III 3.1
METODOLOGI
Kerangka Model Pengembangan
budidaya
kopi
melibatkan
banyak
faktor
yang
memberikan hasil keluaran yang optimal dan mampu meningkatkan budidaya kopi secara keseluruhan. Faktor-faktor tersebut berupa rangkaian beberapa model yang terintregrasi untuk menghadapi kendala dan berbagai faktor pemecahan masalah yang kompleks dan dinamis. Kemampuan untuk mengakomodasikan dan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam pengembangan budidaya kopi merupakan sebuah kekuatan yang mutlak dimiliki pada era pembangunan sekarang ini. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan pertanian antara lain petani, kelembagaan petani, pemerintah, sektor swasta dan distributor dengan sistem pemasarannya, serta faktor-faktor lainnya.
Pemerintah mutlak
membuat kebijakan yang tidak hanya berpihak ke bidang pertanian tetapi juga lebih kepada kemampuan untuk menciptakan sistem pertanian dan agroindustri yang adil. Perkembangan teknologi informasi dengan kemampuan pengolahan data yang cepat serta berkembangnya metode pemecahan masalah yang lebih representatif menjadi alasan perencanaan strategi pengembangan budidaya kopi ini dikembangkan dalam sebuah Sistem Manajemen Ahli (SMA) yang berdasarkan pada penggunaan perangkat lunak komputer. SMA ini bertujuan antara lain: 1. Menentukan lokasi potensial dan 2. Menentukan kesesuaian lahan. Manfaat SMA ini diharapkan mampu untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dengan lebih efektif dan efisien dalam segi waktu dan biaya. Gambar 7 berikut ini menyajikan garis besar kerangka model SMA Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya kopi di Provinsi Lampung.
19
Gambar 7. Kerangka Model Sistem Manajemen Ahli (SMA) Penentuan Lokasi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Kopi di Provinsi Lampung SMA tanaman kopi mempunyai 23 syarat tumbuh berkenaan dengan kesesuaian lahan. Empat syarat utama adalah suhu udara berdasarkan tinggi tempat, ketersediaan air yang meliputi curah hujan tahunan rata-rata, jumlah bulan kering, dan kelembaban nisbi (relatif).
Keempat syarat tersebut
merupakan pemberian alam yang tidak dapat dimanipulasi oleh manusia. Tiga syarat lainnya berhubungan dengan lahan gambut, yaitu ketebalan, ketebalan berlapis bahan mineral, dan kematangan juga dapat diabaikan (nilainya di nol-
20
kan), karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Tiga syarat yang berada pada wilayah pasang surut (pantai), yaitu salinitas, alkalinitas/ESP, dan kedalaman sulfidik juga dapat diabaikan karena tidak sesuai dengan tanaman kopi. Sedangkan 13 (tiga belas) syarat lainnya dapat disesuaikan atau diperbaiki agar sesuai dengan syarat tumbuh. Dari model Sistem Manajemen Basis Data, data lokasi dari 5 calon lokasi yang akan dipilih yang berasal dari petani/praktisi berikut data parameternya terlihat di Tabel 4.
