INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2013 ISSN: 2085 - 6016 Katalog BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 4101002.3601 : 21 cm x 15 cm : 86 + xiii Halaman
Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Pandeglang
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013” dapat diterbitkan. Publikasi ini merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pandeglang dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pandeglang. Publikasi ini berisi analisis terhadap data atau indikator yang menggambarkan aspek kesejahteraan rakyat seperti kependudukan, kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Data dan indikator yang terdapat dalam publikasi ini sangat bermanfaat untuk keperluan perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Kami menyadari penyusunan Publikasi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan masukan kami harapkan untuk perbaikan publikasi sejenis pada masa yang akan datang. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi ini. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat. . Pandeglang, September 2013
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
iii
Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Pandeglang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
iiii
Kata Pengantar Kepala BPS Pandeglang Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terbitnya publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013”. Publikasi ini merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang dengan tujuan memberikan gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan masyarakat Pandeglang ditinjau dari berbagai indikator atau aspek sosialnya. Indikator dan analisis yang dicakup dalam publikasi ini menyajikan aspek-aspek kesejahteraan seperti bidang kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf kesejahteraan dan pola konsumsi, perumahan, serta Indeks Pembangunan Manusia berikut komponen penyusunnya. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pengguna data, khususnya kepada para perencana untuk digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi program pembangunan demi terciptanya masyarakat Pandeglang yang adil dan makmur. Penghargaan dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini. Kepada para pengguna diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan publikasi pada masa yang akan datang. Pandeglang, September 2013 Kepala BPS Kabupaten Pandeglang
Ir. Dadang Ahdiat NIP. 19661218 199401 1001
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
v
Kata Pengantar Kepala BPS Pandeglang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
vi
Daftar Isi
Halaman Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Pandeglang …............… Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Pandeglang…......……....... Daftar Isi ……………………………………………………………….. Daftar Tabel ……………………………………………………………. Daftar Grafik ...…………………………………………………………
iii v vii ix xiii
Bab I. Pendahuluan …………………………………………………... 1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………... 1.3 Sumber Data ………………………………………………... 1.4 Konsep dan Definisi ……………………………………….. 1.5 Sistematika Penulisan ….…………………………………...
1 1 3 3 5 7
Bab II. Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) ………….. 2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ……………… 2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk …………………... 2.3 Struktur Umur ……………………………………………… 2.4 Keluarga Berencana dan Usia Perkawinan Pertama ……
9 10 12 15 18
Bab III. Kesehatan dan Gizi ................................................................ 3.1 Derajat dan Status Kesehatan Penduduk……………….... 3.2 Pemberian ASI, Imunisasi dan Gizi Balita …………….... 3.3 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan …………………………
23 24 26 28
Bab IV. Pendidikan ............................................................................... 4.1 Tingkat Pendidikan................................................................ 4.2 Tingkat Partisipasi Sekolah................................................... 4.3 Fasilitas Pendidikan ..............................................................
33 34 39 42
Bab V. Ketenagakerjaan ....................................................................... 5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ................................... 5.2 Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan ...............................
45 46 49
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
vii
Daftar Isi
Bab VI. Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi ........................... 6.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ......................... 6.2 Pola Konsumsi ........................................................................
57 58 62
Bab VII. Fasilitas Perumahan ..............................................................
65
Bab VIII. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ………………… 8.1 Indikator Kesehatan ............................................................... 8.2 Indikator Pengetahuan .......................................................... 8.2.1. Angka Melek Huruf ..................................................... 8.2.2. Rata-rata Lama Sekolah .............................................. 8.2.3. Indeks Pengetahuan .................................................... 8.3 Indikator Ekonomi ……...………………………………….. 8.4 Indeks Pembangunan Manusia ...........................................
71 73 74 74 75 77 78 80
Bab IX. Kesimpulan .............................................................................
85
viii
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Daftar Tabel
Halaman 2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2000-2012 ...............................
11
Kepadatan Penduduk Pandeglang Menurut Kecamatan Tahun 2012 ………………………………………………………
14
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 …………………………
16
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 ………………
17
Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 …
19
Jumlah Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 ...........
24
Angka Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 …….....................
25
Persentase Balita 2-4 Tahun yang Pernah Diberi ASI dan Imunisasi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 ……
27
Juumlah dan Persentase Balita menurut status Gizi di Kabupaten Pandeglang, Tahun …...…...…...…...…...…...…...
29
Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Obat Yang digunakan Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 .......................................................................................
30
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
ix
Daftar Tabel 3.6
Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 ………
4.1
Angka Melek Huruf (Latin) Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 ………………………………………………...
35
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 ………………..
36
Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 …….………………………………………………...
38
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 …………………...
39
Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 …………………...
41
Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid-Guru Menurut Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 ……….……………………………………………………...
43
Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 …………………………………
47
Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2012 ...................
48
Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2012 ....................................................................................
50
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
5.1
5.2
5.3
x
31
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Daftar Tabel 5.4
Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 ................................................................................................
53
Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 (%)..
54
Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 (%) ………………………………………………….
55
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 1993-2012 …………………………………
59
Pengeluaran Rata-rata Perkapita Per Bulan Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 …………………...
63
Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 (%) ....................................................................
67
8.1
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ..................
72
8.2
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang dan Komponen Penyusunnya, Tahun 2010-2012 ....................
80
Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Komponen IPM dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Tahun 2012….……………………………………………………
82
5.5
5.6
6.1
6.2
7.1
8.3
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
xi
Daftar Tabel
xii
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Daftar Grafik
Halaman 2.1
2.2
6.1
8.1
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 ………………………..
18
Distribusi Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2008-2012 ……………………………………………….
21
Jumlah Penduduk Miskin dan Nilai Garis Kemiskinan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2000 -2012………………….
60
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten, Tahun 2003-2012 ……………………...
83
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
xiii
Daftar Grafik
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang, tidak hanya sebatas pada
peningkatan
perekonomian
daerah
kesejahteraan
masyarakat,
pendidikan
pembangunan
infrastruktur
sebagai
tetapi dan
akses
juga
pembangunan
kesehatan,
maupun
peningkatan
ekonomi
masyarakat merupakan sebagian dari agenda pembangunan Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Hasil pembangunan tersebut diharapkan dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga pembangunan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kondisi melainkan
masyarakat
melalui
sejahtera sulit dicapai
proses
pembangunan
yang
secara instant, fokus
dan
berkesinambungan. Dalam proses pembangunan tentu saja diperlukan data atau indikator terukur yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Data atau indikator tersebut dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan, pengawasan maupun evaluasi terhadap target, skala dan prioritas yang ingin dicapai. Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Pandeglang Tahun 2013 merupakan publikasi lanjutan dari publikasi tahun
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
1
Pendahuluan sebelumnya yang menyajikan gambaran mengenai taraf kesejahteraan rakyat Kabupaten Pandeglang serta perkembangannya antar waktu. Publikasi ini menyajikan indikator - indikator input, proses dan output untuk memberikan gambaran tentang investasi dari berbagai program peningkatan kesejahteraan rakyat serta proses dan manfaat dari program tersebut pada tingkat individu, keluarga, dan penduduk. Selain itu, indikator dampak juga ikut disajikan untuk mengukur taraf kesejahteraan
rakyat. Antara indikator input dan indikator dampak
kadang tidak selalu sejalan. Penjelasannya sederhana, input atau investasi dalam suatu program hanya akan memberikan dampak yang diharapkan jika implementasi program berjalan secara benar.
Oleh
karena itu, kesenjangan antara input dan dampak dalam suatu program kesejahteraan rakyat sebaiknya dilihat sebagai pertanda adanya kekeliruan dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat. Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat (visible) melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu, dalam publikasi
ini
kesejahteraan rakyat diamati dari berbagai aspek yang spesifik, yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,
konsumsi
rumah tangga, perumahan, dan sosial lainnya. Setiap aspek disajikan secara terpisah dalam bab tersendiri. Selain itu, tidak semua permasalahan kesejahteraan rakyat dapat diamati dan dapat diukur. Publikasi ini hanya menyajikan permasalahan kesejahteraan rakyat yang
2
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendahuluan dapat
diamati
dan
terukur
(measurable
welfare)
baik
dengan
menggunakan indikator tunggal maupun indikator komposit. 1.2.
Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan Publikasi Indikator Kesejahteraan
Rakyat Pandeglang 2013 adalah untuk memaparkan beberapa data atau indikator terukur yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat Pandeglang pada tahun 2012. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah : a. Memberikan gambaran secara umum kondisi kesejahteraan rakyat Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012. b. Memenuhi kebutuhan data bidang sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan dan data lainnya. c. Memberikan gambaran sejauh mana keberhasilan pembangunan yang telah dicapai hingga tahun 2012. d. Memberikan gambaran dan bahan masukan serta evaluasi bagi pemerintah
daerah
dalam
mengevaluasi
dan
merencanakan
pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan selanjutnya. 1.3. Sumber Data Data yang digunakan untuk penyusunan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013 sebagian besar bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) keadaan Juli 2012,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
3
Pendahuluan khusus untuk data ketenagakerjaan bersumber dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) keadaan Agustus 2012. Selain itu ada beberapa data yang bersumber dari dinas atau instansi terkait seperti Dinas
Pendidikan,
Dinas
Kesehatan
dan
Badan
Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemerintah Kabupaten Pandeglang Susenas merupakan kegiatan yang rutin dilakukan BPS sejak tahun 1963. Pada awalnya tujuan dari susenas ini untuk memperoleh keterangan
tentang
ketenagakerjaan.
karakteristik
Susenas
konsumsi,
dilaksanakan
setiap
demografis triwulan
dan
dengan
menyertakan kuesioner Kor (data pokok) yang menanyakan karakteristik demografis mengenai semua anggota rumah tangga, dan salah satu dari tiga kuesioner Modul (data rinci) secara bergantian. Ketiga Modul tersebut adalah: modul konsumsi dan pendapatan rumah tangga, modul kegiatan sosial budaya dan kesejahteraan rumah tangga, perjalanan dan kriminalitas dan modul kesehatan, pendidikan, perumahan dan lingkungan. Sedangkan indikator yang terdapat dalam kuesioner KOR antara lain: 1.
Kesehatan: angka kesakitan, akses pada layanan kesehatan, pemberian ASI, immunisasi dan penolong kelahiran.
2.
Pendidikan: tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan tertinggi, dan angka melek huruf.
4
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendahuluan 3.
Keluarga berencana dan fertilitas: prevalensi kontrasepsi, umur perkawinan pertama, dan angka kelahiran.
4.
Perumahan dan sanitasi: luas lantai, jenis atap, jenis dinding, listrik, air bersih dan.
5.
Pengeluaran
Rumahtangga:
makanan
dan
non
makanan
seminggu, sebulan, dan setahun. 1.3.
Konsep dan Definisi Konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini adalah
sebagai berikut: Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasikan atau memberi petunjuk tentang suatu keadaan/kondisi tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan mengukur perubahan dari waktu ke waktu. Sex rasio adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Kepadatan
penduduk
adalah
rata-rata
jumlah
penduduk
yang
menempati suatu area per kilometer persegi. Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk pertahun (angka ini dinyatakan dalam persentase). Dependency Ratio atau Angka Beban Ketergantungan atau Beban Tanggungan (ABK) adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
5
Pendahuluan penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun) dikalikan 100. Angka kesakitan adalah persentase penduduk yang mengalami gangguan/keluhan
kesehatan
selama
sebulan
yang
lalu
yang
mengakibatkan aktifitas kesehariannya terganggu. Angka partisipasi sekolah adalah tingkat partisipasi sekolah penduduk menurut batas usia sekolah pada setiap jenjang pendidikan. Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Bekerja adalah melakukan kegiatan atau pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama satu minggu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan/keuntungan. Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun keatas. Tingkat pengangguran terbuka adalah persentase penduduk yang termasuk angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan.
6
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendahuluan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah tingkat kematian bayi atau jumlah bayi meninggal per 1000 kelahiran hidup. Angka Harapan Hidup (AHH0) adalah peluang lama hidup atau umur seseorang pada waktu dilahirkan.
1.4.
Sistematika Penulisan Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang Tahun 2012
disusun dalam sembilan bab penulisan, yaitu: Bab I
Pendahuluan, berisi uraian latar belakang, maksud dan tujuan, sumber data, konsep definisi serta sistematika penulisan.
