ICASERD WORKING PAPER No.22
PELUANG PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG Valeriana Darwis Januari 2004
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
ICASERD WORKING PAPER No. 22
PELUANG PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG Valeriana Darwis Januari 2004
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah, dan review hasil penelitian. Penanggung jawab Working Paper adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, dengan Pengelola : Dr. Handewi P. Saliem, Dr. A. Rozany Nurmanaf, Ir. Tri Pranadji MSi, dan Dr. Yusmichad Yusdja. Redaksi: Ir. Wahyuning K. Sejati MSi; Ashari SP MSi; Sri Sunari, Kardjono dan Edi Ahmad Saubari. Alamat Redaksi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jalan A. Yani No.70 Bogor 16161, Telp. 0251-333964, Fax. 0251-314496, E-mail :
[email protected]
No. Dok.030.22.02..04
PELUANG PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG Valeriana Darwis Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
ABSTRACT In the past few years Indonesia has experienced a serious continually declining rice production. CBS (Central Bureau of Statistics) predicts that in 2002 the decline will continue 3% compared to 2001. The decline seriously affects farmer’s income. A study conducted at Deli Serdang District, North Sumatra, showed that among the various factors that contributed to the decline, the application of technology in low land rice production is the main factor It should soon be improved, e.g the use of high yielding variety, land preparation, irrigation management, harvesting pratices, the use of right fertilizer and soil conservation. Last year farmer’s income was nominally relatively high but did not give maximum profit due to low exchange rate. Keywords : increase, production, income, rice
ABSTRAK Beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah terjadi penurunan produksi padi yang terus menerus. Bahkan BPS meramalkan pada tahun 2002 akan terjadi lagi penurunan produksi sebesar 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan produktivitas padi sawah akan berdampak langsung terhadap pendapatan rumah tangga petani tersebut. Banyak faktor penyebab dari berkurangnya produktivitas padi sawah, salah satunya adalah adopsi teknologi yang tidak tepat. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Deli Serdang ditemukan bahwa penerapan teknologi bertanam padi di sawah merupakan faktor utama dan harus segera ditingkatkan, misalnya pemakaian varietas produksi tinggi, pengolahan lahan, manajemen irigasi, panen, pemakaian pupuk yang tepat dan konservasi lahan. Dari segi pendapatan petani tahun yang lalu secara nominal cukup tinggi, tetapi tidak memberikan keuntungan yang maksimal karena nilai tukar yang rendah. Kata kunci : peningkatan, produksi, pendapatan, padi
PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir ini telah terjadi penurunan produksi yang terus menerus. Ada beberapa sebab pelandaian produksi ini, antara lain : penciutan lahan sawah beririgasi, perubahan iklim (anomali) dan serangan organisme pengganggu tanaman. Di sisi lain kebutuhan akan beras terus bertambah mengikuti laju pertumbuhan penduduk. Hal ini kalau terus terjadi tentu akan mengakibatkan kekurangan pangan. Pada kasus di Sumatera Utara, Tobing (2002), mensinyalir penurunan produksi padi disebabkan oleh tidak dilakukannya pemupukan berimbang, teknik bercocok tanam yang tidak tepat, pengairan yang tidak baik, dan kurangnya pemakaian benih unggul.
Untuk menerapkan konsep peningkatan produktivitas padi, antara lain perlu mengetahui terlebih dahulu kebiasan dan perilaku si petani itu sendiri. Dengan alasan tersebut maka tulisan ini tujuan melihat bagaimana perilaku petani dalam mengusahakan lahan sawahnya, selanjutnya mencoba menawarkan teknologi yang efisien dan efektif. Selain itu perlu diidentifikasikan pendapatan usahatani padi sawah setiap musim tanam. BAHAN DAN METODE Tulisan ini merupakan bagian dari Proyek Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) yang dilakukan
di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara pada bulan April 2002. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan kecukupan air dengan indikator penanaman minimal dua kali dalam setahun. Petani yang menjadi responden adalah petani yang terletak dalam satu hamparan yang sama (lebih kurang 100 ha). Wawancara dilakukan kepada 60 petani dari dua kelompok tani yang terpilih. Selain ke petani informasi juga digali dengan cara interview terhadap ketua kelompok tani, PPL, aparat desa, LSM setempat dan tokoh desa. Data tambahan diperoleh dari BPS, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten Data tersebut dianalisis secara deskriptif dan untuk pendapatan petani setempat dipergunakan perhitungan B/C Ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra penghasil padi di luar Pulau Jawa. Dalam 5 tahun terakhir (1996 – 2000) luas panen padi sawah di Sumatera Utara mengalami kenaikan rata-rata 1,36 persen per tahunnya (Tabel 1). Kenaikan yang paling besar terjadi di Kabupaten Pematang Siantar (12,75%) dan sebaliknya Tapanuli Utara merupakan kabupaten yang paling besar penurunan luas panennya (6,92%). Dari 18 kabupaten yang ada,, Deli Serdang merupakan kabupaten yang paling besar luas namun jika dilihat dari panennya, diikuti oleh Kabupaten Langkat dan Kabupaten Simalungun. Laju pertumbuhan luas areal panen, justru Simalungun yang paling besar, kemudian Langkat dan Deli Serdang, yaitu masing-masing 3,80 persen, 1,14 persen dan 0, 19 persen per tahun. 2
Tabel 1.
