II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produktivitas Pengertian mengenai produktivitas ada bermacam-macam, namun pada prinsipnya adalah sama yaitu mengacu pada ratio antara input dan output. Hal ini bukan berarti orientasinya hanya pada output atau input tetapi menyangkut hubungan antara keduanya. Produktivitasnya juga diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa. Produktivitasnya mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber- sumber dalam memproduksi barang ( Dewi : 2006 : 10) Encylopedia of Profesional Managemen menyebutkan produktivitas adalah suatu ukuran sejauhmana sumberdaya yang digabungkan dan digunakan dengan baik untuk dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Dengan kata lain produktivitas adalah suatu ukuran mengenai apa yang diperoleh dan apa yang diberikan. Dari rumusan tersebut, hasilhasil yang dapat dicapai mencakup pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Tidak cukup hanya sekedar menghasilkan lebih banyak dari sejumlah sumberdaya yang diberikan. Kualitas dari apapun yang dihasilkan harus memenuhi baku yang telah ditetapkan dan yang telah diharapkan oleh konsumen. Hasil yang dicapai dihubungkan dengan sumber daya yang berlainan dalam bentuk berbagai perbandingan produktivitas yaitu keluaran (output)
9
10
per jam kerja, keluaran per satuan bahan/material, keluaran per satuan modal. Setiap perbandingan secara terpisah dipengaruhi oleh gabungan banyak faktor yang gayut. Faktor-faktor tersebut meliputi : (1) kualitas dan tersedianya bahan, (2) skala operasi dan kecepatan pemakaian, (3) peralatan modal, (4) sikap dan keterampilan angkatan kerja, (5) motivasi dan efektivitas manajemen. Dua faktor terakhir merupakan aspek sumber daya manusia. Bagaimana cara faktor-faktor tersebut saling berhubungan merupakan
aspek
penting
pada
produktivitas
yang
dihasilkan
(Atmosoepapto, 2004 :47). Battegnies
(dalam
Dewi,
2006
:11),
menjabarkan
tingkat
produktivitas dalam persamaan lain yaitu produktivitas = efektivitas + efisiensi. Efektivitas adalah “how far we achieve the goal” (sejauh mana kita mencapai sasaran, sedangkan efisiensi menggambarkan sebagai sumber daya secara benar dan tepat). Efektivitas dapat pula dikemukakan sebagai “to do the right thing” sedangkan efisiensi sebagai “to do thing right”. Pengukuran
produktivitas
dapat
dilakukan
dengan
mempertimbangkan beberapa indikator produktivitas yang mengacu pada konsep kualitas, efektivitas dan efisiensi (Gaspersz, 2000 : 11) Muchdarsyah (dalam Dewi, 2006:11), menyatakan produktivitas dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) Rumusan tradisioanl bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah ratio dari pada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang
11
dipergunakan (input), (2) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mepunyai pandangan bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, (3) Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari ketiga faktor esensial yakni, investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta manajemen dan tenaga kerja. Investasi yang dimaksud adalah modal, karena modal merupakan landasan gerak suatu usaha. Dengan modal tidaklah cukup, untuk itu harus ditambah komponen lain yaitu teknologi yang berkaitan dengan
masalah
riset.