Bab II
Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB), menyajikan indikator-indikator
kependudukan,
diantaranya
berisi
tentang jumlah penduduk, sex rasio, kepadatan, dan laju pertumbuhan penduduk, serta program Keluarga Berencana (KB). Bab III
Kesehatan
dan
Gizi,
menyajikan
berbagai
indikator
kesehatan yang meliputi derajat dan status kesehatan, pemberian air susu ibu (ASI) dan pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
7
Pendahuluan Bab IV
Pendidikan, menyajikan berbagai indikator pendidikan yang meliputi tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan,
angka
melek
huruf
dan
jumlah
fasilitas
pendidikan. Bab V
Ketenagakerjaan, menyajikan data/indikator yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, seperti tingkat partisipasi angkatan kerja, lapangan usaha dan status pekerjaan, dan tingkat pengangguran.
Bab VI
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi Masyarakat, menyajikan persentase jumlah penduduk miskin dan nilai garis kemiskinan serta data pola konsumsi masyarakat.
Bab VII
Perumahan, menyajikan data tentang perumahan dan fasilitasnya seperti jenis lantai terluas, jenis dinding terluas, atap terluas, sumber air minum, penerangan dan sebagainya.
Bab VIII Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menyajikan tentang angka indeks pembangunan manusia dan komponenkomponen
penyusunnya
yang
dapat
menggambarkan
kualitas sumber daya manusia suatu wilayah.
8
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB II KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA (KB)
Penduduk sebagai sumber daya manusia memiliki peranan penting dalam menggerakan pembangunan ekonomi suatu wilayah, karena permasalahan
kependudukan tidak hanya menyangkut
kelahiran, kematian dan migrasi, tetapi juga menyangkut masalah sosial budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan yang sangat berpengaruh dalam upaya peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu data kependudukan yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan dalam upaya penyelesaian masalah-masalah tersebut. Dalam proses pembangunan, disamping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk juga merupakan sasaran akhir dari semua target program pembangunan seperti peningkatan kesejahteraan, kesehatan, keamanan, kualitas sumber daya manusia dan sebagainya. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan perlu dimanage dengan baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan. Karakteristik penduduk menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan dan perencanaan pembangunan. Begitu juga untuk bahan evaluasi, data mengenai kependudukan dapat dijadikan sebagai dasar
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
9
Kependudukan dan KB untuk menilai sejauh mana keberhasilan dan dampak dari kebijakankebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. 2.1.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang dari tahun ke tahun
terus mengalami kenaikan. Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam penentuan kebijakan bidang kependudukan. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak 1.011.788 jiwa. Selama periode tahun 1990-2000 rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) menunjukkan angka sekitar 2,14 persen per tahun, sedangkan pada periode tahun 2000 – 2012 rata-rata laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,30 persen. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2012 lebih lambat dibandingkan periode tahun 1990-2000. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya angka laju pertumbuhan penduduk diantaranya adalah keberhasilan program keluarga berencana, pendewasaan usia perkawinan dan banyaknya penduduk Kabupaten Pandeglang yang migrasi ke Kota/Kabupaten lain. Meningkatnya jumlah penduduk akan berdampak pada berbagai masalah kependudukan yang sangat kompleks. Oleh karena itu sasaran pembangunan
bidang
kependudukan
disamping
berusaha
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencapai
10
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kependudukan dan KB kesejahteraan, juga harus mampu menekan angka laju pertumbuhan penduduk tetap pada batas normal. Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2000-2012 Tahun
Penduduk
Total
Sex Ratio
(3)
(4)
(5)
518.864
492.924
1.011.788
105,26
2001
531.658
493.430
1.025.088
107,75
2002
533.526
507.345
1.040.871
105,16
2003
553.814
528.198
1.082.012
104,85
2004
567.045
533.866
1.100.911
106,21
2005
568.156
538.632
1.106.788
105,48
2006
577.244
547.253
1.124.497
105,48
2007
578.375
552.139
1.130.514
104,75
2008
584.503
561.564
1.146.067
104,08
2009
588.126
560.938
1.149.064
104,85
2010
589.056
560.554
1.149.610
105,08
2011
599.524
566.599
1.162.123
105,10
2012 604.040 577.390 Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang
1.181.430
104,61
Laki-laki
Perempuan
(1)
(2)
2000
Rasio Jenis Kelamin merupakan perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dan bila nilai RJK penduduk di suatu wilayah di atas 100 maka menunjukkan bahwa proporsi penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
11
Kependudukan dan KB Angka sex ratio penduduk Pandeglang seperti terlihat pada tabel 2.1 dari tahun ke tahun berada pada posisi di atas 100. Hal ini menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Pada tahun 2012 sex ratio sebesar 104,61 yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di Pandeglang ada 105 orang penduduk laki-laki. 2.2.
Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat
perhatian karena berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk di Kabupaten Pandeglang secara geografis dapat dikatakan belum merata yang mengakibatkan terjadinya penumpukkan penduduk pada suatu wilayah. Ketidakmerataan ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah potensi wilayah yang dimiliki. Ketidakmerataan persebaran penduduk di Kabupaten Pandeglang tahun 2012 secara lebih jelas dapat dilihat pada table 2.2 di bawah. Contoh nyata adalah perbedaan sebaran penduduk pada daerah perkotaan (urban) dan pedesaan (rural). Ketidakseimbangan sebaran penduduk tersebut berakibat pada perbedaan tingkat kemudahan (akses) penduduk terhadap berbagai fasilitas, baik fisik maupun sosial. Berbagai fasilitas/sarana biasanya akan tersedia sebagai daya dukung di suatu daerah yang banyak penduduknya, sehingga penduduk perkotaan
12
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kependudukan dan KB yang lebih padat akan lebih mudah mengakses fasilitas dibandingkan penduduk desa. Motif utama dari fenomena di atas terjadi karena meningkatnya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota akibat keterbatasan lapangan kerja di desa. Selain itu, kemudahan mengakses fasilitas sosial di kota juga menjadi salah satu daya tarik yang menyebabkan migrasi penduduk dari desa ke kota. Dari beberapa literatur hasil penelitian, menyebutkan bahwa mayoritas penduduk yang melakukan migrasi ke kota
mempunyai
alasan
yang
sama,
yaitu
untuk
mencari
pekerjaan/usaha dan menuntut ilmu dalam rangka membuka jalan mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dengan luas wilayah sebesar 2.746,89 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 1.181.430 jiwa, maka pada tahun 2012 setiap km2 wilayah di Kabupaten Pandeglang rata-rata ditempati oleh 430 jiwa. Seperti disajikan Tabel 2.2, penyebaran penduduk antar kecamatan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 masih belum merata. Kepadatan penduduk berbeda sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling besar adalah Kecamatan Labuan, yaitu 3.566 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan paling kecil kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sumur, yaitu 91 jiwa per km2. Kecamatan-kecamatan sekitar ibukota kabupaten lebih padat dibandingkan kecamatan-kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Pandeglang.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
13
Kependudukan dan KB Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Pandeglang Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan (1)
Luas (Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan (Jiwa/Km2)
(2)
(3)
(4)
SUMUR CIMANGGU CIBALIUNG CIBITUNG CIKEUSIK CIGEULIS PANIMBANG SOBANG MUNJUL ANGSANA SINDANGRESMI PICUNG BOJONG SAKETI CISATA PAGELARAN PATIA SUKARESMI LABUAN CARITA JIPUT CIKEDAL MENES PULOSARI MANDALAWANGI CIMANUK CIPEUCANG BANJAR KADUHEJO MEKARJAYA PANDEGLANG MAJASARI CADASARI KARANGTANJUNG KORONCONG
258,54 259,73 221,88 180,72 322,76 176,21 132,84 138,88 75,25 64,84 65,20 56,74 50,72 54,13 32,65 42,76 45,48 57,30 15,66 41,87 53,04 26,00 22,41 31,33 80,19 23,64 21,16 30,50 33,57 31,34 16,85 19,57 26,20 19,07 17,86
23.581 37.954 29.986 21.906 52.281 34.785 50.603 35.599 22.643 25.852 21.708 36.150 34.271 44.404 23.860 34.708 27.758 34.312 55.850 32.751 28.770 31.152 36.070 28.315 48.043 39.336 28.706 30.561 35.329 19.156 42.421 48.315 32.237 33.732 18.325
91 146 135 121 162 197 381 256 301 399 333 637 676 820 731 812 610 599 3566 782 542 1198 1610 904 599 1664 1357 1002 1052 611 2518 2469 1230 1769 1026
KAB. PANDEGLANG
2.746,89
1.181.430
430
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang
14
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kependudukan dan KB Berbagai kebijakan telah ditempuh Pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk mengatasi penyebaran penduduk yang tidak merata, yang paling terkenal adalah dengan melakukan pemekaran kecamatan. Pemekaran kecamatan dilaksanakan dengan tujuan mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu pemekaran merupakan salah satu usaha pemerintah dalam pemerataan program dan hasil-hasil pembangunan. Tingginya tingkat kepadatan penduduk akan berpengaruh pada usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan perumahan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Pembangunan yang dilaksanakan di daerahdaerah yang tinggi tingkat kepadatannya harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas
bagi
penduduk
setempat,
sehingga
tingkat
pengganguran
penduduk dapat ditekan serendah mungkin untuk menghindari dampak sosial negatif yang mungkin muncul. 2.3.
Struktur Umur Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat
kelahiran dan besarnya penduduk yang datang. Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan komposisi penduduk cenderung pada kelompok
usia
muda.
Keberhasilan
pembangunan
bidang
kependudukan secara umum terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur. Semakin rendah proporsi penduduk tidak produktif, yaitu penduduk muda usia (0-14 tahun) dan penduduk usia Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
15
Kependudukan dan KB lanjut (65 tahun keatas) maka angka beban ketergantungan atau beban tanggungan (dependency ratio) semakin rendah. Komposisi penduduk Pandeglang untuk kelompok penduduk usia produktif cukup tinggi, apabila diimbangi dengan kualitas penduduk yang baik, maka akan menjadi sumber daya penting bagi pembangunan di Pandeglang. Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
0–4 5–9
65.721 64.174
62.919 60.482
128.640 124.656
10 – 14 15 – 19
69.088 62.007
63.464 51.934
132.552 113.941
20 – 24 25 – 29
46.250 46.821
44.577 47.448
90.827 94.269
30 – 34 35 – 39
43.536 43.696
43.905 43.644
87.441 87.340
40 – 44 45 – 49
39.951 35.837
38.559 33.605
78.510 69.442
50 – 54 55 – 59
28.588 19.656
25.921 17.808
54.509 37.464
60 – 64 65 - 69
14.849 9.800
14.216 10.750
29.065 20.550
70 – 74
7.171
8.466
15.637
75 + JUMLAH
6.895
9.692
16.587
604.040 577.390 Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang
1.181.430
Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.4, komposisi umur penduduk Pandeglang belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan 16
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kependudukan dan KB dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, Angka Beban Ketergantungan atau Beban Tanggungan (Dependency Ratio) sebesar 59,05. Hal ini berarti sekitar 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung sekitar 59 orang usia tidak produktif yaitu 52 orang usia tidak produktif anak-anak (0-14 tahun) dan 7 orang usia tidak produktif lansia ( 65 keatas). Tabel 2.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Anak (0–14)
198.983
186.865
385.848
Produktif (15–64)
381.191
361.617
742.808
Lansia (65 +)
23.866
28.908
52.774
Jumlah
604.040
577.390
1.181.430 59,05
Dependency Ratio Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang.
Salah
satu
potret
keberhasilan
pembangunan
di
bidang
kependudukan terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut kelompok umur yang tercermin melalui angka beban tanggungan. Semakin kecil Angka Beban Tanggungan akan memberikan kesempatan pada penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya dan penduduk pada umumnya. Sebaliknya, semakin besar angka beban
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
17
Kependudukan dan KB tanggungan akan menghambat proses pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas SDM baik secara individu maupun kolektif. Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka mengurangi besarnya angka beban ketergantungan adalah dengan menekan angka kelahiran (fertilitas). dan menghindari usia perkawinan muda. Grafik 2.1 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pandeglang Tahun 2012
62,87% 32,66%
4,47% Anak (0-14)
2.4.
