
100,00
84,97
100,00
ar
ta .b p
Daerah Istimewa 15,03 Yogyakarta Sumber: Susenas Juli 2013 Source : July 2013, National Social Economic Survey
s. go
(1)
.id
Penduduk Miskin/Poverty
Lampiran 6.1
tp :// yo gy
ak
Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Households by Regency/City and Source of Lighting in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
(1)
ht
Kabupaten/Kota Listrik PLN/ Regency/ City PLN Electricity
Sumber penerangan/Source of Lighting Listrik non Petromak/ PLN/ Pelita/Sentir/ Aladin/ Non PLN Oil Lamp Electricity Pumped Lamp
Lainnya/ Others
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kulonprogo
99,37
0,17
0,17
0,29
0,00
Bantul
99,28
0,10
0,00
0,10
0,52
Gunungkidul
99,46
0,00
0,00
0,42
0,12
Sleman
99,91
0,00
0,00
0,09
0,00
Yogyakarta
99,86
0,00
0,00
0,05
0,09
DIY
99,61
0,04
0,02
0,17
0,16
Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
58
Lampiran 6.2 Banyaknya Pelanggan Listrik menurut Unit Pelayanan di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Number of Consumers of Electrical Power by Service Unit in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011-2013 Tahun/Year 2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
89 056
93 066
97 736
145 929 141 280 104 312 76 812 112 168 98 206 83 764
153 105 148 285 109 127 80 256 117 255 102 837 87 885
160 038 156 963 113 318 83 742 123 352 108 221 92 451
s. go
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Yogya Selatan Yogya Utara Sleman Sedayu Kalasan
.id
Unit Pelayanan Service Unit
ht
tp :// yo gy
ak
ar
ta .b p
Daerah Istimewa 851 527 891 816 935 821 Yogyakarta Sumber: PLN Wilayah XIII Cabang Yogyakarta Source : Government Electricity Company for Area XIII Distribution of Yogyakarta Sub Division
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
59
Lampiran 6.3 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Air Minum di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Households by Regency/City and Source of Drinking Water in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Sumber air minum/Source of Drinking Water Air dlm Kemasan/ Packaging Water
Ledeng/ Pipe
Pompa/ Pump
Sumur/Mata Air Terlindung/ Protected well/Protected spring
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kulonprogo
3,85
9,67
2,21
67,91
16,18
0,18
Bantul
12,79
1,85
10,22
69,84
5,30
0,00
Gunungkidul
2,25
25,07
6,14
39,90
10,12
16,52
Sleman
27,67
3,72
2,18
62,78
3,23
0,42
Yogyakarta
38,98
11,57
16,51
32,84
0,10
0,00
56,89
5,95
3,27
s. go
6,71
ar
ta .b p
Daerah Istimewa 18,29 8,89 Yogyakarta Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey
Sumur/Mata Air Tidak Air hujan, Terlindung/ lainnya/ Unprotected Rain Water, well/UnproOthers tected spring
.id
Kabupaten/Kota Regency/ City
Lampiran 6.4
tp :// yo gy
ak
Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Kotoran/Tinja Terdekat di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Percentage of Households by Regency/City and Distance Between Source of Drinking Water to Nearest Septic Tank or Other Sanitary Facilities in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
ht
Kabupaten/kota Regency/City (1)
Jarak penampungan/ Distance (M)
10
10
Tidak tahu Unknown
(2)
(3)
(4)
Kulonprogo
15,06
81,89
3,05
Bantul
24,25
71,66
4,09
Gunungkidul
14,41
70,34
15,25
Sleman
16,69
76,80
6,51
Yogyakarta
18,70
74,65
6,65
74,74
6,69
Daerah Istimewa 18,57 Yogyakarta Sumber: Susenas 2013 Source : 2013, National Social Economic Survey Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
60
Lampiran 7 Banyaknya Jemaah Haji menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010 – 2013 Number of Haji Pilgrim by Regency/City in Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010-2013
2010
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kulonprogo
221
286
257
265
Bantul
831
955
812
647
Gunungkidul
252
314
229
262
1 274
1 229
1 173
912
499
486
618
391
Yogyakarta
s. go
Sleman
.id
Kabupaten/kota Regency/City
ht
tp :// yo gy
ak
ar
ta .b p
Daerah 3 077 3 270 3 093 2 477 Istimewa Sumber : Kanwil Depag. Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta Source : Regional Office of Religious Affairs Departmentof Daerah Istimewa Yogyakarta
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
61
Daftar Pustaka/ References
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014, Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2013, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta
ht
tp :// yo gy
ak
ar
ta .b p
s. go
.id
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta 2014, Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta 2013.
Indikator Kesejahteraan Rakyat/ Welfare Indicators 2013
62
o. id
ps .g
DATA
ht tp
:// yo gy
ak
ar ta .b
MENCERDASKAN BANGSA
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jl. Ringroad Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul Telp. (0274) 4342234 Fax. (0274) 4342230 Homepage: http://yogyakarta.bps.go.id E-Mail:
[email protected]