No
Perkembangan Luas Panen (ha) tahun 1996 – 2000 di Sumatera Utara
Kabupaten/Kota
Perkembangan
1996 1997 5308 Medan 5550 Langkat 83778 78.26 Deli Serdang 146006 149027 Simalungun 69156 74597 Karo 15593 13064 Asahan 74137 75128 Labuhan Batu 81520 81081 Tapanuli Utara 65768 67665 Tapanuli Tengah 25845 26820 Tapanuli Selatan 93342 99636 Nias 29260 27783 Dairi 17142 15876 Tebing Tinggi 1597 1761 Tanjung Balai 915 1835 Binjai 3759 3982 Pematang Siantar 3056 3961 Toba Samosir Mandailing Nata Jumlah 716182 726592 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1998 5564 87051 149397 71923 18524 81667 79375 63355 28335 105571 30669 15229 1943 1827 4067 4362 748859
1999 6415 74478 150594 86058 14382 75232 84766 39940 35694 75618 34510 18101 1909 1493 4316 3497 27755 32408 767166
2000 5571 88680 147375 83339 14470 75889 77146 45943 27781 77882 28107 16807 1679 996 3618 5568 33774 31569 766194
Kenaikan pertahun (%) 0,97 1,14 0,19 3,80 - 1,48 0,47 - 1,10 - 6,92 1,46 - 3,56 - 0,80 - 0,39 1,01 1,71 - 0,76 12,75 10,31 - 1,30 1,36
Dalam kurun waktu yang sama produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan rata-rata per tahunnya lebih besar dibandingkan kenaikan rata-rata luas panen, yaitu 2,22 persen per tahun. Sumbangan yang terbesar berasal dari Kabupaten Deli Serdang kemudian diikuti oleh Kabupaten Simalungun dan Langkat (Tabel 2). Dari kenaikan rata-rata per tahunnya persentase terbesar terjadi di Kabupaten Pematang Siantar dan Simalungun, yaitu masing-masing 13,02 persen dan 4,47 persen. Ada juga beberapa kabupaten yang justru mengalami penurunan produksi, misalnya Kabupaten Tapanuli Utara dengan penurunan 6,53 persen setiap tahunnya, Kabupaten Tapanuli Selatan dengan penurunan 3,07 persen. Produktivitas padi sawah dalam 5 tahun terakhir di Provinsi Sumatera Utara hanya mengalami kenaikan rata-rata 0,85 persen. Kenaikan yang paling besar terjadi di Kabupaten Binjai yaitu 2,21 persen per tahun dan kabupaten yang justru mengalami penurunan produktivitas terjadi di Tanjung Balai, Asahan, Mandailing Natal dan Karo, yaitu masing-masing: 1,27 persen : 0,85 persen : 0,37 persen dan 0,33 persen per tahun (Tabel 3). Dengan laju kenaikan yang tidak sampai 1 persen tersebut, pemerintah Sumatera Utara disarankan lebih memperhatikan sektor pertanian khususnya padi agar masalah kecukupan pangan minimal untuk daerah sendiri dapat diatasi.
3
Tabel 2. Perkembangan Produksi (ton) tahun 1996 – 2000 di Sumatera Utara
1996
1997
1998
1999
2000
23414 314540 644004 321812 64541 322609 307747 258979 92371 417510 95424 64354 7054 4030 13864 14428 -
24568 311700 659389 349666 54247 327956 305134 267919 96253 448292 91222 59829 7883 7930 15642 18700 -
22786 358766 665004 338222 75723 338009 314706 249852 103607 470864 93954 59376 8641 7628 16645 20761 -
29411 333960 686994 410997 57466 312714 336226 158513 111280 345975 112573 70181 8683 6191 17894 16782 110154 148276
25514 367229 684998 400430 58920 316456 307803 184752 109279 357325 98364 66941 7637 4115 14887 26607 136194 143363
Kenaikan pertahun (%) 1,73 3,15 1,24 4,47 - 0,81 - 0,38 0.00 - 6,53 3,42 - 3,07 0,61 0,79 1,60 0,42 1,43 13,02 11,19 - 1,67
Jumlah 2966681 3046330 3144544 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
3274270
3310814
2,22
Perkembangan No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Medan Langkat Deli Serdang Simalungun Karo Asahan Labuhan Batu Tapanuli Utara Tapanuli Tengah Tapanuli Selatan Nias Dairi Tebing Tinggi Tanjung Balai Binjai Pematang Siantar Toba Samosir Mandailing Nata
Tabel 3.
