HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI JAJANAN AMAN DENGAN PERILAKU MEMILIH JAJANAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIPAYUNG 2 KOTA DEPOK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH: RIFKA TRIASARI NIM: 1111104000015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2015 Rifka Triasari, NIM: 1111104000015 The Correlation of Knowledge and Attitudes of Safe Street Food with Behavior in Choosing Street Food on Fifth Grade Students at SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok xvii + 82 pages + 11 tables + 2 schemes + 10 attachments ABSTRACT Habit of buying street food is something that can not be separated from the lives of school children. But there is a phenomenon that needs to be aware of the school children‟s street food. Often the mass media report about school children‟s street food found unhygienic and contain a variety of hazardous chemicals, ranging from formalin, borax, until the dangerous dyes. The child‟s behavior of buying street food will influence on health. Meanwhile, the children often become victims because they have not had sufficient knowledge of safe street food. The purpose of this study was to determine the correlation of knowledge and attitudes of safe street food with behavior in choosing street food on fifth grade students at Cipayung 2 Depok Elementary School. This study uses an analytical study with cross sectional design. Data were collected on a sample of 79 students using a questionnaire. Based on the results of Spearman Rank correlation test is known that there is a correlation between knowledge of safe street food with behavior in choosing street food (p = 0,000 and r = 0,471) and there is a correlation between attitudes of safe street food with behavior in choosing street food (p = 0,015 and r = 0,273). Most students showed good results in each category, ranging from knowledge, attitudes, and behavior.
Keywords: Knowledge, Attitudes, Behavior, Safe Street Food, School Children Reference: 31 (2002-2014)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015 Rifka Triasari, NIM: 1111104000015 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok xvii + 82 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 10 lampiran ABSTRAK Kebiasaan jajan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak sekolah. Namun ada sebuah fenomena yang perlu diwaspadai mengenai jajanan anak sekolah. Seringkali media masa memberitakan berbagai jajanan sekolah ditemukan tidak higienis serta mengandung berbagai zat kimia berbahaya, mulai dari formalin, boraks, sampai zat pewarna berbahaya. Perilaku jajan anak akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Sementara, anak sering menjadi korban karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang jajanan yang aman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada sampel sebanyak 79 siswa dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan (nilai p = 0,000 dan r = 0,471) dan ada hubungan antara sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan (nilai p = 0,015 dan r = 0,273). Sebagian besar siswa menunjukkan hasil yang baik pada masing-masing kategori, mulai dari pengetahuan, sikap, serta perilaku.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Jajanan Aman, Anak Sekolah Referensi: 31 (2002-2014)
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: RIFKA TRIASARI
Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, 20 November 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Sawangan Elok AA1 No.13, RT 001 RW 010, Kelurahan Duren Seribu, Kecamatan Bojong Sari, Depok, Jawa Barat
HP
: +6285781343677
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. 2. 3. 4.
SD Negeri Parung 01 SMP Negeri 6 Bogor SMA Negeri 6 Bogor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1999-2005 2005-2008 2008-2011 2011-sekarang
ORGANISASI 1. PRAMUKA 2. PASKIBRA 3. CAPOEIRA
2004-2005 2005-2007 2011
viii
KATA PENGANTAR Asalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta guna menerapkan dan mengembangkan ilmu yang penulis peroleh selama masa kuliah. Penulis telah berusaha untuk menyajikan tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahaminya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan semangat dari semua pihak baik moril maupun materil, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.Km., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik. 4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan. 5. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Jamaludin, S.Kp, M. Kep selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih sebesar besarnya telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini 6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa kuliah. 7. Orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang, doa, perhatian serta semangat, dan bantuan baik berupa moril maupun materil kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga kakak dan adikku yang telah memberikan dukungan semangat dan bantuannya.
ix
8. Sahabat-sahabat kesayangan yang selalu saling memberikan doa, perhatian, dukungan, semangat, serta sarannya kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan PSIK 2011 yang telah berjuang bersama, saling memberikan semangat, dukungan serta bantuannya. 10. Kepala Sekolah SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. 11. Guru-guru SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.
Ciputat,
Rifka Triasari
x
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul.......................................................................................................... i Pernyataan Keaslian Karya .................................... Error! Bookmark not defined. Abstract .................................................................................................................. iii Abstrak ................................................................................................................... iv Pernyataan Persetujuan .......................................... Error! Bookmark not defined. Lembar Pengesahan ............................................................................................... vi Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... vii Kata Pengantar ....................................................................................................... ix Daftar Isi................................................................................................................. xi Daftar Bagan ......................................................................................................... xv Daftar Tabel ......................................................................................................... xvi Daftar Lampiran .................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 E. Ringkup Lingkup Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sekolah Dasar ............................................................................... 8 1. Perkembangan Biologis ..................................................................... 8 2. Perkembangan Kognitif ..................................................................... 9 3. Perkembangan Moral ....................................................................... 10 4. Nutrisi............................................................................................... 10 B. Makanan Jajanan .................................................................................. 11 1. Jenis-jenis makanan jajanan ............................................................. 11
xi
2. Fungsi Makanan Jajanan .................................................................. 13 3. Dampak Makanan Jajanan ............................................................... 14 4. Makanan Jajanan Aman ................................................................... 14 5. Sumber atau Penyebab Pangan Tidak Aman ................................... 15 6. Bahan Tambahan Pangan ................................................................. 16 7. Tanda atau Ciri Pangan Tidak Aman ............................................... 22 8. Dampak Buruk Pangan Tidak Aman ............................................... 24 9. Pencegahan Ketidakamanan Pangan Saat Memilih dan Mengonsumsi Pangan .............................................................................................. 25 C. Pengetahuan ......................................................................................... 25 D. Sikap .................................................................................................... 27 E. Perilaku ................................................................................................. 29 1. Perilaku memilih makanan ............................................................... 31 F. Penelitian terkait ................................................................................... 32 G. Kerangka Teori .................................................................................... 34
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konsep ................................................................................. 35 B. Definisi Operasional............................................................................. 36 C. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 38
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ................................................................................. 39 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 39 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 39 1. Populasi ............................................................................................ 39 2. Sampel .............................................................................................. 40 D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 41 E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................................... 42 1. Validitas Instrumen .......................................................................... 42 2. Reliabilitas Instrumen ...................................................................... 44
xii
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data ................................................... 45 G. Pengolahan Data .................................................................................. 47 1. Editting ............................................................................................. 47 2. Coding .............................................................................................. 47 3. Data Entry ........................................................................................ 47 4. Cleaning ........................................................................................... 47 H. Analisa Data ......................................................................................... 48 1. Analisa Univariat ............................................................................. 48 2. Analisa Bivariat ................................................................................ 48 I. Etika Penelitian ...................................................................................... 49
BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok .......................................... 51 B. Hasil Uji Normalitas Data .................................................................... 53 C. Hasil Analisa Univariat ........................................................................ 53 D. Hasil Analisa Bivariat .......................................................................... 60
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ................................................................................ 63 B. Analisis Bivariat ................................................................................... 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 80 B. Saran ..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
SD
: Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia PJAS : Pangan Jajanan Anak Sekolah BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan FAO
: Food and Agriculture Organization
KLB
: Kejadian Luar Biasa
BTP
: Bahan Tambahan Pangan
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia RI
: Republik Indonesia
MSG : Monosodium Glutamate SDIT : Sekolah Dasar Islam Terpadu
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 2.1
Kerangka Teori
34
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
35
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
Berbagai Bahan Berbahaya Berdasarkan Permenkes
17
RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999 Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
36
Tabel 4.1
Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2
40
Kota Depok Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
53
Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Siswa Kelas V
54
SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori
55
Pengetahuan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Sikap
56
Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi berdasarkan Daftar Jajanan
57
Pilihan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Perilaku
59
Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Tabel 5.7
Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman
60
Dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Tabel 5.8
Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok
xvi
61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Dokumen Perizinan
Lampiran 2
Kisi-kisi Instrumen
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Lampiran 5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Lampiran 6
Lembar Observasi Jajanan
Lampiran 7
Hasil Uji Normalitas Instrumen
Lampiran 8
Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 9
Hasil Olahan SPSS Bivariat
Lampiran 10 Hasil Rekapitulasi Jawaban Responden
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa di masa mendatang yang akan menjadi tumpuan kualitas bangsa (Hukormas, 2014). Pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimulai sejak masa sekolah akan berpengaruh terhadap kualitas mereka saat mencapai usia produktif. Mengingat anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa, salah satu hal penting yang menjadi perhatian serius saat ini adalah Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) (BPOM RI, 2011). Anak-anak seringkali menjadi korban dari makanan atau jajanan sekolah karena mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mengenali jajanan yang aman (BIN RI, 2012). Makanan jajanan merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau disebut street food menurut FAO (Food and Agriculture Organization) didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual di jalanan dan di tempat-tempat umum yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Kebiasaan mengkonsumsi jajanan turut memberikan kontribusi dan kecukupan energi bagi anak sekolah (Syafitri, 2009). Berdasarkan survei yang dilakukan di Bogor pada tahun 2004 dinyatakan bahwa sebanyak 36% kebutuhan energi anak sekolah diperoleh dari pangan jajanan yang dikonsumsinya (Guhardja S dkk,
1
2
2004 dalam BPOM RI, 2007). Makanan jajanan turut menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%, dan zat besi 52% (Judarwanto, 2004). Jajanan anak sekolah menjadi suatu masalah yang akhir-akhir ini perlu diperhatikan oleh masyarakat, khususnya bagi orang tua, pihak sekolah, dan instansi pelayanan kesehatan karena jajanan anak sekolah sangat berisiko tercemar oleh cemaran biologis atau kimiawi yang dapat mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Zat berbahaya yang terkandung dalam jajanan sekolah dapat menimbulkan reaksi akut pada tubuh, yaitu berupa batuk, diare, alergi, kesulitan buang air besar atau bahkan menimbulkan keracunan. Dalam jangka panjang zat berbahaya tersebut akan terakumulasi dan berbahaya bagi kesehatan serta tumbuh kembang anak. Bahkan zat
berbahaya
tersebut
dapat
menyebabkan penyakit kanker dan tumor (BIN RI, 2012). Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) pada jajanan anak sekolah tahun 2004-2006, keracunan pangan paling sering dialami oleh kelompok anak sekolah dasar (Hamida, 2012). Hal ini didukung oleh data KLB keracunan pangan BPOM RI yang menunjukkan bahwa sebesar 78,57% kejadian tersebut dialami oleh kelompok anak sekolah dasar (BPOM RI, 2009). Berdasarkan data pengawasan PJAS yang dilakukan oleh BPOM RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama 26 Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2007, sebesar 45% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya
3
seperti formalin, boraks, rhodamin, Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti siklamat dan benzoat yang melebihi batas aman, serta cemaran mikrobiologi (BPOM RI, 2009). Sejalan dengan data tersebut, pada tahun 2008-2010 dinyatakan bahwa sebesar 40-44% PJAS juga tidak memenuhi syarat (BPOM RI, 2011). Di Depok sebanyak 60% jajanan sekolah dasar dinyatakan tercemar bakteri air, hal ini berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan Kota Depok terhadap 40 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Depok sejak Mei 2012. Jajanan yang terbukti tercemar bakteri yaitu batagor, nasi uduk, nasi goreng, mie goreng, dan bakso. Minumannya yaitu es teh manis, es cincau, dan minuman lain yang menggunakan es balok. Ditemukan juga sebanyak 4% jajanan masih mengandung bahan formalin (Toyudho, 2012). Bahaya yang mengancam kesehatan anak sekolah akibat perilaku jajan harus diperhatikan oleh semua pihak seperti orang tua, pihak sekolah, dan departemen kesehatan (Judarwanto, 2004). Pemilihan makanan jajanan merupakan perwujudan dari perilaku. Faktor terkait makanan, faktor personal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pemilihan makanan dan faktor sosial ekonomi merupakan tiga kelompok faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan (Shepherd, 1999 dalam Aprillia, 2014). Pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk melindungi masyarakat dari pangan yang tidak memenuhi standar persyaratan keamanan, mutu, dan gizi. Salah satu langkah yang telah dilakukan yaitu
4
pada tahun 2011 BPOM meluncurkan Aksi Nasional Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi (Aksi Nasional PJAS). Aksi Nasional ini meliputi promosi keamanan pangan melalui komunikasi, penyebaran informasi serta edukasi bagi komunitas sekolah, termasuk guru, murid, orang tua murid, pengelola kantin sekolah, dan penjaja PJAS (BIN RI, 2012). Saat ini telah tercatat bahwa sekolah yang memenuhi syarat untuk jajanan sehat sebanyak 16.993 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di seluruh Indonesia. Program ini masih jauh dari harapan karena belum mencapai 10 persen dari jumlah keseluruhan sekolah sebanyak 180 ribu (Republika Penerbit, 2014). Berdasarkan hasil observasi pada studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok, sekolah ini tidak memiliki kantin sekolah dan terdapat banyak penjual makanan dan minuman jajanan yang bervariasi di luar sekolah, selain itu lingkungan sekitar tempat penjualan jajanan yang kurang bersih. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dinyatakan bahwa sekolah ini belum pernah melaksanakan penyuluhan atau program edukasi tentang jajanan yang aman kepada siswanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
5
B. Rumusan Masalah Jajanan sekolah merupakan salah satu varian makanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak. Namun ada fenomena yang perlu diwaspadai oleh berbagai pihak, sering kali media memberitakan berbagai PJAS ditemukan tidak higienis serta mengandung berbagai zat berbahaya mulai dari formalin, boraks, sampai dengan zat pewarna berbahaya Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Perilaku jajan anak sekolah sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena anak mengkonsumsi jajanan dari tempat yang sama dan dalam waktu yang cukup lama secara berkesinambungan, sementara anak sering menjadi korban akibat memilih jajanan yang berbahaya karena belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang jajanan yang aman. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai jajanan yang aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V di SDN Cipayung 2 Kota Depok.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya pengetahuan siswa kelas V mengenai jajanan aman di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
6
b. Diketahuinya sikap siswa kelas V mengenai jajanan aman di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok c. Diketahuinya perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. d. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan mengenai jajanan aman dengan perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. e. Diketahuinya hubungan antara sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku siswa kelas V dalam memilih jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi peneliti, institusi pendidikan, siswa, dan instansi pelayanan kesehatan. a. Bagi peneliti Peneliti dapat menambah pengetahuan dan memperoleh pengalaman bagi diri peneliti dalam melakukan penelitian ini. b. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi positif bagi pihak sekolah untuk memberikan edukasi kepada
siswa
tentang
keamanan
jajanan,
serta
melakukan
pemantauan terhadap penjual makanan dan minuman jajanan di lingkungan sekolah.
