KATALOG BPS : 4013.6474
2012
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG BONTANG KOTA
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Badan Pusat Statistik Kota Bontang
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG
Welfare Indicators of Bontang City 2012 Nomor Publikasi/Publication Number : 64742.1101 Nomor Katalog/Catalogue Number : 4013.6474
Naskah/Manuscript : Seksi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Kota Bontang
Social Statistic BPS – Statistics of Bontang City
Diterbitkan Oleh/Published by : Badan Pusat Statistik Kota Bontang
BPS – Statistics of Bontang City
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
May be cited with reference to the source
KATA PENGANTAR Untuk
mendapatkan
gambaran
perkembangan
tingkat
kesejahteraan dan perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat Kota Bontang dari waktu ke waktu, maka Badan Pusat Statistik Kota Bontang menerbitkan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bontang Tahun 2012. Dalam penyajian buku ini aspek kependudukan diulas secara rinci berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Sensus Penduduk
2010
(SP2010)
sementara
dan
data
dari
berbagai
sumber terkait. Penyajian ini juga bertujuan untuk melengkapi data statistik khususnya
dibidang
kesejahteraan
rakyat
yang
diharapkan
dapat
digunakan sebagai salah satu acuan pengambilan kebijakan bagi pemerintah Kota Bontang di berbagai bidang. Indikator kesejahteraan rakyat tahun 2012 menyajikan data kuantitatif dari berbagai sumber tersebut meliputi data penduduk, pendidikan, kesehatan, angkatan kerja, perumahan, dan pengeluaran rumah
tangga.
Namun
kami
menyadari
belum
semua
indikator
kesejahteraan dapat disajikan karena luasnya indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung atau tidak langsung dalam penerbitan ini, kami ucapkan banyak terima kasih. Dengan harapan untuk menyempurnakan publikasi ini, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat kami tunggu. Bontang,
Desember 2012
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang,
Kepala Badan Pusat Statistik Kota Bontang,
Ir. Zulkifli, MT. NIP. 196207311993011001
Drs.H. Basiran Suwandi NIP. 19601005 198203 1 004
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar ..........................................................................
ii
Daftar Isi ...................................................................................
iii
Daftar Tabel ..............................................................................
v
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………
viii
Bab
Bab
Bab
Bab
I Pendahuluan ……………………………………………………………….
1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………….
1
1.2. Sistematika Penulisan ………………………………………………..
3
1.3. Sumber Data …………………………………………………………….
3
II Konsep dan Definisi …………………………………………………….
5
2.1. Kependudukan ………………………………………………………….
5
2.2. Pendidikan ……………………………………………………………….
6
2.3. Kesehatan ………………………………………………………………..
7
2.4. Ketenagakerjaan ……………………………………………………….
8
2.5. Perumahan ……………………………………………………………….
9
2.6. Pengeluaran Rumah Tangga ………………………………………
9
III Kependudukan …………………………………………………………..
10
3.1.
Profil Persebaran dan Pertumbuhan Penduduk ...........
11
3.2.
Fertilitas dan Mortalitas ………………………………………….
14
3.3.
Struktur Umur Penduduk ………………………………………..
17
3.4.
Keluarga Berencana ……………………………………………….
20
IV Pendidikan …………………………………………………………………
24
4.1.
Tingkat Melek Huruf dan Pendidikan Tertinggi yang di Tamatkan ................................................................
26
4.2.
Tingkat Partisipasi Sekolah ……………………………………..
28
4.3.
Fasilitas Pendidikan ………………………………………………..
32
Bab
V Kesehatan …………………………………………………………………..
35
5.1.
Fasilitas Kesehatan ………………………………………………
36
5.2.
Kesehatan Balita ………………………………………………….
37
5.3.
Angka Kesakitan ………………………………………………….
41
VI Ketenagakerjaan ……………………………………………………….
47
6.1.
Keadaan Angkatan Kerja ………………………………………
47
6.2.
Lapangan Usaha Utama ……………………………………….
50
6.3.
Status Pekerjaan …………………………………………………
53
VII Perumahan ………………………………………………………………
56
7.1.
Kondisi Perumahan ………………………………………………
56
7.2.
Fasilitas Rumah ……………………………………………………
61
VIII Pola Konsumsi ………………………………………………………..
68
8.1.
Pengeluaran Rumah Tangga …………………………………
68
8.2.
Komposisi Pengeluaran Rumahtangga ……………………
60
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….
73
Bab
Bab
Bab
iv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Luas Wilayah Daratan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 - 2012 …….
11
Tabel 3.2. Rasio Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bontang, Tahun 2006 – 2012 ...............................
13
Tabel 3.3. Rasio Anak Wanita dan Angka Harapan Hidup Kota Bontang, Tahun 2010 -2012 ........................................
15
Tabel 3.4. Beberapa Indikator Demografi Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2012 ................................................................
15
Tabel 3.5 Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2010 – 2012 .....................
16
Tabel 3.6. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan, Tahun 2012 ....................
17
Tabel 3.7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2012 ................................................................
18
Tabel 3.8. Persentase Wanita Usia Subur 15 - 49 Tahun Yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Umur, Tahun 2010 2012 ..........................................................................
20
Tabel 3.9. Persentase Wanita Usia Subur 15 - 49 Tahun Berstatus Pernah Kawin Yang Pernah dan Sedang Menggunakan Alat / Cara KB, Tahun 2010 – 2012 ..............................
22
Tabel 3.10. Wanita Usia Subur 15 – 49 Tahun Berstatus Pernah Kawin Yang Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut jenis alat/Cara KB, Tahun 2010 – 2012 ...........
23
Tabel 4.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan Membaca Dan Menulis Huruf Latin, Tahun 2009 – 2012 ......................
26
Tabel 4.2. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, Tahun 2010 – 2012 ...............................................................
27
v
Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, Tahun 2010 – 2012 ..........................................................................
29
Tabel 4.4. APK, APM dan APS Menurut Jenjang Pendidikan Kota Bontang, Tahun 2012 ..................................................
32
Tabel 4.5. Jumlah Sekolah, Murid, Dan Guru SD/Sederajat Tahun 2011/2012 .................................................................
33
Tabel 4.6. Jumlah Sekolah, Murid, Dan Guru SMP/Sederajat Tahun 2011/2012 .................................................................
33
Tabel 4.7. Jumlah Sekolah, Murid, Dan Guru SMU/Sederajat Tahun 2011/2012 .................................................................
34
Tabel 5.1. Rasio Sarana Kesehatan Terhadap 10.000 Penduduk, Tahun 2007-2011 .......................................................
36
Tabel 5.2. Persentase Penolong Kelahiran Menurut Jenis Pertolongan, Tahun 2010 – 2012 ..................................
37
Tabel 5.3. Persentase Balita Menurut Pernah Tidaknya Diberi ASI dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 – 2012 ......................
39
Tabel 5.4. Persentase Balita Menurut Lamanya diberi ASI dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 – 2012 .......................................
40
Tabel 5.5. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan, Tahun 2011 – 2012 .........
42
Tabel 5.6. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Jenis Keluhan Kesehatan, Tahun 2009 – 2012 .......................
43
Tabel 5.7. Persentase Penduduk yang Mendapat Keluhan Menurut Lama Keluhan dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 – 2012 ..
45
Tabel 5.8. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2011 – 2012 .......................................
45
Tabel 5.9. Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Menurut Jenis Obat yang Digunakan, Tahun 2010 – 2012 ...........
46
vi
Tabel 6.1. Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Menurut Kegiatan Utama, Tahun 2010 – 2012 ...........................
49
Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama, Tahun 2012 ...........................
52
Tabel 6.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan , Tahun 2011 – 2012 ............
54
Tabel 7.1. Persentase Rumahtangga Menurut Status Kepemilikan Rumah, Tahun 2010 – 2012 ........................................
57
Tabel 7.2. Kondisi Perumahan di Kota Bontang, Tahun 2010 – 2012
59
Tabel 7.3. Persentase Fasilitas Perumahan/Bangunan di Kota Bontang, Tahun 2010 – 2012 ......................................
61
Tabel 7.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan, Tahun 2010 – 2012 .................................
62
Tabel 7.5. Persentase Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Air Minum, Tahun 2010 – 2012 ....................................
63
Tabel 7.6. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan, Tahun 2010 – 2012 ...........................
64
Tabel 7.7. Persentase Rumahtangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar, Tahun 2010 – 2012 ...........................
66
Tabel 7.8. Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Kloset yang Digunakan, Tahun 2010 – 2012 ...................................
67
Tabel 8.1. Persentase Pengeluaran Penduduk Menurut Kelompok Makanan dan Bukan Makanan, Tahun 2007 – 2012 .......
69
Tabel 8.2. Persentase Rumahtangga Menurut Golongan Pengeluaran Dalam Sebulan, Tahun 2010 – 2012 ..........
71
vii
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 3.1. Pertumbuhan Penduduk Kota Bontang, Tahun 2006 – 2012 .........................................................................
14
Grafik 3.2. Penduduk Menurut Kelompok Umur & Jenis Kelamin, 2012 .........................................................................
19
Grafik 3.3. Rasio Wanita Usia Subur 15-49 Tahun Berstatus Pernah Kawin Yang Sedang Menggunakan Alat/Cara KB Tahun 2012 .........................................................................
22
Grafik 4. 1. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 20102012 .........................................................................
30
Grafik 5.1. Balita Menurut Penolong Kelahiran Tahun 2012 ............
38
Grafik 6.1. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Tahun 2012 .......................
55
Grafik 7.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah,Tahun 2012 ...................................................
58
Tabel 8.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Dalam Sebulan, Tahun 2012 ...................
72
viii
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang
Percepatan prioritas pembangunan nasional 2010-2014 tertuang dalam Inpres untuk memastikan dan mempercepat pembangunan berdasarkan RPJMN. Inpres mencakup 11 prioritas pembangunan nasional dan 3 prioritas lainnya diantaranya bidang kesejahteraan rakyat. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan nasional dalam UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum.
Suatu hal terpenting yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bontang meletakkan
landasan
yang
kuat
agar
tahap-tahap
pembangunan
berikutnya dapat menjadi lebih terarah. Proses pembangunan semacam ini merupakan suatu usaha jangka panjang yang memerlukan data penunjang untuk setiap tahap dan aspeknya. Dimaksudkan untuk menjamin agar setiap program pembangunan yang dilaksanakan
lebih
efektif dan tepat sasaran. Karena itu data yang diperlukan dengan sendirinya haruslah mempunyai beberapa persyaratan, yaitu mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan pembangunan itu sendiri, dapat disajikan tepat pada waktu dibutuhkan dan mampu mencerminkan hal-hal yang benar terhadap gejala yang sedang terjadi.
Peranan penting data sebagai sumber informasi utama bagi perencanaan pembangunan dan evaluasi hasil pembangunan oleh pemerintah dan pihak lain seperti dunia usaha. Disadari tanpa adanya data yang valid, akurat, dan up to date adalah mustahil bagi pemerintah Kota Bontang dapat melaksanakan pembangunan yang berdaya guna dan tepat sasaran.
Diharapkan data yang digunakan sebagai indikator dan dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan adalah indikator keadaan sosial Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
1
Pendahuluan ekonomi
suatu
kelompok
masyarakat
yang
disebut
Indikator
Kesejahteraan Rakyat. Indikator Kesejahteraan Rakyat merupakan ukuran yang dipergunakan untuk perencanaan pembangunan maupun mengukur keberhasilan suatu tahapan pembangunan. Sebagai salah satu ukuran indikator ekonomi dan Indikator Kesejahteraan Rakyat diharapkan mampu menggambarkan fenomena sosial yang terjadi. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang tahapan pencapaian kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah yakni kota Bontang tahun 2012.
Penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bontang Tahun 2012 ini telah dilakukan usaha optimal dari kendala yang disebabkan oleh keterbatasan metode statistik yang bisa diterima secara umum. Beberapa kendala lain yang muncul antara lain tidak semua variabel sosial bisa di kuantitatifkan, untuk itu tidak semua variabel sosial dimunculkan sebagai Indikator Kesejahteraan Rakyat. Selain itu, keterbatasan biaya membuat buku ini baru menyajikan untuk level kota, belum pada level kecamatan.
Dalam buku ini variabel yang digunakan sesuai dengan kondisi Kota Bontang secara umum. Dengan pertimbangan tersebut, Indikator ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan, pemantauan, penentuan sasaran, dan pengukuran keberhasilan pembangunan.
Demikian menunjukkan
pula
Indikator
implikasi
Kesejahteraan
kebijaksanaan
juga
Rakyat
ini
mempermudah
mampu untuk
menganalisis perbandingan tingkat kesejahteraan sosial antar waktu di Kota Bontang. Perkembangan sosial yang terjadi dalam kurun waktu tertentu tersebut masih bersifat makro, dengan fenomena sosial yang terjadi bisa diterangkan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
2
Pendahuluan
1.2. Sistematika Penulisan
Delapan bagian besar Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bontang Tahun 2010 ini dapat diuraikan sebagai berikut : Bab I.
Pendahuluan, memuat latar belakang, sistematika penulisan dan sumber data;
Bab II. Konsep dan Definisi, membahas tentang konsep-konsep dan definisi-definisi dari pembahasan Bab III. Kependudukan, memuat data dan ulasan tentang penduduk dan karakteristiknya,
keluarga berencana dan berbagai aspek lain
yang berkaitan dengan kependudukan ; Bab IV. Pendidikan,
memuat data dan ulasan yang berkaitan dengan
pendidikan, seperti tingkat partisipasi sekolah, persentase melek huruf, dan sebagainya ; Bab V.
Kesehatan, memuat data dan ulasan tentang gambaran derajat kesehatan
masyarakat
beserta
ketersediaan
sarana
dan
prasarana kesehatan; Bab VI. Ketenagakerjaan,
memuat data dan ulasan tentang kondisi
angkatan kerja, lapagan usaha dan jenis pekerjaan ; Bab VII. Perumahan,
memuat
data
dan
ulasan
tentang
kondisi
perumahan dan keadaan lingkungan perumahan dan terakhir; Bab VIII. Pola Konsumsi, yang memuat data dan ulasan mengenai pengeluaran dan konsumsi rumahtangga; . Setiap pembahasan diawali dengan pengertian konsep dan definisi sebagai landasan teori yang digunakan pada bab tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca mengkaji dan menelaah isi pembahasan pada setiap bab.
