1 I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang
dapat menghasilkan susu dan daging. Ternak tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan produk pangan asal hewan dalam negeri. Usaha kambing perah PE sangat prospektif untuk dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu daerah pengembangan kambing perah PE yaitu di provinsi Jawa Barat. Menurut data BPS tahun 2014 sampai 2016, populasi kambing di Jawa Barat mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2014 populasi kambing mencapai 2.599.380 ekor, tahun 2015 mencapai 2.610.375 ekor dan tahun 2016 mencapai 2.633.834 ekor. Peningkatan tersebut dapat menjadi peluang serta tantangan bagi pemerintah dan para peternak kambing untuk meningkatkan populasi kambing di Jawa Barat. Cara pemerintah dalam meningkatkan populasi kambing yaitu dengan memberikan bantuan berupa bibit kambing perah PE pada tahun 2012 ke beberapa daerah, diantaranya Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Daerah tersebut berada di dataran tinggi sehingga cocok untuk pengembangan kambing perah. Di Desa Sindanggalih bantuan tersebut di berikan kepada kelompok peternak Lebaksiuh yang beranggotakan 47 orang. Kelompok peternak Lebaksiuh merupakan kelompok yang berprestasi dibidang kontes ternak khsusnya ratu bibit. Sehingga, bibit ternak yang ada dikelompok ini menjadi salah satu tolak ukur
2 untuk menentukan kualitas bibit kambing PE di Kabupaten Garut. Walaupun menjadi kelompok berprestasi dibidang kualitas bibit, namun sebagian besar peternak kurang dapat mengembangkan usahanya. Selain karena keterbatasan modal, faktor lain yang dapat menyebabkan usaha menjadi kurang berkembang yaitu karakteristik dan perilaku komunikasi dari individu peternak itu sendiri. Karakteristik merupakan ciri khas dari seseorang individu baik secara bilogis maupun sosio-psikologis. Peternak Lebaksiuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari segi umur, pendidikan, pengalaman beternak, kepemilikan ternak, dan kekosmopolitan. Perilaku seseorang dalam beternak dapat dilihat berdasarkan karakteristiknya. Salah satu perilaku yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan yaitu perilaku komunikasi. Karakteristik seseorang dapat ditingkatkan melalui perilaku komunikasi. Perilaku komunikasi merupakan respon seseorang terhadap lingkungannya ketika berkomunikasi. Keberhasilan usaha peternakan dapat ditunjang dengan adanya perilaku komunikasi peternak terhadap media massa, komunikasi interpersonal, dan komunikasi dalam diskusi. Keterdedahan perilaku komunikasi interpersonal peternak Lebaksiuh didukung oleh jarak rumah yang dekat, aktivitas beternak, dan aktivitas kelompok. Keterdedahan pada media massa didukung oleh kepemilikan peternak terhadap media cetak dan elektronik yang dimiliki, dan komunikasi peternak dalam disuksi didukung oleh adanya rapat kelompok, diskusi setiap malam dirumah ketua kelompok, dan kegiatan lain yang dapat menimbulkan adanya diskusi. Perilaku komunikasi peternak dalam memenuhi kebutuhan informasi untuk mengembangkan usaha kambing perah PE akan berbeda-beda sesuai dengan karakteristik individu masing-masing. Sejauh ini belum banyak diungkap
3 mengenai hubungan karakteristik peternak kambing perah PE Desa Sindanggalih dengan perilaku komunikasi yang mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Penelitian mengenai hubungan karakteristik peternak kambing perah dengan perilaku komunikasi sangat relevan untuk dilakukan karena dapat mendorong berkembangnya kelompok peternak Lebaksiuh dalam beternak kambing perah PE.
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah dari
penelitian ini adalah : 1) Bagaimana karakteristik peternak kambing perah di kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. 2) Bagaimana perilaku komunikasi peternak kambing perah di kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih
Kecamatan Karangpawitan
Kabupaten Garut. 3) Bagaimana hubungan karakteristik peternak kambing perah dengan perilaku komunikasi di kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.
1.3.
Maksud dan Tujuan Berdasarkan identifikasi masalah, maksud serta tujuan penelitian ini
adalah : 1) Mengetahui karakteristik peternak kambing perah di kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.
4 2) Mengetahui perilaku komunikasi peternak kambing perah di kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih
Kecamatan Karangpawitan
Kabupaten Garut. 3) Menganalisis hubungan karakteristik peternak kambing perah dengan perilaku komunikasi di kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.
1.4.
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan ilmiah, khususnya mengenai
perilaku komunikasi
dan
karakteristik peternak yang dapat membantu pembangunan peternakan kedepannya. 2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya kajian komunikasi dan karakteristik peternak sehingga dapat dijadikan landasan pengkajian yang lebih luas oleh pihak akademisi, diharapkan dapat menjadi masukan bagi kelompok peternak khususnya mengenai manfaat penelitian ini yang dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di kelompok tersebut, dan bagi pemerintah dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan komunikasi serta menjadi acuan untuk meningkatkan fasilitas layanan akses informasi dalam bidang peternakan.
5 1.5.