7
c. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran serta masukan kepada siswa akan pentingnya memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang positif, serta perilaku yang baik dalam memilih jajanan. d. Bagi instansi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi agar instansi pelayanan kesehatan dapat memberikan penyuluhan kesehatan mengenai jajanan yang aman ke berbagai sekolah dasar.
E. Ringkup Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Variabel independen dan dependen diukur secara bersamaan. Variabel dependen yaitu perilaku memilih jajanan pada siswa sekolah dasar dan variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Sekolah Dasar Anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak pada periode ini mulai memasuki dunia baru, mereka mulai banyak berhubungan dengan orang lain di luar keluarganya, bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan bergabung ke dalam kelompok sebaya (Wong, 2008). Masa usia sekolah dasar terbagi dalam dua kategori, yaitu siswa kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3) dan siswa kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6). Masa ini ditandai dengan anak mulai memasuki bangku sekolah dasar, dan dimulai sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap dan tingkah lakunya, serta masa dimana anak akan memasuki dunia baru yaitu masa pengenalan lingkungan sosial yang lebih luas (Sudarmawan, 2013). 1. Perkembangan Biologis Antara usia 6 sampai 12 tahun, anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm per tahun untuk mencapai tinggi badan 3060 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, bertambah 2- 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg. Perbedaan ukuran anak perempuan dan anak laki-laki pada periode ini sangat sedikit, walaupun anak laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan (Wong, 2008).
8
9
2. Perkembangan Kognitif Saat anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh
kemampuan
untuk
menghubungkan
serangkaian
kejadian untuk menggambarkan mental yang dapat diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai tahap operasional konkret menurut Piaget. Pada tahap ini anak mampu menggunakan proses berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Selama tahap ini, anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan antara suatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari kemampuan untuk membuat penilaian berdasarkan apa yang dilihat (pemikiran perseptual) sampai kemampuan untuk membuat
penilaian
berdasarkan
alasan
mereka
(pemikiran
konseptual). Kemampuan anak meningkat dalam menguasai simbolsimbol dan menggunakan simpanan memori mereka mengenai pengalaman masa lalunya sebagai bahan evaluasi dan interpretasi masa kini (Wong, 2008). Karakteristik anak pada tahap ini di antaranya yaitu anak mampu membuat klasifikasi secara sederhana, anak dapat membuat suatu urutan, anak mulai mengembangkan kemampuan imajinasi ke masa lalu dan masa depan, serta anak mulai berpikir secara argumentatif dan mampu memecahkan permasalahan sederhana (Nurgiyantoro, 2005).
10
3. Perkembangan Moral Saat pola pikir anak mulai berubah dari egosenstrisme menjadi pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak usia sekolah yang lebih tinggi usianya lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain. Mereka menggunakan berbagai pandangan yang berbeda untuk membuat suatu penilaian. Mereka mampu memahami dan menerima konsep bagaimana memperlakukan orang lain seperti halnya mereka ingin diperlakukan (Wong, 2008).
4. Nutrisi Rasa suka dan tidak suka terhadap makanan mulai terbentuk pada usia-usia awal
yang berlanjut ke masa kanak-kanak
pertengahan, walaupun kecenderungan memilih suatu makanan mulai berakhir dan anak-anak mulai merasakan makanan yang beragam. Tersedianya restoran siap saji, pengaruh media massa, dan godaan keberagaman makanan “junk food” yang sangat besar, membuat anak-anak mudah untuk mengkonsumsi makanan tanpa kalori yang tidak meningkatkan pertumbuhan. Pendidikan nutrisi sebaiknya dapat diintegrasikan dalam pelajaran di kelas. Pedoman
11
piramida makanan dan elemen-elemen makanan sehat sebaiknya dipelajari (Wong, 2008).
B. Makanan Jajanan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jajanan berarti kudapan atau penganan yang dijajakan. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) jajanan atau yang dikenal dengan street food didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang dapat langsung dimakan atau langsung dikonsumsi (Febry, 2010).
1. Jenis-jenis makanan jajanan Jenis-jenis makanan jajanan menurut Direktorat Bina Gizi (2011): a. Makanan utama yang disiapkan di rumah terlebih dahulu, atau disiapkan di tempat penjualan. Seperti: gado-gado, nasi duduk, siomay, bakso, mi ayam, lontong sayur, dan lain-lain.
12
b. Makanan camilan, yaitu makanan yang dikonsumsi diantara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari: 1) Makanan camilan basah, seperti pisang goreng, lemper, lumpia, risoles, dan lain-lain. Makanan camilan ini dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di tempat penjualan. 2) Makanan camilan kering, seperti keripik, biskuit, kue kering, dan lain-lain. Makanan camilan ini umumnya diproduksi oleh industri pangan baik industri besar, industri kecil, dan industri rumah tangga. c. Minuman Kelompok minuman yang biasa dijual meliputi: 1) Air minum, baik dalam kemasan maupun yang disiapkan sendiri 2) Minuman ringan, biasa dijual dalam kemasan seperti minuman teh, minuman sari buah, minuman berkarbonasi, dan lain-lain. 3) Minuman campur, seperti es buah, es cendol, es doger, dan lain-lain. Jenis makanan atau minuman yang disukai anak-anak adalah makanan yang mempunyai rasa manis, enak, dengan warna-warni yang menarik, dan bertekstur lembut. Jenis makanan seperti coklat, permen, jeli, biskuit, makanan ringan (snack) merupakan produk makanan favorit bagi sebagian besar anak-anak. Minuman yang
13
berwarna-warni (air minum dalam kemasan maupun es sirop tanpa label), minuman jeli, es susu, minuman ringan (soft drink) dan lainlain merupakan kelompok minuman yang disukai anak-anak (Nuraini, 2007).
2. Fungsi Makanan Jajanan Menurut Febry (2010), makanan jajanan selain berfungsi sebagai makanan selingan, berperan juga sebagai sarana peningkatan gizi masyarakat. Makanan jajanan berfungsi untuk menambah zat-zat makanan yang tidak atau kurang pada makanan utama dan laukpauknya. Selain itu makanan jajanan juga berfungsi, antara lain: a. Sebagai sarapan pagi b. Sebagai makanan selingan yang dimakan di antara waktu makan makanan utama c. Sebagai makan siang terutama bagi mereka yang tidak sempat makan di rumah d. Sebagai produk yang mempunyai nilai ekonomi bagi para pedagang.
14
3. Dampak Makanan Jajanan Adapun dampak makanan jajanan menurut Febry (2010), yaitu: a. Bagi anak-anak sekolah, makanan jajanan merupakan perkenalan dengan
beragam
jenis
makanan
sehingga
menumbuhkan
kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil b. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (termasuk dalam hal cara pengolahan makanan jajanan, penggunaan zat pewarna yang bukan pewarna makanan, cara penyajian, dan lain-lain), sewaktu-waktu dapat mengancam kesehatan anak c. Mengakibatkan berkurangnya nafsu makan anak di rumah.
