Katalog BPS : 4102004.3571
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
TAHUN 2014 KOTA KEDIRI
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KEDIRI
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KEDIRI TAHUN 2014
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KEDIRI TAHUN 2014
Katalog BPS:
4102004.3571
Ukuran Buku:
21 X 29,7 Cm
Jumlah Halaman:
V + 59 Halaman
Naskah:
Seksi Statistik Sosial
Penyunting:
Seksi Statistik Sosial
Gambar Kulit Oleh:
Seksi Statistik Sosial
Penerbit:
BPS Kota Kediri
Dicetak Oleh:
CV. Cakrawala
KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014 merupakan publikasi lanjutan dari seksi statistik sosial yang diterbitkan oleh BPS Kota Kediri. Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014 menyajikan datadata kependudukan, kesehatan, pendidikan, perumahan, pengeluaran konsumsi dan ketenagakerjaan Kota Kediri khususnya tahun 2013-2014. Publikasi ini juga mengulas kondisi sosial masyarakat dan perkembangannya dari waktu ke waktu dan keterbandingan antar kota/kabupaten se Karesidenan Kediri dan Propinsi Jawa Timur. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi ini. Harapan kami, semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi semua pengguna data. Kami menyadari bahwa publikasi ini masih sangat sederhana, sehingga saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan publikasi selanjutnya.
Kediri, September 2015 Kepala BPS Kota Kediri
Ir. Firda
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................
iv
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................
v
BAB I. PENJELASAN UMUM ...........................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1
1.2. Tujuan ..........................................................................................
1
1.3. Sistematika Penulisan ..................................................................
1
BAB II. METODOLOGI .....................................................................................
3
2.1. Ruang Lingkup .............................................................................
3
2.2. Metode Survei ..............................................................................
4
2.3. Konsep dan Definisi .....................................................................
6
BAB III. ULASAN ...............................................................................................
20
3.1. Kependudukan .............................................................................
20
3.2. Kesehatan dan Keluarga Berencana ............................................
25
3.3. Pendidikan ....................................................................................
35
3.4. Perumahan dan Lingkungan ........................................................
43
3.5. Pengeluaran/Konsumsi ................................................................
49
3.6. Tenaga Kerja ................................................................................
53
BAB IV. PENUTUP ...........................................................................................
58
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Kediri Tahun 2010-2014 ..............................
21
Tabel 2. Persentase Penduduk Kota Kediri Menurut Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 .................... ...
26
Tabel 3. Persentase Penduduk Kota Kediri yang Menderita Sakit Dalam Sebulan Yang Lalu Menurut Jumlah Hari Sakit dan Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 ........................................................................... ...
27
Tabel 4. Persentase Penduduk Kota Kediri Menurut Jenis Kelamin dan Pernah Tidaknya Diberi ASI Tahun 2014 ....................................... ...
28
Tabel 5. Jumlah Balita Di Kota Kediri Menurut Jenis Kelamin Tahun 20132014................................................................................................ ...
30
Tabel 6. Persentase Balita Di Kota Kediri Menurut Pernah Tidaknya Diberi ASI Tahun 2013-2014 .................................................................... ... Tabel 7. Persentase
Penduduk
10
Tahun
Ke
Atas
Menurut
Status
Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 .......................... ... Tabel 8. Angka
Melek
Huruf
Penduduk 10 Tahun
Ke
30
37
Atas Se
Karesidenan Kediri, Tahun 2013-2014 ................................................
41
Tabel 9. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014................ Tabel 10. Persentase
Rumah
Tangga
Menurut
Kabupaten/Kota
Se
Karesidenan Kediri dan Jenis Atap Rumah Terluas Tahun 2014 ....... Tabel 11. Persentase
Rumah
Tangga
Menurut
Kabupaten/Kota
42
44
Se
Karesidenan Kediri dan Jenis Dinding Rumah Terluas Tahun 2014.....................................................................................................
45
Tabel 12. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Tahun 2013-2014 ...........................................................................................
47
Tabel 13. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2013-2014 ...........................................................................................
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
47
iv
Tabel 14. Persentase Pengeluaran per Kapita Penduduk per Bulan Se Karesidenan Kediri Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2014 ......
49
Tabel 15. Rata-rata Pengeluaran Makanan per Kapita per Bulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2014 ...........................................................
51
Tabel 16. Rata-rata Pengeluaran Non Makanan per Kapita per Bulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2014 .............................................
52
Tabel 17. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu Tahun 2014 ........................................................
54
Tabel 18. Penduduk Berumur 15 Tahun yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2013-2014 ....................................................
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
56
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Persentase Penduduk Kota Kediri Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2010-2014 ...........................................................................
22
Gambar 2.
Struktur Umur/Komposisi Penduduk Kota Kediri Tahun 2013 .. ....
23
Gambar 3.
Piramida Penduduk Kota Kediri Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014 ........................................................ ....
Gambar 4.
Persentase
Penduduk
Kota
Kediri
Menurut
Penolong
Kelahiran Tahun 2014 .............................................................. .... Gambar 5.
Kawin
Menurut
Keikutsertaan
Penggunaan
Alat/Cara KB, Tahun 2014 ........................................................ ....
33
Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus
Kawin
Menurut
Jenis
Alat/Cara
KB
yang
Digunakan,Tahun 2014 ............................................................. .... Gambar 9.
32
Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus
Gambar 8.
31
Persentase Penduduk Kota Kediri Menurut Penggunaan Fasilitas Kesehatan Tahun 2014 ............................................... ....
Gambar 7.
29
Persentase Balita Kota Kediri Menurut Lama Pemberian ASI (Bulan) Tahun 2014................................................................... ....
Gambar 6.
24
34
Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Kota Kediri Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014 ................................. ....
38
Gambar 10. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Kota Kediri Menurut Kelompok Umur, Tahun 2014 ..........................................
39
Gambar 11. Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Kota Kediri Menurut Kelompok Umur, Tahun 2014 ..........................................
40
Gambar 12. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yag Ditamatkan, Tahun 2014 ........................
43
Gambar 13. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah Terluas Tahun 2014 .......................................................................
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
46
vi
Gambar 14. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Buang Air Besar, Tahun 2014 ......................................................................... Gambar 15. Persentase Rata-rata Pengeluaran
per Kapita per Bulan
Tahun 2014 ...................................................................................
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
48
50
vii
BAB I PENJELASAN UMUM I.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan yang sedang kita laksanakan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha di berbagai bidang. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembangunan yang telah dicapai khususnya yang menyangkut kesejahteraan masyarakat, sangat diperlukan adanya data dan ukuran-ukuran yang dapat mencerminkan keadaan/fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat sangat kompleks. Oleh karena itu diperlukan indikator-indikator yang dapat mengukur tingkat kemajuan/perkembangan dari faktor-faktor atau
komponen-komponen
penyusun
aspek kesejahteraan
masyarakat. Disamping itu keterbandingan tahapan pencapaian pembangunan antar wilayah/daerah dapat pula dicerminkan oleh indikator-indikator tersebut sehingga pada akhirnya gambaran tentang pencapaian suatu tahapan pembangunan dapat diperoleh. I.2. Tujuan Publikasi ini dibuat sebagai upaya meningkatkan jenis publikasi di BPS Kota Kediri. Melalui publikasi ini diharapkan akan dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan masyarakat di Kota Kediri sebagai hasil pembangunan yang telah dilaksanakan, serta dapat menjadi bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan.
I.3. Sistematika Penulisan Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2014 ini disajikan dalam 3 bab: BAB I menjelaskan latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. BAB II menjelaskan ruang lingkup, metode survei dan konsep definisi. BAB III memuat ulasan meliputi karakteristik sosial seperti kependudukan, kesehatan, pendidikan, perumahan dan lingkungan, pengeluaran dan konsumsi, dan ketenagakerjaan. Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
1
Indikator-indikator kependudukan yang dibahas menggambarkan jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk, sebaran dan kepadatannya, serta komposisi penduduk. Indikator Kesejahteraan Rakyat yang mencakup masalah kesehatan diuraikan meliputi derajat kesehatan, penolong kelahiran, pemberian ASI dan lain-lain. Indikator bidang pendidikan mencakup tingkat partisipasi sekolah, angka melek huruf, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Indikator yang berkaitan dengan ketenagakerjaan menyangkut antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, pengangguran dan jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan usaha. Dan indikator-indikator perumahan dan lingkungan, seperti jenis atap, jenis dinding, jenis lantai rumah dan fasilitas rumah lainnya. Publikasi ini juga memuat indikator tingkat kesejahteraan dilihat dari tingkat konsumsi/pengeluaran rumah tangga. BAB IV berisi kesimpulan.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
2
BAB II METODOLOGI 2.1. Ruang Lingkup Indikator Kesejahteraan rakyat ini mencakup beberapa aspek bidang kesejahteraan rakyat yang biasa diukur, antara lain bidang kependudukan, fertilitas dan KB, kesehatan, perumahan, pengeluaran dan konsumsi, serta ketenagakerjaan. Data-data yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini berasal dari beberapa sumber seperti: 1.
Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP2010)
2.
Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2014 (SUSENAS 2014)
3.
Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2014 (SAKERNAS 2014) Jenis kuesioner/dokumen yang digunakan dan waktu pencacahan survey
sosial ekonomi nasional (SUSENAS) dan survey angkatan kerja nasional (SAKERNAS) adalah sebagai berikut: No.
