BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar Modal menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) “Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri”. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi, sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Di Indonesia terdapat pusat dari pasar modal yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia sendiri merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang resmi bergabung pada tanggal 1 Desember 2007. Proses merger ini mengakibatkan Indonesia sekarang memiliki satu pasar modal yang terpusat. Pada penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 adalah sebanyak empat puluh perusahaan, yang terdiri dari berbagai sektor pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Daftar Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia No
Daftar Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia
Jumlah Perusahaan
1
Sub sektor batu bara
22
2
Sub sektor minyak dan gas bumi
7
3
Sub sektor logam dan mineral lainnya
9
4
Sub sektor batu-batuan
2
Sumber: www.idx.co.id
1.2 Latar Belakang Penelitian Pasar modal atau capital market merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, dan instrument lainnya. Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian diharapkan meningkat karenaa pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas (Darmaji & Fakhruddin 2011:2). Di Indonesia satu-satunya pasar modal yang ada adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Efek yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal Indonesia salah satunya adalah saham, khususnya di BEI. Dengan membeli atau memiliki saham, investor dapat memperoleh keuntungan salah satunya adalah dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan dapat berupa dividen tunai atau dividen saham (Darmadji & Fakhruddin, 2011:9). Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) dimana rasio ini berfungsi untuk mengukur presentasi dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham, namun hal tersebut juga memperkecil sisa dana yang dapat digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Manajer keuangan harus mampu menentukan kebijakan dividen yang optimal guna menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang agar nilai perusahaan dapat ditingkatkan (Sutrisno, 2012:266). Salah satu sektor dalam BEI yang membagikan devidennya adalah sektor pertambangan. Pertambangan menurut UU Minerba No. 4 Tahun 2009 adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang. Sektor pertambangan merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi karena perannya sebagai penyedia sumber daya energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto sektor pertambangan dalam gambar 1.1 :
PDB Sektor Pertambangan 2011 - 2014 5 4.5
4.29
4 3.5
3.02
3 2.5 1.74
2 1.5 1
0.55
0.5 0 2011
2012
2013
2014
Gambar 1.1 Pertumbuhan PDB Sektor Pertambangan Tahun 2010 - 2014 Sumber: bps.go.id 2015 Dalam gambar 1.1 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu empat tahun terakhir PDB perusahaan pertambangan mengalami penurunan hingga tahun 2014. Penurunan ini diakibatkan oleh tiga hal yaitu : 1) Turunnya nilai mata uang rupiah kepada USD Melemahnya rupiah mengakibatkan beberapa sektor menjadi sulit untuk kompetitif khususnya yang tergantung pada produk-produk impor. Keuntungan yang harusnya diterima oleh para eksportir pun tidak dapat meningkatkan
neraca transaksi berjalan akibat industri manufaktur yang belum efisien dan berdaya saing. 2) Turunnya harga komoditas dunia Melemahnya harga-harga komoditas dunia sebagai akibat melemahnya permintaan di China dan Negara-negara utama Eropa mengakibatkan industri yang mengandalkan harga komoditas mengalami pelemahan permintaan. 3) Pemberlakuan UU Minerba Pada 11 Januari 2014, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Pemerintah Nomor 1 tahun 2014. Peraturan itu merupakan tindak lanjut dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara. Dimana undang-undang tersebut mewajibkan semua perusahaan tambang membangun smelter dan dilarang untuk mengekspor bahan mentah. Hal ini bertujuan untuk menaikkan nilai tambah berupa nilai ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Akibat dari kebijakan tersebut, sehingga terjadi perlambatan pada sektor industri migas.
