I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah dikenal sebagai negara maritim dan agraris. Indonesia disebut negara maritim karena lautan mendominasi wilayah negara Indonesia. Lautan tersebut memberikan sumber daya yang melimpah untuk kesejahteraan masyarakatnya. Sumber daya yang melimpah ini tidak hanya berasal dari lautan saja, akan tetapi di daratan pun Indonesia memiliki sumber daya yang tak kalah potensialnya. negara agraris.
Hal inilah yang menyebabkan Indonesia juga disebut sebagai Daratan tersebut tersebar di sekitar 17.508 buah pulau yang
terkenal akan kesuburan tanahnya yang cocok untuk kegiatan bercocok tanam (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010). Tabel 1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010*** (Milyar Rupiah) No
Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan 2 Penggalian 3 Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air 4 Bersih 5 Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan 6 Restoran Pengangkutan dan 7 Komunikasi Keuangan, Real Estate, 8 dan Jasa 9 Jasa-jasa Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 1
2007
2008*
2009**
2010***(Q1)
541.592
713.291
858.252
239,387
440.610
543.364
591.532
168.103
1.068.654
1.380.736
1.480.905
380.957
34.724
40.847
46.823
11.710
304.997
419.322
554.982
150.429
592.304
692.119
750.605
207.982
264.263
312.454
352.407
93.392
305.214
368.130
404.116
107.600
398.197 3.950.893
483.771 4.954.029
573.819 5.613.442
139.164 1.498.723
3.534.407
4.426.385
5.146.512
1.375.234
Keterangan : *Angka Sementara,** Angka Sangat Sementara dan ***Angka Sangat Sangat Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 (diolah)
Potensi sumber daya yang dipaparkan tersebut menyediakan bahan pemikiran bagi kita bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor penggerak roda perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor perikanan yang tergabung bersama sektor 1
pertanian, peternakan, dan kehutanan yang menduduki posisi ketiga terbesar. Sumbangan PDB untuk masing-masing sektor lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan tahun 2007
hanya menempati posisi ketiga sebagai penyumbang
Produk Domestik Bruto (PDB) di bawah sektor industri pengolahan dan sektor Perdagangan, hotel, dan restoran.
Namun, apabila digunakan analisis sektor
agribisnis yang memperhitungkan industri pengolahan dan sistem tataniaga, maka sektor pertanian secara luas merupakan penyumbang utama PDB. Di sisi yang lain, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menempati posisi sebagai penyumbang PDB terbesar kedua dalam perhitungan sementara pada tahun 2008 hingga triwulan pertama tahun 2010. Apabila sektor pertanian tersebut dibagi menjadi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasilhasilnya, subsektor kehutanan, serta subsektor perikanan, maka posisi subsektor perikanan sendiri menempati posisi kedua setelah tanaman bahan makanan sebagai penyumbang PDB terbesar dari tahun 2007 hingga triwulan pertama tahun 2010 (angka sangat sangat sementara) dari sektor lapangan usaha pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Tercatat bahwa dari tahun 2007 hingga angka sangat sangat sementara tahun 2010 sektor perikanan menyumbang pendapatan sebesar Rp 97.697 ; 109.008 ; 177.774 dan 46.445 milyar Dengan demikian, sektor perikanan merupakan sektor yang sangat penting untuk menggerakkan roda perekonomian nasional. Salah satu komoditas unggulan dari sektor perikanan adalah ikan hias. Indonesia merupakan negara dengan potensi ikan hias yang besar. Ikan hias dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ikan hias air laut dan air tawar. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi untuk spesies ikan hias air laut dan air tawar. Ikan hias air laut yang dimiliki oleh Indonesia sekitar 650 spesies dan spesies yang sudah diperdagangkan sekitar 200 spesies dari 480 spesies yang telah diidentifikasi. Jenis-jenis ikan hias air laut Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional, seperti: Clown Fish (Amphiprion ocellaris) dan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni). Indonesia mempunyai ikan hias air
2