Melalui
riset
akan
dapat
dikembangkan
penyempurnaan produk atau bahkan dapat menemukan formula-formula baru untuk kemajuan suatu usaha. Keterpaduan antara modal, teknologi dan riset akan membawa perusahaan berkembang, dan dengan perkembangan itu output akan meningkat. Menurut Komarudin (1991 : 25), produktivitas adalah hasil per jam untuk setiap pekerjaan. Produktivitas kerja dikatakan meningkat jika dari sumber bahan (input) yang sama dapat dihasilkan (output) yang lebih besar. Produktivitas mencakup sikap mental manusia yang selalu mempunyai pandangan hidup untuk membuat hari esok lebih baik dari hari sekarang dan membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin. Winaya (1990 : 18), pengertian produktivitas kerja ada 2 yaitu secara filosofis dan secara teknis. Secara filosofis, produktivitas merupakan usaha tanpa akhir untuk mengubah keadaan melalui berbagai upaya untuk
12
meningkatkan taraf hidup dengan mencari dan menggunakan peralatan, teori dan metode baru sehingga hasilnya akan membawa manusia ke arah kualitas hidup yang lebih baik dan harmonis. Sedangkan secara teknis, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai melalui penggunaan sumberdaya manusia atau pengeluaran (output) dengan masukan (input). Dapat dinyatakan bahwa produktivitas menggambarkan kaitan antara tingkat efektivitas hasil yang dicapai dengan tingkat efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam yang tersedia. Bereau of Labor Statistic menunjukan bahwa produktivitas adalah suatu konsep yang menunjukan hubungan antara jumlah output berupa barang dan jasa yang diproduksi dengan jumlah input yang digunakan serupa dengan tenaga kerja, kapital, tanah, energi sumber lain untuk memproduksi output tersebut. Dengan demikian masing-masing kegiatan usaha akan ada variasi produktivitas sesuai dengan input yang digunakan. Produktivitas dalam bidang pertanian merupakan perbandingan antara penggunaan input seperti sarana produksi dan tanah dengan output yaitu penerimaan dari proses produksi. Sedangkan dalam kajian ini produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara output yang dihasilakan berupa pendapatan dengan input berupa curahan tenaga kerja dalam satuan waktu tertentu. Pengertian ini mengacu pada konsep teori yang dikemukakan oleh Bareau of Labor Statistic.
13
2.2 Tenaga Kerja Tenaga kerja
(man power) adalah penduduk dalam usia kerja
(berusia 15 s.d 64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut ( Subri, 2002 : 57). Saksono (1993 : 23), menyatakan bahwa tenaga kerja adalah orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik dalam maupun di luar hubungan kerja untuk menghasilkan barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Menurut Simanjuntak (1990 : 1), tenaga kerja mengandung dua buah pengertian. Pertama, tenaga kerja mengandung pengertian usaha atau jasa yang dapat memberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut, mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Secara singkat tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja.
14
Menurut Manullang (1999 :14), umumnya tenaga kerja disamakan dengan personalia/sumber daya manusia, dimana personalia itu dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu organisasi tertentu. Mubyarto (1986 : 124), menyatakan bahwa dalam suatu usaha, tenaga kerja adalah suatu faktor produksi yang utama dimana sebagian besar berasal dari dalam keluarga sendiri. Begitu pula pada sektor informal, tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Pekerja dari luar keluarga
dibutuhkan
bahkan
semakin
bertambah
karena
semakin
berkembangnya jumlah industri. Mereka dapat berasal dari daerah dekat dengan produksi dan berasal dari kabupaten lain (Subagyo, 1991 :55). Tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 s.d 64 tahun), sedangkan selain itu tergolong bukan angkatan kerja. Definisi tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mau berpartisipasi dalam produktivitas tersebut. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk ikut terlibat dalam kegiatan produktif yang memproduksi barang dan jasa. Sedangkan yang dimaksud bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja (man power) yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. Jadi mereka adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak
15
terlibat atau tidak berusaha untuk terlibat dalam kaitan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Kelompok angkatan kerja yang digolongkan bekerja dalah sebagai berikut. a. Mereka yang selama seminggu pencacahan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja minimal dua hari. b. Mereka
yang
selama
seminggu
sebelum
pencacahan
tidak
melakukan pekerjaan ataupun bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah pekerja tetap (pegawai yang cuti, mogok, dll), petani yang sedang mengusahakan tanah pertanian tetapi sedang menunggu panen, orang-orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur dan sebagainya. Yang digolongkan mencari kerja adalah; (1) mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mencari atau mendapatkan pekerjaan. (2) mereka yang bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan, (3) mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Kelompok yang bukan angkatan kerja adalah; (1) sekolah, (2) mengurus rumah tangga, (3) menerima pendapatan artinya mereka tidak penghasilan,
misalnya
melakukan suatu pekerjaan tetapi memperoleh menerima
pensiun,
bunga
simpanan,
hasil
persewaan, (4) lain-lain adalah mereka yang hidup tergantung pada orang
16
lain karena usia lanjut, lumpuh, dungu, dan sebagainya (Kusumosuwidho, 1981 : 7) Tenaga kerja adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang memiliki seorang individu yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam undang-undang perburuhan di negara yang bersangkutan (Hasibuan, 1997 : 273). Simanjuntak (2001:57), menyatakan bahwa batas minimum usia kerja di setiap negara berbeda-beda. Batas minimum usia kerja di Indonesia adalah 10 tahun sedangkan batas maksimum tidak ada. Dengan demikian tenga kerja di Indonesia usia minimal adalah 10 tahun, apabila usia penduduk di bawah 10 tahun maka tergolong bukan usia kerja.