Perkembangan Produktivitas (ku/ha) tahun 1996 – 2000 di Sumatera Utara Perkembangan
No
Kabupaten/Kota
1996
1997
44,11 Medan 44,27 Langkat 37,54 39,54 Deli Serdang 44,11 44,25 Simalungun 46,53 46,87 Karo 41,39 41,52 Asahan 43,52 43,65 Labuhan Batu 37,75 37,63 Tapanuli Utara 39,38 39,59 Tapanuli Tengah 35,74 35,89 Tapanuli Selatan 44,73 44,99 Nias 32,61 32,83 Dairi 37,54 37,69 Tebing Tinggi 44,17 44,76 Tanjung Balai 44,04 43,22 Binjai 36,88 39,28 Pematang Siantar 47,21 47,21 Toba Samosir Mandailing Nata Jumlah 41,42 41,93 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1998 40,95 41,21 44,51 47,03 40,88 41,39 39,65 39,44 36,57 44,60 30,63 38,99 44,47 41,75 40,93 47,60 41,99
1999 45,85 44,84 45,62 47,76 39,96 41,57 39,67 39,69 31,18 45,75 32,62 38,77 45,48 41,47 41,46 47,99 39,69 45,75 42,68
2000 45,80 41,41 46,48 48,05 40,72 41,70 39,90 40,21 39,34 45,88 35,00 39,83 45,49 41,32 41,15 47,79 40,33 45,41 43,21
Kenaikan pertahun (%) 0,75 1,98 1,05 0,64 - 0,33 - 0,85 1,11 0,42 1,94 0,51 1,42 1,19 0,59 - 1,27 2,21 0,24 0,80 - 0,37 0,85
4
Keragaan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 33 kecamatan dan kabupaten ini merupakan penyumbang kebutuhan beras terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Dalam 5 tahun terakhir (1997 - 2001) di kabupaten ini telah terjadi penurunan luas areal panen sebesar 0,23 persen per tahunnya. Hampir 60 persen kecamatan mengalami penurunan luas areal dan yang paling besar terjadi di Kecamatan Dolok Merawan (25,50%) dan Bandar Khalifah (17,26%). Sebaliknya Kecamatan Bangun Purba justru mengalami penambahan luas areal dengan laju 7,52 persen setiap tahunnya (lampiran 1). penurunan luas areal panen mengakibatkan turunnya produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang dan penurunannya lebih besar yaitu 0,57 persen. Dalam 1 tahun terakhir Kecamatan Sei Rampah dan Perbaungan merupakan kecamatan yang paling banyak menghasilkan padi sawah, yaitu masing-masing 98.942 ton dan 70.682 ton. Produksi yang paling sedikit terjadi di Kabupaten Dolok Merawan (754 ton) dan Deli Tua (287 ton). Penurunan produktivitas dalam kurun waktu yang sama dialami hampir oleh 90 persen kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang atau mengalami penurunan rata-rata 0,33 persen per tahun. Penurunan yang paling besar terjadi di Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kotarih yaitu: 6,09 persen dan 5,87 persen.