Jenis Kuesioner
1
VSEN12.K
2
VSEN12.M
3
VSEN12.LPK
4
VSEN12.P
5
SAK12.AK
6
SAK12.P
Kegunaan Mencatat Keterangan Pokok Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Beserta Karakteristik Tentang Kesehatan, Ketenagakerjaan, serta Fertilitas dan KB Mencatat Pengeluaran Konsumsi Makanan, Bukan Makanan, dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga Mencatat Konsumsi Makanan/Minuman Jadi (Konsumsi Makanan/Minuman yang Tidak Dimasak/Disiapkan oleh Rumah Tangga) Pemutakhiran Rumah Tangga Untuk Mengidentifikasi Keberadaan Rumah Tangga Pada Saat Pencacahan Mencatat Keterangan Pokok Rumah Tangga dan Anggota Rumah tangga, Serta Keterangan Menyangkut Pendidikan dan Ketenagakerjaan bagi Anggota Rumah Tangga Berumur 10 Tahun Ke Atas Pemutakhiran Rumah Tangga Untuk Mengidentifikasi Keberadaan Rumah Tangga Pada Saat Pencacahan
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
Frekuensi Pencacahan Triwulanan
Triwulanan
Triwulanan
Triwulanan
Triwulanan
Triwulanan
3
2.2. Metode Survei 2.2.1 Rancangan Sampel Secara Nasional rancangan sampel yang digunakan yaitu penarikan sampel tiga tahap berstrata. Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap pertama, dimulai dengan memilih nh wilcah dari Nh secara pps (Probability Proportional to Size) dengan size banyaknya rumah tangga SP2010 (Mi). Kemudian wilcah tersebut dialokasikan secara acak ke dalam empat triwulan. Keseluruhan harus diambil sebanyak nh= 30.000 wilcah sehingga masing-masing triwulan akan ada sebanyak 7.500 wilcah. Dari 7.500 wilcah Susenas Triwulan I,dipilih sebanyak 5.000 wilcah secara sistematik untuk Sakernas 2012 Triwulan I dan akan digunakan lagi untuk Triwulan II, III, dan IV. 2. Tahap kedua, dilakukan dengan memilih: - dua BS pada setiap wilcah terpilih Susenas Triwulan II, dan III, serta Triwulan I yang juga terpilih untuk Sakernas Triwulan I, yang selanjutnya dari blok-blok sensus terpilih dialokasikan secara acak satu untuk Susenas/SBH, dan satu Sakernas, atau - satu BS pada setiap wilcah terpilih Triwulan IV dan Trwulan I yang untuk Susenas saja secara pps dengan size jumlah rumah tangga SP2010-RBL1. 3. Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih untuk Susenas dipilih sejumlah rumah tangga biasa (m=10) secara sistematik berdasarkan hasil pemutakhiran listing rumah tangga SP2010-C1 dengan menggunakan Daftar VSEN12-P. Daftar nama kepala rumah tangga disusun dari Ekstrak SP2010-C1 untuk variabel nama KRT, alamat, dan tingkat pendidikan KRT, kemudian dilakukan pemutakhiran lapangan. Dengan demikian untuk Jawa Timur sendiri terdapat 2.996 Blok Sensus, yang terbagi atas 749 Blok Sensus untuk setiap triwulannya. Sehingga total target rumah tangga sampel selama tahun 2012 adalah 29.960 (setiap Blok Sensus diambil secara sistematik 10 rumah tangga sampel) atau sebanyak 7.490 rumah tangga target sampel di setiap triwulan. 2.2.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara petugas survei (pencacah) dengan responden. Untuk pertanyaanpertanyaan dalam kuesioner Susenas 2014 yang ditujukan kepada individu diusahakan agar individu
yang bersangkutan yang diwawancarai sehingga
data/informasi yang disampaikan lebih akurat. Keterangan tentang rumah tangga Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
4
dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui tentang karakteristik yang ditanyakan. Susenas 2014 dilaksanakan per triwulan, yaitu 1-17 Maret 2014 (triwulan 1), 1-17 Juni 2014 (triwulan 2), 1-17 September 2014 (triwulan 4), dan triwulan 4 tidak dilakukan. Untuk data gabungan 2014 yang dihasilkan merupakan representasi data pertengahan tahun, dengan harapan dapat lebih mewakili kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam satu tahun tertentu. Adapun referensi waktu survei yang digunakan dihitung berdasarkan satu periode yang berakhir sehari sebelum tanggal pencacahan, antara lain : a. Keterangan kegiatan anggota rumah tangga berumur 10 tahun ke atas dan konsumsi makanan, dengan referensi waktu survei seminggu terakhir. b. Keterangan kesehatan, dengan referensi waktu survei 1 bulan terakhir, 6 bulan terakhir, dan 1 tahun terakhir. c. Pengeluaran untuk barang-barang bukan makanan, dengan referensi waktu survei 1 bulan yang lalu, 2 bulan yang lalu dan 3 bulan yang lalu. 2.2.3 Pengolahan Data Dalam setiap kegiatan statistik ada beberapa tahapan, yaitu pengumpulan data, receiving/batching, editing/coding dan data entry (perekaman data). Untuk mendapatkan data yang baik, tahapan dalam pengolahan data Susenas/Sakernas adalah sebagai berikut : a. Setelah selesai pelaksanaan lapang (pengumpulan data), dokumen hasil survei diperiksa oleh pengawas baik menyangkut kelengkapan isian, konsistensi atau keterkaitan jawaban antar pertanyaan dan juga kewajaran datanya. b. Pada tahap berikutnya dilakukan kegiatan receiving dan batching yaitu tahap memilah-milah, menyusun dan mengelompokkan dokumen. Tahapan selanjutnya adalah editing-coding¸ yaitu tahapan penyuntingan terhadap kewajaran isian termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antara satu jawaban dengan jawaban lainnya dan pemberian kode terhadap jawaban terbuka. Tahapan ini disebut juga tahap pra komputer. c. Setelah data dinyatakan sempurna, maka dilaksanakan data entry (perekaman data). Untuk kuesioner Kor dan Modul entry dilakukan di BPS Kabupaten/Kota,
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
5
dan hasil perekaman data tersebut selanjutnya dikirim ke BPS Provinsi selanjutnya
digabung
dan
dikirim
ke
BPS
Pusat
untuk
dilakukan
pengolahan/tabulasi. 2.3. Konsep dan Definisi a. Blok Sensus (BS) adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang pencacah secara tim. Kriteria Blok Sensus sebagai berikut : - Setiap wilayah desa/kelurahan dibagi habis menjadi beberapa blok sensus. - Blok Sensus harus mempunyai batas-batas yang jelas/mudah dikenali baik batas alam maupun buatan. Batas satuan lingkungan setempat (SLS seperti RT, RW, Dusun, lingkungan dan sebagainya) diutamakan sebagai batas blok sensus bila batas SLS tersebut jelas (batas alam atau buatan). - Satu blok sensus harus terletak dalam satu hamparan. Ada 3 jenis Blok Sensus, yaitu : 1. Blok Sensus Biasa (B) adalah blok sensus yang bermuatan antara 80 sampai 120 rumah tangga atau bangunan sensus tempat tinggal atau bangunan sensus bukan tempat tinggal atau gabungan keduanya dan sudah jenuh. 2. Blok Sensus Khusus (K) adalah blok sensus yang mempunyai muatan sekurang-kurangnya 100 orang kecuali lembaga pemasyarakatan tidak ada batas muatan. Tempat-tempat yang bisa dijadikan Blok Sensus Khusus antara lain : - Asrama Militer (tangsi) - Daerah perumahan militer dengan pintu keluar-masuk yang dijaga. 3. Blok Sensus Persiapan (P) adalah blok sensus yang kosong seperti sawah, kebun, tegalan, rawa, hutan, daerah yang dikosongkan (digusur) atau bekas pemukiman yang terbakar. Sub Blok Sensus adalah bagian dari blok sensus. BS yang mempunyai muatan lebih dari 150 rumah tangga harus dipecah menjadi beberapa sub blok sensus. Yang menjadi cakupan dalam Susenas 2014 adalah blok sensus biasa. Segmen adalah bagian dari blok sensus yang mempunyai batas jelas. Besarnya segmen tidak dibatasi oleh jumlah rumah tangga atau bangunan fisik. b. Bangunan Fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai, dan atap, baik tetap maupun sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
6
bukan tempat tinggal. Bangunan dapur, kamar mandi, garasi, dan lainnya yang terpisah dari bangunan induk dianggap bagian bangunan induk tersebut (satu bangunan), jika terletak dalam satu pekarangan. Bangunan yang luas lantainya kurang dari 10 m2 dan tidak digunakan untuk tempat tinggal dianggap bukan bangunan fisik. Susenas 2014 tidak mencakup rumah tangga yang tinggal bukan di bangunan fisik seperti bangunan liar di bawah jembatan, di pinggir rel kereta api, di gerbong kereta, di bantaran sungai, dan sebagainya. Bangunan Sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar masuk sendiri dan dalam satu kesatuan penggunaan. c. Rumah tangga dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus. 1. Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Rumah tangga biasa umumnya terdiri dari bapak, ibu dan anak-anaknya, serta anggota lainnya baik yang ada hubungan famili maupun tidak. Selain itu yang dapat juga dianggap sebagai rumah tangga biasa antara lain:
Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri;
Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih terletak dalam blok sensus yang sama dianggap sebagai satu rumah tangga;
Rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang;
Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri.
2. Rumah tangga khusus meliputi: Orang-orang yang tinggal di asrama, yaitu suatu tempat tinggal yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya asrama perawat, asrama mahasiswa, asrama TNI (tangsi). Anggota TNI yang tinggal di asrama bersama keluarganya dan mengurus sendiri
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
7
kebutuhan sehari-harinya bukan rumah tangga khusus, melainkan rumah tangga biasa. Orang-orang yang tinggal di panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan dan sejenisnya. Sekelompok orang mondok dengan makan (indekos) yang berjumlah lebih besar atau sama dengan 10 orang. Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam Susenassil Susenas 2012 rovinsi d. Anggota rumah tangga (art) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di rumah tangga, baik yang berada di rumah tangga pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada. Art yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian belum sampai 6 bulan namun dengan maksud pergi lebih dari 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga lagi. Sebaliknya orang yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat pindah/bertempat tinggal di rumah tangga tersebut selama 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga. e. Kepala rumah tangga (krt) adalah salah seorang dari anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut, atau orang yang karena suatu hal dianggap atau ditunjuk sebagai kepala rumah tangga. f. Kependudukan 1. Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur menurut ulang tahun yang terakhir. Perhitungan umur didasarkan pada kalender Masehi. 2. Status perkawinan
Belum kawin
Kawin adalah mereka yang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri.
Cerai hidup adalah mereka yang berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
8
walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.
Cerai mati adalah mereka yang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi.
g. Kesehatan 1. Keluhan Kesehatan adalah keadaan ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminal, atau hal lain. Lamanya terganggu tidak merujuk pada keluhan yang terberat saja, melainkan mencakup jumlah hari untuk semua keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir. 2. Mengobati Sendiri adalah upaya oleh art/keluarga dengan melakukan pengobatan sendiri (tanpa datang ke tempat fasilitas kesehatan atau memanggil dokter/petugas kesehatan ke rumahnya), agar sembuh atau lebih ringan keluhan kesehatannya, misal dengan cara minum obat modern, jamu, kerokan, kompres, pijat, dan lain-lain. Jenis obat/cara pengobatan yang digunakan adalah :
Obat Modern adalah obat yang digunakan dalam sistem kedokteran, dapat berbentuk tablet, kaplet, kapsul, sirup, puyer, salep, dll; yang biasanya sudah dalam bentuk jadi buatan pabrik farmasi dengan kemasan bernomor kode pendaftaran di Depkes. Obat-obat ini ada yang harus dibeli dengan resep dokter di apotik dan ada yang dapat dibeli bebas di apotek, toko obat, dll.
Obat Tradisional adalah ramuan yang dibuat dari bagian tanaman, hewan, mineral, dll; biasanya berbentuk bubuk, rajangan, cairan, tablet, kapsul, parem, obat gosok, dll. Pembuatnya bisa rumah tangga, penjaja jamu gendong, sinse, dukun, tabib, perusahaan jamu, pabrik farmasi, dll.
Lainnya misal bahan makanan suplemen/pelengkap alami (sunchlorella, squalen,
imedeen,
omega
3,
collagen,
dll),
minuman
tonik
(misal:
Kratingdaeng, Kaki Tiga, Adem Sari, Lasegar, dll), kerokan, pijatan.
