HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 – 2 TAHUN DI DESA JEBOL KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA
Manuscript
Oleh : Iwan Fachrudin NIM : G2A008065
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul Hubungan Stimulasi Orang Tua dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-2 Tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang, September 2012
Pembimbing I
Ns. Dera Alfiyanti, S.Kep, M.Kep
Pembimbing II
Dr. Ir. Nurrahman, M.Si
Hubungan Stimulasi Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-2 Tahun Di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara Iwan Fachrudin1, Dera Alfiyanti2, Nurrahman3 Abstrak Salah satu aspek perkembangan anak adalah perkembangan motorik kasar. Perkembangan ini merupakan hasil dari koordinasi antara otot dan saraf yang terjadi secara alami. Pada usia 1-2 tahun perkembangan sel-sel otak berlangsung sangat cepat sehingga usia tersebut sangat menunjang untuk dilakukan latihanlatihan motorik kasar diantaranya adalah dengan stimulasi orang tua. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan studi korelasi dan desain pnelitian menggunakan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua beserta anak yang berusia 1-2 tahun yang berada di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu berjumlah 71 orang. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah stimulasi orang tua dan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik Chi Square. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, dengan hasil X2 hitung yaitu 9,859, dan nilai p-value 0,002 < α (0,05). Berdasarkan analisis statistik tersebut maka diharapkan orang tua dapat memberikan stimulasi dan mengasah kemampuan serta perkembangan anak sesuai dengan tahapan dan umur anak agar perkembangan anak menjadi optimal. Kata kunci: stimulasi, motorik kasar, anak
Abstract One aspect of child development is the gross motor development. This development is the result of coordination between the muscle and nerve that occurs naturally. At the age of 1-2 years old the development of brain cells progress very fast so the age are supportive to do exercises among their gross motor development is the stimulation of parents. The purpose of this study to determine the relationship of parental stimulation with gross motor development of children aged 1-2 years old in Jebol village, Mayong, Jepara. This research is a quantitcative study of the correlation and design research uses crossectional. The population in this study were all parents with their children aged 1-2 years who were in years in Jebol village, Mayong, Jepara and sampling carried out by the method of sampling, which amounted to a total of 71 people. The variables that are parental stimulation and gross motor development of children age 1-2 years old. Analysis used statistical analysis Chi Square. Based on the results obtained by statistical analysis that there is a significant relationship between parental stimulation with gross motor development in children aged 1-2 years old in Jebol village, Mayong, Jepara, with the results X2 count is 9,859, and p-value 0.002 <α (0.05). Based on the results of statistical analysis it is expected the parents to provide stimulation and hone skills as well as according to the stages of child development and age of the child in order to the chid development to be optimal. Keywords: stimulation, gross motor, children
PENDAHULUAN Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang secara alamiah terjadi sebagai akibat dari proses pengalaman yang dialami oleh anak (Hurlock, 2000). Peristiwa perkembangan ini dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual (Soetjiningsih, et al., 2002). Istilah terrible twos sering digunakan untuk menjelaskan masa toddler, yaitu periode dari usia 12-36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku mencari perhatian dan negativisme (pernyataan tegas terhadap suatu kebutuhan). Perilaku ini bisa menjadi sangat menantang bagi orang tua dan anak karena masing-masing belajar untuk mengetahui satu sama lain dengan lebih baik (Hockenberry, et al., 2008). Pada usia toddler kecepatan pertumbuhan akan menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik serta fungsi ekskresi. Pertumbuhan yang berlangsung
pada
masa
balita
akan
mempengaruhi
dan
menentukan
