BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sistem Biaya Tradisional Sebagai landasan dalam memperjelas pengertian mengenai sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem tersebut.
Supriyanto
(1993:75)
mendefinisikan
Sistem
Biaya
Tradisional sebagai berikut : “Sistem Biaya Tradisional adalah sistem kalkulasi biaya yang menghitung biaya overhead berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan yang terukur dalam jam tenaga kerja langsung, jam mesin, atau rupiah tenaga kerja langsung.” Sedangkan definisi Sistem Biaya Tradisional menurut R. Cooper & Robert S. Kaplan (1989:87) adalah : “Traditional systems can measure accurately the resources that are consumed in propotion to the number of units produced or individual product.” Dari kutipan-kutipan mengenai sistem biaya tradisional diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem ini masih relevan dan akurat pada kondisi pemakaian tenaga kerja langsung dan bahan baku langsung yang masih sangat dominan dalam proses produksi. Selain itu, sistem ini hanya akan dapat secara akurat mengukur biaya apabila
8
9
biaya yang dikonsumsi jumlahnya proporsional dengan volume produk yang diproduksi. Apabila tenaga kerja langsung dan bahan baku langsung tidak dipenuhi, maka perhitungan biaya produksi dengan menggunakan sistem biaya tradisional akan menjadi tidak akurat. 2.1.2. Kalkulasi Biaya Produk Tradisional Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Biaya-biaya seperti biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran pemacu yang akurat, dengan sistem biaya yang paling tradisional dirancang untuk memastikan hal ini dapat terjadi. Sedangkan untuk biaya overhead, pembebanannya bergantung kepada penelusuran pemacu dan alokasi. Dalam sistem biaya tradisional, hanya pemacu aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Pemacu aktivitas tingkat unit (unit level activity drivers)
adalah
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Penggunaan pemacu aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead ke produk mengasumsikan bahwa overhead yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang diproduksi. Pemacu aktivitas berdasarkan unit membebankan overhead kepada produk melalui
10
penggunaan tarif pabrik secara menyeluruh atau departemental. Contoh- contoh pemacu tingkat unit secara umum digunakan untuk membebankan overhead meliputi : a. Unit yang diproduksi b. Jam tenaga kerja langsung c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam mesin e. Bahan baku langsung Untuk mengilustrasikan bagaimana tarif overhead pabrik menyeluruh di hitung menurut sistem tradisional, penulis menyajikan Tabel 1.1. TABEL 1.1 Pembebanan BOP ke Produk Biaya Overhead Pabrik (BOP)
alokasi Departemen alokasi alokasi Produk
Sumber : Henry Simamora, Akuntansi Manajemen, 2002, Hal. 127 Untuk tarif overhead menyeluruh, biaya overhead pertamatama
diakumulasikan
dalam
satu
kelompok
biaya
secara
menyeluruh (pembebanan biaya tahap pertama). Biaya overhead
11
dibebankan kepada kelompok hanya dengan menjumlahkan seluruh biaya overhead yang diharapkan terjadi selama setahun. Karena semua biaya overhead adalah untuk pabrik, pembebanan kepada kelompok dilakukan dengan sangat akurat. Pada tahap pertama ini, obyek biaya adalah pabrik dan penelusuran langsung digunakan untuk membebankan biaya kepada kelompok
pabrik secara
menyeluruh. Setelah biaya diakumulasikan pada kelompok ini, kemudian kita menghitung tarif overhead pabrik menyeluruh dengan satu pemacu (drivers) tingkat unit yang biasanya adalah jam tenaga kerja langsung. Produksi diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead dengan proporsi jam kerja langsung yang digunakan. Oleh sebab itu, pada tahap kedua biaya overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif overhead dengan total jam kerja langsung aktual yang digunakan setiap produk. Rumus : Tarif overhead yang ditetapkan = overhead yang dianggarkan aktivitas yang diharapkan
Overhead yang dibebankan = Tarif overhead X output aktivitas aktual Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem biaya tradisional hanya menggunakan tarif overhead yang telah ditetapkan. Semua biaya overhead pabrik digabung ke dalam satu kelompok dan biaya-biaya tersebut dibebankan ke produk berdasarkan satu cost driver saja yang
12