laut dengan pangsa pasarnya di dunia internasional sebesar 20 persen, dimana 95 persen merupakan hasil tangkapan dan baru lima persen sisanya merupakan hasil budidaya masyarakat1 Di lain pihak, jumlah spesies ikan hias air tawar Indonesia diperkirakan sekitar 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang ada di seluruh dunia. Komoditas ikan hias asal Indonesia yang menjadi unggulan, antara lain : Arwana (Schleropages formosus sp) terutama spesies Super Red Arwana dan spesies Red Banjar, Botia (Botia macrachanta sp), serta Cupang (Beta splendens). Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan ikan hias air tawar, Indonesia telah berhasil melakukan domestikasi terhadap ikan hias asal negara lain seperti Koi (Cyrpinus carpio), Maskoki (Carrasius auratus), Discuss (Symphysodon discus), dan Guppy (Poecilia reticulata)2. Spesies-spesies ikan hias air tawar tersebut dapat dilihat dalam lampiran 1 Keanekaragaman ikan hias ini disebabkan oleh posisi geografis Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa sehingga Indonesia berada dalam wilayah iklim tropis. Iklim tropis menyebabkan lingkungan perairan kaya akan sinar matahari yang menjadi sumber energi utama bagi tanaman air dan plankton yang menjadi pakan utama ikan hias. Selain itu, lingkungan yang nyaman dan sesuai menyebabkan keanekaragaman ikan hias menjadi semakin tinggi. Keadaan ini ditambah dengan kenyataan bahwa Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu mencapai 95.181 kilometer. Garis pantai yang panjang ini menyediakan ruang bagi nelayan untuk memanfaatkan sumber daya perairannya (ikan tambak dan tangkap untuk konsumsi dan ikan hias). Suatu hal yang pantas bila Indonesia dijuluki sebagai surga ikan hias3. Dalam perdagangan ikan hias global, Indonesia memiliki pangsa pasar sebesar 7,5 persen, sedangkan Singapura telah mencapai 22,8 persen. Padahal, sekitar 90 persen dari kebutuhan ikan hias Singapura berasal dari Indonesia. Secara tersirat sebenarnya Indonesia lah yang menjadi negara penghasil ikan hias terbesar di dunia yaitu mencapai hampir 30 persen dari total ekspor ikan hias
1
Soen’an H. Purnomo. 2008. DKP dan LIPI Kembangkan Ikan Hias. http://www.indonesia.go.id/id/index.php. [ 5 Februari 2010] 2 Loc.cit 3 http://www.kompas.com/read/xml/2009/...njemput.Impian. Diakses pada 8 Februari 2010.
3
dunia. Sedangkan negara importir terbesar ikan hias pada tahun 2004 berturutturut adalah Amerika Serikat (25,3 persen), Jepang (11,6 persen) dan Jerman (9,2 persen)4. Ikan hias air tawar masih mendominasi nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2005. Nilai ekspor ikan hias air tawar mencapai 53,56 persen dari total ekspor ikan hias di tahun 2005. Sedangkan untuk volume ekspor ikan hias, persentase ikan hias air laut masih menjadi yang tertinggi yaitu mencapai 84,33 persen dari total ekspor ikan hias pada tahun 2005. Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama Tahun 2005-2008 (Dalam US$) Komoditas Benih ikan hias Ikan hias laut Ikan hias air tawar Tanaman Air Total
Tahun 2005
2006
2007
2008
524.173
541.483
870
643
6.377.644
5.619.036
5.388.484
5.429.687
7.484.913
3.272.994
1.917.161
2.852.226
3.082.608 17.469.338
4.403.489 13.837.002
1.206.146 9.381.505
598 9.524.040
Sumber : Raiser Ikan Hias, 2010
Tabel 2 menunjukkan nilai dan kenaikan ekspor ikan hias air tawar dari tahun 2005 hingga tahun 2007 mengalami penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komoditas utama sektor perikanan yang lain.
Hal ini
dikarenakan permintaan yang menurun pada rentang waktu tersebut. Sedangkan untuk tahun 2007 hingga 2008 mengalami kenaikan. maka komoditas ikan hias harus segara menjadi perhatian bagi pemerintah untuk dikembangkan kembali. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra penghasil ikan hias di Indonesia telah mengekspor ikan hias ke beberapa negara. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain Jepang, Perancis, Jerman, Denmark, Benua Afrika, Belanda, Arab Saudi, Singapura, Belgia, Korea, dan Filipina. Total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2006 mencapai US$ 58.318,65. Nilai ekspor ini mengalami peningkatan di tahun 2007 yang mencapai US$ 319.506,8.