Di perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 rata- rata mengalami peningkatan dari segi asset, ekuitas dan total hutang, namun dari segi profit mengalami penurunan. Misalnya dari segi total asset, PT Indo Tambangraya Megah Tbk tahun 2010 total asset berjumlah 1.089.706 rupiah dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 1.578.474 rupiah. Dari segi ekuitas, masih pada perusahaan yang sama total ekuitas juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, tahun 2013 yaitu sebesar 1.121.217.431 rupiah dan pada tahun 2014 sebesar 1.174.157.429 rupiah. Dari segi
total hutang, pada tahun 2013 PT Resources memiliki total utang sebesar
33.348.742 rupiah dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 44.038.848 rupiah. Dari segi profit, PT ATPK Resources pada tahun 2010 adalah sebesar 25.694.366.584 rupiah dan mengalami penurunan turun pada tahun 2011 sebesar 24.850.134 rupiah. Saham perusahaan sektor pertambangan yang ada di BEI pada tahun 2010-2014 dapat dilihat dari Gambar 1.2 berikut ini :
Persentase Saham Perusahaan Sektor Pertambangan di BEI tahun 2010-2014 48.59
14.93 -4.22
2010
2011
-26.41
-23.31
2012
2013
2014
Gambar 1.2 Persentase Saham Perusahaan Sektor Pertambangan BEI Sumber: Data diolah dari idx.co.id 2015
Pada gambar 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 ke tahun 2011 saham sektor pertambangan menurun secara fluktuatif, namun terjadi kenaikan pada tahun 2012 ke tahun 2013 dan terus berlanjut naik hingga tahun 2014. Sektor saham paling turun pada tahun 2013 yaitu sektor saham pertambangan. Sektor saham pertambangan turun hingga tahun 2013 sebesar -23,31 persen.. Harga komoditas melemah dan permintaan batu bara berkurang, ditambah ekonomi negara maju melambat telah memberikan tekanan terhadap harga batu bara yang berimbas ke sektor pertambangan. (bisnisliputan6.com). Namun demikian, pada bulan Oktober tahun 2015 saham sektor pertambangan BEI menguat kembali bahkan menjadi sektoral ynag mengalami penguatan paling tajam yaitu sebesar 1,839 persen. Menguatnya saham-saham pertambangan rupanya terdongkrak dengan naiknya transaksi dari segi frekuensi pada emiten-emiten tambang. Di antaranya, emiten tambang PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) sebanyak 3.450 kali dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebanyak 1.382 kali. (republika.co.id)
Hal ini berarti masih menarik investor untuk berinvestasi menanamkan sahamnya pada sektor pertambangan, walaupun kondisi saham pertambangan baru pulih kembali. Investor masih mau menginvestasikan karena daya tarik dividen, dapat dilihat dari empat puluh perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, sebelas perusahaan diantaranya pernah membagikan dividen, sisanya tidak. Dalam pembagian dividen, tentunya perlu suatu kebijakan dividen. Melalui kebijakan dividen akan ditentukan proporsi besarnya jumlah dividen yang akan dibayarkan pada pemegang saham dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan perusahaan itu sendiri dengan tujuan untuk ekspansi di masa mendatang. Kebijakan dividen dalam industri pertambangan dinilai penting, karena menyangkut hak dan kewajiban dua pihak yaitu pemegang saham dan pihak manajemen yang masingmasing mempunyai kepentingan yang berbeda. Para pemegang saham atau investor lebih menyukai dividen yang sudah ada ditangan dibandingkan capital gain yang belum tentu aka nada di masa mendatang atau keduanya tidak diperoleh. Perusahaan akan membagikan dividen bila tidak ada pilihan investasi yang bias meningkatkan nilai perusahaan di masa mendatang. Hal ini seusai dengan salah satu teori kebijakan dividen yaitu hipotesis Bird-In-the Hand (Manurung 2012:108). Menurut James Horne dan John Wachowicz (2012:215), faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) dalam suatu perusahaan, antara lain : Tingkat laba (Return On Asset) merupakan tingkat pengembalian atas aktiva yang telah diinvestasikan, sehingga diharapkan akan menentukan pilihan relatif untukmembagikan laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemilik saham atau menggunakannya kembali di perusahaan tersebut. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan atas investasinya bisa menjadi pertimbangan positif maupun negatif untuk membagikan dividen atau menentukan labaditahan untuk keperluan perusahaan dalam jangka panjang. Jika terjadi tingkat keuntungan yang tinggi, tentu akan lebih mudah menyisihkansebagian keuntungan untuk dibagikan berupa dividen pada para
pemiliksaham. Sedangkan jika terjadi tingkat keuntungan perusahaan yang rendahakan memperkecil kemungkinan untuk dapat membagikan dividen pada para pemilik perusahaan. Faktor yang kedua adalah kebutuhan dana untuk membayar hutang (Debt to Equity Ratio). Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen, dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah. Selanjutnya adalah tingkat pertumbuhan perusahaan (Asset Growth). Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini berarti bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah rasio pembayaran dividennya. Beberapa rasio telah dipakai oleh para peneliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kebijakan dividen, dimana kebijakan dividen itu sendiri diproksikan oleh para peneliti dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Salah satu rasio yang dipakai untuk mengukur DPR adalah Return on Asset (ROA) merupakan suatu ukuran menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas seluruh dana yang diinvestasikan (Fahmi, 2012:58). Dalam penelitian Cendekia (2011) yang meneliti pada perusahaan manufaktur tahun 2006-2008, serta dalam penelitian Tika Ayu (2015) yang meneliti pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013, diperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini menunjukkan apabila ROA meningkat maka pembagian akan
