I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun 1971 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah penduduk Indonesia Jumlah
Tahun
Penduduk
1971
1980
1990
1995
2000
2010
Jumlah
119.208.
147.490.
179.378 194.754.
206.264.
237.641.
(jiwa)
229
298
.946
595
326
Indonesia
808
Sumber : www.bps.go.id Percepatan
pertumbuhan
penduduk
Indonesia
yang
luar
biasa
dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada saat ini sangat memprihatinkan. Rata-rata persentase pertumbuhan penduduk di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mencapai sekitar 1,49% atau 4,5 juta jiwa per tahun 1. Sedangkan jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 120,4 juta orang, bertambah 1 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2011. Jumlah pengangguran pada Februari 2012 sebesar 6,32% 2. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang ada saat ini belum mampu menampung seluruh angkatan kerja di Indonesia. Permasalahan klasik ini akan menjadi ancaman besar apabila tidak diatasi dengan baik. Salah satu solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran adalah dengan mendirikan usaha. Data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia sekitar 52 juta unit. Nilai transaksi dari UMKM di Indonesia pada tahun tersebut mencapai lebih dari dua ribu triliun rupiah, sehingga 60% PDB Indonesia berasal dari UMKM 3. Sedangkan jumlah usaha besar kurang dari 1% dari jumlah usaha yang ada di Indonesia. 1
www.kompas.com [diakses 28 Februari 2012] www.bps.go.id. [diakses 12 Mei 2012] 3 www.jabar.tribunnews.com [diakses 12 Mei 2012] 2
2
UMKM
memberikan
pengaruh
yang
cukup
signifikan
terhadap
perekonomian nasional. Peran dari UMKM dapat ditinjau dari dua sisi, internal dan eksternal. Secara internal, dengan adanya UMKM maka dapat mengurangi tingkat ketergantungan terhadap orang lain. Bila ditinjau dari sisi eksternal, UMKM berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, dan dapat meningkatkan produktivitas nasional. Sektor pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan merupakan modal utama Indonesia karena wilayah daratan dan lautan yang luas, sehingga mata pencaharian utamanya berasal dari sektor-sektor tersebut. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menyebutkan bahwa nilai PDB dari hasil pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar 284,6 triliun rupiah atau sebesar 14,5% pada tahun 2008, dan 296,4 triliun rupiah atau sebesar 15,3% pada tahun 2009. Oleh karena itu, pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan memiliki peranan penting dan memberikan kontribusi berarti terhadap ekonomi Indonesia. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah perkembangan usaha bidang pertanian di Jawa Barat. Subsektor pertanian yang berkembang di Kabupaten Bogor salah satunya adalah perikanan dan peternakan. Tabel 2 menerangkan tentang produksi ternak dan persentase kontribusi berbagai jenis ternak di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 dan 2007. Tabel 2. Produksi ternak dan kontribusi berbagai jenis ternak di Kabupaten Bogor tahun 2006-2007 No 1.
Jenis Ternak Ayam Ras
2.
Sapi
9.422.706,00
12,59
9.504.130,00
12,22
0,86
3.
Domba
3.239.999,00
4,33
2.722.128,00
3,50
-15,98
4.
Kambing
1.577.450,00
2,11
915.199,00
1,18
-41,98
5.
Ayam Buras
1.112.349,00
78,94
932.356,00
81,64
7,51
6.
Kerbau
249.444,00
0,33
113.497,00
0,15
-54,50
7.
Itik
150.515,00
0,20
94.181,00
0,12
-37,43
74.814.008,00
100,00
77.781.390,00
100,00
3,97
Jumlah
Tahun 2006 (kg) 59.061.545,00
Kontribusi (%) 78,94
Tahun 2007 (kg) 63.499.899,00
Kontribusi (%) 81,64
Peningkatan (%) 7,51
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2008
3
Produksi ternak di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 berjumlah 74.814.008 kg. Pada tahun 2007 produksi ternak secara umum mengalami kenaikan sebesar 3,97% menjadi 77.781.390 kg. Namun kenaikan tersebut terjadi hanya pada beberapa komoditi hewan ternak, yaitu sapi dan ayam ras, sedangkan hewan ternak lainnya mengalami penurunan produksi. Salah satu komoditi hewan ternak yang mengalami penurunan produksi adalah domba dan kambing. Produksi domba dan kambing pada tahun 2006 adalah 3.239.999 kg dan 1.577.450 kg dengan persentase kontribusi sebesar 4,33% untuk produksi domba dan 2,11% untuk produksi kambing. Pada tahun 2007, persentase penurunan produksi domba sebesar 15,98% menjadi 2.722.128 kg. Pada produksi kambing, persentase terjadi penurunan produksi sebesar 41,98% menjadi 915.199 kg. Jumlah populasi domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2004 hingga tahun 2008 mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Gambar 1 adalah grafik populasi domba pada Kabupaten Bogor pada tahun 2004 hingga 2008. Dari tahun 2004 hingga 2006, populasi domba mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun pada tahun 2007 dan 2008 populasi domba mengalami penurunan.