Berobat Jalan adalah kegiatan atau upaya anggota rumah tangga yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
9
atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. 3. Anak lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tandatanda kehidupan, walaupun mungkin hanya beberapa saat saja, seperti jantung berdenyut, bernafas dan menangis. Anak yang pada waktu lahir tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan disebut lahir mati. 4. Proses Kelahiran adalah proses lahirnya janin usia 5 bulan ke atas dari dalam kandungan ke dunia luar, dimulai dengan tanda-tanda kelahiran, lahirnya bayi, pemotongan tali pusat, dan keluarnya plasenta. a. Penolong Pertama Persalinan adalah penolong persalinan yang pertama kali dipilih responden, jika kemudian ada kemungkinan proses mengalami hambatan maka diperlukan rujukan ke tenaga persalinan yang lain. b. Penolong Terakhir Persalinan adalah penolong persalinan yang menangani proses hingga kelahiran bayi. 5. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)/Menyusui adalah jika puting susu ibu yang dihisap bayi mengeluarkan air susu yang diminum oleh bayi, walaupun hanya sedikit. Ibu yang menyusui dapat ibu kandung maupun bukan ibu kandung. Bayi yang minum ASI melalui botol dikategorikan diberi ASI. 6. Imunisasi atau vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit tertentu yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh dengan cara disuntik atau diteteskan dalam mulut, dengan maksud agar terjadi kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Jenis imunisasi antara lain : a. BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit TBC, diberikan kepada bayi baru lahir atau anak sebanyak satu kali dengan suntikan pada kulit pangkal lengan atas. b. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus, diberikan kepada bayi berumur 3 bulan ke atas dengan suntikan di paha. Imunisasi DPT lengkap pada balita sebanyak 3 kali. c. Polio adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit polio, diberikan kepada bayi berumur 3 bulan ke atas, dengan memberikan 3 tetes cairan vaksin berwarna merah muda atau putih ke dalam mulut anak. Imunisasi polio lengkap pada balita sebanyak 3 kali.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
10
d. Campak/Morbilli adalah vaksinasi untuk mencegah penyakit campak/morbilli, diberikan kepada bayi berumur 9 sampai 12 bulan, dengan suntikan di bawah kulit pada paha sebanyak 1 kali. e. Hepatitis B adalah suntikan secara intramuskular (suntikan ke dalam otot) untuk mencegah penyakit Hepatitis B, diberikan kepada bayi sebanyak 3 kali. h. Pendidikan 1. Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar (SD dan SLTP), menengah (SLTA) dan tinggi (perguruan tinggi/akademi), termasuk pendidikan yang setara seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Madrasah Diniyah bukan merupakan sekolah formal. 2. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal. Mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-Kanak yang tidak melanjutkan ke SD/MI dianggap tidak/belum pernah sekolah. 3. Masih bersekolah adalah status dari mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal. 4. Tidak bersekolah lagi adalah status dari mereka yang pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal, tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif. 5. Pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki adalah jenjang pendidikan tertinggi yang yang pernah diduduki oleh seseorang yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang sedang diduduki oleh seseorang yang masih bersekolah. 6. Tamat Sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran yang ditandai dengan lulus ujian akhir pada kelas atau tingkat terakhir pada suatu jenjang pendidikan formal baik negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat belajar/ijasah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi sudah mengikuti ujian akhir dan lulus, dianggap tamat sekolah. 7. Dapat membaca dan menulis adalah mereka yang dapat membaca dan menulis surat/kalimat sederhana dengan huruf latin maupun huruf lainnya. i. Perumahan 1. Status rumah yang ditempati harus dilihat dari sisi anggota rumah tangga yang mendiaminya, yaitu :
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
11
a. Milik sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul sudah milik kepala rumah tangga (krt) atau salah seorang anggota rumah tangga (art). Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank atau rumah dengan status sewa beli dianggap rumah milik sendiri. b. Kontrak, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh krt/art dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau 2 tahun. Cara pembayaran biasanya sekaligus di muka atau dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak. Pada akhir masa perjanjian pihak pengontrak harus meninggalkan tempat tinggal yang didiami dan bila kedua belah pihak setuju bisa diperpanjang kembali dengan mengadakan perjanjian kontrak baru. c. Sewa, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh krt/art dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu. d. Rumah dinas, jika tempat tinggal tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatu instansi tempat bekerja salah satu art, baik dengan membayar sewa maupun tidak. e. Bebas sewa milik orang lain, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain
(bukan
famili/orang
tua)
dan
ditempati/didiami
oleh
art
tanpa
mengeluarkan suatu pembayaran apapun. f. Rumah milik orang tua/sanak/saudara, jika tempat tinggal tersebut bukan milik sendiri melainkan milik orang tua/sanak/saudara dan tidak mengeluarkan suatu pembayaran apapun untuk mendiami tempat tinggal tersebut. g. Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat. 2. Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari (sebatas atap). Bagian-bagian yang digunakan bukan untuk keperluan sehari-hari tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi, kandang ternak, lantai jemur (lamporan semen) dan ruangan khusus untuk usaha (misalnya warung). Untuk bangunan bertingkat, luas lantai adalah jumlah luas dari semua tingkat yang ditempati. Bila suatu tempat tinggal dihuni oleh lebih dari satu rumah tangga, maka luas lantai hunian setiap rumah tangga adalah luas lantai dari ruangan yang dipakai bersama dibagi banyaknya rumah tangga ditambah dengan luas lantai pribadi rumah tangga yang bersangkutan.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
12
3. Sumber air minum a. Air dalam kemasan adalah air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan gelas, botol, dan galon; seperti antara lain air kemasan merk Aqua, Ades, Total, dan lain-lain, termasuk juga air isi ulang. b. Air leding adalah air berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih/bersih sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM. c. Air pompa adalah air tanah yang cara pengambilan airnya dengan menggunakan pompa tangan/pompa listrik. d. Air sumur/perigi adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali, cara pengambilannya dengan menggunakan gayung atau ember baik dengan atau tanpa katrol. e. Mata air adalah sumber air permukaan tanah yang timbul dengan sendirinya. j. Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah semua biaya yang dikeluarkan rumah tangga selama sebulan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi untuk semua anggota rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan. 1. Pengeluaran untuk makanan adalah nilai pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga selama seminggu yang lalu baik dari pembelian, produksi sendiri atau pemberian. Untuk makanan yang berasal dari produksi sendiri atau pemberian, nilainya harus diperhitungkan sesuai dengan harga pasar setempat. Pengeluaran untuk makanan di sini yang dicatat hanya yang benar-benar dikonsumsi oleh anggota rumah tangga selama seminggu yang lalu, tidak termasuk yang diberikan kepada karyawan/pekerja atau pihak lainnya. 2. Pengeluaran untuk bukan makanan adalah nilai pengeluaran untuk konsumsi barang bukan makanan selama 1 bulan yang lalu, 2 bulan yang lalu, dan 3 bulan yang
lalu,
baik
dari
pembelian,
produksi
sendiri
maupun
dari
pemberian/pembagian. k. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. a. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau yang punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
13
b. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya. c. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. d. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah keadaan dari seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti sakit, cuti, menunggu panen, mogok dan sebagainya. Contoh: Pekerja tetap, pegawai pemerintah/swasta yang sedang tidak masuk bekerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, masin/peralatan perusahaan mengalami kerusakan, dan sebagainya. Petani yang mengusahakan tanah pertanian dan sedang tidak bekerja karena alasan sakit atau menunggu pekerjaan berikutnya (menunggu panen atau musim hujan untuk menggarap sawah). Pekerja profesional (mempunyai keahlian tertentu/khusus) yang sedang tidak bekerja
karena
sakit,
menunggu
sebagainya. Seperti dalang, tukang
pekerjaan
berikutnya/pesanan
dan
cukur, tukang pijat, dukun, penyanyi
komersial dan sebagainya. l.
Pengangguran terbuka, terdiri dari: Mereka yang mencari pekerjaan. Mereka yang mempersiapkan usaha. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. 1. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat pencacahan orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka:
Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
14
Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain.
Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum pencacahan, jadi mereka yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan dan yang permohonannya telah dikirim lebih dari satu minggu yan lalu tetap dianggap sebagai mencari pekerjaan. Mereka yang sedang bekerja atau yang sedang dibebas tugaskan, baik akan dipanggil kembali ataupun tidak, dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, tidak dapat disebut sebagai pengangguran terbuka. 2. Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan yang ‘baru’, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/pekerja dibayar maupun tidak dibayar. Mempersiapkan yang dimaksud adalah apabila ‘tindakannya nyata’ seperti: mengumpulkan modal atau perlengkapan/alat, mencari lokasi/tempat, mengurus surat ijin usaha dan sebagainya, telah/sedang dilakukan. Mempersiapkan usaha tidak termasuk yang baru merencanakan, berniat, dan baru mengikuti kursus/pelatihan dalam rangka membuka usaha. Mempersiapkan suatu usaha nantinya dapat cenderung pada pekerjaan sebagai berusaha sendiri (own account worker) atau sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar atau sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar. Penjelasan: Kegiatan mempersiapkan suatu usaha/pekerjaan tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu yang lalu saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu yang lalu asalkan seminggu yang lalu masih berusaha untuk mempersiapkan suatu kegiatan usaha. m. Setengah Pengangguran adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah pengangguran terdiri dari:
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
15
Setengah Pengangguran Terpaksa adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
Setengan Pengangguran Sukarela adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sebagian pihak menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu/part time worker).
n. Sekolah adalah kegiatan seseorang untuk bersekolah di sekolah formal, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan. Dalam hal ini tidak termasuk yang sedang libur sekolah. o. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seseorang yang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibu-ibu rumah tangga dan anaknya yang membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapatkan upah walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap bekerja. p. Kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain disebut di atas, yakni mereka yang sudah pensiun, orang-orang cacat jasmani (buta, bisu dan sebagainya) yang tidak melakukan sesuatu pekerjaan seminggu yang lalu. q. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah dengan mendapatkan tanda tamat belajar (ijazah). r. Jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah jumlah jam kerja yang dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan hal-hal diluar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja, seperti mampir ke rumah famili/kawan dan sebagainya. s. Lapangan
usaha
adalah
bidang
kegiatan
dari
pekerjaan/usaha/
perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja. t. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
16
sementara tidak bekerja. Jenis pekerjaan pada publiaksi ini mengikuti Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada ISCO 88. u. Upah/gaji bersih adalah penerimaan buruh/karyawan berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan tersebut. Penerimaan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Penerimaan bersih yang dimaksud tersebut adalah setelah dikurangi dengan potongan-potongan iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya oleh perusahaan/kantor/majikan. v. Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan disuatu unit usaha/kegiatan. Mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori yaitu: 1. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tidak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus. 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/pekerja tidak tetap. 3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar. 4. Buruh/Karyawan/Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang mapun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan
sebagai
buruh/karyawan,
tetapi
sebagai
pekerja
bebas.
Seseorang dianggap memilki majikan tetap jika memilki 1 (satu) majikan (orang/rumah tangga) yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pada sektor bangunan batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/lembaga boleh lebih dari satu. 5. Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/instansi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
17
imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan pembayaran yang disepakati. 6. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan dalam sebulan terakhir) di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha non pertanian meliputi: usaha di sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi/bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan
bangunan,
tanah
dan
jasa
perusahaan,
sektor
jasa
kemasyarakatan, sosial dan perorangan. 7. Pekerja tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Pekerja tidak dibayar tersebut terdiri dari:
Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri/anak yang membantu suaminya/ayahnya bekerja di sawah.
Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti famili yang membantu melayani penjualan di warung.
Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada industri rumah tangga tetangganya.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
18
w. Kegiatan informal: beberapa pihak, mendefinisikan kegiatan informal hanya berdasarkan status pekerjaan, namun dalam publikasi ini, pendekatan batasan kegiatan informal diambil dari kombinasi antara jenis pekerjaan utama dan status pekerjaan. Batas kegiatan informal dapat dilihat seperti pada tabel berikut: Jenis Pekerjaan Utama Status Pekerjaan
Tenaga Profesional
Tenaga Kepemimpinan
Pejabat Pelaksana & Tata Usaha
Tenaga Penjualan
Tenaga Usaha Jasa
Tenaga Usaha Pertanian
Tenaga Produksi
Tenaga Operasional
Pekerja kasar
Lainnya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Berusaha Sendiri
F
F
F
INF
INF
INF
INF
INF
INF
INF
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tak Dibayar
F
F
F
F
F
INF
F
F
F
INF
Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar
F
F
F
F
F
F
F
F
F
F
Buruh/Karyawan/Pegawai
F
F
F
F
F
F
F
F
F
F
Pekerja Bebas di Pertanian
F
F
F
INF
INF
INF
INF
INF
INF
INF
Pekerja Bebas di Non Pertanian
F
F
F
INF
INF
INF
INF
INF
INF
INF
Pekerja Tak Dibayar
INF
INF
INF
INF
INF
INF
INF
INF
INF
INF
Sumber: Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Catatan: F = Formal, INF = Informal
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
19
BAB III ULASAN 3.1. Kependudukan Masalah kependudukan merupakan topik yang tetap menarik untuk dibahas, karena berbagai aspek kependudukan yang saling terkait dengan berbagai aspek pembangunan lainnya. Jumlah penduduk suatu daerah dapat berarti positif dan dapat pula berarti negatif bila dilihat dari dimensi waktu dan daerah yang berbeda. Pada waktu jumlah penduduk masih sedikit dan disertai dengan kualitas sumber daya manusia rendah merupakan suatu masalah kependudukan tersendiri yang mengakibatkan lambatnya perkembangan peradaban manusia. Pada waktu yang berbeda ketika perkembangan jumlah penduduk yang tinggi justru dapat menjadi ancaman bagi kesejahteraan penduduk itu sendiri karena berhubungan dengan masalah-masalah sosial dan ekonomi. Seorang ilmuwan (Malthus) yang hidup pada tahun 1766-1843 mengemukakan masalah tersebut ketika melihat hubungan antara jumlah penduduk dengan ketersediaan pangan. Pertumbuhan jumlah penduduk begitu pesatnya sehingga mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan persediaan pangan mengikuti deret hitung.
Akibatnya pertumbuhan jumlah penduduk secara terus menerus tanpa
adanya intervensi (pengendalian) akan menimbulkan masalah/kesenjangan dalam hal penyediaan pangan penduduk. Suatu daerah kota yang jumlah penduduknya sudah sangat tinggi merupakan masalah yang sangat sulit untuk ditanggulangi, karena berkaitan dengan berbagai aspek
kehidupan,
misalnya
sulitnya
menyiapkan
lapangan
kerja
sehingga
menimbulkan pengangguran, munculnya pemukiman-pemukiman kumuh, timbulnya masalah gangguan keamanan dan masalah sosial lainnya.