4
Soen’an H. Purnomo. 2008. DKP dan LIPI Kembangkan Ikan Hias. http://www.indonesia.go.id/id/index.php. [ 5 Februari 2010]
4
Jepang dan Jerman merupakan dua negara terbesar pengimpor ikan hias yang berasal dari Jawa Barat antara tahun 2006 hinga 2007 dengan persentase untuk masing-masing negara tersebut mencapai 87,11 persen dan 8,3 persen (Deperindag, 2009). Salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mengembangkan komoditas perikanan air tawar terutama ikan hias adalah Kabupaten Bogor.
Menurut
Disnakkan (2010), Kabupaten Bogor menyumbang sekitar 70 persen dari total produksi ikan hias air tawar Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak di wilayah Jawa Barat bagian tengah. Hal ini mengakibatkan Kabupaten Bogor tidak berbatasan secara langsung dengan wilayah lautan sehingga sektor perikanan yang berkembang di kabupaten ini adalah perikanan air
JUMLAH PRODUKSI (RE)
tawar. 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0
56,382
2002
60,438
2003
66,152
2004
72,524
2005
75,382.6778,288
2006
2007
104,603.55 84,517
2008
2009
TAHUN Ikan Hias (RE)
Gambar 1. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 2002-2009 Keterangan : RE (Ribu Ekor) Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)
Gambar 1 memperlihatkan bahwa perkembangan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor mengalami tren positif dari tahun 2002 hingga tahun 2009. Pada tahun 2002, produksi ikan hias baru mencapai 56.382 ribu ekor. Sedangkan pada tahun 2008, produksi ikan hias mencapai 84.517 ribu ekor. Hal ini berarti terjadi peningkatan produksi ikan hias tahun 2008 hampir 50 persen dari tahun 2002. Pada tahun 2009, produksi ikan hias di Kabupaten Bogor telah mencapai 104.603,55 ribu ekor atau naik sebesar 23,77 persen dari pencapaian di tahun
5
sebelumnya.
Peningkatan ini menandakan bahwa ikan hias telah menjadi
komoditas perikanan yang cukup strategis bagi perekonomian Kabupaten Bogor. Tabel 3. Pencapaian Produksi Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009 No.
Jenis Produksi
1 Ikan Konsumsi (Ton) 2 Ikan Hias (Ribu Ekor) 3 Pembenihan (Ribu Ekor)
Target 2009 27.596,02 87.052,50 819.060,00
Realisasi 2009 28.742,72 104.603,55 847.112,06
Pencapaian Target (%) 104,16 120,161 103,425
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)
Tabel 3 memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian produksi ikan hias Kabupaten Bogor dibandingkan dengan target yang hendak dicapai. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa produksi ikan hias pada tahun 2009 yang mencapai 104.603,55 ribu ekor telah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 87.052,5 ribu ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan hias telah menjadi komoditas perikanan dengan laju perkembangan dan pencapaian yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan konsumsi. Hal berbeda terlihat pada perkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan.
Sektor usaha ikan hias merupakan sektor usaha perikanan di
Kabupaten Bogor yang mengalami perkembangan Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang paling besar penurunannya pada tahun 2008 hingga 2009 bila dibandingkan dengan sektor ikan konsumsi dan pembenihan ikan. Tercatat sekitar 716 RTP yang mengusahakan ikan hias pada tahun 2008 berkurang menjadi 492 RTP pada tahun 2009 atau turun sebesar 31,29 persen. Ini merupakan angka penurunan tertinggi bila dibandingkan dengan RTP ikan konsumsi yang turun 12,71 persen dan RTP pembenihan yang juga turun sebesar 12,02 persen5. Akan tetapi, jumlah RTP ikan hias pada tahun 2009 masih paling kecil bila dibandingkan dengan RTP pada ikan konsumsi (9.585 RTP) dan pembenihan (1.105 RTP)6. Dengan penurunan yang cukup besar ini menandakan bahwa telah terjadi perubahan mata pencaharian petani yang tadinya mengusahakan ikan hias berubah menjadi non ikan hias. Akan tetapi, ada sebagian RTP pembenihan yang dapat digolongkan sebagai RTP ikan hias karena RTP tersebut juga melakukan 5 6
Buku Data Perikanan Tahun 2009. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Loc.cit
6
usaha pembenihan ikan hias.