Produktif (15-64)
Lansia (65+)
Keluarga Berencana dan Usia Perkawinan Pertama Pada tahun 2012 jumlah akseptor KB aktif tercatat 151.261 PUS
atau 66,38 persen dari 227.870 PUS. Diantara banyak cara/alat kontrasepsi, ternyata suntik dan pil merupakan pilihan terbanyak para akseptor KB. Lebih 56,54 persen akseptor KB menggunakan alat kontrasepsi suntik dan sebayak 21,21 persen menggunakan pil.
18
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kependudukan dan KB Selebihnya
akseptor
menggunakan
alat
kontrasepsi
Susuk
KB,
AKDR/IUD, KONDOM, MOP/MOW, dan IMPLANT. Tabel 2.5 Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2012
Cara/Alat Kontrasepsi
2011 Jumlah
(1) Pil AKDR/IUD Suntik Susuk KB/Norplant Tubektomi Vasektomi Kondom Tradisional/Lainnya Total
(2) 35.693 8.894 94.117 16.776 2.193 2.014 2.998 0.00 162.685
Jumlah PUS % Akseptor KB Aktif
223.364 72.83
2012
Persentase (3) 21.94 5.47 57.85 10.31 1.35 1.24 1.84 0.00
100
Jumlah (4) 32.084 8.753 85.519 18.132 2.243 2.075 2.455 0.00 151.261
Persentase (5) 21,21 5,79 56,54 11,99 1,48 1,37 1,62 0,00
100
227.870 66,38
Sumber : Badan Pemberdayaan, Perempuan, PA dan KB Kabupaten Pandeglang
Tabel 2.5 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi suntik menurun persentase penggunanya dibanding tahun 2011, yaitu dari sebesar 57,85 persen menjadi 56,54 persen pada tahun 2012. Walaupun persentase penggunanya menurun, namun alat kontrasepsi suntik tetap menjadi pililihan utama para akseptor KB. Sebagian besar akseptor KB lebih memilih cara suntik dan pil dikarenakan harganya relatif murah, mudah diperoleh, praktis dan faktor resikonya relatif lebih kecil dibanding dengan menggunakan alat kontrasepsi lainnya. Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
19
Kependudukan dan KB Disamping program Keluarga Berencana (KB), hal lain yang juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tinggi rendahnya tingkat fertilitas adalah faktor usia perkawinan pertama. Hal ini dikarenakan panjangnya masa reproduksi seorang perempuan berkaitan dengan umur pertama kali perempuan melakukan perkawinan. Semakin muda usia perkawinan pertama
seorang perempuan, maka peluang
untuk memiliki anak lebih banyak semakin besar karena panjangnya masa reproduksi seorang perempuan yang kawin muda. Pendewasaan usia kawin merupakan salah satu komponen vital yang turut menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kebahagiaan keluarga termasuk juga kesehatan ibu. Pemerintah Kabupaten
Pandeglang
harus
lebih
serius
dalam
memberikan
penyuluhan tentang usia perkawinan pertama, seiring dengan masih besarnya kecenderungan masyarakat Kabupaten Pandeglang yang melangsungkan perkawinan pada usia muda. Berdasarkan grafik 2.2, pada tahun 2012 dari jumlah perempuan yang pernah kawin, persentase perempuan yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada usia ≤ 16 tahun tercatat 37,35 persen turun dibanding tahun 2011 yang tercatat 39,22 persen. Angka ini tergolong cukup tinggi dan dapat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan.
20
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kependudukan dan KB Grafik 2.2 Distribusi Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2008-2012
≥ 19 Thn
34,06
31,01
17-18 Thn
30,4
29,76
≤ 16 Thn
35,54
39,22
0%
20%
2010
40%
2011
29,00
33,66
37,35
60%
80%
100%
2012
Kondisi yang sama juga terjadi pada rata-rata usia perkawinan pertama. Pada tahun 2010, rata-rata usia perkawinan pertama penduduk Pandeglang berkisar pada usia 17,87 tahun. Tetapi pada tahun 2011 turun menjadi 17,66 tahun sedangkan pada tahun 2012 yaitu usia 17,67 tahun. Dapat disimpulkan bahwa kondisi usia perkawinan pertama perempuan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 belum mencapai program (anjuran) pemerintah. Dalam program pemerintah tertuang bahwa usia perkawinan pertama seorang perempuan minimal 20 tahun. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari usia perkawinan yang terlalu muda adalah belum matangnya kondisi mental dan emosi seorang wanita, sehingga lebih rentan terhadap perceraian. Selain itu,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
21
Kependudukan dan KB wanita yang melangsungkan perkawinan pada usia muda akan memiliki masa fertilitas yang lebih panjang. Dengan bertambah panjangnya masa fertilitas seorang ibu maka dapat berdampak pada tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah karena peluang untuk mempunyai anak lebih banyak
22
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB III KESEHATAN DAN GIZI
Pembangunan bidang kesehatan yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan agar jangkauan pelayanan kesehatan lebih luas dan merata sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Peningkatan
pelayanan
kesehatan
masyarakat
diharapkan
dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara ekonomi maupun sosial. Kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan dapat dipandang dari aspek fisik dan non fisik yang secara keseluruhan keduanya saling berkaitan. Kualitas fisik penduduk dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat. Indikator utama yang biasa digunakan untuk melihat derajat kesehatan suatu penduduk adalah indikator angka kematian bayi, angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi. Beberapa indikator pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti cakupan imunisasi dan penolong persalinan
dapat
memberikan
gambaran
tentang
kemajuan
upaya
peningkatan derajat dan status kesehatan masyarakat.
3.1.
Derajat dan Status Kesehatan Penduduk Indikator Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup
merupakan indikator utama yang menggambarkan derajat kesehatan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
23
Kesehatan dan Gizi penduduk. Bersumber dari data Dinas Kesehatan pada tahun 2012 jumlah kematian bayi 0-12 bulan di Kabupaten Pandeglang menunjukan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 270 kasus kematian bayi di tahun 2011 menjadi 207 di tahun 2012. Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 relatif meningkat dari 63,95 tahun (tahun 2011) menjadi 64,13 tahun (tahun 2012). Angka ini memberi makna bahwa setiap bayi di kabupaten Pandeglang yang lahir hidup pada tahun 2012 mempunyai harapan untuk hidup selama 64,13 tahun. Tabel 3.1 Jumlah Kematian Bayi (0 – 12 bln) dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 Indikator Derajat Kesehatan
2011
2012
(1)
(3)
(4)
270
207
63,95
64,13
Jumlah kematian Bayi *) Angka Harapan Hidup (tahun) **)
Sumber : *). Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang **) Susenas Tahun 2011-2012
Gambaran mengenai status kesehatan penduduk biasanya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan atau keluhan kesehatan sehingga dapat menggangu aktivitas sehari-hari. Menurut Tabel 3.2, pada tahun 2012 sebanyak 37 persen penduduk mengalami keluhan kesehatan yang mengakibatkan 24
terganggu aktivitasnya. Dibanding keadaan tahun Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kesehatan dan Gizi sebelumnya, angka kesakitan cenderung menurun dimana pada tahun 2011 angka kesakitan tercatat 40,83 persen. Bila dibedakan berdasarkan gender, angka kesakitan penduduk laki-laki tahun 2012 sebesar 35,04 persen, lebih kecil dibandingkan angka kesakitan penduduk perempuan yang sebesar 39,06 persen. Tabel 3.2 Angka Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 2011
Indikator Kesehatan
2012
L
P
Total
L
P
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Angka Kesakitan (%)
39,61
42,08
40,83
35,04
39,06
37
Rata-rata Lamanya Sakit (hari)
5,68
5,14
5,41
6,8
6,53
6,67
(1)
Sumber : Susenas Tahun 2011 dan 2012 Keterangan : L = Laki- laki, P = Perempuan Rata-rata jumlah hari sakit atau terganggu aktivitas sehari-harinya
mengalami kenaikan, yaitu dari sekitar 5,41 hari pada tahun 2011 menjadi 6,67 hari pada tahun 2012. Rata-rata lamanya sakit penduduk perempuan relatif lebih pendek dibandingkan penduduk laki-laki. Rata-rata lamanya sakit penduduk perempuan 6,53 hari dan penduduk laki-laki 6,8 hari.
3.2.
Pemberian ASI, Imunisasi dan Gizi Balita Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling penting bagi
pertumbuhan dan kesehatan bayi karena selain mengandung nilai gizi yang Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
25
Kesehatan dan Gizi cukup tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit, untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran penduduk khususnya kaum ibu akan pentingnya ASI bagi seorang bayi yang tidak bisa digantikan dengan susu formula apapun. Pada tahun 2012 persentase balita di Pandeglang yang pernah mendapatkan ASI mencapai 95,1 persen dengan rata-rata disusui selama 19,33 bulan. Jumlah ini menurun jika dibandingkan tahun 2011 dimana persentase balita yang pernah mendapatkan ASI mencapai 98,59 persen dengan rata-rata lama disusui selama 16,17 bulan. Rata-rata balita di Pandeglang mendapatkan ASI cukup lama, yaitu lebih dari satu setengah tahun walaupun masih kurang dari yang semestinya (2 tahun). Tabel 3.3 Persentase Balita 2 - 4 Tahun yang Pernah diberi ASI dan Imunisasi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010-2012 Indikator Kesehatan
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(3)
Pernah diberi ASI
96,72
98,59
95,1
Rata-rata lamanya diberi ASI (bulan)
15,90
16,17
19,33
Pernah diberi Imunisasi
93,53
93,64
97,74
Sumber : Susenas Tahun 2010 – 2012
Banyaknya balita yang mendapatkan imunisasi (BCG, Polio, Campak, DPT dsb) di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi, yaitu sekitar 97,74 persen dari total balita. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 93,64 persen. Bagi balita imunisasi sangat
26
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kesehatan dan Gizi penting untuk menjaga dan memberikan kekebalan tubuh dari serangan berbagai jenis penyakit. Tingginya persentase balita yang mendapatkan imunisasi diharapkan sejalan dengan meningkatnya derajat kesehatan balita sehingga pada masa depan akan timbul anak-anak Pandeglang yang sehat dan kuat untuk menjadi generasi penerus melanjutkan roda pembangunan. Tabel 3.4 dibawah memberikan gambaran kondisi balita secara nyata menurut keadaan status gizi balita yang datang dan diperiksa di posyandu bersumber dari data Dinas kesehatan Kabupaten Pandeglang. Masih terdapat balita dengan gizi buruk sebesar 1,12%.
Tabel 3.4 Jumlah dan Persentase Balita menurut Status Gizi Tahun 2012 Di Kabupaten Pandeglang
Status Gizi
2011
2012
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(2)
(3)
Gizi Lebih
483
0,55
697
0,72
Gizi Baik
79.495
90,26
86.363
89,72
Gizi Kurang
6.966
7,91
8.121
8,44
Gizi Buruk
1.127
1,28
1.075
1,12
Jumlah
88.071
100
96.256
100
(1)
Sumber : *). Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
27
Kesehatan dan Gizi 3.3.
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Pembangunan
di
bidang
kesehatan
mencakup
peningkatan
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penyediaan fasilitas kesehatan adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang mudah dan murah bagi semua lapisan masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan puskesmas pembantu selama ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan penduduk karena mudah terjangkau dan murah, terutama bagi penduduk di daerah pedesaan Jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 sebanyak 94 unit yang tersebar di 35 Kecamatan. Hal lain yang tidak kalah penting dalam pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan reproduksi. Seperti diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kematian balita dan ibu melahirkan adalah persalinan yang tidak aman. Penanganan proses persalinan sampai dengan pasca persalinan yang berkualitas dan tepat waktu diharapkan akan mengurangi resiko kematian bayi dan ibu. Penolong persalinan balita oleh tenaga medis meliputi dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lain. Dukun yang membantu proses persalinan (dukun beranak) tidak dicakup dalam tenaga Medis lainnya walaupun pelatihan bagi dukun beranak juga digalakkan oleh Kementrian Kesehatan terutama didaerah pedesaan.