1.3. Sumber Data
Penyusunan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bontang tahun 2012 didasarkan pada data primer hasil survei yang dilakukan oleh BPS Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
3
Pendahuluan dan data sekunder dari dinas/instansi terkait. Sebagian besar data merupakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012 dan sebagai pelengkap serta pembanding digunakan data sekunder yang berasal dari instansi lain.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
4
Konsep dan Definisi
BAB II KONSEP DAN DEFINISI 2.1. Kependudukan Penduduk adalah setiap orang, baik warga negara Republik Indonesia maupun warga negara asing yang berdomisili di dalam wilayah Republik Indonesia (region wilayah provinsi/kab/kota) selama enam bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.
Penduduk usia produktif adalah penduduk yang
berusia 15-64 tahun. Penduduk usia belum produktif adalah penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun. Penduduk usia tidak produktif adalah penduduk yang berusia 65 tahun atau lebih.
Kelahiran adalah anak lahir hidup, yaitu anak yang pada waktu dilahirkan menunjukan tanda-tanda kehidupan (seperti jantung berdenyut, bernapas,
menangis,
dan
sebagainya),
walaupun
mungkin
hanya
beberapa saat saja. Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan dan pada saat pencacahan/pendataan masih hidup, baik yang tinggal bersama ibunya maupun tinggal ditempat lain. Kematian adalah suatu peristiwa atau keadaan hilangnya tanda-tanda kehidupan dari seseorang.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi banyaknya penduduk. Kekuatan yang menambah banyaknya penduduk adalah kelahiran dan migrasi masuk (penduduk datang) sedangkan kekuatan yang mengurangi banyaknya penduduk adalah kematian dan migrasi keluar (penduduk pindah). Laju pertumbuhan alamiah adalah laju pertumbuhan yang hanya dipengaruhi faktor kelahiran dan faktor kematian sedangkan laju pertumbuhan sosial hanya dipengaruhi oleh migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain baik melewati batas politis negara maupun batas administrasi atau batas bagian dalam suatu Negara/region/wilayah provinsi/kab/kota dengan tujuan menetap. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
5
Konsep dan Definisi Dalam konsep yang digunakan BPS, seseorang dianggap migran jika telah tinggal selama enam bulan berturut-turut atau kurang dari enam bulan
tetapi
dengan
tujuan
akan
menetap.
Urbanisasi
adalah
bertambahnya proporsi penduduk yang tinggal di daerah kota atau banyak diartikan arus penduduk yang pindah dari desa ke kota.
Wanita usia subur adalah wanita yang berada pada masa mampu melahirkan atau masa reproduksi (15-49 tahun). Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat pencacahan/pendataan masih aktif mengikuti program KB (memakai alat kontrasepsi). Akseptor adalah pasangan usia subur yang menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Metode kontrasepsi adalah cara/alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan.
2.2. Pendidikan Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan menulis surat/kalimat sederhana dengan sesuatu huruf. Orang buta yang dapat membaca dan menulis huruf braille dan orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan menulis kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca dan menulis, digolongkan dapat membaca dan menulis. Sedangkan orang yang hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat menulis, dianggap tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf). Penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis baik huruf latin, arab, maupun huruf lainnya digolongkan melek huruf.
Penduduk usia sekolah adalah mereka yang pada usia sekolah normal sesuai dengan tingkat pendidikan, seperti penduduk usia SD adalah 7 – 12 tahun, penduduk usia SLTP adalah 13 – 15 tahun, dan penduduk usia SLTA adalah 16 – 18 tahun. Pendidikan Pra Sekolah, diselenggarakan selama satu sampai dua tahun bagi anak usia 5 – 6 tahun, yang merupakan persiapan bagi anak sebelum masuk Sekolah Dasar.
Sekolah, adalah sekolah formal mulai dari pendidikan Dasar (SD dan SLTP), pendidikan Menengah (SMK atau SMU), dan pendidikan Tinggi (Akademi dan Universitas), termasuk pendidikan yang setara. tidak Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
6
Konsep dan Definisi termasuk pendidikan non formal seperti kursus mengetik, komputer, bahasa Inggris, Seskoad, Diklatpim dan sebagainya. Tamat Sekolah, adalah mereka yang menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun sekolah swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah.
Seseorang yang belum
mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi jika mengikuti ujian akhir dan lulus dianggap tamat sekolah. Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak atau belum pernah sekolah termasuk yang tamat/ belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak/belum melanjutkan ke Sekolah Dasar. Masih sekolah adalah yang sedang mengikuti pendidikan di pendidikan Dasar, Menengah, Atas dan Kuliah/tinggi. Tidak sekolah lagi adalah yang pernah mengikuti pendidikan Dasar, Menengah, Atas dan Kuliah/tinggi, tetapi pada saat pencacahan tidak sekolah lagi.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki, adalah jenjang sekolah tertinggi yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang baik sudah tamat maupun tidak/belum tamat. Penduduk yang masih
bersekolah adalah yang sedang mengikuti pendidikan ditingkat pendidikan tertentu. Penduduk putus sekolah adalah mereka yang tidak dapat menamatkan suatu jenjang pendidikan.
2.3. Kesehatan Keluhan Kesehatan, adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh
kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan dan hal lain
termasuk yang menderita penyakit kronis tetapi telah sembuh. Sakit adalah apabila seseorang menderita penyakit kronis atau mempunyai keluhan/gangguan
kesehatan
lain
yang
menyebabkan
kegiatannya
terganggu. Sedangkan cara pengobatan adalah perlakuan/cara yang ditempuh seseorang bila menderita suatu penyakit, seperti pergi ke dokter praktek, rumah sakit, puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya atau diobati sendiri.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
7
Konsep dan Definisi
2.4. Ketenagakerjaan
Dalam konsep ketenagakerjaan, penduduk dibagi menjadi dua golongan yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja.
Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun atau lebih yang digolongkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan
Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Bukan
angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau penduduk usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Mencari Pekerjaan adalah seseorang yang berusaha mendapatkan pekerjaan termasuk yang sedang menunggu jawaban lamaran. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan secara berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan dan keuntungan mencakup upah/gaji termasuk semua tunjangan, bonus, dan hasil usaha berupa sewa, bunga, dan keuntungan baik berupa uang maupun barang.
Hari kerja adalah waktu yang dinyatakan dalam hari yang dipergunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan bekerja paling sedikit satu jam terus menerus. Jam kerja adalah Waktu yang dinyatakan dalam jam yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja normal adalah 35 – 44 jam per minggu. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah kegiatan seseorang
yang mempunyai pekerjaan tetapi selama
seminggu yang lalu tidak bekerja karena sakit, cuti, mogok dan lain-lain. Termasuk juga orang yang sudah diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
8
Konsep dan Definisi
2.5. Perumahan Luas lantai rumah yang dikuasai rumah tangga, adalah luas lantai bangunan yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Atap rumah, adalah penutup bagian atas suatu bangunan, sehingga yang mendiami
dibawahnya
terlindung
dari
terik
matahari, hujan
dan
sebagainya, untuk bangunan bertingkat atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.
Dinding rumah, adalah batas
penyekat dengan rumah tangga dan atau bangunan pihak lain atau sisi luar batas dari bangunan.
Sumber penerangan rumah tangga, adalah penerangan utama yang digunakan dalam ruangan tempat tinggal sehingga dapat melakukan kegiatan. Fasilitas air minum yang dimiliki, adalah fasilitas air minum yang dimiliki ( secara sendiri, bersama, umum, membeli dan lainnya ) dan digunakan oleh rumah tangga. Sumber penggunaan air bersih adalah sumber air terbanyak yang digunakan rumah tangga yang berasal dari ledeng, pompa air, sumur dan mata air terlindung.
2.6. Pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga selama sebulan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan yang mencakup semua barang dan jasa yang di konsumsi tanpa memperhatikan asalnya tetapi terbatas hanya pada barang dan jasa untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan perkataan lain, pengeluaran untuk kebutuhan usaha atau diberikan kepada pihak lain tidak dimasukkan kedalam konsumsi rumah tangga.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
9
Kependudukan
BAB III KEPENDUDUKAN Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk merupakan salah
satu
kewajiban
pemerintah
sebagai
penanggung
jawab
penyelenggaraan kegiatan pembangunan. Oleh karena itu, dalam setiap programnya
pemerintah
mengarahkan
pada
tercapainya
kemajuan
diberbagai bidang pembangunan seperti ekonomi, pendidikan, Keluarga Berencana, ketenagakerjaan, kesehatan dan sebagainya. Sebab disadari atau tidak, penduduk merupakan aset berharga suatu bangsa. Jumlah penduduk yang besar dapat menunjang keberhasilan pembangunan jika dapat
diberdayakan
secara
optimal.
Namun
sebaliknya
dapat
menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan.
Karena itulah maka pemerintah dalam menetapkan penajaman kebijakan kependudukan yang diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk
dan
pengendalian
laju
pertumbuhan
penduduk
untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Dalam menyusun perencanaan dan
evaluasi
kegiatan
program-program
pembangunan
bidang
kesejahteraan, aspek dan dinamika kependudukan merupakan bahan pertimbangan yang sangat penting.
Untuk itu tersedianya data dan informasi tentang kependudukan yang
lengkap,
akurat
dan
representatif
akan
dapat
membantu
mengevaluasi dan merencanakan program-program pembangunan yang berkelanjutan,
khususnya
data
dibidang
kependudukan
dan
karakteristiknya.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
10
Kependudukan 3.1.
Profil Persebaran dan Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan jumlah penduduk, Kota Bontang dapat dikategorikan sebagai kota kecil. Pada tahun 2012 ini penduduk Kota Bontang hanya sebesar 154.604 jiwa yang tersebar di tiga kecamatan. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Bontang Utara. Kecamatan Bontang Utara ini dulunya adalah ibukota Kota Bontang sebelum pindah ke Bontang Selatan pada tahun lalu. Tabel 3.1.
Kecamatan
(1)
Luas Wilayah Daratan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011-2012 Luas Wilayah Daratan (KM2)
(2)
Bontang Selatan
104,4
Bontang Utara
26,2
Bontang Barat
17,2
Jumlah
147,8
Tahun 2011
Tahun 2012
Penduduk
Kepadatan Penduduk/ Km2
Penduduk
Kepadatan Penduduk/ Km2
(3)
(4)
(5)
(6)
59.660
571
63.764
2.434
25.806
149.230
61.499
589
66.941
2.555
1.500
26.164
1.521
1.010
154.604
1.046
Susenas 2011 - 2012
Kecamatan Bontang Selatan menjadi ibukota Kota Bontang sejak tahun 2011. Hampir empat puluh persen penduduk Kota Bontang, yakni sebesar 61.499 jiwa tinggal di Kecamatan ini. Namun karena luas kecamatannya yang sangat luas, yakni lebih dari tujuh puluh persen dari luas Kota Bontang, kepadatan penduduk di Kecamatan Bontang Selatan menjadi sangat kecil, yaitu 589 jiwa per km2.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
11
Kependudukan Berbeda dengan Kecamatan Bontang Selatan, sebagai pendahulu ibu kota Kota Bontang, Kecamatan Bontang Utara memiliki kepadatan yang tinggi. Meskipun sebenarnya jika dilihat dari jumlah penduduk, kedua kecamatan ini memiliki jumlah penduduk yang tidak berselisih jauh, yaitu kurang dari enam ribu jiwa. Kepadatan penduduk yang hampir mencapai lima kali lipat dari kepadatan penduduk Kecamatan Bontang Selatan ini lebih disebabkan karena luas wilayah yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Bontang Selatan. Dibandingkan dengan Kecamatan Bontang Utara, luas wilayah Kecamatan Bontang Utara hanya satu per empat saja.
Bontang Barat adalah kecamatan dengan jumlah penduduk dan luas wilayah terkecil dibanding kecamatan lainnya. Kecamatan Bontang Barat hanya memiliki penduduk sebesar 26.164 jiwa. Meski penduduknya hanya sekitar satu per tiga dari jumlah penduduk Kecamatan Bontang Selatan, namun kepadatan penduduk Kecamatan ini jauh di atas kepadatan penduduk di Bontang Selatan. Kecamatan strategis berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur, Terminal Kota berada. Juga strategis satu-satunya jalan darat akses penghubung menuju ke pusat Ibu Kota Pemerintahan Bontang yaitu Kelurahan Bontang Lestari sejak tahun 2010 lalu.
Sebagai kota kecil, pertumbuhan penduduk Kota Bontang bisa dibilang cukup tinggi. Pada tahun 2012 ini, pertumbuhan penduduk kota Bontang mencapai 4,23 persen. Meski kota kecil, industri di kota Bontang banyak menarik minat pendatang untuk datang dan mengadu nasib. Belum
lagi
lokasi
Bontang
yang
dekat
dengan
beberapa
areal
pertambangan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
12
Kependudukan Tabel 3.2.
Rasio Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bontang Tahun 2006 – 2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Laju Pertumbu han per tahun (%) (6)
2006
63.942
61.245
125.187
104,40
3,39
2007
66.847
62.853
129.700
106,35
3,61
2008
69.427
64.085
133.512
108,34
2,94
2009
69.248
68.101
137.349
101,68
2,87
2010
75.422
68.261
143.683
110,49
2,73
2011
78.166
71.064
149.230
109,99
3,86
2012
81.827
72.777
154.604
112,44
4,23
Tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
RJK
Sumber : Susenas 2004 – 2012 & Angka Sementara Sensus Penduduk 2010
Tabel 3.2 Rasio Jenis Kelamin penduduk Kota Bontang secara terus menerus meningkat sejak tahun 2006. Pada tahun 2012 ini rasio jenis kelamin Kota Bontang mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu 112,44. Arti dari angka ini adalah bahwa pada tahun 2012 di Kota Bontang setiap ada 112-113 penduduk laki-laki ada seratus penduduk perempuan. Meningkatnya rasio jenis kelamin secara terus menerus ini mengandung arti bahwa pertumbuhan penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan petumbuhan penduduk perempuan. Ini mendukung teori tentang banyaknya pendatang yang datang untuk mengadu nasib di Kota Bontang, dimana sebagian besar pendatang adalah penduduk laki-laki.
