III. METODE KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Dalam revitalisasi pengembangan posyandu perlu adanya pengembangan, inovasi, dan strategi revitalisasi posyandu dalam pembangunan kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru, adapun kerangka pemikiran dalam rangka revitalisasi posyandu di kota Pekanbaru, khususnya di Kecamatan Pekanbaru Kota dapat dilihat dalam Gambar 2. Posyandu salah satu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia
¾ Penurunan status gizi dan kesehatan masyarakat ¾ Keterbatasan sumberdaya Posyandu Pelayanan Posyandu : 1. Kader 2. Sarana 3. Dana
Analisis Deskriptif
Evaluasi pelaksanaan Posyandu
Rancangan strategi dan program revitalisasi Posyandu
Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT)
Rekomendasi strategi dan progam revitalisasi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Kajian ini dilatarbelakangi oleh peranan kesehatan sebagai salah satu komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Posyandu adalah upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pelaksanaan Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru masih menghadapi beberapa permasalahan. Permasalah utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu penurunan status gizi dan kesehatan masyarakat, serta keterbatasan sumberdaya Posyandu yang meliputi sumberdaya fisik dan sumberdaya manusia. Metode yang digunakan dalam kajian ini merupakan metode kualitatif. Pelayanan Posyandu dalam hal kader, sarana, dan dana dianalisis melalui analisis deskriptif. Selanjutnya, evaluasi pelaksanaan dan rancangan strategi, serta program revitalisasi Posyandu dijelaskan melalui analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT). Hasil kajian ini diharapkan dapat melahirkan rekomendasi strategi dan program revitalisasi Posyandu yang tepat dan efektif.
3.2. Operasional Penelitian Revitalisasi adalah upaya untuk mengadakan perbaikan dan menganalisis sistem pelaksanaan posyandu agar pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan harapan dan memberikan manfaat untuk mewujudkan derajat kesehatan keluarga dalam tahap awal ditingkat paling dasar sebagai upaya preventif dalam mewujudkan derajat keluarga sehat.
Tabel 2. Kajian Variabel Sasaran
Variabael
Dimensi
Indikator
Strategi Revitalisasi Posyandu
Fungsi dan Kinerja Posyandu
Mengkaji dan Menelaah Posyandu
Strategi Revitalisasi Posyandu
Tingkat Perkembangan Posyandu
Pengkajian
1. Pembentukan & Pemantauan posyandu 2. Pemilihan pengurus kader posyandu 3. Orientasi pengurus 4. Pembentukan & peresmian posyandu 5. Penyelenggaraan & pemantauan kegiatan posyandu 1. Frekuensi penimbangan bayi 2. Rerata kader tugas 3. Cakupan kumulatif KIA 3. Cakupan Kumulatif KB 4. Cakupan kum.Imunisasi 5. Cakupan dana sehat
3.3. Lokasi dan waktu Kajian Lokasi kajian ini adalah Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru Provinsi Riau dengan alasan kecamatan ini yang mempunyai kriteria posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri sehingga tujuan dan manfaat kajian tercapai. Kajian direncanakan selama dua bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
3.4. Sasaran Kajian dan Teknik Sampling Sasaran dari kajian ini adalah posyandu yang berada di Kecamatan Pekanbaru Kota yaitu seluruh Kelurahan yang berada di Kecamatan Pekanbaru Kota (6 Kelurahan) yaitu Kelurahan Simpang Empat, Kelurahan Sumahilang, Kelurahan Tanah Datar, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Sukaramai dan Kelurahan Kota Tinggi. Sasaran kajian merupakan sampel kajian, yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling (dipilih secara sengaja). Hasil dari pra-survei, maka ada beberapa pertimbangan memilih Posyandu yang berada di Kecamatan Pekanbaru Kota sebagai sampel kajian, adalah : 1). Kecamatan
Pekanbaru Kota merupakan wilayah pelaksanaan program Revitalisasi Posyandu; 2). Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota sudah memiliki tingkatan perkembangan; 3). Pengunjung Posyandu Kecamatan Pekanbaru Kota sebagian besar penduduknya tergolong miskin yang merupakan sasaran utama program Revitalisasi Posyandu;
4). Kondisi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota
masih harus terus dilakukan pembinaan agar kegiatan Posyandu yang sudah baik dapat dipertahankan.
