I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian
mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan pangan bagi penduduk Indonesia, penyumbang devisa negara di sektor non migas serta merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian mengalami kenaikan pada Triwulan I-2010 jika dibandingkan dengan Triwulan-I 2008 dan Triwulan I-2009. Pada tahun 2008 sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 14,5 persen, yang kemudian pada tahun 2009 kontribusi yang diberikan sebesar 15,6 persen, yang pada akhirnya tahun 2010 kontribusi yang diberikan meningkat hingga 16,0 persen. Walaupun terjadi peningkatan dari tahun 2009 terhadap 2010, namun jumlah peningkatannya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan peningkatan dari tahun 2008 terhadap 2009. Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha Triwulan-I pada tahun 2008 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun 2008-2010 Lapangan Usaha 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Keuangan 9. Jasa-jasa Sumber : BPS, 2010
1
Triw I–2008 (%) 14,5
Triw I–2009 (%) 15,6
Triw I-2010 (%) 16,0
10,9
10
11,2
27,9 0,8 8,5 14,0
27 0,8 9,6 13,3
25,4 0,8 10,0 13,9
6,3
6,4
6,2
7,4
7,5
7,2
9,7
9,8
9,3
1
Badan Pusat Statistik. 2010. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2010. http: //www.BPS.go.id. [12 Agustus 2010].
Sektor pertanian sebagai pendukung perekonomian nasional Indonesia melalui sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan,
oleh
karena
itu
sektor
pertanian
perlu
didukung
dalam
perkembangannya, agar sektor ini mempunyai peluang yang lebih besar. Indonesia sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk memanfaatkan peluang usaha di bidang hortikultura, melihat masih tersedianya lahan yang luas yang dapat dimanfaatkan. Pada sektor pertanian, hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai komersial yang tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511 tahun 2006 komoditas yang termasuk tanaman hortikultura dan menjadi binaan Direktorat Jendral Hortikultura sangat banyak yaitu 323 jenis komoditas, terdiri dari buahbuahan 60 komoditas, sayur-sayuran 80 komoditas, biofarmaka 66 komoditas dan tanaman hias 117 komoditas. Tanaman hortikultura sayuran saat ini menjadi pilihan komoditas untuk petani yang berlahan sempit karena mempunyai umur tanam yang relatif lebih pendek dengan harga jual yang cukup baik, walaupun resiko kegagalannya relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya seperti padi, jagung, tebu, dan palawija.2 Komoditas sayuran pada umumnya mudah rusak (perishable) dan dibutuhkan dalam bentuk segar, serta harganya yang sering berfluktuasi menyebabkan penanganan komoditas sayuran harus benar-benar sesuai antara aspek produksi, distribusi
dan konsumsi. Keragaman tanaman sayuran yang
cukup banyak serta kecocokan karakteristik lahan dan wilayah yang luas memungkinkan bagi Indonesia untuk lebih mengembangkan komoditas sayuran. Salah satu komoditas sayuran yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tomat. Tomat termasuk dalam salah satu komoditas sayuran berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511 tahun 2006 (Lampiran 16). Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Tomat juga mengandung karbohidrat, protein,
2
Ditjen Hortikultura. 2009. Gambaran Kinerja Makro Hortikultura. http://www.deptan.go.id. [2 Februari 2010]
lemak dan kalori. Tomat juga adalah komoditas yang multiguna berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia. Tomat mampu tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi serta cocok tumbuh di daerah beriklim tropis seperti Indonesia karena Indonesia mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup. Faktor pendukung lain adalah tanah Indonesia yang subur dan gembur serta curah hujan yang cukup yaitu sekitar 750-1250 milimeter per tahun (mm/tahun). Oleh karena itu, hampir setiap daerah di Indonesia mampu memproduksi tomat sehingga mendukung para petani untuk menanam tomat.3 Jumlah ekspor