Katalog BPS : 4103.3375
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008
Kerjasama
BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Nomor Katalog : 4103.3375 Catalog Number ISSN
:-
Nomor Publikasi : 33752.0901 Publication Number Ukuran Buku Book Size
: 8,5 Inc x 11 Inc
Jumlah Halaman : 44 halaman Total Pages Naskah Manuscript
: Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan : BPS – Statistics of Pekalongan City
Penyunting Editor
: Seksi Statistik Sosial
Gambar Kulit Cover Design
: Seksi Statistik Sosial
Diterbitkan oleh : BPS Kota Pekalongan dan Bappeda Kota Pekalongan Published by
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
May be cited with reference to the source
WALIKOTA PEKALONGAN SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Wr.Wb Tujuan pembangunan kita adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Agar pembangunan di masa selanjutnya dapat menjadi lebih terarah dan lancar, diperlukan landasan yang kuat. Proses pembangunan semacam ini memerlukan data penunjang untuk setiap tahap dan komponennya. Oleh karena itu perlu adanya gambaran perkembangan keberhasilan dari setiap tahap pembangunan yang dilaksanakan. Gambaran keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini dapat kita lihat melalui publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008. Oleh karena itu saya menyambut gembira adanya kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan dalam mewujudkan publikasi ini. Melalui kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus atas segala upaya yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan sebagai penyaji data, dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat disusun dan diterbitkan. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pekalongan, Agustus 2009 WALIKOTA PEKALONGAN
dr. H. M. BASYIR AHMAD Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Penyusunan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008 ini dilakukan dalam rangka memberikan gambaran hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini. Dalam penyajiannya publikasi ini merupakan hasil analisis sederhana dari data-data statistik tahun 2008 yang telah diolah oleh Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan. Diharapkan informasi yang didapat dari publikasi ini dapat dijadikan sebagai landasan pembangunan dimasa selanjutnya agar lebih terarah dan lancar. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan semoga publikasi ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pekalongan, Agustus 2009 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PEKALONGAN
Ir. H. CHAIRUDDIEN MUSTHAHAL NIP. 19541124198902 1 002
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
ii
KATA PENGANTAR
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008 merupakan salah satu publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pekalongan. Data yang digunakan dalam publikasi ini sebagian besar adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
2008 dan Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS) 2008 yang diintegrasikan dengan data dari beberapa Dinas/Instansi terkait. Tujuan publikasi ini adalah memberikan gambaran keadaan serta melihat tingkat perkembangan kesejahteraan rakyat/masyarakat. Oleh karenanya kumpulan data ini dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dalam melakukan evaluasi hasil pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang. Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi sampai dengan terbitnya publikasi ini, kami ucapkan terima kasih. Kami menyadari publikasi ini masih memerlukan perbaikan di sana-sini, baik yang menyangkut isi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang. Akhirnya harapan kami, kiranya publikasi ini bermanfaat.
Pekalongan, Agustus 2009 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN
Drs. MANGGUS SURYONO NIP.340013668
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
iii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN WALIKOTA PEKALONGAN .................................................... KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA KOTA PEKALONGAN............. KATA PENGANTAR KEPALA BPS KOTA PEKALONGAN........................ DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................................
Halaman i ii iii iv vi
BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1. Ruang Lingkup......................................................................... 1.2. Maksud dan Tujuan.................................................................. 1.3. Sistematika Penyajian .............................................................. 1.4. Sumber Data.............................................................................
1 1 2 2 3
BAB II.
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA ............. 2.1. Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk....................................... 2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur ...................................... 2.3. Perkawinan............................................................................... 2.4. Fertilitas ................................................................................... 2.5. Keluarga Berencana .................................................................
4 4 6 7 10 12
BAB III.
PENDIDIKAN................................................................................ 3.1. Sarana dan Prasarana Sekolah ................................................. 3.2. Partisipasi Sekolah ................................................................... 3.3. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan.....................................
14 14 15 17
BAB IV.
KESEHATAN................................................................................. 4.1. Pelayanan Kesehatan ............................................................... 4.2. Keluhan Kesehatan .................................................................. 4.3. Balita ........................................................................................
18 18 19 20
BAB V.
KETENAGAKERJAAN................................................................. 5.1. Penduduk Usia Kerja ............................................................... 5.2. Angkatan Kerja ........................................................................ 5.3. Penduduk Yang Bekerja .......................................................... 5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka...............................................
24 24 26 27 29
BAB VI.
PERUMAHAN ............................................................................... 6.1. Penguasaan Tempat Tinggal .................................................... 6.2. Luas Lantai............................................................................... 6.3. Sumber Air Minum ..................................................................
31 31 32 33
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
iv
BAB VII.
INDIKATOR LAINNYA ............................................................... 7.1. Agama ...................................................................................... 7.2. Pengeluaran Rumah Tangga ....................................................
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
35 35 37
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Ciri-ciri Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2007 & 2008................... 4 Tabel 2.2. Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kecamatan Tahun 2008......................................
5
Tabel 2.3. Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2008.............................................................
7
Tabel 2.4. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2008.............................................................................
8
Tabel 2.5. Wanita 10 Tahun Keatas menurut Umur Perkawinan Pertama dan Kecamatan Tahun 2008 ........................................................................
8
Tabel 2.6. Persentase Wanita 10 Tahun Keatas menurut Umur Perkawinan Pertama dan Status Perkawinan Tahun 2008........................................
9
Tabel 2.7. Kelahiran Per 1000 Perempuan Usia Produktif/General Fertility Rate (GFR) di Kota Pekalongan Tahun 2008 .....................................
10
Tabel 2.8. Anak 0-4 Tahun Per 1000 Perempuan Usia Produktif/Cild Woman Rate (CWR) di Kota Pekalongan Tahun 2008 .........................
10
Tabel 2.9. Angka Kelahiran Kawin menurut Umur/Age Specific Marital Fertility Rate (ASFMR) Kota Pekalongan Tahun 2008 ......................................
11
Tabel 2.10 Banyaknya Klinik Keluarga Berencana Kota Pekalongan Tahun 2008 ...........................................................................................
12
Tabel 2.11 Persentase Wanita 15-49 Tahun Berstatus Kawin, Cerai Hidup, Cerai Mati menurut Pemakaian Alat KB Tahun 2008.........................
13
Tabel 2.12 Persentase Aseptor Aktif KB menurut Alat Kontrasepsi di Kota Pekalongan Tahun 2008...........................................................
13
Tabel 3.1. Banyaknya Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan Th 2008 .
14
Tabel 3.2. Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7 – 24 Tahun Th 2008
15
Tabel 3.3. Angka Partisipasi Sekolah menurut Jenis Sekolah Kota Pekalongan Tahun 2008 ............................................................................................
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
16
vi
Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Tidak Bersekolah Lagi menurut Ijazah yang Dimiliki Tahun 2008...................................
17
Tabel 4.1. Banyaknya Tenaga & Tempat Pelayanan Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2006 - 2008 ................................................................................
18
Tabel 4.2. Penduduk Yang Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatannya Tahun 2008 .....................................................
20
Tabel 4.3. Persentase Balita menurut Penolong Kelahirannya Tahun 2008..........
21
Tabel 4.4. Persentase Umur Balita yang Pernah Diberi ASI Tahun 2008 ............
21
Tabel 4.5. Persentase Umur Balita menurut Frekwensi Pemberian Imunisasi Th 2008 23 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama Tahun 2008
25
Tabel 5.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama ...... Tahun 2007 – 2008 ...............................................................................
