III.
METODE KAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di CV. Bening Jati Anugerah yang terletak di Desa Parung Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian April sampai dengan Agustus 2011.
3.2 Metode Kerja Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus (Sugiyono, 2003). Untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi lingkungan perusahaan (internal dan eksternal) dilakukan wawancara langsung dengan pengelola perusahaan menggunakan kuesioner. Hasil identifikasi kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui posisi perusahaan saat
ini.
Selanjutnya
dilakukan
penyusunan
strategi
yang
dapat
diimplementasikan, serta prospek perkembangan usaha ke depan. 3.2.1 Pengumpulan Data Jenis pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: 1) Data Primer Data primer diperoleh dari hasil wawancara atau komunikasi dan observasi. Wawancara atau komunikasi adalah suatu metode pengumpulan data yang melibatkan pengajuan pertanyaan kepada para responden untuk mendapatkan informasi yang diinginkan atau diharapkan, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang disebut kuesioner. Sedangkan observasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana situasi yang menjadi perhatian diamati dan fakta-fakta, tindakan-tindakan, atau perilaku-perilaku yang relevan dicatat. 2) Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini baik dari studi pustaka maupun dari perusahaan.
37
Responden untuk analisis lingkungan ditentukan berdasarkan tingkat kepakarannya yaitu yang dianggap cukup ahli dan menguasai kondisi perusahaan dan permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam hal ini responden yang dipilih adalah yang mengetahui kondisi perusahaan (self assesment) yaitu pemilik dan pengelola perusahaan. Kuesioner bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi faktor kunci internal dan eksternal, serta bobot dan peringkat (ordinal). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara : (a) studi kepustakaan (eksplorasi), terutama perkembangan usaha bakso ikan, proses pengolahan dan strategi pengembangan usaha, (b) pengamatan langsung (observasi) dengan cara mempelajari berbagai dokumen, proses produksi dan aspek finansial; (c) membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara terhadap pimpinan perusahaan dan pengelola perusahaan, pakar bidang bakso ikan, konsumen bakso ikan, serta petugas dinas terkait dengan pembinaan UKM CV. Bening Jati Anugerah. 3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data Data analisis lingkungan mencakup data internal dan eksternal perusahaan
yang
menjadi
faktor
kunci
dan
berpengaruh
terhadap
perkembangan perusahaan. Data merupakan data ordinal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan SWOT serta QSPM. Uji Hedonik diberikan kepada 30 responden tidak terlatih yang suka makan ikan. Uji hedonik dilakukan untuk mengukur penilaian konsumen terhadap aroma, rasa, warna, tekstur dan penampakan keseluruhan dari ketiga produk bakso yang diproduksi CV. BJA yang diujikan, yaitu bakso ikan tuna yang berbahan baku daging merah/tetelan ikan tuna di sebut BTB, bakso surimi yang berbahan baku surimi di sebut BSB dan bakso campuran yang berbahan baku ikan tenggiri yang dicampur dengan surimi disebut BCB. Selain itu juga dilakukan uji hedonik terhadap dua jenis bakso ikan yang dijual dipasaran sebagai pembanding, yaitu bakso ikan tuna yang disebut BTX dan bakso surimi yang disebut BSX. Hasil uji hedonik selanjutnya dianalisis dengan analisis sidik ragam untuk melihat perbedaannya.
38
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matriks IFE dan EFE bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan, baik internal maupun eksternal perusahaan. Tahapan dalam pembuatan matriks IFE dan EFE adalah : (1) Menentukan dalam kolom 1 faktor strategi eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, serta faktor strategi internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. (2) Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dalam kolom 2. Dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan semua faktor harus sama dengan 1,0. (3) Memberikan peringkat 1-4 untuk masing-masing faktor kunci dalam kolom 3 tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespons faktor tersebut. Dengan memberi skala mulai dari 1 (di bawah rataan) hingga 4 (di atas rataan). Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan dan peluang bersifat positif (kekuatan atau peluang semakin besar diberi rating 3-4. Pemberian nilai rating kelemahan dan ancaman adalah negatif. (jika kelemahan atau ancaman sangat besar ratingnya adalah 1-2). (4) Mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. (5) Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing peubah untuk menentukan total dari nilai tertimbang bagi perusahaan. Dalam matriks IFE, total keseluruhan nilai yang dibobot berkisar antara 1,0-4,0 dengan nilai rataan 2,5. Nilai dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah dan nilai diatas 2,5 menunjukkan posisi internal perusahaan kuat. Total nilai 4,0 menunjukkan perusahaan mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengantisipasi kelemahan dan total nilai 1,0 berarti perusahaan
39
tidak dapat mengantisipasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki.
Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan Faktor Strategik Eksternal
A
B
C
D
….
Total
A B …….. Total
Tabel 6. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategik Internal
A
B
C
D
….
