16
III BAHAN DAN METODE
3.1
Bahan dan Alat Penelitian
3.1.1
Ternak Percobaan Penelitian ini menggunakan puyuh betina fase produksi yang dipelihara
pada umur 8 minggu sebanyak 100 ekor. Puyuh dimasukkan ke dalam 20 kandang dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi. Sebelum dimasukan ke dalam kandang puyuh ditandai dan ditimbang bobot badan awalnya. 3.1.2
Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan adalah kandang baterai koloni, yang mana
kandang dibagi menjadi 20 unit dan masing-masing kandang berisi lima ekor. Kandang berukuran panjang 30 x lebar 60 x tinggi 30 cm, setiap kandang masingmasing dilengkapi dengan satu buah tempat ransum dan tempat air minum. 3.1.3
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Tempat ransum. 2) Tempat air minum. 3) Lampu pijar 40 watt. 4) Timbangan analitik. 5) Peralatan sanitasi dan fumigasi kandang. 6) Peralatan kebersihan kandang.
17
7) Peralatan kesehatan dan vaksinasi. 8) Alat tulis. 9) Jangka sorong 3.1.4
Bahan Pakan Penyusun Ransum Bahan pakan penyusun ransum yang digunakan pada penelitian dan
komposisi zat-zat makanan serta energi metabolis bahan pakan penyusun ransum tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat-zat Makanan dan Energi Metabolis Bahan Pakan Penyusun Ransum Penelitian Bahan Pakan
EM PK SK LK Lisin Metionin Ca P (kkal) ……………………………… % …………………………………. Jagung 3370 9,00 2,05 3,90 0,26 0,18 0,22 0,17 Bungkil Kedelai 2400 47,00 6,00 0,90 2,69 0,62 0,32 0,29 Tepung Ikan 3080 50,00 1,00 10,00 4,51 1,63 5,11 2,88 Dedak Halus 2200 12,00 12,00 13,00 0 0 0,12 1,50 Premiks 0 0 0 0 0,30 0,30 18,00 5,00 Grit 0 0 0 0 0 38,00 0 Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2010. 3.1.5
Ransum Percobaan Ransum percobaan terdiri atas jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak
halus, Premiks dan grit, dengan berbagai tingkat protein ransum. Perlakuan yang diberikan terdiri atas P1 (Tingkat Protein 18%, ME 2700 kkal/kg); P2 (Tingkat Protein 20%, ME 2700 kkal/kg); P3 (Tingkat Protein 22%, ME 2700 kkal/kg); P4 (Tingkat Protein 24%, ME 2700 kkal/kg).
18
Tabel 2. Susunan Ransum Penelitian Bahan Pakan
Ransum Perlakuan
Jagung Bungkil kedelai Tepungikan Dedakhalus Premiks Grit Jumlah
P1 P2 P3 P4 ......................................% ......................................... 46,00 46,00 45,00 43,00 13,50 18,00 23,50 29,00 9,00 10,00 10,00 10,00 26,00 20,50 16,00 12,50 0,50 0,50 0,50 0,50 5,00 5,00 5,00 5,00 100 100 100 100
Tabel 3. Kandungan Zat-zat Makanan dan Energi Metabolis Ransum Penelitian Zat Makanan Protein Kasar Calsium Phosfor Lisin Metionin Serat Kasar Lemak Kasar EM (Kkl/kg) Imbangan Em-Protein Keterangan *# *
P1
P2
P3
P4
Kebutuhan Nutrient Puyuh petelur
................................................ % ............................ 18,00 20,00 22,00 24,00 21,5-23,8* 2,63 0,79 0,99 0,39 4,94 6,20
2,68 0,75 1,14 0,42 4,56 5,80
2,69 0,70 1,27 0,44 4,33 5,05
3,70 0,66 1,39 0,46 4,20 4,56
2,50-3,50*# 0,60-1,00*# 0,90-1,00*# 0,40-0,45*# 6,5*# 7*#
2717
2741
2708
2705
*#2700-2900
150
135
123
112
: Hasil Perhitungan Berdasarkan Tabel 1 : NRC,1994 : BSN (2006) SNI 0-3906-2006
19
3.2
Metode Penelitian
3.2.1
Prosedur Kerja
1) Tahap Persiapan Pembuatan
ransum
yang
banyaknya
diperkirakan
cukup
untuk
pemeliharaan selama 4 minggu. Peralatan kandang dibersihkan dan dicucihamakan
dengan
desinfektan.