26
Tabel 5.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2007 - 2008 .........................................................
27
Tabel 5.4. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Th 2008
28
Tabel 5.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu
29
Tabel 5.6. Persentase Pencari Kerja yang Mendaftarkan Pada Dinsosnakertrans Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 ............................................
30
Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga menurut Penguasaan Bangunan Th 2008 ..
31
Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga menurut Luas Lantai Tahun 2008..............
32
Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Th 2008.......
33
Tabel 6.4. Persentase Rumah Tangga menurut Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan Tinja Tahun 2008 ..........................................................
34
Tabel 7.1. Banyaknya Tempat Ibadah di Kota Pekalongan Tahun 2008...............
36
Tabel 7.2. Penduduk Kota Pekalongan menurut Agama Tahun 2008 ...................
36
Tabel 7.3. Persentase Rumah Tangga menurut Golongan Pengeluaran per Bulan
37
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Ruang Lingkup
Tujuan utama pembangunan kita adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat. Usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan secara terarah dan terencana.
Usaha tersebut telah dapat kita rasakan hasilnya dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pada berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan berbagai bidang sosial budaya lainnya. Meski demikian, masalah kependudukan seperti tingginya laju pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk yang tidak merata dan struktur umur yang relatif masih muda merupakan faktor penghambat usaha peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya upaya pembangunan diprioritaskan pada pembangunan yang menyangkut kebutuhan hidup rakyat banyak.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2008 ini merupakan kumpulan berbagai macam data statistik yang dipilih untuk memberikan gambaran tentang perkembangan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Kota Pekalongan sebagai hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini.
Mengingat begitu kompleknya dimensi sosial masyarakat yang tidak semuanya dapat dikuantitatifkan, maka tidak semua indikator dapat digambarkan disini. Oleh karenanya, dalam penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan ini tidak hanya mencakup data yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai dampak pembangunan (output indicator), tetapi juga dilengkapi dengan berbagai data lainnya yang tercakup dalam input indicator dan process indicator.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Dalam tugasnya melaksanakan kegiatan statistik di berbagai bidang, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab atas tersedianya data secara berkesinambungan guna menopang perencanaan pembangunan. Peran data sangatlah penting, karena dengan data hasil-hasil pembangunan dapat dilihat dan dievaluasi.
Kebutuhan data kesejahteraan rakyat perlu dipenuhi untuk mengetahui apakah hasil-hasil pembangunan dapat mencapai seluruh lapisan masyarakat terutama yang menyangkut berbagai aspek pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan dan kesempatan kerja.
1.3. Sistematika Penyajian
Publikasi ini menyajikan informasi dalam bentuk ulasan-ulasan singkat untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan perkembangan kesejahteraan rakyat sehingga bisa lebih mudah dipahami.
Penyajiannya terbagi dalam 6 kelompok indikator, yaitu : I.
Kependudukan dan Keluarga Berencana
II.
Pendidikan
III. Kesehatan IV. Ketenagakerjaan V.
Perumahan
VI. Indikator Lainnya
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
2
1.4. Sumber Data
Data yang disajikan dalam Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan ini hasil dari pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2008 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2008. Sebagai pelengkap digunakan data hasil Sensus Penduduk 2000, survei-survei lain dan juga data hasil pencatatan administrasi berbagai dinas/instansi terkait.
Karena adanya perbedaan dalam pengumpulan data, ada kalanya satu jenis variabel datanya tidak sama. Meski demikian, kedua sumber data tersebut sama-sama penting karena dapat saling menunjang dalam menggambarkan pola hubungan kesejahteraan penduduk.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
3
BAB II KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA Perkembangan penduduk yang pesat dengan tingkat persebaran penduduk yang tidak merata merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan, seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya. Diakui jumlah penduduk yang besar merupakan suatu modal dalam pembangunan, akan tetapi bila tidak direncanakan dengan seksama masalahnya akan dapat menjadi penghambat pembangunan. Untuk itu perlu adanya penanganan yang serius. 2.1. Sebaran dan Pertumbuhan Penduduk Secara absolut jumlah penduduk Kota Pekalongan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, penduduk Kota Pekalongan adalah 271.990 jiwa, menurut hasil proyeksi jumlah ini menjadi 273.911 jiwa pada tahun 2008. Ini berarti selama satu tahun terakhir penduduk Kota Pekalongan telah bertambah sebanyak 1.921 jiwa. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan penduduknya adalah 0,71 persen tahun 2008.
Tabel 2.1. Ciri-ciri Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2007 – 2008
Variabel (1)
Tahun 2007 (2)
2008 (3)
Jumlah Penduduk ~ Laki-laki
132.196
133.215
~ Perempuan
139.794
140.696
94,92
94,68
67.200
67.675
1,31
0,71
6.011
6.053
Sex Ratio Jumlah Rumah Tangga Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk/Km2
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
4
Dari 273.911 jiwa penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2008, tercatat 51,37 persen diantaranya adalah penduduk perempuan dan hanya 48,63
persen berjenis
kelamin laki-laki. Akibatnya rasio jenis kelamin penduduk Kota Pekalongan tahun 2008 adalah 94,68. Ini berarti untuk setiap 100 orang perempuan rata-rata terdapat 95 orang laki-laki.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk Kota Pekalongan sedikit mengalami peningkatan dari 6.011 jiwa/Km2 pada tahun 2007 menjadi 6.053 jiwa/Km2 pada tahun 2008 yang berarti dalam kurun waktu tersebut ratarata tiap Km2 mengalami pertambahan jumlah penduduk sebanyak 42 jiwa. Selain menyebabkan bertambahnya tingkat kepadatan penduduk, bertambahnya jumlah penduduk juga menyebabkan meningkatnya jumlah rumah tangga di Kota Pekalongan. Selama satu tahun terakhir jumlah rumah tangga di Kota Pekalongan meningkat sebesar 0,71 persen dari 67.200 rumah tangga pada tahun 2007 menjadi 67.675 rumah tangga pada tahun 2008.
Tabel 2.2. Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kecamatan Tahun 2008
Kepadatan Rumah Penduduk Tangga (Jiwa/Km2)
Luas (Km2)
Penduduk
Pekalongan Barat
10,05
87.343
21.205
8.691
Pekalongan Timur
9,52
63.645
15.853
6.685
Pekalongan Selatan
10,80
50.768
12.681
4.701
14,88
72.155
17.936
4.849
45,25
273.911
67.675
6.053
Kecamatan
Pekalongan Utara Kota Pekalongan Sumber : Susenas 2008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
5
Dari tabel 2.2. dapat dilihat distribusi penduduk pada tingkat kecamatan. Kecamatan Pekalongan Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga terbanyak diantara empat kecamatan yang ada di Kota Pekalongan. Keadaan ini menjadikan Kecamatan Pekalongan Barat sebagai kecamatan terpadat dengan tingkat kepadatan 8.691 jiwa per Km2. Kecamatan Pekalongan Timur merupakan kecamatan terpadat kedua setelah Kecamatan Pekalongan Barat dengan tingkat kepadatan 6.685 jiwa/Km2, kemudian Kecamatan Pekalongan Utara dengan tingkat kepadatan penduduk 4.849 jiwa per km2. Sebagai kecamatan berpenduduk paling sedikit, Kecamatan Pekalongan Selatan juga mempunyai jumlah rumah tangga terendah dan tingkat kepadatan penduduk terendah diantara kecamatan lain, yaitu 4.701 jiwa per Km2.