2.3 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas di tingkat individu atau perorangan adalah : (1) faktor pendidikan, (2) pelatihan, keterampilan, (3) disiplin, (4) sikap dan etika kerja, (5) motivasi, (6) gizi dan kesehatan, (7) tingkat penghasilan, (8) jaminan sosial, (9) lingkungan dan iklim kerja, (10) hubungan industrial, (11) peralatan dan teknologi, (12) kesempatan kerja, dan (13) kesempatan berprestasi (Tohardi, 2002 :13). Menurut Sinungan (2000: 35), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja seperti dibawah ini.
17
1. Curahan tenaga kerja adalah waktu yang digunakan untuk bekerja dalam satu satuan waktu tertentu. 2. Tingkat upah adalah bentuk kompensasi atau cara pembayaran pada mereka yang bekerja bagi orang lain dan dibawah pengawasan dan diukur atau dinilai berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan atau jumlah jam kerjanya. 3. Umur adalah salah
satu faktor
yang
dapat
meningkatkan
produktivitas tenaga kerja. 4. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menggambarkan sumber daya manusia terutama untuk mengembangkan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manuasia yang diperlukan secara terus menerus. 5. Pengalaman kerja, Pegawai atau tenaga kerja akan semakin terampil jika memiliki pengalaman kerja yang relatif sama. Menurut Syarief (1997 : 76), produktivitas kerja dipengaruhi beberapa faktor seperti (1) konpensasi, (2) kondisi lingkungan kerja, (3) kesehatan pekerjaan, (4) keahlian, (5) teknologi, (6) modal dan (7) peralatan. Sedangkan menurut Koesrianto (1997 :2), faktor yang mempengaruhi produktivitas
kerja
adalah
(1)
tingkat
pendidikan,
(2) keterampilan, (3) disiplin, (4) sikap mental dan etika kerja, (5) motivasi, (6) gizi dan kesehatan, (7) kompensasi, (8) lingkungan kerja (9) hubungan
18
industrial pancasila, (10) teknologi, (11) sarana produksi, (12) manajemen, serta (13) kebijakan pemerintah di bidang produksi dan perijinan. Winaya (1990 :20), mengembangkan bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas khususnya tenaga kerja manusia antara lain adalah; (1) pendidikan, (2) keterampilan, (3) disiplin, (4) sikap mental dan etika kerja, (5) motivasi, (6) gizi dan kesehatan, (7) tingkat penghasilan, (8) jaminan sosial, (9) lingkungan dan iklim kerja, (10) hubungan industri Pancasila, (11) teknologi, (12) manajemen, (13) sarana produksi, dan (14) kesempatan berprestasi. Sedangkan menurut Ravianto (1996 : 18), produktivitas kerja dipengaruhi (1) tingkat pendidikan, (2) keterampilan, (3) disiplin, (4) sikap mental dan etika, (5) motivasi, (6) gizi dan kesehatan, (7) kompensasi, (8) (10)
lingkungan teknologi,
kerja,
(9)
(11)
sarana
(13) kesempatan produksi.