4. Makanan Jajanan Aman Makanan jajanan aman adalah makanan jajanan yang tidak mengandung bahaya keamanan pangan, yang terdiri dari cemaran biologis/mikrobiologis, kimia dan fisik yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Makanan aman juga harus terjamin higiene dan sanitasinya selama proses penanganan makanan, mulai dari persiapan, pembuatan, hingga penyajian makanan. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyakit infeksi atau penyakit lainnya. Selain menimbulkan keracunan makanan,
makanan
yang
tidak
aman
atau
makanan
yang
menggunakan pewarna, pemanis, penambah cita rasa, dan peningkat
15
tekstur
dapat
membuat
imunitas
tubuh
seseorang menurun
(Direktorat Bina Gizi, 2011).
5. Sumber atau Penyebab Pangan Tidak Aman Direktorat Bina Gizi (2011) menyebutkan sumber atau penyebab pangan tidak aman dapat berasal dari 3 cemaran, yaitu cemaran fisik, cemaran kimia, dan cemaran biologis. a. Cemaran Fisik Cemaran fisik dapat berupa rambut yang berasal dari pembuat makanan yang tidak menggunakan penutup kepala saat bekerja, potongan kayu, potongan bagian tubuh serangga, pasir, batu, dan lainnya. Cemaran fisik ini dapat mencemari makanan pada tahap proses pemilihan, penyimpanan, persiapan, pemasakan bahan pangan, pengemasan, penyimpanan dan pendistribusian makanan matang serta pada saat makanan dikonsumsi. b. Cemaran Kimia Cemaran kimia dapat berasal dari lingkungan yang tercemar limbah industri, radiasi, serta penyalahgunaan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan yang ditambahkan ke dalam pangan. Contoh bahan yang termasuk bahan berbahaya adalah formalin, rhodamin B, boraks, dan methanil yellow. Selain penyebab tersebut, cemaran kimia dapat juga berasal dari racun alami yang terdapat dalam bahan pangan itu sendiri. Seperti halnya cemaran fisik, cemaran kimia dapat mencemari
16
makanan pada saat tahap proses pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan, persiapan dan pemasakan, pengemasan, penyimpanan makanan jadi, pendistribusian serta pada saat makanan dikonsumsi. c. Cemaran Biologis Cemaran
biologis
umumnya
disebabkan
oleh
rendahnya
kebersihan dan sanitasi. Contoh cemaran biologis yang umum mencemari makanan seperti: 1) Salmonella pada unggas. Salmonella dapat ditularkan dari kulit telur yang kotor 2) E.coli O157-H7 pada sayuran mentah. Kontaminasi dapat berasal dari kotoran hewan maupun pupuk kandang yang digunakan dalam proses penanaman sayur. Cemaran biologis ini dapat mencemari makanan pada berbagai tahapan, mulai dari tahap pemilihan bahan pangan, penyimpanan bahan pangan, persiapan dan pemasakan bahan pangan, pengemasan makanan matang, penyimpanan makanan matang dan pendistribusiannya serta pada saat makanan dikonsumsi.
6. Bahan Tambahan Pangan Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
722/Menkes/Per/IX/88 dan telah diperbaharui dalam Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999, BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan atau minuman dan biasanya bukan
17
merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk tujuan teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut. Berbagai bahan berbahaya terkadang digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pengolahan pangan. Berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999 dalam Direktorat Bina Gizi (2011), bahan berbahaya yang dimaksud tercantum dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Berbagai Bahan Berbahaya Berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/IX/1999 No.
1.
Bahan berbahaya
Penggunaan
Kegunaan
dalam pangan
sebenarnya
Rhodamin-B
Pewarna
Pewarna
tambahan
(pewarna tekstil)
(memberi
pada obat, kosmetik,
warna merah)
pewarna
kain
dan
sabun 2
Methanyl
Yellow Pewarna
(pewarna tekstil)
Indikator
dalam
(memberi
larutan
kimia,
warna kuning)
pewarna obat-obatan yang
dipakai
di
18
bagian luar tubuh 3.
Formalin
Pengawet
Sebagai desinfektan, perekat kayu, bahan pembuatan
plastik,
dan pengawet jasad organik (mayat) 4.
Asam salisilat
Pengawet
Obat luka bakar dan bahan
kosmetik
perawatan kulit 5.
6.
Minyak nabati yang Penstabil rasa Awal
penemuannya
dibrominasi
dan
(brominated
dalam
penstabil aroma jeruk
vegetable oils)
minuman
dalam
ringan
ringan
Asam
borat
aroma digunakan
dan Pengempal
sebagai
minuman
Pengawet
pada
turunannya
atau pemantap industri
kayu
dan
(misalnya
adonan bakso
kaca
Pengawet
Anti bakteri dan anti
makanan
jamur
Pemutih
Pembuatan korek api,
tepung
mencetak
boraks/bleng/pijer) 7.
8.
Dietilpirokarbonat
Kalium klorat
desinfektan
tekstil, dan
pemutih non pangan
19
9.
Kloramfenikol
Pengawet
Antimikroba,
makanan
obat-obatan
bahan yang
dipakai di bagian luar tubuh 11.
12.
Nitrofurazon
Dulsin
Pengawet
Antibakteri
untuk
daging
hewan
Pemanis
Awal
makanan
memang
digunakan
sebagai
pemanis,
penemuannya
kemudian
dilarang
penggunaannya setelah
terbukti
menyebabkan kanker
Berbagai
BTP
yang
diperbolehkan
untuk
digunakan
berdasarkan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 dalam Direktorat Bina Gizi (2011) adalah sebagai berikut: a. Antioksidan Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi bahan pangan. Contohnya: asam askorbat, asam eritorbat, butil hidroksianil. b. Antikempal (Anticaking Agent) Antikempal merupakan bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan berupa serbuk, juga mencegah
20
mengempalnya bahan tepung. Contohnya: kalsium silikat, Nasilikoaluminat. c. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator) Pengatur keasaman merupakan bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dan dapat sebagai pengawet. Contohnya: asam asetat, asam sitrat, asam fumarat. d. Pemanis buatan (Artificial Sweetener) Pemanis buatan adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. Contohnya: siklamat dan sakarin. e. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment Agent) Pemutih dan pematang tepung merupakan bahan tambahan pangan yang digunakan pada bahan tepung dan produk olahannya agar karakteristik warna putih yang merupakan ciri khas tepung yang bermutu baik tetap terjaga. Contohnya: benzoil peroksida. f. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener) Pengemulsi, pemantap dan pengental merupakan bahan tambahan pangan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi homogen pada makanan. Contohnya: gelatin, polisorbat, pektin.
21
g. Pengawet (Preservative) Pengawet adalah senyawa yang dapat menghambat dan menghentikan proses fermentasi, pengasaman atau bentuk kerusakan lainnya, atau dapat memberikan perlindungan pangan dari pembusukan. Contohnya: asam benzoat, asam sorbat, asam propionat, nitrit, nitrat. h. Pengeras (Firming Agent) Pengeras merupakan suatu bahan tambahan pangan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan. Contohnya aluminium sulfat dan kalsium klorida. i. Pewarna (Colour) Pewarna adalah bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki warna
pada
makanan
agar
terlihat
menarik.
Contohnya
betakaroten dan karamel. j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour, Flavour Enhancer) Merupakan
bahan
tambahan
pangan
yang
memberikan,
menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya: Monosodium glutamate (MSG), vetsin, micin, atau penyedap masakan. k. Sekuestran (Sequestrant) Merupakan bahan penstabil yang digunakan dalam berbagai pengolahan bahan makanan, dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh
22
buruk logam tersebut. Contohnya: kalsium dinatrium edetat, asam fosfat dan garamnya.