Sementara itu pada
daerah-daerah yang mempunyai wilayah luas dengan sumber daya alamnya yang cukup
potensial
justru
masih
kekurangan
penduduk
(tenaga
kerja)
untuk
mengelolanya agar dapat bermanfaat bagi kehidupan. Sehubungan dengan hal tersebut maka salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup berbagai aspek
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
20
antara lain jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk serta komposisi penduduk. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh tiga komponen pokok yaitu kelahiran (Fertilitas), kematian (Mortalitas) dan perpindahan penduduk (Migration). Jumlah penduduk akan terus bertambah yang disebabkan oleh tingkat kelahiran lebih tinggi dari tingkat kematian dan migrasi masuk (in migration) lebih besar dari pada migrasi keluar (out migration). Demikian halnya dengan penduduk Kota Kediri, pada tahun 2010 sejumlah 267.832 jiwa, pada tahun 2011 naik menjadi 270.018, kemudian meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 278.072 jiwa pada tahun 2014. Berdasarkan angka tersebut bisa dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk Kota Kediri selama kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 0,75 persen per tahun. Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Kediri Tahun 2010-2014
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2010
132.153
135.679
267.832
73.255
2011
130.959
139.059
270.018
76.129
2012
135.366
136.289
271.655
72.894
2013
137.931
138.420
276.351
72.953
2014
138.591
139.481
278.072
72.650
Tahun
Rumah Tangga
Catatan: Diolah dari SUSENAS
Hasil pengolahan tahun 2014, juga mencatat jumlah rumah tangga di Kota Kediri sebesar 72.650, sehingga diperoleh rata-rata penduduk per rumah tangga sebanyak 4 orang. Dengan luas wilayah Kota Kediri sebesar 63,4 Kilometer Persegi, maka tingkat kepadatan penduduk per Kilometer Persegi sebanyak 4.386 jiwa. Apabila dilihat berdasarkan distribusinya penduduk Kota Kediri pada tahun 2014 sekitar 29,17 persen berada di Kecamatan Pesantren, 30,07 persen di Kecamatan Kota dan sisanya 40,76 persen ada di Kecamatan Mojoroto. Namun dari sisi kepadatan penduduk, Kecamatan Kota merupakan salah satu kecamatan di Kota Kediri yang terpadat penduduknya dibandingkan dua kecamatan lainnya, yaitu 5.611 jiwa per Kilometer Persegi, sedangkan Kecamatan Mojoroto memiliki kepadatan
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
21
4.607 jiwa per Kilometer Persegi dan Kecamatan Pesantren 3.394 jiwa per Kilometer Persegi. Salah satu indikator kependudukan yang sangat penting adalah komposisi atau struktur penduduk.
Komposisi atau struktur penduduk dapat berbeda dari jenis
kelamin dan dapat pula dilihat dari struktur umur serta kombinasi antara keduanya. Kedua-duanya memiliki arti strategis dalam hubungannya dengan berbagai aspek kependudukan lainnya seperti fertilitas, mortalitas, migrasi dan masalah-masalah ketenagakerjaan. Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu yang selanjutnya disebut dengan "Sex Ratio" adalah merupakan indikator untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin sangat besar
kaitannya dengan masalah fertilitas, semakin besar porsi penduduk perempuan maka potensi
fertilitas
semakin
tinggi.
Sementara
itu
hubungannya
dengan
ketenagakerjaan adalah bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sangat bervariasi antara penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Gambar 1. Persentase Penduduk Kota Kediri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-2014
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
22
Penduduk laki-laki Kota Kediri pada tahun 2014 sejumlah 138.591 jiwa (49,84 persen), sedangkan jumlah penduduk perempuan yaitu 139.481 jiwa (50.16 persen). Dari angka-angka tersebut diperoleh rasio jenis kelamin sebesar 99,37 persen. Artinya, bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 99 penduduk lakilaki. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, rasio jenis kelamin cenderung meningkat dan semakin mendekati angka 100. Hal ini menggambarkan bahwa persentase penduduk laki-laki selama periode 2010-2014 cenderung meningkat, dan sebaliknya persentase penduduk perempuan cenderung menurun. Berdasarkan struktur umur penduduk dapat diketahui tingkat ketergantungan antara penduduk yang belum/tidak produktif dengan penduduk usia produktif, dan untuk mengelompokkan apakah penduduk pada suatu daerah tergolong dalam penduduk muda, intermediate/menengah, atau penduduk tua. Disamping itu pula dapat dilihat trend yang terjadi sebagai dampak positif dari pembangunan bidang kesehatan dan KB serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Gambar 2. Struktur Umur/Komposisi Penduduk Kota Kediri Tahun 2014
Rasio Ketergantungan penduduk usia muda (Youth Dependency Ratio) di Kota Kediri Tahun 2014 tercatat sebesar 36,77 persen, yang berarti bahwa terdapat
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
23
sekitar 37 orang penduduk usia muda (0-14 tahun) menjadi beban tanggungan untuk setiap 100 orang penduduk yang berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Disisi lain penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) juga tidak dapat melakukan kegiatan secara produktif, sehingga akan menjadi beban tanggungan bagi penduduk lainnya yang masih produktif. Rasio Ketergantungan Lanjut Usia (Old Dependency Ratio) Tahun 2014 di Kota Kediri sebesar 6,07 persen. Angka ini berarti pula bahwa ada sekitar 6 penduduk usia tua (65 tahun ke atas) yang masih menjadi beban tanggungan untuk setiap 100 penduduk usia produktif. Bila kedua kelompok usia ketergantungan tersebut digabungkan maka akan diperoleh angka Rasio Ketergantungan Umum (Dependency Ratio) sebesar 42,84 persen. Ini berarti setiap 2 orang penduduk usia produktif harus menanggung kurang lebih 1 orang penduduk yang belum/tidak produktif. Berdasarkan umur dan jenis kelamin penduduk Kota Kediri tahun 2014 masih menunjukkan ciri penduduk tua. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penghitungan umur median yaitu 30 tahun. Struktur umur penduduk dapat diperlihatkan pula pada piramida penduduk di bawah ini. Gambar 3. Piramida Penduduk Kota Kediri Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Sumber: Diolah dari SUSENAS
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
24
3.2 Kesehatan dan Keluarga Berencana Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar seluruh masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar keluarga berperilaku hidup sehat, dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pos Obat Desa, Posyandu, serta penyediaan sarana air bersih. Kemiskinan yang terjadi menimbulkan dampak buruk terhadap status kesehatan dan gizi masyarakat, terutama keluarga miskin.
Oleh karena itu
pemerintah melakukan intervensi untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat.
Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik. Secara fisik kualitas penduduk dapat dilihat dari tingkat kesehatannya yang juga merupakan cerminan dari tingkat kesejahteraan masyarakat. Beberapa aspek yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai indikator derajat kesehatan masyarakat antara lain: Angka Morbiditas, proporsi anak masih hidup, penolong persalinan, status gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.
3.2.1. Derajat Kesehatan (Morbiditas) Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah angka kesakitan (morbidity rate).
Angka kesakitan dapat dibedakan atas ada tidaknya keluhan
kesehatan, jenis penyakit/keluhan yang dialami dan lamanya merasakan keluhan. Tabel 2 menunjukkan persentase penduduk yang tidak mengalami keluhan dan yang mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan yang lalu. Derajat kesehatan penduduk Kota Kediri terlihat masih cukup rendah (Tabel 2.), ada sekitar 41,24 persen penduduknya mempunyai keluhan kesehatan, atau kurang lebih 35,63 persen penduduk laki-laki dan 34,92 persen penduduk perempuan. Apabila dibandingkan dalam dua tahun terakhir, derajat kesehatan ini memperlihatkan kecenderungan semakin memburuk, pada penduduk laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan selama tahun 2013 sebanyak 30,17 persen dan menjadi 35,63 persen pada tahun 2014. Hal yang sama juga terjadi pada penduduk
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
25
perempuan yaitu dari 32,54 persen pada tahun 2013 menjadi 34,92 persen pada tahun 2014. Dari jumlah penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan tersebut ada sekitar 14,92 persen penduduk laki-laki yang mempunyai keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari, sedangkan pada penduduk perempuan sebesar 12,70 persen yang juga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Tabel 2. Persentase Penduduk Kota Kediri Menurut Ada Tidaknya Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 Keluhan Kesehatan Ada *1
Jenis Kelamin
Ada *2
Tidak Ada
2013
2014
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
13.02
13.86
18.34
27.38
68.64
58.76
- Laki-laki
14.92
14.92
15.25
20.71
69.83
64.37
- Perempuan
11.13
12.70
21.41
22.22
67.46
65.08
13.92
15.37
13.45
14.84
72.63
69.79
(1) Kota Kediri
Jawa Timur
Keterangan: *1 : menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari *2 : Tidak menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari
Keluhan kesehatan berdampak negatif terhadap aktivitas ekonomi terutama bagi mereka yang telah bekerja, dan pada gilirannya akan menurunkan produktivitas. Disamping itu pula keluhan kesehatan tentunya akan berakibat pada meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk biaya kesehatan. Apabila dilihat berdasarkan lamanya gangguan kesehatan, pada tahun 2014 ada sekitar 68,94 persen penduduk yang mengalami ganguan kesehatan kurang dari 4 hari, sebesar 24,01 persen merasakan gangguan selama 4-7 hari, dan yang mengalami gangguan selama 8-14 hari sebanyak 2,67 persen, kemudian lebih dari 14 hari sebesar 4,38 persen. Namun secara umum kondisi ini sedikit membaik apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2013, yaitu adanya kecenderungan jumlah hari sakit semakin lama semakin mengecil, seperti terlihat pada Tabel 3.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
26
Tabel 3. Persentase Penduduk Kota Kediri Yang Menderita Sakit Dalam Sebulan Yang Lalu Menurut Jumlah Hari Sakit dan Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 Jenis Kelamin Laki-laki
Jumlah Hari Sakit
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
2013
2014
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
<4
65.75
69.53
63.88
68.15
64.95
68.94
4-7
23.50
20.56
20.94
28.62
22.40
24.01
8 - 14
4.44
4.03
6.72
0.86
5.42
2.67
15 - 21
0.56
0.82
0.00
0.00
0.32
0.47
22 - 30
5.75
5.06
8.46
2.37
6.91
3.91
Jumlah
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
(1)
Dengan adanya keluhan kesehatan tersebut, ada berbagai macam cara pengobatan yang telah dilakukan oleh masyarakat yaitu melalui pengobatan sendiri dan berobat jalan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan pilihan masing-masing. Jika dilihat berdasarkan cara berobat jalan yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat di Kota Kediri selama tahun 2014 terbesar adalah jenis puskesmas/pustu, yaitu 40,50 persen, dan terbesar berikutnya adalah praktek dokter/poliklinik, yaitu 37,68 persen. Kemudian pilihan berobat jalan untuk jenis fasilitas kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, dan Praktek Pengobatan Tradisional berkisar 3-5 persen. Seiring dengan perkembangan/kemajuan teknologi kesehatan telah berdampak terhadap pilihan cara berobat jalan pada jenis fasilitas kesehatan. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kebersihan, keakuratan peralatan kesehatan, pengetahuan kesehatan dan lainnya yang terkait dengan ilmu kesehatan, sehingga pemanfaatan jenis fasilitas kesehatan dukun bersalin & lainnya (termasuk pertolongan dari keluarga, family lain dan orang lain) cenderung menurun setiap tahunnya, pada tahun 2013 sebesar 1,53 persen menjadi 0,6 persen pada tahun 2014 (Tabel 4).
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
27
Tabel 4. Persentase Cara Berobat Jalan Penduduk Kota Kediri Menurut Tempat Berobat yang Dikunjungi Selama Satu Bulan Terakhir Tahun 2013-2014 Jenis Kelamin Cara Berobat Jalan yang Dilakukan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
2013
2014
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RS Pemerintah
9,36
6,25
13,22
3,52
9,57
4,75
RS Swasta
3,69
6,05
4,87
3,18
4,98
4,47
Praktek Dokter/ Poliklinik
39,60
41,05
32,60
34,94
45,57
37,68
Puskesmas/Pustu
38,54
31,77
52,97
47,61
45,95
40,50
8,93
14,84
2,66
12,81
10,72
13,72
3,49
6,27
2,77
1,72
1,53
3,76
0,30
0,00
0,51
1,09
1,53
0,60
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
(1)
Praktek Nakes Praktek Pengobatan Tradisional Dukun Bersalin & Lainnya Jumlah
3.2.2. Penolong Persalinan Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu khususnya pada saat mengandung juga dipengaruhi oleh faktor lain, salah satu diantaranya adalah penolong kelahiran. Data tentang komposisi penolong pada saat melahirkan dapat menjadi salah satu indikator kesehatan ibu dan anak, serta indikator tingkat pelayanan kesehatan secara umum. Secara teoritis bahwa penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan lebih baik terhadap kesehatan ibu dan anak dibandingkan yang dilakukan oleh dukun atau famili dan lainnya.