hubungan produksi,
industrial (12)
dan
pancasila,
manajemen
dan
19
2.4 Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu dan Kredit Usaha Mandiri 2.4.1 Konsep Sistem dan Usaha Agribisnis Definisi Agribisnis menurut Downey dan Erikson (1992) adalah sebagai keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian, perusahaan yang menangani pengelolaan, pengangukatan dan penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan secara eceran kepada konsumen akhir. Sedangkan menurut Arsyad dkk (1985) dalam Soekartawi dan Damaijati (1993), bahwa konsep agribisnis adalah satu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran, dan aktivitas lain yang brekaitan dengan pertanian. Sedangkan Hafsah (1999) dan Adjid (1998) dalam Suparta (2005), mengambarkan agribisnis sebagai suatu perusahaan, yaitu kegiatan usaha dibidang pertanian yang berwatak bisnis, pelakunya secara konsisten berupaya untuk meraih nilai tambah komersial dan finansial yang berkesinambungan untuk menghasilakan produk yang dibutuhkan pasar. Atas dasar pemahaman tersebut, maka Amirin (1996) merumuskan konsep sistem agribisnis adalah keseluruhan aktivitas bisnis dibidang pertanian yang saling terkait dan saling tergantung satu sama lain. Mulai dari (1) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, (2) subsistem usahatani, (3) subsistem pengelolaan dan penyimpanan hasil (agroindustri), (4) subsistem pemasaran, dan (5) subsistem jasa penunjang (lembaga
20
keuangan, transportasi, penyuluhan, dan pelayanan informasi agribisnis, penelitian, kebijakan pemerintah, dan asuransi agribisnis). Menurut Suparta (2005) pendapat tersebut diatas adalah pandangan dari sisi mikro. Secara prinsip bisnis mulai dari pengadaan sarana produksi, pengelolaan pasca panen dan memasarkan hasil produksi dengan harga yang paling maksimal. Namun demikian, cara ini ternyata belum juga mampu mengangkat petani dari kondisi yang serba sulit dan selalu tertekan. Hal ini disebabkan karena, para pelaku agribisnis masih tersekat-sekat antara satu subsistem dan subsistem lainnya. Masing-masing pelaku subsistem ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya atas pelaku subsistem yang lainnya. Dalam kondisi ini, keuntungan akan lebih banyak dinikmati oleh subsistem agribisnis hulu maupun hilir, sedangkan subsistem usahatani berada pada posisi tertekan diantara kedua subsistem tersebut. Menurut Saragih (2002) agar pelaku sistem agribisnis mendapat peluang yang adil dalam memperoleh keuntungan, maka cara pandang kita terhadap agribisnis harus diubah, yang tidak lagi memandang agribisnis hanya sebagai suatu unit usahatani (secara mikro), tetapi agribisnis sebagai suatu sistem (secara mikro). Dimana konsep ini memunculkan untuk mengubah paradigma petani, bahwa petani adalah sebagai “manajer perusahaan agribisnis” yang berkedudukan setara dengan perusahaanperusahaan agribisnis yang berada di hulu maupun dihilir. Petani agar memulai dari memperhatikan kebutuhan pasar, bersinergi dengan
21
perusahaan agribisnis lain untuk memproduksi barang yang dibutuhkan pasar.