Hanya enam
kecamatan yang mengalami penambahan produktivitas padi sawah per hektar yaitu Sipispis dan Bangun Purba yang terbesar laju pertumbuhan rata-rata per tahun, yaitu masing-masing 2,26 persen dan 2,25 persen. Adapun produktivitas padi sawah pada tahun 1997 berkisar dari 4.515 ton sampai 5.549 ton/ha menjadi 3.961 ton sampai 5.595 ton/ha. Pendapatan Usahatani Padi Sawah Kecamatan Perbaungan merupakan sentra penghasil beras terbesar kedua setelah Kecamatan Sei Rampah. Pendapatan petani padi sawah di lokasi ini diwakili oleh besarnya pendapatan petani yang ada di Desa Lubuk Bayas. Jumlah penduduk di lokasi ini sebanyak 2.273 orang dari 623 KK. Dari jumlah KK tersebut ada 395 KK yang menggantungkan kehidupannya dari sektor pertanian. Total lahan sawah di lokasi ini 400 ha yang terdiri dari 81 ha sawah irigasi teknis dan sisanya sawah dengan irigasi semi teknis. Sehingga petani tidak masalah dengan air dan dapat menanam padi sebanyak dua kali dalam setahun dan satu kali palawija. 5
Dalam 1 tahun terakhir untuk budidaya padi sawah dalam dua musim tanam terjadi perbedaan pendapatan petani, dimana pada musim kemarau petani jauh lebih untung dibandingkan pada musim hujan, hal ini tergambar dari B/C ratio masing –masing 1,19 dan 0,61. Besarnya pendapatan ini disebabkan produksi dan harga padi sawah lebih besar pada saat musim kemarau dibandingkan pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan banyaknya bibit yang gagal dan penyakit yang menyerang tanaman lebih besar pada saat musim hujan. Sedangkan harga lebih murah pada saat musim hujan, karena banyak petani di daerah lain yang mengusahakan padi sawah. Biaya yang terbanyak dikeluarkan petani adalah biaya pada tenaga kerja, yaitu 67,05 persen pada MK dan 60,91 persen pada MH. Petani disini umumnya memborongkan hasil panen sekaligus prosesing dengan biaya 15 persen dari produksi kotor. Bahkan pada saat musim panen raya banyak tenaga kerja panen yang datang dari desa tetangga. Dalam kegiatan pengolahan tanah petani lebih mempercayakan kepada hasil kerja traktor tangan dengan sistem upah borongan. Pada MK
biaya untuk pembelian pupuk dan pembelian pestisida hampir
berimbang, sedangkan untuk MH pembelian pestisida lebih besar dibandingkan pembelian pupuk. Pupuk jenis Urea adalah yang terbanyak dipakai oleh petani. Untuk pestisida khususnya insektisida Bestok dan Cobra merupakan komponen pengeluaran terbesar. Ketersediaan pupuk tidak ada masalah, cuma harganya semakin lama semakin mahal. Analisis usahatani lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Peluang Peningkatan Produktivitas Padi Ada beberapa peluang yang dapat dilakukan dalam usaha meningkatkan produktivitas padi sawah di lokasi penelitian. Adapun peluang itu dapat dilakukan dengan cara perubahan penerapan teknologi yang di kelompokkan ke dalam : varietas, teknik penyiapan lahan, penanaman, pemupukan dan panen. Varietas Pada umumnya petani di lokasi penelitian mempergunakan varietas IR 65, Way Apo Buru dan Tantri. Petani merasa bibit yang dipergunakan bukan bibit yang unggul, karena hasilnya tidak maksimal. Varietas ini sudah sering ditanam sehingga disarankan ke depannya petani mempergunakan beberapa varietas unggul atau varietas unggul lainnya yang telah dikeluarkan oleh Departemen Pertanian. Dalam 5 tahun terakhir (1995 –1999) ada beberapa varietas unggul dilepas yang dapat menunjang peningkatan produksi padi (Tabel 5). 6
Tabel 4. Analisis Usahatani Padi Sawah Desa Lubuk Bayas
Uraian
Pemakaian
Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp) MH
%
MK
%
MH
MK
50
50
3.000
150.000
4.56
150.000
4.75
Sarana Produksi Benih (IR 64) Pupuk : -
UREA
150
150
1.200
180.000
5.48
180.000
5.71
-
TSP
75
75
1.600
120.000
3.65
120.000
3.80
-
ZA
50
50
1.200
60.000
1.82
60.000
1.90
-
KCL
50
50
1.800
90.000
2.74
90.000
2.85
-
-
-
-
-
-
-
Herbisida Insektisida : -
Simponen (kg)
75
50
2.000
125.000
3.80
100.000
3.17
-
Bestok (liter)
1,5
1
120.000
180.000
5.48
120.000
3.80
-
Cobra (liter)
1
1
100.000
100.000
3.04
100.000
3.17
-
Petripur (kg)
-
15
8.000
81.000
2.46
120.000
3.80
-
Decis (liter)
1,5
-
54.000
99.600
3.03
-
-
-
Curacron (liter)
0,6
-
166.000
99.600
3.03
-
-
1.285.200
39.09
1.040.000
32.95
Jumlah Biaya Tenaga Kerja Pengolahan tanah
-
-
-
400.000
12.17
400.000
12.68
Pembuatan tapak
3
3
20.000
60.000
1.83
60.000
1.90
3,5
3,5
20.000
70.000
2.13
70.000
2.22
Cabut bibit dan tanam
-
-
-
400.000
12.17
400.000
12.68
Pemupukan dasar
2
2
20.000
40.000
1.22
40.000
1.27
Pemupukan susulan
2
2
20.000
40.000
1.22
40.000
1.27
Penyemprotan
8
6
20.000
160.000
4.87
120.000
3.80
Menyemai
2
2
20.000
40.000
1.22
40.000
1.27
Panen
-
-
-
792.000
24.09
945.000
29.95
Jumlah
2.002.000
60.91
2.115.000
67.05
Total
3.287.200
100
3.155.000
100
Tamping beteng
Produksi
5280
5760
Pendapatan
5.280 x Rp. 1.000 = Rp 5.280.000 (MH) 5.760 x Rp. 1.200 = Rp 6.912.000 (MK)
Keuntungan
1.992.800 (MH) 3.757.000 (MK)
B/C Ratio
0.61
1.19
7
Tabel 5.