28
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kesehatan dan Gizi
Tabel 3.5 Persentase Penolong Persalinan Bayi Menurut Jenis Tenaga Penolong di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 Penolong Persalinan (1) Tenaga Medis : - Dokter - Bidan - Tenaga Medis Lainnya Tenaga Non Medis : - Dukun - Lainnya
2011 (2) 41,75 2,39 39,36 0 58,25 58,25 0
Total
100,00
2012 (3) 48,27 5,11 42,59 0,57 55,15 55,15 0 100
Sumber : Susenas Tahun 2011 dan 2012
Berdasarkan Tabel 3.5, pada tahun 2012 penolong persalinan di Pandeglang masih didominasi oleh tenaga non medis dibandingkan tenaga medis, yaitu 55,15 persen berbanding 48,27 persen. Hampir 89 % penolong persalinan oleh tenaga medis dilakukan oleh bidan dibandingkan dokter. Kurang tersedianya dokter hingga pelosok wilayah dan biaya yang relatif lebih mahal jika dibandingkan menggunakan jasa bidan menjadi penyebab rendahnya penolong persalinan oleh dokter. Namun demikian, persentase penolong
persalinan
oleh
dokter
meningkat
dibandingkan
tahun
sebelumnya, yaitu dari 2,39 persen pada 2011 menjadi 5,11 persen di tahun 2012.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
29
Kesehatan dan Gizi Tabel 3.6 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Obat yang Digunakan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 Jenis Pengobatan
2011
2012
(1)
(2)
(3)
Modern
96,25
94,73
Tradisional
29,88
35,90
Lainnya
9,10
13,53
Sumber : Susenas Tahun 2011 dan 2012 Sementara itu, untuk mengatasi gangguan/keluhan kesehatan penduduk berusaha melakukan upaya pengobatan baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan pada fasilitas kesehatan. Pada tahun 2012 persentase penduduk yang berobat sendiri dengan menggunakan obat modern turun yaitu dari 96,25 persen pada tahun 2011 menjadi 94,73 persen pada tahun 2012. Sementara persentase penduduk yang menggunakan obat tradisional naik dari 29,88 persen pada tahun 2011 menjadi 35,90 persen pada tahun 2012. Sedangkan bagi penduduk yang memilih untuk berobat jalan ketika sakit atau mengalami gangguan kesehatan, lebih memilih memanfaatkan Puskesmas/Pustu sebagai tempat berobat. Seperti disajikan pada tabel 3.6, terlihat bahwa jenis fasilitas kesehatan selain Puskesmas/Pustu yang sering digunakan dan menjadi alternatif pilihan penduduk adalah petugas
30
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Kesehatan dan Gizi kesehatan lainnya (paramedik/mantri), praktek dokter/klinik dan rumah sakit. Tabel 3.7 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 Tempat Berobat (1) Rumah Sakit Praktek Dokter Puskesmas (termasuk Pustu) Petugas Kesehatan Lain Pengobatan Tradisional Lainnya Penderita Sakit yang Berobat Jalan Sumber : Susenas Tahun 2011 dan 2012
2011
2012
(2) 4,35 28,52 40,98 31,48 2,63 2,46 44,98
(3) 5,80 30,14 39,26 32,13 3,61 2,01 41,95
Pada tahun 2012 persentase penduduk yang melakukan kunjungan berobat jalan ke puskesmas turun menjadi 39,26 persen dari 40,98 persen pada tahun sebelumnya. Walaupun begitu Puskesmas/Pustu tetap menjadi tempat favorit untuk berobat. Tingginya persentase kunjungan penduduk yang berobat jalan ke puskesmas antara lain disebabkan oleh akses yang mudah dan biaya yang relatif lebih murah.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
31
Kesehatan dan Gizi
32
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB IV PENDIDIKAN
Secara umum pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk menambah ilmu pengetahuannya yang dalam hal ini dapat dicapai melalui bangku sekolah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, inilah peran aktif seluruh elemen bangsa pada bidang pendidikan sangat diperlukan
Tujuan
pembangunan
dalam
bidang
pendidikan
adalah
tersedianya pendidikan yang berkualitas dan terjangkau untuk semua lapisan masyarakat. Kualitas pendidikan terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat. Pemerintah menganggap penting pendidikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia Indonesia. Pentingnya pendidikan tercermin dalam Pasal 31 UUD 1945 ayat (2), dimana setiap warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan dasar yang dibiayai oleh pemerintah. Bahkan dalam pasal yang sama ayat (4) pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
33
Pendidikan Berbagai
program
digulirkan
pemerintah
dalam
bidang
pendidikan, satu diantaranya adalah pendidikan dasar sembilan tahun. Dalam rangka mendukung tercapainya pendidikan dasar sembilan tahun, pemerintah menggratiskan pendidikan pada tingkat sekolah dasar dan memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program ini berdampak positif terutama pada daerah terpencil di pedesaan. Keberhasilan program pendidkan dasar untuk semua antara lain didukung oleh ketersediaan sekolah dasar, dimana hampir pada setiap desa telah terdapat sekolah dasar sehingga mudah diakses dan yang paling penting adalah tidak dipungut biaya sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Berdasarkan ilustrasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan bidang pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu bangsa. 4.1.
Tingkat Pendidikan Indikator pembangunan bidang pendidikan dasar dapat dilihat
melalui tingkat kemampuan membaca dan menulis (angka melek huruf) penduduk. Kemampuan membaca dan menulis dibedakan terhadap huruf latin, huruf lainnya, dan tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf). Dengan memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin akan menjadikan seseorang lebih mudah memahami dan menyerap berbagai informasi baik dari media cetak maupun elektronik sehingga akan menambah pengetahuan bagi dirinya. Dalam tulisan ini yang
34
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendidikan dimaksud dengan buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin. Kemampuan baca tulis tercermin dari indikator angka melek huruf (AMH). Angka melek huruf merupakan salah satu indikator pencapaian program pendidikan di Indonesia. Indikator tersebut penting mengingat melek huruf merupakan pintu dari segala ilmu pengetahuan. Pada tahun 2012, sekitar 96,51 persen penduduk berusia 10 tahun ke atas di Pandeglang sudah mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan sisanya sebanyak 3,49 persen masih belum/tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf). Tabel 4.1 Angka Melek Huruf (Latin) Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 - 2012 Jenis Kelamin
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Laki-laki
96,95
96,88
98,03
Perempuan
91,60
93,43
92,28
Laki-laki + Perempuan
94,32
96,37
96,51
Sumber : Susenas Tahun 2010-2012
Bila dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan, persentase penduduk laki-laki yang melek huruf lebih tinggi dibanding perempuan, yaitu 98,03 persen berbanding 92,28 persen seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
35
Pendidikan Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah angka rata-rata lama sekolah (RLS). Rata-rata lama sekolah menunjukkan berapa lama rata-rata penduduk suatu wilayah duduk di bangku sekolah mengikuti program pendidikan. Rata-rata lama sekolah penduduk Pandeglang pada tahun 2012 baru mencapai 6,97 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata penduduk Pandeglang baru dapat bersekolah hingga jenjang SMP kelas satu. Jadi secara umum tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Pandeglang baru lulus SD dan sedikit yang melanjutkan ke jenjang SMP. Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki lebih lama dibandingkan perempuan, yaitu 7,20 tahun berbanding 6,53 tahun. Tabel 4.2 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011 - 2012
Tahun
Laki-laki + Perempuan
(1)
(2)
2011
6,81
2012
6,97
Sumber : Susenas Tahun 2011 - 2012
Untuk mensukseskan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun di Kabupaten Pandeglang diperlukan kerja keras, konsistensi, kemauan yang tulus (political will) serta sinergi yang 36
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendidikan baik antar stake holder dalam menjalankan berbagai kebijakan yang terkait dengan program Wajar Dikdas 9 tahun. Program ini dikatakan berhasil apabila angka partisipasi sekolah anak usia 7-15 tahun mencapai 100 persen. Atau dengan kata lain seluruh anak usia SD dan SMP di Pandeglang dalam keadaan bersekolah. Melihat perkembangan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencapai rata-rata lama sekolah 9 tahun akan memerlukan waktu yang cukup panjang. Pada intinya kebijakan yang dibutuhkan adalah bagaimana mempermudah akses masyarakat ke sarana pendidikan setingkat SMP, baik dari segi lokasi geografis maupun biaya pendidikan. Sarana pendidikan perlu dibangun dengan mempertimbangkan kebutuhan, yaitu dengan memperhatikan banyaknya penduduk usia sekolah di suatu wilayah. Selain indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, gambaran kualitas SDM dapat dilihat juga dari tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk. Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa pada tahun 2012 sebagian besar penduduk usia 10 tahun ke atas (40,71 persen) di Kabupaten Pandeglang hanya mampu menamatkan pendidikan tertinggi sampai tingkat sekolah dasar (SD)/sederajat. Sedangkan penduduk yang dapat menamatkan pendidikan tertinggi hingga tingkat SMP/sederajat baru mencapai 17,62 persen. Yang lebih memprihatinkan adalah tingginya persentase penduduk yang tidak/belum tamat SD/sederajat, yaitu sekitar 27,40 persen. Walaupun persentase penduduk
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
37
Pendidikan yang
yang
telah
berpendidikan
SMP
ke
atas
menunjukkan
kecenderungan meningkat tiap tahunnya, namun data tersebut mengindikasikan bahwa program pendidikan dasar Sembilan tahun masih jauh dari sasaran. Tabel 4.3 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 Tingkat Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak/Belum Tamat SD/MI/Sederajat
24,20
30,76
27,40
SD/MI/Sederajat
40,91
40,49
40,71
SMP/Sederajat
16,77
18,52
17,62
SMA/SMK/Sederajat
14,96
7,76
11,45
Universitas
3,16
2,48
2,83
JUMLAH
100,0
100,0
100,0
Sumber : Susenas Tahun 2012 Jika dilihat menurut jenis kelamin, maka terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk laki-laki sedikit lebih baik dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini terlihat dari lebih tingginya persentase penduduk laki-laki yang telah mampu menamatkan pendidikan tertinggi sampai level SMA ke atas dibandingkan penduduk perempuan. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh faktor budaya pada sebagian masyarakat yang lebih mementingkan pendidikan untuk anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
38
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendidikan
4.2.
Tingkat Partisipasi Sekolah Partisipasi penduduk dalam mengikuti program pendidikan di
Kabupaten Pandeglang dapat dilihat dari besarnya indikator angka partisipasi sekolah (APS). APS disajikan dalam tiga tingkatan usia, yaitu APS anak usia 7-12 tahun, usia 13-15 tahun dan usia 16-18 tahun. Tabel 4.4 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 Kelompok Umur
2011
2012
(1)
(3)
(4)
Laki-laki
97.35
98,33
Perempuan
99.09
96,73
Laki-laki + Perempuan
98.17
97,60
Laki-laki
82.66
90,78
Perempuan
91.73
92,77
Laki-laki + Perempuan
86.71
91,69
Laki-laki
50.44
50,00
Perempuan
64.31
57,22
56.49
53,29
Usia 7 – 12 tahun
Usia 13 – 15 tahun
Usia 16 – 18 tahun
Laki-laki + Perempuan Sumber : Susenas Tahun 2011 - 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
39
Pendidikan Pada tahun 2012 APS Kabupaten Pandeglang untuk anak usia 7-12 sebesar 97,60 persen. Angka ini menunjukkan bahwa persentase anak usia 7-12 tahun yang bersekolah hanya 97,60 persen, sisanya sebesar 3,40 tidak bersekolah. Anak yang tidak bersekolah terdiri dari anak yang sudah memasuki usia sekolah tetapi belum bersekolah dan anak yang putus sekolah. Sementara itu, angka partisipasi sekolah anak usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun jauh lebih rendah dibanding angka partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun. APS anak usia 13-15 tahun sebesar 91,69 persen dan APS anak usia 16-18 tahun sebesar 53,29 persen. Angka ini menunjukkan terdapat sekitar 92 anak yang sedang bersekolah dari 100 anak usia 13-15 tahun. Sedangkan untuk anak usia 16-18 tahun keadaanya lebih buruk, yaitu dari seratus anak hanya sekitar 53 anak yang sedang bersekolah Selain APS, biasanya untuk melihat partisipasi anak/masyarakat terhadap dunia pendidikan digunakan juga angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK). APM merupakan persentase penduduk usia sekolah yang masih sekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Sedangkan APK merupakan persentase penduduk yang sekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia pendidikan tertentu.