berhubungan dengan volume produksi. Cost Driver yang sering digunakan dalm sistem biaya tradisional adalah jam upah langsung dan unit produksi. Dalam pelaporan keuangan, informasi biaya produksi menurut akuntansi biaya tradisional diukur dengan menggunakan metode biaya penuh (full cost method) atau metode biaya variabel (variable cost method). Perbedaan pengukuran biaya produksi diantara kedua metode ini terletak pada pembebanan biaya produksi tidak langsung tetapnya. Dalam full costing method, perhitungan harga pokok produksinya mengikutsertakan biaya produksi tidak langsung tetapnya sebagai biaya dalam persediaan, sedangkan pada variabel costing method, biaya produsi tidak langsung tetapnya tidak dimasukkan ke dalam biaya periode yang harus dibebankan ke penjualan dan bukan sebagai harga pokok produksi yang harus dimasukkan dalam persediaan. 2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Biaya Tradisional Kelebihan sistem biaya tradisional 1. Mudah diterapkan Sistem biaya tradisional tidak banyak menggunakan pemacu (cost driver) dalam membebankan biaya overheadnya sehingga akan memudahkan manajer untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi. 2. Mudah diaudit
13
Pemacu biaya yang tidak banyak akan memudahkan auditor untuk melakukan audit. Kelemahan sistem biaya tradisional 1. Tidak dapat melaporkan biaya produksi secara akurat karena sistem biaya produksi tidak dimodifikasi sejalan dengan perubahan proses produksi. 2. Mempunyai asumsi bahwa biaya produksi dikonsumsi secara proporsional oleh setiap unit yang diproduksi. 3. Pemakaian tarif tunggal dengan dasar penentuan harga pokok tingkat unit untuk harga pokok seluruh biaya produksi ke produk. 4. Ketidakmampuan untuk melaporkan biaya produksi yang akurat untuk organisasi yang memproduksi bauran produk yang berbeda baik volume, kompleksitas, dan umur produk. 2.1.4. Latar Belakang Timbulnya ABC Perusahaan harus meningkatkan kualitas produk serta efisiensi operasi produknya agar tetap dapat bersaing. Hal ini akan dapat tercapai apabila perusahaan berusaha meningkatkan produksi. Untuk dapat meningkatkan kemampuan produksi, manajemen perusahaan membutuhkan sistem biaya yang dapat memberikan informasi biaya yang akurat dan dapat merefleksikan sumber daya dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi. Model sistem biaya ini dibutuhkan supaya manajemen perusahaan mampu
14
mencapai dan mempertahankan keuntungan kompetitif melalui kemampuan produksinya. Sistem biaya tradisional yang diterapkan selama ini dianggap para ahli manajemen biaya gagal menyediakan informasi yang seperti disebutkan diatas. Kegagalan sistem biaya tradisional karena terlalu menaruh perhatian kepada biaya tenaga kerja langsung dengan mengesampingkan biaya overhead pabrik. Umumnya sistem biaya tradisional menentukan harga pokok berdasarkan komponen biaya tenaga kerja langsung, maupun jam kerja. Sistem biaya tradisional menciptakan pengukuran yang tidak akurat, yang mendorong perilaku tidak produktif. Untuk mengukur kinerja usaha, manajemen memakai tolok ukur seperti : penggunaan mesin atau efisiensi biaya tenaga kerja langsung. Disamping itu penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead meningkat dibandingkan dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sistem ABC timbul sebagai akibat kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu menggambarkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan suatu produk. Kebutuhan akan informasi tersebut di sebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : a. Persaingan yang bersifat global dan tajam
15
Adanya persaingan yang bersifat global dan tajam yang dihadapi perusahaan pabrikan, memaksa manajemen perusahaan mencari berbagai strategi baru dalam proses pembuatan produk yang menghasilkan biaya yang efektif dalam proses pembuatan produk, manajemen harus dapat menggunakan sistem pengelolaan biaya dalam rangka menghilangkan aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai sehingga manajemen dapat mengendalikan dan memantau pengorbanan berbagai sumber daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk. Dengan demikian manajemen perusahaan mampu memberikan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi
sumber
daya
dalam
berbagai
aktivitas
untuk
menghasilkan produk, baik aktivitas-aktivitas penambah nilai maupun aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai. b. Penggunaan teknologi maju dalam proses produksi Adanya penggunaan teknologi maju dalam hal pembuatan produk dapat menyebabkan proporsi biaya overhead dalam biaya produksi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. c. Inovasi baru oleh manajemen perusahaan Adanya inovasi baru yang dilakukan oleh manajemen perusahaan mengakibatkan daur hidup produk menjadi lebih pendek. Informasi mengenai daur hidup menjadi sangat penting bagi
16
perusahaan karena hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen dalam pengelolaan keputusan. d. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengelolaan data Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengelolaan data memungkinkan
dilakukannya
pengelolaan
berbagi
macam
informasi biaya yang sebelumnya tidak terbayangkan pada waktu menggunakan
sistem
manual.