Keadaan seperti ini menandakan bahwa nilai
tambah dari kegiatan pemeliharaan ikan hias pada tingkat petani produksi belum cukup untuk mensejahterakan petani. Nilai tambah ikan hias tersebut hanya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengusaha yang memiliki modal yang besar. Hal ini terlihat pada pencapaian produksi ikan hias yang meningkat, akan tetapi terjadi penurunan pada jumlah RTP ikan hias. Keseluruhan RTP ikan hias tersebar di hampir 40 kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor telah
menetapkan komoditas ikan hias sebagai komoditas unggulan pada tahun 2009 dengan menetapkan beberapa kecamatan yang menjadi sentra produksi dan wilayah pengembangan ikan hias. Kecamatan yang menjadi sentra produksi ikan hias antara lain Kecamatan Tenjolaya, Parung, Cibinong, Tamansari, dan Ciseeng. Di lain pihak, Kecamatan Dramaga, Kemang, Ciampea, dan Ciomas menjadi wilayah pengembangan. Dengan semakin pentingnya sektor perikanan terutama sektor ikan hias terhadap kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Bogor membuat ikan hias dijadikan sebagai komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong melalui program One Village One Product (OVOP) yang ditetapkan oleh Bupati Kabupaten Bogor. Penetapan Kecamatan Cibinong sebagai sentra pengembangan ikan hias air tawar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bogor dan Peraturan Bupati Bogor Nomor 84 Tahun 2009 Tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan. Bila dibandingkan dengan beberapa Kecamatan yang dicanangkan sebagai sentra produksi dan sentra pengembangan ikan hias air tawar yang lain, ternyata Kecamatan Cibinong memiliki jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) ikan hias air tawar terbesar yaitu mencapai 70 RTP di Kabupaten Bogor. Namun, tingkat produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong ternyata kedua terendah diantara beberapa Kecamatan tersebut. Oleh karena itu, yang perlu dikembangkan adalah aspek produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Selain aspek produksi, aspek pemasaran juga perlu diperhatikan karena produksi ikan hias air tawar yang dihasilkan juga didorong oleh tingkat permintaan dari pasar.
7
Kecamatan Cibinong tercatat memiliki sekitar enam kelompok tani yang terhimpun dalam Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias) Kecamatan Cibinong. Kelompok-kelompok tani tersebut antara lain Jantung Harapan, Mina Kencana, Cahaya Mandiri, Pondok Lobster, Mitra Sejati, dan Bina Tani. Ikan hias yang diusahakan oleh keenam kelompok tani tersebut terdiri dari Silver Dolar, Maanvis, Cupang, Mas Koki, Lobster Hias Air Tawar, Koi, Tiger, Platty, Molly, Black Ghost. Pemilihan
Kecamatan
Cibinong
sebagai
sentra
produksi
dan
pengembangan ikan hias juga ditunjang dengan adanya dua eksportir ikan hias, yaitu CV Maju Aquarium, dan PT Sunny Indoparamytha. Dengan adanya kedua eksportir ini, maka ikan hias air tawar yang berasal dari Kecamatan Cibinong juga ikut meramaikan pasar internasional. Selain itu, dengan adanya dukungan dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Bogor dan khususnya pihak Kecamatan Cibinong, ikan hias air tawar diharapkan menjadi komoditas unggulan yang dibanggakan dan menjadi maskot bagi Kecamatan Cibinong. Potensi Kecamatan Cibinong untuk maju dengan mengusung komoditas ikan hias juga ditunjang dengan adanya Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang berada di bawah naungan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Lembaga ini berperan untuk mengembangkan potensi yang ada pada ikan hias sekaligus sebagai salah satu saluran pemasaran ikan hias tingkat nasional dan internasional. Dalam aspek pengembangan dan riset, keberadaan Institut Pertanian Bogor dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor juga dapat membantu pengembangan ikan hias di Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, dengan besarnya potensi perikanan khususnya ikan hias di Kecamatan Cibinong dan ketersediaan lembaga penunjang seperti Pemerintah Daerah, Dinas Peternakan dan Perikanan, kelompok tani Himbudias, eksportir, Raiser, dan sebagainya, maka diperlukan sebuah sistem yang berfungsi untuk menjadikan potensi ikan hias yang dimiliki dapat bermanfaat dan layak untuk dikembangkan. Pemerintah daerah Kabupaten Bogor berkewajiban untuk membantu terwujudnya sistem tersebut agar potensi ikan hias air tawar yang dimiliki dapat bermanfaat dan layak untuk dikembangkan. Bantuan dari pemerintah daerah
8
tersebut sebagai salah satu pelayanan, tugas, dan fungsi dari pemerintah yang telah mencanangkan komoditas unggulan untuk setiap daerah. Walaupun tanpa bantuan pemerintah daerah pun kegiatan ekonomi dan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong tersebut dapat berjalan, akan tetapi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor juga harus turut berperan untuk memfasilitas, mengarahkan, dan membimbing setiap pemangku kepentingan yang ada dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar untuk memajukan sistem agribisnis tersebut. Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor atau yang lebih dikenal sebagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang memiliki visi, misi, tugas pokok, dan fungsi untuk memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor.