Varietas Unggul Padi yang Dilepas Tahun 1995-1999
Nama Varietas Cibodas
Agroekos istem LSI/LST
Membramo
LSI/LST
Batang Anai
LSI/LST
Widas
LSI/LST
Way Apo Buru
LSI/LST
Towuti
LSI/LST
Ketonggo
LSI/LST
Cirata
LK
Limboto Banyuasin Batanghari
LK LPS LPS
Tahan/Toleran terhadap WBC 1,HDB WBC 1,WBC 2,WBC 3, HDB dan T WBC, HDB WBC 1,WBC 2,WBC 3, HDB III, HDB IV WBC 1,WBC 2,WBC 3, HDB dan T WBC 2,WBC 3, HDB III, HDB IV WBC 2, WBC 3, HDB III B
Hasil (t/ha) 6–9 6–7 4,5 – 6
WBC 1, WBC 2, HDB III, B, Fe B, WBC 3 WBC 1, WBC 2, B, Al, Fe
Tidak dianjurkan daerah endemik tungro Penanaman di musim kemarau Sangat spesifik agroekositem
5–7 6–8
Dapat digilir dengan varietas IR 64
5–7 5–6 5–7
Lalat bibit, B, Al, Kr B, HDB, WBC 3
Keterangan
3–5 5–6
Produksi benih di lahan sawah Dapat ditanam di sawah irigasi dan toleran Fe
5–6
LPS 5 – 6 Toleran Fe LPS 3–5 : Lahan sawah irigasi/lahan sawah tadah hujan/lahan kering/lahan pasang surut WBC : wereng batang coklat, HDB : hawar daun bakteri, Kr ; kering, T : tungro, Fe : besi, B : blas, Al : almunium
Lalan Dendang LSI/LST/LK/LPS
Teknik Penyiapan Lahan Petani cenderung untuk menggenangi lahan sawahnya dari sejak bibit atau benih padi ditanam sampai tanaman mendekati waktu panen, baik pada pertanaman musim hujan maupun musim kemarau. Cara seperti ini menunjukkan bahwa penggunaan air irigasi tidak efisien (masih boros). Ke depannya disarankan agar petani melakukan pengairan berselang setiap 3–5 hari. Melalui metode pemberian air secara berkala (intermitten), kebutuhan air hanya mencapai 9.000–10.000 m3/ha berturut-turut untuk musim kemarau dan musim hujan. Ini berarti bahwa dengan sistem pemberian air secara berkala input air dapat dihemat sebesar 20 persen. Selain itu juga dapat menekan laju gas metan 8,7 persen lebih rendah dibandingkan irigasi kontinyu, dapat menekan populasi WBC pada saat primordia dari 125–192 ekor per 30 rumpun menjadi 86 ekor per 30 rumpun dan hasil yang dicapai tidak berbeda nyata (Abdulrachman et al., 2001).
8
Agar produktivitas dapat meningkat hendaknya dilakukan upaya menyehatkan lahan dengan cara: (a) mengembalikan jerami yang sudah dikomposkan
ke dalam
tanah, (b) mempergunakan pupuk kandang, (c) mengupayakan pola rotasi tanaman padi dengan tanaman leguminosa yang bisa menghasilkan bahan hijauan baik untuk pangan, maupun untuk pakan atau pupuk hijau. (d) meningkatkan aerasi tanah melalui pengaturan drainase atau rotasi dengan tanaman palawija agar terjadi pembalikan lapisan tanah, (e) penambahan pupuk anorganik berdasarkan analisis tanah. Penanaman Dalam satu rumpun padi petani biasanya menanam 4 sampai 5 butir benih. Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi disarankan agar petani menanam bibit muda yang berumur 16 hari dan hanya satu atau dua bibit per lubang. Tanam menggunakan benih muda dapat mengurangi stres setelah pemindahan bibit, serta mampu menghasilkan anakan lebih banyak dan produksi lebih tinggi. Dari hasil penelitian di Sukamandi terhadap varietas Way Apo Buru dengan perlakuan Dapok, umur bibit 15 hss dan pemakaian anakan maksimum 24,5 b dapat menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebesar 6,345 ton/ha (Tabel 6) Tabel 6.