Kandang
dan
ruangan
kandang
dibersihkan dan dikapur. 2) Tahap Pemeliharaan Pemeliharaan puyuh betina fase produksi dilakukan dimulai dari awal bertelur selama satu bulan, ransum diberikan 2 kali setiap hari sebanyak 22g per ekor per hari secara bertahap pada pukul 07.00 dan 18.00 WIB. Air minum diberikan adlibitum serta keadaannya diperiksa setiap saat. 3) Tahap Pengumpulan Data Data diperoleh saat setelah dilakukan pengukuran. Proses pengukuran dilakukan dengan cara menimbang bobot telur, mengukur bentuk telur, mengukur tinggi albumen, dan haugt unit. 3.2.2
Peubah yang Diamati
1) Bobot telur (gram) Telur ditimbang satu persatu dengan menggunakan timbangan analitik untuk mengetahui bobot masing-masing telur. 2) Shape Indeks Indeks telur dengan membagi ukuran lebar telur dengan panjang telur (indeks telur= (Lebar telur/panjang telur x 100).
20
3) Tinggi Albumin (mm) Tmggi albumin diukur dengan menggunakan alat jangka sorong berdasarkan berat telurnya perbutir, sambil diamati keadaan putih telurnya encer/kental, juga posisi kuning telurnya. 4) Haugh Unit Haugh unit ditentukan berdasarkan keadaan putih telur, yaitu merupakan korelasi antara bobot telur (gram) dengan tinggi putih telur (mm).Perhitungan HU menggunakan formula dari Haugh (Buckle et al, 1986), sebagai berikut : HU = 100 log (H + 7,57 - 1,7
)
Dimana :
3.2.3
HU
= Haugh unit
H
= tinggi putih telur (mm)
W
= berat telur (g)
Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Penelitian ini dilakukan secara percobaan dengan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) (Gaspersz, 1995). Perlakuan yang digunakan berupa ransum yang mengandung 5 tingkat protein yang berbeda dengan kandungan metabolis yang sama yaitu 2700 kkal/kg. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali setiap ulangan dari perlakuan terdiri atas 5 ekor puyuh betina fase produksi. Pengambilan telur yang akan diukur dilakukan secara acak mengikuti kaidah simple random sampling. Model matematika yang digunakan untuk rancangan acak lengkap (RAL) adalah sebagai berikut :
21
Dimana : i j Yij µ αi ∑ij
= 1,2,3,4 = 1,2,3,4,5 = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai rata-rata (mean) harapan = Pengaruh perlakuan ke-i = Pengaruh galat (pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j)
Guna mengetahui adanya pengaruh perlakuan, maka dilakukan sidik ragam (Steel dan Torrie, 1991). Tabel daftar sidik ragam tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Daftar Sidik Ragam Sumber Keragaman
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan Galat Total
4– 1 4(5-1) 16-1
JKP JKG JKT
KTP KTG
KTP/KTG
Ftabel
Sumber: (Gaspersz, 1995) Keterangan : DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah Hipotesis yang akan di uji adalah : H0
: P1 = P2 = P3 = 0
artinya tidak terdapat perbedaan antar perlakuan.
H1
: P1 ≠ P2 ≠ P3 ≠ 0
atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama.
Kaidah keputusan : Jika Fhitung < Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significan), terima H0 dan tolak H1.
22
Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significan), tolak H0 dan terima H1. Apabila hasil sidik ragam memperlihatkan adanya pengaruh perlakuan, maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Sastrosupadi, 2000). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2006) :
Sx = LSR α = SSRα . Sx dimana : Sx R
= Standard error = Ulangan
KTG = Kuadrat Tengah Galat LSR = Least Significant range test SSR = Studentized significant range Bila
DI ≤ LSR, tidak berbeda nyata DI > LSR, berbeda nyata atau sangat nyata DI = adalah selisih dua beda nyata KTG = Kuadrat Tengah Galat R = Banyaknya Ulangan
Kaidah keputusan : Jika d ≤ LSR, terima H0 (tdak berbeda Nyata) Jika d > LSR, tolak H0 (berbeda nyata) d
= selisih antara dua beda nyata