3.5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data kajian yang dikumpulkan pada kajian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, kemudian ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkat indikator
yang
digunakan
sebagai
penyaring
atau
penentu
tingkat
perkembangan Posyandu. Secara sederhana indikator kajian untuk tiap peringkat Posyandu dapat dilihat pada uraian Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Penilaian Indikator Kegiatan Posyandu No
Indikator
1
Frekuensi Penimbangan
2 3 4
Rerata kader tugas Rerata cakupan D/S (%) Cakupan kumulatif KIA (%) Cakupan kumulatif KB (%) Cakupan kumulatif imunisasi (%) Program tambahan Cakupan dana sehat (%)
5 6 7 8
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Tidak Rutin <5 <50 <50
Cukup Rutin ≥5 ≤50 ≤50
Rutin
Rutin
≥5 >50 >50
≥5 >50 >50
<50
≤50
>50
>50
<50
≤50
>50
>50
<50
<50
+ <50
+ >50
Sumber : Budiman, 2005.
Jenis indikator yang digunakan untuk setiap program disesuaikan dengan prioritas program tersebut. Apabila prioritas program imunisasi di suatu daerah adalah campak, maka indikator cakupan imunisasi yang digunakan adalah cakupan imunisasi campak. Apabila prioritas program KIA adalah kunjungan antenatal pertama (K1) maka indikator cakupan KIA yang digunakan adalah cakupan K1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan Posyandu. Secara sederhana dapat diuraikan indikator masingmasing pengkajian tingkat perkembangan posyandu sebagai berikut : a). Frekuensi penimbangan, yaitu bayi yang ditimbang setiap kunjungan ke posyandu, dengan range penilaian tingkat perkembangan posyandu < 8 dan > 8. Posyandu digolongkan Pratama jika frekuensi penimbangan <8 (tidak rutin), Posyandu digolongkan Madya jika frekuensi penimbangan ≤ 8 (cukup rutin),
Posyandu digolongkan Purnama dan Mandiri jika frekuensi
penimbangan >8 (rutin),
b). Rerata petugas kader, yaitu jumlah kader posyandu yang bertugas di posayandu, dengan range < 5 dan ≥ 5. Posyandu digolongkan Pratama jika Rerata petugas kader <5, Posyandu digolongkan Madya jika Rerata petugas kader ≤ 5, Posyandu digolongkan Purnama dan Mandiri jika Rerata petugas kader >5, c). Cakupan kumulatif KIA, yaitu jumlah Balita yang mempunyai kartu menuju sehat (buku KIA), dengan range < 50 persen dan ≥ 50 persen. Posyandu digolongkan Pratama jika cakupan kumulatif KIA <50 persen, Posyandu digolongkan Madya jika cakupan kumulatif KIA ≤ 50 persen,
Posyandu
digolongkan Purnama dan Mandiri jika cakupan kumulatif KIA >50 persen, d). Cakupan kumulatif KB, yaitu jumlah ibu yang berkunjung ke posyandu untuk program KB, dengan range < 50% dan ≥ 50%. Posyandu digolongkan Pratama jika cakupan kumulatif KB <50 persen, Posyandu digolongkan Madya jika cakupan kumulatif KB ≤ 50 persen, Posyandu digolongkan Purnama dan Mandiri jika cakupan kumulatif KB >50 persen, e). Cakupan kumulatif imunisasi, yaitu jumlah pengunjung posyandu untuk imunisasi, dengan range < 50% dan ≥ 50%. Posyandu digolongkan Pratama jika cakupan kumulatif imunisasi <50 persen, Posyandu digolongkan Madya jika cakupan kumulatif imunisasi ≤ 50 persen,
Posyandu digolongkan
Purnama dan Mandiri jika cakupan kumulatif imunisasi >50 persen, f). Cakupan dana sehat, yaitu jumlah dana bantuan dari donatur, Pemda, dll, dengan range < 50% dan ≥ 50%. %. Posyandu digolongkan Pratama, Madya dan Purnama jika cakupan dana sehat <50 persen, Posyandu digolongkan Mandiri jika cakupan kumulatif imunisasi >50 persen,