2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur, Kota Pekalongan masih tergolong sebagai daerah dengan struktur penduduk muda, yaitu daerah yang proporsi penduduk usia muda nya (< 15 tahun) masih tinggi. Dipihak lain, proporsi penduduk usia lanjut (≥ 65 Tahun) kecil. Akibat dari struktur penduduk yang demikian, angka beban ketergantungan (dependency ratio) menjadi tinggi. 45,88 persen penduduk Kota Pekalongan tahun 2008 merupakan penduduk usia muda, dan 6,85 persen lagi merupakan penduduk usia lanjut. Keadaan ini mengakibatkan dependency ratio Kota Pekalongan menjadi cukup besar yaitu 52,73 yang berarti tiap 100 orang penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) harus menanggung 53 orang usia non produktif yang terdiri atas 46 orang anak-anak dan 7 orang lansia. Berdasar jenis kelamin, proporsi penduduk usia lanjut perempuan lebih banyak dari proporsi penduduk usia lanjut lakilaki, akibatnya dependency ratio tua pada perempuan lebih tinggi dibanding dependency ratio tua pada laki-laki.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
6
Tabel 2.3. Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2008
Variabel (1)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (2) (3)
Kota Pekalongan (4)
¾ Kelompok Umur 0 – 14 15 – 64 65 +
41.468 86.620 5.127
40.815 92.719 7.162
82.283 179.339 12.289
¾ Dependency Ratio Muda Tua Umum
47,87 5,92 53,79
44,02 7,72 51,74
45,88 6,85 52,73
Sumber : Susenas 2008
2.3. Perkawinan
Salah satu indikator kesejahteraan rakyat adalah status perkawinan. Melalui indikator ini dapat dilihat gambaran aspek sosial penduduk, diantaranya ketentraman, ketenangan dan kecukupan ekonomi rumah tangga.
Secara absolut menurut hasil pengolahan Susenas 2008 jumlah penduduk usia 10 tahun keatas berstatus belum kawin adalah 86.132 orang yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 49.304 orang dan perempuan 36.828 orang atau 38,55 persennya adalah berstatus belum kawin. Penduduk yang berstatus kawin berjumlah 117.392 orang yang terdiri laki-laki 58.537 orang dan wanita 58.855 orang atau 52,55 persen adalah penduduk 10 tahun ketas berstatus kawin. Sedangkan penduduk yang berstatus cerai hidup adalah 3.836 orang yang terdiri dari 1.818
orang laki-laki dan 2.018 orang
perempuan. Penduduk yang berstatus cerai mati sebanyak 2.187 laki-laki dan 13.864 perempuan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
7
Tabel 2.4. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2008 Penduduk Laki-laki Perempuan (2) (3)
Status Perkawinan (1)
Jumlah
Persen
(4)
(5)
Belum Kawin
49.304
36.828
86.132
38,55
Kawin
58.537
58.855
117.392
52,55
Cerai Hidup
1.818
2.018
3.836
1,72
Cerai Mati
2.187
13.864
16.051
7,18
111.846
111.565
223.411
100,00
Jumlah Sumber : Susenas 2008
Tabel 2.5. Wanita 10 Tahun Keatas Menurut Umur Perkawinan Pertama dan Kecamatan Tahun 2008 Umur Perkawinan Pertama
Kecamatan (1)
Jumlah
< 17
17 – 20
21 – 25
> 25
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pekalongan Barat
4.497
8.292
7.367
3.341
23.497
Pekalongan Timur
1.613
8.400
6.449
2.304
18.776
Pekalongan Selatan
2.070
5.290
2.760
2.760
12.880
Pekalongan Utara
2.680
9.828
5.156
1.930
19.594
10.860
31.810
21.732
10.335
74.737
Jumlah Sumber : Susenas 2008
Salah satu faktor pendukung keharmonisan rumah tangga adalah kematangan berfikir seseorang yang biasanya dimiliki oleh orang yang sudah cukup umur. Tabel 2.5 di atas memperlihatkan bahwa secara umum umur perkawinan pertama wanita Kota Pekalongan pada umur 17-20 tahun dengan jumlah 31.810 orang atau 43 persen diantara 74.737 orang. Kemudian wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
8
dibawah 17 tahun sebanyak 10.860 orang, sedang mereka yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur 21-25 tahun sebesar 21.732 orang, dan selebihnya melakukan perkawinan pertamanya pada umur 25 tahun lebih sebesar 10.335 orang.
Tabel.2.6. Persentase Wanita 10 Tahun Keatas Menurut Umur Perkawinan Pertama dan Status Perkawinan Tahun 2008 Umur Perkawinan Pertama
Kecamatan (1)
Kawin
Jumlah
< 17
17 - 20
21 - 25
> 25
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
8,51
41,70
33,01
16,78
100.00
Cerai hidup
17,14
25,82
51,34
5,70
100.00
Cerai mati
39,70
48,65
9,15
2,50
100.00
14,53
42,56
29,08
13,83
100.00
Jumlah Sumber : Susenas 2008
Tingginya usia perkawinan pertama pada usia muda menyebabkan proporsi wanita berstatus janda (cerai hidup/cerai mati) cukup tinggi. Hal ini tercermin pada tabel tersebut di atas, bahwa wanita dengan perkawinan pertamanya dibawah 17 tahun dengan status cerai hidup 17,14 persen dan berstatus cerai mati 39,70 persen. Sedang mereka yang melakukan perkawinan pertama pada umur 17-20 tahun yang berstatus cerai hidup 25,82 persen dan cerai mati 48,65 persen. Kemudian mereka yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur 21-25 yang berstatus cerai hidup 51,34 persen, dan berstatus cerai mati sebesar 9,15 persen.
Gambaran tersebut di atas memperlihatkan
semakin tinggi usia perkawinan
pertamanya memungkinkan semakin matangnya usia untuk menghadapi rumahtangga sehingga kejadian perceraian proporsinya semakin kecil.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
9
2.4. Fertilitas
Jumlah kelahiran di Kota Pekalongan tahun 2008 sebanyak 2.950 orang, sementara jumlah penduduk wanita usia produktif
(15-49 tahun) berjumlah 79.512
orang. Sehingga dapat dilihat kelahiran umum /General Fertility Rate (GFR) Kota Pekalongan sebesar 37,10 yang berarti pada 1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) terdapat kelahiran sebesar 37 orang. Bila ditinjau jumlah kelahiran menurut kecamatan, Kecamatan Pekalongan Barat sebesar 692 orang, Pekalongan Timur sebanyak 929 orang, Kecamatan Pekalongan Selatan 666 orang dan Pekalongan Utara sebesar 663 orang. Adapun General Fertility Rate (GFR) pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.7 Tabel .2. 7. Kelahiran Per 1000 Perempuan Usia Produktif / General Fertility Rate (GFR) di Kota Pekalongan Tahun 2008
Kecamatan
Jumlah Kelahiran
Wanita Usia 15 – 49 Tahun
GFR
(1)
(2)
(3)
(4)
Pekalongan Barat
692
25.771
26,85
Pekalongan Timur
929
18.809
49,39
Pekalongan Selatan
666
13.791
48,29
Pekalongan Utara
663
21.141
31,36
2.950
79.512
37,10
Jumlah
Tabel 2.8.Anak 0-4 Tahun Per 1000 Wanita Usia Produktif/ Child Woman Rate (CWR) di Kota Pekalongan Tahun 2008 Jumlah anak usia 0-4 tahun (2) 8.371
Wanita Usia 15 – 49 Tahun (3) 25.771
Pekalongan Timur
5.630
18.809
299
Pekalongan Selatan
5.327
13.791
386
Pekalongan Utara
6.892
21.141
326
26.220
79.512
330
Kecamatan (1) Pekalongan Barat
Jumlah
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
CWR (4) 325
10
Tabel 2.8 tersebut di atas menggambarkan hubungan dalam bentuk rasio jumlah anak dibawah 5 tahun dan jumlah wanita usia produktif. Secara umum rasio jumlah anak dibawah 5 tahun Kota Pekalongan sebesar 330, yang berarti pada 1000 orang wanita usia produktif terdapat 330 orang anak usia dibawah 5 tahun.