Hal ini sangat berhubungan
dengan masalah kebersihan dan kelengkapan peralatan yang digunakan dalam proses tersebut.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
28
Hasil Susenas tahun 2014 menunjukkan bahwa persentase balita di Kota Kediri yang menggunakan pertolongan kelahiran oleh selain tenaga medis sebanyak 0,00 persen, atau dengan kata lain bahwa di Kota Kediri hanya menggunakan tenaga medis untuk pertolongan kelahiran, dengan proporsi pertolongan oleh dokter 39,31 persen dan sisanya 60,69 persen dilakukan oleh pertolongan bidan. Sementara di Jawa Timur masih ada sekitar 5,82 persen balita yang menggunakan pertolongan kelahiran selain tenaga medis untuk pertolongan kelahiran, yaitu 0,1 persen diantaranya dilakukan oleh tenaga medis lain, dan 5,72 persen pertolongan lainnya seperti tetangga/orang lain), sedangkan
penolong kelahiran yang dilakukan oleh
tenaga medis di Jawa Timur tercatat 24,27 persen dokter dan 69,92 persen bidan, (Gambar 4.). Jadi secara umum bahwa tenaga bidan merupakan penolong kelahiran yang paling banyak atau paling diminati oleh masyarakat baik di Kota Kediri maupun Jawa Timur. Hal ini sebagai refleksi semakin membaiknya perilaku dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan bagi keluarga. Gambar 4. Persentase Balita Kota Kediri Menurut Penolong Terakhir Kelahiran Tahun 2014
Jumlah balita di Kota Kediri selama dua tahun terakhir 2013-2014 menunjukkan peningkatan, pada tahun 2013 sejumlah 18.890 jiwa menjadi 20.613 jiwa pada tahun
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
29
2014. Dari sejumlah balita tahun 2014 tersebut, terbagi dalam balita laki-laki sebanyak 10.943 jiwa dan perempuan 9.669 jiwa (Tabel 5).
Tabel 5 Jumlah Balita Di Kota Kediri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 Jenis Kelamin Laki-laki
Umur Balita
Laki-laki + Perempuan
Perempuan
2013
2014
2013
2014
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0-4
10.126
10.943
8.764
9.669
18.890
20.613
3.2.3. Air Susu Ibu (ASI) Untuk memenuhi kebutuhan akan gizi balita pada awal masa pertumbuhannya telah tercukupi melalui pemberian ASI. Disamping sebagai sumber makanan yang sangat kompleks, di dalam ASI juga terdapat zat yang dapat memberikan kekebalan alamiah yang tinggi pada bayi. Oleh karena itu pemberian ASI merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemberian ASI pada balita bisa menjadi salah satu indikator kesehatan balita, disamping indikator-indikator lainnya. Tabel 6. Persentase Balita Di Kota Kediri Menurut Pernah Tidaknya Diberi ASI Tahun 2013-2014 Pernah Tidaknya Diberikan ASI Rincian
Diberi ASI
Jumlah
Tidak Diberi ASI
2013
2014
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
86,24
92,83
13,76
7,17
100,00
100,00
- Laki-laki
86,22
93,34
13,78
6,66
100,00
100,00
- Perempuan
86,25
92,25
0,14
7,75
100,00
100,00
93,78
93,10
6,22
6,90
100,00
100,00
(1) Kota Kediri
Jawa Timur
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
30
Kesadaran akan pentingnya pemberian ASI pada balita oleh masyarakat di Kota Kediri cukup tinggi yaitu mencapai 92,83 persen tahun 2014, sedikit berada di bawah Jawa Timur umumnya yang besarnya 93,10 persen, seperti terlihat pada Tabel 6. Gambar 5. Persentase Balita Kota Kediri Menurut Lama Pemberian ASI (Bulan) Tahun 2014
Berdasarkan lamanya pemberian ASI pada balita usia 2-4 tahun persentase tertinggi adalah pemberian ASI selama lebih dari 24 bulan, angkanya mencapai 42,07 persen, dan sebaliknya lama pemberian ASI paling pendek atau kurang dari nol bulan pada balita hanya sebesar 2,13 persen (Gambar 5). Selanjutnya yaitu lama pemberian ASI pada balita dengan waktu 12-17 bulan sebesar 18,88 persen, lama pemberian ASI 18-23 bulan sebesar 15,82 persen, lama pemberian ASI 1-5 bulan sebesar 11,05 persen, dan pemberian ASI selama 6-11 bulan yaitu sekitar 10,05 persen. Apabila pemberian ASI dilihat dari jenis kelamin (Gambar 5.), balita perempuan cenderung mendapat asupan ASI lebih lama dibandingkan balita laki-laki. Lama pemberian ASI pada balita perempuan lebih dari 24 bulan mencapai 45,00 persen, sedangkan untuk balita laki-laki sekitar 39,51 persen.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
31
3.2.4. Akses terhadap Fasilitas Kesehatan Ketersedian fasilitas kesehatan merupakan salah satu gambaran derajat kesehatan masyarakat. Pola dan kecenderungan masyarakat untuk menggunakan pilihannya terhadap fasilitas yang ada dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pendapatan yang relatif tinggi, tingkat kekronisan suatu penyakit dan juga didukung oleh kesadaran akan pentingnya kesehatan. Gambar 6. Persentase Penduduk Kota Kediri Menurut Penggunaan Fasilitas Kesehatan Tahun 2014
Selama tahun 2014, masyarakat di Kota Kediri memiliki kecenderungan menggunakan
jenis
fasilitas
kesehatan
puskesmas/puskesmas
pembantu
dibandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh angka 40,50 persen (Gambar 6). Selain puskesmas/puskesmas pembantu, fasilitas kesehatan lainnya yang juga banyak diminati oleh masyarakat di Kota Kediri yaitu praktek dokter/poliklinik dengan persentase yang tidak jauh berbeda dengan penggunaan puskesmas/puskesmas pembantu yaitu sebesar 37,68 persen. Berbeda halnya dengan Kota Kediri, masyarakat di Jawa Timur lebih memilih jenis fasilitas kesehatan praktek tenaga kesehatan (Nakes) yaitu 36,52 persen. Sementara untuk penggunaan jenis fasilitas kesehatan praktek dokter/poliklinik merupakan pilihan kedua setelah praktek nakes, yaitu sekitar 28,84 persen,
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
32
sedangkan pada jenis fasilitas kesehatan puskesmas/puskesmas pembantu sekitar 21,24 persen (Gambar 6.)
3.2.5. Keluarga Berencana (KB) Seperti telah diketahui bersama bahwa Gerakan KB yang awalnya dimulai dengan Program KB secara perlahan-lahan diharapkan akan menuju pada suatu kebutuhan yang sifatnya mendasar dalam suatu keluarga, yang pada akhirnya gerakan KB secara keseluruhan akan menjadi KB Mandiri. Gambar 7. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut Keikutsertaan Penggunaan Alat/Cara KB Tahun 2014
Namun sebagaimana diketahui pula bahwa dampak krisis ekonomi yang kemudian meluas menjadi krisis multidimensi tidak dapat dipungkiri telah memberikan dampak negatif terhadap gerakan KB yang selama ini dirasakan sangat besar manfaatnya. Kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok juga diikuti oleh kenaikan harga bahan dan alat KB sehingga tidak dapat dijangkau lagi oleh daya beli sebagian penduduk, yang selanjutnya diduga akan berpengaruh terhadap jumlah akseptor KB. Berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2014, persentase penduduk perempuan usia 1549 tahun yang pernah kawin dan menggunakan alat/cara KB sebesar 81,23, dan
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
33
sisanya 18,77 persen tidak pernah menggunakan alat/cara KB, seperti terlihat pada Gambar 7. Penduduk perempuan yang pernah menggunakan alat/cara KB tidak selamanya menggunakan KB, sebab dimungkinkan pada saat tertentu dapat saja melepas/menghentikan penggunaan KB karena ingin mendapat keturunan, atau karena merasa tidak cocok dengan alat/cara KB yang digunakan atau karena alasan lainnya. Berdasarkan hasil SUSENAS 2014 dari wanita yang pernah menggunakan alat/cara
KB
diketahui
bahwa
sekitar
60,53
persen
diantaranya
sedang
menggunakan alat/cara KB pada saat survei dilakukan, sedangkan wanita yang tidak menggunakan lagi sebesar 20,70 persen (Gambar 7). Jumlah akseptor KB tahun 2014 di Kota Kediri dibandingkan dengan Jawa Timur umumnya selisih 2,43 persen, atau Kota Kediri sebesar 81,23 persen dan Jawa Timur sebesar 83,66 persen. Dari sejumlah aseptor KB di Jawa Timur tersebut 65,33 persen tergolong masih menggunakan KB dan 18,33 persen tidak menggunakan lagi (Gambar 7). Gambar 8. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut Jenis Alat/Cara KB yang Digunakan Tahun 2014
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
34
Berdasarkan jenis alat/cara KB, jenis Suntikan KB merupakan yang paling banyak digunakan oleh para akseptor KB, baik itu oleh masyarakat di Kota Kediri maupun masyarakat di Jawa Timur umumnya, tercatat 45,85 persen untuk Kota Kediri dan 57,81 persen Jawa Timur. Kemudian jenis alat/cara KB yang diminati berikutnya yaitu Pil KB, sebesar 21,79 persen di Kota Kediri dan 22,20 persen di Jawa Timur. Jenis alat/cara KB lainnya seperti MOW/tubektomi, AKDR/iud/spiral dan Susuk KB/norplan/implanon/alwalit yang digunakan oleh aseptor KB sekitar 4-13 persen. Sementara pada jenis alat/cara KB yang lainnya seperti MOP/vasektomi, Kondom/karet KB, Intervag/tisue, Kondom wanita dan cara Tradisional masih berada dibawah kisaran 4 persen. Secara umum persentase penggunaan alat/cara KB disajikan pada Gambar 8. 3.3 Pendidikan Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan, karena manusia adalah faktor produksi aktif, sedangkan sumber daya alam merupakan faktor produksi yang bersifat pasif. Untuk mengelola sumber daya alam yang tersedia diperlukan sumber daya manusia yang memadai. Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka perkembangan dan peningkatan sumber daya manusia mutlak diperlukan untuk menjamin keberhasilan dan kesinambungan pembangunan.
Untuk maksud tersebut maka faktor pendidikan semakin besar
peranannya. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, oleh karenanya kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan.
Pentingnya pendidikan tercermin dalam
UUD'45 dan GBHN, adanya pernyataan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan, yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian maka sangat dirasakan bahwa pendidikan mempunyai andil yang sangat besar terhadap kemajuan kesejahteraan penduduk. Masalah pendidikan telah mendapat perhatian khusus oleh pemerintah, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada pendidikan dasar pemerintah telah menyiapkan sarana pendidikan melalui pembangunan sekolahsekolah inpres untuk meningkatkan pemerataan pendidikan sampai ke pelosok daerah pedesaan. Program tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan program wajib
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
35
belajar pendidikan dasar 6 tahun yang membebaskan biaya sekolah berupa SPP kepada anak-anak yang berada pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk membantu agar penduduk yang kurang mampu tetap dapat menyekolahkan anak-anaknya tanpa dibebani oleh pengeluaran biaya pendidikan. Selanjutnya program tersebut dimantapkan lagi dengan program wajib belajar pendidikan
dasar
9
tahun,
sebagai
payung
hukumnya
pemerintah
telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2008, bahwasannya setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Sementara pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Sebab wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
3.1.1. Partisipasi Pendidikan Hasil Susenas 2014 menunjukkan di Kota Kediri masih ada sekitar 1,44 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 1,13 persen. Sementara itu penduduk yang masih sekolah sebesar 21,59 persen, dan sisanya sekitar 76,97 persen tidak sekolah lagi (Tabel 7). Dari 21,59 persen penduduk berumur 10 tahun ke atas yang masih sekolah, ada sekitar 7,23 persen masih sekolah SD, pada tingkat SLTP sebesar 5,08 persen, SMU/SMK 4,95 persen, dan Perguruan Tinggi 4,33 persen. Dan jika partisipasi sekolah ini dilihat berdasarkan jenis kelamin, dari Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa partisipasi sekolah laki-laki secara keseluruhan relatif sama dengan perempuan. Tidak terlihat lagi adanya gejala perbedaan jenis, yang mana peluang penduduk perempuan untuk memperoleh pendidikan sama dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terjadi kesetaraan gender dalam bidang pendidikan, mulai dari tingkat SD bahkan sampai pada tingkat perguruan tinggi.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
36
Tabel 7. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2013-2014 Jenis Kelamin Laki-laki
Status Pendidikan
2013
2014
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0.03
0.40
2.21
2.46
1.13
1.44
20.25
21.67
19.58
21.50
19.92
21.59
- SD
6.74
8.06
6.41
6.40
6.58
7.23
- SLTP
5.88
4.98
5.65
5.17
5.76
5.08
- SMU/SMK
4.05
4.67
3.27
5.23
3.66
4.95
- Dipl.I – Univ.
3.58
3.96
4.25
4.70
3.92
4.33
Tidak Sekolah Lagi
79.72
77.92
78.21
76.04
78.96
76.97
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
(1) i. Tidak/Belum Pernah Sekolah ii.
iii.
