I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300 orang1) harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Pangan, khususnya beras merupakan komoditas yang penting dan strategis, karena merupakan kebutuhan pokok manusia yang hakiki yang setiap saat harus dapat dipenuhi. Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, dan aman dikonsumsi. Tahun 2008 Indonesia mengalami swasembada beras dan mengurangi sama sekali impor berasnya2. Terjadinya swasembada beras di tahun 2008 merupakan usaha bersama yang dilakukan semua pihak, baik dari pemerintah yang mendukung dan dari petani yang siap menerima dukungan pemerintah. Pemerintah yang siap membantu untuk menaikkan produktivitas petani dan petani yang siap menaikkan produksi padi Indonesia dan memperluas lahan yang dimilikinya. Pemerintah menggalakkan kembali penyuluh-penyuluh pertanian di lapangan dan memberikan subsidi pupuk dengan cara yang langsung ke petani, sedangkan petani memanfaatkan sebaik-baiknya program yang telah dilakukan oleh pemerintah. Perkembangan areal panen, produksi dan produktivitas padi Indonesia tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Indonesia Tahun 2004-2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Areal Panen (Ha) 11.922.974 11.839.060 11.786.430 12.147.637 12.343.617
Produktivitas (Ton/Ha) 4,536 4,574 4,620 4,705 4,893
Sumber : www.bps.go.id/sector/agri/pangan [18 Februari 2009]
1
http://demografi.bps.go.id/proyeksi [27 Januari 2009] http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/16/09544795 [15 Februari 2009]
2
Produksi (Ton) 54.088.468 54.151.097 54.454.937 57.157.435 60.279.897
Tabel 1 menunjukkan pada tahun 2004-2008 rata-rata tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah sebesar 4,665 Ton/Ha. Begitu juga dengan produksi padi secara nasional di Indonesia dari tahun 2004-2008 mengalami peningkatan produksi dengan nilai rata-rata sebesar 56.026.367 Ton. Meskipun produksi padi Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan, namun jumlah produksi tersebut belum dapat mengimbangi jumlah konsumsi beras penduduk Indonesia. Tingginya konsumsi beras mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan beras. Mayoritas masyarakat Indonesia masih kuat mengidentikkan pangan dengan beras, sehingga mementingkan tersedianya beras dalam jumlah yang cukup. Menurut data Badan Pusat Statistik, tahun 2007 rata-rata konsumsi beras yang mencakup konsumsi langsung rumah tangga, konsumsi industri makanan, kebutuhan benih dan kegunaan lain mencapai 115,5 kilogram per kapita per tahun. Pada tahun 2006 konsumsi beras nasional lebih rendah dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 116,95 menjadi 115,33. Konsumsi beras nasional dinilai sangat tinggi dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kilogram per kapita per tahun dan Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun3. Gaya hidup masyarakat dewasa ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi beras bukan hanya sekedar dikonsumsi, tetapi juga manfaat yang dihasilkan dari mengkonsumsi beras tersebut. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat kesadaran pendidikan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya kesehatan. Gaya hidup sehat memang menjadi pedoman baru kehidupan modern saat ini. Kekhawatiran timbulnya penyakit, pencemaran, ditambah kesadaran terhadap lingkungan menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu masyarakat mencari pangan yang lebih aman dan sehat untuk hidup yang lebih baik. Pangan organik menjadi salah satu cara tepat yang sesuai kriteria. Bahkan, gaya hidup organik belakangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga masyarakat global. Mulai dari masyarakat di Amerika Serikat, hingga Eropa. Dari Indonesia sampai ke negeri sakura, berkembang hampir ke seluruh Asia, Australia dan Selandia Baru.