230000 228000 226000 224000 222000 220000 218000 216000 214000 212000
229.012 223.253 221.149 220.467 217.855
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah populasi domba (ekor) Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Bogor (diolah), 2008
Gambar 1. Jumlah populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2004-2008
4
Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciampea yang terletak di Kabupaten Bogor memiliki kelompok peternak domba, kambing, dan sapi sebanyak 16 kelompok, yang tersebar di tiga belas desa. Jumlah peternak domba dan kambing pada masing-masing desa di Kecamatan Ciampea bervariasi. Jumlah relatif peternak domba dua kali lebih banyak dari peternak kambing. Dan jumlah populasi ternak domba hampir dua kali dari populasi ternak kambing. Pada semester kedua tahun 2011, tercatat bahwa jumlah peternak domba di Kecamatan Ciampea adalah 891 orang, dengan jumlah populasi domba sebanyak 5.933 ekor. Sedangkan jumlah peternak kambing di daerah tersebut sebanyak 357 orang, dengan jumlah populasi sebanyak 2.236 ekor. Usaha dalam bidang peternakan memiliki beberapa keuntungan, selain permintaan pasar yang masih besar, nilai tambah dari kegiatan usaha ternak lainnya adalah pemanfaatan limbah yang dapat meningkatkan pendapatan peternak, seperti kotoran hewan yang dijadikan sebagai pupuk organik dan kulit hewan ternak yang dapat dimanfaatkan untuk produk komersil sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Maka dari itu, subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertanian. Kendala utama yang menghambat berkembangnya usaha peternakan adalah resiko dari faktor eksternal dan internal yang cukup tinggi. Beberapa faktor penyebab resiko seperti penyakit, sulitnya memperoleh ternak bakalan, lahan yang semakin sempit, serta kekurangan modal untuk pengembangan usaha sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan suatu usaha peternakan. Manajemen yang baik sangat diperlukan untuk meminimisasi resiko, baik internal maupun eksternal pada usaha ternak. 1.2. Perumusan Masalah Mitra Tani Farm adalah sebuah usaha ternak penggemukan domba dan kambing yang terletak di Jalan Manunggal 51 nomor 39 RT 04/05, Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini sudah berdiri sejak tahun 2004. Wilayah pemasaran yang dilakukan oleh MT Farm ini meliputi Bogor, Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Produk berupa
5
domba dan kambing untuk kurban dan daging domba siap saji (seperti sate dan gulai) yang dihasilkan oleh MT Farm yang dipasarkan melalui lembaga aqiqah merupakan anak perusahaan dari MT Farm sendiri. Usaha bidang peternakan sangat sensitif terhadap resiko yang berasal dari faktor eksternal, seperti langkanya bakalan, fluktuasi harga bakalan, fluktuasi permintaan produk oleh pasar, resiko kematian hewan ternak, dan sebagainya. Meskipun perusahaan ini sudah berdiri lebih dari tujuh tahun, namun kendala yang dihadapi seperti kesulitan mendapatkan domba bakalan masih menjadi salah satu kendala yang dialami perusahaan. Bakalan domba adalah domba yang berusia 10-14 bulan, atau domba yang masih disapih. Bakalan merupakan bahan baku utama dari penggemukan domba dan kambing. Hingga saat ini di Indonesia masih belum ada petani yang menjadi pembibit domba dan kambing secara massal, maka dari itu pemenuhan permintaan perusahaan terhadap bakalan masih sulit didapat. Ketika perusahaan memerlukan bakalan untuk memenuhi permintaan konsumen, pemasok bakalan harus mengumpulkan bakalan terlebih dahulu agar sesuai dengan jumlah yang dipesan, dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai gambaran, untuk pemesanan 100 ekor bakalan yang dijual di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, pemasok memerlukan waktu kurang lebih seminggu untuk mengumpulkan bakalan. Pemasok mengumpulkan bakalan dari petani-petani setempat di pasar ternak. Sehingga bakalan yang dipesan MT Farm baru akan datang seminggu lebih dari waktu pemesanan. Dengan adanya kesulitan dalam mencari bakalan, maka produksi perusahaan pun menjadi terganggu, sehingga produk yang dihasilkan menjadi fluktuatif. Hal ini berdampak pada tidak terpenuhinya permintaan konsumen akan domba dan kambing. Pada usaha penggemukan domba dan kambing, biaya yang digunakan terdiri dari biaya tetap dan variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan MT Farm berupa upah karyawan, biaya telepon dan listrik, dan biaya penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabelnya berupa biaya pembelian bakalan, biaya pakan, biaya transportasi, dan biaya obat-obatan.