Laki-laki + Perempuan
Perempuan
Masih Sekolah
Jumlah
Tabel 7, juga memberikan gambaran bahwa, tingkat partisipasi sekolah mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat pendidikan, jadi semakin tinggi tingkat pendidikan maka partisipasi sekolah semakin rendah dan sebaliknya. Bebarapa faktor yang diduga menyebabkan hal tersebut diantaranya: a. Sarana pendidikan, dalam hal ini menyangkut ketersediaannya, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan jumlah sarananya semakin sedikit dan biasanya terkonsentrasi pada daerah-daerah perkotaan, sehingga memerlukan transportasi dan bahkan tempat kost agar bisa lebih dekat dengan sekolah. b. Kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah, berdampak pada dua hal, yaitu: pertama, walaupun telah diupayakan sedemikian rupa oleh pemerintah untuk meringankan biaya pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan SD dan SLTP dengan menghapuskan pungutan SPP, tetapi pada kenyataannya masih sangat banyak biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya; kedua, kemampuan ekonomi rumah tangga yang relatif masih rendah mendorong orang tua/atau bahkan anak yang bersangkutan untuk ikut
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
37
terjun ke dalam dunia kerja guna membantu menambah pendapatan rumah tangga. c. Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan khususnya sampai pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi masih perlu lebih ditanamkan. Hal ini di samping berkaitan dengan masalah ekonomi juga sangat berkaitan dengan masalah budaya. Indikator paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK). APK sebagai ukuran keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. Pada tahun 2014, APK jenjang Sekolah Dasar (SD) sebesar 108,38 persen, artinya terdapat 108,38 persen penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah SD. Sementara APK jenjang SLTP sebesar 95,25 persen dan APK jenjang SLTA sebesar 72,53 persen, dan APK jenjang perguruan tinggi (PT) sebesar 42,58 persen. Banyaknya anak-anak usia di atas 12 tahun yang masih sekolah di tingkat SD atau anak-anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD menyebabkan persentase APK jenjang SD ini melebihi 100 persen (Gambar 9). Gambar 9. Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Kota Kediri Menurut Jenjang PendidikanTahun 2014
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
38
Indikator lain yang biasa digunakan untuk mengetahui partisipasi sekolah dalam suatu wilayah yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS menunjukkan seberapa
besar
penduduk
usia
sekolah
yang
sedang
bersekolah,
dan
pemerataan/akses pendidikan. Pada tahun 2014, angka APS usia (7-12 tahun) sebesar 98,81 persen. Ini berarti bahwa terdapat 98,81 persen penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah hampir tidak ada penduduk usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah, sedangkan sisanya 1,19 persen merupakan penduduk yang belum sekolah dan tidak bersekolah lagi. Namun untuk APS usia (13-15 tahun) sebesar 52,55 persen, APS usia (16-18 tahun) sebesar 83,10 persen dan APS usia (19-24 tahun) sebesar 30,19 persen (Gambar 10). Gambar 10. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Kota Kediri Menurut Kelompok Umur Tahun 2014
Apabila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka sebagai ukuran proporsi anak yang bersekolah tepat waktu digunakan indikator Angka Partisipasi Murni (APM). Besarnya APM jenjang SD diperoleh 98,81 persen, artinya terdapat 98,81 persen penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di jenjang SD. Kemudian APM jenjang SLTP sebesar 87,94 persen, APM jenjang SLTA sebesar 69,64 persen, dan APM jenjang PT sebesar 28,25 persen (Gambar 11).
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
39
Gambar 11. Angka Partisipasi Murni (APM) Penduduk Kota Kediri Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014
Jika kedua indikator APK dan APM ini dikaitkan maka akan diperoleh selisih, selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu. Seorang anak usia 6 tahun bersekolah di SD kelas 1 tidak akan masuk dalam penghitungan APM karena usianya lebih rendah dibanding kelompok usia standar SD yaitu 7-12 tahun. 3.1.2. Angka Melek Huruf Angka melek huruf (dapat membaca dan menulis) adalah merupakan refleksi dari partisipasi pendidikan oleh penduduk pada masa lampau. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) khususnya peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya di Kota Kediri Tahun 2014 paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain se Karesidenan Kediri, ditunjukkan dengan angka melek huruf sebesar 97,04 persen. Jadi setiap 100 penduduk usia 10 tahun ke atas masih ada sekitar 3 penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pembahasan sebelumnya yaitu masih terdapat sekitar 1,44 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
40
Tabel 8. Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun Ke Atas Se Karesidenan Kediri Tahun 2013-2014 Jenis Kelamin Laki-laki
Kabupaten/Kota
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
2013
2014
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Tulungagung
98.12
96,66
92.97
97,26
95.46
96,97
Kabupaten Blitar
95.86
94,19
91.47
90,24
93.66
92,21
Kabupaten Kediri
97.00
94,54
90.91
91,78
93.95
93,16
Nganjuk
96.76
94,74
86.25
88,76
91.45
91,71
Kota Kediri
99.77
96,35
96.70
96,24
98.22
97,04
Kota Blitar
98.84
97,66
95.89
95,01
97.34
95,67
JAWA TIMUR
95.20
94,51
87.88
90,04
91.47
92,23
(1)
3.1.3. Tingkat Pendidikan Indikator lain dalam bidang pendidikan yang dapat menjadi ukuran besarnya peluang/kesempatan penduduk untuk mengenyam pendidikan pada suatu tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk pada suatu daerah mencerminkan kualitas SDM daerah tersebut. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan mengasumsikan bahwa semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya melalui pendidikan yang dijalaninya, dengan demikian kualitas SDMnya diharapkan lebih baik dibandingkan penduduk dengan pendidikan yang rendah. Jumlah penduduk Kota Kediri berumur 15 tahun ke atas pada tahun 2014 yang menamatkan pendidikan SMU/sederajat menempati posisi tertinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, yaitu 24,95 persen. Sementara jumlah penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan SD/sederajat sebesar 19,89 persen, SLTP/sederajat 19,33 persen, SMK/sederajat 8,99 persen, dan Perguruan Tinggi sebesar 12,50 persen baik itu diploma I, II, III, IV, maupun Sarjana dan Pasca Sarjana.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
41
Kondisi penduduk Kota Kediri ini berbeda dengan Jawa Timur umumnya, sebagian besar penduduk di Jawa Timur adalah tamat SD/sederajat atau sekitar 29,15 persen, sedangkan tamat SLTP/sederajat sebesar 17,89 persen, SMU/sederajat 13,86 persen, SMK/sedrajat 5,90 persen dan Tamat Perguruan Tinggi sebesar 5,41 persen. Tabel 9. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2014 Jenis Kelamin Jenis Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Kota Kediri
Jawa Timur
Kota Kediri
Jawa Timur
(2)
(3)
(4)
(5)
0,40
4,10
2,46
Tidak Tamat SD
11,35
19,96
SD/sederajat
18,06
SLTP/sederajat
(1)
Laki-laki + Perempuan Kota Jawa Kediri Timur (6)
(7)
10,99
1,44
7,61
14,45
20,39
12,91
20,18
29,44
21,69
28,87
19,89
29,15
18,32
18,28
20,31
17,52
19,33
17,89
SMU/sederajat
26,60
15,17
23,32
12,60
24,95
13,86
SMK/sederajat
12,54
7,58
5,49
4,29
8,99
5,90
Perguruan Tinggi
12,72
5,48
12,27
5,34
12,50
5,41
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Jumlah
Di Kota Kediri masih ada sekitar 13 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak tamat SD/sederajat, dan sebanyak 1 persen penduduknya yang tidak/belum pernah sekolah, (Tabel 9). Kedua angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Timur. Jumlah penduduk di Jawa Timur usia 15 tahun ke atas yang tidak tamat SD/sederajat sekitar 20 persen, dan penduduk yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 8 persen. Sebagai gambaran jumlah penduduk dengan ijazah di masing-masing jenjang sekolah disajikan pada Gambar 12. Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, pada tingkat SMK/sederajat terlihat mencolok. Jumlah penduduk laki-laki yang menamatkan SMK/sederajat sekitar 13 persen dan penduduk perempuan sekitar 6 persen.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
42
Gambar 12. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2014
3.4 Perumahan dan Lingkungan Di samping kebutuhan pangan dan sandang, kebutuhan terhadap perumahan (papan) merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang. Rumah merupakan tempat berteduh dari cuaca panas dan hujan, tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga, tempat menyimpan barang-barang milik keluarga, dan merupakan ciri khas budaya, serta berbagai kegunaan lainnya. Sekelompok penduduk yang membangun rumah akan membentuk lingkungan perumahan yang menimbulkan masalah lingkungan, baik masalah kesehatan maupun interaksi sosial dan budaya di antara penduduknya. Kebutuhan akan perumahan kian bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, terlebih di daerah-daerah perkotaan. Permasalahan yang akhirnya timbul bukan hanya bagaimana membangun perumahan penduduk, tetapi juga bagaimana menyediakan lokasi pemukiman dan fasilitas sosial serta fasilitas lainnya yang tertata secara rapi agar tidak menimbulkan masalah sosial dikemudian hari. Dampak lain yang ditimbulkan oleh pembangunan perumahan yang semakin pesat adalah bergesernya penggunaan lahan yang semula sebagai lahan pertanian secara perlahan-lahan berkurang karena digunakan sebagai daerah pemukiman,
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
43
sehingga akan berdampak negatif pada produksi hasil pertanian. Di samping itu juga akan timbul masalah lingkungan alam yaitu pencemaran terhadap tanah dan air. Untuk meminimalkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari pembangunan perumahan, sangat diperlukan intervensi pemerintah dalam mengatur tata guna lahan agar tercipta keseimbangan antara pemanfaatan dan daya dukung lingkungan yang tersedia. Perumahan dan fasilitas tempat tinggal/rumah merupakan salah satu indikator sosial ekonomi masyarakat yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraannya. Unsur-unsur rumah yang sering menjadi indikator perumahan adalah kualitas dan fasilitas bangunan.