Berdasarkan Grafik 3.1 dapat dilihat tren pertumbuhan penduduk Bontang. Mulai tahun 2010 ternyata pertumbuhannya sangat signifikan, dan diperkirakan akan terus meningkat karena Bontang adalah kota industri. Sehingga akan menarik banyak pendatang untuk bekerja dan bermukim di Bontang. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
13
Kependudukan
3.2. Fertilitas dan Mortalitas
Selain migrasi, pertumbuhan penduduk juga disebabkan oleh faktor alami. Dua komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk alami adalah fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian). Fertilitas (kelahiran) merupakan faktor alamiah yang mempengaruhi jumlah penduduk secara positif. Sementara mortalitas (kematian) mempengaruhi pertumbuhan penduduk secara negatif. Maksudnya, peningkatan fertilitas tanpa memperhatikan faktor lain akan menyebabkan jumlah penduduk bertambah, sebaliknya peningkatan mortalitas akan mengurangi jumlah penduduk.
Indikator fertilitas yang dapat digunakan disini adalah rasio ibu-anak (child woman ratio/CWR) yang menunjukkan beban ibu mengurus anak. CWR merupakan perbandingan jumlah penduduk usia 0 – 4 tahun dengan jumlah wanita usia subur (15 – 49 tahun) masih pada kisaran 390 anak. Berarti di Kota Bonang dalam tahun 2012 terdapat rata-rata 390 anak setiap ada 1.000 wanita usia subur. Besaran anka ini relatip tidak berubah selama tiga tahun terakhir dalam kisaran sebanyak 393 anak dalam setiap ada 1.000 wanita usia subur (15 – 49) tahun. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
14
Kependudukan Angka
harapan
pelaksanaan
hidup
program
(AHH)
sehat
2010
Kota
Bontang
menunjukkan
sejalan
dengan
semakin
tumbuh
kesadaran masyarakat di tandai dengan terus membaikkan angka harapan hidup mencapai 72,78 tahun. Dalam periode dua tahun terakhir sampai tahun 2011 lalu Kota Bontang mencatat AHH tertinggi di empat Kota Provinsi Kalimantan Timur masing-masing 72,60 tahun (2011), 72,42 tahun 2010 diatas Kota Balikpapan, Samarinda, dan Tarakan. Tabel 3.3.
Rasio Anak Wanita dan Angka Harapan Hidup Kota Bontang Tahun 2010-2012
Angka Kelahiran/Kematian
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
399
389
390
72,42
72,60
72,78
Rasio Anak Wanita (CWR) Angka Harapan Hidup (AHH)
2012*)
Sumber: Susenas 2010 – 2012 & Sensus Penduduk 2010
Tabel 3.4.
Beberapa Indikator Demografi Menurut Jenis Kelamin, Kota Bontang Tahun 2012 Laki-Laki
Perempuan
Persen
Persen
Jumlah
Persen
(2)
(3)
(4)
(5)
Indikator (1) Rata –rata ALH
34,19
35,62
Total
53.897
CWR
34,86 38,99
Wanita Usia Subur
60,41
43.964
60,41
Usia Produktif
66,44
66,08
98.583
66,27
Usia belum/Tidak Produktif
33,56
33,92
56.021
33,73
Rasio Ketergantungan
50,51
51,33
50,89
Sumber: Angka Sementara 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
15
Kependudukan Fertilitas tidak hanya berhubungan dengan banyaknya penduduk perempuan yang pernah kawin tapi juga dipengaruhi oleh umur perkawinan pertama penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang pernah kawin. Umur perkawinan pertama merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan kondisi fertilitas, karena semakin muda seseorang melakukan perkawinan maka akan semakin panjang masa reproduksinya sehingga akan semakin besar peluang untuk melahirkan anak. Dengan demikian memungkinkan terjadinya tingkat fertilitas yang lebih tinggi. Penundaan usia perkawinan serta kehamilan yang pertama merupakan salah satu cara untuk mengatur jumlah kelahiran anak. Salah satu yang diduga
telah
penundaan
mempengaruhi
usia
penurunan
perkawinan
pertama
tingkat wanita
fertilitas yang
adalah
berdampak
memperpendek masa usia subur mereka.
Tabel 3.5.
Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Usia Perkawinan Pertama, Tahun 2010 - 2012
Kelompok Usia Perkawinan Pertama
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
<=16
10,96
12,06
11,19
17 – 18
18,46
15,89
16,17
19 –24
53,97
56,16
56,76
25 +
16,61
15,89
15,88
Jumlah
100,00
100,00
100,00
Sumber : Susenas 2010-2012
Table 3.5 menunjukan usia perkawinan pertama pada perempuan berusia sepuluh tahun atau lebih dan berstatus pernah kawin. Terlihat bahwa mayoritas perempuan di Kota Bontang menikah pertama kali antara usia 19 – 24 tahun, yaitu sebesar 56,76 persen. Dari tabel yang sama juga terlihat bahwa ada sekitar 16,17 persen perempuan pernah Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
16
Kependudukan kawin di Bontang melakukan perkawinan pertama pada usia 17-18 tahun. Bahkan masih banyak juga yang menikah di bawah umur tujuh belas tahun, yaitu sebesar 11,19 persen.
Sebagian besar penduduk 10 tahun keatas yang ada di Kota Bontang bersatus sudah/pernah kawin. Sebaliknya jumlah penduduk yang belum kawin hanya sebesar 32,47 persen. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pekerjaan. Bila dirinci menurut jenis kelamin penduduk laki-laki yang berstatus belum kawin lebih besar persentasenya dibanding dengan
penduduk
perempuan.
Ini
bisa
disebabkan
karena
ada
kecenderungan untuk menunda perkawinannya. Sedangkan untuk status cerai hidup dan cerai mati perempuan lebih besar persentasenya bila dibandingkan dengan laki-laki. Seorang perempuan umumnya banyak pertimbangan untuk menikah lagi dibanding laki-laki.
Tabel 3.6.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan Tahun 2012
Status Perkawinan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Belum Kawin
34,95
30,57
32,47
Kawin
63,18
62,98
63,09
Cerai Hidup
1,58
2,30
1,79
Cerai Mati
0,29
4,15
2,65
100,00
100,00
100,00
Jumlah
Sumber : Angka Sementara 2012
3.3. Struktur Umur Penduduk
Komposisi penduduk bagi suatu wilayah sangat berguna untuk melihat keterkaitan dengan masalah biologis, ekonomis, maupun sosial.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
17
Kependudukan Salah satu komposisi penduduk yang utama adalah komposisi menurut umur dan jenis kelamin. Tabel 3.7.
Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2012
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
0-4
11,13
11,23
11,18
5-9
10,51
10,93
10,71
10-14
9,67
10,39
10,01
15-19
8,88
9,29
9,08
20-24
7,96
8,38
8,16
25-29
8,55
9,46
8,98
30-34
7,59
8,01
7,79
35-39
8,05
8,58
8,30
40-44
8,45
8,95
8,69
45-49
8,00
6,70
7,39
50-54
5,44
3,75
4,64
55-59
3,17
1,88
2,57
60-64
1,38
1,13
1,26
65-69
0,58
0,53
0,56
70-74
0,32
0,39
0,35
75+
0,30
0,38
0,34
100,00
100,00
100,00
Jumlah
Sumber : Angka Sementara Sensus Penduduk 2012
Dilihat dari komposisi penduduk menurut umurnya, penduduk Kota Bontang dapat dikategorikan sebagai penduduk peralihan (intermediate) dari kategori penduduk usia muda ke penduduk usia tua. Hal ini dapat dilihat dari cukup rendahnya persentase penduduk 0-14 tahun yang hanya Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
18
Kependudukan sebesar 32 persen atau kurang dari 40 persen yang menjadi ciri penduduk peralihan /Intermediate. Untuk mengetahui dengan lebih jelas gambaran komposisi penduduk Bontang menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari Grafik 3.2 di bawah ini.
Seperti halnya laju pertumbuhan penduduk, struktur umur penduduk juga dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas (termasuk mortalitas bayi), dan migrasi. Bila fertilitas meningkat jumlah penduduk usia muda (0 – 4 ) pun akan meningkat. Sedangkan bila mortalitas pada suatu kelompok umur meningkat
maka
penduduk
pada
kelompok
umur
tersebut
akan
berkurang. Sementara itu, pengaruh migrasi terhadap struktur umur biasanya terjadi pada kelompok umur dewasa ( produktif) karena faktor migrasi sebagian besar dipengaruhi oleh aspek ekonomi.
Dari
struktur
umur
penduduk,
dapat
pula
dilihat
rasio
ketergantungan yang menggambarkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
19
Kependudukan 3.4. Keluarga Berencana
Dari gerakan program Keluarga Berencana (KB) telah menunjukkan hasil yang cukup nyata dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep Beyond Family Planning yang menyatakan bahwa apabila program KB dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan. Keberhasilan program KB ini tidak hanya terjadi di daerah perkotaan namun juga di daerah pedesaan. Hal ini berkaitan erat dengan pola pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mensosialisasikan
dan
memasyarakatkan
arti
pentingnya mengatur
kelahiran melalui gerakan program Keluarga Berencana (KB) di Kota Bontang.
Meskipun sempat kendor akibat terkait isu hak asasi manusia, gerakan program KB nampaknya mulai bangkit lagi. Lebih dari itu, program wajib belajar yang banyak diusung oleh pemerintah pusat maupun daerah nampaknya akan memberi dampak positif terhadap program KB kedepan. Tabel 3.8.
Persentase Wanita Usia Subur 15 – 49 Tahun Yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Umur, Tahun 2010-2012
Kelompok Umur
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
15-19
1,87
0,97
1,44
20-24
10,84
9,03
9,87
25-29
19,60
18,06
18,76
30-34
19,80
21,29
20,34
35-39
18,08
20,01
19,76
40-44
17,38
19,03
19,45
45-49
12,43
11,61
10,38
Total
100,00
100,00
100,00
Sumber : Susenas 2010 – 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
20
Kependudukan Tabel 3.8. menunjukkan bahwa pada tahun 2012 sebagian besar penduduk wanita usia produktif yang pernah kawin berusia dua puluh tahun ke atas. Sedangkan persentase jumlah penduduk pernah kawin yang berusia kurang dari dua puluh tahun hanya sebesar 1,44%. Jika dibandingkan dengan Tabel 3.5 yang menunjukan persentase perempuan pernah kawin dengan usia perkawinan pertama kurang dari sembilan belas tahun yang cukup besar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk yang menikah muda ini sebagian besar adalah penduduk usia lanjut. Sementara, kecilnya persentase wanita pernah kawin yang berumur kurang dari dua puluh tahun diperkirakan karena aktifitas sekolah yang masih dilakukan wanita dengan umur tersebut.
Mengetahui informasi tentang jumlah wanita usia subur (WUS) menurut status perkawinan ini dapat digunakan untuk memperkirakan pertumbuhan penduduk alami dalam periode tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan Pasangan Usia Subur untuk menggunakan atau tidak menggunakan kontrasepsi KB. Faktorfaktor tersebut diantaranya adalah keterbatasan pengetahuan, informasi, atau memang keinginan untuk menambah jumlah anak. Diantara pasangan usia subur tersebut, yang cenderung menggunakan alat/cara KB adalah wanita. Untuk itu SKPD Kota Bontang yang terkait dengan program KB perlu melihat masalah ini lebih jeli dan memilah-milah sesuai dengan kondisinya.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
21
Kependudukan Tabel 3.9.
Persentase Wanita Usia Subur 15 – 49 Tahun Berstatus Pernah Kawin Yang Pernah dan Sedang Menggunakan Alat/Cara KB, Tahun 2010 - 2012
Uraian
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Pernah Menggunakan Alat/Cara KB
25,55
27,10
25,52
Tidak Pernah Menggunakan Alat/cara KB
15,25
17,42
15,19
Sedang Pakai Alat/Cara KB
59,20
55,48
59,29
Sumber : Susenas 2010-2012
Kesadaran dari pasangan usia subur untuk mengatur kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi KB sudah cukup tinggi. Hampir 85 persen wanita usia subur pernah atau sedang menggunakan alat/cara KB. Namun, masih ada 15,25 persen WUS yang berstatus kawin yang tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi KB karena berbagai alasan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
22
Kependudukan Menurut Grafik 3.3 dapat diketahui bahwa Suntik dan pil tampaknya menjadi favorit wanita usia subur yang pernah kawin dan sedang mengikuti program Keluarga Berencana. Sementara itu, penggunaan alat/cara KB lain persentasenya sangat kecil. Hal ini sangat erat kaitannya dengan informasi mengenai alat/cara KB itu sendiri dan akses masyarakat terhadap ketersediaannya, disamping harga yang harus dibayar untuk mendapatkan kontrasepsi KB tertentu serta efek samping dalam penggunaannya bagi sebagian orang.
Tabel 3.10.
Wanita Usia Subur 15 – 49 Tahun Berstatus Pernah Kawin
Yang Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Jenis Alat/Cara KB, Tahun 2010 - 2012
Jenis Alat/cara KB
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
MOW/Tubektomi
6,08
2,32
2,28
AKDR/IUD/spiral
13,30
6,39
5,19
Suntikan KB
41,02
48,84
49,06
Susuk KB/norplan//alwalit
7,76
3,49
3,28
Pil KB
28,70
32,56
34,33
Kondom/karet KB
1,72
3,49
4,11
Alat/cara KB tradisional
0,54
2,33
1,22
-
0,58
0,53
100,00
100,00
Lainnya Jumlah
100,00
Sumber : Susenas 2010-2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
23
Pendidikan
BAB IV PENDIDIKAN Pendididan adalah hak setiap warga Negara Indonesia. Sesuai yang termuat di dalam UUD 1945 Pasal 31 yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Hak tentang pedidikan ini juga didukung oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu pada pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan bahwa
setiap
warga
negara
mempunyai
hak
yang
sama
untuk
memperoleh pendidikan yang bernutu; serta pasal 6 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Maksud dari pendidikan dasar disini adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat.
Di dalam pelaksanaannya, hal tentang pendidikan warga negara ini termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Di situ disebutkan bahwa sasaran pembangunan
bidang pendidikan ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk manusia-manusia yang terampil, cerdas, produktif dan berbudi luhur sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh kualitas sistem pendidikan. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari hasil pendidikan yang telah atau sedang dicapai oleh penduduk. Pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun telah meningkatkan partisipasi anak, khususnya anak usia sekolah untuk mendapatkan pendidikan dasar.