perkembangan anak selanjutnya (Depkes RI, 2010) Menurut Nursalam, et al. (2005) kebutuhan anak usia toddler dibagi menjadi 3 yaitu kebutuhan asuh, asih, dan asah. Kebutuhan asuh seperti nutrisi, perawatan kesehatan dasar, kebersihan badan, lingkungan tempat tinggal yang layak, pakaian, pengobatan, dan lain - lain. Kebutuhan asih seperti perhatian orang tua, kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, dukungan orang tua, mandiri, rasa memiliki, dan kebutuhan akan sukses mendapatkan kesempatan dan pengalaman. Sedangkan kebutuhan asah meliputi stimulasi (rangsangan) dini pada semua indra (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, dan mengecap), sistem garak kasar dan halus (motorik kasar dan halus), komunikasi, emosi sosial dan rangsangan untuk berpikir. Salah satu aspek perkembangan anak adalah perkembangan motorik kasar. Perkembangan ini merupakan hasil dari koordinasi antara otot dan saraf yang terjadi secara alami (Mulyani dan Juliska, 2007). Pada usia toddler perkembangan
sel-sel otak berlangsung sangat cepat sehingga usia tersebut sangat menunjang untuk dilakukan latihan-latihan perkembangan motorik kasar di usianya supaya perkembangan anak menjadi optimal. Perkembangan motorik kasar anak yang tidak optimal bisa menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi. Perkembangan motorik kasar yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler. Anak dengan serebral palsi dan kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik kasar sebagai akibat spastisitas dan ataksia (Adriana, 2011). Penyakit neuromuskuler seperti muskuler distrofi juga bisa menyebabkan gangguan perkembangan motorik kasar seperti terlambat berjalan, terlambat melompat, belum bisa berdiri satu kaki serta keterampilan lain yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Faktor keluarga juga mempengaruhi perkembangan motorik, seperti anak yang sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik kasar (Adriana, 2011). Stimulasi yaitu kegiatan perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain (Nursalam, et al., 2005). Bahaya akibat keterlambatan perkembangan motorik seperti di atas sebagian dapat dikendalikan dengan stimulasi dari orang tua yang baik. Stimulasi yang diberikan orang tua sebaiknya didasari dengan rasa kasih sayang, karena dengan kasih sayang akan menciptakan ikatan yang erat antara anak dan orang tua. Sehingga anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur dari orang tua akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi (Soetjiningsih, et al., 2002). Dari survei yang dilakukan peneliti pada 12 balita di Desa Jebol yang terkait dengan perkembangan motorik kasar, ada 10 anak yang mengalami keterlambatan (delay) dalam perkembangan, misalnya anak umur 1 tahun masih ada yang digendong belum bisa jalan sendiri, umur 2 tahun ketika disuruh melompati kertas yang ada di depannya anak belum bisa, dan beberapa lagi belum bisa berjalan mundur.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap orang tua mengenai stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun, mereka mengatakan sudah memberikan stimulasi seperti mengajarkan anak berjalan dan berdiri. Akan tetapi sebagian besar orang tua belum mengetahui tugas perkembangan anak usia 1-2 tahun dan bagimana cara menstimulasinya, sehingga stimulasi yang diberikanpun tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor sehingga menjadi karakteristik yang unik dari anak dengan orang tua, diantaranya seperti faktor ekonomi, faktor keterbatasan waktu, dan faktor pengasuhan. Sebagai contoh sebagian besar penduduk desa jebol banyak yang bekerja dan kebanyakan mereka bekerja dari pagi sampai sore hari, sehingga mereka cenderung sering menitipkan anaknya pada nenek atau saudaranya. Kemudian di malam harinya anak harus belajar mengaji di tempat guru ngaji. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Stimulasi Orangtua dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia (1-2 tahun) di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara”
METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi korelatif yaitu mencari hubungan antar dua variabel, metode penelitian ini menggunakan metode survei yang bersifat deskriptif analitik, desain studi yang dipilih dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya sekali waktu (Notoatmojo,
2010).
Dalam
melakukan
pengambilan
sampel
peneliti
menggunakan tehnik total sampling, artinya sampel yang digunakan adalah total populasi yang ada yaitu anak usia 1-2 tahun beserta orang tuanya sebanyak 71 orang (Sugiyono, 2007). Alat pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji coba sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara dengan jumlah anak usia 1-2 tahun adalah sebanyak 71 anak. Peneliti memilih tempat ini karena dari hasil
wawancara pada kader-kader setempat dan observasi peneliti pada 12 anak yang berusia 12-24 bulan, perkembangan motorik kasarnya berbeda-beda. Dan di daerah tersebut juga belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai tanggal 31 Juli 2012 sampai dengan tanggal 18 Agustus 2012. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji (Chi-Square).