Untuk mengetahui rata-rata jumlah bayi yang dilahirkan oleh seorang wanita yang berstatus kawin dalam usia produktif dapat dilihat pada Angka Kelahiran Kawin menurut Umur/Age Specific Marital Fertility Rate (ASMFR) seperti pada tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9 Angka Kelahiran Kawin menurut Umur/Age Specific Marital Fertility Rate (ASMFR) Kota Pekalongan Tahun 2008
Umur
Jumlah Penduduk Wanita Kawin
Jumlah Kelahiran
(1)
(2)
(3)
ASMFR (4)
15 - 19
434
1
0,002
20 - 24
3.656
187
0,051
25 - 29
6.566
695
0,106
30 - 34
9.380
815
0,087
35 - 39
9.839
1.001
0,102
40 - 44
8.052
207
0,026
45 - 49
8.808
44
0,005
TFR wanita kawin
1,895
Angka Fertilitas Total/Total Fertility Rate (TFR) Kota Pekalongan Tahun 2008 pada wanita status kawin usia produktif sebesar 1,895 ini berarti sampai pada akhir masa reproduksinya wanita berstatus kawin di Kota Pekalongan rata-rata akan melahirkan 2 orang anak.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
11
2.5. Keluarga Berencana Salah satu upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, Pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Upaya itu diwujudkan dengan membangun berbagai fasilitas guna melayani masyarakat. Dengan adanya fasilitas yang disediakan diharapkan peran masyarakat dalam program Keluarga Berencana semakin meningkat.
Tabel 2.10. Banyaknya Klinik Keluarga Berencana Kota Pekalongan Tahun 2008 Kecamatan (1)
Dep. Kes.
Pengelola TNI/Polri
Swasta
(2)
(3)
(4)
Jumlah (5)
Pekalongan Barat
4
2
3
9
Pekalongan Timur
3
0
2
5
Pekalongan Selatan
2
0
0
2
Pekalongan Utara
4
0
1
5
13
2
6
21
Jumlah
Sumber : BPMPKB dan KP Kota Pekalongan
Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2008 dapat diketahui bahwa 43,61 persen wanita Kota Pekalongan sedang menggunakan/memakai alat/cara KB, 29,35 persen tidak menggunakan/memakai alat/cara KB lagi, dan 27,04 persen tidak pernah menggunakan/memakai alat/cara KB. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.11 berikut.
Dari data BPMPKB dan KP (Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan) Kota Pekalongan, dapat diketahui bahwa jenis alat KB yang paling banyak digunakan adalah suntikan KB yaitu sebesar 63,89 persen. Pil KB adalah alat kontrasepsi pilihan kedua setelah suntik dengan peserta 17,75 persen, pengguna alat/cara IUD sebesar 7,40 persen, menggunakan alat/cara Kondom sebesar 4,84 persen, alat/cara MOW sebesar 3,78 persen, alat/cara implant sebesar 2,01 persen dan alat/cara MOP sebesar 0,33 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
12
Tabel. 2.11. Persentase Wanita 15-49 Tahun Berstatus Kawin, Cerai Hidup, Cerai Mati menurut Pemakaian Alat KB Tahun 2008
Uraian
Persentase
(1)
(2)
Sedang menggunakan alat/cara KB
43,61
Tidak menggunakan lagi alat/cara KB
29,35
Tidak Pernah Menggunakan alat/cara KB
27,04
Sumber : Susenas 2008
Tabel 2.12. Persentase Akseptor Aktif KB menurut Alat Kontrasepsi di Kota Pekalongan Tahun 2008
Jenis Alat KB (1) Pil KB
Persentase (2) 17,75
AKDR/IUD/Spiral
7,40
Kondom/Karet KB
4,84
Suntikan KB
63,89
MOP/Vasektomi
0,33
MOW/Tubektomi
3,78
Implant
2,01
Sumber : BPMPKB dan KP Kota Pekalongan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
13
BAB III PENDIDIKAN
Secara umum pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk menambah ilmu pengetahuannya yang dalam hal ini dapat dicapai melalui bangku sekolah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu tujuan bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa inilah peran aktif seluruh elemen bangsa pada bidang pendidikan sangat diperlukan. 3.1. Sarana dan Prasarana Sekolah
Keseimbangan antara jumlah penduduk yang berminat untuk sekolah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan sarana dan prasarana yang ada pada masing-masing jenjang pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi sekolah.
Dari tabel 3.1. dapat diketahui banyaknya sekolah menurut jenjang pendidikan yang ada di Kota Pekalongan tahun 2008. Pada umumnya jumlah sekolah dan guru semakin sedikit pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada tingkat Sekolah Dasar, dengan 124 buah sekolah rata-rata sebuah sekolah dapat menampung 202 orang anak didik. Sedangkan ditingkat SLTP dan SLTA di Kota Pekalongan rata-rata menampung sekitar 472 orang murid, dan 481 orang murid. Tabel 3.1. Banyaknya Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2008 Tingkat Pendidikan (1)
Jumlah Sekolah (2)
Jumlah Guru (3)
Murid
Murid/ Sekolah
(4)
(5)
Murid / Guru (6)
124
1.483
25.010
201,69
16,86
SLTP
27
769
12.742
471,93
16,57
SLTA
21
757
10.093
480,62
13,33
SD
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
14
Dengan guru sebanyak 1.483 orang pada tingkat Sekolah Dasar, rata-rata seorang guru harus mengajar sekitar 17 orang murid. Dibanding tingkat SLTP dan SLTA jumlah guru Sekolah Dasar lebih banyak. Namun demikian karena jumlah murid yang ada pada tingkat SLTP maupun SLTA tidak sebanyak murid pada Sekolah Dasar, maka rasio murid terhadap guru pada tingkat ini hampir sama dengan tingkat Sekolah Dasar. Pada tingkat SLTP rata-rata seorang guru harus mengajar sekitar 17 orang murid, sedangkan untuk tingkat SLTA rata-rata seorang guru menangani 13 orang murid.
