BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1
PT. Indosat, Tbk PT. Indosat, Tbk didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing, dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1994, Indosat mendaftarkan sahamnya di New York Stock Exchange, Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES). Dengan pencatatan saham tersebut, resmilah PT Indosat menjadi perusahaan publik atau yang disebut sebagai PT Indosat Tbk (terbuka). Pada tanggal 20 November 2003 lalu bertepatan dengan Hari Ulang Tahun PT. Indosat, Tbk yang ke-36, secara resmi telah dilakukan penandatanganan penggabungan usaha (merger) Satelindo, IM3, dan Bimagraha ke Indosat, dinamakan Indosat baru. (sumber: www.indosat.com, 2012)
1.1.2
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang sering disebut PT. Telkom didirikan pada 23 Oktober 1856. Selanjutnya pada 1991, Perumtel mengalami perubahan status, yaitu menjadi perseroan terbatas milik negara dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, atau Telkom. Pada 14 November 1995 PT Telkom melakukan penawaran umum perdana dan sejak saat itu saham PT Telkom tercatat di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, New York Stock Exchange dan Londom Stock Exchange. Sejak tanggal itu pula PT. Telkom menjadi perusahaan public, sehingga namanya menjadi PT Telkom Tbk (sumber: www.telkom.co.id, 2013)
1.1.3 PT. XL Axianta, Tbk PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk), atau disingkat XL adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996. Perusahaan XL didirikan pada tanggal 8 Oktober 1989 dengan nama PT. Grahametropolitan Lestari, bergerak di bidang perdagangan dan jasa umum. Bulan September 2005 merupakan tonggak utama bagi XL dimana XL menjadi perusahaan public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada 26 September 2013, XL mencapai kesepakatan untuk mengakuisi PT Axis Telekom Indonesia (Axis). Perusahaan ini mengambil alih 95 persen saham Saudi Telecom di Axis, sehingga nama Axis akan hilang. (sumber: www.xl.co.id, 2012)
1.1.4 PT. Bakrie Telecom, Tbk PT Bakrie Telecom, Tbk atau dikenal sebagai nama BTEL berdiri pada tahun 1993 dengan nama awal PT. Radio Telepon Indonesia kemudian berubah nama menjadi Bakrie Telecom di tahun 2003 dengan menggunakan teknologi CDMA 2000 1x. Pada tahun 2006 terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan symbol ticker BTEL. Melakukan lima tahap revitalisasi pada awal kuartal kedua 2012 sehinggan memperoleh hasil positif baik dari sisi kinerja keuangan perusahaan maupun laju pertumbuhan pelanggan. Dan pada kuartal ketiga mencatat pertumbuhan pelanggan dengan kenaikan sebesar 4,5% dari kuartal kedua. (sumber : www.bakrietelecom.com, 2013)
1.1.5 PT. Smartftren Telecom, Tbk PT Mobile-8 Telecom Tbk didirikan pada bulan Desember 2002. Pada tahun 2003, Perseroan mengakuisisi dua operator telepon selular berlisensi,
yaitu Komselindo dan Metrosel. Pada tahun 2006, Mobile-8 memperkenalkan layanan 3G pada jaringan CDMA EVDO, serta melakukan pencatatan perdana saham pada Bursa Efek Indonesia
Pada tahun 2007 Mobile-8
berhasil menerbitkan obligasi Rupiah pertamanya yang juga dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Kemudian, Perseroan juga turut meramaikan pasar modal regional dengan penerbitan Eurobond pertamanya yang dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Selama dua tahun berkiprah di bidang telekomunikasi secara solo, pada tanggal 3 Maret 2010 Smart Telecom resmi menjalin kerja sama dengan PT Smartfren Telecom yang dahulunya bernama PT. Mobile-8 Telecom dengan menciptakan produk Smartfren. (Sumber: www.smartfren.com, 2013)
1.2 Latar Belakang Masalah Seiring
dengan
berkembangnya
zaman
kebutuhan
manusia
akan
telekomunikasi semakin penting. Telekomunikasi tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder tetapi telah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat karena perangkat telekomunikasi dapat menunjang kehidupan manusia menjadi lebih berkembang. Para pelaku industri yang bergerak dalam bidang telekomunikasi semakin tumbuh dengan pesat dan dengan banyaknya pelaku industri ini mengakibatkan munculnya persaingan. Misalnya saja tiga perusahaan besar mendominasi persaingan pasar telekomunikasi Indonesia di jaringan GSM, yakni Telkomsel, Indosat, dan XL (data olahan berbagai sumber). Persaingan harga terjadi diantara ketiga operator dalam perang harga. Menurut Rhenald Kasali yang merupakan Guru Besar UI bahwa terdapat fenomena „Cracker‟ pada industry XL yaitu orang yang mampu bisa melihat celah, patahan, letusan, retak, sekaligus memanfaatkannya menjadi peluang karena mampu menerobosnya. Dimana XL dahulu hanya sebagai operator yang mengejar layanan bersuara jernih dengan tarif premium, namun kini menjadi