3
Endonesia. http://www.google.com//Konsumsi Beras Nasional 139 Kg/Kapita. 14 Juni 2007. [15 Februari 2009]
2
Pangan organik yang dikonsumsi saat ini adalah hasil dari pertanian organik. Dari sinilah muncul terobosan baru untuk membudidayakan beras organik. Beras organik, seperti halnya pangan sejenis lainnya, senantiasa dibutuhkan oleh tubuh untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Untuk menjadi sehat, minimal kita dapat mulai dengan apa yang kita makan sehari-hari. Apalagi, komposisi nasi (beras) menjadi makanan yang dikonsumsi setiap hari secara dominan, oleh karenanya nasi atau beras begitu berpengaruh bagi kesehatan. Beras organik merupakan beras yang ditanam di tanah yang ramah lingkungan. Proses pertumbuhannya tidak menggunakan pestisida kimia. Beras ini tumbuh di lahan yang sudah terbebas dari kontaminasi pestisida dengan ekosistem yang terjaga, dengan rentang waktu antara 5 tahun sampai 15 tahun. Selain harus mengembalikan ekosistem tanah, beras sehat ini juga mensyaratkan adanya lahan yang jauh dari polusi, seperti asap knalpot motor, limbah pabrik, dan pencemaran lainnya. Sistem pengairan harus baik dan tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organik. Disamping itu lahan-lahan pertanian yang berada di sekitarnya pun tidak boleh menggunakan pestisida. Beberapa ciri maupun karakteristik beras organik dapat dideteksi melalui aromanya yang wangi, tampilan fisiknya yang bersih, licin dan putih. Rasanya pun gurih, tahan lama waktu matang serta kualitasnya lebih baik dari beras impor lainnya. Bahkan, bila dikonsumsi beras ini akan cepat mengenyangkan (LPS 2005) Berkembangnya pertanian organik mendukung program pemerintah dalam hal keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia. Ini sesuai dengan UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang menegaskan bahwa pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang serta terjamin keamanannya. Lembaga Pertanian Sehat merupakan salah satu lembaga yang fokus dalam pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Lembaga ini juga adalah salah 3
satu lembaga yang mengembangkan bisnis usaha beras organik dari hulu sampai hilir. Beras organik yang dihasilkan Lembaga Pertanian Sehat diberi nama Beras SAE yang artinya beras yang Sehat, Aman dan Enak. Beras SAE adalah produk beras yang tidak mengandung residu pestisida berbahaya (dibawah ambang batas kandungan pestisida yang boleh dikonsumsi oleh manusia). Sehat karena diolah dengan teknologi pertanian ramah lingkungan, Aman karena bebas residu pestisida berbahaya, Enak karena rasa nasinya yang pulen dan mempunyai aroma pandan. Beras SAE memiliki karakteristik yang khas; warna beras tidak terlalu putih tetapi jika dimasak memiliki warna nasi yang putih, pulen dan wangi. Beras SAE diproduksi dengan menggunakan teknologi pertanian ramah lingkungan. Hasil analisa dan uji laboratorium di Laboratorium BB Biogen Bogor menyatakan bahwa
Beras
SAE
bebas
residu
pestisida
golongan
Organoklorin,
Organophospate, Karbamat, dan Piretroid.
1.2
Perumusan Masalah Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti
sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan dalam iklim persaingan. Usahausaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen. Pada dasarnya konsumen mengharapkan dapat memperoleh produk yang memiliki manfaat pada tingkat harga yang dapat diterima. Untuk mewujudkan keinginan konsumen tersebut maka setiap perusahaan berusaha secara optimal untuk menggunakan seluruh asset dan kemampuan yang dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen. Implementasi upaya ini tentunya menimbulkan konsekuensi biaya yang berbeda di setiap perusahaan termasuk para pesaingnya. Untuk dapat menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah ditetapkan.