Dengan
bantuan
informasi
berteknologi, berbagai cara penetuan harga pokok yang kasar pada waktu yang digunakan sistem manual dapat digantikan dengan penetuan harga pokok yang lebih akurat. 2.1.5. Definisi Sistem ABC Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Sistem ABC, penulis kutipkan beberapa definisi mengenai sistem ABC. Menurut L.M. Samryn (2002: 133) mendefinisikan : ABC merupakan suatu sistem yang berfokus pada aktivitas sebagai objek biayanya dan menggunakan cost driver bagi obyek pembiayaan selain aktivitas” Sedangkan Hongren, Foster & Datar (1997:135) memberi definisi : ABC
focuses on activities as activities as the fundamental cost
objects. It uses the cost of these activities as the basis for assigning cost to other cost object such as product, service, or customers.” Mereka menjelaskan bahwa Sistem ABC memfokuskan kepada aktivitas-aktivitas dimana aktivitas merupakan fundamen dari objek
17
biaya dan kemudian menggunakan biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut sebagai dasar untuk membebankan biaya ke obyek lainnya, seperti produk, jasa, dan pelanggan. Di lain pihak, Kaplan dan Atkinson (1998:97) menyatakan bahwa : “ABC developed to provide more accured ways of assigning the cost of indirect and support resources to activities, bussiness, processes, service, and customers. The goal of ABC is not allocate common cost to product. The goal is measure and then price out all resources use for acivities that support the production and delivery of products and services to customers.” Kaplan dan Atkinson menyatakan bahwa ABC dikembangkan untuk menetapkan biaya yang lebih akurat dari sumber daya tidak langsung dan pendukung yang digunakan untuk aktivitas, proses produksi, produk, jasa, dan pelanggan. Tujuan akhir dari ABC bukan untuk mengalokasikan seluruh biaya ke produk tetapi untuk mengukur dan menilai kembali semua sumber daya yang digunakan oleh aktivitas untuk mendukung produksi dan pendistribusian produk dan jasa ke pelanggan. Dari definisi-definisi diatas
dapat disimpulkan
bahwa
ABC
merupakan suatu metode baru mengenai sistem pembebanan biaya yang dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem akuntansi biaya tradisional. Yang menjadi
18
perhatian sistem ABC adalah aktivitas- aktivitas perusahaan dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga pokok produksi, aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan produk atau pelanggan yang mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian sistem ABC memudahkan perhitungan harga pokok biaya yang akurat sehingga mengurangi distorsi pada sistem biaya tradisional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan pihak manajemen mengurangi distorsi pada sistem biaya tradisional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan pihak manajemen. 2.1.6. Kalkulasi Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas Kalkulasi biaya produk berdasarkan aktivitas diawali dengan penelusuran biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Seperti halnya kalkulasi biaya produk menurut sistem tradisional, ABC merupakan proses dua tahap. Pada tahap pertama, ABC menulusuri biaya overhead ke aktivitas bukan ke unit organisasi sedangkan pada tahap kedua,
baik
sistem
ABC
maupun
tradisional
sama-sama
membebankan biaya produk. Namun, sistem ABC menekankan pada penelusuran langsung dan penelusuran pemacu (menekankan hubungan
sebab-akibat)
sedangkan
sistem
biaya
tradisional
cenderung intensif pembebanan (sangat mengabaikan hubungan sebab-akibat). Oleh sebab itu, perbedaan utama dari perhitungan antara dua metode tersebut adalah sifat dan jumlah pemacu biaya yang
19
digunakan. Sistem ABC menggunakan pemacu lebih banyak jika dibandingkan sistem tradisional. TABEL 1.2 Kalkulasi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Sistem ABC) Resources Antribusi Secara Langsung Tahap pertama Aktivitas Unit- Based Driver Tahap kedua Non Unit-Based Driver Produk Sumber : Akuntansi Manajemen, Henry Simamora, 2002, hal 127 Dua asumsi penting yang menjadi dasar sistem ABC adalah 1. Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya. 2. Objek biaya mengkonsumsikan atau menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas-aktivitas tersebut. Sistem biaya berdasarkan aktivitas (Sistem ABC) adalah sistem biaya terdiri dari dua prosedur, yaitu: 1. Prosedur tahap pertama Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut : a. Penggolongan atau pengidentifikasian aktivitas.