Disnakkan merupakan salah satu SKPD Prioritas yang
berfungsi sebagai lokomotif penggerak pencapaian visi dan misi daerah. Hal ini berarti Disnakkan memiliki peran untuk membantu Pemerintah Daerah (Bupati Kabupaten Bogor) dalam mewujudkan visi Kabupaten Bogor. Visi Kabupaten Bogor yang menginginkan terwujudnya masyarakat Kabupaten Bogor yang bertakwa, berdaya dan berbudaya menuju sejahtera harus tersebar dan terwujud di seluruh wilayah Kabupaten Bogor termasuk di Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, masyarakat Kecamatan Cibinong yang berdaya dan sejahtera di bidang agribisnis ikan hias air tawar akan terwujud salah satunya dengan peran arahan, bimbingan, dan fasilitas Disnakkan. Disnakkan dalam melaksanakan tugas tersebut harus didasari oleh konsep sistem agribisnis. Sistem agribisnis adalah sebuah konsep untuk memaksimalkan potensi pertanian yang ada untuk dapat memberikan hasil yang menguntungkan bagi para pelaku pertanian. Agribisnis menurut Prof. Bungaran Saragih merupakan sebuah paradigma baru dalam memandang pertanian. Pembangunan pertanian diperlukan karena sektor pertanian atau agribisnis merupakan sektor perekonomian terbesar bagi bangsa ini. Agribisnis merupakan sektor terbesar karena sekitar 75 persen penduduk Indonesia bekerja dalam bidang usaha agribisnis. Agribisnis memandang bahwa pembangunan pertanian harus dilakukan dengan membangun secara paralel empat subsistem yang ada yakni subsistem
9
hulu (sarana produksi pertanian), subsistem budidaya, subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran), dan subsistem penunjang (riset, permodalan, pendidikan, dan sarana lain). Keempat subsistem tersebut harus tumbuh bersama dan saling menunjang agar sektor pertanian dapat memberikan nilai tambah bagi para pelakunya. Dengan paradigma agribisnis, maka pertanian khususnya perikanan ikan hias dapat dikembangkan ke arah peningkatan nilai tambah bagi para pelaku agribisnis
ikan
hias
dan
selanjutnya
mereka
dapat
meningkatkan
kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang menjadi sebuah sasaran dan tolok ukur bagi kemajuan sistem agribisnis harus dibantu oleh keikutsertaan dari pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, maupun hingga tingkat kecamatan.
Oleh karena itu, peran dari pemerintah daerah adalah
mengarahkan, membimbing, dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. 1.2. Perumusan Masalah Dalam perkembangannya ternyata program OVOP ini belum dijalankan dan tergarap dengan maksimal. Antar pelaku ekonomi yang terlibat di antara rantai nilai produk ikan hias belum terjalin hubungan yang simultan dan harmonis. Kelima subsistem dalam sistem agribisnis (Deptan, 2007) yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu (industri benih dan alat-alat perikanan), subsistem usahatani (budidaya perikanan), subsistem pengolahan (berlaku pada ikan konsumsi, sedangkan ikan hias tidak mengalami proses ini), subsistem pemasaran (distrubusi, promosi, dan informasi pasar), serta subsistem jasa penunjang (permodalan, penelitian, penyuluhan, dan kebijakan) belum berjalan secara optimal. Salah satu contohnya terlihat pada kelompok tani Mina Kencana. Kelompok tani ini mengalami kesulitan dalam permodalan untuk menjalankan usahanya.