2.4.2 Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) adalah wadah pemberdayaan kelompok tani/subak dan kelompok wanita tani yang menerapkan manajemen usahatani secara modern dan profesional dan bersifat partisipatory approach/ buttom up. Pembetukan KUAT ini dalaam rangka menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi, kemandirian petani serta meningkatkan fungsi kelembagaan sosial agribisnis dan pedesaan. KUAT merupakan suatu sarana untuk mewujudkan ketahanan pangan yang sekaligus untuk meningkatkan pendapatan dan kejehteraan petani. Dalam pelaksanaan KUAT memperoleh modal kerja dalam upaya menguatkan modal kelompok tani melalui Pola
Bantuan Pinjaman
Langsung Masyarakat (BPLM). Pemberian dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif dan kemandirian petani dan sekaligus membantu permodalan petani melalui penguatan modal kelompok dan bukan bantuan cuma-cuma. BPLM dikelola oleh kelompok untuk kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu/ PTT (Integrated Crops Management/ ICM) dan Sistem Integrasi Padi-Ternak/SIPT (Crops Livestock Sistem/CLS). Kedua sistem tersebut saling melengkapi yaitu limbah pertanian berupa jerami digunakan sebagai pakan ternak setelah melalui suatu teknologi
22
fermentasi jerami dan kotoran ternak setelah diolah dikembalikan ke sawah sebagai pupuk organik. Disamping itu KUAT memperoleh bantuan modal pemicu khusus untuk kegiatan Kredit Usaha Mandiri (KUM) (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2002).
2.4.3 Kredit Usaha Mandiri (KUM) KUM merupakan salah satu unit usaha KUAT yang memberikan kredit kepada anggota kelompok/kelompok wanita, dimana Kegiatan KUM adalah Wanita tani yang berada diwilayah Desa Peken, Desa Batannyuh, Desa Selanbawak yang terhimpun dalam kelompok-kelompok. Kredit yang disalurkan melalui KUM adalah untuk kegiatan lain selain kegiatan CLS dan ICM. KUM merupkan pinjaman kredit hanya diperuntukkan membiayai modal usaha industri rumah tangga yang berskala kecil dan sarana usaha rumah tangga lainnya sepanjang dana memungkinkan. Pinjaman KUM sebesar Rp. 1.000.000 keatas per orang harus memakai agunan atau jaminan dan jangka waktu pengembalian pinjaman dapat diangsur selama 12 ( dua belas ) bulan sejak pengambilan. Suku bunga pinjaman ditentukan sebesar 2 % dengan beban administrasi sebesar 2 % dari besarnya pinjaman dan jangka waktu bisa diperpanjang dengan beban administrasi sebesar 2 % dari sisa hutang (Anggaran Rumah Tangga KUAT Subak Guama, 2010). Tujuan dari pemberian KUM kepada kelompok wanita adalah untuk memberikan kontribusi pendapatan keluarga sehingga
23
dapat mendukung kegiatan CLS dan ICM yang sekaligus dapat meningkatkan kegiatan ekonomi, termasuk pengembangan agribisnis pedesaan ( Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2002). Pemberdayaan kelompok subak guama melalui pengembangan Kredit Usaha Mandiri ( KUM ) dengan sasaran
usaha mandiri yang
dilaksanakan oleh kelompok wanita tani dari anggota kelompok tani Subak Guama dengan syarat sebagai berikut : a. Sasaran kegiatan pada usaha usaha kelompok wanita tani diwilayah subak guama. b. Anggota kelompok wanita tani wajib membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang anggota. c. Setiap 3 – 6 KK wajib dibentuk rembug pusat. d. Kredit bantuan dengan besaran maksimum Rp. 700.000 boleh tanpa agunan dan harus dengan identitas diri. e. Kredit bantuan dengan besaran lebih dari Rp. 700.000 keatas harus dengan agunan sesuai dengan kemampuan pelayanan KUAT Subak Guama. f. Bunga kredit ditentukan sebesar 2 % menurun per bulan dengan jangka waktu pengembalian 10 bulan dan biaya administrasi 2 % dari pinjaman. g. Pemberian bantuan kredit pada anggota / kelompok diurut.
24
Sanksi apabila peminjam kredit KUM tidak mengembalikan kreditnya sesuai batas waktunya maka : a. Peminjam diperingatkan terlebih dahulu secara lisan oleh pengurus kelompoknya. b. Diumumkan dalam rapat kelompoknya
dan selanjutnya
dalam rapat subak. c. Dikenai denda bunga sesuai dengan besaran denda simpan pinjam yang berlaku di lembaga KUAT Subak Guama yaitu sebesar 2 %. d. Tindakan terakhir adalah penyitaan dan pelelangan jaminan sesuai dengan besarnya hutang / kredit.