tomat Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya, namun pertumbuhan ekspor tomat Indonesia belum sebanding dengan jumlah impornya, oleh karena itu perlu adanya peningkatan produksi tomat dalam negeri untuk mengurangi volume impor tomat Indonesia. Tabel 2 memperlihatkan perkembangan volume ekspor dan impor komoditas tomat Indonesia serta nilainya pada periode 2003 hingga 2008. Tabel 2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Komoditas Tomat Indonesia Tahun 2003 – 2008 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah (Kg) Ekspor Impor 671.436 5.213.522 3.594.486 7.762.102 2.061.505 6.843.938 1.024.767 10.152.958 2.671.887 8.743.981 2.078.757 12.011.183
Nilai (US $) Ekspor Impor 289.472 3.597.031 2.599.702 5.247.661 1.128.266 4.549.409 792.829 6.611.999 1.420.451 6.215.619 1.631.705 11.992.416
Sumber : Dirjen Hortikultura , 20084
Menurut Trisnawati dan Setiawan (2005), penamaan varietas yang beredar di masyarakat ada dua macam, yaitu penamaan yang tidak resmi dan penamaan yang resmi. Penamaan yang tidak resmi diberikan berdasarkan penampakan sosok tanaman dan buah secara sepintas, sedangkan penamaan resmi merupakan penamaan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Beberapa dasar yang diapakai untuk 3
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2009. Budidaya Tomat. http://www. Jakarta.litbank.deptan.go.id. [4 Februari 2010]. 4 Direktorat Jenderal Hortikultura.2008. Volume Ekspor dan Impor Komoditas Sayuran di Indonesia http://hortikultura.deptan.go.id. [9 Februari 2010].
membedakan varietas tomat diantaranya adalah bentuk buah, ketebalan daging, dan kandungan airnya. Berdasarkan bentuk atau penampilannya tomat digolongkan menjadi: (1) tomat ceri yang memiliki bentuk buah kecil-kecil sebesar kelereng, buahnya merah dan rasanya manis, (2) tomat apel yang bentuk buahnya bulat, kokoh dan agak keras, dan berwarna merah seperti buah apel, dan (3) tomat sayur dengan bentuk buah bulat pipih, dan mempunyai alur-alur yang jelas di dekat tangkainya serta lebih lunak. Jumlah produksi tomat pada tahun 2004 hingga tahun 2008 di beberapa Propinsi di Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan. Penurunan produksi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor pemeliharaan yang kurang baik oleh para petani yang menyebabkan hasil panen menurun, keterlambatan curah hujan, keterbatasan jumlah benih yang tersedia, adanya serangan hama dan penyakit, terjadinya bencana alam dan periode turunnya hujan yang tidak menentu. Perkembangan produksi dan produktivitas tomat dari tahun 2004 hingga 2008 dapat dilihat pada Tabel 3, dan data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tomat Nasional Tahun 2004-2008 No.
Propinsi
1
Jawa Barat
2
Sumatera Utara
3
Jawa Tengah
4
Jawa Timur
5
Sulawesi Utara
Indikator Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2004 240.605
2005 286.285
Tahun 2006 241.091
2007 267.220
2008 269.366
21,66
25,48
20,25
24,46
26,38
89.670
86.829
88.275
76.699
69.200
15,0
20,6
21,34
18,91
18,83
35.389
39.441
42.547
40.794
55.491
12,33
11,68
11,93
11,96
15,44
54.819
44.768
51.064
33.237
46.035
14,05
12,78
13,35
10,07
12,25
30.312
33.476
22.793
26.319
27.188
9,84
9,63
10,57
11,65
12,12
Sumber : Departemen Pertanian, 20095 5
2010].
Departemen Pertanian. 2008. Produksi Tomat Nasional. http://www.deptan.go.id. [4 Februari
Sentra produksi tomat di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi dengan produksi tomat tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya (Tabel 3). Tingginya tingkat produksi tomat di Propinsi Jawa Barat disebabkan salah satunya adalah suhu dan kondisi lahan yang memang sesuai dengan syarat tumbuh tomat, sehingga tomat banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Jawa Barat. Jawa Barat memiliki potensi yang sangat baik untuk pengembangan komoditas tomat, salah satu wilayah yang berpotensi adalah Kabupaten Bandung. Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka
pada tahun 2008,
menyatakan sentra produksi tomat di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur.
