11
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian dimulai pada bulan Desember 2008-Maret 2009.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, kored, meteran, tali plastik, timbangan, dan karung plastik. Bahan yang digunakan adalah benih jagung varietas Pioner (P21),
pupuk organik berupa pupuk kandang domba
dengan dosis 0, 5, 10, dan 15 ton/ha, urea dengan dosis 300 kg/ha, NPK Ponska (15:15:15) dengan dosis 200 kg/ha, dan kapur dolomit dengan dosis 4 ton/ha. Benih jagung P21 dan kapur dolomit berasal dari Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol. Pupuk kandang domba berasal dari peternakan IPB Jonggol. Pupuk urea dan NPK Ponska (15:15:15) berasal dari toko pertanian Jonggol.
Metode Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pemberian dosis pupuk kandang dengan 4 taraf dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian pupuk urea dengan 4 taraf. Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Perlakuan dosis pupuk kandang yang terdiri dari 4 taraf, meliputi : tanpa pupuk kandang (B0), dosis 5 ton/ha (B1), dosis 10 ton/ha (B2), dan dosis 15 ton/ha (B3). Perlakuan frekuensi pemberian pupuk urea yang terdiri dari 4 taraf, meliputi: tanpa urea tambahan (N0), frekuensi urea 1x (N1), frekuensi urea 2x (N2), dan frekuensi urea 3x (N3). Untuk waktu pemberian dan dosis pemupukan dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Tabel 2. Perlakuan Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi Pemberian Pupuk Urea Perlakuan Waktu Pemberian Dosis Pemupukan Dosis pupuk kandang B0
Tidak di pupuk
Tidak di pupuk
B1
1 MST
Pupuk organik 5 ton/ha
B2
1 MST
Pupuk organik 10 ton/ha
B3
1 MST
Pupuk organik 15 ton/ha
Frekuensi pemberian pupuk urea N0
Tidak di pupuk
Tidak di pupuk
N1
1 MST
300 kg/ha
N2
1 MST
3 MST
N3
1 MST
3 MST
100 kg/ha, 200 kg/ha 6 MST
100 kg/ha, 100 kg/ha, 100 kg/ha
Model statistika untuk rancangan yang digunakan adalah: Yijk = ijijkijk Keterangan : Yijk
= Nilai pengamatan pada faktor dosis pupuk kandang taraf ke-i faktor frekuensi pemberian pupuk urea taraf ke-j dan kelompok kek
µ
= Nilai rataan
i
= Pengaruh utama faktor dosis pupuk kandang
j
= Pengaruh utama faktor frekuensi pemberian pupuk urea
ij
= Interaksi dari faktor dosis pupuk kandang dan faktor frekuensi pemberian pupuk urea
k
= Pengaruh aditif dari kelompok
ijk
= Pengaruh acak yang menyebar normal Analisis ragam dilakukan dengan menggunakan uji F.
Apabila
menunjukan pengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
13
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan dengan mengolah tanah pada 1 bulan sebelum penanaman. Luas area percobaan secara keseluruhan adalah 1152 m2 dengan luas petak untuk setiap satuan percobaan 4 m x 6 m. Pengapuran dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Pengambilan contoh tanah untuk dianalisa dilakukan sebelum pengapuran dan pemberian pupuk kandang.
Pemupukan Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang domba yang diberikan dengan dosis yang berbeda untuk setiap perlakuan. Dosis yang digunakan adalah 0, 5, 10, dan 15 ton/ha sebagai pupuk dasar dan diberikan seluruhnya 1 minggu sebelum penanaman. Pupuk anorganik yang digunakan untuk jagung berupa urea dengan dosis 300 kg/ha dan NPK Ponska (15:15:15) dengan dosis 200 kg/ha. Pupuk urea pada frekuensi pemberian pupuk urea 1x dan pupuk NPK diberikan sebagai pupuk dasar pada 1 minggu setelah tanam (MST). Pupuk urea pada frekuensi pemberian pupuk urea 2x diberikan sebagai pupuk dasar pada 1 MST dengan dosis 100 kg/ha dan pupuk susulan pada 3 MST dengan dosis 200 kg/ha. Pupuk urea pada frekuensi pemberian pupuk urea 3x diberikan sebagai pupuk dasar pada 1 MST, pupuk susulan I pada 3 MST, dan pupuk susulan II pada 6 MST dengan dosis masing sebesar 100 kg/ha.