40
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendidikan Tabel 4.5 APM dan APK Kabupaten Pandeglang menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis KelaminTahun 2011 - 2012 Jenjang Pendidikan (1)
2011 APM (2)
2012 APK (3)
APM (4)
APK (5)
SD/MI/Sederajat) Laki-laki
92.74
105.47
92,83
99,11
Perempuan
93.57
105.39
92,46
102,48
Laki-laki + Perempuan
93.13
105.43
92,66
100,65
Laki-laki
66.40
85.03
76,53
93,23
Perempuan
72.50
89.80
79,69
98,71
Laki-laki + Perempuan
69.12
87.16
77,97
95,73
Laki-laki
37.61
48.58
42,99
58,71
Perempuan
55.55
66.40
47,67
64,21
Laki-laki + Perempuan 45.43 Sumber : Susenas Tahun 2011 - 2012
56.34
45,12
61,21
SMP/Sederajat)
SMA/Sederajat
Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa pada tahun 2012 angka partisipasi murni (APM) Kabupaten Pandeglang untuk jenjang pendidikan SD/sederajat tercatat sebesar 92,66 persen. Angka ini menunjukkan bahwa dari 100 anak usia 7-12 tahun di Kabupaten Pandeglang, 93 diantaranya sedang bersekolah pada jenjang pendidikan SD/Sederajat. Sedangkan APM jenjang pendidikan SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat masing-masing tercatat sebesar 77,97 persen dan 45,12 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
41
Pendidikan Angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan SD/sederajat tercatat sudah melampaui angka 100, yaitu mencapai angka 100,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa program wajar dikdas 6 tahun di Kabupaten Pandeglang sudah tercapai. Angka APK yang melebihi 100 persen mengindikasikan masih cukup banyak siswa jenjang SD/sederajat di Kabupaten Pandeglang yang berusia di luar rentang 7-12 tahun. APK jenjang pendidikan SMP dan SMA pada tahun 2012 mengalami kenaikan dibanding tahun 2011. Pada tahun 2012 APK jenjang pendidikan SMP tercatat sebesar 95,73 persen naik dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 87,16 persen sedangkan SMA naik dari 56,34 menjadi 61,21 persen. 4.3.
Fasilitas Pendidikan Ketersediaan fasilitas pendidikan merupakan syarat mutlak yang
harus terpenuhi dalam menunjang keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Fasilitas pendidikan, terutama gedung sekolah merupakan hal yang penting karena merupakan tempat di mana terjadinya proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Hal penting lainnya adalah ketersediaan tenaga pengajar yang berkualitas dan memenuhi standar kualifikasi sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Jumlah sarana sekolah, guru dan siswa di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Pada Tahun ajaran 2012 rata-rata tiap sekolah tingkat SD menampung 180 siswa dengan rata-rata jumlah guru sebanyak 12 orang. Untuk sekolah Tingkat SMP rata-rata 42
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Pendidikan tiap sekolah menampung 241 siswa dengan rata-rata jumlah guru sebanyak 19 orang per sekolah. Sedangkan untuk sekolah tingkat SMA rata-rata tiap sekolah menampung 250 siswa dengan rata-rata jumlah guru sebanyak 22 orang. Sama halnya dengan rasio guru sekolah, rasio murid guru pada tahun 2012 menunjukan angka yang cukup baik bahkan cenderung berlebih. Pada tahun ajaran 2012 satu orang guru jenjang pendidikan SD/sederajat rata-rata mengajar/mengawasi 15 orang siswa. Untuk jenjang pendidika SMP/sederajat, satu orang guru mengajar/mengawasi 13 orang siswa dan satu orang guru pada jenjang pendidikan SMA/sederajat rata-rata mengajar/mengawasi 11orang siswa. Tabel 4.6 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid-Guru Menurut Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun 2012 Jenjang Sekolah
Jumlah Sekolah
Jumlah Guru
Jumlah Murid
Rasio MuridGuru
Rasio MuridSekolah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.018
12.185
183.597
15
180
SMP sederajat
285
5.445
68.620
13
241
SMA sederajat
155
3.432
38.785
11
250
SD sederajat
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kemenag. Kab. Pandeglang 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
43
Pendidikan Berdasarkan angka rasio guru-sekolah dan rasio murid-guru, ketersediaan fasilitas pendidikan beserta tenaga pendidik di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 sudah menunjukan keadaan yang cukup baik. Namun bila dibandingkan dengan indikator output pendidikan, terlihat ada hal yang cukup kontradiktif, yaitu masih rendahnya partisipasi sekolah anak usia sekolah, terutama pada jenjang pendidikan SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Perlu ditelaah lebih lanjut apa yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anaknya disaat fasilitas pendidikan sudah cukup mendukung.
44
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB V KETENAGAKERJAAN
Data ketenagakerjaan dewasa ini semakin diperlukan, terutama untuk
evaluasi
ketenagakerjaan
dan
perencanaan
pembangunan
seperti
peningkatan
keterampilan
di tenaga
bidang kerja,
perluasan kesempatan kerja dan berusaha serta produktifitas tenaga kerja. Sangat masuk akal jika analisis mengenai kualitas sumber daya manusia biasanya menempatkan faktor ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang vital. Bila diamati, status penduduk dibagi kedalam dua kelompok besar: yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Secara definitif penduduk usia kerja di Indonesia, khususnya di Kabupaten Pandeglang ini adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Dimana penduduk usia kerja terbagi atas penduduk yang termasuk dalam Angkatan Kerja, yaitu penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan dan bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga, sekolah, pensiunan dan lainnya. Menurut konsep yang dipakai BPS dalam Sakernas, bekerja diartikan sebagai kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu. Bekerja selama satu jam
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
45
Ketenagakerjaan tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji termasuk semua tunjangan dan bonus bagi pekerja/karyawan/pegawai dan hasil usaha berupa sewa atau keuntungan, baik berupa uang atau barang termasuk bagi pengusaha. Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang digambarkan melalui beberapa indikator karakteristik ketenagakerjaan. Indikator ketenagakerjaan
tersebut
diantaranya
adalah
tingkat
partisipasi
angkatan kerja (TPAK), tingkat kesempatan kerja (TKK) dan tingkat pengangguran terbuka (TPT). 5.1.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Partisipasi penduduk usia kerja dalam bekerja dan mencari
pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan rumahtangganya dapat dilihat melalui angka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). TPAK merupakan indikator untuk melihat perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), pada tahun 2012 persentase penduduk Kabupaten Pandeglang yang masuk dalam usia kerja dan aktif dalam bekerja dan mencari pekerjaan (TPAK) tercatat sebesar 69,02 persen atau mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercat 64,28 persen. Angka tersebut sekaligus memberikan gambaran bahwa hanya sekitar 69,02 persen dari penduduk usia kerja di Kabupaten Pandeglang yang
46
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Ketenagakerjaan berpotensi untuk mendapatkan pendapatan/penghasilan, walaupun di dalamnya masih termasuk mereka yang mencari pekerjaan. Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 - 2012 Karakteristik
2011
2012
(1) 1. Penduduk Usia Kerja
(2) 798.839
(3) 827.453
2. Angkatan Kerja
513.487
571.074
a. Bekerja
455.379
517.943
b. Pengangguran
58.108
53.131
285.352
256.379
a. Sekolah dan Mengurus RT
234.612
225.125
b. Lainnya
50.740
31.254
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
64,28
69,02
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
11,32
9,30
6. Tingkat Kesempatan Kerja (%)
88,68
90,67
3. Bukan Angkatan Kerja :
Sumber : Sakernas Tahun 2011 – 2012
Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa kenaikan TPAK diikuti dengan meningkatnya tingkat kesempatan kerja (TKK) dari 88,68 persen pada tahun 2011 naik menjadi 90,67 persen di tahun 2012. Secara otomatis, kenaikan tingkat kesempatan kerja akan menurunkan level TPT, yaitu dari 11,32 persen pada tahun 2011 menjadi 9,30 persen di tahun
2012.
Berdasarkan
hal
tesebut,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
secara
umum
kondisi
47
Ketenagakerjaan ketenagakerjaan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2011. Indikator TKK yang sebesar 90,67 persen menunjukkan bahwa seluruh aktifitas ekonomi di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 baru mampu menyerap 90,67 persen dari angkatan kerja yang tersedia, sedangkan sisanya yang tidak terserap menjadi pengangguran. Tabel 5.2 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 Karakteristik
Laki-laki
Perempuan
(1) 1. Penduduk Usia Kerja
(2) 421.725
(3) 405.728
2. Angkatan Kerja
376.683
194.391
344.742
173.201
31.941
21.190
45.042
211.337
a. Sekolah dan Mengurus RT
23.918
201.207
b. Lainnya
21.124
10.130
89,32
47,91
8,48
10,90
91,52
89,10
a. Bekerja b. Pengangguran 3. Bukan Angkatan Kerja :
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6. Tingkat Kesempatan Kerja (%) Sumber : Sakernas Tahun 2012
Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara TPAK laki-laki dengan
48
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Ketenagakerjaan perempuan. Pada tahun 2012 TPAK laki-laki sebesar 89,32 persen sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 47,91 persen. Perbedaan ini menunjukkan bahwa situasi ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang masih sangat dipengaruhi gender. Partisipasi laki-laki yang secara budaya ketimuran berperan sebagai pemikul beban rumah tangga jauh lebih besar dibandingkan perempuan dalam hal bekerja mendapatkan penghasilan /pendapatan baik untuk dirinya maupun rumahtangganya. Sedangkan pada indikator TPT berdasarkan Tabel 5.2, ternyata persentase penduduk perempuan yang termasuk pengangguran lebih besar dibanding penduduk laki-laki, yaitu 10,90 persen berbanding 8,48 persen . 5.2.
Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan Tabel 5.3 menunjukkan sebaran penduduk yang bekerja menurut
sektor/lapangan usaha, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa dan sektor/lapangan usaha lainnya. Dalam sudut pandang perekonomian, untuk mengetahui sektor apa yang paling dominan di suatu wilayah biasanya dilihat dari peranan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja dan pembentukan nilai tambah (PDRB). Namun tidak selamanya sektor yang dominan menyerap tenaga kerja menjadi sektor yang paling banyak menciptakan nilai tambah. Perbedaan produktifitas tenaga kerja antar sektor dan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
49
Ketenagakerjaan penerapan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
menjadi
penyebab
terjadinya hal tersebut. Tabel 5.3 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut LapanganUsaha dan Distribusi PDRB ADH Berlaku, Tahun 2012
Lapangan Usaha
1. 2. 3. 4. 5.
(1) Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, HR Jasa-jasa Lainnya*)
Total
Penyerapan Tenaga Kerja (%)
Distribusi PDRB ADHB Tahun 2012 (%)
2011
2012
(2) 36,42 9,89 23,75 14,37 15,56
(3) 36,38 9,11 22,06 21,84 10,60
(4) 28,31 10,00 16,24 22,72 22,73
100,00
100,00
100,00
Sumber : Sakernas Tahun 2011-2012 dan PDRB Kabupaten Pandeglang 2012 *) Lainnya: sektor pertambangan dan penggalian; listrik, gas, air; konstruksi; angkutan/transportasi; keuangan dan jasa perusahaan
Pada Tahun 2012, sektor ekonomi yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 36,38 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 22,06 persen. Sementara kontribusi sektor industri pengolahan dalam hal penyerapan tenaga kerja hanya sebesar 9,11 persen. Jika diperhatikan, maka selama periode 2011-2012 terjadi transformasi atau pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
jasa-jasa dan industri
pengolahan.