4
Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Supply Chain Management. Supply Chain Management sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang baru. Supply Chain Management merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Supply Chain Management merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik Faktor kunci untuk mengoptimalkan Supply Chain Management adalah menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat di antara mata rantai, pergerakan barang efektif dan efesien yang menghasilkan kepuasan maksimal para pelanggan. Hal ini menunjukkan harus ada kerja sama yang erat antara pelaku dalam rantai pasokan, yang penting adalah adanya kesadaran dan kesediaan dari masing-masing pelaku untuk melakukannya agar rantai pasokan dapat berjalan lancar. Sebagai suatu lembaga yang bergerak secara mandiri dan profesional, Lembaga Pertanian Sehat memiliki beberapa permasalahan dalam kegiatannya sehingga berdampak terhadap kemampuan lembaga dalam menghasilkan laba dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Diantara permasalahan yang ada yaitu belum terintegrasinya antar mata rantai maupun fungsi di Lembaga Pertanian Sehat dengan petani di lapangan maupun konsumen akhir yang menyebabkan ketidakefesienan dalam kegiatan dan hasil produksi sehingga berimplikasi pada peningkatan biaya. Adapun rantai kegiatan Supply Chain Management Beras SAE yaitu Petani-Penggilingan-Lembaga Pertanian Sehat-
5
Agen-Konsumen. Di rantai kegiatan Supply Chain Management Lembaga Pertanian Sehat berperan sebagai supplier, manufakturer dan distributor. Sebagai supplier Lembaga Pertanian Sehat menyediakan bibit unggul, obat-obatan yang ramah lingkungan dan memberikan penyuluhan-penyuluhan ke petani-petani binaan. Sebagai manufacturer beras yang sudah dihasilkan oleh petani diolah kembali oleh Lembaga Pertanian Sehat dengan mencampur beras di tempat penggilingan yang telah bekerja sama dengan Lembaga Pertanian Sehat dan mengemasnya kembali ke tempat yang sudah ditentukan dengan ukuranukuran tertentu, sedangkan sebagai distributor menyalurkan beras yang sudah dihasilkan dan dikemas, ke agen-agen yang telah menjalin kerjasama ataupun ke konsumen yang memesan langsung ke kantor Lembaga Pertanian Sehat dalam jumlah tertentu. Banyaknya fungsi yang dilakukan Lembaga Pertanian Sehat dalam mata rantai kegiatan Supply Chain Management seharusnya mengakibatkan pergerakan barang menjadi lebih efektif dan alur informasi yang diterima menjadi lebih tepat dan akurat, akan tetapi yang terjadi di lapangan menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Berdasarkan wawancara di Lembaga Pertanian Sehat alur informasi mengenai jumlah Beras SAE yang terjual di setiap agen kurang cepat diterima oleh pihak lembaga dan adanya pengeluaran biaya yang cukup besar mengenai pengiriman Beras SAE dari kantor yang berada di Bogor ke agen-agen yang ada berada di sekitar Jakarta, Tangerang dan Depok. Dengan demikian diperlukan perbaikan manajemen yang memandang keseluruhan kegiatan baik dari pemerolehan bahan baku, proses pengirimannya sampai ke konsumen (pelanggan) maupun proses pengembalian produk (return), dengan lebih terintegrasi, sehingga perusahaan dapat bertahan dan meningkatkan produktivitasnya di tengah pasar yang kompetitif. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegiatan Supply Chain Management Lembaga Pertanian Sehat, sehingga Lembaga Pertanian Sehat dapat lebih mengetahui kondisi atau posisinya dalam menentukan ukuran-ukuran pelaksanaan (performance metric) yang tepat agar dapat memperoleh keuntungan dalam jangka pendek dan jangka panjang.
6
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini
adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyusun Supply Chain Management yang dilakukan oleh Lembaga Pertanian Sehat pada produk beras SAE. 2. Menganalisis prioritas kegiatan Supply Chain Management beras SAE di Lembaga Pertanian Sehat.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi Lembaga Pertanian Sehat, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional perusahaan dan dalam membuat rencana kerja selanjutnya. 2. Bagi penelitian-penelitian selanjutnya guna sebagai bahan referensi atau sumber informasi. 3. Bagi penulis, sebagai syarat kelulusan sarjana, untuk menerapkan ilmuilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai Supply Chain Management.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada Lembaga Pertanian Sehat yang terletak
di
JL. Rancamaya No 22 Harjasari, Bogor Selatan. Pengamatan mengenai kegiatan Supply Chain Management dilakukan pada mata rantai supplier, manufacturer dan distributor, hal ini dikarenakan Lembaga Pertanian Sehat memfokuskan perannya di rantai tersebut.
7