g). Program tambahan, yaitu program diluar program utama dengan indikator ada (+) atau tidak ada (-), dengan range < 50% dan ≥ 50%. Posyandu digolongkan Pratama dan Madya jika tidak memiliki program tambahan, dan Posyandu digolongkan Purnama dan Mandiri jika memiliki program tambahan. 2. Untuk mengkaji Revitalisasi Posyandu maka perlu mengetahui dan menelaah pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu. Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut : a). Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu b). Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu c). Pembentukan dan Peresmian Posyandu d). Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu 3. Untuk menyusun strategi revitalisasi posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Untuk menentukan strategi revitalisasi posyandu yang didasarkan atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka analisis SWOT dapat digunakan 17).
3.6. Analisis Data Adapun alat yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis SWOT . Unit basis yang digunakan adalah Posyandu.
17
. Rangkuti, 2002, Analisis SWOT, CV. Gramedia, Jakarta
Tabel 4. Teknik Analisis SWOT Faktor internal Faktor eksternal Opportunities (O) Daftar peluang eksternal Threats (T) Daftrar ancaman eksternal
Strenghts (S) Daftar kekuatan internal Strategi SO
Weaknesses (W) Daftar kelemahan internal Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
Berdasarkan kombinsi dari empat faktor tersebut menghasilkan empat kelompok faktor strategis sebagai berikut : 1. Strategi SO adalah startegi yang dibuat berdasarkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. 2
Strategi ST adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman.
3. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. 4. Strategi WT adalah strategi yang berdasarkan pada kegiatan yang diwujudkan
untuk
meminimalkan
kelemahan
yang
ada
serta
menghindari ancaman. Berdasarkan informasi dari pengelola dan pelaksana posyandu, puskesmas, masing-masing aparat kecamatan, tokoh masyarakat, kelompok PKK, majelis taqlim serta para pihak dan instansi yang terkait, maka alternatif strategi yang dipilih berasal dari kepentingan yang paling dominan yang dibutuhkan didalam pelaksanaan program revitalisasi posyandu. Setiap unsur SWOT diberi nilai 3,2 dan 1. Nilai 3 berarti sangat penting, nilai 2 berarti penting dan nilai 1 berarti cukup penting. Setiap alternatif strategi dihubungkan keterkaitannya dengan unsur
SWOT dan ditentukan rangking 1,2 dan 3 untuk strategi yang dipilih. Alasan pemilihan metode ini karena metode ini lebih berkembang dan mampu menganalisis berbagai persoalan baik kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman, sehingga diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan secara komprehenshif.
3.7. Metode Penyusunan Strategi Revitalisasi Posyandu Metode yang digunakan dalam penyusunan strategi revitalisasi posyandu adalah metode analisis interaktif yaitu berupa pengumpulan data, kemudian data yang terkumpul disajikan dalam bentuk reduksi data, kemudaian hasil dari reduski data dan sajian data ditarik kesimpulan untuk verifikasi dalam penyusunan startegi revitalisasi Posyandu. Adapun metode penyusunan strategi revitalisasi posyandu tersebut digambarkan
sebagai berikut (Mile B Mattew dan Michael A
Huberman,1992) : Pengumpulan data
Penyajian data
Penarikan kesimpulan
Reduksi data Sumber: Mattew B. Miles dan Michael A Huberman
Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman