I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya saing sehingga dapat berperan sebagai salah satu upaya dalam peningkatkan ekonomi nasional. Subsektor hortikultura memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Besarnya nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB atas harga berlaku pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 76.795 milyar dan terus meningkat hingga tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 88.334 milyar atau meningkat sebesar 15 persen. Nilai PDB hortikultura Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar dua persen, yaitu dari Rp. 88.334 milyar menjadi sekitar Rp. 86.565 milyar. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah produksi dari komoditas buah-buahan dan tanaman biofarmaka. Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku terdapat pada Tabel 1. Namun, nilai pasar hortikultura nasional tahun 2012 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 10 – 15 persen atau Rp. 600 milyar – Rp. 700 milyar dari tahun sebelumnya (Subagyo 2011)1. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun 2007 – 2010 Nilai PDB (Milyar Rupiah) Kelompok No
Komoditas
2007
2008
2009
2010
1
Buah-buahan
42.362
47.060
48.437
45.482
2
Sayuran
25.587
28.205
30.506
31.244
3
Tanaman Hias
4.741
5.085
5.494
6.174
4
Tanaman Biofarmaka
4.105
3.853
3.897
3.665
76.795
84.203
88.334
86.565
Total Hortikultura
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)
1
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/16655/Pasar-Benih-Hortikultura-Diprediksi Tumbuh-10-15 [diakses tanggal 10 Januari 2012]
Buah-buahan memberikan kontribusi terbesar setiap tahunnya terhadap PDB hortikutura. Persentase kontribusi PDB buah terhadap PDB hortikultura adalah sebesar 52,54 persen atau Rp. 45.481 milyar dari PDB hortikultura sebesar Rp. 86.656 milyar. Persentase beberapa komoditas buah terhadap PDB total buah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kontribusi PDB Komoditas Buah Terhadap Total PDB Buah Nasional Tahun 2010 No Komoditas Nilai PDB Kontribusi (Milyar Rp) 1
Pisang
2
(%)
12.987,67
28,56
Jeruk Siam
8.616,64
18,95
3
Mangga
4.561,72
10,03
4
Nenas
3.546,26
7,80
5
Salak
2.603,95
5,73
6
Durian
2.476,61
5,45
7
Rambutan
2.246,82
4,94
8
Buah Lainnya
8.442,23
18,56
45.481,89
100,00
Total Buah Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)
Komoditas buah-buahan sudah menjadi komoditas dalam perdagangan internasional. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan pasar luar negeri terhadap buah-buahan Indonesia. Tahun 2010 permintaan pasar internasional terhadap buah-buahan tropika sebesar 3,8 juta ton atau meningkat sebesar 87 persen. Namun, permintaan tersebut belum dapat sepenuhnya terpenuhi oleh produksi dalam negeri. Berdasarkan data global perdagangan dunia, negara pengimpor buah terbesar adalah negara-negara Uni Eropa (43%), Amerika Serikat (16%), negara di sekitar Uni Eropa (6%), Rusia (5%), Jepang (4%) dan negara lainnya (24 %)2. Direktorat Jenderal Hortikultura menyatakan bahwa nenas merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan Indonesia. Nenas juga merupakan 2
http://mediadata.co.id/MCS-Indonesia-Edition/prospek-ekspor-buah-buahan-indonesia-dan bahan-baku-food-industry.html [diakses tanggal 10 Januari 2012]
salah satu komoditas binaan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006. Permintaan ekspor terhadap nenas cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dari tingginya volume ekspor nenas setiap tahunnya. Nenas asal Indonesia tidak hanya diekspor dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk nenas olahan. Perkembangan volume ekspor nenas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Volume Ekspor Nenas dan Komoditi Buah Indonesia Lainnya Tahun 2008 – 2011 Volume Ekspor/Tahun (Kg) No Komoditas 2008 2009 2010 2011 1
Nenas
269.663.512
179.309.580
159.008.677
189.223.310
2
Manggis
9.465.665
11.318.628
11.387.696
12.603.043
3
Jeruk
1.443.210
1.108.181
1.338.961
1.004.723
4
Mangga
1.908.001
1.615.788
998.545
1.485.429
5
Pisang
1.969.871
700.700
13.578
1.734.655
38.043.385
28.115.043
22.018.867
14.817.713
323.888.910
224.332.465
196.341.373
223.010.929
6
Buah lainnya Total
Sumber: Badan Pusat Statistik (2012)
Jika dilihat pada Tabel 3 bahwa ekspor nenas menduduki peringkat pertama dibandingkan ekspor buah lainnya. Perkembangan volume ekspor nenas Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2008 – 2010. Namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi sebesar 189.223.310 kg. Peningkatan ekspor ini menunjukkan peningkatan permintaan nenas di pasar luar negeri, sehingga terdapat peluang pasar bagi Indonesia. Nenas ekspor Indonesia banyak dimanfaatkan untuk konsumsi, bidang kesehatan dan bidang kecantikan 3. Negara pengimpor nenas dari Indonesia antara lain Amerika Serikat, Belanda, Singapura, Jerman dan Spanyol. Tanaman nenas menempati urutan ketiga terbesar produksi buah-buahan tahunan. Tahun 2010 total produksi nenas mencapai 1.406.445 ton dimana 3
http://www.medanbisnisdaily.com/news/search/?key=Ekspor+Jus+Nanas&Hal=44 tanggal 11 Juni 2012]
[diakses
mengalami penurunan sebesar 9,74 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel 4 menunjukkan produksi buah-buahan Indonesia Tahun 2009 – 2010. Tabel 4. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun 2009 – 2010 Produksi (ton) No Jenis Buah 2009 2010 1
Durian
2
797.798
492.139
Jeruk
2.025.840
1.937.773
3
Mangga
2.243.440
1.287.287
4
Manggis
105.558
84.538
5
Nenas
1.558.196
1.406.445
6
Pisang
6.373.533
5.755.073
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)
Tanaman nenas sangat banyak dikembangan di Indonesia. Kultivar utama nenas yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah Smooth Cayenne dan Queen. Kultivar Smooth Cayenne lebih dikenal dengan sebutan nenas Subang. Nenas ini bentuknya bulat dan besar, sari buahnya banyak, daging buah berserat kasar, daunnya tidak berduri dan warna kulit buah tidak kuning merata jika sudah matang. Nenas Bogor, Palembang, Pemalang dan Blitar termasuk dalam kultivar Queen. Jika dilihat dari sebaran per pulaunya, Pulau Sumatera merupakan pulau penghasil nenas terbesar yaitu sebesar 753.032 ton atau 53,54 persen. Daerah penghasil nenas terbesar yaitu Lampung (469.034 ton), Jawa Barat (385.640 ton), Sumatera Selatan (114.305 ton) dan Jawa Timur (72.404 ton) dapat dilihat pada lampiran 1. Salah satu sentra produksi nenas Indonesia terdapat di Provinsi Sumatera Selatan. Sumatera Selatan merupakan penghasil nenas terbesar ketiga setelah Lampung dan Jawa Barat pada Tahun 2010, dengan nilai kontribusi sebesar 8,13 persen terhadap produksi nenas nasional (Lampiran 1). Komoditi buah-buahan di Sumatera Selatan tahun 2010 yang mempunyai nilai produksi kumulatif menyumbang produksi sebesar 92,06 persen dari total produksi buah-buahan Sumatera Selatan meliputi duku, durian, rambutan, nangka, pisang, nenas dan
jeruk. Hal ini merupakan potensi untuk menjadikan komoditi buah-buahan tersebut sebagai komoditi unggulan daerah. Dibandingkan dengan tahun 2009, nenas masih merupakan tanaman yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi buah-buahan di Sumatera Selatan. Nenas mengalami peningkatan kontribusi dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 114.300 ton atau 23,63 persen. Nenas banyak dihasilkan di Kabupaten Ogan Ilir, Muara Enim dan Prabumulih. Dimana hampir sebesar 98,65 persen produksi nenas berasal dari ketiga kabupaten tersebut. Berikut ditunjukkan pada Gambar 1 mengenai sebaran banyaknya tanaman nenas yang menghasilkan menurut triwulan pada tahun 2009 dan 2010.