7. Tanda atau Ciri Pangan Tidak Aman Pangan yang tidak aman adalah makanan dan minuman yang mengandung kuman, bahan kimia, dan bahan berbahaya yang bila dikonsumsi akan menimbulkan gangguan kesehatan. Memilih pangan yang aman memerlukan pengetahuan sederhana tentang tanda atau ciri pangan yang aman. Cara ini mengandalkan ketajaman inderawi konsumen. Meskipun cara ini tidak seteliti pemeriksaan laboratorium tetapi dapat memberikan indikasi bahwa pangan tersebut berisiko tidak aman. a. Tanda pangan jajanan berformalin menurut Direktorat Bina Gizi (2011) 1) Bakso berformalin memiliki tekstur sangat kenyal dan tidak rusak sampai dua hari pada suhu ruang 2) Mie basah berformalin biasanya lebih mengkilap, tidak lengket satu sama lain, tidak rusak sampai dua hari pada suhu ruang dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es 3) Tahu berformalin memiliki tekstur keras, kenyal tetapi tidak padat, tidak rusak sampai tiga hari dalam suhu ruang dan bisa tahan 15 hari dalam lemari es
23
4) Daging ayam dan daging ikan goreng atau nugget goreng berformalin juga memiliki tekstur yang kenyal dan tidak busuk sampai dua hari pada suhu ruang. b. Tanda pangan jajanan mengandung boraks menurut Direktorat Bina Gizi (2011) 1) Bakso yang mengandung boraks tampak berwarna agak putih (seharusnya berwarna abu kecoklatan) dan bertekstur sangat kenyal. Bila bakso ini digigit amat kenyal seperti nyaris bola karet dan bila dipantulkan ke dinding atau lantai memantul seperti bola karet 2) Mie
basah
yang
mengandung
boraks
tampak
lebih
mengkilap, tidak lengket satu sama lain, tidak gampang putus dan kenyal 3) Lontong dan buras yang mengandung boraks mempunyai tekstur sangat kenyal, berasa tajam dan memberikan rasa getir 4) Kerupuk yang mengandung boraks bertekstur renyah dan menimbulkan rasa getir. c. Tanda pangan jajanan mengandung pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow menurut Direktorat Bina Gizi (2011) 1) Makanan dan minuman berwarna merah atau kuning yang mengandung pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow biasanya menampakkan warna yang mencolok 2) Produknya tampak mengkilap
24
3) Pada makanan kadang warna tidak merata (tidak homogen karena ada yang menggumpal) 4) Setelah mengonsumsi terasa sedikit rasa pahit dan gatal di tenggorokan 5) Saos cabe atau saos tomat yang warnanya membekas di tangan, kemungkinan mengandung pewarna Rhodamin B.
8. Dampak Buruk Pangan Tidak Aman Mengkonsumsi pangan tidak aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan yaitu berupa gejala ringan seperti pusing dan mual, atau yang serius seperti mual-muntah, keram perut, keram otot, lumpuh otot, diare, cacat dan meninggal dunia. Peristiwa keracunan pangan karena pangan tidak aman tidak hanya berdampak buruk bagi konsumen atau korban, tetapi juga berdampak buruk secara sosial dan ekonomi bagi keluarga, bagi produsen atau industri pangan, dan bagi pemerintah. Keparahan dampak buruk yang terjadi karena pangan tidak aman tergantung pada banyak faktor, terutama faktor takaran, faktor penanggulangan krisis, dan karakteristik korban. Semakin banyak takaran bahan atau patogen berbahaya yang dikonsumsi dan semakin lama dan tidak tepat pertolongan krisis yang diberikan, serta semakin lemah kekebalan dan kondisi fisik korban maka akan semakin serius dampak buruk yang dialami korban (Direktorat Bina Gizi, 2011).
25
9. Pencegahan
Ketidakamanan
Pangan
Saat
Memilih
dan
Mengkonsumsi Pangan Pencegahan ketidakamanan pangan dapat dilakukan ketika memilih pangan yang akan dikonsumsi dan mengkonsumsi pangan. Menjaga kebersihan diri dan memilih pangan yang aman merupakan bentuk tindakan pencegahan ketidakamanan pangan yang dapat dilakukan. Upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga kebersihan diri menurut Direktorat Bina Gizi (2011) adalah: a. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih b. Memotong kuku secara teratur c. Menjaga kebersihan dan kesehatan gigi d. Menjaga kebersihan tubuh Upaya yang dapat dilakukan saat memilih pangan yang aman adalah: a. Memilih pangan dalam keadaan tertutup b. Memilih pangan dalam kondisi baik c. Mengamati warna makanan d. Memperhatikan kualitas makanan e. Mengamati label makanan.
C. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
26
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2010). Notoatmodjo (2010) menyebutkan secara garis besar pengetahuan seseorang dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
mampu
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
27
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
menggambarkan,
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis
berarti
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
D. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap
28
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan
motif
tertentu.
Seperti
halnya
dengan
pengetahuan, Notoatmodjo (2010) membagi sikap menjadi berbagai tingkatan sebagai berikut: a. Menerima (receiving) Menerima berarti seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Contohnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan tentang gizi. b. Merespons (responding) Merespons
berarti
memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut sudah menerima. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga.
29
d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
E. Perilaku Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu, aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, dan aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010). Skinner (1983) dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus – Organisme – Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons). Teori Skinner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu: a. Respondent respons atau reflexive, merupakan respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu ysng disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional. b. Operant respons atau instrumental respons, merupakan respons yang timbul dan berkembang, yang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut
30
reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi
untuk
memperkuat respons. Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut belum dapat diamati oleh orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari luar atau “observable behavior”. Dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku, konsep umum yang sering digunakan dalam berbagai kepentingan program dan beberapa penelitian yang dilakukan adalah teori yang dikemukakan oleh Green (1980). Menurut Green dalam Notoatmodjo (2010) perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat. a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
31
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendorong (enambling factor) Faktor-faktor ini mencakup: ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, bidan, dokter dan sebagainya. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
1. Perilaku memilih makanan Istilah pemilihan makanan didefinisikan sebagai kekuatan kemauan
seseorang
dikonsumsinya
untuk
(Michael
J.
mengendalikan Gibney,
2009).
makanan
yang
Faktor
yang
mempengaruhi pemilihan makanan terbagi menjadi tiga kelompok yaitu faktor terkait makanan, faktor personal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pemilihan makanan dan faktor sosial ekonomi (Shepherd, 1999 dalam Aprilia, 2014)
32
F. Penelitian terkait Beberapa penelitian terkait pengetahuan, sikap dan perilaku dalam memilih makanan jajanan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmawan (2013) dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan dengan Perilaku Memilih Jajanan di SDN Sambikerep II/480 Surabaya menggunakan metode penelitian asosiatif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 71 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih jajanan dengan presentase sebesar 10,1% (Sudarmawan, 2013). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Purtiantini (2010) dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura menggunakan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 58 siswa. Hasil penelitian ini diketahui bahwa berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman tidak ada hubungan antara pengetahuan anak mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan dan tidak ada hubungan antara sikap anak mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan (Purtiantini, 2010). 3. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2013) dengan judul Hubungan Pengetahuan Makanan dan Kesehatan dengan Frekuensi Konsumsi Jajanan pada Anak Sekolah Dasar Pembangunan
33
Laboratorium Universitas Negeri Padang merupakan penelitian korelasional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 43 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pengetahuan tentang makanan dan kesehatan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak SD Labor Pembangunan Universitas Negeri Padang. Hal ini berarti, semakin tinggi pengetahuan tentang makanan dan kesehatan, maka semakin rendah frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak (Amelia, 2013). 4. Penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012) dengan judul Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi siswa dengan perilaku memilih jajanan dan ada hubungan antara sikap siswa dalam memilih makanan dengan perilaku siswa dalam memilih jajanan (Safriana, 2012).