Upaya pemerintah pusat dalam pengentasan program wajib belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 tahun pada tahun 2008 tentu harus kita Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
24
Pendidikan dukung
sepenuhnya.
Pemerintah
Kota
Bontang
telah
lebih
jauh
menetapkan program wajar 12 tahun sejak tahun 2004. Hal ini tertuang dalam dokumen Kerangka Acuan Bontang Cedas 2010 yaitu indikator pertama yang berbunyi “Rata-rata lama pendidikan masyarakat mencapai 12 tahun“. Apa artinya bahwa pemerintah Kota Bontang menginginkan agar semua masyarakat Bontang pada tahun 2010 telah memiliki pendidikan terendah setingkat SMA/SMK atau yang sederajat.
Salah satu bentuk keseriusan Pemerintah Kota Bontang dalam menangani masalah pendidikan adalah melalui dicanangkannya Program Bontang Cerdas Tahun 2010. Dengan adanya program ini diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas yang antara lain ditunjukkan melalui penurunan persentase penduduk yang buta huruf, meningkatnya persentase tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk 15 tahun keatas, menurunnya rasio murid-guru, dan beberapa indikator lain yang dapat dilihat melalui indikator kesejahteraan rakyat Kota Bontang.
Melalui pendidikan diharapkan nantinya akan dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam arti memiliki kemampuan manajerial yang handal agar dapat menumbuh kembangkan roda perekonomian daerah guna mendukung pelaksanaan pembangunan dalam kerangka otonomi daerah. Untuk dapat mewujudkan pendidikan seperti itu, salah satunya diperlukan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Dan ini sudah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bontang. Namun tidak berarti bahwa mewujudkan pendidikan yang berkualitas adalah tanggung jawab pemerintah semata, namun juga orang tua dan masyarakat.
Untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pemerintah Kota Bontang dalam menyukseskan Program Bontang Cerdas 2010 ini, maka diperlukan adanya berbagai indikator mengenai pendidikan yang lengkap.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
25
Pendidikan 4.1. Tingkat Melek Huruf dan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pada tingkat makro ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan membaca dan menulis atau kebalikannya (buta huruf) penduduk berumur 10 tahun keatas. Tingkat buta huruf dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pendidikan karena diasumsikan bahwa dengan adanya kemampuan membaca dan menulis dalam hal ini huruf
latin,
seseorang
dapat
mempelajari
dan
menyerap
ilmu
pengetahuan.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu modal dasar bagi seseorang untuk dapat meningkatkan pengetahuannya akan berbagai hal. Kemampuan baca tulis yang aplikatif, jika disesuaikan dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia adalah kemampuan baca tulis huruf latin. Tabel 4.1.
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan Membaca/Menulis Huruf Latin, 2009 - 2012 Uraian (1)
2009 (2)
2010
2011
2012
(3)
(4)
(5)
Angka Melek Huruf
99,08
99,20
99,21
99,29
Rata – rata lama sekolah
10,01
10,04
10,38
10,42
Sumber : BPS Kota Bontang (2009-2012)
Angka Melek Huruf (AMH) Kota Bontang sudah cukup tinggi dari tahun ke tahun. Dari 99,08 persen pada tahun 2008, naik cukup signifikan di tahun berikutnya menjadi 99,20 persen. Setelah itu naik sekitar 0,04 persen setiap tahunnya selama dua tahun terakhir.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
26
Pendidikan Selain Angka Melek Huruf, pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh seseorang juga merupakan indikator kualitas pendidikan. Kualitas sumber daya manusia sendiri secara umum dapat dilihat dari rata-rata lama brsekolah atau tingkat pendidikan yang ditamatkan. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan bisa memberikan gambaran tentang keadaan kualitas manusianya.
Namun
demikian,
tingkat
pendidikan
yang
ditamatkan
juga
dipengaruhi oleh daerah tempat tinggal dan jenis kelamin. Tempat tinggal mempengaruhi tingkat pendidikan dari segi ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan
yang
memadai.
Sedangkan
jenis
kelamin
mempengaruhi dari segi kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama tanpa dipengaruhi oleh adanya budaya yang menganggap bahwa pendidikan perempuan itu tidaklah penting. Tabel 4.2.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, 2010 – 2012
Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2010
2011
2012
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Tidak/Belum Tamat SD
10,57
14,29
12,84
11,91
18,53
14,53
SD/MI/SR
18,12
17,58
17,77
23,35
22,39
25,72
SLTP/MTs
18,79
14,83
14,47
21,13
19,31
18,65
SLTA/SM
42,84
42,49
43,04
33,73
29,73
30,46
Akademi/Universitas
9,67
10,81
11,88
9,88
10,04
10,64
Total
100
100
100
100
100
100
Laki-Laki
Perempuan
Sumber : Susenas 2010 – 2012
Sebagian besar penduduk umur sepuluh tahun ke atas penduduk Kota Bontang memiliki pendidikan setingkat SLTA sebagai ijazah tertinggi yang
ditamatkan.
Ini
berlaku
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
untuk
penduduk
laki-laki
maupun 27
Pendidikan perempuan.
Meskipun
persentase
laki-laki
lebih
besar
dibanding
persentase perempuan. Ada 43,04 persen penduduk laki-laki berumur sepuluh tahun ke atas memiliki ijazah SLTA sebagai ijazah tertinggi yang dimiliki. Sementara, hanya 30,46 persen penduduk perempuan berumur sepuluh tahun ke atas yang berijazahkan SLTA sebagai ijazah tertinggi yang dimiliki.
Setelah SLTA sebagai kelompok dengan persentase terbesar, nomor urut kedua adalah penduduk berusia sepuluh tahun ke atas yang berijazahkan SD atau yang sederajat sebagai pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Sama seperti pada kelompok SLTA dan sederajat, pada kelompok SD dan sederajat, pada peringkat kedua ini juga diraih oleh penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh program wajib belajar sembilan tahun dan duabelas tahun yang dicanangkan oleh pemerintahan pusat dan otonomu daerah sejak tahun 2004. Selain itu, kesimpulan lain yang bisa ditarik adalah penduduk yang tamat sekolah menengah pertama cenderung melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
Jika dikelompokkan menjadi dua, yaitu tamat SLTA atau sederajat dan tidak tamat SLTA atau sederajat, maka sebagian besar penduduk lakilaki Kota Bontang berusia sepuluh tahun ke atas tamat SLTA atau sederajat. Sebaliknya, sebagian
besar
penduduk
perempuan Kota
Bontang berumur sepuluh tahun ke atas belum tamat SLTA atau sederajat. Hal ini membuktikan bahwa masih terdapat perbedaan gender di bidang pendidikan di Kota ini.
4.2. Tingkat Partisipasi Sekolah
Partisipasi sekolah merupakan indikator yang menunjukkan proses pendidikan atau bagaimana program pendidikan yang diimplementasikan terjadi di masyarakat. Partisipasi sekolah penduduk pada semua kelompok usia
sekolah
merupakan
aktivitas
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
pendidikan
diharapkan.
Adanya 28
Pendidikan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan yang menjangkau sampai kepelosok daerah serta adanya program wajib belajar telah mendorong peningkatan partisipasi sekolah penduduk. Sebagian besar penduduk Kota Bontang yang berusia 5 tahun ke atas bestatus tidak bersekolah lagi. Ada 66,72 persen penduduk laki-laki usia lima tahun ke atas yang sudah tidak bersekolah lagi. Hanya selisih sedikit dari laki-laki, ada 67,66 persen penduduk perempuan usia lima tahun ke atas yang berstatus tidak sekolah lagi. Angka ini meningkat tipis dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011.
Namun jika bandingkan
dengan angka dua tahun sebelumnya terjadi perbedaan yang cukup signifikan terutama pada penduduk laki-laki. Pada tahun 2010 terdapat 70,15 persen penduduk laki-laki yang berstatus tidak sekolah lagi. Ini artinya terjadi penurunan sekitar empat persen selama kurun waktu dua tahun ini.
Tabel 4.3.
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010-2012
Partisipasi Sekolah
Laki-Laki
Perempuan
(2)
(3)
(4)
4,26
5,12
4,67
Masih Sekolah
25,59
26,84
26,18
Tidak Bersekolah Lagi
70,15
68,04
69,15
5,91
5,54
5,73
Masih Sekolah
27,37
28,07
27,71
Tidak Bersekolah Lagi
66,72
66,39
66,56
5,80
5,49
5,65
Masih Sekolah
28,34
29,23
28,78
Tidak Bersekolah Lagi
65,86
65,28
65,57
(1)
Total
2010 Tidak/Belum Bersekolah
2011 Tidak/Belum Bersekolah
2012 Tidak/Belum Bersekolah
Sumber : Susenas 2008- 2011 & Angka Sementara 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
29
Pendidikan Tidak banyak penduduk usia lima tahun ke atas Kota Bontang yang tidak atau belum pernah sekolah. Hanya sekitar lima persen dari total penduduk usia lima thun ke atas yang tidak atau belum sekolah. Meskipun ada kecenderungan persentase penduduk laki-laki lebih tinggi terhadap persentase penduduk perempuan, namun perbedaan antara keduanya tidak signifikan atau kurang dari 0,4 persen. Untuk melihat gambaran lebih jelasnya dapat diketahui dari Grafik 4.1.
Grafik 4.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010-2012
Selain tingkat partisipasi sekolah penduduk usia 5 tahun keatas, ada indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan pendidikan di Kota Bontang. Indikator-indikator ini adalah; Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka partisipasi murni (APM). Indikator ini dapat membantu menunjukan jangkauan pelayanan pendidikan di Kota Bontang sehingga tujuan meningkatkan pemerataan fasilitas pendidikan akan semakin terencana.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
30
Pendidikan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan
masyarakat
untuk
mengenyam
pendidikan.
Saat
ini
pendidikan SD/sederajat telah mencapai 98,36 persen, SMP/sederajat 94,20 persen, SMU/sederajat 77,46 persen dan Universitas 21,21 persen.
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan, tanpa melihat berapa usiannya, terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.
APK merupakan indikator yang
paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Secara umum APK akan mempunyai pola yang spesifik untuk setiap jenjang pendidikan dengan korelasi terbalik, dimana semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin kecil nilai APK. APK tertinggi Sekolah Dasar/sederajat telah mencapai diatas 104,50 persen artinya ada usia kurang dari tujuh tahun dan usia iatas duabelas tahun masih duduk di sekolah dasar. Untuk APK SMP/sederajat mencapai 99,14 persen dan SMU/sederajat sedikit dibawahnya yaitu 93,01 persen..
Jika APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat usia, maka Angka Partisipasi Murni (APM) juga mengukur ketepatan waktu anak yang bersekolah. APM memasukkan faktor umur anak sekolah pada hitungannya. APM adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
31
Pendidikan Tabel 4.4. APK, APM DAN APS MENURUT JENJANG PENDIDIKAN KOTA BONTANG TAHUN 2012 Jenjang Pendidikan
APS
APK
APM
(1)
(2)
(3)
(4)
SD /SEDERAJAT
98,36
104,50
96,23
SMP /SEDERAJAT
94,97
99,14
91,74
SMU/SMK/SEDERAJAT
82,73
93,01
74,80
UNIVERSITAS
21,21
12,07
7,17
Sumber : Angka Sementara
4.3. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan hal yang memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Fasilitas pendidikan dalam hal ini adalah sekolah sebagai prasarana pendidikan dan guru sebagai tenaga pengajar. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses belajar dam mengajar sedangkan guru merupakan tenaga utama dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Tanpa kedua hal tersebut, proses belajar mengajar tidak akan dapat berlangsung.
Ada
dua
indikator
yang
dianggap
mampu
menggambarkan
ketersediaan fasilitas pendidikan. Indikator yang pertama adalah Rasio
Murid-Guru. Indikator ini mampu yang menggambarkan beban seorang guru dalam mengajar sejumlah murid pada setiap jenjang pendidikan. Sementara indikator lainnya adalah Rasio Murid terhadap Sekolah. Indikator yang kedua ini menggambarkan kemampuan sekolah dalam menampung sejumlah murid pada setiap jenjang pendidikan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
32
Pendidikan Tabel 4.5. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD/Sederajat Tahun 2011/2012 Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio Murid Guru
Rasio Murid Sekolah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Bontang Selatan
27
8.717
473
18,43
322,85
Bontang Utara
20
7.262
340
21,36
363,10
Bontang Barat
9
4.225
260
16,25
469,44
Jumlah
56
20.204
1.073
18,83
360,79
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bontang
Tabel 4.6. Jumlah Sekolah, Murid, Dan Guru SMP/Sederajat Tahun 2011/2012
(4)
Rasio Murid Guru (5)
Rasio Murid Sekolah (6)
3.282
261
12,57
252,46
13
2.533
207
12,24
194,85
8
2.418
180
13,43
302,25
8.233
648
12,71
242,15
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
(1)
(2)
(3)
Bontang Selatan
13
Bontang Utara Bontang Barat
Jumlah
34
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bontang
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
33
Pendidikan Tabel 4.7. Jumlah Sekolah, Murid, Dan Guru SMU/Sederajat Tahun 2011/2012 Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
(1)
(2)
(3)
(4)
Rasio Murid Guru (5)
Rasio Murid Sekolah (6)
Bontang Selatan
8
2.526
225
11,23
315,75
Bontang Utara
9
3.378
359
9,41
375,33
Bontang Barat
4
1.636
132
12,39
409,00
21
7.540
716
10,53
359,05
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bontang
Pada tingkat SMU Sederajat, besarnya Rasio Murid terhadap Guru di Kota Bontang tahun ajaran 2011/2012 adalah 10,53 yang berarti bahwa rata-rata seorang guru SMU Sederajat mempunyai beban untuk mengajar 10 - 11 orang siswa. Dari sejumlah 21 buah gedung sekolah setingkat SMU Sederajat pada tahun ajaran 2011/2012, setiap sekolah rata-rata menampung 359 - 360 orang siswa SMU Sederajat. Banyaknya siswa tingkat SMU Sederajat yang harus diajar oleh guru tingkat SMU Sederajat atau Rasio Murid terhadap Guru di tiga kecamatan tidak berbeda secara signifikan. Namun tidak demikian halnya dengan banyaknya siswa tingkat SMU Sederajat yang dapat ditampung pada sekolah tingkat SMU Sederajat atau Rasio Murid thd Sekolahnya.