HASIL Hasil penelitian data karakteristik adalah sebagai berikut, dari 71 Orang tua responden didapatkan umur termuda adalah 19 tahun sedangkan umur tertua adalah 36 tahun. Dari 71 responden sebagian besar orang tua responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang (84,5%), dan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (15,5%). Kemudian dari 71 orang tua responden sebagian besar memiliki dua orang anak yaitu sebanyak 38 orang (53,5%). Dari 71 responden sebagian besar orang tua responden bekerja yaitu sebanyak 61 orang (85,9%). Dari 71 orang tua responden sebagian besar memiliki penghasilan kurang dari satu juta yaitu sebanyak 51 orang (71,8%). Dan dari 71 responden didapatkan umur termuda adalah 12 bulan sedangkan umur tertua adalah 24 bulan. Kemudian dari 71 anak sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 36 orang (50,7%). Berdasarkan hasil analisis bivariat dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun. Berikut hasil penelitian dalam bentuk gambar dan tabel:
Gambar 1 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Stimulasi orang tua di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara
40,8% 59,2%
Stimulasi Orang Tua
Gambar 2
Prosentase (%)
Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik Kasar Anak di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara
69,0
31,0
Perkembangan motorik kasar anak
Tabel 1 Hasil Tabulasi Silang Stimulasi Orang Tua dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara Perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun Stimulasi orang tua
Keterlambatan
Normal
Total
Jumlah
%
Jumlah
%
jumlah
%
Buruk
15
51,7
14
48,3
29
100
Baik
7
16,7
35
83,3
42
100
Total
22
31,0
49
69,0
71
100
Tabel 2 Hasil Uji Korelasi Chi-square Berdasarkan Hubungan Stimulasi Orang Tua dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara Variabel Terikat (Dependen) Variabel Bebas (Independen) Stimulasi orang tua
Perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun Chi square (x2)
p-value
Koofisien kontingensi
9.859
0,002
0,349
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh bahwa gambaran stimulasi orang tua responden sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 45 orang (60,0%), dan diperoleh gambaran perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-2 tahun sebagian besar adalah normal yaitu sebanyak 51 orang (68,0%). Dari hasil analisis data pada hubungan stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-2 tahun yang diperoleh dengan menggunakan uji korelasi Chi-square,
didapatkan nilai p-value 0,002 < α (0,05). Berdasarkan analisis tersebut maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Hasil penelitian ini juga didapatkan nilai X2 hitung sebesar 9,859, dan nilai Koofisien Kontingensi 0,349 yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sedang dengan arah korelasi positif, artinya semakin baik stimulasi orang tua maka semakin normal pula perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2009), tentang hubungan antara status gizi dan stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar pada anak balita dengan hasil bahwa stimulasi orang tua merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar anak usia balita di Desa Buddagan Kab. Pamekasan dengan nilai p-value 0,000<0,05. Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas dan variabel terikat. Supriyono (2009) meneliti tentang status gizi dan stimulasi orang tua yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar anak usia balita, sedangkan penelitian ini hanya fokus meneliti tentang stimulasi orang tua sebagai variabel bebasnya dan variabel terikatnya adalah anak umur 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Hasil penelitian di atas menurut peneliti dimungkinkan karena orang tua adalah orang terdekat dengan anak dalam pendampingan aktivitas sehari-hari. Dalam hal ini adalah aktivitas anak yang terkait dengan perkembangan motorik kasar, sehingga stimulasi orang tua berkaitan erat dengan perkembangan motorik kasar anak. Pemberian stimulasi yang terarah akan melatih kemampuan anak dalam melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Pada anak usia 1-2 tahun merupakan masa dimana keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan pada usia tersebut akan menentukan keberhasilan perkembangan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut maka pemberian stimulasi yang baik dan terarah perlu diberikan sejak dini agar anak mengalami perkembangan yang normal sesuai dengan umurnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hockenberry, et al. (2008), yang menyatakan bahwa anak pada usia 1-2 tahun merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku mencari perhatian dan negativisme (pernyataan tegas terhadap suatu kebutuhan). Masa ini seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama pengasuhan, pemeliharaan
dan
bimbingan
dari
orang
tuanya.