34
G. Kerangka Teori Bagan 2. 1 Kerangka Teori
Jajanan Aman:
Perilaku
Definisi jajanan aman
Pengetahuan Sikap
Kebersihan dan keutuhan jajanan
Pemilihan
Sumber atau
makanan
penyebab jajanan tidak aman
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Tanda atau ciri
Faktor terkait makanan
jajanan tidak aman
Faktor personal berkaitan
Dampak buruk
dengan
pangan tidak aman
Pencegahan
pengambilan
keputusan
Faktor sosial ekonomi
ketidakamanan saat memilih dan mengkonsumsi jajanan
Sumber: Modifikasi dari Direktorat Bina Gizi (2011) dan Shepherd (1999) dalam Aprilia (2014).
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur yang akan dilakukan pada penelitian. Kerangka konsep terdiri dari variabelvariabel serta hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) yakni pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman, serta variabel terikat (dependen) yakni perilaku siswa memilih jajanan.
Bagan 3.1 Kerangka konsep Pengetahuan
siswa
mengenai jajanan aman Perilaku
siswa
memilih jajanan Sikap siswa mengenai jajanan aman
Variabel Independen
Variabel Dependen
35
36
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No
1.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Pengetahuan
Hasil penginderaan atau hasil Menggunakan
mengenai
tahu
jajanan aman
penginderaan tentang jajanan
setelah
Alat Ukur
skala Kuesioner
Hasil Ukur
Total skor: 14
Skala
Ordinal
1. Baik: jika skor ≥ median
melakukan Guttman
(nilai median = 13)
yang aman.
2. Kurang baik: jika skor < median (nilai median = 13)
(Santoso, 2010) 2
Sikap mengenai Reaksi jajanan aman
atau
respons
yang Menggunakan
masih tertutup tentang jajanan Guttman
skala Kuesioner
Total skor: 11 1. Mendukung: jika skor ≥ median (nilai median = 11)
yang aman 2. Tidak mendukung: jika
Ordinal
37
skor < median (nilai median = 11) 3
Perilaku
Suatu kegiatan atau aktivitas Memilih
memilih jajanan
dalam memilih jajanan.
mencentang
atau Kuesioner daftar
Total skor: 1. Baik: jika memilih jumlah jajanan yang diduga tidak
jenis tersedia
jajanan
yang
aman ≤ median (nilai median = 2)
2. Kurang baik: jika memilih jumlah jajanan yang diduga tidak aman > median (nilai median = 2)
Ordinal
38
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan awal tentang kemungkinan hasil penelitian mengenai hubungan antar variabel yang diteliti (Dharma, 2011). Hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan siswa mengenai jajanan aman dengan perilaku siswa memilih jajanan. 2. Terdapat hubungan antara sikap siswa mengenai jajanan aman dengan perilaku siswa memilih jajanan.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel, dimana variabel independennya yaitu pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman dan variabel dependennya yaitu perilaku memilih jajanan, diukur secara bersamaan pada satu waktu tertentu.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok yang terletak di Jl. Raya Cipayung RT 003 RW 003 No.12 Kelurahan Cipayung Jaya Kecamatan Cipayung Kota Depok. Waktu penelitian dilakukan pada 13 Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Menurut data yang peneliti dapatkan jumlah populasi siswa kelas V di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok sejumlah 88 siswa.
39
40
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok No
Kelas
Jumlah Siswa Perempuan
Laki-laki
Total
1
V.A
23 siswa
21 siswa
44 siswa
2
V.B
24 siswa
20 siswa
44 siswa 88 Siswa
Sumber: SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok 2. Sampel Sampel adalah objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling, yaitu mengambil jumlah seluruh anggota populasi sebagai sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sejumlah 88 siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini sebagai berikut: a. Kriteria inklusi 1) Seluruh siswa kelas V 2) Siswa yang hadir pada saat hari pengambilan data 3) Siswa yang bersedia menjadi responden b. Kriteria eksklusi 1) Siswa yang tidak pernah jajan di sekolah.
41
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Jenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner yang terdiri dari empat bagian, antara lain: 1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin dan umur. 2. Kuesioner B berisi 14 pernyataan terkait pengetahuan siswa tentang jajanan yang aman. Skor tertinggi adalah 14. 3. Kuesioner C berisi 11 pernyataan terkait sikap siswa tentang jajanan yang aman. Skor tertinggi adalah 11. 4. Kuesioner D berisi tabel daftar jajanan yang tersedia di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Jajanan tersebut peneliti bagi menjadi kategori jajanan yang diduga aman dan jajanan yang diduga tidak aman. Kuesioner yang digunakan untuk ketiga variabel dibuat oleh peneliti sendiri yang mengacu pada materi dalam tinjauan pustaka. Berikut ini adalah tahapan membuat instrumen penelitian menurut Dharma (2011): 1. Mempelajari kembali konsep yang diteliti untuk memperjelas pemahaman peneliti tentang variabel penelitian. Variabel penelitian dijelaskan lebih spesifik dalam definisi operasional.
42
2. Menentukan
jenis
instrumen
yang
akan
digunakan
untuk
mengumpulkan data. Jenis instrumen yang peneliti pakai adalah kuesioner. 3. Membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen mencakup variabel penelitian, dimensi, dan indikator. (Lihat lampiran 2) 4. Membuat item pernyataan sesuai dengan indikator pada kisi-kisi instrumen. 5. Tentukan skala yang digunakan untuk mengukur setiap indikator. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Guttman. 6. Lakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan cara menyebarkan instrumen tersebut kepada responden yang telah ditentukan yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden penelitian. 7. Perbaiki instrumen penelitian sesuai dengan hasil uji validitas dan reliabilitas.
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti telah melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang akan digunakan. Uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan pada 27 April 2015 kepada 30 siswa kelas V SD Negeri Parung 01. 1. Validitas Instrumen Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan apakah alat ukur yang digunakan dalam penelitian benar-benar mengukur
43
apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk melakukan uji validitas yaitu dengan menghitung korelasi antara item-item pertanyaan dari setiap variabel dengan total skor pertanyaan variabel tersebut. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment, sebagai berikut (Riwidikdo, 2009): ( √*
)–( (
) +*
)(
) (
) +
Keterangan: r = koefisien korelasi N = jumlah responden X = skor tiap item pertanyaan Y = skor total Untuk mengetahui apakah instrumen yang akan digunakan valid atau tidak, dapat dilakukan dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel (0,361) pada N = 30 dengan nilai signifikansi < 0,05 , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Riwidikdo, 2009). Setelah dilakukan uji pearson dengan menggunakan software statistik pada kuesioner B, hasilnya didapatkan pernyataan yang dinyatakan tidak valid berjumlah 3 item, yaitu pernyataan item P6 dengan nilai r = 0.311, item P10 dengan nilai r = 0.250 dan item P15 dengan nilai r = 0.338. Peneliti menginginkan pernyataan item P6 dan P15 tersebut tetap digunakan karena kedua item tersebut berkaitan dengan pernyataan tentang salah satu BTP berbahaya dan
44
upaya menjaga kebersihan diri sehingga penting untuk ditanyakan dalam kuesioner penelitian. Peneliti selanjutnya memperbaiki kalimat pernyataan dari kedua item tersebut. Pernyataan tidak valid lainnya yaitu item P10 dihilangkan dari kuesioner penelitian. Dari 15 item pernyataan, total item yang akhirnya digunakan dalam penelitian yaitu menjadi 14 item. Kuesioner C didapatkan hasil pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu item S2 dengan nilai r = -0.076, item S4 dengan nilai r = 0.355, item S7 dengan nilai r = 0.355, dan item S13 dengan nilai r = 0.285. Keempat item tersebut dihilangkan dari kuesioner penelitian. Dari 15 item pernyataan, total item yang akhirnya digunakan dalam penelitian yaitu menjadi 11 item.