Total
A B …….. Total
Tabel 7. Matriks IFE Faktor Internal A. Kekuatan (Strenght): 1. 2. … Jumlah (A) B. Kelemahan (Weaknesses) : 1. 2. ... Jumlah (B) Total (A+B)
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
40
Tabel 8. Matriks EFE Faktor Eksternal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
A. Peluang (Opportunities): 1. 2. … Jumlah (A) B. Ancaman (Threats) : 1. 2. ... Jumlah (B) Total (A+B)
Dalam matriks EFE, total keseluruhan nilai yang dibobot tertinggi adalah 4,0 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang yang ada dan menghindari ancaman di pasar industri. Nilai terendah adalah 1,0 yang menunjukkan strategi yang dilakukan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau tidak dapat menghindari ancaman yang ada. Setelah tersusun matriks IFE dan EFE dilakukan kombinasi alternatif strategi dengan menggunakan matriks IE dan SWOT (Rangkuti, 2008). 2) Matriks Internal External (IE) Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit internal dan eksternal perusahaan. Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE. Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1,0-1,99 yang menyatakan posisi internal adalah lemah, skor 2,0-2,99 posisinya rataan, serta skor 3,04,0 adalah posisi kuat. Total skor dari matriks EFE pada sumbu Y dengan skor 1,0-1,99 adalah posisi rendah, skor 2,0-2,99 adalah posisi rataan dan skor 3,04,0 adalah posisi tinggi. Matriks ini bermanfaat untuk menentukan posisi perusahaan yang terdiri atas sembilan sel. Namun secara garis
41
besar dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda, yaitu : (1) Strategi tumbuh dan kembang yang meliputi sel I, II, atau IV dan strategi yang cocok untuk diterapkan. Antara lain strategi intensif atau strategi integratif. (2) Strategi jaga dan pertahankan yang meliputi sel III, V, atau VII, dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. (3) Strategi tuai dan divestasi yang meliputi sel VI, VIII, atau IX.
IFE Kuat
Rataan 2,0
Lemah 1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
4,0
3,0
Tinggi
E F E
3,0 Sedang 2,0 Rendah 1,0
Gambar 3. Matriks Internal Eksternal (IE)
3) Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesseses) dan ancaman (threats).Matriks SWOT digambarkan sebagai berikut:
42
Tabel 9. Matriks SWOT Internal Eksternal
Kekuatan (S) Faktor-faktor kekuatan
Kelemahan (W) Faktor-faktor kelemahan
Peluang (O) Faktor-faktor peluang
Strategi S-O: Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O : Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
Ancaman (T) Faktor-faktor ancaman
Strategi S-T : Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi W-T : Meinimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : David, 2006
4) Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) QSPM merupakan tahap akhir dari perumusan strategi, QSPM terdiri atas empat komponen, yaitu (1) Bobot, yang diberikan sama dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE, (2) Nilai Daya Tarik, (3) Total Nilai Daya Tarik dan (4) Jumlah Total Nilai Daya Tarik (David, 2006). Dengan menggunakan tahap input dan tahap pemaduan untuk merumuskan strategi mana yang terbaik sebagai strategi alternatif, yang obyektif berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan eksternal yang telah dikenali sebelumnya.
5) Analisis Titik Impas BEP adalah suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil akhir penjualan produk tidak dapat melampaui titik tersebut maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1996).
43
BEP
= 1
-
Biaya Tetap Biaya Variabel Total Penerimaan
6) Uji Hedonik Pengujian hedonik merupakan alat ukur untuk mengukur tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk melalui kesukaan indrawi. Produk yang diujikan adalah bakso ikan, yaitu: (1) BTB untuk bakso ikan tuna berbahan baku daging merah/tetelan ikan tuna yang diproduksi CV. BJA (2) BSB untuk bakso surimi berbahan baku surimi yang diproduksi CV. BJA (3) BCB untuk bakso campuran berbahan baku ikan tenggiri yang dicampur dengan surimi yang diproduksi CV. BJA (4) BTX untuk bakso ikan tuna yang dijual di pasaran sebagai pembanding, dan (5) BSX untuk bakso surimi yang dijual dipasaran, sebagai pembanding. Parameter yang diukur dalam uji hedonik antara lain aroma, rasa, warna, tektur dan penampakan keseluruhan. Skor penilaian yang digunakan dalam uji hedonik ada 7 tingkat, yaitu : 7 = sangat suka, 6 = suka, 5 = agak suka, 4 = netral, 3 = agak tidak suka, 2 = tidak suka dan 1 = sangat tidak suka. Penilaian dilakukan oleh 30 orang panelis tidak terlatih yang menyukai bakso ikan. Produk yang diujikan adalah produk bakso yang sudah dipersiapkan sesuai ambang penyajian. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap tingkat kesukaan panelis maka dilakukan analisis sidik ragam terhadap data hasil uji hedonik.