Bila
dilihat
secara
kuantitatif,
dapat
disimpulkan
bahwa
pembangunan bidang pendidikan di Kota Bontang selama tahun 2011/2012 telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan beberapa nilai indikator yang merupakan indikasi terjadinya perubahan kearah positif. Namun pembangunan ini perlu terus berjalan agar program Bontang Cerdas yang telah berakhir 2010 ini, dapat menjadi dasar pencapaian peningkatan pembangunan di Kota Bontang khususnya di bidang pendidikan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
34
Kesehatan
BAB V KESEHATAN Kesehatan merupakan faktor utama dan penentu keberhasilan pembangun sumber daya manusia yang berkualitas sehingga menjadi aset daerah yang berharga. Kesehatan memberikan pengaruh besar terhadap kinerja seseorang. Kesehatan yang menurun diyakini akan menurunkan produktifitas seseorang dalam bekerja. Bahkan dalam level tertentu, seseorang yang sakit bukan hanya tidak dapat bekerja akan tetapi bisa menjadi beban bagi orang lain.
Dengan kesejahteraan
demikian, masyarakat
salah
satu
adalah
cara
dengan
untuk
meningkatkan
meningkatkan
derajat
kesehatannya. Upaya pelayanan kesehatan masyarakat perlu terus ditingkatkan agar semua lapisan masyarakat dapat memperolehnya secara mudah dan murah. Berbagai hal dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sasaran utama pembangunan bidang kesehatan adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan yang semakin mudah, murah, bermutu, dan merata untuk semua masyarakat, sehingga mampu mewujudkan manusia yang tangguh, sehat, cerdas, kreatif, produktif dan berbudi luhur. Titik berat usaha dan upaya membangun kesehatan, ditekankan pada pelayanan kesehatan melalui sarana dan prasarana kesehatan yang ada secara baik dan optimal.
Berbagai usaha dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kota Bontang melalui program-program kesehatan yang pro pada rakyat. Program-program pelayanan jaminan kesehatan masyarakat, jaminan kesehatan daerah dilayani di Poliklinik, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Dokter keluarga, Rumah sakit dan tindak lanjut rujukan ke rumah sakit. Pelayanan kesehatan ini selain melalui pemerintah juga dilakukan pihakpihak swasta mendukung terlaksananya Bontang Sehat tersebut.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
35
Kesehatan Berikut ini disajikan beberapa indikator kesehatan yang diharapkan menjadi indikasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di Kota Bontang.
5.1.
Fasilitas Kesehatan
Salah satu hal yang mendukung keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah tersedianya fasilitas kesehatan antara lain berupa tenaga dan sarana kesehatan yang memadai. Rasio sarana kesehatan di Kota Bontang masih terus di optimalkan dalam memberikan pelayanan telihat pada setiap ada 10.000 orang terdapat 0,13 – 3,82 sarana pelayanan yang ada, seperti tampak pada tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1.
Rasio Sarana Kesehatan Terhadap 10.000 Penduduk, Tahun 2007 – 2011
Sarana Kesehatan
2007
2008
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
-
Balai Pengobatan
0,23
0,22
0,57
0,28
0,27
-
Puskesmas
0,23
0,22
0,21
0,21
0,20
-
Puskesmas Pembantu
0,15
0,15
0,57
0,14
0,13
-
Rumah Sakit
0,31
0,30
0,36
0,28
0,27
-
Dokter Praktek
4,24
4,12
2,27
3,73
3,82
-
Apotek
0,46
0,45
0,92
0,94
1,01
-
Toko Obat
2,47
2,40
2,27
2,12
2,07
-
Praktek dr.keluarga
0,77
0,63
0,58
0,56
0,47
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
36
Kesehatan 5.2. Kesehatan Balita
Pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tidak dapat dilakukan dalam sekejap. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan
seorang
manusia,
maka
pembentukan
SDM
yang
berkualitas ini dimulai semenjak dalam kandungan. Kesehatan merupakan faktor penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Kesehatan seseorang balita, misalnya, sangat dipengaruhi keadaan kesehatan balita tersebut saat dilahirkan.
Dalam hal ini penolong
kelahiran menjadi sangat penting untuk membentuk balita yang sehat. Tabel 5.2.
Persentase Penolong Kelahiran Menurut Jenis Pertolongan, Tahun 2011-2012
Penolong Kelahiran
2011
2012
Pertama
Terakhir
Pertama
Terakhir
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Dokter
19,73
22,45
21,2
22,83
2. Bidan/tenaga medis lain
69,39
70,75
71,23
71,98
3. Dukun
4,76
5,44
5,23
4,32
4. Famili/Lainnya
6,12
1,36
2,34
0,87
100
100
100
100
(1)
Total Sumber : Susenas 2011-2012
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat dalam hal ini ibu yang akan melahirkan, cenderung untuk memilih tenaga medis dalam membantu proses kelahirannya dibandingkan tenaga non medis. Hal ini mengindikasikan adanya kesadaran dan perhatian masyarakat yang cukup baik terhadap masalah kesehatan. Namun ketersediaan tenaga medis dan biaya juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
37
Kesehatan Namun demikian, masih ada penduduk Kota Bontang yang menggunakan tenaga non medis sebagai penolong kelahiran pada tahun 2012. Meskipun persentase ibu-ibu yang kelahirannya ditolong oleh tenaga non medis ini tidak besar, namun hal ini cukup menarik perhatian. Masyarakat yang menggunakan tenaga non medis ini diduga masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, yaitu Bontang Lestari. Dilihat dari lokasinya, wilayah ini memang relative jauh dari fasilitas kesehatan.
Dari Grafik 5.1 dapat dilihat jelas bahwa diantara tenaga medis, bidan dan tenaga medis lainnya lebih banyak dipercaya oleh masyarakat Bontang dalam menolong proses kelahiran. Ini terlihat dari persentasi penolong kelahiran di kota ini, yakni sekitar tujuh puluh persen lebih kelahiran di Kota Bontang ditolong oleh bidan atau tenaga medis lain. Sementara itu, hanya dua puluhan persen saja kelahiran yang ditolong oleh dokter. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh faktor biaya. Dimana biaya ke dokter tentu saja lebih mahal daripada biiaya ke bidan atau tenaga medis lainnya.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
38
Kesehatan Selain penolong kelahiran, hal lain yang sangat berperanan terhadap pembentukan kesehatan balita adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI dipercaya sebagai asupan gizi terbaik karena dapat menjaga daya tahan tubuh seorang balita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI berkhasiat memberikan kekebalan tubuh bagi bayi yang cenderung rentan terhadap serangan penyakit.
Tabel 5.3.
Persentase Balita Menurut Pernah Tidaknya Diberi ASI dan Jenis Kelamin, Tahun 2010 - 2012
2010
2011
2012
Jenis Kelamin (1)
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Laki-laki
95,37
4,63
95,45
4,55
96,34
3,66
Perempuan
96,15
3,85
95,23
4,77
97,12
2,88
Sumber : Susenas 2010-2012
Nampaknya masyarakat Bontang semakin sadar tentang pentingnya ASI bagi kesehatan dan daya tahan balita mereka. Ini terbukti dari meningkatnya persentase balita yang pernah diberi ASI. Pada tahun 2012 ini, 96,34 persen balita laki-laki pernah mencicipi ASI. Sementara, sedkit di atas laki-laki, ada 97,12 persen balita perempuan pernah merasakan ASI.
Hal yang perlu juga mendapat perhatian tentang ASI ini adalah, lamanya ASI ini berikan seorang ibu kepada balitanya. Rata-rata seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya antara 13-17 bulan. Namun sebagian besar ibu memberikan ASI kepada balitanya selama 18-23 bulan. Ada 24,33 persen balita yang menerima ASI belama rentang waktu ini. Sementara, ada 12, 32 persen balita yang mendapatkan ASI hingga usia dua tahun atau lebih.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
39
Kesehatan
Tabel 5.4.
Persentase Balita Menurut Lamanya Diberi ASI dan Jenis Kelamin, Tahun 2011-2012
Lama Pemberian ASI
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
2011 < 5 bln
29,76
28,82
29,37
6-12
27,38
28,81
27,97
13-17
13,10
13,56
13,29
18-23
26,19
23,73
25,17
3,57
5,08
4,2
100,00
100
100
< 5 bln
21,17
26,13
23,68
6-12
16,32
21,39
18,78
13-17
22,76
18,45
20,89
18-23
27,22
22,43
24,33
24+
12,53
11,6
12,32
100
100
100
24+ Total 2012
Total Sumber : Susenas 2011-2012
Namun demikian, cukup disayangkan bahwa masih banyak juga balita yang hanya mendapat ASI sampai dengan umur limah bulan atau kurang. Jumlah ini mencapai 23, 68 persen. Namun jika dibandingkan dengan tahun lalu, persentase balita yang mendapatkan ASI hanya sampai umur lima bulan atau kurang ini cenderung menurun. Harapannya jumlah ini akan semakin menurun dari tahun ke tahun. Nampaknya ini yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah Kota Bontang. Kesadaran masyarakat Bontang tentang pentingnya ASI ini harus juga ditambah
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
40
Kesehatan dengan kesadaran tentang seberapa lama sebaiknya seorang balita menerima ASI dari ibunya. Selain lamanya pemberian ASI kepada balita, perlu juga diperhatikan perbedaan gender seorang ibu dalam memberikan ASI. Dilihat dari tabel 5.4. nampaknya hal ini masih terjadi. Seorang balita lakilaki cenderung menerima ASI lebih lama dibandingkan dengan balita perempuan. Sebagian besar balita laki-laki menerima ASI antara 18-23 bulan. Sementara itu, sebagian besar balita perempuan hanya menerima ASI selama lima bulan atau kurang. Namun demikian baik balita laki-laki maupun perempuan rata-rata sama, mendapatkan ASI antara 13-17 bulan.
5.3.
Angka Kesakitan Angka Kesakitan merupakan salah satu indicator yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Semakin rendah angka kesakitan maka pembangunan di bidang kesehatan dinilai semakin berhasil. Angka Kesakitan ini dilihat dari persentase penduduk yang mengalami keluhan dalam setahun. Lebih jauh lagi juga perlu dibedakan jenis keluhan yang dialami, lama keluhan, dan cara mengatasi keluhan tersebut.
Pada tahun 2012 ini tidak banyak penduduk Kota Bontang yang mengalami keluhan gangguan kesehatan. Hanya 26,23 persen dari total penduduk Bontang saja yang mengalami keluhan di tahun 2012 ini. Walaupun angka ini sebenarnya meningkat dari angka tahun sebelumnya, yaitu yang berada 23,68 persen, namun perubahan ini tidak terlalu bermakna.
Penduduk perempuan lebih banyak mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Ini bukan hanya terjadi pada tahun ini, namun juga tahun sebelumnya. Meskipun perbedaan angka Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
41
Kesehatan persentasenya sendiri tidak begitu nyata. Pada tahun ini, 27, 33 persen penduduk perempuan Kota Bontang mengalami keluhan kesehatan. Sementara, penduduk laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan ada 26, 34 persen. Tabel 5.5.
Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan, Tahun 2011-2012
Ada/tidak keluhan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
2011
1. Ada keluhan
22,71
24,77
23,68
2. Tidak ada keluhan
77,29
75,23
76,32
100
100
100
1. Ada keluhan
26,34
27,33
26,23
2. Tidak ada keluhan
73,66
72,67
73,77
100
100
100
Total 2012
Total Sumber : Susenas,2011-2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
42
Kesehatan Tabel 5.6.
Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Jenis Keluhan Kesehatan, Tahun 2009, 2012
Jenis Keluhan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
2009 Panas
17,59
18,48
18,06
Batuk
28,28
25,12
26,62
Pilek
28,97
27,17
28,02
Asma/napas sesak/cepat
1,55
2,69
2,15
Diare/buang air
1,55
2,21
1,9
Sakit kepala berulang
6,55
7,42
7,01
Sakit gigi
2,07
1,9
1,98
13,45
15,01
14,27
Panas
25,39
29,22
27,13
Batuk
27,44
26,34
26,43
Pilek
29,72
29,34
29,99
Asma/napas sesak/cepat
2,33
1,36
1,67
Diare/buang air
0,89
1,99
1,18
Sakit kepala berulang
3,45
5,32
4,17
Sakit gigi
1,34
1,11
1,11
Lainnya
9,44
5,32
8,32
Lainnya 2012
Sumber : Susenas, 2009, 2012
Panas, batuk, dan pilek merupakan gangguan yang paling dikeluhkan oleh penduduk Kota Bontang. Dari total penduduk yang mengalami Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
43
Kesehatan
gangguan kesehatan, lebih dari tujuh puluh persennya mengeluhkan paling tidak salah satu dari ketiga gangguan ini. Sementara sisanya mengalami keluhan asma/sesak nafas, diare/buang air, sakit kepala berulang, sakit gigi, dan keluhan lainnya. Panas, batuk, dan pilek merupakan penyakit yang disebabkan oleh virusvirus yang mudah berkembang biak di daerah tropis. Bontang yang terletak di garis katulistiwa ini mungkin menjadi tempat yang nyaman bagi virus-virus tersebut untuk berkembang bias. Meski demikian pencegahan terhadap gangguan penyakit ini mesti menjadi perhatian. Meskipun bukan tergolong penyakit yang parah, namun ketiga jenis gangguan ini tetap akan mempengaruhi aktivitas penduduk sehari-hari yang pada akhirnya dapat mengurangi produktivitas penduduk dalam perekonomian. Lamanya gangguan keluhan yang dialamai penduduk Kota Bontang pada tahun 2012 ini dapat diliat pada Tabel. 5.7. di atas. Ternyata sebagian besar penduduk Kota Bontang mengalami keluhan kurang dari empat hari. Ada 64,01 persen penduduk yang mengalami keluhan selama ini. Sementara ini 23,89 persen keluhan dialami selama empat hingga tujuh hari. Hanya 11, 1 persen saja yang mengalami keluhan lebih dari tuuh hari.
Sebagian besar penduduk Kota Bontang lebih senang mengobati sendiri jika mengalami keluhan kesehatan. Sebesar 57,87 persen mengoati sendiri jika mengalami keluhan kesehatan, terjadi penurunan sekitar tiga persen dari tahun sebelumnya.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
44
Kesehatan Tabel 5.7.
Persentase Penduduk Yang Mendapat Keluhan Menurut Lama Keluhan dan Jenis Kelamin, Tahun 2011-2012
Lama Gangguan (Hari)
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
2011 1.
Kurang dari 4
64,42
59,41
61,95
2.
4–7
25,96
24,75
25,37
3.
8 atau lebih
9,62
15,84
12,68
Jumlah
100
100
100
2012 1.
Kurang dari 4
65,26
64,43
65,01
2.
4–7
24,3
23,55
23,89
3.
8 atau lebih
10,44
12,02
11,1
Jumlah
100
100
100
Sumber : Susenas 2011-2012 Tabel 5.8.
Persentase Penduduk Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2011-2012
Apakah Mengobati Sendiri
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
2011 1.
Ya
59,64
62,35
60,98
2.
Tidak
40,36
37,65
39,02
100
100
100
Jumlah 2012 1.
Ya
57,12
58,38
57,87
2.
Tidak
42,88
41,62
42,13
100
100
100
Jumlah Sumber : Susenas, 2011- 2012 Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
45
Kesehatan Dari semua penduduk yang mengobati sendiri terhadap keluhan kesehatan yang dialami, sebagian besar diantaranya menggunakan jenis obat modern. Namun yang menarik adalah persentase penduduk yang menggunakan jenis obat modern ini menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun 2011 lalu, 77,29 persen penduduk yang mengobati sendiri lebih memilih menggunakan obat modern. Sedangkan tahun ini, penduduk yang menggunakan obat modern turun menjadi 75,98 persen. Tabel 5.9.
Persentase Penduduk Yang Mengobati Sendiri Menurut Jenis Obat Yang Digunakan, Tahun 2009, 2012
Jenis Obat Yang Digunakan
Laki-Laki
Perempuan
Total
(1) 2009
(2)
(3)
(4)
1. Tradisional
18,75
16,21
17,44
2. Modern
76,67
77,87
77,29
3. Lainnya
4,58
5,93
5,28
100
100
100
1. Tradisional
23,65
18,32
22,42
2. Modern
75,12
77,23
92,86
3. Lainnya
1,23
4,45
3,27
100
100
100
Jumlah 2012
Jumlah
Sumber : Susenas, 2009, 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
46
Ketenagakerjaan
BAB VI KETENAGAKERJAAN Kota Bontang, merupakan kota dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk di kota ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya migrasi masuk. Sebagai salah satu kota yang menarik minat para pencari kerja, sudah selayaknya Bontang memiliki aturan dan kebijakan yang jelas mengenai ketenagakerjaan.
Besarnya angkatan kerja mencerminkan besarnya penawaran tenaga kerja, namun besarnya penawaran belum tentu sebanding dengan besarnya permintaan terhadap tenaga kerja yang ada. Akibatnya, akan ada angkatan kerja yang belum terserap di Kota Bontang. Banyaknya tenaga kerja ini kalau tidak diantisipasi dengan benar akan menimbulkan masalah dikemudian hari yaitu berupa pengangguran terbuka atau kerawanan social lainnya.
Memperluas kesempatan kerja bukan hanya penting dari sisi ekonomi, namun juga sosial. Selain menciptakan lapangan kerja baru, memperluas kesempatan kerja juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini secara tidak langsung akan juga mengurangi kemungkinan terjadinya masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. Pengalaman meningkatnya
membuktikan angka
bahwa
kriminal
banyak
terjadi
gejolak
disebabkan
sosial oleh
seperti
banyaknya
pengangguran. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka setiap upaya pembangunan
yang
dilakukan
selalu
diarahkan
pada
perluasan
kesempatan kerja dan berusaha.
6.1. Keadaan Angkatan Kerja
Angkatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah tenaga kerja berada pada dua posisi penting dalam pembangunan, yaitu sebagai Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
47
Ketenagakerjaan subyek sekaligus obyek pembangunan itu sendiri. Karena peningkatan jumlah angkatan kerja bila tidak diimbangi dengan penambahan kesempatan kerja akan menimbulkan permasalahan dalam pembangunan.
Definisi dari penduduk usia kerja adalah penduduk dengan usia 15 tahun keatas. Penduduk usia kerja sendiri terdiri dari dua kelompok yaitu Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Kelompok angkatan kerja dibagi lagi menjadi penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Konsep bekerja disini adalah bekerja paling kurang satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Selanjutnya dari bukan angkatan terbagi lagi atas penduduk yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya (penerima pendapatan, pensiun dan lain sebagainya).
Untuk dapat mengetahui keadaan angkatan kerja di Kota Bontang selama tahun 2012, berikut ini disajikan data angkatan kerja yang dapat dilihat dari beberapa indikator ketenagakerjaan. Indikator tersebut antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). TPAK merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi (bekerja dan atau mencari pekerjaan) dengan jumlah keseluruhan penduduk usia kerja. Sedangkan, TPT merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia kerja yang sedang mencari pekerjaan dengan jumlah keseluruhan angkatan kerja. Sementara, TKK merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia kerja yang bekerja dengan jumlah keseluruhan angkatan kerja.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
48
Ketenagakerjaan Tabel 6.1.
Persentase Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Menurut Kegiatan Utama, Tahun 2010-2012
Kegiatan Utama (Indikator)
2 010
2 011
2 012
(1)
(2)
(3)
(4)
Angkatan Kerja(TPAK)
57,14
60,04
58,73
Bekerja (TKK)
92,57
92,77
93,46
7,43
7,23
6,54
42,86
39,96
41,27
Sekolah
25,69
21,47
23,65
Mengurus rumah tangga
67,36
66,57
67,27
6,94
11,96
9,08
100,00
100,00
100,00
Mencari Pekerjaan (TPT)
Bukan Angkatan Kerja
Lainnya Jumlah Sumber : Susenas, 2010-2012
Tabel 6.1. menggambarkan kegiatan utama penduduk usia kerja dari selama tiga tahun terakhir. Dari tabel tersebut tampak bahwa ada sekitar lima puluh Sembilan persen penduduk usia kerja merupakan angkatan kerja sepanjang periode ini. Meski sedikit berfluktuasi namun nilai perubahannya tidak begitu signifikan.
Selama tiga tahun terakhir menurun sedikit demi sedikit secara berkelanjutan. Tingkat penurunan yang relative kecil ini bukan karena program penurunan tingkat pengangguran yang kurang berhasil di Kota Bontang, namun karena tingkat pengangguran di Kota ini memang sudah relative kecil. Pada tahun 2012 ini, 93,46 persen angkatan kerja Kota Bontang memiliki status bekerja. Hanya sekitar 6,54 persen saja yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
49
Ketenagakerjaan berstatus mencari pekerjaan. Angka ini menurun dari tahun sebelumnya, yaitu 7,23 persen (2011) dan dari tahun 2010 masih tercatat 7,43 persen.
Dari tabel 6.1. juga terlihat bahwa kurang dari separuh penduduk usia kerja berstatus bukan angkatan kerja. Termasuk bukan angkatan kerja disini adalah penduduk yang masih bersekolah, penduduk yang memutuskan untuk menjadi pengurus rumah tangga, atau lainnya. Lainnya di sini termasuk pensiunan, atau tidak mau bekerja dan mencari kerja karena alasan lain.
Dari ketiga kelompok bukan angkatan kerja, penduduk usia kerja yang berstatus mengurus rumah tangga menduduki peringkat pertama. Ada 67,27 persen kelompok bukan angkatan kerja yang berstatus mengurus rumah tangga. Peringkat kedua diduduki oleh bukan angkatan kerja yang berstatus sekolah dengan selisih yang cukup tinggi yaitu hamper sepertiga dari persentase bukan angkatan kerja yang berstatus sekolah. Perubahan persentase kelompok-kelompok bukan angkatan kerja ini cukup berfluktuasi setiap tahunnya. Namun perubahan tersebut tidak ada pada angka yang signifikan.
6.2. Lapangan Usaha Utama
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan di Kota Bontang pada tahun 2012 ini menunjukkan bahwa tiga sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan, jasa kemasyarakatan, dan sektor pertambangan dan penggalian pasir. Ketiga sektor ini, masing-masing menyerap tenaga kerja lebih dari sepuluh persen. Jika sektor perdangan didominasi
oleh
kaum
dan jasa kemasyarakatan
perempuan,
lain
halnya
dengan
banyak sektor
pertambangan. Ada sekitar 22,01 persen dari total laki-laki yang bekerja menggeluti sektor ini. Sementara itu, hanya sekitar tiga persen dari total wanita bekerja yang memilih sektor ini sebagai mata pencaharian. Hal ini nampaknya lebih disebabkan oleh alasan fisik, dimana pekerjaan sektor Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
50
Ketenagakerjaan pertambangan dan penggalian pasir memerlukan fisik yang kuat lebih dimiliki oleh laki-laki. Selain penduduk wilayah ini banyak yang tertarik bekerja pada sektor pertambangan batu bara yang eksplorasinya berada diluar Kota Bontang.
Hal yang menarik dari tenaga kerja di sektor pertambangan ini adalah bahwa di Kota Bontang sendiri sebenarnya tidak memiliki lapangan usaha sektor pertambangan dan penggalian pasir. Lapangan usaha sektor pertambangan sendiri dimiliki oleh wilayah Kabupaten di sekitar Kota Bontang. Sedangkan para pekerjanya banyak menetap dan tinggal sebagai penduduk Kota Bontang, kota terdekat dengan fasilitas yang cukup layak.
Selain ketiga sektor di atas, sektor lain yang menyerap tenaga kerja cukup banyak adalah sektor jasa pendidikan, konstruksi/bangunan, industri pengolahan dan sektor perikanan. Sektor-sektor ini masingmasing menyerap tenaga kerja di atas lima persen. Lebih tepatnya, sektor jasa pendidikan, konstruksi/bangunan, industri pengolahan, masingmasing mampu menyerap tenaga kerja sekitar delapan persen. Sementara sektor perikanan menyerap 5,23 persen tenaga kerja.
Di Kota Bontang terdapat dua perusahaan industri berskala internasional, yaitu PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan PT. Badak Liquid Natural Gas (LNG). Kedua perusahaan ini memiliki peran yang besar bukan hanya terhadap penyerapan tenaga kerja namun juga terhadap perekonomian Kota Bontang.
Sektor konstruksi/ bangunan sendiri, di Kota Bontang, merupakan sektor yang menerima efek positif dari sektor industri dan sektor pertambangan. Banyaknya pendatang yang mengadu nasib di sektor industri
dan
pertambangan
tentunya menaikkan
permintaan
akan
kebutuhan tempat tinggal. Selain itu, meningkatnya permintaan akan
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
51
Ketenagakerjaan fasilitas tempat tinggal dapat dipicu dari meningkatnya pendapatan masyarakat karena berkembangnya kedua sektor tersebut. Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama, Tahun 2012
Lapangan Usaha Utama (1)
2012 Laki-laki (2)
Perempuan (3)
Total (4)
Pertanian Tanaman Padi palawija
1,09
1,56
1,22
Hortikultura
0,38
0,67
0,51
Perkebunan
0,62
0,26
0,41
Perikanan
8,01
0,76
5,23
Peternakan
0,68
0,11
0,41
Kehutanan & pertanian lainnya
0,4
0,09
0,23
Pertambangan & penggalian Pasir
22,01
3,02
12,35
Industri Pengolahan
12,67
2,81
8,03
Listrik dan Gas
1,98
0,57
1,31
Konstruksi/bangunan
14,45
0,56
8,11
Perdagangan
11,06
34,03
22,9
Hotel dan rumah makan
0,65
2,54
1,45
Transportasi dan pergudangan
3,98
0,56
2,09
Informasi dan komunikasi
0,87
1,76
1,26
Keuangan dan asuransi
1,33
5,28
3,21
Jasa Pendidikan
2,24
14,17
8,11
Jasa Kesehatan
2,08
8,34
4,01
Jasa Kemasyarakatan
14,05
20,34
17,21
Lainnya
1,45
2,57
1,95
100
100
100
Total Sumber : Angka Sementara 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
52
Ketenagakerjaan Meski dominasi sektor jasa, industri dan pertambangan Kota Bontang tetapi ada hal yang menarik dari penyerapan tenaga kerja di sektor perikanan juga cukup tinggi. Namun hal ini tidak perlu menjadi pertanyaan mengingat tujuh puluh persen wilayah Kota Bontang adalah lautan.
Perikanan
dan
kelautan
merupakan
salah
satu
potensi
perekonomian Kota Bontang yang bisa dijalankan secara berkelanjutan. Sehingga, angka lima persen penyerapan tenaga kerja di sektor ini semestinya kedepan dapat ditingkatkan lagi.
Berbeda dari sektor perikanan, sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan kehutanan lainnya tidak banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini perlu dimaklumi mengingat wilayah daratan Kota Bontang yang tidak terlalu luas. Namun demikian, keberadaan sektor-sektor ini di Kota Bontang perlu mendapat acungan jempol. Meski dengan wilayah daratan yang tidak begitu luas, Bontang masih
mampu
berkontribusi
pada
ketahanan
pangan.
Mengingat
keterbatasan lahan, hal yang bisa dilakukan Kota Bontang untuk meningkatkan perkonomian sektor pertanian, dan kawan-kawannya ini adalah dengan meningkatkan produtivitas komoditi.
6.3. Status Pekerjaan
Sebagian besar penduduk lima belas tahun ke atas di Kota Bontang yang bekerja berstatus buruh atau karyawan. Tepatnya 68,01 persen penduduk lima belas tahun ke atas Kota Bontang yang bekerja berstatus buruh/karyawan. Sementara hanya 25,86 persen penduduk lima belas tahun ke atas Kota Bontang yang bekerja bestatus berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, atau berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar.
Nampaknya wiraswasta belum diminati oleh penduduk Kota ini. Hal ini sepertinya perlu mendapat perhatian lebih pemerintah Kota Bontang, mengingat wacana pemerintah pusat akhir-akhir ini untuk menggiatkan Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
53
Ketenagakerjaan sektor usaha kecil menengah. Usaha kecil menengah ini disinyalir bisa menjadi solusi alternative dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa secara berkelanjutan. Tabel 6.3.
Persentase Penduduk 15 Tahun Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Tahun 2011-2012
Keatas
Yang
Laki-laki
Perempu an
Total
(2)
(3)
(4)
Berusaha Sendiri
13,41
22,86
15,99
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar
3,22
7,86
4,48
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
2,41
2,14
2,34
Buruh/Karyawan
77,75
57,86
72,32
Pekerja bebas
2,41
2,14
2,34
Pekerja keluarga/tidak dibayar
0,8
7,14
2,53
Berusaha Sendiri
14,34
24,21
18,97
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar
2,98
5,32
3,88
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
3,21
2,78
3,01
Buruh/Karyawan
77,78
58,32
68,01
Pekerja bebas
1,09
4,56
2,81
Pekerja keluarga/tidak dibayar
0,6
4,81
3,32
Status Pekerjaan (1)
2011
2012
Sumber : Susenas 2011-2012 Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
54
Ketenagakerjaan Berwiraswasta dibandingkan
dengan
ternyata
banyak
penduduk
diminati
laki-laki.
oleh
Terbukti
perempuan
penduduk
dari
perempuan lima belas tahun ke atas Kota Bontang yang bekerja, 32,31
persen-nya memilih berusaha sendiri baik dibantu pekerja ataupun tidak. Sementara angkanya hanya mencapai 20,53 persen saja untuk penduduk laki-laki. Sebagai bangsa yang berkeyakinan bahwa mencari nafkah adalah tugas suami atau laki-laki, kondisi ini perlu mendapat perhatian. Wiraswasta tampaknya masih menjadi pekerjaan sampingan di dalam
rumah tangga. Dari Grafik 6.1 dapat diketahui bahwa Bontang masih didominasi oleh buruh atau karyawan sebagai konsekuensi sebagai kota
industri. Grafik 6.1 Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Tahun 2012
Pekerja keluarga/tidak dibayar Perempuan
Laki-laki
Pekerja bebas
Buruh/Karyawan
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar
Berusaha Sendiri
0
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012 20
20
40
60
80
100
55
Perumahan
BAB VII P E R U M A H A N Perumahan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang, pangan, kesehatan, pendidikan dan transportasi. Bukan hanya sekedar rumah yang dimaksudkan disini. Namun adalah rumah yang layak huni dan sebuah rumah yang memenuhi standar fasilitas kesehatan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman mendefinisikan rumah sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Untuk itu, dalam rangka mewujudkan perumahan layak, sehat, aman, dan serasi, pemerintah mencanangkan program pembangunan nasional di bidang perumahan. Terpenuhinya kebutuhan akan rumah yang layak, berarti terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar bagi setiap warga Negara. Setiap warga Negara berhak untuk tinggal dan bermukim pada lingkungan perumahan dan pemukiman yang baik dan sehat.
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menentukan status kelayakan sebuah rumah. Bab ini akan membahas satu per satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan kelayakan sebuah rumah. Indikator-indikator tersebut antara lain; luas lantai yang ditempati, jenis atap terluas, jenis dinding terluas, dan kepemilikan sarana dan prasarana penunjang lainnya seperti listrik, air minum, dan tempat pembuangan air besar.
7.1. Kondisi Perumahan Sebelum membahas lebih lanjut tentang kondisi perumahan, hal penting yang perlu untuk diketahui adalah status kepemilikan rumah. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
56
Perumahan Status kepemilikan rumah ini merupakan salah satu indikator perumahan yang menunjukkan penguasaan rumahtangga terhadap rumah yang ditempatinya. Status kepemilikna rumah ini sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tabel 7.1.
Persentase Rumahtangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tahun 2010 - 2012
Status Kepemilikan Rumah
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Milik Sendiri
58,63
64,75
68,33
Kontrak/sewa
28,9
26,5
24,31
lainnya
12,47
8,75
7,36
Sumber : Susenas 2010- 2012
Hasil Susenas 2012 menunjukkan bahwa Lebih dari separuh rumah tangga kota Bontang tinggal di rumah dengan status milik sendiri. Tepatnya ada sekitar 68,33 persen rumah tangga di kota Bontang yang tempat tinggalnya berstatus milik sendiri. Ini merupakan pencapian yang luar biasa untuk Kota Bontang.
Sementara itu, hampir seperempat persen rumah tangga di Kota Bontang terdeteksi masih tinggal di rumah kontrak atau sewa. Namun sebagai Kota industri yang cukup menarik minat tenaga kerja dari luar daerah, hal ini tidak perlu menjadi kerisauan. Terlebih lagi, wilayah kota Bontang yang cukup dekat dengan beberapa areal pertambangan sehingga banyak pekerja pendatang yang memilih tinggal di Bontang. Dengan demikian, angka 24,31 persen yang menyatakan rumah tangga yang tempat tinggalnya berstatus kontrak atau sewa itu tidak dapat diartikan sebagai rumah tangga yang tidak mampu untuk membeli rumah. Sebagain dari rumah tangga tersebut adalah para pendatang yang bekerja Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
57
Perumahan di Kota Bontang dan sekitarnya, namun enggan untuk memiliki rumah sendiri.
Jika dibandingkan dengan kondisi selama dua tahun terakhir, kondisi kepemilikan rumah ini mengalami peningkatan yang cukup stabil. Pada tahun 2010, masih terdapat 58,63 persen rumah tangga yang tinggal di rumah milik sendiri. Angka ini kemudian meningkat menjadi 64, 75 persen, dan kemudian meningkat lagi menjadi 68,33 persen tahun ini. Sebaliknya, persentase rumah tangga yang masih menempati rumah tinggal yang berstatus sewa atau kontrak mengalami penurunan sedikit demi sedikit. Gambaran mengenai status kepemilikan rumah yang lebih jelas di tahun 2012 dapat dilihat dari Grafik 7.1.
Selain dari status kepemilikan rumah, kondisi rumah tempat tinggalnya merupakan hal yang menentukan kelayakan kondisi tempat tinggal seseorang. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kelayakan rumah tempat tinggal antara lain jenis lantai (bukan
tanah),
jenis
dinding
(tembok)
dan
jenis
atap
(asbes/seng/genteng). Dari ketiga indikator ini, dianggap mempengaruhi keadaan kesehatan anggota rumahtangga yang juga berdampak pada Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
58
Perumahan tingkat kesejahteraannya. Secara umum semakin besar persentase nilai indikator tersebut berarti semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Tabel 7.2.
Kondisi Perumahan di Kota Bontang, 2010 - 2012
Kondisi Perumahan / Bangunan
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Rata-rata luas lantai yang dikuasai rumah tangga ( M2 )
69,41
64,33
78,64
Rumahtangga yang menghuni rumah beratap seng, asbes dan genteng.
93,97
88,25
94,56
Rumahtangga yang menghuni rumah berdinding tembok
65,9
65,85
81,23
Rumahtangga yang menghuni rumah berdinding kayu
33,26
33,33
18,77
Rumahtangga yang menghuni rumah berlantai bukan tanah
97,51
99,18
99,32
Sumber : Susenas 2010- 2012 Sebagai kota kecil dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi, luas bangunan tempat tinggal sepertinya bukan menjadi masalah besar bagi masyarakat Kota Bontang. Ini dibuktikan dari angka rata-rata luas lantai yang dikuasai rumah tangga yang menunjukan angka 78,64 m2. Meski rata-rata luas lantai yang dikuasai rumah tangga ini sempat turun mejadi 64,33 m2 di tahun 2011, setelah sebelumnya mencapai 69,41 m2 di tahun 2010, namun nampaknya meningkat cukup drastis di tahun 2012 ini. Tidak hanya luas lantai rumah yang meningkat, kualitas atap sebagian penduduk Kota Bontang meningkat di tahun 2012 ini. Hampir 95% rumah tangga di Kota Bontang menggunakan seng, asbes, atau genteng sebagai atap rumah. Dari Tabel. 7.2. terlihat bahwa terjadi peningkatan sebesar 6% lebih jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
59
Perumahan Sebagai kota yang bersebelahan dengan hutan, bahkan pernah dikelilingi oleh daerah penghasil kayu, maka wajar jika banyak perumahan penduduk yang berdinding kayu. Namun seiring dengan berkurangnya pasokan kayu di Kalimantan Timur ini, masyarakat mulai beralih dari rumah berdinding kayu menjadi rumah berdinding tembok. Perubahan ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun ini terutama, terdapat lonjakan persentase rumah tangga yang menghuni rumah berdinding tembok dari angka 65,85 persen tahun lalu menjadi 81,23% persen tahun ini. Di sisi lain, Nampak persentase rumah tangga yang menghuni rumah berdinding kayu menurun dari 33,33 persen tahun lalu menjadi 18,77 persen tahun ini.
Namun ada hal yang perlu ditekankan disini, bahwa rumah tangga yang menghuni rumah berdinding kayu belum tentu bisa dikatakan kurang sejahtera. Rumah kayu merupakan rumah adat bagi masyarakat Kalimantan Timur sebagai penghasil kayu. Bahkan disaat pasokan kayu sedang turun seperti saat ini, yang akhirnya membuat harganya melangit, membangun sebuah rumah kayu justru menghabiskan dana yang lebih besar dibanding membangun rumah berdinding tembok.
Hal terakhir yang perlu dibahas tentang kondisi rumah adalah status lantai bukan tanah. Untuk Kota Bontang, lantai rumah bisa dikatakan tidak pernah menjadi masalah. Dari dahulu sehingga sekarang masyarakat Kota Bontang sudah terbiasa memiliki rumah berlantai bukan tanah. Ketika rumah kayu masih mendominasi Kota Bontang pun, sangat jarang ditemukan rumah yang berlantaikan tanah. Hal ini terbukti dengan angka persentase rumah tangga yang menghuni rumah berlantai bukan tanah mencapai hampir seratus persen, dan hanya menyisakan kurang dari 1,0 persen rumah tangga yang menghuni rumah berlantai tanah.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
60
Perumahan
7.2. Fasilitas Rumah Kondisi rumah bagus saja ternyata belum cukup digunakan untuk menarik kesimpulan akan kelayakan sebuah rumah. Ada hal lain yang perlu juga mendapat perhatian yaitu ketersediaan fasilitas penunjang perumahan. Fasilitas penunjang perumahan yang utama diantaranya adalah sumber penerangan utama yang digunakan, kepemilikan fasilitas air minum, dan kepemilikan fasilitas jamban sendiri dengan tangki septik.
Tabel 7.3.
Persentase Fasilitas Perumahan/Bangunan di Kota Bontang Tahun 2010 - 2012
Fasilitas Perumahan / Bangunan
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Rumah tangga pengguna listrik
96,88
97,54
98,73
Rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum sendiri
65,96
62,5
66,34
Rumah tangga yang menggunakan tangki septik
83,99
89,89
93,18
Sumber : Susenas 2010- 2012
Sama
seperti
kondisi
perumahan,
secara
umum
fasilitas
perumahan Kota Bontang sudah cukup bagus. Dilihat dari ketersediaan sumber penerangan atau listrik, hampir semua perumahan sudah mendapat fasilitas listrik. Tepatnya ada 98,73 persen rumah tangga yang rumah tempat tinggalnya sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan. Dengan kata lain rumah tangga yang belum memiliki listrik sebagai sumber penerangan tidak mencapai angka dua persen. Hal ini mungkin erat kaitannya dengan program baru PLN yang melayani metode listrik satu juta sambungan di tahun 2010 lalu. Tidak seperti fasilitas listrik yang hampir memenuhi semua warga Kota Bontang. Rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum ternyata Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
61
Perumahan masih jauh dari seratus persen yaitu hanya sekitar 66,34 persen saja. Namun jika dibandingkan dengan tahun lalu angka ini sudah meningkat sekitar empat persen. Perusahaan Daerah Air Minum Kota Taman Bontang masih perlu kerja keras, meluruskan rumah tangga yang telah menikmati berasal dari menyambung tetangga. Yang sejatinya telah banyak menikmati air bersih dari PDAM Kota Bontang untuk memenuhi target sambungan air minum kota tahun 2012 mencapai angka diatas 80 persen.
Berbeda dari listrik dan air minum, persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas tangki septik nampak meningkat secara terus menerus. Dilihat dari Tabel. 7.3., rumah tangga pengguna tangki septik pada tahun 2010 hanya sekitar 83,99 persen. Angka ini kemudian meningkat menjadi 89,89 persen. Dengan kata lain meningkat sekitar enam persen dalam kurun waktu satu tahun. Kemudian pada tahun 2012, angka ini meningkat lagi menjadi 93,18 persen.
Peningkatan ini karena kesadaran masyarakat akan pentingnya tempat pembuangan akhir yang sehat, steril, dan aman buat kesehatan dan lingkungan. Jika dilihat dari segi kesehatan, hal ini menunjukkan peningkatan kualitas baik secara langsung maupun tak langsung karena akan mempengaruhi derajat kesehatan anggota rumah tangga yang bersangkutan.
Tabel 7.4.
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan, 2010-2012
Sumber Penerangan
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
82,12
89,07
92,43
Listrik Non PLN
14,76
8,47
6,76
Petromak/Aladin/Lainnya
3,12
2,46
0,81
Listrik PLN
Sumber: Susenas, 2010 - 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
62
Perumahan Secara umum hampir semua perumahan di Kota Bontang sudah memiliki fasilitas standar untuk hidup layak. Namun demikian, ada hal lain yang perlu juga diperhatikan, yaitu status penggunaan dari fasilitas tersebut dan juga kemudahan masing-masing individu di dalam rumah tangga untuk mengakses fasilitas tersebut.
Sebagai perusahaan listrik negara, PLN memiliki kewajibab untuk menyediakan pasokan listrik bagi warga negara Indonesia. Di Kota Bontang, PLN ternyata hanya memberi pasokan listrik kepada 92,43 persen rumah tangga. Meskipun jika dibandingkan dengan tahun lalu sudah terjadi peningkatan sebesar hampir tiga persen. Bahkan jika dilihat dari dua tahun yang lalu, yaitu tahun 2010, persentase rumah tangga yang mendapat pasokan listrik dari PLN ini meningkat cukup tajam yaitu sepuluh persen lebih.
Tabel 7.5.
Persentase Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Air Minum, Tahun 2010-2012
Penggunaan Fasilitas Air Minum
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
65,96
62,5
60,67
10,11
12,5
18,58
23,93
25
20,75
100
100
100
Sendiri Bersama Lainnya
Jumlah
Sumber : Susenas, 2010- 2012 Di sisi lain, rumah tangga yang menggunakan fasilitas listrik Non PLN masih cukup banyak. Ada sekitar 6,76 persen rumah tangga yang menggunakan fasilitas listrik Non PLN. Listrik non PLN ini bisa bersumber dari mesin listrik (genset) pribadi ataupun disediakan oleh pihak lain yang bukan PLN. Di Kota Bontang ini memang terdapatnya perusahaan yang
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
63
Perumahan mengelola listriknya sendiri dan memberikan pelayanan listrik bagi perumahan-perumahan karyawannya.
Tabel 7.6.
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Yang Digunakan, Tahun 2010 - 2012
Sumber Air Minum
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Air dalam kemasan
7,69
5,47
9,21
Leding meteran / air isi ulang
72,14
79,55
81,28
Leding eceran
6,03
4,1
3.21
Sumur bor/pompa
1,46
2,46
1,34
Sumur terlindung
1,66
1,91
1,53
Sumur tak terlindung
8,94
5,46
4,23
Lainnya
2,08
1,05
2,41
100
100
100
Jumlah
Sumber : Susenas, 2010-2012
Tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan salah satu kebutuhan utama. Hampir semua kegiatan rumahtangga seperti masak, mandi dan mencuci, menggunakan air. Kepemilikan fasilitas air minum dalam rumahtangga
juga
dapat
dijadikan
indikasi
tingkat
kesejahteraan
keluarganya. Namun lebih dari itu tidak hanya ketersediaan fasilitas air di perumahan yang perlu dijamin, namun juga keterjangkauan masingmasing individu dalam terhadap akses air tersebut.
Berdasarkan penggunaan, fasilitas air minum dibedakan menjadi digunakan sendiri, bersama, atau lainnya. Sudah lebih dari separuh rumah tangga di Kota Bontag yang memiliki fasilitas air minum sendiri, yaitu 60,67% di tahun 2012 ini. Namun jika dilihat ke belakang nampaknya
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
64
Perumahan terjadi kemunduran untuk penyediaan fasilitas air minum ini. Persentase rumahtangga yang tidak memiliki fasilitas air minum sendiri mengalami peningkatan sekitar dua persen setiap tahunnya semenjak tahun 2010. Hal ini mungkin karena pemasangan saluran PDAM yang tidak mudah bagi perumahan-perumahan baru.
Berdasarkan sumbernya, air minum yang digunakan masyarakat bontang sebagian besar bersumber dari leding meteran atau air isi ulang. Sebanyak 84,49 persen rumah tangga yang ada di Kota Bontang telah menggunakan leding atau air minum isi ulang sebagai sumber air minum. Sumber air minum ledeng di sini adalah ledeng milik sendiri, bersama, umum, atau membeli dari pengecer (tabel 7.6).
Rumahtangga yang
memilih air dalam kemasan sebagai sumber air minumnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu menjadi 9,21 persen pada tahun 2012 setelah tahun lalu sempat menurun ke 5,47 persen. Ini bisa saja disebabkan pilihan dari rumahtangga di Kota Bontang beranggapan lebih sehat untuk di konsumsi, walaupun membeli air dalam kemasan harganya relative lebih mahal.
Selain sumber penerangan dan fasilitas air bersih yang digunakan oleh rumah tangga, hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk kelayakan sebuah rumah tempat tinggal adalah fasilitas tempat buang air besar dan tempat penampungan akhir kotoran (tinja) yang memenuhi syarat kesehatan. Fasilitas buang air besar sangat erat kaitannya dengan kesehatan dalam hal ini kesehatan rumahtangga secara khusus dan kesehatan lingkungan dalam arti luas.
Hasil Susenas 2012 di Kota Bontang menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga yang ada di Kota Bontang telah memiliki fasilitas buang air besar sendiri. Hanya sebanyak 5,09 persen saja rumah tangga menggunakan fasilitas buang air besar secara bersama dan 0,87 persen rumahtangga menggunakan fasilitas buang air besar umum. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, persentase penurunan rumah tangga Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
65
Perumahan yang menggunakan fasilitas buang air besar umum menurun sangat tajam, yaitu dari 6,03 persen di tahun 2010 menjadi 0,87 persen di tahun ini. Hal ini diperkirakan terjadi di wilayah pedesaan atau pesisir pantai yang disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tempat buang air besar dengan kloset yang memenuhi syarat kesehatan.
Tabel 7.7.
Persentase Rumahtangga Menurut Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar, Tahun 2010 - 2012
Kepemilikan Fasilitas Buang Air Besar
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
86,7
90,71
93,02
6,65
5,47
5,09
6,03
1,09
0,87
0,62
2,73
1,02
100
100
100
Sendiri Bersama Umum Tidak Ada
Jumlah
Sumber : Susenas, 2010 – 2012
Jenis kloset yang digunakan pada fasilitas/tempat buang air besar sangat berpengaruh pada kesehatan para pemakainya. Jenis kloset yang cenderung tertutup seperti leher angsa adalah sangat baik dari segi kesehatan. Sebagian besar rumahtangga di Kota Bontang telah memiliki fasilitas buang air besar baik yang digunakan sendiri, bersama atau umum, telah memiliki kloset leher angsa, tepatnya rata-rata sebesar 90,02 persen dalam tiga tahun terakhir. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat Bontang memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya kesehatan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
66
Perumahan Tabel 7.8.
Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Kloset Yang Digunakan, Tahun 2010- 2012
Jenis Kloset
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Leher Angsa
90,81
87,58
91,67
Plengsengan
5,65
6,82
4,37
Cemplung/Cubluk
3,32
3,91
3,28
Tidak Pakai
0,22
1,69
0,68
100,00
100,00
100,00
Jumlah
Sumber : Susenas, 2010 - 2012
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
67
Pola Konsumsi
BAB VIII POLA KONSUMSI Tingkat kesejahteraan rumah tangga secara nyata dapat diukur dari tingkat pendapatan yang dibandingkan dengan kebutuhan minimum untuk hidup layak. Perubahan pada tingkat kesejahteraan dilakukan dengan melihat pola pengeluaran rumah tangga yang dilihat berdasarkan pengeluaran. Pengeluaran rumah tangga dibedakan menjadi dua yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Di negara berkembang umumnya pengeluaran untuk makanan masih merupakan bagian terbesar dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga. Perubahan angka persentase
tersebut
dalam
setiap
tahunnya
dapat
menunjukkan
perkembangan taraf kehidupan rumah tangga.
BPS Kota Bontang, melalui kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2012, salah satu tujuannya adalah berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan sosial ekonomi atau tingkat kesejahteraan masyarakat
masyarakat
Kota
Bontang.
Tingkat
kesejahteraan
Kota Bontang ini dapat dilihat dari pola pengeluaran
rumahtangga pada rumah tangga yang ada di Kota Bontang selama tahun 2012. Berikut ini disajikan beberapa indikator yang diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran untuk melihat seberapa jauh tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Bontang pada tahun 2012.
8.1. Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberi gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin besar
konsumsi
atau
pengeluaran
rumah
tangga
terutama
porsi
pengeluaran untuk bukan makanan, maka tingkat kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan akan semakin baik. Masyarakat yang berpenghasilan
rendah
cenderung
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
menggunakan
sebagian
besar 68
Pola Konsumsi
pendapatannya untuk keperluan pengeluaran makanan yang memang merupakan kebutuhan utama yang tidak dapat ditunda-tunda. Demikian pula sebaliknya untuk masyarakat yang berpenghasilan tinggi.
Tabel 8.1
Persentase Pengeluaran Penduduk Menurut Kelompok Makanan dan Bukan Makanan, Tahun 2007 - 2012
Jenis Pengeluaran
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Makanan
47,15
42,86
45,71
45,82
39,41
40,36
Bukan Makanan
52,85
57,14
54,29
54,18
60,59
59,64
Jumlah
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber :Susenas 2007 - 2012
Tabel 8.1 menunjukkan bahwa penduduk kota Bontang lebih banyak menghabiskan pendapatannya pada kebutuhan bukan makanan dibandingkan
dengan
kebutuhan
makanan.
Pengeluaran
rata-rata
perkapita sebulan untuk makan pada tahun 2012 adalah sebesar 40,36 persen, sementara untuk kebutuhan bukan makanan masyarakat Kota Bontang jauh lebih tinggi yaitu sekitar 59,64 persen. Hal ini menunjukan bahwa penduduk kota Bontang secara umum sudah sejahtera.
Meski menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun pola konsumsi bukan makanan ini cenderung meningkat selama lima tahun terakhir. Pengeluaran bukan makanan pada tahun 2012 mengalami penurunan tetapi tidak sifnifikan dibanding tahun lalu. Namun, jika dibanding dengan kondisi lima tahun lalu, yaitu tahun 2007, kenaikan persentase konsumsi bukan makanan terlihat cukup berarti, yaitu hampir tujuh persen. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa terjadi
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
69
Pola Konsumsi
pergeseran pola konsumsi dari makanan ke non makanan selama lima tahun terakhir.
8.2. Komposisi Pengeluaran Rumahtangga Tabel
8.2.
menunjukan
persentase
rumah
tangga
menurut
kelompok pengeluaran sebulan tahun 2010-2012 di Kota Bontang. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar pengeluaran masyarakat Kota Bontang berada pada kelompok lebih besar atau sama dengan Rp. 4.000.000,00, yaitu kelompok dengan pengeluaran tertinggi. Sementara, tidak seorang pun dari penduduk kota bontang yang memiliki pengeluaran sebesar Rp. 500.000,- atau kurang per bulan. Lebih jauh lagi dari Tabel 8.2 juga dapat dilihat bahwa separuh penduduk Kota Bontang atau lima puluh persen lebih penduduk Kota Bontang memiliki pengeluaran Rp. 3.500.000,00 atau lebih. Kelompok pengeluaran ini merupakan kelompok tertinggi kedua setelah pengeluaran Rp. 4.000.000,00. Sekali lagi, dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Bontang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnnya, konsumsi makanan cenderung meningkat setiap tahunnya. Persentase rumah tangga
menurun
pada
setiap
kelompok
pengeluaran
di
bawah
Rp. 2.500.000,00. Sebaliknya persentase rumah tangga meningkat pada kelompok pengeluaran Rp. 2.5000.000,00 atau lebih. Meratanya tingkat penurunan untuk masing-masing kelompok di bawah Rp. 2.500.000,00 dan meratanya tingkat kenaikan masing-masing kelompok yang memiliki pengeluaran Rp. 2.500.000,00 atau lebih mengindikasikan hal yang cukup bagus, yaitu bahwa peningkatan kesejahteraan penduduk kota Bontang ini relatif merata dari masyarakat ekonomi lemah sampai ke masyarakat ekonomi kelas atas.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
70
Pola Konsumsi
Tabel 8.2.
Persentase Rumahtangga Menurut Golongan Pengeluaran Dalam Sebulan, Tahun 2008 - 2010
Kelompok Pengeluaran
2010
(1) < 500 000
(2) 0,21
500 000 – 999 999
2011
2012
(3)
(4)
0
0
1,87
0,82
0,64
1 000 000 – 1 499 999
9,35
1,09
0,78
1 500 000 – 1 999 999
16,22
8,20
6,89
2 000 000 – 2 499 999
16,22
15,03
14,43
2 500 000 – 2 999 999
11,85
11,75
12,65
3 000 000 – 3 499 999
9,77
11,47
13,53
3 500 000 – 3 999 999
8,11
8,74
11,34
≥ 4 000 000
26,40
42,90
39,74
100,00
100,00
100,00
Jumlah Sumber : Susenas 2010 - 2012
Meningkatnya pengeluaran rumah tangga bisa dikarenakan faktor inflasi, namun tanpa adanya kemampuan untuk mengeluarkan lebih, masyarakat tetap tidak akan bisa meningkatkan pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya, inflasi akan diatasi dengan menstubtitusi barang kebutuhan yang biasa dikonsumsi kepada barang sejenis yang lebih terjangkau atau barang sejenis dengan harga dan kualitasnya berbeda.
Jika diteliti lebih jeli lagi, hal menarik terjadi pada angka persentase kelompok pengeluaran dua teratas dibandingkan angka setahun lalu. Bahwa sebenarnya, persentase rumah tangga yang memiliki pengeluaran Rp. 4.000.000,00 atau lebih menurun cukup signifikan jika dibanding dengan tahun lalu, yaitu sekitar tiga persen. Sebaliknya rumah tangga Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
71
Pola Konsumsi
pada kelompok pengeluaran di bawahnya justru meningkat pada kisaran tiga persen.
Dalam kelompok pengeluaran tahun 2012, mencirikan adanya pemerataan pendapatan antara masyarakat berpendapatan tinggi (kaya) dngan masyarakat pendapatan rendah. Ditandai dengan penurunan pendapatan tertinggi dan meningkatnya pendapatan pada kelompok dibawah semakin membaik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik di bawah ini.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
72
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 1993 “Profil Kependudukan Kalimantan
Timur”, BPS, Jakarta. ---------. 1995 “ Buku Panduan penyusunan Indikator Sosial, BPS, Jakarta. ---------.2011. “Indikator Sosial Kota Bontang 2011”. BPS Kota Bontang ---------.2010. “Indikator Sosial Kota Bontang 2010”. BPS Kota Bontang ---------.2009. “Indikator Sosial Kota Bontang 2009”. BPS Kota Bontang Kusumowidho, Sisdjiatmo.1981. “ Angkatan Kerja “ Dasar-Dasar
Demografi. LDUI Jakarta. Pollard, A.H. Dkk. 1989. “ Teknik Demografi ” (Terjemahan). Bina Aksara Jakarta.
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2012
73
DATA Mencerdaskan Bangsa
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Jl. M. Roem, No. 1, Bontang Lestari, Kota Bontang Kalimantan Timur
Badan Pusat Statistik Kota Bontang Jl. Awang Long, No. 2, Bontang - Kaltim Telp. 0548-26066, Fax. 0548-27706, email.
[email protected] http://bontangkota.bps.go.id