operator yang menawarkan tarif super murah dan menempati posisi kedua dengan sedikitnya 35,2 juta pelanggan (www.finance.detik.com, 2011). Terlepas dari kondisi persaingan ternyata Telkomsel sebagai salah satu anak perusahaan PT. Telkom, pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga Jakarta yang digugat oleh PT. Prima Jaya Informatika yang melakukan suatu kerjasama kontak yang dimulai dari 1 juni 2011 sampai juni 2013, tetapi pada juni 2012 kerjasama tersebut terputus tanpa ada penjelasan apa pun dari pikak telkomsel, hanya ada pernyataan melalui lisan dan surat elektronik bahwa belum ada perintah dari pimpinan. Sehingga, Telkomsel digugat pailit oleh PT. Prima Jaya Informatika (www.beritasatu.com, 2012). Sedangkan untuk operator CDMA, PT. Bakrie tidak luput dari kebangkrutan dari tahun 2008. Bangkrutnya Bakrie dikarenakan perusahaan operator telepon seluler Esia yang berbasis CDMA itu gagal melunasi utang obligasi Bakrie tahun 2007 yang jatuh tempo. Hingga saat ini sepuluh anak perusahaan bakrie mengalami kepailitan hutang disebabkan jatuh tempo tahun 2012 (data olahan berbagai sumber). Adapun tingkat pendapatan operator telekomunikasi di Indonesia periode 2009-2013, adalah sebagai berikut yaitu : Tabel 1.1 Pendapatan Usaha operator Telekomunikasi Tahun 2009-2013 (Dalam Milyaran Rupiah) Tahun Perusahaan 2009
2010
2011
2012
2013
ISAT
18.393
19.796
20.576
22.418
23.855
TLKM
64.596
68.629
71.253
77.143
82.967
EXCL
13.706
17.458
18.712
20.969
21.265
FREN
368
376
954
1.649
2.428
BTEL
2.742
2.765
2.591
2.360
2.072
90000 80000 70000
ISAT
60000
TLKM
50000
EXCL
40000 30000
FREN
20000
BTEL
10000 0 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan Tahunan 2009-2013
Gambar 1.1 Grafik Pendapatan Usaha Operator Telekomunikasi (Dalam Milyaran rupiah)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa secara umum pendapatan industri telekomunikasi mengalami peningkatan. Misalnya saja PT. Smartfren Telecom, Tbk mengalami rata-rata peningkatan tertinggi yaitu 69%. Kondisi yang terjadi di industri operator tersebut, dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dimana pengukurannya dapat dilakukan dengan rasio keuangan, akan tetapi rasio mempunyai kelemahan dalam mengukur kinerja keuangan
(Ratnasari,dkk,
2012),
sehingga
untuk
mengatasinya
konsep
pengukuran kinerja keuangan dilakukan berdasarkan nilai tambah (value added) yaitu EVA dan MVA . Konsep EVA dan MVA dicetuskan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M. Stern (analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart & Co), pada tahun 1991 (Octora Miranda dkk, 2003). Pengertian Economic Value Added (EVA) adalah tolok ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara
pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal (S.David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001:831). Sedangkan “Market value added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan pada periode tertentu dengan nilai ekuitas yang dipasok para investornya”. MVA hanya dapat dihitung atau diaplikasikan pada perusahaan publik atau yang listed di pasar modal (Warsono, 2003:47). Selain menggunakan EVA dan MVA, dapat digunakan FVA untuk untuk mengukur kinerja perusahaan Sandias (2002) dalam Iramani&Febrian (2005:7). Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan. Berdasarkan uraian maka penulis mencoba meneliti kinerja keuangan dengan menggunakan tiga metode yaitu EVA, FVA dan MVA. Untuk membahas lebih lanjut permasalahan ini penulis mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA), Financial Value Added (FVA) dan Market Value Added (MVA) (Studi kasus pada Operator Telekomunikasi yang terdaftar di BEI) Periode 2009-2013”.
1.3
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan – rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan operator telekomunikasi berdasarkan Economic Value Added? 2. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan operator telekomunikasi berdasarkan Financial Value Added? 3. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan operator telekomunikasi berdasarkan Market Value Added?
1.4
Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk
mengetahui
kinerja
keuangan
pada
perusahaan
operator
perusahaan
operator
perusahaan
operator
telekomunikasi berdasarkan Economic Value Added. 2. Untuk
mengetahui
kinerja
keuangan
pada
telekomunikasi berdasarkan Financial Value Added. 3. Untuk
mengetahui
kinerja
keuangan
pada
telekomunikasi berdasarkan Market Value Added.
1.5
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi: 1. Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai analisis Economic Value Added, Financial Value Added dan Market Value Added, dan pengaplikasiannya. 2. Bagi akademis, sebagai kajian dalam penelitian sejenis dimasa yang akan datang dan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan serta menambah
wawasan
mengenai
kinerja
keuangan
dari
industri
telekomunikasi. 3. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berminat untuk memperdalam mengenai masalah kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA, FVA dan MVA. 4. Bagi operator telekomunikasi diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik dalam proses menilai kinerja perusahaan pada aspek keuangan.
1.6
Sistematika Penulisan Tugas Akhir Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab I bersisi mengenai tinjauan terhadap obyek studi, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab II berisi tinjauan pustaka yang membahas teori-teori yang mendukung penelitian ini dan mendukung pemecahan permasalahan, kerangka pemikiran dan lingkup penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab III menjelaskan tentang jenis penelitian, operasionalisasi variabel, jenis dan teknik pengumpulan data, analisis data yang digunakan dalam penelitian. BAB IV : HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV mengemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan juga saran.