50
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Ketenagakerjaan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa aktifitas perekonomian di Kabupaten Pandeglang masih didominasi oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Keadaan ini sesuai dengan kondisi geografis Kabupaten Pandeglang yang memiliki banyak lahan pertanian dan kawasan dengan potensi wisata yang indah dan cukup terkenal seperti Pantai Carita, Tanjung Lesung, Pulau Umang dan lain sebagainya. Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa-jasa dan perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2012 tidak terlepas dari turunnya aktifitas ekonomi di sektor lainnya akibat perlambatan ekonomi regional. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari hal tersebut adalah banyaknya tenaga kerja yang beralih ke sektor perdagangan, hotel dan restoran yang nota bene merupakan sektor informal dan tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja dengan skill/keahlian khusus. Sedangkan peningkatan daya serap tenaga kerja pada sektor jasa selain juga tidak membutuhkan keahlian khusus, juga disebabkan oleh banyaknya penerimaan tenaga pengajar/guru oleh pemerintah daerah. Sementara itu, sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pandeglang adhb tahun 2012 diberikan oleh sektor yang sama dalam hal penyerapan tenaga kerja terbesar, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa, yaitu dengan kontribusi masing-masing sebesar 28,31 persen dan 22,72 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
51
Ketenagakerjaan Jika diperhatikan lebih lanjut, maka sektor pertanian dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 36,38 persen ternyata hanya mampu memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB adhb sebesar 28,31 persen. Sedangkan sektor lain seperti industri pengolahan yang hanya mampu menyerap tenaga kerja sekitar 9,11 persen, ternyata kontribusinya terhadap PDRB mencapai 10,00 persen. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa produktifitas pekerja pada sektor pertanian jauh lebih rendah dibandingkan sektor industri. Hal ini kiranya perlu menjadi perhatian mengingat produktifitas yang rendah akan berdampak pada kecilnya pendapatan. Dan kecilnya pendapatan akan berdampak pada kemiskinan. Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka struktur penduduk bekerja menurut sektor/lapangan usaha menunjukkan komposisi yang hampir sama antara pekerja laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 5.4 terlihat bahwa sekitar 41,72 persen pekerja laki-laki bekerja di sektor pertanian. Hal yang sama terjadi pada pekerja perempuan, dimana 25,766 persen diantaranya bekerja pada sektor pertanian. Sektor berikutnya yang menarik bagi pekerja laki-laki dan perempuan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase masingmasing sebesar 16,88 persen dan 32,36 persen.
52
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Ketenagakerjaan Tabel 5.4 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun di Kabupaten Pandeglang Tahun 2012
Sektor/Lapangan Usaha
Persentase Laki-laki
Perempuan
(2) 41,72 8,89 16,88 17,14 15,37
(3) 25,76 9,57 32,36 31,19 1,11
Total
100
100
Jumlah
344.742
173.201
1. 2. 3. 4. 5.
(1) Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, HR Jasa – jasa Lainnya*)
Sumber : Sakernas Tahun 2012 *) Lainnya: sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor LGA, sektor Konstruksi, sektor Angkutan/Transportasi serta sektor keuangan dan jasa perusahaan
Jika dilihat menurut status pekerjaan maka dapat dilihat bahwa sektor informal memiliki peranan yang signifikan dalam hal penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Pandeglang. Pada tabel 5.5 terlihat bahwa proporsi pekerja yang bekerja sebagai buruh/karyawan (kategori status formal) tercatat hanya sebesar 19,22 persen, angka ini mengalami penurunan dibanding tahun 2011 yang mencapai 29,48 persen. Selanjutnya, mayoritas pekerja di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 merupakan para pekerja bebas (24,11 persen), kemudian penduduk yang berusaha sendiri (22,80 persen) dan penduduk yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
53
Ketenagakerjaan berusaha dengan dibantu pekerja tidak dibayar/tidak tetap (14,75 persen). Tabel 5.5 Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 (persen) Status Pekerjaan
2011
2012
(1)
(2)
(3)
Pengusaha
34,44
39,70
a. Berusaha Sendiri
21,86
22,80
b. Berusaha dibantu pekerja tak dibayar/tidak tetap
10,97
14,75
c. Berusaha dibantu buruh tetap
1,61
2,16
II. Buruh/Karyawan
29,48
19,22
III. Pekerja Bebas
23,99
24,11
IV. Pekerja Keluarga/Tak Dibayar
12,09
16,97
100,00
100,00
I.
Jumlah Sumber : Sakernas, Tahun 2011-2012
Terbatasnya lapangan pekerjaan pada sektor formal seperti buruh/karyawan pabrik dan pegawai negeri menyebabkan sektor informal berkembang dengan sendirinya. Meningkatnya pekerja sektor informal juga dapat mengindikasikan masih besarnya peluang usaha yang bisa dijalankan di Kabupaten Pandeglang, sehingga masyarakat berani untuk mencoba usaha sendiri maupun berusaha dibantu buruh/karyawan tetap maupun tidak tetap dari pada mencari pekerjaan
54
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Ketenagakerjaan pada orang lain. Hal ini mungkin yang menyebabkan persentase penduduk dengan status pengusaha cukup tinggi di Pandeglang. Tabel 5.6 Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2012 (persen) Status Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
(2)
(3)
43,98
31,19
24,33 16,53
19,75 11,18
3,11
0,26
II. Buruh/Karyawan
21,50
14,70
III. Pekerja Bebas
30,50
11,39
4,03
42,72
100,00
100,00
(1) I. Pengusaha a. Berusaha Sendiri b. Berusaha dibantu pekerja tak dibayar/tidak tetap c. Berusaha dibantu buruh tetap
IV. Pekerja Keluarga/Tak Dibayar Jumlah Sumber : Sakernas Tahun 2012
Jika dibedakan menurut jenis kelamin, maka terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam status pekerjaan antara pekerja laki-laki dan perempuan. Pada tahun 2012 pekerja laki-laki yang berstatus sebagai pengusaha sebesar 43,98 persen, sedangkan pekerja perempuan sebesar 31,19 persen. Pada pekerja baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar dari pekerja yang berstatus pengusaha tersebut adalah mereka yang berstatus berusaha sendiri.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
55
Ketenagakerjaan
56
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB VI TARAF KESEJAHTERAAN DAN POLA KONSUMSI
Tingkat kesejahteraan seorang penduduk di suatu wilayah dapat digambarkan melalui pendapatan maupun pengeluarannya. Namun demikian,
tidaklah
mudah
untuk
mendapatkan
data
tentang
pendapatan suatu penduduk. Oleh sebab itu, sampai dengan saat ini perkiraan tentang pendapatan suatu rumah tangga dilakukan melalui pendekatan Pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran makan dan bukan makanan. Dengan kedua jenis pengeluaran ini, dapat dilihat bagaimana pola konsumsi masyarakat. Dengan menggunakan data pengeluaran dapat terlihat pola konsumsi rumah tangga secara umum melalui indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Komposisi pengeluaran rumah
tangga
dapat
dijadikan
ukuran
guna
menilai
tingkat
kesejahteraan ekonomi penduduk. Pada umumnya makin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat kesejahteraan penduduk. Pada kelompok penduduk dengan tingkat pendapatan rendah biasanya
pengeluaran
akan
lebih
difokuskan
untuk
memenuhi
kebutuhan dasar, yaitu makanan. Penduduk yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan
standar
minimum
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
tertentu
biasanya
57
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi dikategorikan sebagai penduduk miskin. Di Indonesia, penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) tidak mencukupi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Standar kebutuhan hidup layak sesuai hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978 diterjemahkan sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara 2.100 kalori sehari, ditambah sejumlah pengeluaran untuk bukan makanan seperti perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Jumlah uang tersebut kemudian dikatakan sebagai batas garis kemiskinan. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu wilayah mencerminkan tingkat pendapatan penduduk pada wilayah tersebut. Semakin banyak jumlah penduduk miskin mengindikasikan rendahnya tingkat pendapatan penduduk. 6.1.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Berbicara masalah kemiskinan atau tepatnya penduduk miskin
seolah tidak pernah ada habisnya. Penduduk miskin nampaknya sudah menjadi ciri khas atau trade mark bagi negara miskin dan berkembang atau lebih dikenal sebagai negara dunia ketiga, dimana Indonesia termasuk salah satu diantaranya. Kemiskinan di negara berkembang seperti Indonesia pada umumnya mengarah pada kemiskinan absolut, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mencapai standar hidup minimal tertentu yang telah ditetapkan. Walaupun pemerintah telah banyak menggulirkan berbagai 58
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi program yang menitikberatkan pada pengentasan kemiskinan, namun masih ada beberapa yang dianggap belum tepat sasaran, bahkan gagal dalam mengentaskan kemiskinan. Beberapa program dianggap belum menyentuh masalah mendasar yang terjadi pada masyarakat sehingga hasilnya tidak efektif. Selain itu, program yang ada juga dinilai masih bersifat reaktif, jangka pendek dan parsial. Tabel 6.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Pandeglang, Tahun 1996-2011 Tahun
Penduduk Miskin (Jiwa)
Persentase Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan)
(1) 1996
(2) 111.577
(3) 11,94
(4) 32.159
1999
180.700
18,70
75.500
2000
198.983
19,80
84.725
2001
178.636
15,61
98.350
2002
157.291
15,11
105.402
2003
166.600
15,40
124.303
2004
151.500
13,77
133.300
2005
153.733
13,89
135.943
2006
177.895
15,82
144.543
2007
176.812
15,64
151.763
2008
165.242
14,49
162.059
2009
138.003
12,01
190.256
2010
127.800
11,14
202.483
2011
117.644
9,80
209.655
2012
=
9,27*
217.081
Sumber : Susenas Tahun 1996 – 2012
*)angka sementara
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
59
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi Jika
memperhatikan
perkembangan
penduduk
miskin
di
Pandeglang sejak empat tahun terakhir, terlihat kecenderungan menurun jumlahnya. Jika pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Pandeglang diperkirakan sebanyak 127.800 jiwa atau sebesar 11,14 persen dari jumlah penduduk Pandeglang, maka pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin menjadi sebanyak 117.644 jiwa atau sebesar 9,80 persen. Di tahun 2012 terjadi penurunan menjadi 9,27 persen. Penurunan ini selain akibat membaiknya kondisi perekonomian regional juga tidak lepas dari dampak digulirkannya berbagai program untuk mengentaskan kemiskinan. Perkembangannya lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 6.1. Grafik 6.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Nilai Garis Kemiskinan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2001-2011 250.000
200.000
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum
150.000
100.000 50.000
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Penduduk Miskin
60
Garis Kemiskinan
Tahun
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang layak (mencukupi) di suatu wilayah. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang. Hampir setiap negara memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan walaupun dengan kriteria yang berbeda-beda. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan bantuan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan (Situs Wikipedia). Nilai garis kemiskinan selalu berubah-ubah dan sangat rentan terhadap perubahan harga. Tingkat inflasi yang tinggi akibat kondisi perekonomian yang mengalami perlambatan dapat membuat nilai garis kemiskinan meningkat, akibatnya jumlah penduduk miskin akan bertambah secara otomatis. Penduduk yang pendapatannya (didekati oleh pengeluaran) berada sedikit di atas nilai garis kemiskinan (hampir miskin) merupakan kelompok penduduk yang sangat beresiko tinggi untuk tergolong sebagai penduduk miskin. Atas dasar hal tersebut, pemerintah di negara manapun selalu berusaha menjaga tingkat inflasi menjadi serendah mungkin. Perkembangan nilai garis kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 6.1. Terlihat bahwa nilai
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
61
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi garis
kemiskinan
selalu
meningkat
tiap
tahunnya
mengikuti
perkembangan harga/inflasi, sedangkan jumlah penduduk miskin berfluktuasi walaupun dalam empat tahun terakhir semakin menurun persentasenya. Pada dasarnya peningkatan daya beli (pendapatan) penduduk akan selalu berlomba dengan peningkatan harga-harga barang/jasa (inflasi). Selama pertumbuhan level inflasi dapat dijaga berada di bawah peningkatan pendapatan penduduk maka jumlah penduduk miskin akan semakin berkurang. Melalui Tabel 6.1 kita juga dapat melihat, ketika inflasi membumbung tinggi akibat kriris ekonomi pada tahun 2000-2008 sementara pendapatan penduduk cenderung tetap atau bahkan berkurang akibat banyaknya penganggur maka persentase penduduk miskin akan meningkat drastis. 6.2.
Pola Konsumsi Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator
kesejahteraan
rumah
tangga/keluarga.
Selama
ini
berkembang
pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan
terhadap
seluruh
pengeluaran
rumah
tangga
dapat
memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga.