20
b. Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas. c. Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen. d. Penentuan tarif kelompok (pool rate). Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama system ABC adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan kelompok aktivitas. Setelah itu langkah ketiga penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen. Kelompok biaya homogen (Homogeneous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang berhubungan secara logis dengan tugas- tugas yang dilaksanakan dan biayabiaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jika kelompok biaya yang homogen telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah penentuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dengan dasar pengukuran aktivitas kelompok tertentu.
21
Rumus : Tarif kelompok = Tarif biaya overhead untuk aktivitas tertentu Dasar pengukuran aktivitas kelompok tertentu
2. Prosedur tahap kedua
Biaya overhead ini dibebankan pada berbagai produk dengan
menggunakan
tarif
setiap
kelompok
biaya.
Pembebanan overhead pada setiap jenis produk ditentukan dari setiap kelompok dari setiap produk dengan perhitungan Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok X Unit cost sebagai berikut: driver yang digunakan
Syarat-syarat
pemanfaatan
harga
pokok
produksi
berbasis aktivitas menjadi optimal adalah 1. Diversitas produk oleh perusahaan termasuk tinggi Perusahaan memproduksi berbagai macam produk atau lini yang diproses dengan menggunakan beberapa fasilitas yang sama sehingga timbul masalah untuk menentukan atau membebankan sumber daya yang dikonsumsi ke masingmasing produk. 2. Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat
22
Dalam persaingan untuk memperbesar pangsa pasar maka informasi tentang harga pokok yang akurat akan mendukung berbagai macam pengambilan keputusan. 3. Biaya pengukuran dapat dikatakan rendah. Biaya perencanaan dan pengoperasian sistem harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dimasa yang akan datang. Menurut Amin Wijaya tunggal (1992: 49), pemacu biaya (cost driver) dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama, yaitu : 1.
Pemacu biaya yang berhubungan dengan volume produksi. Variabilitas
biaya-biaya
manufaktur
dianggap
dapat
diterangkan dengan besarnya jam tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku. 2. Pemacu biaya yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Pemacu biaya ini dianggap memacu sejumlah
biaya
manufaktur karena terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk. Di dalam akuntansi aktivitas, pemacu biaya jenis kedua memperoleh perhatian yang besar karena pemacu
23
biaya tersebut dapat digunakan untuk menerangkan sebabakibat timbulnya biaya. Dalam pemilihan pemacu biaya, faktor utama yang harus diperhatikan menurut Amin Wijaya Tunggal (1992: 43), adalah: 1. Biaya Pengukuran Dalam sistem ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Jika kemungkinan sangat penting untuk memilih cost driver yang menggunakan informasi yang siap sedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya
yang
homogen
dapat
menawarkan
sejumlah
kemungkinan cost driver. 2. Pengukuran tidak langsung dan tingkat korelasi Pada struktur informasi yang ada sebelumnya dapat digunakan dengan cara lain untuk menentukan biaya dalam memperoleh
kuantitas
pemacu
biaya.