Data Karakteristik lahan untuk tanaman kopi Robusta
berasal dari data pakar dan hasil survey tanah. Sedangkan data kesesuaian lahan yang ada di dalam model Sistem Berbasis Aturan terlihat pada Tabel 5. Tabel 4. Data Lokasi Calon Lahan dan Parameter awalnya Kegiatan/ Parameter Luas Lahan Harga Lahan Kondisi Tanaman
Banjarrejo 0,75 – 2,0 Ha 45.000.000 Sudah ada (tua) (peremajaan)
Way Tenong 1,5 Ha 45.000.000 Sudah ada (kondisi bagus)
Perlakuan Peremajaan Perawatan Tanaman 2.000.000 Yang Ada Transportasi 20.000 60.000 ( pp) Pembersihan 4.880.000 4.848.000 Rumput/ Gulma Pemupukan 1.158.000 1.158.000 Ongkos Panen/ 875.000 2.800.000 Pasca Panen Hasil 1.250 kg 2.500 kg Panen/tahun 18.750.000 37.500.000 (Rp 15.000/kg) Keterangan: Biaya dan harga dalam Rupiah
Lokasi Batutegi 1,5 Ha 60.000.000 Sudah ada (kondisi bagus)
Ulubelu 1,5 Ha 60.000.000 Sudah ada (kondisi bagus)
12.000
Muara Dua 2,0 Ha 10.000.000 Belukar/ Campur Penyiapan Lahan 1.000.000 Penanaman Baru 4.000.000 10.000
5.040.000
5.710.000
5.080.000
1.158.000 2.800.000
1.158.000 0
1.158.000 2.800.000
2.500 kg 37.500.000
0
2.500 kg 37.500.000
Perawatan
Perawatan
70.000
Tanaman kopi dengan syarat tumbuh tersebut, ideal ditanam pada daerah kaki pegunungan yang biasanya berupa hutan.
Dengan semakin ketatnya
pengawasan pemerintah terhadap hutan yang tersisa, petani memerlukan teknik pemilihan lahan dan persiapan lahan yang sebaik-baiknya untuk tidak membuang dana yang berlebihan.
Penelitian ini membahas tentang teknik
21
pemilihan lokasi yang paling ekonomis dari beberapa lokasi pilihan dengan Sistem Manajemen Basis Model dan membantu petani menyiapkan lahan yang telah dipilih agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kopi dengan Sistem Berbasis Aturan. Kedua hal tersebut berdasarkan Sistem Manajemen Basis Data. Ketiga sistem tersebut ditangani oleh Pengolah Terpusat. Tabel 5. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi Robusta (Coffea Caephora)
22
Keterangan:
3.2
Kelas S1
Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2
Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukkan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3
Sesuai marjinal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukkan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya batuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
Kelas N
Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Tahapan Pengembangan Sistem manajemen ahli Tujuan utama penelitian ini yang ingin membantu petani agar mudah
untuk menentukan pilihan lahan yang diinginkan dan memperoleh anjuran lanjutan singkat dalam penanganan lahannya. Dengan tujuan tersebut, SMA ini dirancang berupa aplikasi berbasis web agar mudah untuk diakses. Tahapan pengembangan SMA ini kerangka dasar penyususnan aturannya mengikuti proses dalam Gambar 8. 3.2.1
Pemilihan Pakar Pakar adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan dalam suatu bidang
tertentu.
Dalam pembangunan sistem manajemen ahli, tahap awal yang
dilakukan adalah pemilihan dan penentuan pakar sebagai sumber pengetahuan (Sevani, 2009). Marimin (2007) membagi pakar menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: 1) pakar yang memiliki pendidikan formal S2 (Magister) atau S3 (Doktoral), 2) pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, 3) pakar yang berpendidikan formal dan mempunyai pengalaman pada bidang yang dikaji, dan 4) pakar yang merupakan praktisi pada bidang yang dikaji.
23
Sumber: Marimin (2007)
Gambar 8. Tahapan Pengembangan Sistem Pakar Pengetahuan para pakar berupa tacit knowledge yaitu pengetahuan yang belum didokumentasikan dengan baik karena masih berupa buah fikiran dan explicit knowledge yang sudah terdokumentasikan dengan baik sehingga mudah untuk diakses (Turban, 2001). 3.2.2 Akuisisi Pengetahuan Menurut Marimin (2007), terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses akuisisi pengetahuan, salah satunya adalah wawancara. Akuisisi pengetahuan yang dilakukan oleh seorang knowledge engineer (KE), bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis pengetahuan yang diperoleh dari para pakar untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan. Metode yang digunakan untuk proses akuisisi pengetahuan dalam sistem manajemen ahli penentuan lokasi dan kesesuaian lahan budidaya kopi ini adalah wawancara dengan ahli tanah IPB, Dr Kukuh Murtilaksono, dan seorang praktisi/petani kopi yang berdomisili di Kabupaten Pringsewu, Imbang Setiawan bin Burni.