62
Dengan
kata
lain
dapat
dikatakan
bahwa
rumah
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi tangga/keluarga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk non makanan. Tabel 6.2 Pengeluaran Rata-rata per Kapita per Bulan Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 Konsumsi
Pengeluaran (Rp) 2011
2012
Persen 2011
2012
(1) Makanan Padi-padian Tembakau/Sirih Lain-lain
(2) 252.580 57.171 37.805 157.604
(3) 285.440 64.040 45.376 176.024
(4) 60,45 13,68 9,05 37,72
(5) 59,29 13,30 9,43 36,56
Bukan Makanan Perumahan Barang dan Jasa Pendidikan Lain-lain
165.269 79.413 39.384 13.343 33.131
195.979 85.078 52.736 17.100 41.065
39,55 19,01 9,42 3,19 7,93
40,71 17,67 10,18 3,55 9,31
Total
417.849
481.419
100,00
100,00
Sumber: Susenas Tahun 2011-2012
Pada Tabel 6.2 disajikan data pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan penduduk Pandeglang tahun 2011 dan 2012. Terlihat bahwa selama periode 2011-2012 rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Pandeglang naik sebesar 15,21 persen dari Rp. 417.849,- menjadi Rp. 481.419,-. Kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya porsi pengeluaran penduduk untuk konsumsi makanan dan bukan makanan. Walaupun
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
63
Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi secara persentase pengeluaran penduduk untuk makanan menurun tapi secara riil naik dari Rp. 252.580,- menjadi Rp. 285.440,-. Sementara konsumsi non makanan secara persentase mengalami kenaikan dibanding tahun 2011 dari 39,55 % menjadi 40,71%. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada periode 2011-2012 terjadi kecenderungan bahwa konsumsi makanan masih menjadi prioritas penduduk Pandeglang dalam membelanjakan penghasilannya. Pengeluaran terbesar konsumsi makanan adalah untuk padi-padian (makanan pokok) dan tembakau/sirih (rokok). Sedangkan dari konsumsi bukan makanan pengeluaran terbesar adalah untuk konsumsi perumahan serta barang/jasa.
64
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB VII FASILITAS PERUMAHAN
Salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi untuk mencapai kesejahteraan adalah perumahan. Pemenuhan kebutuhan akan perumahan relatif sulit pemecahannya karena berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi,
kemampuan
masyarakat yang terbatas
dan pembiayaan
pembangunan perumahan yang cukup besar. Papan atau hunian tempat tinggal. Selain sebagai tempat berlindung dan mempertahankan diri dari kondisi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial, rumah juga dapat menunjukkan status sosial seseorang. Status sosial seseorang berbanding lurus dengan kualitas/kondisi rumahnya. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan perumahanpun meningkat. Namun keterbatasan lahan untuk pemukiman dan penawaran perumahan yang hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan. Hal lain yang menjadi permasalahan adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membangun perumahan yang layak Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
65
Fasilitas Perumahan huni, sementara tingkat pendapatan penduduk masih relatif rendah. Akibatnya adalah masih tingginya jumlah rumah tangga/penduduk yang menempati rumah tidak layak huni, baik dilihat dari sisi kualitas rumah, lingkungan, kesehatan maupun ukuran luasnya. Berbagai fasilitas perumahan yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut diantaranya dapat dilihat dari kualitas material yang mencakup antara lain jenis atap, dinding dan lantai terluas yang digunakan. Kualitas ketiga unsur tersebut secara umum dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Selain itu, berbagai indikator fasilitas penunjang lain seperti sumber air minum, luas lantai hunian, tempat buang air besar, sumber penerangan dan status kepemilikan rumah juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Kondisi ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh terhadap kepemilikan rumah tinggal. Rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dapat dikatakan telah mampu memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang terjamin dan permanen dalam jangka panjang. Berdasarkan
hasil
Susenas,
pada
tahun
2012
sebagian
besar
rumahtangga di Pandeglang menempati rumah milik sendiri/orang tua/saudara (90,08 persen). Sedangkan sisanya rumahtangga masih menempati rumah sewa/kontrak ataupun rumah dinas.
66
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Fasilitas Perumahan Tabel 7.1 Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2011-2012 (Persen) Indikator Fasilitas Perumahan
2011
2012
(1)
(2)
(3)
Rumah milik sendiri/ Orang tua/ Saudara
97,83
90,08
Lantai terluas bukan tanah
87,61
89,76
Luas lantai rumah perkapita < 10 m2
23,14
24,31
Atap rumah dari beton dan genteng
82,39
85,6
Dinding rumah berupa tembok
48,85
50,45
Mengkonsumsi air minum kemasan dan air ledeng
13,62
15,45
Bahan bakar memasak: Gas Minyak tanah Kayu bakar Lainnya
24,91 0,94 72,72 0,92
35,41 0,00 63,47 0,13
Menggunakan fasilitas buang air besar
51,87
60,43
Menggunakan Listrik PLN dan non PLN
97,97
97,68
Sumber : Susenas Tahun 2011-2012
Indikator lain yang digunakan untuk melihat kualitas perumahan untuk rumah tinggal adalah penggunaan atap dan dinding terluas. Dari hasil Susenas 2012, persentase rumah tinggal dengan atap terluas berupa beton atau genteng mencapai sekitar 85,6 persen. Sedangkan bangunan rumah tinggal yang dinding terluas berupa tembok menunjukkan peningkatan, yaitu dari 48,85 persen menjadi sekitar 50,45 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
67
Fasilitas Perumahan Kelengkapan
fasilitas
pokok
suatu
rumah
tinggal
akan
menentukan kualitas dan nyaman tidaknya rumah tinggal tersebut. Salah satu fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya air bersih serta jamban yang dimiliki sendiri. Ketersediaan air bersih dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan oleh pemerintah. Seperti terlihat pada tabel 7.1, persentase rumah tangga yang mengkonsumsi air minum kemasan dan air ledeng sebagai sumber air minum dan masak baru mencapai sekitar 15,45 persen. Selebihnya masih menggunakan sumber air dari sumur bor/ pompa, sumur terlindung, sumur tak terlindung, mata air terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, air hujan dan lainnya. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan tingkat resiko pencemaran yang mungkin ditimbulkan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan
terutama
dikaitkan
dengan
tanggungjawab
dalam
pemeliharaan dan kebersihan sarana. Fasilitas rumah tangga yang berhubungan dengan hal tersebut adalah ketersediaan jamban sendiri. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2012, persentase rumah tangga yang
68
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Fasilitas Perumahan menggunakan fasilitas buang air besar di Pandeglang mencakup sekitar 60,43 persen. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 51,87 persen. Fasilitas perumahan lainnya yang juga penting adalah penerangan dan bahan bakar untuk memasak. Sumber penerangan yang ideal adalah yang berasal dari listrik (PLN dan Non PLN), karena cahaya listrik lebih terang dibandingkan sumber penerangan lainnya. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2012, sekitar 97,68 persen rumah tangga di Pandeglang telah menikmati fasilitas penerangan listrik. Sementara itu persentase rumah tangga yang menggunakan bahan bakar gas untuk memasak naik dari 24,91 persen menjadi 35,41 persen. Program konversi bahan bakar minyak tanah menuju bahan bakar gas yang dijalankan pemerintah cukup mendorong penurunan penggunaan bahan bakar minyak tanah oleh rumah tangga seperti terlihat pada Tabel 7.1. Namun demikian, jumlah pengguna bahan bakar gas belum naik secara signifikan, terbukti bahwa sebagian besar rumah tangga di Pandeglang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Selain harga kayu bakar yang murah dan mudah diperoleh,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
69
Fasilitas Perumahan
70
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun mampu mengukur
dimensi
mencerminkan
pokok
kemampuan
pembangunan dasar
(basic
manusia
yang
capabillities)
dinilai
penduduk.
Dikatakan cukup baik karena IPM merupakan indikator gabungan yang mencakup tiga indikator pembangunan yang dominan dan memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kualitas sumber daya manusia. Tiga indikator penyusun IPM tersebut adalah : 1) Indikator Kesehatan yang digambarkan melalui Indeks Angka Harapan Hidup (AHH), 2) Indikator Pengetahuan yang digambarkan melalui Indeks Angka Melek Huruf dan Indeks Rata-rata Lama Sekolah), dan 3) Indikator Ekonomi yang digambarkan melalui Indeks Kemampuan Daya Beli Masyarakat / Purchasing Power Parity).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
71
Indeks Pembangunan Manusia Indikator penting tersebut terwujud dalam suatu ukuran pencapaian, yaitu “umur panjang dan sehat” yang diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir, “berpengetahuan dan berketerampilan” yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup
layak yang diukur
dengan pendapatan
perkapita
yang
disesuaikan. Ketiga indikator tersebut dianggap dapat mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah Penghitungan IPM dengan menggunakan ketiga indikator tersebut di atas merupakan formula yang digunakan oleh UNDP (United Nation Development Program) sejak tahun 1990 untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu negara dan dipublikasikan dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Tabel 8.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Komponen IPM
Mak
Min
Catatan
(1)
(2)
(3)
(4)
85
25
Sesuai standar global (UNDP)
100
0
Sesuai standar global (UNDP)
15
0
Sesuai standar global (UNDP)
732.720
300.000
UNDP menggunakan PDB perkapita riil yang disesuaikan
Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah Konsumsi per kapita yang disesuaikan
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang
72
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Indeks Pembangunan Manusia 8.1.
Indikator Kesehatan Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara umum,
angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) dipilih sebagai salah satu komponen dalam penghitungan IPM untuk indikator bidang kesehatan. Angka harapan hidup merupakan indikator penting dalam mengukur longevity (panjang umur) yang menggabarkan derajat kesehatan masyarakat suatu daerah, karena semakin baik kesehatan seseorang maka kecenderungan untuk hidup lebih lama semakin tinggi dan
sebaliknya
semakin
buruk
kesehatan
seseorang
maka
kecenderungan hidupnya pun semakin pendek, hal ini tentunya tidak terlepas dari kekuasaan Tuhan. Untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung dengan menggunakan dua data dasar, yaitu rata-rata anak lahir
hidup
dan
rata-rata
anak
yang
masih
hidup.
Prosedur
penghitungan angka harapan hidup sejak lahir (AHH0) dilakukan dengan menggunakan Software Mortpack Life. Setelah mendapatkan angka harapan hidup sejak lahir, selanjutnya dilakukan penghitungan angka indeks (Indeks Kesehatan) dengan cara membandingkan angka tersebut terhadap angka yang sudah distandarkan.
AHH0 t – AHH0 Min Indeks AHH0 = ---------------------------------Sasaran Ideal – AHH0 Min
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
73
Indeks Pembangunan Manusia Pada tahun 2012 angka harapan hidup penduduk Pandeglang sebesar 64,13. Angka ini menunjukan bahwa setiap penduduk pandeglang
(bayi)
peluang/harapan
yang
untuk
lahir hidup
pada
tahun
selama
64,13
2012
mempunyai
tahun.
Dengan
menggunakan rumus di atas akan didapat angka indeks harapan hidup sebesar 65,22. Indeks angka harapan hidup merupakan indeks penyusun IPM yang menggambarkan pembangunan manusia di bidang kesehatan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencapaian pembangunan di bidang kesehatan baru mencapai 65,22 persen dari kondisi ideal. Angka indeks harapan hidup yang lebih besar dibandingkan tahun 2011 menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat Pandeglang semakin membaik. 8.2.
Indikator Pengetahuan Indeks pengetahuan disusun oleh dua indikator pendidikan, yaitu
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. 8.2.1. Angka Melek Huruf Harkat dan martabat manusia akan meningkat diantaranya apabila yang bersangkutan cerdas. Hidup sehat dan cerdas diyakini akan meningkatkan kemampuan produktivitas seseorang sehingga akan meningkatkan mutu peran warga tersebut sebagai pelaku (agent) pembangunan. Tingkat kecerdasan (intelligence) seseorang pada titik
74
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Indeks Pembangunan Manusia waktu tertentu merupakan produk gabungan dari keturunan (heredity), pendidikan dan pengalamannya. Perkembangan tingkat pendidikan salah satunya dapat dievalusi dengan melihat besarnya indikator angka melek huruf (AMH). Yang dimaksud dengan AMH adalah Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Batasan usia 10 tahun ke atas hanya membatasi proporsi penduduk yang usianya dianggap telah cukup untuk belajar membaca dan menulis di sekolah. Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin merupakan nilai indeks dari AMH. Pada tahun 2012 angka melek huruf (indeks AMH) Kabupaten Pandeglang sebesar 96,41 persen. 8.2.2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS ) / Mean Years of Schooling Selain
angka
melek
huruf,
indikator
penyusun
indeks
pengetahuan lainnya adalah rata-rata lama sekolah (RLS). AMH dan RLS diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk.