Hampir 40
persen produksi tomat di Jawa Barat berasal dari Kabupaten Bandung, menyusul kemudian Garut dengan kontribusi hampir 30 persen. Perkembangan produksi tomat di Kabupaten Bandung salah satunya didukung kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, diantaranya adalah pemanfaatan dan pengembangan potensi daerah sesuai sumber daya alam yang dimiliki. Pelaksanaan kebijakan ini adalah dengan mengembangkan sektor pertanian unggulan daerah yang merupakan merupakan salah satu kekuatan perekonomian daerah tersebut. Jumlah produksi tomat di beberapa Kabupaten yang berada di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Tomat pada Beberapa Kabupaten di Jawa Barat pada Tahun 2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kabupaten Bandung Garut Cianjur Sukabumi Tasikmalaya Majalengka Bogor Sumedang Kuningan Subang Purwakarta Ciamis
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dalam Angka, 2008
Produksi (ton) 97.572 80.512 35.426 15.868 7.663 7.429 7.327 5.112 3.886 1.745 1.264 912
Kecamatan Ciwidey merupakan salah satu daerah sentra produksi tomat di Kabupaten Bandung disamping Kecamatan Pangalengan, Pacet dan Paseh. Hal tersebut didukung oleh kondisi daerah Ciwidey yang terletak pada ketinggian kurang lebih 1100 meter di atas permukaan laut (mdpl), sesuai dengan syarat tumbuh tomat yang membutuhkan ketinggian 0-1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi lebih dari 750 mdpl. Jumlah produksi tomat di Kecamatan Ciwidey mencapai 5.784 ton pada tahun 2009, dibandingkan dengan jumlah produksi tomat di Kecamatan Pangalengan sebesar 27.272 ton, memang angka produksi tomat di Kecamatan Ciwidey lebih kecil. Namun apabila dilihat dari sisi produktivitasnya Kecamatan Ciwidey produktivitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kecamatan Pangalengan, yaitu dengan produktivitas 21,66 ton per hektar. Jumlah produksi, luas panen dan produktivitas tomat dibeberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5.
No. 1 2 3 4 5
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2009 Kecamatan
Pangalengan Ciwidey Pacet Rancabali Paseh
Luas Panen (Ha) 1.277 267 63 77 45
Jumlah produksi (Ton) 27.272 5.784 1.415 1.459 926
Produktivitas (Ton/Ha) 21,36 21,66 22,46 18,95 20,58
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2010
Kecamatan Ciwidey terdiri dari enam desa, yaitu Desa Panundaan, Desa Ciwidey, Desa Panyocokan, Desa Lebak Muncang, Desa Rawa Bogo, Desa Nengkelan, dan Desa Sukawening dengan luas wilayah masing-masing desa secara berturut-turut adalah 321 ha, 218 ha, 389 ha, 845 ha, 759 ha, 346 ha dan 700 ha. Desa Lebak Muncang merupakan salah satu desa dengan produksi tomat yang tinggi, hal dapat didukung karena Desa Lebak Muncang merupakan desa dengan wilayah terluas. Jenis tomat yang banyak dibudidayakan oleh para petani tomat di Desa Lebak Muncang adalah jenis tomat apel dengan ciri-ciri bentuk buahnya bulat, kokoh dan agak keras seperti buah apel dan cocok di tanam di
dataran tinggi. Desa Lebak Muncang terdapat lima Kelompok Tani (Poktan) yaitu Poktan Gemah Ripah dengan jumlah anggota 12 orang, Poktan Al-Hidayah dengan jumlah anggota 10 orang, Poktan Tani Mukti dengan jumlah anggota 16 orang, Poktan Mekar Saluyu dengan jumlah anggota 20 orang dan Poktan Sauyunan dengan jumlah anggota 18 orang. Kelompok Tani Mekar Saluyu adalah Kelompok Tani dengan jumlah anggota terbanyak yaitu 20 orang.