24
3.2.3 Representasi Pengetahuan Pemilihan
metode
representasi
yang
akan
digunakan
perlu
mempertimbangkan beberapa persyaratan, seperti kemudahan representasi, kemudahan dalam penalaran, efisiensi proses akuisisi, dan efisiensi proses penalaran (Marimin, 2007). Pengetahuan yang telah diakuisisi dari para pakar pada tahap sebelumnya harus direpresentasikan ke dalam bentuk yang tepat untuk kemudian disimpan dalam basis pengetahuan (Sevani, 2009). 3.2.4 Pengembangan Mesin Inferensi Menurut Sevani (2009), mesin inferensi menentukan cara penarikan kesimpulan yang akan digunakan pada SMA. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan sehingga akhirnya tercapai suatu kesimpulan. Mengembangkan mesin inferensi perlu memperhatikan
teknik penelusuran dan pengendalian
yang akan digunakan. Teknik
pengendalian
yang digunakan
dalam
perancangan
SMA
menentukan kesesuaian lahan adalah mata rantai maju (forward chaining), yaitu dimulai dari sekumpulan fakta kemudian dianalisis dan digunakan untuk proses penarikan kesimpulan. 3.2.5 Implementasi dan Pengujian Perangkat lunak PHP dipakai untuk mengimplementasikan SMA penentuan lokasi dan kesesuaian lahan ini, dengan faktor kepastian (certainty factor) sebagai pemroses data di dalam pembuatan modul-modulnya. Proses verifikasi dan validasi dilakukan untuk menguji SMA yang dirancang dan hasil keluarannya dengan menggunakan data sekunder dari
laporan hasil survey
lokasi dan survey tanah lokasi-lokasi pilihan. Selanjutnya hasil verifikasi dan validasi dikomentari pakar, bila sudah cukup mewakili kepakaran manusia, maka SMA tersebut dapat direkomendasikan untuk digunakan. Bila hasilnya masih dirasakan kurang memenuhi kepakaran, maka KE harus meninjau ulang basis pengetahuan yang ada.
25
3.3
Tata Laksana Penelitian Tata
laksana
penelitian
menggambarkan
urutan
langkah-langkah
pelaksanaan penelitian ini, yaitu: 1. Persiapan Penelitian dan Studi Pendahuluan. Persiapan penelitian berupa latar belakang dan perumusan masalah beserta tujuan penelitian, sedangkan studi pendahuluan berupa studi dokumentasi dan studi literatur untuk memenuhi ruang lingkup penelitian. 2. Penetapan Sumber Pengetahuan yaitu Akuisisi Pengetahuan dan Representasi Pengetahuan. Akuisisi pengetahuan berupa penetapan parameter pemilihan lokasi, penetapan parameter penentu kesesuaian lahan, dan pengumpulan data persyaratan penggunaan lahan. Representasi pengetahuan berupa pemberian bobot dan perumusan kaidah dalam knowledge base. 3. Mekanisme Inferensi berupa penentuan metode yang akan digunakan. 4. Implementasi sistem manajemen ahli dengan perangkat lunak pembuatan aplikasi Web. 5. Pengujian dengan laporan penelitian survei tanah semi detail. 6. Pengujian ke human expert (Pakar). 3.3.1 Pengumpulan Data dan Informasi Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang berupa data kualitatif dan kuantitatif.
Data primer
meliputi hasil wawancara dengan praktisi yang langsung bergerak dalam bidang budidaya kopi seperti petani kopi, serta jawaban kuisioner dari pakar sehingga hasilnya dapat dirumuskan dalam bentuk permasalahan utama di dalam sistem. Kajian pustaka merupakan studi untuk mengumpulkan dan menganalisis data sekunder berupa data hasil bumi secara umum dari Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan, data hasil produksi dan ekspor kopi dari Dinas Perkebunan, AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) cabang Lampung
26
dan dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan pertanian dari Dinas Pertanian, luas dan wilayah hutan lindung dari Dinas Kehutanan, literatur tentang kopi, dan peta geografis Lampung baik dari Atlas Umum dan internet. Pengamatan lapang bertujuan untuk mendata secara langsung kebutuhan biaya dalam menentukan lokasi yang akan dipilih. Model yang dihasilkan diharapkan mampu untuk memberikan kemungkinan pemecahan masalah dengan menggunakan teknik-teknik yang ada. Pengamatan dilakukan di Kabupaten Tanggamus,
Kabupaten
Pringsewu,
dan
Kabupaten
Lampung
Utara,
tergantung pada daerah mana yang terpilih. Wawancara dimaksudkan untuk mempelajari proses pengambilan keputusan dalam pengembangan budidaya kopi dan permasalahan yang sedang dihadapi.
Hal ini dilakukan terhadap para praktisi dan para ahli untuk
mendapatkan masukan dalam memprediksi sebuah pemecahan masalah dalam budidaya kopi. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap objek permasalahan disertai dengan wawancara terhadap pihak-pihak yang berperan dalam budidaya kopi, seperti pakar dan petani sehingga dapat diketahui permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3.3.2 Pengolahan Data dan Informasi Data dan informasi yang diperoleh melalui berbagai macam sumber tersebut kemudian diolah sebelum dapat direpresentasikan ke dalam basis pengetahuan.
Data yang diperoleh untuk menentukan lokasi diolah
menggunakan beberapa cara, seperti analisa deskriptif, pemberian bobot, dan penggunaan Metode Bayes. Parameter kesesuaian lahan ditentukan memakai metode Faktor Kepastian (Certainty Factor). Wawancara dengan petani didapatkan data berupa 8 parameter yang dipakai dalam simulasi biaya selama 5 tahun, yaitu harga lahan, persiapan lahan, perlakuan tanaman, pembersihan rumput/gulma, ongkos transport petani dari rumah ke lokasi pulang-pergi, hasil panen/tahun, ongkos panen/pasca panen, dan biaya pemupukan. Dalam perhitungan simulasi, 8 parameter ini disederhanakan
27
menjadi 3 parameter, yaitu pendapatan kotor, total biaya, dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor didapat dari jumlah hasil panen selama 5 tahun. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama lima tahun meliputi harga lahan, persiapan lahan, perlakuan tanaman, ongkos transport petani, pembersihan rumput/gulma, ongkos panen/pasca panen, dan pemupukan. Pendapatan bersih adalah pendapatan kotor dikurangi total biaya.
Pembobotan dalam metode
Bayes dilakukan oleh pakar. Perlu diingat, selain 8 parameter yang telah ada, masih ada satu parameter/kriteria tambahan lain dalam memilih lokasi, yaitu ada tidaknya petani/praktisi sekampung/sedaerah yang dapat diajak kerja sama dalam memelihara tanaman atau keamanan lahan. Hasil wawancara dengan pakar, 23 parameter karakeristik lahan dibandingkan dengan masukan 23 data lapangan/survey untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan. 3.3.3 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 12 (duabelas) bulan, yaitu mulai bulan Juni 2010 sampai bulan Juni 2011. Pengamatan lapangan dilakukan di Kabupaten Tanggamus, Pringsewu, dan
Lampung Utara, wawancara dengan pakar
dilakukan dengan pakar tanah Institut Pertanian Bogor,
Dr. Kukuh W,
sedangkan pakar praktisi/petani kopi dilakukan dengan Imbang Setiawan bin Burni dari Desa Umbul Kacang Kabupaten Pringsewu. Pengolahan data, perancangan sistem, dan verifikasi dilakukan di Laboratorium
Komputer
Departemen
Ilmu
Komputer,
FMIPA
IPB
Baranangsiang Bogor. 3.4
Metode Pengembangan Sistem Proses pengembangan SMA ini dilakukan melalui serangkaian tahapan
sesuai dengan metode yang ada pada siklus hidup suatu software. Metode yang digunakan untuk pengembangan sistem adalah waterfall life cycle model.