Kadang-kadang
dimungkinkan untuk pemacu biaya yang secara langsung mengukur penggunaan suatu aktivitas dengan suatu pemacu biaya secara tidak langsung mengukur penggunaan itu. 2.1.7. Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Dalam Supriyono (2002:475-476), Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang diperlukan yang dilaksanakan dengan
24
efisiensi sempurna. Sedangkan aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat diperbaiki. Dalam biaya bernilai tambah hanya mencakup biaya yang seharusnya terjadi dalam memproduksi suatu produk. Standar biaya bernilai tambah dapat digunakan untuk mengeliminasi secara lengkap aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah sehingga idealnya, biaya bernilai tambah menjadi nol. 2.1.8. Identifikasi Aktivitas dan Klasifikasi Identifikasi aktivitas merupakan salah satu bagian dari proses penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas. Product Driver Activities terdiri dari : 1. Unit level activities Adalah aktivitas yang terjadi setiap kali sebuah unit produk dibuat. Jenis aktivitas ini muncul akibat jumlah volume produksi yang melalui sebuah fasilitas produksi. Unit level activities dilakukan setiap sebuah unit produksi. Sebagai contoh, anggaplah sebuah unit mesin dilumasi dengan oli setiap 10 jam operasional yang terus menerus. Walaupun biaya lubrikasi tersebut tidak dikeluarkan setiap kali sebuah produk dibuat, namun pola perilaku biaya tadi sangat terkait erat dengan tingkat produksi sehingga biaya lubrikasi tersebut dapat diperlakukan sebagai unit
25
level cost meskipun tidak memenuhi kriteria ketat dalam unit level activities. 2. Batch Level Activities Adalah
aktivitas
yang
berhubungan
dengan
produksi
kelompok/gugus produk. Jenis aktivitas ini mencakup tugas-tugas seperti penempatan pesanan pembelian, penyiapan perlengkapan produksi, pengiriman produk kepada pelanggan, dan penerimaan bahan baku. Biaya pada tingkat gugus (batch) dihasilkan menurut jumlah gugus produk yang diproses ketimbang berdasarkan unit yang dijual, atau ukuran volume lainnya. 3. Produk Sustaining Activities Adalah aktivitas yang berhubungan dengan produk tetentu yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mendukung produksi dan penjualan masing-masing produk. Semakin banyak produk dan lini produk. Semakin banyak produk dan lini produk, maka semakin tinggi biaya aktivitas tingkat produk. Aktivitas ini berkaitan dengan suatu produk tetapi dengan produk lainnya. Contoh, melakukan inspeksi mutu merupakan aktivitas tingkat produk
karena
beberapa
produk
membutuhkan
inspeksi,
sedangkan produk lainnya tidak membutuhkannya, contoh lainnya aktivitas tingkat produk. 4. Facility Sustaining Activities
26
Adalah aktivitas penunjang fasilitas yang biasanya digabung ke dalam sebuah pusat aktivitas tunggal karena aktivitas ini berkaitan dengan keseluruhan produksi dan tidak dengan gugus spesifik tertentu ataupun lini produk tertentu yang diproduksi. Biaya tingkat fasilitas meliputi unsur-unsur seperti manajemen pabrik, pabrik, asuransi, pajak bumi dan bangunan, dan fasilitas rekreasional karyawan. TABEL 1.3 Aktivitas BOP Berdasarkan Kelompok Aktivitas
Kumpulan Aktivitas
(activities)
(activitiy centers)
Unit Level Activities
Batch Level Activities
(cost driver)
Mesin
Jam kerja mesin
Tenaga Kerja
Jam tenaga kerja
Bahan Baku
Biaya bahan baku
Order pembelian
Jumlah order pembelian
Order produksi Setup mesin
Jumlah bahan yang diterima Jumlah setup
Penanganan bahan
Jumlah jam penanganan
Pengawasan mutu Pengujian produk Product Sustaining Desain produk Activities Pelatihan pegawai Facility Sustaining Aktivitas produk Activities
Pemacu biaya
Jumlah jam pengawasan Jumlah jam pengujian Jumlah jam desain Jumlah jam pelatihan Jam tenaga kerja
Sumber : Akuntansi Manajemen, Henry Simamora, 2002, hal. 132
27
2.1.9. Mengimplementasikan Sistem ABC Agar sistem ABC berhasil, perusahaan harus merangkul sistem ini dan menggunakannya sebagai basis bagi semua keputusan manajemen. Sistem yang berhasil tergantung pada empat faktor kunci sebagai berikut : 1. Sistem tersebut harus didukung penuh oleh manajemen pucak. Dukungan manajemen pucak adalah kritikal. Sistem ABC merubah pandangan perusahaan terhadap usahanya. Dalam organisasi, terdapat pemenang dan pihak yang kalah. Pihak yang kalah tampaknya akan tidak menerima sistem tersebut apabila manajemen senior tidak meyakinkannya. 2. Metode ABC dapat dimengerti (understandable) dan dijelaskan (explainable) Agar sistem ABC dapat berhasil, karyawan perusahaan harus mampu memahami yang ditimbulkannya. Sistem ABC harus dapat menyajikan bagaimana aktivitas perusahaan mengkonsumsi sumber