meningkat. Namun dalam penelitian yang dilakukan John dan Muthusammy (2010) yang meneliti pada perusahaan industri kertas di India, diperoleh hasil bahwa variabel ROA berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Debt to Equity Ratio (DER) dalam beberapa penelitian juga dipakai untuk melihat pengaruhnya terhadap DPR. DER merupakan perbandingan antara hutang perusahaan dengan modal sendiri guna memenuhi kebutuhan dana perusahaan. (Sutrisno, 2012:218). Peneliti yang menggunakan DER diantaranya : Nuraeni (2013) yang meneliti pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI, serta pada penelitian Alisinaei dan Habibi (2012) yang meneliti pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange diperoleh hasil bahwa variabel DER berpengaruh positif terhadap DPR. Namun hasil yang berbeda ditemukan dalam penelitian Cendekia (2011) yang meneliti pada perusahaan manufaktur tahun 2006-2008 diperoleh hasil bahwa variabel DER berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Selain ROA dan DER, salah satu rasio lain yang dipakai adalah Asset Growth yaitu Total Asset yang menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. (Shitta, 2011). Suatu perusahaan yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Karena kebutuhan dana makin besar, maka perusahaan akan lebih cederung menahan sebagian besar pendapatannya. Semakin besar pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, berarti semakin rendah deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham. (Jogiyanto 2010:391). Dalam penelitian Ikhsan (2014) yang meneliti pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2009-2011 dan Diska (2011) yang meneliti perusahaan LQ45 di BEI diperoleh bahwa variabel Asset Growth berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Namun hasil yang berbeda dalam penelitian Cendekia (2011) yang meneliti pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-2008 diperoleh hasil bahwa variabel Asset Growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Oleh karena itu, sesuai dengan objek penelitian, latar belakang, dan didasarkan pada perbedaan hasil-hasil penelitian yang ada, dalam penelitian kali ini penulis
memberi judul “PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO DAN ASSET GROWTH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO”. (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2014).
1.3 Perumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth dan Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2014? 2. Bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 secara parsial? 3. Bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2014 secara parsial? 4. Bagaimana pengaruh Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 secara parsial? 5. Bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 secara simultan?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perkembangan Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth dan Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 secara parsial.
3. Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 secara parsial. 4. Untuk mengetahui pengaruh Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 secara parsial. 5. Untuk mengetahui pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2014 secara simultan.
1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis Hasil penelitian mengenai pengaruh Return on Asset, Debt to Equity Ratio, dan Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI ini diharapkan dapat memperkaya informasi bagi para pembaca mengenai faktor apa saja yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5.2 Aspek Praktis Hasil penelitian mengenai pengaruh Return on Asset, Debt to Equity Ratio, dan Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI ini diharapkan menjadi masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi yang berhubungan dengan tingkat pengembalian dari perusahaan berupa dividen.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Penulisan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari bebrapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan secara umum dan ringkas mengenai Gambaran Umum Objek Peneliian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi tinjauan pustaka mengenai teori yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi metode dan teknik yang digunakan, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pembahasan berupa analisis pengolahan data sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penulisan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan berupa penyajian secara singkat dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang ditujukan untuk perbaikan terhadap hasil penelitian dan anjuran kepada pihak yang berkepentingan terhadap penelitian.