Kerangka Pemikiran Di Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut
hanya terdapat satu kelompok peternak yang bernama Lebaksiuh. Kelompok ini bergerak dalam usaha peternakan kambing perah peranakan etawah (PE). Sebagian besar usaha peternakan kambing PE milik kelompok peternak Lebaksiuh masih berbasis peternakan rakyat, dengan skala usaha yang relatif kecil antara 2-5 ekor/peternak dan sistem pemeliharaan ternak yang masih tradisional. Aspek usaha dan aspek pemeliharaan merupakan hal yang dapat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Kedua aspek tersebut dapat terus ditingkatkan, salah satunya dengan cara pemenuhan kebutuhan informasi dalam hal beternak yang bertujuan agar peternak dapat lebih mengetahui cara untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Komunikasi merupakan suatu proses yang penting untuk mendapatkan informasi. Komunikasi yang dilakukan para peternak Lebaksiuh yaitu terjadi secara searah dan dua arah. Komunikasi yang dilakukan searah yaitu berupa komunikasi yang menggunakan media massa. Sedangkan komunikasi dua arah yaitu berupa komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam disukusi. Komunikasi yang sering dilakukan oleh peternak tersebut akan membentuk perilaku
komunikasi.
Komunikasi
adalah
proses
dimana
individu
mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain (Hoveland, 1948) Keberhasilan usaha peternakan dapat ditunjang oleh adanya faktor karakteristik peternak dan perilaku komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakteristik merupakan sifat khas yang sesuai dengan perwatakan tertentu. Karakteristik peternak merupakan ciri khas peternak yang
6 ditampilkan untuk berhubungan dengan semua aspek kehidupan di dunia dan lingkungannya sendiri (Atmadilaga, 1974). Karakteristik peternak terdiri dari umur, pengalaman beternak, tingkat pendidikan formal dan non formal, serta kekosmopolitan (Nurlina, dkk., 2007). Perilaku komunikasi yaitu suatu respon atau tidakan mengenai segala hal yang berhubungan dengan lingkungan yang berupa komunikasi verbal ataupun non verbal yang ada pada tingkah laku seseorang. Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia terdiri dari berbagai bentuk seperti
komunikasi personal,
komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi media. Perilaku komunikasi akan menjadi kebiasaan seseorang dalam mencari informasi (Rogers, 1983). Karakteristik
peternak
dapat
mempengaruhi
keterampilan
dalam
berkomunikasi khususnya dalam keterdedahan terhadap media komunikasi, karena ketika peternak tersebut berkomunikasi maka karakteristiknya akan muncul dan dapat ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan terhadap lingkungannya.
Keterampilan berkomunikasi tersebut akan menjadi
perilaku komunikasi seseorang individu. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi dan motivasi terhadap informasi (Setiabudi, 2004). Umur dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi perilaku komunikasi seseorang, semakin dewasa seseorang maka biasanya informasi yang diterima sudah melalui tahap seleksi, sedangkan yang masih muda biasanya akan menerima semua informasi yang diterima tanpa melakukan proses seleksi. Umur
7 juga akan mempengaruhi cara seseorang dalam mencerna suatu informasi, semakin tua seseorang maka informasi yang disampaikan dan diterima cenderung berasal dari pengalaman pribadinya. Tingkat pendidikan formal maupun non formal akan berpengaruh terhadap penerimaan ide-ide baru. Seseorang yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi, begitu pula sebaliknya orang yang berpendidikan rendah, maka agak sulit menerapkan inovasi (Soekartawi, 1988). Jumlah kepemilikan ternak diduga mempengaruhi persepsi seseorang terhadap informasi. Peternak yang mempunyai jumlah ternak yang relatif banyak dan mempunyai wawasan yang luas, kemungkinan lebih aktif dan responsif dalam memenuhi kebutuhan informasi dibandingkan dengan peternak yang mempunyai sedikit ternak. Pengalaman beternak berkaitan erat dengan cara penyampaian informasi seseorang. Semakin lama pengalaman beternak seseorang, maka informasi yang diberikan cenderung berasal dari pengalaman pribadinya. Pengalaman membuat peternak semakin paham cara untuk mengatasi permasalahan dalam beternak. Kekosmopolitan merupakan keterbukaan seseorang terhadap informasi melalui hubungan dengan berbagai sumber informasi di luar lingkungannya. Kekosmopolitan diukur dari frekuensi kunjungan responden ke berbagai individu atau lembaga yang menjadi sumber informasi, dan keterdedahannya pada media komunikasi. Karakteristik petani yang secara signifikan mempunyai hubungan positif dengan perilaku komunikasi diantaranya umur dengan keterdedahan pada saluran komunikasi interpersonal dan kehadiran dalam pertemuan kelompok, pendidikan
8 non formal dengan keterdedahan pada saluran komunikasi interpersonal, dan pengalaman bertani dengan kehadiran dalam pertemuan kelompok (Adi, 2002). Beberapa variabel karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan perilaku komunikasi diantaranya pendidikan, skala usaha, dan lama usaha (Mujianto, 2006).
Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui hubungan karakteristik
peternak kambing perah dengan perilaku komunikasi dapat digambarkan melalui ilustrasi berikut ini :
Kelompok Ternak Lebak Siuh
Karakteristik Peternak Ilustrasi 1. Umur Kerangka Konseptual Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Kepemilikan Ternak Pengalaman Beternak Kekosmopolitan (Nurlina, dkk., 2007)
Perilaku Komunikasi
Keterdedahan Pada Media Massa Keterdedahan pada komunikasi interapersonal Intensitas interaksi dalam kelompok komunikasi. (Adi, 2002)
Ilustrasi 1. Hubungan Karakteristik Peternak Kambing Perah dengan Perilaku Komunikasi di Desa Sindanggalih Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran
dapat ditarik hipotesis
bahwa terdapat hubungan positif antara karakteristik peternak kambing perah dengan perilaku komunikasi di kelompok peternak Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.
9 1.6.
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari
2017, bertempat di Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.