Anak
akan
belajar
mengembangkan keterampilan motorik, dengan merangkak, berdiri, berjalan, melompat dan berlari. Kegiatan yang cukup menyenangkan bagi masa anak ini adalah
bermain-main.
Dengan
bermain
anak
mampu
mengembangkan
keterampilan motorik, kecerdasan, inisiatif, imajinasi, kreativitas, bakat, dan kemampuan sosialisasi. Selain itu, ciri yang spesifik pada usia toddler ini adalah anak masih memiliki kelekatan emosi dengan orang tua, takut berpisah dari orang tua, biasanya suka membuat cerita yang tak masuk akal, berbohong dan egosentris. Apa yang didinginkan berpusat pada diri sendiri (Dariyo, 2007) Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi pengambilan data tentang stimulasi orang tua hanya didasarkan pada kuesioner yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga data yang didapat merupakan kejadian yang telah dilakukan oleh orang tua yang sebenarnya. Penelitian yang relatif lama karena peneliti perlu mengulang proses penelitian saat melakukan observasi pada anak yang tidak kooperatif dalam proses penelitian, sehingga peneliti perlu melakukan penelitian ulang dihari berikutnya. Keterbatasan alat peraga yang digunakan dalam mengobservasi motorik kasar, sehingga untuk mengukur perkembangan motorik kasar hasilnya kurang maksimal.
KESIMPULAN Umur orang tua responden termuda 19 tahun sedangkan umur tertua adalah 36 tahun. Orang tua sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang (84,5%), dengan mayoritas jumlah anak dua orang anak yaitu sebanyak 38 orang (53,5%), sebagian besar orang tua responden bekerja yaitu sebanyak 61 orang (85,9%), dan mayoritas berpenghasilan kurang dari satu juta yaitu sebanyak
51 orang (71,8%). Umur termuda responden adalah 12 bulan sedangkan umur tertua adalah 24 bulan, serta sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 36 orang (50,7%). Stimulasi orang tua terhadap anak sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 42 orang (59,2%). Perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun sebagian besar adalah normal yaitu sebanyak 49 orang (69,0%). Ada hubungan yang signifikan antara stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun di Desa Jebol Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perkembangan anak, sehingga peneliti menyarankan kepada masyarakat untuk dapat menjadi bahan informasi bahwa pemberian stimulasi sejak dini pada anak sangat penting untuk mengasah kemampuan serta perkembangan anak sesuai dengan tahapan dan umur anak, Diharapkan perawat untuk lebih aktif dalam memberi informasi atau penyuluhan kesehatan tentang tumbuh kembang anak pada setiap tahapan usia serta stimulasi yang harus dilakukan orag tua agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Demikian juga bagi institusi pendidikan dapat menambah informasi materi tentang stimulasi orang tua untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar anak, dan untuk penelitian selanjutnya supaya lebih mengembangkan materi tentang tumbuh kembang anak. 1
Iwan Fachrudin
: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Ns. Dera Alfiyanti, S.Kep, M.Kep : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Anak FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang
3
Dr. Ir. Nurrahman, M.Si : Dosen Program Study Tehnologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang
KEPUSTAKAAN Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika Dariyo, A. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama Depkes RI. (2010). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI Hockenberry,M., Wilson,D., Winkelstein,M., Donna,L., Schwartz,P. (2008). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Hurlock, E. B. (2000). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Mulyani, Y., Juliska, G. (2007). Mengembangkan Kemampuan Dasar Balita di Rumah (Kemampuan Fisik, Seni, dan Menejemen Diri). Jakarta: Gramedia Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, Susilaningrum,R., Utami,S. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih., Moersintowarti,B.N., Titi,S.S., Hariyono,S., IG N Gde,R., Sambas,W. (2002). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Supriyono. (2009). Hubungan Antara Status Gizi dan Stimulasi Orang Tua dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita di Desa Buddagan Kabupaten Pamekasan. http://www.statusgizi_stimulasi.motorik.com. (diunduh 23 Agustus 2012)