3.2. Partisipasi Sekolah Tabel 3.2. Persentase Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7 – 24 Tahun Tahun 2008 Kelompok Umur
Partisipasi Sekolah (1) Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Bersekolah lagi
7 – 12 (2)
13 - 15 (3)
16 - 18 (4)
19 – 24 (5)
0,00
0,00
0,00
0,00
98,54
84,03
56,40
11,23
1,46
15,97
43,60
88,77
Sumber : Susenas 2008
Angka partisipasi sekolah secara umum mengalami penurunan pada tingkatan usia yang lebih tua yang diikuti dengan meningkatnya angka putus sekolah pada tiap tingkatan usia. Kenyataan ini dapat dilihat pada tabel 3.2. Angka putus sekolah terbesar adalah pada kelompok usia 19 – 24 tahun sebesar 88,77 persen, kelompok umur 16-18 tahun sebesar 43,60 persen, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 15,97 persen dan kelompok umur 7-12 tahun sebesar 1,46 persen. Pada tingkatan usia Sekolah Dasar (7 – 12 tahun ) tidak ada yang tidak/ belum pernah sekolah. Hal ini menggambarkan bahwa anak-anak usia 7 – 12 tahun sudah/pernah sekolah. Jadi kesadaran pentingnya sekolah/mengenyam pendidikan dasar cukup baik di Kota Pekalongan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
15
Namun demikian karena adanya satu dan lain hal menyebabkan tidak semua anak usia sekolah dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal ini dapat terlihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Sekolah Kota Pekalongan Tahun 2008
Ratio (1) Angka Partisipasi Kasar GER (Gross Enrollment Ratio)
Jenjang Pendidikan (2) SD SLTP SLTA
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (3) (4) 106,42 131,46 82,36 55,04 62,60 61,17
Jumlah (5) 117,85 66,85 61,88
Angka Partisipasi Murni NER (Net Enrollment Ratio)
SD SLTP SLTA
93,40 41,58 48,92
95,71 74,32 55,49
94,65 55,74 52,17
Sumber : Susenas 2008
Dilihat dari Angka Partisipasi menurut jenis sekolah, Angka Partisipasi Murni (APM) terjemahan dari Net Enrollment Ratio( NER ) untuk tingkat Sekolah Dasar cukup tinggi yaitu 94,65 yang berarti rata-rata dari tiap 100 anak usia SD (7 – 12 tahun), 95 anak diantaranya bersekolah di SD. Dengan demikian 5,35 persen anak usia 7 – 12 tahun sedang mengikuti sekolah yang lebih tinggi. Namun demikian APM untuk tingkat SLTP 55,74 persen dan APM tingkat SLTA 52,17 persen.
Demikian pula dilihat dari Angka Partisipasi Kasar ( APK ) beberapa anak usia diatas 12 tahun masih bersekolah di tingkat SD, hal ini dapat tergambarkan pada Angka Partisipasi Kasar sebesar 117,85 persen. Untuk jenjang yang lebih tinggi Angka Tingkat Partisipasi Sekolah dapat dilihat pada tabel 3.3.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
16
3.3. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Secara spesifik kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkannya. Penduduk Kota Pekalongan usia 10 tahun keatas yang tidak mempunyai ijazah sebesar 18,44 persen. Berijazah SD sebesar 29,97 persen, berijazah SLTP sebesar 23,02 persen, berijazah SLTA 22,42 persen dan sisanya berijazah Diploma keatas.
Tabel 3.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Tidak Bersekolah Lagi Menurut Ijazah yang Dimiliki Tahun 2008
Ijazah Yang Dimiliki (1)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (2) (3)
Jumlah (4)
Tidak Punya Ijazah
17,26
19,67
18,44
SD sederajat
30,20
29,75
29,97
SLTP sederajat
24,02
21,99
23,02
SLTA sederajat
22,35
22,49
22,42
Diploma I/II/III
1,94
2,04
1,99
Diploma IV/S1/S2
4,23
4,06
4,16
Sumber : Susenas 2008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
17
BAB IV KESEHATAN
Untuk mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010 maka pemerintah Kota Pekalongan telah berupaya
untuk mencapai derajat kesehatan bagi masyarakat dengan berbagai
macam program yang mengarah perbaikan kesehatan masyarakat.
4.1. Pelayanan Kesehatan
Secara umum saat ini terlihat peningkatan jumlah sarana dan prasarana kesehatan yang diharapkan dapat ikut membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, diantaranya adalah dengan tersedianya tenaga kesehatan terdidik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Tabel 4.1. Banyaknya Tenaga & Tempat Pelayanan Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2006- 2008
2006 (2)
Tahun 2007 (3)
2008 (4)
Dokter
139
164
182
Bidan
57
58
59
Puskesmas dan Pustu
37
38
39
Posyandu
371
381
388
Rumah Sakit
4
4
4
R S Bersalin
1
1
1
Rumah bersalin
7
7
7
Tenaga & Tempat Pelayanan Kesehatan (1)
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan.
Secara absolut jumlah dokter di Kota Pekalongan mengalami penambahan jumlah dari 164 orang pada tahun 2007 menjadi 182 orang dokter pada tahun 2008. Pada tahun 2008 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
18
rasio antara jumlah penduduk dengan jumlah dokter yang ada saat itu adalah 1.505 yang berarti rata-rata jumlah pasien yang harus dilayani oleh seorang dokter adalah 1.505 orang. Bertambahnya jumlah dokter pada tahun ini dimungkinkan adanya mutasi masuk ke Kota Pekalongan. Dengan demikian beban seorang dokter tahun 2008 menjadi berkurang dibandingkan tahun lalu sebesar 1.658 orang. Sehingga dengan adanya penambahan jumlah dokter diharapkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat semakin tercukupi.
Disamping tenaga terdidik, banyaknya sarana kesehatan seperti puskesmas dan posyandu juga diharapkan mampu ikut menunjang peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Semakin bertambahnya kesadaran masyarakat Kota Pekalongan akan pentingnya memperhatikan perkembangan balita tercermin dari jumlah posyandu yang ada.
4.2. Keluhan Kesehatan
Tercatat 42,14 persen dari 273.911 penduduk Kota Pekalongan hasil Susenas 2008 mengeluhkan kesehatannya. Berdasarkan jenis keluhannya, yang paling banyak dikeluhkan adalah pilek, batuk dan panas. Dimungkinkan hal ini terjadi karena kondisi alam yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu ditunjang oleh kurangnya sistem kekebalan tubuh. Selain pilek, batuk dan panas, napas sesak/asma juga merupakan jenis penyakit yang banyak dikeluhkan penduduk. Beberapa jenis penyakit lain tidak banyak diderita masyarakat terbukti dengan kecilnya persentase masyarakat yang mengeluhkan kesehatannya dengan jenis penyakit tersebut (tabel 4.2).
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
19
Tabel 4.2. Penduduk yang Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatannya Tahun 2008
Jenis Keluhan Kesehatan
Persentase
(1)
(2)
Panas
13,71
Batuk
26,51
Pilek
30,94
Nafas Sesak/Asma
1,51
Diare
1,30
Sakit Kepala Berulang
5,63
Sakit Gigi
1,51
Lainnya
18,89
Sumber : Susenas 2008.
4.3. Balita
Penolong kelahiran adalah salah satu indikator kesejahteraan rakyat, khususnya dilihat dari segi kesehatan ibu dan anak yang dilahirkannya. Dalam hal ini persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter atau bidan dianggap lebih baik dari dukun atau yang lainnya. Dari balita yang dilahirkan tahun 2008 penolong pertama proses kelahiran dilakukan oleh bidan sebesar 69,07 persen, dokter sebesar 18,98 persen dan sisanya ditolong oleh yang lain.