1.2
Perumusan Masalah Kecamatan Ciwidey khususnya Desa Lebak Muncang mempunyai peluang
dalam pengembangan usahatani termasuk didalamnya adalah usahatani tomat apel, karena jenis tomat apel ini cocok di tanam di daerah dataran tinggi. Desa Lebak Muncang yang merupakan desa dengan wilayah paling luas di Kecamatan Ciwidey yaitu 845 hektar (Ha), yang dapat dijadikan suatu nilai tambah tersendiri untuk Desa Lebak Muncang dalam pengembangan usahatani tomat apel. Namun keberhasilan petani dalam peningkatan produksi tomat apel ternyata tidak serta merta meningkatkan pendapatan usahataninya, karena permasalahan yang dihadapi terkait dengan komoditas tomat apel salah satunya adalah fluktuasi harga. Pada beberapa bulan di awal tahun 2010 perubahan harga terhadap tomat apel cukup sering terjadi. Pada awal tahun yaitu bulan Januari hingga Februari harga tomat apel di tingkat eceran di Kabupaten Bandung berada pada kisaran harga Rp 3.000 – 4.000 per kilogramnya, dan pada bulan Maret harga tomat melambung tinggi hingga Rp 10.000 per kilogram. Fluktuasi terjadi pada Bulan Mei 2010, dimana pada awal bulan Mei, tepatnya pada dua minggu pertama harga tomat berkisar antara Rp 6000 – 8.000 per kilogram, kemudian mengalami penurunan pada minggu ketiga mencapai Rp 2.000 per kilogram, dan meningkat kembali pada awal minggu ke empat bulan Mei yaitu dengan harga Rp 5000 per kilogram, yang kemudian menurun pada penghujung bulan Mei dengan harga Rp 3000 per kilogram6. Data perubahan harga tomat apel pada tingkat petani hingga
6
Selamet. 2010. Harga Tomat Capai 10.000 per kilo. http: //www.antara jawabaratnews .com. [3 Juli 2010]
tingkat eceran yang terjadi di Kabupaten Bandung mulai dari tahun 2007 hingga 2010 dapat dilihat pada Lampiran 3. Kondisi harga yang tidak stabil atau fluktuasi harga merupakan salah satu fenomena pasar yang seringkali harus dihadapi oleh petani sayuran, termasuk didalamnya adalah petani tomat apel di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey. Kondisi fluktuasi harga tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah produksi yang tidak kontinyu, pengaruh musim yang tidak menentu, adanya bencana alam dan faktor-faktor lainnya. Kondisi naik turunnya harga tomat apel yang terjadi di Desa Lebak Muncang, tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah produksi tomat apel di daerah Desa Lebak Muncang saja, namun perubahan harga tersebut juga dipengaruhi oleh daerah-daerah lain sentra produksi tomat apel. Daerah-daerah yang cukup berpengaruh terhadap fluktuasi harga tomat di Kecamatan Ciwidey termasuk Desa Lebak Muncang diantaranya adalah Pangalengan, Garut, dan Lembang. Jumlah produksi yang melimpah pada daerah-daerah tersebut dapat berdampak pada penurunan harga tomat apel di Ciwidey dan Desa Lebak Muncang, karena sebagian besar tomat apel yang dihasilkan dijual ke pasar induk Caringin Bandung, begitu pula dengan tomat dari daerah Pangalengan, Garut dan Lembang. Walaupun musim tanam dan musim panen antar daerah berbeda, namun ketika produk yang dihasilkan dijual ke pasar Caringin, maka akan mempengaruhi kondisi harga di tempat lainnya, dan ketika musim panen datang bersamaan dari beberapa daerah, maka dampak penurunan harga akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga membutuhkan waktu agar harga kembali pada kondisi normal. Kondisi tersebut akan berpengaruh kepada petani tomat termasuk petani tomat apel di Desa Lebak Muncang, karena apabila harga tomat apel di pasar Caringin rendah maka pedagang pengumpul (bandar) akan membeli tomat dari petani dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasar Caringin tersebut, karena Bandar menjual hasil panen tomat yang dibeli dari petani di Desa Lebak Muncang ke pasar Caringin. Tomat merupakan komoditas yang mudah rusak (perishable) dan petani tidak mempunyai teknologi untuk mengatasi hal tersebut, maka petani dengan terpaksa akan menerima harga jual yang berlaku pasar Caringin, walaupun harga