28
3.4.1 Kebutuhan Sistem Pada tahap pertama pengembangan sistem ditentukan kebutuhan sistem, tahap pendefinisian tentang sistem yang akan dibuat, kegunaan sistem, dan yang dibutuhkan untuk membuat sistem dengan mengetahui kebutuhan pengguna sistem itu sendiri. 3.4.2 Perancangan Sistem Perancangan sistem didasarkan atas sistem yang dikaji, meliputi perancangan sistem basis data, basis model, serta sistem manajemen dialog. Penggunaan sistem ini akan saling terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem penunjang keputusan. a.
Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data berfungsi untuk memasukkan data dan
mengorganisasikan dalam sebuah relasi data sehingga memudahkan dalam pengolahan dan pengambilan data.
Sistem yang akan dikembangkan ini
tersusun dari beberapa buah model data antara lain data wilayah potensial penanaman kopi, syarat kesesuaian lahan, dan data wawancara dengan pakar. b.
Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model merupakan fasilitas yang digunakan
untuk melakukan estimasi dalam pengambilan keputusan.
Dalam sistem
manajemen basis model ini terdiri dari fungsi dan prosedur matematis sebagai alat perhitungan. Sistem yang akan dikembangkan yaitu Model Penentuan Lokasi, menggunakan Metode Bayes. c.
Sistem Manajemen Basis Aturan Sistem manajemen basis aturan merupakan fasilitas yang digunakan
untuk melakukan analisis kesesuaian lahan menurut syarat-syarat kesesuaian lahan. Sistem yang akan dikembangkan yaitu Model Kesesuaian Lahan menggunakan rule-based di dalam program PHP.
29
d.
Sistem Manajemen Dialog (Sistem Terpusat/Program Utama) Sistem manajemen dialog merupakan sarana untuk mengatur interaksi
antara m od el dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem yang akan dikembangkan menggunakan beberapa menu-menu dan antar muka pengguna yang user friendly. Fasilitas bantuan dan tips penggunaan juga disertakan untuk membantu pengguna menggunakan sistem dengan baik dan benar. 3.4.3 Pembangunan Sistem SMA pemilihan lokasi dan kesesuaian lahan ini dibuat menggunakan beberapa katagori perangkat lunak dan perangkat keras yang memenuhi spesifikasi tertentu.
Spesifikasi perangkat lunak yang diperlukan dalam
pembangunan sistem manajemen ahli ini, antara lain: a.
Sistem Operasi Sistem operasi yang dapat digunakan untuk pembuatan aplikasi sistem
manajemen ahli ini adalah Windows XP, Windows Vista, atau Linux. Sistem operasi merupakan bangunan dasar di mana aplikasi sistem manajemen ahli akan dibuat dan kemudian diuji sebelum diimplementasikan. Pemilihan sistem operasi yang akan digunakan berpengaruh pada bahasa pemrogramman dan basis data yang dapat digunakan. Sistem operasi juga berkaitan erat dengan perangkat keras yang dapat digunakan. b.
Bahasa Pemrogramman Bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat web adalah PHP
versi 5.2.5 yang mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: •
PHP merupakan bahasa script server side yang memiliki kemampuan lebih daripada CGI (command graphical interface).
PHP mempunyai
kemampuan mengumpulkan data dari form, membuat halaman web dinamis, dan kemampuan mengirim dan menerima cookies.
30
•
PHP bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada semua sistem operasi seperti Windows, Mac OS, dan Linux.
•
PHP mendukung banyak web server, seperti Apache, MIIS (Microsoft Internet Information Server), PWS (Personal Web Server), dan Netscape.
•
PHP juga mendukung penggunaan berbagai jenis basis data seperti MySQL, Oracle, dBase, FrontBase, Hyperware, SyBase, PostgrSQL, dan Unix DBM.
•
PHP mampu mengolah keluaran berupa berbagai macam jenis file seperti file gambar, file PDF, dan juga movie Flash.
•
PHP mampu menghasilkan keluaran berupa teks seperti HTML, XHTML, dan file XML lainnya.
c.