Jumlah Anakan dan Hasil Gabah Padi Sawah Varitas Way Apo Buru. Sukamandi, MK 199
Perlakuan Dapok, umur bibit 10 hss Dapok, umur bibit 15 hss Sebar, umur bibit 10 hss Sebar, umur bibit 15 hss Sebar, umur bibit 20 hss
Jumlah anakan maksimum 29,7 a 24,5 b 27,6 a 24,7 b 24,7 b
Hasil GKG (T/ha) 5,720 b 6,345 a 5,600 b 6,258 a 5,644 b
Sumber : Guswara et al., 1999
Pemupukan Selama ini rekomendasi pemupukan berlaku secara nasional dan ada kecenderungan petani menggunakan pupuk secara berlebihan. Di lokasi penelitian hal ini juga terjadi, dimana petani mempergunakan empat jenis pupuk yaitu : Urea, TSP/SP36, ZA dan KCL. Dosis yang umumnya dipergunakan masing-masing adalah 150 kg, 75 kg, 50 kg dan 50 kg per ha. Komposisi seperti ini terus dilakukan petani setiap musim tanam. Pemupukan yang terus menerus dalam jumlah yang berlebihan dan adanya unsur pospat dalam tanah akan menyebabkan ketidakseimbangan komposisi unsur hara lain. Oleh karena itu rekomendasi selama ini perlu diperbaiki. Untuk petani di lokasi ini 9
disarankan melakukan uji tanah terlebih dahulu. Selain itu ada beberapa teknologi yang sudah tersedia dan dapat dipergunakan (Abdulrachman et.al., 2001) yaitu :
a. Urea Tablet Penggunana urea tablet mampu meningkatkan hasil padi antara 0,50 – 1,00 ton/ha, karena peningkatan efisiensi penggunaan N. b. Teknik Klorofil meter atau LCC Pendekatan lain untuk meningkatkan efisiensi hara N adalah pemberian pupuk berdasarkan status klorofil daun dengan mengunakan Soil and Plant Analysis Division (SPAD) meter atau Leaf Color Chart (LCC). Cara tersebut mampu menghemat
pupuk
urea
30-40
persen.
Pengontrolan
pelepasan
hara
N
menggunakan pupuk N - slow release juga dapat meningkatkan efisiensi N sebesar 32,5 persen. c. Pupuk P dan K Pemberian pupuk P maupun K tidak selalu memberikan respon, oleh karena itu pemberian sebaiknya didasarkan atas status P dan K dalam tanah. Pada tanah yang mempunyai status hara P rendah pemberian SP 36 antara 100 – 125 kg/ha/musim. P status sedang adalah 75 kg SP 36/ha/dua musim tanam dan P tinggi adalah 50 kg SP 36/ha/tiga musim tanam (Tabel 7). Prinsip pemberian pupuk P sama halnya dengan K, dengan waktu pemberian saat tanam atau paling lambat 3–4 minggu setelah tanam. Untuk menghemat pemakaian K dapat dikombinasikan dengan pengembalian jerami yang pelapukannya dapat dipercepat dengan pengomposan atau dengan pemberian inokulan trichoderma
Tabel 7.
Anjuran Takaran Pupuk P dan K Berdasarkan Status Tanah
Kadar har, me/100 g tanah status tanah (HCI 25 %)
Takaran P (Kg SP 36/Ha)
P2O5
K2O
< 20 (rendah)
< 10 (rendah)
100 – 125 / musim tanam
20–40 (sedang)
10–20 (sedang)
75/2 musim tanam
> 40 (tinggi)
> 20 (tinggi)
50/3 musim tanam
Takaran K (Kg KCL/Ha) Alternatif 1
Alternatif 2
50 + jerami
100
Jerami (sisa panen) Jerami (sisa panen)
50
50
Sumber : Adiningsih et al., (1990)
10
d. Amelioran dan Pupuk Alternatif Dosis pemakaian zeolit sebagai bahan amelioran tergantung pada nilai KTK bahan yang digunakan dan berapa besar KTK tanah yang ingin dinaikkan. Pada umumnya diperlukan tidak kurang dari lima ton zeolit per ha. Untuk menekan kebutuhan tersebut zeolit diberikan bersama pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian hara. Pemakaian zeolit dengan KTK > 100 me/100 g dapat meningkatkan efisiensi N bila diberikan bersama urea dengan takaran maksimal 20 persen zeolit dan 80 persen