RLS =
∑fi x ji -------------∑fi
Keterangan: RLS
= Rata-rata Lama Sekolah
Fi
= Frekuensi penduduk 10 tahun keatas pada jenjang pendidikan i
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
75
Indeks Pembangunan Manusia J
= Lama sekolah untuk masing-masing jenjang pendidikan yang ditamatkan atau tingkat pendidikan yang pernah diduduki
I
= Jenjang pendidikan Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai jumlah lamanya
penduduk 10 tahun ke atas bersekolah dibagi dengan jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas. Angka rata-rata lama sekolah dihitung dengan mengolah dua variabel secara simultan, yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah diduduki dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Penghitungan rata-rata lama sekolah dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, dihitung lama sekolah untuk masing-masing individu dengan menggunakan pola hubungan antar variabel, tahap selanjutnya dihitung indeks rata-rata lama sekolah dengan formula sebagai berikut.
Indeks RLS =
RLS 2012 – RLS Min ----------------------------Sasaran Ideal – RLS Min
Pada tahun 2012 angka rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Pandeglang adalah 6,97 tahun. Angka RLS yang dibawah angka wajib pendidikan dasar 9 tahun harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah untuk sesegera mungkin melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan. Dengan berpatokan sasaran ideal RLS adalah 15 tahun, maka didapat indeks RLS sebesar 46,46 persen. Dengan demikian dapat diartikan bahwa rata-rata lama
76
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Indeks Pembangunan Manusia sekolah masyarakat Kabupaten Pandeglang baru mencapai 46,46 persen dari rata-rata lama sekolah ideal, yaitu 15 tahun.
8.2.3. Indeks Pengetahuan (Indeks AMH + Indeks RLS) Indeks angka melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah digabung menjadi satu dengan perbandingan 2 : 1, sehingga diperoleh indeks pendidikan dengan formula sebagai berikut:
IP =
2 1 ----- Indeks AMH + ----- Indeks RLS 3 3
Indeks pengetahuan akan bernilai antara 0 (kondisi terburuk) sampai dengan 100 (kondisi terbaik). Angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah
dapat
menggambarkan
tingkat
pengetahuan
dan
keterampilan masyarakat suatu wilayah. Pada
tahun
2012
angka
indeks
pengetahuan
Kabupaten
Pandeglang sebesar 79,76. Hal ini berarti pembangunan yang selama ini dilakukan baru membawa tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat Kabupaten Pandeglang mencapai 79,76 persen dari kondisi ideal (pencapaian maksimal). Pencapaian angka indeks pengetahuan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 79,37 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
77
Indeks Pembangunan Manusia 8.3.
Indikator Ekonomi Indikator Ekonomi digambarkan melalui angka indeks tingkat
daya beli masyarakat/Purchasing Power Parity (PPP). Kemampuan daya beli merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup secara layak. Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara. Dengan dimasukannya variabel PPP kedalam penghitungan IPM, maka IPM jelas lebih ”lengkap” dalam merefleksikan kondisi suatu masyarakat yang memiliki peluang hidup panjang dan sehat serta memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Namun demikian, UNDP melihat bahwa kondisi seperti itu belum memberikan gambaran yang ideal. Menurutnya, masyarakat ideal selain harus memiliki peluang hidup panjang dan sehat serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan
yang
memadai,
juga
harus
mempunyai
peluang/kesempatan kerja/berusaha yang memadai sehingga akan memperoleh/menghasilkan sejumlah ”uang” yang memiliki daya beli (Purchasing Power).
78
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Indeks Pembangunan Manusia Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut : 1. Hitung pengeluaran konsumsi perkapita dari Susenas Modul (=A). 2. Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai (=B). 3. Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan nilai PDB suatu negara. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri dari nilai beberapa komoditi yang telah ditentukan (27 komoditi) dan diperoleh dari Susenas Modul. 4. Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C). 5. Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C. Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :
PPP / unit =
( i, j )
jE -------------------------------
(p( 9, j ) . q ( I,,j )
j dimana, E( I, j ) : pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten ke-i P( 9, j ) : harga komoditi j tahun dasar IHK di DKI Jakarta q( I,,j ) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten ke-I
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
79
Indeks Pembangunan Manusia Angka indeks tingkat daya beli (PPP) menunjukan tingkat kemampuan daya beli masyarakat. Semakin besar angka indeks PPP maka semakin tinggi pula kesempatan masyarakat untuk dapat memenuhi standar kehidupan yang layak. Pada tahun 2012, angka konsumsi perkapita riil yang disesuaikan Kabupaten Pandeglang tercatat sebesar Rp. 631.240,-. Dengan demikian, maka indeks tingkat daya beli masyarakat Kabupaten Pandeglang mencapai 62,68. Angka tersebut
mengindikasikan
Kabupaten
Pandeglang
bahwa
sebagai
tingkat jalan
daya
untuk
beli
masyarakat
memenuhi
standar
kehidupan yang layak baru mencapai 62,68 persen dari kondisi ideal. Tabel 8.2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang dan Komponen Penyusunnya Tahun 2010 – 2012 Komponen IPM
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks Angka Harapan Hidup
64,6
64,92
65,22
Indeks Pengetahuan
78,6
79,37
79,76
Indeks Tingkat Daya Beli
61,6
62,03
62,68
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang
8.4.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat ukur tingkat
pencapaian pembangunan manusia, merupakan indeks gabungan dari tiga komponen ‘penilai’ kualitas sumber daya manusia. Jika ketiga komponen tersebut memiliki kualitas yang baik, maka secara otomatis 80
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
Indeks Pembangunan Manusia sumber daya manusianya memiliki kualitas yang baik pula. Indeks pembangunan manusia menunjukan seberapa besar tingkat pencapaian dari pembangunan yang telah dilakukan selama ini dari bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Nilai indeks pembangunan manusia adalah rata-rata dari ketiga indeks , yaitu indeks angka harapan hidup (AHH), indeks pengetahuan dan indeks tingkat daya beli (PPP).
Indeks (Kesehatan + Pendidikan + Ekonomi ) IPM = ------------------------------------------------------------3 Secara keseluruhan, sebagaimana terlihat pada tabel 8.3, tingkat keberhasilan pembangunan manusia Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang digambarkan melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) baru mencapai 69,22. Kondisi ini mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun 2011 yang hanya sebesar 68,77. Jika digolongkan menurut pencapaian skor, maka angka IPM Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 termasuk golongan angka IPM menengah atas. Penggolongan skor/nilai IPM Nilai IPM
Keterangan
80 - 100 65 - 80 50 - 65 < 50
IPM Tinggi IPM Menengah Atas IPM Menengah Bawah IPM Rendah
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
81
Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Tabel 8.3, terlihat apabila dibandingkan dengan kabupaten/kota se-Provinsi Banten, maka pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 berada pada peringkat ke-7 dari 8 kabupaten/kota. Nilai pembangunan manusia terendah adalah Kabupaten Lebak dengan nilai IPM sebesar 68,43. Sedangkan nilai pembangunan manusia tertinggi
adalah Kota
Tangerang Selatan dengan nilai IPM sebesar 76,61. Tabel 8.3 Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Komponen IPM dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012
Propinsi/ Kabupaten/Kota
(1)
RataPengeluaran Angka Angka rata per Kapita Harapan Melek Lama Riil Hidup Huruf Sekolah disesuaikan (Tahun) (Persen) (Tahun) (Rp. 000)
IPM Rank 2011
2012
(6)
(7)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kab. Pandeglang
64,13
96,41
6,97
631,24
68.77
69,22
Kab. Lebak
63,42
95,69
6,27
634,85
67.98
68,43
Kab. Tangerang
66,01
95,89
8,96
640,80
72.05
72,36
Kab. Serang
64,25
95,75
7,36
636,45
69.33
69,83
Kota Tangerang
68,44
98,43
10,07
648,93
75.44
75,72
Kota Cilegon
68,67
98,77
9,72
651,86
75.60
75,89
Kota Serang
65,81
96,92
8,58
642,18
71.45
72,30
Kota Tangsel
68,77
98,51
10,98
649,12
76.01
76,61
Provinsi Banten
65,23
96,51
8,61
636,73
70.95
71,49
Sumber : BPS Provinsi Banten
82
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
(8) 7 8 4 6 3 2 5 1
Indeks Pembangunan Manusia Pembangunan manusia di Kabupaten Pandeglang dengan nilai IPM dan posisi yang dicapainya masih berada di bawah nilai IPM Provinsi Banten. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Pandeglang di bawah rata-rata pembangunan manusia di Provinsi Banten. Kerja keras dan usaha sungguh-sungguh yang berkelanjutan dalam melaksanakan program pembangunan masih perlu ditingkatkan agar Kabupaten Pandeglang dapat berdiri sejajar dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Banten. Grafik 8.1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten Tahun 2005-2012
74 72 70 68 66 64 62 60 2005
2006
2007
2008
2009
Banten
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
2010
2011
2012
Pandeglang
83
Indeks Pembangunan Manusia
84
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
BAB IX KESIMPULAN
Dari berbagai indikator yang diuraikan di bab sebelumnya menunjukkan bahwa keadaan kesejahteraan penduduk Kabupaten Pandeglang dari tahun ke tahunnya menunjukkan perbaikan. Dari sisi demografi dapat dilihat bahwa, laju pertumbuhan penduduk walaupun mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya, namun peningkatannya relatif cukup kecil. Hal ini membuktikan bahwa keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk mulai menunjukkan
keberhasilan.
Namun
secara
kelompok
kategori
penduduk, penduduk Kabupaten Pandeglang masih tergolong ke dalam kategori kelompok penduduk usia
muda. Sehingga, angka beban
tanggungan penduduk usia produktif menjadi tinggi. Di bidang kesehatan dan KB, angka fertilitas yang ditunjukkan oleh beberapa indikator secara umum relatif kecil. Angka mortalitas, termasuk jumlah kematian bayi pun relatif menurun jika dibanding dengan jumlah kematian bayi tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinan yang menyebabkan kecilnya kedua angka tersebut adalah semakin baiknya mutu pelayanan, sarana, dan prasarana kesehatan. Kecilnya angka kelahiran kemungkinan disebabkan oleh keberhasilan penerapan program KB. Sementara rendahnya jumlah kematian bayi terjadi oleh karena kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan bayinya cukup tinggi. Akibat rendahnya angka kematian, angka harapan hidup penduduk pun cukup tinggi. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Pandeglang masih sangat perlu untuk dapat ditingkatkan. Hal ini mengingat, kesehatan merupakan salah satu faktor yang memberikan dampak pada peningkatan sumber daya manusia yang ada di wilayah ini. Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013
85
Kesimpulan Di bidang pendidikan walaupun secara persentase angka partisipasi sekolah penduduk di Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan, hal ini tidak berarti bahwa semua penduduk telah menikmati pendidikan. Akan tetapi justru masih sangat diperlukan peningkatan dibidang pendidikan terutama peningkatan kualitas dan penanganan penduduk yang putus sekolah. Bidang Ketenagakerjaan, peningkatan angka partisipasi angkatan kerja dan penurunan angka pengangguran terbuka bukan berarti bahwa penanganan masalah penduduk terutama di bidang ketenagkerjaan dapat diabaikan. Hal ini justru agar dapat lebih ditingkatkan baik dari sisi perluasan kesempatan kerja maupun dari sisi perbaikan penghasilan pekerja agar tingkat kesejahteraan masyarakat dapat lebih meningkat Kondisi sebagian besar perumahan di Kabupaten Pandeglang cukup baik. Luas lantai yang dikuasai secara rata-rata memenuhi prasyarat keluarga sejahtera. Sumber air minum yang digunakan oleh penduduk dari tahun ke tahunnya menuju ke arah sumber air minum yang lebih baik. Indikator lain yang berkaitan yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) yang menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan manusia
disuatu
Pandeglang
wilayah.
menunjukan
Pembangunan
perbaikan
dari
manusia
tahun
ke
Kabupaten tahun.
Bila
dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Banten Kabupaten Pandeglang berada pada urutan ke 7 dari delapan kabupaten/kota.
86
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2013