2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan apakah suatu alat pengukur dalam penelitian dapat dipercaya (Notoatmodjo, 2010). Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dari instrumen tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Metode yang digunakan pada alat ukur dengan skala jawaban dikotomi (2 pilihan jawaban) metode yaitu Kuder Richardson 20 atau KR-20 (Dharma, 2011).
45
Berikut ini adalah rumus KR-20: (
)(
)
Keterangan: r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan
Vt
= varians total
p
= proporsi subyek yang menjawab “ya”
q
= proporsi subyek yang menjawab “tidak”
(Simamora, 2008). Interpretasi hasil koefisien reliabilitas yaitu jika nilai alfa 1 artinya sangat sempurna, 0,8 artinya sangat bagus, 0,6 artinya bagus, 0,4 artinya cukup, dan < 0,4 artinya jelek (Umar, 2002 dan Budiharto,
2008).
Berdasarkan
hasil
perhitungan
reliabilitas
menggunakan metode KR-20 didapatkan nilai sebesar 0,704 untuk instrumen pengetahuan dan 0,664 untuk instrumen sikap. Kedua instrumen tersebut dinyatakan reliabel dengan kategori bagus.
F. Langkah-langkah Pengumpulan Data 1. Langkah pertama, peneliti mengajukan surat izin dari fakultas untuk diberikan kepada pihak sekolah mengenai izin mengambil data dan melakukan penelitian di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. 2. Peneliti mengambil data dari pihak sekolah berupa data sekunder, yaitu data mengenai jumlah siswa kelas V di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok.
46
3. Peneliti juga mengajukan surat izin dari fakultas kepada pihak sekolah SD Negeri Parung 01 untuk mengambil data dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. 4. Setelah izin dengan pihak sekolah dan membuat kontrak waktu, peneliti membagikan kuesioner kepada 30 siswa kelas V SD Negeri Parung 01 untuk diuji validitas dan reliabilitasnya yang selanjutnya diolah menggunakan program software statistik. 5. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian. Peneliti memasuki ruang kelas dan mulai memperkenalkan diri sekaligus menjelaskan maksud dari penelitian kepada responden. Selanjutnya peneliti membagikan kuesioner kepada seluruh siswa yang hadir dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. Peneliti tetap berada di ruang kelas selama responden mengisi kuesioner tersebut. 6. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pengecekan apakah data sudah terisi dengan lengkap atau belum. Setelah lengkap, data diberi kode pada masing-masing pertanyaan untuk mempermudah proses analisis data. Kemudian data diproses dengan cara meng-entry data yang ada pada kuesioner ke dalam program software statistik. 7. Langkah terakhir yaitu mengecek kembali data yang sudah di-entry apakah terdapat kesalahan atau tidak.
47
G. Pengolahan Data Berikut tahap-tahap dalam proses pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2010) : 1. Editting Editting merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu pengambilan data ulang untuk melengkapi
jawaban-jawaban
tersebut.
Tetapi
apabila
tidak
memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah. 2. Coding Coding merupakan proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Kode untuk kuesioner B yaitu “benar = 1” dan “salah = 0”. Kode untuk kuesioner C yaitu “setuju = 1” dan “tidak setuju = 0”. Kode untuk kuesioner D yaitu “ya = 1” dan “tidak = 0”. 3. Data Entry Data entry yakni memasukkan jawaban-jawaban dari responden yang dalam bentuk angka atau huruf ke dalam program software komputer. Program untuk entry data pada penelitian ini menggunakan software statistik. 4. Cleaning Proses Cleansing (pembersihan data) yakni dilakukan setelah semua data dari responden selesai dimasukkan, kemudian perlu dicek
48
kembali kemungkinan adanya kesalahan kode dan ketidaklengkapan, selanjutnya dilakukan koreksi atau pembetulan (Notoatmodjo, 2010).
H.
Analisa Data 1. Analisa Univariat Tujuan analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik
setiap
variabel
penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dari masingmasing variabel. 2. Analisa Bivariat Setelah analisis univariat dilakukan, akan diketahui hasil dari karakteristik atau distribusi setiap variabel, kemudian dapat dilanjutkan ke analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan terhadap variabel pengetahuan dengan perilaku dan sikap dengan perilaku. Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman. Uji ini digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen skala ordinal dan variabel dependen skala ordinal (Dharma, 2011). Ukuran
kekuatan
hubungan
dapat
dilihat
dengan
menggunakan rasio odds (RO), risiko relatif (RR), dan koefisien
49
relasi. Namun untuk analisis korelatif seperti pada penelitian ini yang digunakan adalah koefisien korelasi. Interpretasi hasil uji korelasi didapatkan berdasarkan kekuatan nilai koefisien korelasi (r), nilai p, dan arah korelasinya. Kekuatan koefisien korelasi (r) dinyatakan sangat lemah jika nilainya 0,0 sd <0,2. Lemah jika nilainya 0,2 sd <0,4. Sedang jika nilainya 0,4 sd <0,6. Kuat jika nilainya 0,6 sd <0,8. Dan sangat kuat jika nilainya 0,8 sd 1. Berdasarkan nilai p, korelasi dinyatakan bermakna jika p < 0,05. Kemudian arah korelasi disimpulkan berdasarkan positif atau negatifnya nilai korelasi. Apabila nilai korelasi positif maka arah korelasi dua variabel dinyatakan searah (Dahlan, 2011).
I. Etika Penelitian Penelitian ini menerapkan prinsip etis (Nursalam, 2008) sebagai berikut: 1. Prinsip manfaat a. Penelitian ini dilaksanakan tidak menimbulkan penderitaan bagi subjek penelitian. b. Informasi yang telah diberikan oleh subjek, tidak akan dipergunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun. 2. Prinsip menghargai hak asasi manusia a. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun.