urea. Komposisi yang sama dilakukan oleh
Abdulrachman dan
Juliardi (1997) di Sukamandi dengan mempergunakan varietas IR 64 dapat menghasilkan gabah kering giling 6,8 ton/ha. Komposisi 50 persen urea dan 50 persen zeolit hanya menghasilkan gabah kering giling 6,1 ton/ha. Panen Umumnya petani memborongkan panen dan prosesingnya ke petani lain dengan biaya sebesar 15 persen dari hasil kotor. Dengan teknologi seperti ini akan menyebabkan banyaknya kehilangan hasil. Secara nasional kehilangan hasil padi dalam penanganan pascapanen tertinggi terjadi pada kegiatan pemanenan dan perontokan (15,2%), pengangkutan, pengeringan dan penyimpanan berkisar 0,3 – 0,6 persen. Disarankan agar melakukan pembatasan jumlah pemanen dalam suatu areal panen. Dengan sistem beregu (20 – 30 orang) pemanen per hektar yang dilengkapi dengan mesin perontok tipe TH 6 –Q-M yang dimodifikasi BALITPA dapat menekan kehilangan hasil panen dari 19 persen menjadi 4,4 – 6,6 persen/ha (Setyono et al., 1995)
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Pertumbuhan produksi dan produktivitas padi sawah di Provinsi Sumatera Utara, masing-masing sebesar 2,22 persen dan 0,85 persen per tahun. Sedangkan di Kabupaten Deli Serdang, terjadi penurunan produksi sebesar 0,57 persen dan produktivitas 0,33 persen. Penurunan ini disebabkan oleh kurangnya penerapan teknologi. 2. Dalam satu tahun terakhir petani Desa Lubuk Bayas mendapatkan keuntungan yang berbeda untuk setiap musim dan musim kemarau merupakan musim yang paling besar mendapatkan keuntungan. Dari segi nilai memang kelihatannya cukup besar, tetapi dari segi nilai tukar petani merasakan sudah tidak banyak artinya. 11
SARAN Dari kebiasaan yang dilakukan oleh petani, ada beberapa saran penghematan yang dapat dilakukan, yaitu : pemakaian bibit yang lebih sedikit dan lebih muda, pemakaian pupuk yang jenis dan dosisnya tepat dan pemakaian tenaga panen yang efisien dan efektif. Selain cara-cara diatas ada juga cara lain yang dapat meningkatkan produktivitas yaitu : pemilihan varietas unggul, cara pemakaian air dan teknik penyiapan lahan. DAFTAR PUSTAKA Abdulrachman. S dan Iwan Juliardi. 1997. Kajian Penggunaan Zeolit dan Pupuk Neo Mineralin pada Tanaman Padi. Laporan Interen Balitpa. Abdulrachman. S, Suparyono, I.N. Widiarta, Udin. S. Nugraha dan A. Hasanuddin. 2000. Lokakarya Padi, Implementasi Kebijakan Strategis Untuk Peningkatan Produksi Padi Berwawasan Agribisnis dan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2001. Sukamandi 22 Maret 2000. Adiningsih, J.S., D. Santoso, and M. Sudjadi, 1990. The Status of NPK and S of Lowland Ice Soil in Java. CSR. AARD Guswara, A., K. Pirngadi dan S. Kartaatmadja. 1999. Penentuan Umur dan Cara Pembibitan Padi pada Sistem Pertanaman Padi Insentif. Laporan Intern Balitpa Monografi WKPP Lubuk Rotan BPP. Pematang Sijonam Kecamatan Perbaungan Tahun 2002. Tobing, MPL. Sumut Minim Percobaan Cocok Tanam Padi, 2002. Harian Waspada 13 April 2002 Pertanian Dalam Angka Popinsi Sumatera Utara 2000. Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Setyono. A, S. Nugroho, Sutrisno, dan R. Tahir. 1995. Peningkatan Pendapatan Petani dan Penderep Dengan Pemanenan Padi Sistem Beregu. Disampaikan pada Kelompok Kerja dan Tim Teknis Pascapanen, 29 – 31 Agustus 1996. Direktorat Bina Usahatani. Jakarta.