Penanaman Penanaman jagung dilakukan dengan cara penugalan. Kedalaman lubang tanam 5 cm. Jumlah benih untuk setiap lubang adalah 1 biji. Jarak tanaman yang digunakan adalah 85 cm x 20 cm sehingga populasi jagung per petak 4 m x 6 m adalah 140 tanaman.
14
Pemeliharaan Kegiatan-kegiatan penting dalam pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, dan pengairan. Penyulaman dilakukan jika benih jagung tidak tumbuh. Kegiatan ini dilakukan pada 1 MST. Kegiatan penyulaman dilakukan agar jumlah tanaman per satuan luas tetap optimum. Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma. Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dengan tangan atau kored. Pada saat tanaman berumur 4 minggu, dilakukan penyiangan kedua bersamaan dengan pembumbunan. Pembumbunan bertujuan untuk menutup akar yang terbuka dan membuat pertumbuhan tanaman menjadi tegak atau kokoh. Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikan atau menimbun tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman dengan cangkul sehingga akan terbentuk guludan yang panjang. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan ke dua, yaitu saat tanaman merumur 4 minggu. Pengairan dan drainase dilakukan untuk membuat kandungan air dalam tanah dan kapasitas lapang tetap lembab, tetapi tidak becek. Penyiraman dilakukan dengan mengandalkan turunnya hujan. Pemanenan Pemanenan dilakukan bila terbentuk lapisan hitam (black layer) pada dasar biji sekitar 80-116 hari setelah tanam (HST). Panen jagung dilakukan dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya atau dengan mematahkan tangkai buah jagung. Untuk panen ubinan dilakukan dengan cara memotong batang tanaman 10 cm diatas permukaan tanah pada luasan 4 m x 5 m untuk setiap perlakuan.
Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh untuk setiap perlakuan dengan peubah yang diamati sebagai berikut : 1. Analisis tanah sebelum perlakuan dengan mengambil sampel tanah.
15
2. Persentase tumbuh (%) dilakukan pada 1 MST. 3. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai daun bendera. 4. Tinggi letak tongkol (cm), diukur dari permukaan tanah sampai ruas tongkol utama pada 1 minggu sebelum panen. 5. Jumlah daun tanaman tiap minggu mulai 2 MST. 6. Diameter batang (cm) diukur 30 cm dari atas permukaan tanah. 7. Bobot batang (g) per tanaman dalam satu petak. 8. Umur tasseling (HST), dihitung sejak tanam hingga 75% tanaman dalam satu petak membentuk tassel. 9. Umur silking (HST), dihitung sejak tanam hingga 75% tanaman dalam satu petak membentuk silk (rambut) pada jagung. 10. Umur panen (HST), dihitung sejak tanam hingga 75% tanaman dalam satu petak sudah memenuhi syarat panen dengan ciri memiliki kelobot yang kering. 11. Bobot brangkasan (g) tanaman jagung pada luasan 4 m x 5 m untuk setiap satuan perlakuan. 12. Lingkar tongkol (cm), diukur pada bagian pangkal, tengah, dan ujung tongkol. 13. Panjang tongkol (cm), diukur dari pangkal tongkol hingga ujung tongkol berisi. 14. Bobot per tongkol (g), ditimbang setelah dikeringkan dengan panas matahari selama 2 hari. 15. Bobot pipilan per tongkol (g), ditimbang setelah tongkol dipipil. 16. Bobot tongkol per petak (kg), ditimbang setelah dikeringkan dengan panas matahari selama 1-2 hari. 17. Bobot 100 butir biji (g).