3.4.1. Kualitas Bangunan Melalui survei sosial ekonomi nasional (Susenas) tahun 2014 dikumpulkan beberapa informasi tentang perumahan seperti kondisi/jenis atap, jenis dinding dan lantai rumah yang digunakan oleh rumah tangga. Tabel 10. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota Se Karesidenan Kediri Dan Jenis Atap Rumah Terluas Tahun 2014 Jenis Atap
Kabupaten/Kota (1)
Beton
Genteng
Sirap
Seng
Asbes
Lainnya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Tulungagung
2.09
97.25
0.00
0.00
0.66
0.00
Kabupaten Blitar
2.87
95.54
0.13
0.00
1.33
0.11
Kabupaten Kediri
2.72
96.94
0.00
0.11
0.24
0.00
Nganjuk
1.28
97.29
0.00
0.29
1.15
0.00
Kota Kediri
3.31
92.68
0.00
0.29
3.71
0.00
Kota Blitar
0.91
96.45
0.14
0.32
2.07
0.00
JAWA TIMUR
2.41
93.81
0.06
0.43
3.20
0.04
Dari survei tersebut diperoleh hasil bahwa sekitar 93 persen rumah tangga di Kota Kediri menempati rumah beratap genteng, sekitar 4 persen beratap asbes, dan 3 persen beratap beton. Kondisi atap rumah di sebagian besar rumah tangga di Kota
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
44
Kediri juga sama dengan dengan yang ada di kabupaten/kota lainnya se Karesidenan Kediri, yaitu jumlah rumah tangga yang menempati rumah beratap genteng cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis atap lainnya, rata-rata lebih dari 94 persen (Tabel 10). Selain atap, kualitas bangunan juga dapat dilihat dari jenis dindingnya. Hampir seluruh rumah tangga di Kota Kediri menempati bangunan dengan jenis dinding tembok, yaitu sekitar 98 persen, sedangkan rumah tangga yang tinggal pada bangunan dengan diding kayu hanya sekitar 1 persen, dan dinding bambu juga sekitar 1 persen. Hal yang sama juga terjadi di kabupaten/kota se Karesidenan Kediri yang hampir seluruh rumah tangganya menempati bangunan dengan dinding tembok (Tabel 11). Bahkan di Jawa Timur pun terjadi hal yang sama, sekitar 83 persen rumah tangganya menempati bangunan dengan dinding tembok, sedangkan yang menempati bangunan berdiding kayu hanya 9 persen dan bambu 6 persen. Tabel 11. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota Se Karesidenan Kediri dan Jenis Dinding Rumah Terluas Tahun 2014 Jenis Dinding
Kabupaten/Kota Tembok
Kayu
Bambu
Lainnya
(2)
(3)
(4)
(5)
Tulungagung
91.22
1.02
7.09
0.67
Kabupaten Blitar
92.43
2.55
4.71
0.31
Kabupaten Kediri
97.07
0.90
1.86
0.16
Nganjuk
87.78
9.03
3.19
0.00
Kota Kediri
98.00
0.78
1.03
0.19
Kota Blitar
97.58
0.16
2.27
0.00
JAWA TIMUR
83.22
9.23
6.40
1.15
(1)
Kualitas bangunan lainnya yaitu dari sisi lantai, sebagian besar bangunan yang dihuni oleh rumah tangga di Kota Kediri berlantai keramik, yaitu sekitar 65 persen. Jenis bangunan di Kota Kediri dengan lantai semen juga masih cukup tinggi, ada sekitar 26 persen. Sementara bangunan berlantai tegel/teraso hanya sekitar 7 persen
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
45
dan tanah 1 persen. Kondisi bangunan dengan lantai keramik juga terjadi pada sebagian besar rumah tangga di Jawa Timur umumnya, yaitu sekitar 48 persen. Dan sisanya 29 persen berlantai semen, 12 persen tanah, 10 persen tegel/teraso, dan 1 persen berlantai kayu atau lainnya (Gambar 13). Gambar 13. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Rumah Terluas Tahun 2014
Dari beberapa indikator perumahan yang dipantau dalam SUSENAS (Tabel 10, Tabel 11, dan Gambar 13.) dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi perumahan di Kota Kediri relatif lebih baik daripada di Jawa Timur. 3.4.2. Fasilitas Perumahan Indikator-indikator fasilitas perumahan meliputi rumah tangga pengguna listrik, pengguna air bersih, dan fasilitas/tempat buang air besar. Indikator-indikator tersebut disamping sebagai salah satu indikator tingkat sosial ekonomi, juga berkaitan erat dengan masalah kesehatan lingkungan.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
46
Tabel 12. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Tahun 2013-2014 Kota Kediri
Sumber Penerangan
Jawa Timur
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
100.00
99.81
98.77
98.77
Listrik Non PLN
0.00
0.00
0.93
0.92
Petromak/Aladin
0.00
0.00
0.04
0.05
Pelita/Sentir/Obor
0.00
0.00
0.14
0.14
Lainnya
0.00
0.19
0.12
0.11
(1) Listrik PLN
Hasil Susenas 2014 menunjukkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Kota Kediri menggunakan listrik sebagai sumber penerangan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan daerah
lainnya di Jawa Timur dengan rata-rata rumah tangga
pengguna listrik sebesar 98,77 persen (Tabel 12). Tabel 13. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2013-2014 Kota Kediri
Sumber Air Minum
Jawa Timur
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
26.40
28.80
20.90
23.24
Leding
2.85
3.24
11.59
9.05
Pompa
62.44
58.33
23.66
23.98
Sumur Terlindung
8.18
9.63
27.09
26.44
Mata Air Terlindung
0.11
0.00
11.76
12.39
Lainnya
0.00
0.00
4.99
4.90
(1) Air Kemasan
Catatan: Lainnya termasuk di dalamnya yaitu sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, air hujan, dll.
Fasilitas perumahan lainnya yaitu sumber air minum, di Kota Kediri tercatat sebagian besar rumah tangganya menggunakan sumur pompa yaitu 58 persen, sedangkan rumah tangga yang menggunakan air kemasan sebanyak 29 persen, sumur terlindung 10 persen, leding 3 persen, dan mata air terlindung 0 persen. Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
47
Berbeda dengan kondisi Jawa Timur, sebagian besar rumah tangganya menggunakan sumur terlindung sebagai sumber air minum, yaitu 26 persen, sedangkan sumur pompa tidak jauh berbeda yaitu sekitar 24 persen. Kemudian untuk jumlah rumah tangga dengan jenis sumber air minum kemasan yaitu sekitar 23 persen, mata air terlindung 12 persen, leding 9 persen dan lainnya (sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, air hujan) sebesar 5 persen (Tabel 13). Sementara itu, fasilitas lain seperti tempat buang air besar, di Kota Kediri mayoritas rumah tangganya menggunakan jenis leher angsa, yaitu sekitar 95 persen, dan hanya 3 persen yang menggunakan plengsengan, dan 1 persen jenis cemplung/jubluk. Pada umumnya rumah tangga di Jawa Timur juga menggunakan jenis leher angsa sebagai tempat pembuangan tinja, yaitu sekitar 85 persen, sedangkan sisanya 11 persen menggunakan cemplung/jubluk, 4 persen jenis plengsengan dan hampir 0 persen jenis tempat buang air besar lainnya, (Gambar 14). Gambar 14. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Tempat Buang Air Besar Tahun 2014
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
48
3.5 Pengeluaran/Konsumsi Tingkat kesejahteraan (bidang ekonomi) suatu rumah tangga atau penduduk dapat dilihat melalui besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh rumah tangga atau penduduk yang bersangkutan. Namun data yang akurat tentang besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh penduduk sangat sulit diperoleh. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui besar kecilnya pendapatan penduduk yaitu melalui pendekatan konsumsi/pengeluaran yang diperoleh dari SUSENAS. Semakin tinggi pengeluaran penduduk baik untuk konsumsi makanan maupun non makanan berarti pendapatan penduduk tersebut juga semakin tinggi, yang mana dapat mencerminkan semakin baiknya tingkat kesejahteraan penduduk yang bersangkutan. 3.5.1 Pengeluaran per Kapita Tingkat pengeluaran penduduk Kota Kediri sangat bervariasi, hal ini terutama dipengaruhi
oleh
pendapatan
penduduknya.
Untuk
memudahkan
dalam
penjelasannya maka perlu pengelompokan pengeluaran. Berikut diberikan Tabel 14 yang merupakan pengelompokan pengeluaran per kapita sebulan, dan terbagi dalam delapan kelompok pengeluaran seperti terlihat di bawah ini. Tabel 14. Persentase Pengeluaran Penduduk per Kapita per Bulan Se Karesidenan Kediri Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2014 Kelompok Pengeluaan (Rupiah) Kabupaten/ Kota
< 100.000
100.000 199.999
200.000 299.999
300.000 499.999
500.000 749.999
750.000 999.999
1.000.000 Ke Atas
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Tulungagung
0.00
1.60
17.47
38.65
22.68
10.39
9.21
Kab. Blitar
0.00
1.00
16.00
35.36
23.35
12.12
12.17
Kab. Kediri
0.00
3.26
19.60
39.41
20.92
7.48
9.34
Nganjuk
0.00
2.08
20.52
39.66
20.27
7.96
9.51
Kota Kediri
0.00
0.00
3.46
31.28
29.39
12.36
23.50
Kota Blitar
0.00
0.00
5.01
28.86
20.85
12.37
32.91
JAWA TIMUR
0.00
0.70
14.30
35.55
22.71
11.29
14.45
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
49
Pengeluaran penduduk per kapita per bulan di Kota Kediri terpusat pada kelompok pengeluaran 300.000-499.999 Rupiah per bulan, atau sebanyak 31 persen. Namun persentase pengeluaran penduduk per kapita per bulan pada kelompok pengeluaran ini tidak jauh berbeda dengan penduduk yang memiliki pengeluaran pada kelompok pengeluaran 500.000-749.999 Rupiah, yaitu sekitar 29 persen. Berikutnya yaitu memusat pada kelompok pengeluaran 1.000.000 ke atas yaitu sebesar 24 persen, pada kelompok 750.000-999.999 Rupiah sebesar 12 persen dan pada kelompok 200.000-299.999 Rupiah sebesar 4 persen. Sehingga bisa diartikan bahwa persentase penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah 200.000 Rupiah sudah tidak ada lagi di Kota Kediri. Secara umum pengeluaran per kapita penduduk di Jawa Timur juga berada pada
kelompok
pengeluaran
persentasenya sekitar 36.
300.000-499.999
Rupiah
per
bulan,
dengan
Distribusi secara keseluruhan pengeluaran per kapita
penduduk per bulan se Karesidenan Kediri dan Jawa Timur disajikan pada Tabel 12. 3.5.2. Pengeluaran Konsumsi Makanan Pengeluaran penduduk dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok makanan dan kelompok bukan makanan. Dari hasil pengolahan Susenas 2014, rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Kota Kediri untuk kelompok makanan sebesar 44,87 persen, sisanya 53,67 persen untuk konsumsi non makanan (Gambar 15). Gambar 15. Persentase Rata-rata Pengeluaran per Kapita per Bulan Tahun 2014
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
50
Pada kelompok pengeluaran makanan, persentase tertinggi berada pada jenis makanan dan minuman jadi, yaitu sekitar 33 persen. Persentase tertinggi berikutnya ditempati oleh jenis pengeluaran padi-padian yaitu 12 persen, tembakau & sirih sebesar 8,25 persen, Telur dan Susu sebesar 8,16 persen, dan Sayur-sayuran 7,01 persen. Sementara untuk jenis pengeluaran lainnya yang termasuk dalam kelompok makanan ini masih berada di bawah kisaran 6 persen (Tabel 15). Tabel 15. Rata-rata Pengeluaran Makanan per Kapita per Bulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2014 Kota Kediri
Jenis Pengeluaran
Jawa Timur
Rupiah
%
Rupiah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
Padi-padian
42 653
11.78
53 141
15.91
Umbi-umbian
2 717
0.75
1 830
0.55
Ikan
16 556
4.57
20 050
6.00
Daging
18 733
5.17
12 609
3.78
Telur dan Susu
29 562
8.16
20 683
6.19
Sayur-sayuran
25 375
7.01
23 793
7.12
Kacang-kacangan
15 022
4.15
14 809
4.43
Buah-buahan
22 321
6.16
14 997
4.49
Minyak dan lemak
14 639
4.04
12 689
3.80
(1)
Bahan minuman
12 609
3.48
12 951
3.88
Bumbu-bumbuan
6 390
1.76
7 248
2.17
Konsumsi Lainnya
7 563
2.09
6 897
2.07
118 156
32.62
92 520
27.71
29 895
8.25
39 729
11.90
362 192
100.00
333 945
100.00
Makanan & Minuman Jadi Tembakau & Sirih Jumlah
Hal ini juga terjadi pada penduduk Jawa Timur umumnya, rata-rata pengeluaran makanan per kapita tertinggi juga berada pada jenis makanan dan minuman jadi yaitu hampir 28 persen, dan terbesar berikutnya yaitu jenis padi-padian
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
51
sebesar 16 persen, tembakau & sirih sebesar 11,90 persen dan jenis sayur-sayuran sebesar 7,12 persen (Tabel 15). Namun secara absolut, rata-rata pengeluaran makanan per kapita per bulan untuk Kota Kediri sebesar 362.192 Rupiah. Angka ini masih berada di atas Jawa Timur umumnya dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya sekitar 333.945 Rupiah, dengan kata lain ada selisih 28.247 Rupiah. 3.5.3. Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Rata-rata pengeluaran non makanan per kapita di Kota Kediri tahun 2014 terpusat pada jenis Aneka barang dan jasa, yaitu hampir 42 persen (Tabel 16.). Jenis pengeluaran terbesar berikutnya yaitu perumahan dan fasilitas rumah tangga sebesar 40 persen. Sementara pada pengeluaran non makanan lainnya masih berada di bawah 6 persen. Kondisi ini juga secara umum dialami oleh kabupaten/kota di Jawa Timur, jenis pengeluaran juga terpusat pada Aneka Barang dan Jasa yaitu sekitar 39 persen, Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga sekitar 36 persen. Sementara untuk jenis pengeluaran Barang Tahan Lama sebesar 12 persen, dan pengeluaran non makanan lainnya masih di bawah 6 persen. Tabel 16. Rata-rata Pengeluaran BUkan Makanan per Kapita per Bulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2014 Kota Kediri
Jenis Pengeluaran (1) Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga Aneka Barang dan Jasa Pakaian, Alas Kaki, dan Tutup Kepala Barang Tahan Lama Pajak dan Asuransi Keperluan Pesta dan Upacara Jumlah
Jawa Timur
Rupiah
%
Rupiah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
176 070
39.57
122 573
35.98
184 741
41.52
133 883
39.30
27 575
6.20
21 221
6.23
28 660
6.44
40 050
11.76
21 512
4.83
12 661
3.72
6 400
1.44
10 247
3.01
444 957
100.00
340 635
100.00
Pada tahun 2014 rata-rata pengeluaran absolut pada kelompok bukan makanan per kapita per bulan di Kota Kediri sebesar 444.957 Rupiah, dan masih Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
52
lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur dengan rata-rata pengeluarannya sebesar 340.635 Rupiah (Tabel 16). Secara ekonomi terdapat hubungan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk semakin tinggi pula persentase pengeluaran untuk konsumsi non makanan. Sebaliknya jika pendapatan semakin rendah maka persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan semakin tinggi, bahkan pada kondisi rumah tangga tertentu hampir semua pendapatannya dikeluarkan untuk pemenuhan konsumsi makanan. 3.6 Tenaga Kerja Istilah tenaga kerja yang digunakan dalam konsep ketenagakerjaan adalah seluruh penduduk yang secara potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Biasanya di negara-negara maju penduduk yang digolongkan dalam tenaga kerja adalah penduduk berumur 15-64 tahun. Di Indonesia pun juga menggunakan konsep umur yang sama, meskipun realitanya anak-anak umur 10-14 tahun yang bekerja sangat banyak jumlahnya dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian. Keadaan perekonomian yang kurang menentu saat ini sangat berpengaruh terhadap masalah ketenagakerjaan, kemampuan dunia usaha semakin melemah sehingga dilakukan langkah-langkah kebijaksanaan untuk merumahkan sebagian karyawan dan bahkan dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kondisi
demikian banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor industri, konstruksi dan jasa swasta. Situasi ketenagakerjaan di Kota Kediri sangat rentan menghadapi kondisi perekonomian saat ini, mengingat umumnya lapangan usaha di daerah perkotaan secara langsung terkena dampak krisis ekonomi yang sedang berlangsung, kecuali sektor jasa pemerintah.