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis Sektor pertanian cukup dominan dalam penyerapan tenaga kerja apalagi dengan kondisi perkembangan ekonomi yang belum dapat mengatasi persoalan klasik keterbatasan peluang kerja. Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional umumnya dan daerah khususnya, sektor pertanian dapat dijadikan sektor andalan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Peranan perempuan di sektor pertanian adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah lagi, perempuan sebagai bagian dari masyarakat indonesia khususnya di pedesaan memiliki potensi sebagai aset pembangunan.
25
Upaya pemerintah dalam menjabarkan kebijakan pemberdayaan perempuan tampaknya juga terjadi di Departemen Pertanian. Hal ini tercermin dalam program pembangunan tahun 1999 s.d 2004 yaitu melalui Proyek Pengembangan Padi Terpadu. KUAT merupakan suatu sarana untuk mewujudkan ketahanan pangan yang sekaligus untuk meningkatkan pendapatan dan kejehteraan petani. Dalam pelaksanaan KUAT memperoleh modal kerja dalam upaya menguatkan modal kelompok tani melalui Pola Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM). Pemberian dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif dan kemandirian petani dan sekaligus membantu permodalan petani melalui penguatan modal kelompok dan bukan bantuan cuma-cuma. BPLM dikelola oleh kelompok untuk kegiatan
Pengelolaan
Tanaman
Terpadu/
PTT
(Integrated
Crops
Management/ ICM) dan Sistem Integrasi Padi-Ternak/SIPT (Crops Livestock Sistem/CLS). Disamping itu KUAT memperoleh bantuan modal pemicu khusus untuk kegietan Kredit Usaha Mandiri (KUM) (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2002). Kredit yang disalurkan melalui KUM (Kredit Usaha Mandiri) adalah untuk kegiatan lain selain kegiatan CLS dan ICM. Tujuan dari pemberian KUM kepada kelompok wanita adalah untuk memberikan kontribusi pendapatan keluarga sehingga dapat mendukung kegiatan CLS dan ICM yang
sekaligus
dapat
meningkatkan
kegiatan
ekonomi,
termasuk
26
pengembangan agribisnis pedesaan ( Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2002). Produktivitas tenaga kerja perempuan dalam pengelolaan kredit usaha mandiri di Subak Guama dapat diketahui dengan melihat penghasilan yang diperoleh selama waktu tertentu dengan membandingkan antara output (pendapatan satu bulan lalu) dengan input (curahan tenaga kerja selama satu bulan yang lalu). Produktivitas kerja perempuan dalam pengelolaan kredit usaha mandiri di Subak Guama dipengaruhi beberapa faktor. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja perempuan tersebut digunakan metode regresi linier berganda (SPSS) dengan variabel peubah yaitu tingkat pendidikan (X1), pengalaman kerja (X2), jumlah anggota rumah tangga (X3), jumlah pengeluaran rumah tangga (X4), umur (X5) dan besarnya jumlah pinjaman (X6). Adapun kendala yang dihadapi perempuan dalam pengelolaan kredit usaha mandiri di Subak Guama dalam menjalankan usahanya antara lain tempat usaha, modal yang terbatas, dan pendidikan yang relatif rendah. Semua faktor yang mempengaruhi serta kendala yang dihadapi oleh perempuan dalam menjalankan kegiatan pengelolaan kredit usaha mandiri tersebut akan ditinjau dari aspek teknis, ekonomi maupun sosial. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini adalah seperti terlihat pada Gambar 2.1.
27
PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
BPLM
KUAT Subak Guama
CLS
KUM
ICM
Alsintan
Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Dalam Kegiatan Pengelolaan Kredit Usaha Mandiri (KUM) Output
Input
Curahan Tenaga Kerja
Pendapatan
Ratio input/output Faktor Yang Mempengaruh i
Kendala Yang Dihadapi
Rekomendasi
Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Dalam Kegiatan Pengelolaan Kredit Usaha Mandiri 22011 2220(KUM) di Subak Guama Kabupaten Tabanan