tersebut tidak menguntungkan bagi para petani. Adanya kondisi fluktuasi harga yang terjadi seperti ini dapat mempengaruhi kondisi pendapatan petani dari usahatani tomat, karena pada saat melakukan kegiatan produksi petani mengeluarkan biaya yang cukup besar. Namun, tidak jarang biaya produksi yang telah dikeluarkan tidak dapat tertutupi karena harga jual yang rendah dibandingkan dengan biaya produksinya. Oleh karena itu, untuk melihat dampak dari adanya fluktuasi harga terutama pada komoditas tomat apel, perlu adanya suatu analisis terhadap pendapatan petani dari usahatani tomat apel yang dilakukan. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usahatani tomat apel memberikan keuntungan untuk petani tomat baik petani anggota kelompok tani ataupun petani tomat non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Selain dari adanya fluktuasi harga tomat apel, aktivitas usahatani termasuk didalamnya adalah penggunaan faktor produksi juga dapat mempengaruhi pendapatan
usahatani.
Penggunaan
faktor
produksi
seperti
penggunaan
sumberdaya lahan, modal dan tenaga kerja perlu diperhatikan dalam proses produksi, agar tidak terjadi penggunaan yang berlebihan yang dapat merugikan petani dan menyebabkan tingkat produksi tidak optimal. Penggunaan yang berlebihan dari input-input produksi, misalnya penggunaan pestisida yang merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di tingkat petani. Para petani termasuk petani tomat di Desa Lebak Muncang sebagian besar tidak memperhatikan aturan pakai penggunaan pestisida yang telah ditetapkan, petani menggunakan pestisida sesuai pengalaman ataupun sesuai dengan keinginan para petani sampai hama ataupun penyakit yang menyerang tanaman mati. Namun petani tidak menyadari bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan selain dapat merugikan dari sisi finansial juga dapat merugikan kesehatan dan juga menghasilkan produksi yang tidak optimal. Mengacu pada uraian di atas, selain perlu adanya analisis pendapatan usahatani juga diperlukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Analisis usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat apel ini dilakukan kepada petani tomat yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Saluyu dan petani tomat yang tidak
tergabung dalam kelompok tani. Penelitian ini dilakukan kepada petani kelompok tani dan non kelompok tani karena adanya perbedaan penggunaan faktor-faktor produksi diantaranya adalah perbedaan penggunaan pestisida. Perbedaan penggunaan faktor produksi ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani tomat yang dilakukan oleh petani kelompok tani dan petani non kelompok tani. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana tingkat pendapatan usahatani tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung ? 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis pendapatan usahatani tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. 2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung.
1.4
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan usahatani tomat apel pada saat ini, khususnya di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait, antara lain :
1) Para petani tomat apel di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey agar dapat mengetahui tentang biaya produksi dan pendapatan usahatani tomat apel, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tomat apel, sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan usahatani para petani tomat apel. 2) Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, agar dapat mengetahui kendala yang dihadapi oleh petani yang dapat menghambat perkembangan usahatani tomat apel di Daerah Ciwidey, yang merupakan salah satu sentra produksi tomat di Kabupaten Bandung. 3) Pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan tingkat pendapatan usahatani dan faktor-fakor yang mempengaruhi produksi tomat apel, agar dapat digunakan sebagai informasi awal.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas tentang komoditas tomat apel yang
dibudidayakan oleh petani di Desa Lebak Muncang. Objek penelitian untuk analisis usahatani adalah petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekar Saluyu dan petani non Kelompok Tani.