3.6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) digolongkan sebagai: (i) angkatan kerja bila mereka bekerja atau mencari pekerjaan, dan (ii) bukan angkatan kerja bila mereka sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Banyaknya penduduk usia kerja yang berada pada golongan angkatan kerja menggambarkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Pada tahun 2014 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
53
Kota Kediri tercatat sebesar 79,80 persen untuk laki-laki dan 55,98 persen untuk perempuan, sehingga TPAK secara umum sekitar 67,77 persen.
Ini berarti dari
setiap 100 orang penduduk laki-laki di Kota Kediri yang berumur 15 tahun ke atas terdapat sekitar 80 orang yang termasuk dalam angkatan kerja dan sisanya 20 orang tergolong dalam bukan angkatan kerja. Sementara itu untuk penduduk perempuan terdapat sekitar 56 orang yang tergolong angkatan kerja dari setiap 100 orang penduduk perempuan yang berusia 15 tahun ke atas. Tabel 17. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu Tahun 2014 Kota Kediri Kegiatan Seminggu yang Lalu (1)
Jawa Timur
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
(2)
(3)
(4)
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
(5)
(6)
(7)
a. Angkatan Kerja
84 768
60 658
145 426
12 098 291
8 051 707
20 149 998
1. Bekerja
77 652
56 641
134 293
11 577 438
7 729 070
19 306 508
2. Pengangguran Terbuka
7 116
4 017
11 133
520 853
322 637
843 490
- Pernah Bekerja
4 064
1 230
5 294
279 836
141 507
421 343
3 052
2 787
5 839
241 017
181 130
422 147
21 458
47 690
69 148
2 337 067
7 091 617
9 428 684
11 565
12 599
24 164
1 177 453
1 140 685
2 318 138
1 673
30 710
32 383
328 771
5 396 341
5 725 112
8 220
4 381
12 601
830 843
554 591
1 385 434
106 226
108 348
214 574
14 435 358
15 143 324
29 578 682
91.61
93.38
92.34
95.69
95.99
95.81
8.39
6.62
7.66
4.31
4.01
4.19
79.8
55.98
67.77
83.81
53.17
68.12
- Tidak Pernah Bekerja b. Bukan Angkatan Kerja 1. Sekolah 2. Mengurus Rumah Tangga 3. Lainnya Jumlah Penduduk Usia Kerja (a+b) % Bekerja Terhadap Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % Angkatan Kerja Terhadap Penduduk (TPAK)
Tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk laki-laki jauh lebih tinggi dari tingkat partisipasi angkatan kerja wanita. Hal ini dapat dimaklumi bahwa penduduk
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
54
laki-laki mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk mencari nafkah terutama dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga dibandingkan dengan penduduk wanita. Apabila dibandingkan dengan Propinsi Jawa Timur, secara umum TPAK Kota Kediri cenderung lebih rendah (Tabel 15.). Hal ini dapat dijelaskan bahwa sebagian penduduk usia kerja yang tergolong dalam bukan angkatan kerja di Kota Kediri diantaranya ada sekitar 11,26 persen sedang bersekolah, sedangkan untuk penduduk Jawa Timur yang sedang bersekolah sebesar 7,83 persen.
3.6.2. Pengangguran Pengangguran adalah salah satu masalah kependudukan yang sangat kompleks dan memerlukan kebijaksanaan lintas sektor untuk penanggulangannya. Rendahnya kesempatan memperoleh pekerjaan pada satu sisi, dan di sisi yang lain terjadi pertambahan jumlah penduduk usia kerja yang masih cukup tinggi mengakibatkan jumlah pengangguran dari tahun ke tahun akan terakumulasi semakin tinggi. Pada tahun 2014 tingkat pengangguran terbuka (Unemployment Rate) di Kota Kediri tercatat sebesar 7,66 persen dengan komposisi untuk laki-laki sebesar 8,39 persen dan perempuan sebesar 6,62 persen (Tabel 18). Sementara di Jawa Timur tingkat pengangguran terbuka sekitar 4,19 persen, yang terbagi dalam jenis laki-laki sebesar 4,31 persen dan perempuan 4,01 persen. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Kediri jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat dengan Jawa Timur (Tabel 18.), hal ini diduga karena di daerah perkotaan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan jauh lebih sulit dari pada di daerah pedesaan. Jawa Timur sebagian besar penduduknya bekerja di sektor Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan yaitu sekitar 16 persen (Sakernas 2014), sedangkan jumlah penduduk Kota Kediri yang bekerja pada sektor ini hanya 2 persen. Pencari kerja di daerah pedesaan akan lebih mudah mendapat pekerjaan mengingat lapangan usaha pada sektor pertanian dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Di sisi lain banyak terjadi urbanisasi ke daerah kota yang tujuan utamanya hanya untuk mencari pekerjaan. Pada tahun 2014 sebagian besar penduduk Kota Kediri bekerja pada sektor usaha perdagangan besar, perdagangan eceran, rumah makan dan hotel, yaitu sejumlah 57.455 orang atau 42,78 persen, meningkat 4,43 persen poin atau sebesar
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
55
11,55 persen pada tahun 2013. Kemudian jumlah penduduk yang terserap oleh sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sejumlah 28.242 orang atau 21,03 persen, dan lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 24,31 persen. Tabel 18. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2013-2014 Jenis Kelamin Lapangan Pekerjaan Utama (1) Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bangunan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Jumlah
Laki-laki
Laki-laki + Perempuan
Perempuan
2013
2014
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
1 275
2 607
0
375
274
0
0
0
10 397
8 938
9 749
10 066
0
854
0
0
6 652
12 249
220
22 184
27 240
8 934
2013
%
2014
(6)
2013
2014
(7)
(8)
(9)
1 275
2 982
1.02
2.22
274
0
0.22
0
20 146 19 004
16.15
14.15
854
0.00
0.64
0
6 872 12 249
5.51
9.12
25 649
30 215
47 833 57 455
38.35
42.78
4 779
1 036
875
9 970
5 654
7.99
4.21
4 703
5 225
3 333
2 628
8 036
7853
6.44
5.85
17 061
15 760
13 268
12 482
30 329 28 242
24.31
21.03
71 480
77 652
53 255
56 641 124 735 134 293
100.00
100.00
0
Pada sektor industri pengolahan sejumlah 19.004 orang atau 14,15 persen, menurun dari tahun 2013 sebesar 2 persen poin atau sebesar 5,67 persen. Rendahnya persentase penduduk yang bekerja pada sektor pertanian di sebabkan karena potensi lahan pertanian di Kota Kediri relatif sedikit, bahkan hanya terdapat pada beberapa kelurahan yang terletak di daerah pinggiran kota. Disamping
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
56
itu penduduk Kota Kediri adalah penduduk yang berorientasi pada sektor perdagangan, industri, dan jasa. Ini juga yang menjadi ciri khas daerah perkotaan bahwa sektor perdagangan, jasa dan industri menjadi primadona kegiatan penduduknya.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
57
BAB IV PENUTUP Penduduk Kota Kediri pada tahun 2014 sejumlah 278.072 jiwa, dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,37. Sementara laju pertumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir 2010-2014 sebesar 0,75 persen per tahun. Berdasarkan umur dan jenis kelamin, penduduk Kota Kediri tergolong penduduk tua. Dari komposisi umur pula diperoleh rasio ketergantungan antara penduduk tidak produktif terhadap penduduk produktif sebesar 42,84 persen. Secara fisik kualitas penduduk dapat dilihat dari tingkat kesehatannya. Beberapa aspek yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai indikator derajat kesehatan masyarakat yang juga merupakan cerminan dari tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain: angka morbiditas, proporsi anak masih hidup, penolong persalinan, status gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang pelaksanaan Wajib Belajar 9 tahun bagi semua warga negara berumur 7-15 tahun, dan adanya kewajiban dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pendidikan dasar tanpa memungut biaya, hal ini telah menyadarkan warga masyarakat untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Dibuktikan dengan tingginya Angka Partisipasi Sekolah (APS) umur 7-12 tahun sebesar 98,81 persen dan APS umur 13-15 tahun sebesar 52,55 persen, sedangkan APS umur 16-18 tahun sebesar 83,10 persen dan APS umur 19-24 tahun sebesar 30,19 persen. Sementara untuk melihat proporsi anak yang bersekolah tepat waktu digunakan indikator Angka Partisipasi Murni (APM). APM untuk jenjang SD sebesar 98,81 persen, SLTP sebesar 87,94 persen, SLTA sebesar 69,64 persen dan PT sebesar
28,25
persen.
Selanjutnya
sebagai
ukuran
keberhasilan
program
pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan digunakan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK). APK jenjang SD sebesar 108,38 persen, APK jenjang SLTP sebesar 95,25 persen, APK jenjang SLTA sebesar 72,53 persen dan APK jenjang PT sebesar 42,58 persen.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
58
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) khususnya peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam membaca dan menulis. Angka melek huruf di Kota Kediri tahun 2014 sebesar 97,04 persen. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk pada suatu daerah mencerminkan kualitas SDM daerah tersebut. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh sebagian besar penduduk Kota Kediri pada tahun 2014 yaitu pendidikan SLTA dengan persentase sebesar 24,95 dan lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Timur umumnya sebesar 13,86 persen pada jenjang yang sama. Dari beberapa indikator perumahan dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi perumahan di Kota Kediri pada tahun 2014 relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi perumahan di Jawa Timur. Pengeluaran per kapita sebagian besar penduduk Kota Kediri bahkan Jawa Timur umumnya selama tahun 2014 berada pada golongan pengeluaran 300.000499.999 Rupiah per bulan.
Proporsi untuk pengeluaran konsumsi di Kota Kediri
untuk makanan sebesar 44,87 persen dan sisanya 55,13 persen bukan makanan. Pada tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kota Kediri tercatat sebesar 67,77 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan Jawa Timur, yaitu 68,12 persen. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya sejumlah penduduk usia kerja di Kota Kediri sebanyak 11,26 persen sedang bersekolah, sedangkan di Jawa Timur yang sedang bersekolah sekitar 7,83 persen. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Kediri tahun 2014 sebesar 7,66 persen, sedikit menurun dari tahun sebelumnya 2013 sebesar 8,00 persen. Angka TPT Kota Kediri ini jauh lebih tinggi atau hampir dua kali lipat dibandingkan angka Jawa Timur dengan kisaran 4,19 persen. Hal ini diduga karena pada daerah perkotaan, kesempatan untuk memperoleh pekerjaan jauh lebih sulit dari pada di daerah pedesaan.
Sebagian besar penduduk Jawa Timur bekerja di sektor
Pertanian, Perburuan, Kehutanan, dan Perikanan, sehingga akan lebih mudah mendapat pekerjaan. Sebaliknya peluang penduduk Kota Kediri bekerja pada sektor pertanian relatif sedikit, karena potensi lahan pertanian hanya terdapat pada beberapa kelurahan yang terletak di daerah pinggiran kota.
Indeks Kesejahteraan Rakyat Kota Kediri 2014
59
DATA MENCERDASKAN BANGSA
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KEDIRI Jl. Penanggungan No. 14 G Kediri, Kode Pos 64117 Telp.0354-773238, Fax.0354-773119 Email:
[email protected]