(Triwulan)
Gambar 1. Tanaman Nenas yang Menghasilkan Tahun 2009 – 2010 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumsel , 2010
Gambar 1 menjelaskan bahwa tanaman nenas di Sumatera Selatan yang menghasilkan pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Potensi pengembangan lahan nenas di Sumatera Selatan mencapai 12.332 ha. Salah satu Kabupaten yang terdapat di Sumatera Selatan yang memproduksi nenas terbesar adalah Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi nenas Kabupaten Ogan Ilir terbesar diantara kabupaten lainnya. Produksi nenas di Sumatera Selatan dijelaskan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 produksi nenas di Kabupaten Ogan Ilir selama Tahun 2006 – 2010 mengalami fluktuasi. Produksi tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 108.552 ton. Tahun 2010 jumlah produksi nenas di kabupaten Ogan Ilir menurun dan hanya mampu memproduksi sebesar 67.441 ton. Namun jumlah produksi ini adalah tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya.
Tabel 5. Produksi Nenas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006 – 2010 No.
Kabupaten/Kota 2006
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Palembang Musi Banyuasin OKI Ogan Ilir OKU OKU Timur OKU Selatan Muara Enim Lahat Musi Rawas Banyuasin Prabumulih Pagaralam Lubuk Linggau Empat Lawang
127 1.317 73.263 129 205 46.480 268 1.662 18.091 -
Jumlah Produksi (Ton) 2007 2008 2009 6 9 21 26 173 236 1.109 1.109 216 43.710 58.823 108.552 23 9 55 27 315 228 2 3 8.409 25.871 17.576 43 37 56 305 2.297 77 2.796 301 1.000 8.195 11.251 3 5 2 2
2010 18 142 361 67.441 144 108 4 42.578 51 598 100 2.744 10 5
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel (2011)
Jika dilihat dari produksi lima komoditas buah-buahan potensial di Kabupaten Ogan Ilir, nenas merupakan buah-buahan yang paling potensial untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi nenas dan luas lahan panennya. Berikut produksi dan luas panen komoditas buah-buahan di Kabupaten Ogan Ilir pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 produksi nenas di Kabupaten Ogan Ilir pada Tahun 2010 sebesar 674.412 ton dengan luas panen sebesar 37.280.068 ha. Jumlah ini merupakan terbesar diantara komoditi buah lainnya yang dikembangkan di Kabupaten Ogan Ilir. Tabel 6. Produksi dan Luas Panen Komoditas Buah-buahan Potensial di Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010 No Komoditi Luas Panen Produksi (Ha) (Ton) 1 Duku 49.619 50.905 2 Jeruk Siam 177.488 51.519 3 Mangga 16.503 15.537 4 Nenas 37.280.068 674.412 5 Pisang 493.436 62.214 6 Buah Lainnya 106.015 56.759 Total 38.123.129 911.346 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel (2011)
Produksi nenas tersebar di tujuh kecamatan Kabupaten Ogan Ilir. Tiga kecamatan yang memiliki luas areal dan tanaman nenas yang tinggi adalah Kecamatan Lubuk Keliat, Tanjung Batu dan Payaraman. Kecamatan Payaraman memproduksi nenas dalam jumlah yang cukup besar. Sedangkan desa yang memproduksi nenas terbesar di Kecamatan Payaraman diantaranya Desa Paya Besar dan Desa Seleman. Berikut Tabel 7 menjelaskan luas panen dan produksi nenas di Kecamatan Payaraman Tahun 2007 – 2010. Tabel 7. Luas Panen dan Produksi Nenas di Kecamatan Payaraman Tahun 2007 – 2009 Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 2007
440
11.670
2008
689
15.402
2009
671
25.408
2010
513
24.674
2011
314
21.300
Sumber: Dinas Perbuntan Kabupaten Ogan Ilir (2012)
Berdasarkan Tabel 7 luas panen dan produksi nenas di Kecamatan Payaraman relatif menurun. Namun, produksi nenas di Kecamatan Payaraman merupakan produksi tertinggi diantara kecamatan lainnya. Hal ini berdasarkan informasi dari Dinas Perbuntan Kabupaten Ogan Ilir. Kondisi kebun nenas di Kecamatan Payaraman bukan merupakan kebun yang bersifat monokultur melainkan tumpang sari. Tanaman nenas biasanya dijadikan sebagai tanaman sela untuk tanaman karet (Hevea braziliensis). Hal ini tentunya menyebabkan penurunan produksi buah nenas dan berdampak pada pendapatan yang diterima petani dari usahatani nenas. Nenas yang berasal dari Sumatera Selatan dikenal dengan nama nenas Palembang. Nenas ini sangat terkenal karena memiliki rasa buah manis, tidak berserat dan buahnya besar. Sistem penanaman dilakukan dengan monokultur atau sebagai tanaman sela diantara tanaman utama yaitu tanaman karet. Bibit yang ditanam diperoleh dari perbanyakan sendiri. Nenas ini sangat disukai masyarakat
dalam bentuk segar dan kandungan vitaminnya banyak serta nilai kalorinya tinggi sehingga sangat baik untuk kesehatan4. Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi penghasil nenas terbesar di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan produksi nenas untuk meningkatkan kesejahteraan sumberdaya manusia di lingkungan tersebut. Akan tetapi hal ini belum berjalan dengan baik. Keadaan ini disebabkan karena masih terdapat perbedaan marjin di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang besar. Perbedaan harga ini mengindikasikan bahwa petani memiliki bargaining position yang lemah dibanding dengan lembaga tataniaga lainnya. 1.2. Perumusan Masalah Pemerintah mendorong pengembangan kawasan hortikultura yang mengintegrasikan penanaman, pengemasan dan memiliki rantai pasok hingga ke konsumen. Berdasarkan Renstra Kemtan tahun 2010 – 2014 bahwa nenas termasuk menjadi salah satu komoditas unggulan nasional yang perlu dikembangkan. Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang diprioritaskan dalam pengembangan kawasan hortikultura sepuluh komoditas unggulan nasional, dua diantaranya adalah kentang dan nenas. Akan tetapi pengembangan ini terhambat permasalahan yang ada. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi, baik kualitas maupun kuantitas diperlukan pendampingan penerapan paket teknologi, bimbingan dan pelatihan untuk petugas lapang maupun untuk petani. Pendampingan Program Strategis Departemen Pertanian Pengembangan Kawasan Hortikultura yang dilaksanakan pada tahun 2011. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pendampingan dan pengawalan teknologi budidaya nenas dan teknologi pengolahan pasca panen nenas yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta pendapatan petani dengan target peningkatan produksi lebih besar dari sepuluh persen5. Sumatera Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi yang memproduksi nenas terbesar di Indonesia. Sebagian besar perkebunan nenas di Sumatera 4
5
http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php/plasma-nutfah/nanas [diakses tanggal 10 Januari 2012] http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php/program/kawasan-hortikultura [diakses tanggal 10 Januari 2012]
Selatan dimiliki oleh rakyat dan ditanam secara tradisional. Tanaman nenas mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di Sumatera Selatan. Berdasarkan kesesuaian lahan dan agroklimat, potensi lahan yang tersedia untuk pengembangan nenas di Sumatera Selatan masih cukup besar. Hal tersebut tergambar pada Tabel 8. Tabel 8. Potensi Lahan untuk Pengembangan Nenas di Sumatera Selatan Tahun 2010. No Kabupaten/Kota Potensi Lahan (ha) 1
Ogan Ilir
7.727
2
Prabumulih
1.505
3
Muara Enim
3.100
Jumlah
12.332
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan ortikultura Sumsel (2011)
Berdasarkan Tabel 8 bahwa Kabupaten Ogan Ilir memiliki potensi lahan terbesar untuk pengembangan nenas yaitu sebesar 7.727 ha. Namun potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Petani melakukan kegiatan usahatani nenas dengan luas pengusahaan relatif sempit mulai 0,25 – 2,0 ha. Komoditi ini belum diusahakan secara besar-besaran dengan penggunaan modal seperti komoditi perkebunan lainnya, sehingga pengelolaan tanaman nenas belum dilakukan secara intensif. Salah
satu
yang
menjadi
permasalahan
nenas
adalah
kegiatan
pemasarannya. Pemasaran nenas kebanyakan masih dalam bentuk buah segar dan masih sangat sedikit industri yang melakukan pengolahan nenas menjadi produk hasil olahan. Padahal produk hasil olahan ini dapat memberikan nilai tambah bagi petani nenas. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani nenas bahwa Desa Paya Besar sudah pernah mendapat bantuan alat untuk mengolah nenas menjadi kripik nenas pada tahun 2005. Namun usaha pengolahan tersebut tidak dapat bertahan lama karena mengalami keterbatasan bahan baku dan tingginya biaya produksi yang dikeluarkan. Adanya keterbatasan bahan baku tersebut karena petani lebih memilih untuk menjual nenasnya kepada pedagang pengumpul desa. Hal ini diakibatkan harga jual nenas ke pedagang pengumpul desa lebih tinggi
dibandingkan harga jual ke industri pengolahan tersebut. Sejak saat itu di Desa Paya Besar belum ada lagi industri pengolahan nenas. Pemasaran buah nenas dilakukan oleh petani di Desa Paya Besar kepada pedagang pengumpul desa, pedagang besar (Jakarta/Palembang) dan pedagang pengecer (Jakarta/Palembang). Harga di tingkat petani bervariasi tergantung pada musim buah lainnya dan juga tergantung pada ukuran buah nenas. Harga nenas pada bulan Januari hingga Maret 2012 untuk ukuran buah nenas pertama Rp. 2.000,00 per buah, ukuran buah nenas kedua Rp. 1.500,00 dan ukuran buah nenas ketiga Rp. 1.000,00. Penurunan jumlah produksi nenas di Kabupaten Ogan Ilir juga mempengaruhi jumlah produksi nenas secara nasional. Berdasarkan informasi yang diperoleh selama di lapangan, penurunan jumlah produksi ini berdampak pada kegiatan pemasaran nenas. Suplai nenas di Pasar Induk Kramat Jati menjadi berkurang sehingga mengakibatkan harga nenas meningkat di pasar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati hampir sebagian besar nenas yang dijual di pasar tersebut adalah nenas Palembang yang berasal dari Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini juga dinyatakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan bahwa pemasaran nenas yang berasal dari Kabupaten Ogan Ilir banyak ke Pulau Jawa. Berikut harga data rata-rata per bulan nenas Palembang di Pasar Induk Kramat Jati pada Tahun 2009 – 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Harga Rata-rata Nenas Palembang di Pasar Induk Kramat Jati Tahun 2009 – 2011 Bulan Tahun (Rp/buah) 2009 2010 2011 Januari 2888,4 3034,2 3853,5 Februari 2832,3 3182,3 3950,0 Maret 2771,5 3282,0 3707,0 April 2599,8 3246,5 4100,0 Mei 2445,8 3071,4 4122,0 Juni 2514,5 3450,0 3918,0 Juli 2800,2 3414,0 4005,8 Agustus 2800,2 3608,0 4150,0 September 2830,0 3672,3 4222,0 Oktober 2828,4 3671,6 4320,0 November 2660,8 3657,3 3810,8 Desember 2912,0 3680,0 3405,8 Jumlah Rata-rata 2715,3 3414,1 3963,7 Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2012 (diolah)
Berdasarkan data pada Tabel 9 bahwa harga nenas Palembang di Pasar Induk Kramat Jati cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan harga nenas di Pasar Induk Kramat Jati tidak diikuti dengan peningkatan harga jual nenas di tingkat petani khususnya di Desa Paya Besar. Harga jual nenas petani justru mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan adanya selisih marjin yang relatif cukup besar antara produsen dengan pedagang. Besarnya marjin antara produsen nenas dengan pedagang besar pada tahun 2009 – 2010 dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Marjin Harga Rata-rata Nenas di Produsen Kabupaten Ogan Ilir dengan Konsumen PIKJ Tahun 2009 – 2010 Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2012 (diolah)