12
Lampiran 1 : Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1997 - 2001 Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Lubuk Pakam Pagar Merbau Beringin Perbaungan Pantai Cermin Sei Rampah Teluk Mengkudu Tanjung Beirngin Tebing Tinggi Bandar Khalifah Dolok Merawan Sipispis Dolok Masihul Galang Bangun Purba Kotarih Gunung Meriah Biru-biru Patumbak STM Hulu Deli Tua Pancur Batu Namorambe Sibolangit Kutalimbaru Sunggal Hamparan Perak Labuhan Deli Batang Kuis Percut Sei Tuan Pantai Labu Tanjung Morawa STM Hilir
2001
Luas Panen (Ha) 2000 1999 1998 1997
2844 4587 4759 12879 6360 17684 4149 6886 7785 4469 149 1105 5315 4954 1327 1218 1123 1036 1279 1093 60 1670 2111 1328 3432 5694 13407 6476 1326 9213 7407 4953 1346
2871 3857 4247 12042 6263 18341 4201 7097 7665 7554 301 1117 5624 5087 928 1548 988 1054 1287 1104 60 1451 2374 1825 3372 6332 11561 6207 1200 9597 7048 5264 1359
Sumber : Dinas Pertanian Deli Serdang
3073 4972 6347 13361 6323 17106 4958 6777 7684 8376 336 1370 6402 4818 969 1605 1123 762 1295 1093 60 1977 2495 1783 3410 6219 8510 6251 1890 10215 8018 5640 1346
2888 4216 4942 12218 6331 17555 4813 6961 8649 7400 298 1489 6051 4107 956 1635 970 1074 1236 1038 153 2605 2454 1741 3393 6268 12303 6235 1029 9046 7988 4995 1346
2629 4213 3696 12341 5012 17607 4743 7278 6920 6512 298 1178 5918 4330 1125 1482 1133 1675 1298 1249 126 2444 2501 1335 3439 6331 12777 6081 1831 10196 7709 5986 1344
%
2001
Produksi (Ton) 2000 1999 1998 1997
-0.24 3.98 2.69 1.62 0.38 -0.93 -0.31 -0.77 0.39 -17.26 -25.50 -0.27 -1.45 -0.67 7.52 -6.77 3.01 -0.43 -0.16 -0.25 3.28 -3.11 -.9.36 0.44 -2.80 3.44 1.04 2.38 -1.04 1.21 -1.57 -0.24
15278 24788 24447 70682 32627 98942 20741 34533 39672 22640 754 5794 26995 26311 7028 4805 5171 4814 5796 5126 287 8148 9749 6246 16072 28043 64260 29310 6609 36493 38028 24047 5694
15641 21061 22125 63955 32588 97282 21325 36097 39614 38810 1545 5327 28927 26959 4472 7544 4616 4969 5904 5250 289 7182 11592 8707 16013 31629 56196 28490 6000 47271 36402 27100 6175
16643 26590 33075 69618 32838 89496 25282 34582 38814 41684 1677 6563 32304 24839 4801 7991 5433 3735 6245 5300 287 9798 12334 8632 16524 31037 41670 31067 9469 50939 40867 28778 6413
15595 22893 25708 64761 32926 91685 24421 35397 44504 37999 1529 7097 31877 21999 4598 7972 4521 5015 5674 4932 742 12905 11983 8298 16117 31302 59099 28583 5198 45230 40880 25974 6100
14325 23030 19256 65532 30771 91978 24030 36763 5741 35080 1530 5628 31181 23230 5419 7233 5288 5065 5914 4963 687 12100 12212 8752 16192 51623 62109 27544 5465 50106 40130 30809 6108
%
2001
Produktifitas (Kw/Ha) 2000 1999 1998 1997
-0.59 3.76 2.37 2.38 0.03 0.42 -0.70 -1.13 0.04 -17.86 -26.23 2.02 -1.79 -0.62 9.09 -14.25 2.68 -0.80 -0.47 -0.60 -0.17 2.96 -4.73 -9.85 0.09 -3.20 3.14 0.70 2.30 -7.38 1.07 -3.17 -2.11
53.72 54.04 51.37 54.88 51.30 55.95 49.99 50.15 50.96 50.66 50.61 52.42 50.79 53.12 52.95 39.46 46.06 46.46 45.31 46.91 48.16 48.78 46,19 47,02 46,83 49,25 47,93 45,26 49,83 39,61 51,34 48,55 42,32
54.48 54.60 52.10 53.11 52.03 53.04 50.76 50.86 51.68 51.38 51.33 47.69 51.43 53.00 48.19 48.73 46.72 47.14 45.87 47.55 48.17 49.50 48,83 47,71 47,49 49,95 48,61 45,90 50,00 49,26 51,65 51,48 45,55
54.17 53.48 52.11 52.10 51.93 52.32 50.99 51.03 50.51 49.77 49.85 47.92 50.46 51.55 49.56 49.79 48.40 49.01 48.24 48.50 48.16 49.56 49.43 48.42 48.46 49.90 48.97 49.70 50.09 49.87 50.97 51.03 47.66
54.00 54.31 52.02 53.00 52.00 52.23 50.74 50.85 51.46 51.35 51.31 47.66 52.68 53.56 48.10 48.76 46.61 46.69 45.91 47.51 48.50 49.54 48.,83 47.66 47.50 49.94 48.04 45.84 50.52 50.00 51.18 52.00 45.32
54.49 54.59 52.10 53.10 52.04 53.23 50.76 50.66 51.65 51.38 51.54 47.72 52.69 53.65 48.17 48.81 46.67 47.12 45.04 47.59 48.17 49.52 48.83 47.69 47.50 49.95 40.61 45.90 50.55 49.17 51.65 51.47 45.15
% -0.35 -0.26 -0.36 0.81 -0.36 1.30 -0.39 -0.35 0.35 -0.36 -0.36 2.26 -0.32 0.06 2.25 -5.87 -0.36 -0.37 -0.31 -0.34 -0.01 -0.37 -1.43 -0.37 -0.35 -0.36 -0.35 -0.35 -0.09 -6.09 -0.15 -1.51 -1.91