6
Apabila ditinjau dari biaya tetap, seperti biaya penyusutan peralatan, semakin banyak produk yang dihasilkan maka biaya per unit produknya menjadi semakin kecil. Namun karena produk yang dihasilkan perusahaan fluktuatif, maka ketika penjualan tidak banyak, biaya penyusutan peralatan per unit produk menjadi besar. Pada biaya variabel seperti pembelian bakalan, harganya sangat fluktuatif. Harga bakalan dipengaruhi oleh harga keseimbangan di pasar. Ketika harga bakalan sedang tinggi, otomatis harga pokok produksi pun meningkat. Dari beberapa hal tersebut, maka harga pokok produksi MT Farm relatif tinggi, sehingga ini merupakan masalah bagi perusahaan, karena akan mengakibatkan penetapan harga jual yang menjadi lebih mahal atau perusahaan akan kehilangan laba atau rugi. Penjualan domba dan kambing di MT Farm cukup fluktuatif. Pada saat hari raya kurban penjualan melonjak tajam hingga puluhan kali lipat dibandingkan pada bulan-bulan lain. Perusahaan juga bukan sebagai pemasok tetap yang menjual produknya pada pola waktu dan jumlah tertentu, sehingga penjualan setiap bulan sulit untuk diprediksi. Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan perusahaan saat ini. Laporan keuangan MT Farm masih sederhana dan kurang terspesifikasi antara pemasukan dan pengeluaran dari usaha penggemukan domba dan kambing dengan jenis usaha lainnya, seperti penggemukan sapi. Hal tersebut berpengaruh terhadap perhitungan laba yang diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan sulit mengetahui laba yang diperoleh pada tahun tersebut, apakah sudah sesuai target atau belum. Biaya, volume penjualan, dan laba merupakan komponen utama dalam suatu bisnis. Maka dari itu, MT Farm perlu memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba organisasi untuk pencapaian target perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang dianggap perlu untuk dikaji, yaitu sebagai berikut: 1. Biaya apa saja yang merupakan komponen utama untuk berproduksi ? 2. Mengapa pertumbuhan volume penjualan berfluktuasi?
7
3. Berapa jumlah volume penjualan yang harus dicapai oleh MT Farm agar dapat mencapai break-even point? 4. Bagaimana penentuan biaya dan volume penjualan untuk mencapai laba yang diharapkan MT Farm? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi biaya apa saja yang merupakan komponen utama untuk berproduksi. 2. Mengetahui penyebab pertumbuhan volume penjualan yang fluktuatif. 3. Menentukan jumlah volume penjualan yang harus dicapai oleh MT Farm agar dapat mencapai break-even point. 4. Menentukan nilai biaya dan volume penjualan untuk mencapai laba yang diharapkan MT Farm. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan dari penelitian ini, maka penelitian ini bermanfaat sebagai masukan untuk pengambilan keputusan dan penyusunan rencana perusahaan mengenai pertimbangan perhitungan biaya dalam produksi, serta untuk menentukan jumlah volume penjualan agar mencapai profit yang diharapkan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang peternakan yang dijalankan oleh perusahaan MT Farm. Penelitian ini dibatasi hanya pada jenis usaha penggemukan domba dan kambing, dengan menganalisis data keuangan pada tahun 2010 hingga 2011. Untuk analisis data keuangan pada tahun-tahun sebelumnya tidak dapat dilakukan karena keterbatasan data keuangan yang dimiliki perusahaan. Jenis usaha lainnya tidak dilakukan analisis CVP dikarenakan keterbatasan data keuangan yang dimiliki perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan sampai tahap rekomendasi biaya dan jumlah volume penjualan untuk mencapai laba yang diinginkan, sedangkan implementasinya diserahkan kepada perusahaan MT Farm karena lebih mengetahui strategi yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi perusahaan saat ini.