daya
dan
bagaimana
produk
dan
pelanggannya
menimbulkan aktivitas tersebut. 3. Sistem tersebut dapat dicapai (accessible) Sistem ABC harus dapat dicapai oleh semua pemakai potensial. Semua pemakai potensial sistem ABC harus mempunyai akses yang tepat waktu, yang menyenangkan terhadap sistem biaya. Ini adalah satu alasan penting suatu sistem biaya yang terintegrasi
28
adalah superior terhadap sistem secara tersendiri. Sistem biaya yang terintegrasi dapat diakses dari setiap terminal sistem informasi dalam perusahaan. Sistem yang tidak terintegrasi telah memenuhi ketersediaan ini. Membatasi akses ke sistem juga menimbulkan ketidakpercayaan. Pemakai secara alamiah skeptis terhadap sistem baru. Banyak pemakai hanya merasa senang dengan
suatu
sistem
setelah
melakukan
percobaan
atau
eksperimen. 4. Adanya rasa memiliki sistem Orang-orang
yang
akan
melakukan
implementasi
harus
mempunyai rasa memiliki sistem tersebut. Jika tidak, maka sistem baru tersebut akan berhenti atau menghilang. 2.1.10. Kelebihan dan Kelemahan ABC System Kelebihan sistem ABC 1. Memperbaiki
mutu
pengambilan
keputusan
manajemen
sehubungan dengan informasi harga pokok produksi yang lebih informatif dan akurat yang dihasilkan oleh sistem ABC. 2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan yang terus menerus terhadap aktivitas perusahaan untuk mengurangi biayabiaya overhead. 3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya-biaya relevan guna pengambilan keputusan yang lebih luas lagi. Kelemahan Sistem ABC
29
1. Penggunaan sistem biaya (multiple cost driver) menyebabkan sistem lebih komplek dan mahal untuk diadministrasikan. 2. Sistem ABC membutuhkan data yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya tradisional. 2.1.11. Perbandingan Sistem ABC dengan Sistem Tradisional Perbandingan sistem ABC dengan tradisional dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sistem ABC memfokuskan pada aktivitas dalam menentukan biaya
produksi karena asumsi bahwa aktivitaslah yang
menyebabkan
biaya
sedangkan
sistem
biaya
tradisional
memfokuskan pada produk karena asumsi bahwa produk atau volumelah yang menyebabkan biaya. 2. Sistem ABC membagi biaya produksi berdasarkan kategori : jumlah unit, batch, produk dan fasilitas penunjang, sedangkan sistem tradisional membagi konsumsi biaya berdasarkan jumlah unit atau volume. 3. Sistem ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukabn berapa besar konsumsi biaya produksi produk individual sedangkan biaya tradisional menggunakan satu atau dua basis penentuan secara arbiter yang non representif. 4. Sistem ABC memberikan fasilitas bagaimana mengurangi biaya produksi yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan sistem
30
biaya tradisional. Contohnya : apabila sistem biaya tradisional menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai dasar penentuan, maka usaha untuk mengurangi biaya produksi biasanya terfokus pada bagaimana mengurangi pemakaian tenaga kerja padahal biaya produksi terjadi tidak hanya tergantung pada pemakaian tenaga kerja saja melainkan juga adanya aktivitas- aktivitas lain. Sistem ABC lebih diterapkan dalam masalah diatas karena lebih baik menggunakan dasar pembebanan pengendalian aktivitas. 5. Sistem ABC memberikan informasi biaya produksi yang lebih tepat dibandingkan sistem biaya tradisional sehingga sistem ABC lebih tepat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsi perencanaan dan Pengendalian biaya. 6. Sistem ABC mampu memberikan informasi mengenai skala ekonomi (economics of scale) produk individual yang lebih tepat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Sistem biaya tradisional yang biasanya melaporkan biaya produksi per unit yang sama besar, baik untuk produk yang volumenya tinggi maupun rendah. Hal tersebut bertolak belakang dengan harapan manajemen mengenai teori skala ekonomi (produk yang diproduksi per unit lebih rendah dibandingkan dengan produk yang diproduksi dengan volume rendah). Untuk memperjelas
31
perbandingan sistem ABC dengan sistem tradisional maka penulis menyajikan perbedaan tersbut dalam bentuk tabel 1.4. TABEL 1.4 Perbandingan Sistem ABC dengan Sistem Biaya Tradisional Perbedaan
1. 2. 3.
4.
Penekanan Asumsi penyebab timbulnya biaya. Dasar pembebanan biaya
Jumlah cost driver yang
Sistem ABC
Sistem Biaya Tradisional
Aktivitas Aktivitas
Produk Produk
Aktivitas produksi yang berhubungan dengan : a. Unit level b. Batch level c. Product level d. facility level
Pemacu yang berhubungan
Multiple cost driver
volume Single cost driver
Efektif
Tidak efektif
Lebih tepat dan dapat diandalkan
Kurang tepat dan tidak dapat diandalkan
Dapat dipenuhi
Tidak dapat dipenuhi
dengan unit atau
digunakan
5.
Sebagai alat perencanaan/pengendalian biaya
6.
7.
Informasi biaya produksi
Harapan mengenai skala ekonomis
32
Sumber : Hansen and Mowen Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Manajemen Biaya, 1992, hal. 325
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih (2003) adalah tentang analisis penerapan sistem ABC untuk menentukan harga pokok produk serta pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. Atlantis Antique dengan menggunakan data harga pokok produksi periode 2000-2002, variabel-variabel yang digunakan adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.
Hasil analisisnya adalah menggunakan sistem ABC, harga pokok produksinya tercatat lebih rendah dibanding menggunakan sistem tradisional yaitu pada periode 2000 sebesar 4,96% (produk Piliko FC), 10,32% (produk Geza FC),periode 2001 sebesar 5,20% (produk Piliko FC), 10,58% (produk Geza FC) dan untuk periode 2002 sebesar 4,71% (produk Piliko FC),11,65% (produk Geza FC).
2.3. Kerangka Pemikiran
Sistem penentuan harga pokok yang banyak dipakai untuk perusahaan umumnya menggunakan biaya produksi ke unit produk individual dan menggunakan satu dasar penentuan harga pokok ke unit produk individual dengan menggunakan satu dasar harga pokok tertentu, misalnya jam kerja langsung. Tindakan ini mengandung kelemahan karena adanya biaya
33
produksi yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan unit produk secara individual sehingga terjadi distorsi harga pokok atau biaya produksi.
Dengan menggunakan sistem ABC, perusahaan dapat menghemat biaya produknya karena sistem ABC membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan aktivitas produksi biaya barang tersebut.
Sistem
ABC
alternatif
sistem
pembebanan
biaya
mencoba
menghubungkan biaya produksi ke produk melalui aktivitas. Biaya-biaya yang timbul dibebankan menurut hubungan sebab akibat yang berupa aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk atau objek lain. Disamping menghasilkan perhitungan harga pokok atau biaya produksi secara
lebih
akurat,
sistem
ini
juga
memungkinkan
manajemen
mengendalikan biaya melalui pembebanan aktivitas.
GAMBAR 1
KERANGKA PEMIKIRAN
Sistem Tradisional
Departemen
HPP Sistem ABC
Aktivitas
Hasil gross profit yang diperbandingkan