Basis Data Basis data yang digunakan adalah phpMyAdminSQLDump versi 2.11.4.
Pemilihan basis data ini didasari oleh: •
Bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada berbagai macam sistem operasi.
•
Dapat digunakan untuk berbagai macam program seperti PHP, Java, Ferl, C, dan Phyton.
•
Dapat digunakan pada basis data yang besar, karena dapat memproses data besar dengan cepat dan handal.
•
Mudah digunakan karena memiliki jenis kolom yang cukup banyak sehingga memudahkan konfigurasi basis data dan mendukung record yang memiliki kolom dengan panjang tetap atau panjang bervariasi.
•
Bersifat gratis (freeware) untuk sistem operasi Linux dan bersifat berbagi (shareware) untuk sistem operasi Windows dan mempunyai tingkat keamanan yang baik karena dapat melakukan verifikasi host.
d.
Web Server Web Server diperlukan dalam pembuatan aplikasi sistem manajemen ahli
karena aplikasi ini berbasis web yang nantinya akan diakses secara online.
31
Sistem manajemen ahli ini merupakan aplikasi yang beroperasi pada sisi server yang merespon permintaan dari web client melalui browser. Web server yang digunakan dalam pembuatan aplikasi sistem manajemen ahli ini adalah Apache. Pemilihan Apache sebagai web server karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain: •
Opera bersifat multiplatform sehingga dapat digunakan pada berbagai macam sistem operasi.
•
Mudah dikonfigurasi terutama bila digunakan bersama dengan PHP dan MySQL.
•
Bersifat
gratis/terbuka
(open
source),
sehingga
pengguna
dapat
mengunduh (download) piranti lunak ini secara gratis. •
Opera mempunyai berbagai macam fitur canggih, seperti pemilihan bahasa, hak akses, reload privilages, dan lainnya.
•
Didukung oleh GUI (Graphical User Interface) sehingga memungkinkan penanganan server dilakukan dengan mudah.
3.4.4 Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi selesai dibuat. Pengujian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengujian terhadap cara penulisan yang digunakan dalam pembuatan aplikasi dan pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi. Pengujian pada cara penulisan dilakukan sepanjang tahap penulisan sehingga menghasilkan bentuk aplikasi akhir. Pengujian ini dilakukan dengan cara melakukan compile terhadap cara penulisan yang ada untuk mengetahui apakah terjadi kesalahan dalam penulisan.
Bila hasil pengujian pada cara
penulisan tidak terdapat kesalahan lagi, maka pengujian berikutnya adalah pengujian terhadap proses perhitungan dan aliran data pada aplikasi. Pengujian terhadap aplikasi dilakukan pada saat aplikasi masih bersifat offline dan pada saat aplikasi sudah hosting atau sudah dapat diakses secara online.
32
3.4.5 Penerapan Sistem Tahapan penerapan atau implementasi sistem adalah tahap setelah aplikasi berhasil melalui tahapan pengujian. Pada tahap ini aplikasi sudah siap untuk digunakan oleh pengguna. Penerapan sistem dilakukan dengan cara menyewa atau membeli domain untuk waktu tertentu atau digabungkan ke website yang telah ada. Melalui domain tersebut aplikasi dapat diakses dan diperbaharui bila diperlukan. 3.4.6 Operasional dan Pemeliharaan Sistem Kegiatan operasional dan pemeliharaan sistem dilakukan setelah sistem selesai diterapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan memantau pemakaian dan isi dari web supaya senantiasa terpelihara dan sesuai dengan perkembangan terbaru yang ada seputar kegiatan pemilihan dan kesesuaian lahan. Pemeliharaan dan pembaharuan isi basis data juga merupakan salah satu kegiatan pada tahap operasional dan pemeliharaan sistem.
Isi basis data
termasuk salah satu faktor yang menentukan keluaran aplikasi, semakin beragam isi basis data akan membuat sistem dapat mengolah berbagai kemungkinan jenis data masukkan dari pengguna.