Mereka belum mengetahui dan mengerti cara untuk memperoleh
perkreditan dari pihak lembaga keuangan daerah.
Padahal pihak pemerintah
daerah telah mengucurkan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui program Gerakan Masyarakat Mandiri (GMM).
Kasus ini
10
menandakan bahwa belum terjadi hubungan yang simultan dan harmonis antara kebijakan pemerintah daerah dan kelompok tani. Selain itu, kelompok tani tersebut masih sangat kesulitan dalam mendapatkan media promosi dan penjualan ikan hias yang mereka hasilkan. Hal ini mengakibatkan mereka belum mendapatkan penghasilan yang menguntungkan dari usaha pembudidayaan ikan hias. Keadaan ini memaksa mereka kembali mengusahakan ikan konsumsi atau mencari usaha lain di luar bidang perikanan. Namun, apabila saluran pemasaran sudah terbentuk, mereka mengalami kebingungan karena kuantitas dan mutu ikan hias yang dihasilkan masih rendah. Keadaan ini menyiratkan bahwa pembudidaya yang termasuk ke dalam kelompok tani butuh penyuluhan, pelatihan manajemen bisnis berbasiskan perikanan, dan butuh perhatian dari pemangku kebijakan daerah7. Salah satu komponen subsistem agribisnis lembaga penunjang adalah Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor.
Disnakkan
Kabupaten Bogor memiliki peran untuk memajukan sektor agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong dengan memfasilitasi, mengarahkan, dan membimbing pihak-pihak yang berkepentingan dalam sistem agribisnis tersebut. Apalagi dengan berkembangnya sistem otonomi daerah yang semakin menguatkan peran pemerintah daerah dalam memajukan masyarakat di daerah. Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan oleh Disnakkan, maka Disnakkan perlu untuk mengembangkan strategi yang tepat. Apalagi kebutuhan akan strategi yang tepat telah didorong oleh perubahan dari lingkungan eksternal Disnakkan sendiri seperti perubahan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 dan permasalahanpermasalahan di sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan semakin berubahnya sebuah lingkungan eksternal maupun lingkungan internal di sebuah organisasi, maka diperlukan sebuah analisis untuk merumuskan strategi yang tepat yang dapat mengakomodasi perubahan tersebut. Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut :
7
Laporan Hasil Kegiatan Gladikarya Mahasiswa Agribisnis di Kelompok Tani Mina Kencana Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Tahun 2009.
11
1.
Apa saja faktor-faktor eksternal (kekuatan dan kelemahan) dan internal (peluang
dan
ancaman)
yang
mempengaruhi
Disnakkan
dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 2.
Alternatif-alternatif
strategi
Disnakkan
apakah
yang
tepat
dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 1.3. Tujuan Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain : 1.
Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi strategi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
2.
Merumuskan
dan
menetapkan
alternatif-alternatif strategi
Disnakkan
Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. 1.4. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengeluarkan strategi dan kebijakan untuk melakukan langkah-langkah yang lebih tepat terkait dengan pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar.
2.
Melatih kemampuan penulis untuk menganalisis permasalahan dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor beserta alternatif solusinya.
3.
Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor sebagai SKPD Prioritas untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Bogor dalam pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di 12
Kecamatan Cibinong sebagai sentra produksi dan daerah pengembangan ikan hias.
Penelitian ini memfokuskan pada analisis strategi Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong serta menawarkan alternatif strategi bagi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar tersebut. Aspek teknis mengenai pembudidayaan ikan hias tidak terlalu dijelaskan secara rinci di dalam penelitian ini karena penelitian ini memfokuskan pada sistem agribisnis ikan hias yang lebih bersifat kebijakan dan strategi pengembangannya.
13