Tingginya persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis membuktikan besarnya kesadaran masyarakat Kota Pekalongan dalam memperhatikan kesehatan ibu dan anak khususnya pada proses persalinan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
20
Tabel 4.3. Persentase Balita menurut Penolong Kelahirannya Tahun 2008
Penolong Kelahiran (1)
Pertama (2)
Terakhir (3)
Dokter
18,98
18,41
Bidan
69,07
74,11
Tenaga Medis Lain
0,58
0,58
Dukun bersalin
6,77
0,58
4,60 100.00
6,32 100.00
Famili/keluarga Jumlah Sumber : Susenas 2008
Air Susu Ibu (ASI ) sebagai sumber makanan utama bayi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karenanya jangka waktu pemberian ASI dapat mempengaruhi ketahanan dan kematangan sosial anak. Namun demikian karena suatu alasan tidak semua ibu dapat memberikan ASI pada anaknya. Hal ini dapat dilihat dari 19.991 balita yang ada di Kota Pekalongan pada tahun 2008, terdapat 98,27 persen diantaranya pernah diberi ASI, selebihnya tidak pernah diberi ASI. Dari semua balita yang mendapatkan ASI, terdapat balita mendapat asupan ASI hingga 1 tahun sebanyak 26,66 persen, yang mendapatkan asupan ASI 13 hingga 24 bulan sebesar 16,84 persen dan balita yang mendapatkan ASI lebih dari 24 bulan sebanyak 56,51 persen.
Tabel 4.4. Persentase Umur Balita yang Pernah Diberi ASI Tahun 2008
Usia balita yang mendapatkan ASI
Persentase
(1)
(2)
0 – 12 bulan
26,66
13 -24 bulan
16,84
> 24 bulan
56,51
Sumber : Susenas 2008 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
21
Pada saat ini telah banyak ditemukan berbagai bentuk vaksin yang berguna untuk menambah kekebalan tubuh seseorang terhadap serangan penyakit. Vaksin biasanya diberikan pada balita sejak mulai dilahirkan hingga batas usia balita dalam bentuk imunisasi. Namun demikian, tidak semua orang tua menyadari manfaat dari imunisasi ini sehingga belum semuanya mengimunisasi balitanya. Dari 19.991 balita di Kota Pekalongan, 10,98 % diantara usia 0-12 bulan, 13,91 % usia 13-24 bulan, 7,36 % usia 2536 bulan dan 2,58 % usia 37-48 bulan dan 10,00 % usia 49-59 bulan belum pernah mendapatkan imunisasi BCG yang semestinya mulai diberikan sejak anak baru lahir. Frekwensi pemberian imunisasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
22
Tabel 4.5. Persentase Umur Balita menurut Frekwensi Pemberian Imunisasi Tahun 2008
Jenis Imunisasi BCG 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + DPT 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + POLIO 0 kali 1 kali 2 kali 3 kalI + CAMPAK 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali + HEPATITIS B 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali +
Umur balita (bulan) 0 - 12
13 - 24
25 - 36
37 - 48
49 - 59
10,98 89,02 0,00 0,00
13,91 86,09 0,00 0,00
7,36 92,64 0,00 0,00
2,58 97,42 0,00 0,00
10,00 90,00 0,00 0,00
25,83 24,16 8,78 41,23
13,90 16,57 10,43 59,10
12,26 9,24 4,91 73,59
2,58 7,13 2,58 87,71
10,00 5,00 0,00 85,00
19,77 28,03 8,78 43,42
0,00 16,56 3,48 66,06
2,45 11,69 4,91 80,95
2,58 1,97 2,58 92,87
10,00 5,00 0,00 85,00
71,97 28,03 0,00 0,00
20,86 79,14 0,00 0,00
14,72 85,28 0,00 0,00
7,74 92,26 0,00 0,00
15,00 85,00 0,00 0,00
28,55 25,84 8,78 36,83
27,81 27,00 0,00 45,19
9,81 19,05 0,00 71,14
5,16 12,29 2,58 79,97
15,00 10,00 0,00 75,00
Sumber : Susenas 2008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
23
BAB V KETENAGAKERJAAN
Pertumbuhan ketenagakerjaan merupakan konsekuensi dari tingginya laju pertumbuhan penduduk. Dewasa ini bekerja tidak hanya diartikan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan sarana untuk meningkatkan status sosial dan harga diri seseorang. Selain itu diharapkan dengan bekerja seseorang tidak lagi menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.
5.1. Penduduk Usia Kerja
Dalam pengumpulan data ketenagakerjaan, BPS menggunakan batasan umur 15 tahun keatas dari semua penduduk untuk ditanyakan tentang kegiatan utama penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang selanjutnya disebut sebagai usia kerja. Dari jawaban atas pertanyaan tentang kegiatan utama tersebut, Penduduk Usia Kerja dapat digolongkan kedalam Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Bagi mereka yang bekerja atau mencari pekerjaan disebut Angkatan Kerja. Selanjutnya mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga atau mereka yang tidak melakukan kegiatan secara ekonomi digolongkan Bukan Angkatan Kerja.
Angkatan kerja mengarah pada kelompok penduduk yang berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap oleh pasar kerja dikategorikan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak/belum diserap oleh pasar kerja, yaitu mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, dikategorikan sebagai penganggur (terbuka). Dalam kerangka ini, kesempatan kerja kemudian diartikan sebagai penduduk usia kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
24
Disisi lain mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi digolongkan sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, sekolah atau mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan karena usia tua atau alasan fisik (cacat). Penduduk usia kerja adalah kelompok penduduk dengan batas usia 15 tahun keatas.
Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Pekalongan yang termasuk penduduk usia kerja 193.323 jiwa atau 70,58 persen dari total jumlah penduduk. Penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki sebesar 93.116 orang dan perempuan sebesar 100.207 orang.
Dari tabel 5.1. dapat dilihat angkatan kerja Kota Pekalongan sebesar 138.724 jiwa, dengan rincian penduduk yang bekerja sebesar 127.044 jiwa dan pencari kerja sebesar 11.680 jiwa. Sedangkan bukan angkatan kerja Kota Pekalongan tahun 2008 sebesar 54.599 jiwa dengan rincian sedang sekolah sebesar 15.483 jiwa, mengurus rumahtangga sebesar 32.357 jiwa dan lainnya sebesar 6.759 jiwa. Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kegiatan Utama Tahun 2008
Kegiatan Utama
Jumlah
(1)
(2)
Angkatan Kerja : ) Bekerja ) Mencari Kerja Bukan Angkatan Kerja : ) Sekolah ) Mengurus RT ) Lainnya Jumlah
138.724 127.044 11.680 54.599 15.483 32.357 6.759 193.323
Sumber : Sakernas 2008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
25
5.2.Angkatan Kerja
Tabel 5.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas menurut Kegiatan Utama Tahun 2007 - 2008
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2007 2008 2007 2008 (2) 3) (4) (5)
2007 (6)
2008 (7)
Angkatan Kerja : ) Bekerja ) Mencari Kerja
71,33 77,36 45,35 6,25 6,55 7,69
54,90 4,51
57,09 6,74
65,72 6,04
Bukan Angkatan Kerja : ) Sekolah ) Mengurus RT ) Lainnya
8.13 5,56 9,43
7,77 34,19 6,44
8,56 29,92 2,12
7,63 23,40 5,14
8,01 16,74 3,50
Tingkat Partisipasi Angkatan 76,88 85,05 51,60 Kerja (TPAK)
59,40
63,83
71,76
Kegiatan Utama (1)
7,41 2,55 4,98
Jumlah
Sumber : Sakernas 2008
Secara teknis penduduk usia kerja terbagi dalam 2 golongan yaitu golongan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Tahun 2008 dari 193.323 penduduk usia kerja, 138.724 orang diantaranya tergolong sebagai angkatan kerja yaitu mereka yang mempunyai kegiatan utama bekerja dan mencari kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kota Pekalongan tahun 2008 secara umum adalah 71,76 persen. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan TPAK tahun 2007 sebesar 63,83 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
26
5.3 Penduduk yang Bekerja
Persentase penduduk Kota Pekalongan Tahun 2008 yang bekerja sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 57,09 persen menjadi 65,72 persen. Jumlah pencari kerja sedikit mengalami penurunan sebesar 6,74 persen tahun 2007 menjadi 6,04 persen pada tahun 2008. Perubahan komposisi ketenagakerjaan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.3.
Sebagian besar penduduk Kota Pekalongan bekerja di sektor industri. Hal ini tercermin pada tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor industri yaitu sebesar 37,14 persen. Selanjutnya sektor perdagangan merupakan pilihan kedua penduduk Kota Pekalongan dalam mencari mata pencaharian, yaitu sebesar 29,71 persen, kemudian sektor jasa merupakan sektor ke tiga terbesar sebagai mata pencaharian penduduk Kota Pekalongan. Tabel 5.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2007 – 2008
Lapangan Pekerjaan Utama
2007
2008
(1)
(2)
(3)
Pertanian
3,39
3,34
Pertamb & Penggalian
0,10
0,00
Industri
33,18
37,14
Listrik, gas & Air
0,20
0,12
Konstruksi
2,82
4,89
Perdagangan
31,56
29,71
Angkutan dan Komunikasi
6,37
6,84
Keuangan
1,57
1,52
Jasa
20,83
16,45
Sumber : Sakernas 2008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
27
Ditinjau dari status pekerjaannya, lebih dari 50 persen penduduk yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan, atau pekerja dibayar, baik sebagai pegawai negeri maupun sebagai karyawan swasta. Sedangkan penduduk yang berusaha sendiri sebesar 27,02 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar sebesar 7,63 persen, berusaha dibantu buruh tetap sebesar 2,97 persen. Penduduk berstatus pekerja keluarga/pekerja tak dibayar sebesar 5,78 persen.
Bila kita cermati pada tabel 5.4 maka dari 27,02 persen penduduk yang berusaha sendiri 28,08 persennya adalah penduduk perempuan. Sedangkan mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tidak tetap 5,89 persennya merupakan penduduk perempuan, sedang penduduk laki-laki sebesar 8,95 persen. Penduduk yang berstatus sebagai berusaha dibantu buruh tetap 4,47 persennya adalah laki-laki dan 0,99 persennya adalah perempuan. Sedangkan
penduduk yang berstatus sebagai buruh/karyawan/pekerja
dibayar 48,74 persennya adalah laki-laki dan 53,11 persennya adalah perempuan. Tabel 5.4. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2008 Status Pekerjaan Utama (1)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (2) (3)
Jumlah (4)
26,21
28,08
27,02
Berusaha Dibantu Brh Tdk Tetap/tak dibayar
8,95
5,89
7,63
Berusaha Dibantu Brh Tetap
4,47
0,99
2,97
48,74
53,11
50,62
2,85
9,67
5,78
Berusaha sendiri
Buruh/Karyawan/Pekerja Dibayar Pekerja Tak Dibayar Sumber : Sakernas 2008
Yang dimaksud dengan setengah pengangguran adalah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Berdasarkan pengertian di atas maka setengah pengangguran pada tahun 2008 Kota Pekalongan sebesar 12,28 persen dari orang yang bekerja. Penduduk setengah Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
28
pengangguran didominasi oleh pekerja perempuan yaitu sebesar 17,11 persen dari perempuan yang bekerja dan setengah pengangguran laki-laki sebesar 8,62 persen dari jumlah pekerja laki-laki
Sedang mereka yang bekerja diatas 35 jam dalam seminggu sejumlah 87,72 persen dengan rincian 91,38 persennya adalah laki-laki yang bekerja dan perempuan 82,89 persen dari perempuan yang bekerja.
Tabel 5.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu Tahun 2008
Jumlah Jam Kerja Seminggu
Jenis Kelamin
Jumlah
(1)
Laki-laki (2)
Perempuan (3)
0 *)
1,11
0,00
0,63
1–9
0,42
0,00
0,24
10 – 24
2,66
8,60
5,22
25 – 34
4,43
8,51
6,19
Jumlah
8,62
17,11
12,28
35 – 44
18,69
26,51
22,06
45 – 59
61,65
45,40
54,66
60 +
11,04
10,98
11,00
Jumlah
91,38
82,89
87,72
(4)
Sumber : Sakernas 2008 *) Sementara tidak bekerja.
5.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Pekalongan pada tahun 2008 jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun sebelumnya yaitu dari 3.493
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
29
orang menjadi 4.901 orang. Namun demikian tingkat pengangguran terbuka dirasakan masih tinggi yaitu sebesar 6,04 persen. Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa persentase pencari kerja menurut pendidikan yang ditamatkan yang terdaftar pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk tamatan Sarjana Muda dan Sarjana
tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Sedangkan pencari kerja yang berijazah SD, SLTP dan SLTA pada tahun 2008 mengalami penurunan. Tabel 5.6. Persentase Pencari Kerja yang Mendaftar Pada Dinsosnakertrans Kota Pekalongan Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan (1)
Tahun 2007 (2)
SD Sederajat
2008 (3) 10,31
7,98
SLTP Sederajat
9,76
7,67
SLTA Sederajat
49,84
48,11
Sarjana Muda
10,11
13,98
Sarjana
19,98
22,26
Sum ber : Dinsosnakertrans Kota Pekalongan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
30
BAB VI PERUMAHAN Salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi untuk mencapai kesejahteraan adalah perumahan. Pemenuhan kebutuhan akan perumahan relatif sulit pemecahannya karena berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, kemampuan masyarakat yang terbatas dan pembiayaan pembangunan perumahan yang cukup besar.
Sebagai salah satu kebutuhan dasar, fungsi rumah bukan hanya sebagai tempat berteduh atau berlindung saja, akan tetapi merupakan cerminan kehidupan masyarakat, karenanya perlu terwujudnya rumah sehat yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman.
6.1. Penguasaan Tempat Tinggal
Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Penguasaan Bangunan Tahun 2008
Status Penguasaan Bangunan
Persentase
(1)
(2)
Milik Sendiri
66,45
Kontrak
3,15
Sewa
1,16
Bebas sewa
1,66
Dinas
0,17
Milik orang tua/famili Lainnya
27,24 0,17
Sumber : Susenas 2008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
31
Salah satu indikator kesejahteraan penduduk pada bidang perumahan adalah penguasaan tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang memiliki rumah sendiri berarti sebagian kemapanan penduduk dalam kehidupan sehari-hari sudah terpenuhi.
Dari tabel 6.1 diketahui 66,45 persen penguasaan bangunan tempat tinggal di Kota Pekalongan tahun 2008 merupakan milik sendiri. Sedangkan milik orangtua/famili sebesar 27,24 persen, sisanya merupakan rumah tempat tinggal berstatus sewa, kontrak, bebas sewa dan lainnya.
6.2. Luas Lantai
Luas rumah merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga. Idealnya sebuah rumah tangga menempati rumah dengan luas lantai minimal delapan kali jumlah anggota rumah tangga yang menempatinya. Hal ini merupakan salah satu syarat terpenuhinya kriteria sebuah rumah tangga untuk dapat dikategorikan dalam golongan keluarga sejahtera. Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2008 Luas Lantai (M2) (1)
Persen (2)
< 32
5,98
32-49
17,48
50-99
55,77
100-149
10,88
150 +
9,89
Sumber : Susenas 2008
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
32
Dari hasil Susenas 2008, tercatat rata-rata anggota rumah tangga Kota Pekalongan adalah 4 orang. Dengan demikian semestinya sebuah rumah tangga menempati rumah dengan luas minimal 32 m2 untuk dapat dikategorikan sebagai keluarga sejahtera. Tabel 6.2. memperlihatkan masih ada 5,98 persen dari 67.675 rumah tangga yang menempati rumah dengan luas kurang dari 32 m2. Rumah tangga yang menempati bangunan dengan luas lantai 32-49 m2 sebanyak 17,48 persen, yang menempati bangunan dengan luas lantai 50-99 m2 sebanyak 55,77 persen dan rumah tangga yang menempati bangunan tempat tinggal dengan luas lantai diatas 100 m2 sebesar 20,77 persen.
6.3. Sumber Air Minum
Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2008 Sumber Air Minum (1) Air kemasan Ledeng meteran Ledeng eceran Sumur bor/pompa Sumur terlindung Sumur tak terlindung Lainnya
Persen (2) 1,49 19,20 15,42 21,22 39,88 1,96 0,83
Sumber : Susenas 2008
Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Karenanya sumber air minum menjadi penting artinya bagi pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang berarti terpenuhinya salah satu unsur kesejahteraan. Secara umum masyarakat Kota Pekalongan masih menggunakan air tanah sebagai sumber air minum. Ini terbukti dengan banyaknya rumah tangga yang menggunakan sumur pompa/bor sebanyak 21,22 persen, sumur terlindung sebesar 39,88 persen dan sumur tak terlindung
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
33
sebesar 1,96 persen. Sedangkan persentase pengguna air kemasan sebesar 1,49 persen, ledeng meteran sebesar 19,20 persen dan ledeng eceran sebesar 15,42 persen.
Tabel 6.4. Persentase Rumah Tangga menurut Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan Tinja Tahun 2008
Jarak
Persentase
(1)
(2)
≤10 m
52,32
>10 m
38,71
Tidak Tahu
8,97
Sumber : Susenas 2008
Ditinjau dari sudut kesehatan, mata air yang digunakan sebagai sumber air minum seharusnya mempunyai jarak minimal 10 m dari tempat penampungan tinja terdekat. Namun demikian tidak semua rumah tangga pengguna air tanah sebagai air minum dapat memenuhi syarat kesehatan tersebut dengan berbagai sebab. Dari 63,06 persen rumah tangga yang menggunakan air tanah sebagai sumber air minum, sebanyak 52,.32 persen diantaranya tidak dapat memenuhi syarat tersebut, sedangkan 38,71 persen lagi jarak sumber air minum ke penampungan kotoran/tinja lebih dari 10 meter dan 8,97 persen tidak tahu berapa jarak sumber air minumnya dengan penampungan tinja terdekat.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
34
BAB VII INDIKATOR LAINNYA
Selain indikator- indikator yang telah dipaparkan di depan, masih ada beberapa indikator sosial lain yang juga ikut menunjang tercapainya tingkat kesejahteraan penduduk. Diantara indikator- indikator sosial tersebut adalah masalah agama dan perekonomian rumah tangga yang dalam hal ini dilihat dari pengeluarannya.
7.1. Agama
Hubungan antara manusia dengan Tuhan tercipta lewat agama dan kepercayaan yang dianut oleh seseorang. Dengan adanya hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan serta terjalinnya toleransi antara pemeluk agama maka akan tercapai ketentraman, ketenangan dan kedamaian hidup dalam masyarakat. Tercapainya ketentraman, ketenangan dan kedamaian hidup dalam masyarakat juga merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah banyaknya tempat ibadah. Dari tabel 7.1 dapat dilihat jumlah tempat ibadah yang ada di Kota Pekalongan pada tahun 2008. Sebagai daerah yang mempunyai penduduk mayoritas beragama Islam, maka tempat ibadah agama Islam pun menjadi cukup banyak dibanding tempat ibadah agama lainnya. Dengan adanya fasilitas tempat ibadah bagi semua pemeluk agama dan kepercayaan yang hidup di Kota Pekalongan, diharapkan tercapai kedamaian dan ketentraman sebagai wujud kesejahteraan seperti yang diajarkan oleh semua agama dan kepercayaan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
35
Tabel 7.1. Banyaknya Tempat Ibadah di Kota Pekalongan Tahun 2008
Tempat Ibadah
Jumlah
(1)
(2)
Masjid/Mushola
728
GerejaVihara
13
Pura
4
Klenteng
1 1
Sumber: Kandepag Kota Pekalongan
Tabel. 7.2. Penduduk Kota Pekalongan menurut Agama Tahun 2008
Kecamatan
Agama Kristen Hindu (4) (5) 1.730 156
(1) Pekalongan Barat
Islam (2) 83.610
Katolik (3) 1.506
Pekalongan Timur
57.510
2.049
2.578
Pekalongan Selatan
50.519
165
Pekalongan Utara
68.205 259.844
Total
Budha (6) 341
Lainnya (7) 0
311
1.017
180
55
0
29
0
1.406
1.417
416
709
2
5.126
5.780
883
2.096
182
Sumber:BPS Kota Pekalongan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
36
7.2. Pengeluaran Rumah Tangga
Tingkat penghasilan masyarakat di suatu wilayah dapat digunakan sebagai ukuran kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Namun demikian sampai sejauh ini data mengenai pendapatan amat sulit didapat, terutama dalam hal keakuratan data. Oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat digunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga.
Tabel 7.3. Persentase Rumah Tangga menurut Golongan Pengeluaran per Bulan Golongan Pengeluaran Per Bulan (Rp) (1)
2007
2008
(2)
(3)
< 500.000
4,11
1,97
500.000 – 999.999
45,60
27,08
1.000.000 – 1.999.999
41,29
57,54
2.000.000 – 2.999.999
6,29
10,26
3.000.000 – 4.999.999
2,04
2,98
≥ 5.000.000
0,68
0,17
Sumber : Susenas 2008
Tingginya harga-harga kebutuhan hidup telah ikut mempengaruhi tingginya tingkat pengeluaran penduduk. Persentase pengeluaran rumah tangga perbulan di Kota Pekalongan tahun 2008 mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya hargaharga kebutuhan pokok rumah tangga. Hal ini tercermin pada tabel 7.3. Persentase pengeluaran pada kelompok di bawah Rp.500. 000,- dari tahun 2007 sebesar 4,11 persen turun menjadi 1,97 persen pada tahun 2008. Demikian juga pada kelompok pengeluaran Rp. 500.000 – Rp. 999.999 dari 45,60 persen menjadi 27,08 persen pada tahun 2008. Pada kelompok golongan pengeluaran per bulan diatas 1 juta rupiah pada tahun 2008 pada umumnya mengalami kenaikan, kecuali pada kelompok golongan pengeluaran per bulan di atas Rp. 5.000.000 yang sedikit mengalami penurunan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 7.3 di atas. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan 2008
37