Berdasarkan Gambar 2 harga nenas di tingkat produsen Kabupaten Ogan Ilir mengalami peningkatan pada bulan April 2009. Namun, pada bulan-bulan selanjutnya harga nenas cenderung stabil sepanjang tahun 2009 – 2010 dan bahkan menurun pada tahun 2011 menurut informasi yang diperoleh dari petani di Desa Paya Besar. Jika dilihat pada gambar maka marjin pemasaran nenas mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat. Wilayah Palembang juga sering mengalami kekurangan pasokan nenas. Kurangnya pasokan nenas ini diduga karena alasan yang sama yaitu terjadinya penurunan produksi nenas. Penurunan produksi ini disebabkan oleh berkurangnya lahan produksi nenas. Kelangkaan nenas ini berimbas pada kenaikan harga jualnya. Harga nenas di pasar tradisional Kota Palembang mencapai Rp. 4.000 – Rp. 4.500 per buah yang berukuran sedang. Padahal saat kondisi normal harga nenas berkisar Rp. 2.500 – Rp. 3.000 per buah6. Namun, kenaikan harga ini tidak sepenuhnya dinikmati oleh petani nenas di Sumatera Selatan. Hal ini dikarenakan kurangnya transparansi harga dari pedagang yang biasa membeli nenas dari petani. Selain itu, petani menjual semua nenas hasil panennya kepada pedagang pengumpul desa yang harganya ditentukan oleh para pedagang. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya informasi yang dimiliki petani mengenai perkembangan harga nenas di pasar. Petani juga tidak memiliki alternatif pemasaran nenas sehingga memposisikan petani sebagai penerima harga (price taker). Posisi ini membuat peran pedagang lebih tinggi dalam menentukan harga dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Adanya marjin tataniaga menyebabkan perlunya melakukan pengkajian sistem tataniaga nenas Palembang yang efisien dengan mengidentifikasi saluran tataniaga yang terlibat, pola saluran tataniaga tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga yang dijalankan serta struktur, perilaku dan keragaan pasar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem tataniaga nenas Palembang yang terbentuk di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir?
6
http://regional.kompas.com/ [Diakses tanggal 19 Maret 2011]
2. Apakah saluran tataniaga nenas di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir sudah efisien? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengaalisis sistem tataniaga nenas Palembang di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi saluran dan fungsi lembaga tataniaga nenas Palembang yang terbentuk di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir. 2. Mengidentifikasi struktur, perilaku dan keragaan pasar nenas Palembang di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kanupaten Ogan Ilir. 3. Menganalisis efisiensi pada setiap saluran tataniaga nenas Palembang di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi: 1. Bagi petani, sebagai informasi dan rekomendasi dalam upaya melakukan efisiensi jalur tataniaga nenas Palembang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 2. Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan untuk mengefisiensikan tataniaga nenas Palembang. 3. Bagi penulis, sebagai bahan referensi dalam meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan solusi atas permasalahan yang terjadi sebagai perwujudan penerapan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. 4. Bagi pihak lain, sebagai salah satu referensi mengenai tataniaga nenas Palembang yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan dalam lingkup wilayah Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan dengan nenas
Palembang yang dijadikan komoditi yang diteliti. Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani yang berada di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir yang melakukan usahatani dan pemanenan nenas Palembang. Lembaga pemasaran yang menjadi responden adalah lembaga yang terlibat langsung dalam kegiatan tataniaga nenas Palembang di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir. Analisis penelitian dibatasi untuk melihat dan mengkaji sistem tataniaga nenas Palembang di daerah penelitian. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan saluran tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu, digunakan juga analisis kuantitatif untuk menganalisis keragaan pasar dengan menggunakan perhitungan margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya untuk melihat tingkat efisiensi tataniaga nenas Palembang.