50
b. Subjek mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan 3. Prinsip keadilan a. Subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya
dalam
penelitian
tanpa
adanya
deskriminasi b. Penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dengan tidak mengikutsertakan nama dari subjek.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Profil SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok beralamat di Jl. Raya Cipayung No.12 Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 1975. Sekolah dengan luas tanah 1200 m2 ini memiliki 2 buah bangunan. Jumlah ruangan sekolah ini terdiri dari 7 ruang kelas, 2 ruang guru dan tata usaha, dan 1 ruang kepala sekolah. Tahun 2014/2015 siswa SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok seluruhnya berjumlah 671 siswa, dengan rincian 121 siswa kelas I, 114 siswa kelas II, 126 siswa kelas III, 120 siswa kelas IV, 88 siswa kelas V, dan 102 siswa kelas VI. Setiap kelas terbagi menjadi beberapa rombongan kelas. Kelas I terdiri dari 3 rombongan, kelas II terdiri dari 3 rombongan, kelas III terdiri dari 3 rombongan, kelas IV terdiri dari 3 rombongan, kelas V terdiri dari 2 rombongan, dan kelas VI terdiri dari 3 rombongan. SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok memiliki visi yaitu: “Berprestasi, Beriman, dan Bertaqwa serta Berwawasan Lingkungan Hidup”. Adapun tujuan pendidikan SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok, yaitu: 1. Terwujudnya SD Negeri Cipayung 2 menjadi sekolah unggulan untuk kecamatan Cipayung 51
52
2. Terwujudnya perolehan nilai ujian sekolah daerah melebihi SKL 3. Terwujudnya peningkatan dedikasi dan disiplin seluruh warga sekolah 4. Terwujudnya lingkungan sekolah yang bernuansa religius 5. Terwujudnya peningkatan kedisiplinan warga sekolah dalam melaksanakan kewajiban sebagai umat beragama 6. Terwujudnya sekolah yang bersih dan peduli lingkungan hidup 7. Terwujudnya kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan masyarakat 8. Terwujudnya sekolah yang berwawasan lingkungan dan terciptanya sekolah yang peduli lingkungan melalui 3 R, drainase dan MCK sehat. Sehubungan dengan penelitian ini, tidak tersedianya fasilitas kantin sekolah di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok ini sangat disayangkan. Jajanan bersumber dari penjual jajanan yang berjualan di lingkungan belakang gedung sekolah. Jajanan yang dijual sangat bervariasi. Namun keberadaan penjual jajanan ini adalah di luar pengawasan dan kendali dari pihak sekolah, sehingga pihak sekolah tidak dapat mengontrol jenis jajanan apa saja yang dijual.
53
B. Hasil Uji Normalitas Data Uji normalitas data ini digunakan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi tidak normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov <0.05, begitu juga sebaliknya (Dahlan, 2011). Pada penelitian ini, data dari semua variabel dinyatakan tidak berdistribusi normal karena menghasilkan nilai Kolmogorov Smirnov 0.000 (<0.05).
C. Hasil Analisa Univariat 1. Gambaran Karakteristik Siswa Kelas V di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Karakteristik siswa yang dianalisis pada penelitian ini yaitu berdasarkan jenis kelamin dan usia. Hasil dari analisa karakteristik siswa adalah sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Jenis Kelamin
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Laki-laki
35
44,3 %
Perempuan
44
55,7 %
Total
79
100 %
54
Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 79 responden, mayoritas responden adalah perempuan dengan jumlah 44 orang (55,7%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 35 orang (44,3%). b. Usia Karakteristik siswa berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Usia
Frekuensi (n)
Persentase (%)
10 tahun
3
3,8 %
11 tahun
62
78,5 %
12 tahun
14
17,7 %
Total
79
100 %
Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa usia responden terbanyak yaitu usia 11 tahun yang berjumlah 62 orang (78,5%). Usia termuda yaitu 10 tahun dengan jumlah 3 orang (3,8%) dan usia tertua yaitu 12 tahun dengan jumlah 14 orang (17,7%).
55
2. Gambaran Kategori Pengetahuan Siswa mengenai Jajanan Aman Pengelompokkan
responden
berdasarkan
kategori
pengetahuan dibagi menjadi 2, yaitu kategori pengetahuan baik dan kategori pengetahuan tidak baik. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Pengetahuan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Pengetahuan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Baik
61
77,2 %
Kurang
18
22,8 %
Total
79
100 %
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 79 responden, 61 di antaranya dinyatakan berpengetahuan baik (77,2%) dan 18 responden dinyatakan berpengetahuan tidak baik (22,8%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai jajanan aman.
3. Gambaran Kategori Sikap Siswa mengenai Jajanan Aman Pengelompokkan responden berdasarkan kategori sikap dibagi menjadi 2, yaitu kategori sikap mendukung dan sikap tidak mendukung. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 5.4.
56
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Sikap Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Kategori
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Mendukung
44
55,7 %
Tidak Mendukung
35
44,3 %
Total
79
100 %
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berjumlah 44 orang (55,7%) memiliki sikap mendukung mengenai jajanan aman. Sedangkan sisanya berjumlah 35 orang (44,3%) memiliki sikap tidak mendukung.
4. Gambaran Perilaku Siswa Memilih Jajanan a. Pilihan Jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Kuesioner D (variabel perilaku) terdiri dari daftar jajanan yang ada di lingkungan SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Jajanan tersebut peneliti bagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori jajanan yang diduga aman dan kategori jajanan yang diduga tidak aman. Distribusi jajanan yang dipilih oleh responden dapat dilihat pada tabel 5.5.
57
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Daftar Jajanan Pilihan Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Jajanan
Frekuensi (n)
Persentase (%)
a. Jajanan yang diduga aman 1. Martabak mini
40
50,6 %
2. Batagor (tanpa
47
59,5 %
46
58,2 %
50
63,3 %
29
36,7 %
6. Cireng isi
32
40,5 %
7. Snack
72
91,1 %
8. Pisang bakar
33
41,8 %
9. Macaroni
42
53,2 %
10. Sosis dan bakso
37
46,8 %
11. Nasi goreng
48
60,8 %
12. Nyam-nyam
23
29,1 %
13. Minuman seduh
66
83,5 %
menambahkan saos) 3. Cilok kuah (tanpa menambahkan saos) 4. Papeda (tanpa menambahkan saos) 5. Kojek (tanpa menambahkan saos)
bakar (tanpa menambahkan saos)
58
14.Minuman
56
70,9 %
72
91,1 %
gelas/botol 15. Air putih
b. Jajanan yang diduga tidak aman 1. Batagor (ditambah
15
19 %
17
21,5 %
22
27,8 %
10
12,7 %
13
16,5 %
6. Es mambo
39
49,4 %
7. Es kocok
21
26,6 %
dengan saos) 2. Cilok kuah (ditambah dengan saos) 3. Papeda (ditambah dengan saos) 4. Kojek (ditambah dengan saos) 5. Sosis dan bakso bakar (ditambah dengan saos)
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari kategori jajanan yang diduga aman, jajanan yang paling banyak dipilih oleh responden adalah makanan snack dan minuman air putih yang masing-masing berjumlah 72 orang (91,1%). Sedangkan dari kategori jajanan yang diduga tidak aman, jajanan yang paling
59
banyak dipilih oleh responden adalah makanan papeda (ditambah dengan saos) berjumlah 22 orang (27,8%) dan minuman es mambo berjumlah 39 orang (49,4%).
b. Kategori Perilaku Memilih Jajanan Pengelompokkan
responden
berdasarkan
kategori
perilaku dibagi menjadi 2, yaitu perilaku baik dan perilaku kurang baik. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Perilaku Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Kategori
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Baik
60
75,9 %
Kurang
19
24,1 %
Total
79
100 %
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjumlah 60 orang (75,9%) berperilaku baik dalam memilih jajanan. Sedangkan sisanya berjumlah 19 orang (24,1%) berperilaku kurang baik dalam memilih jajanan.
60
D. Hasil Analisa Bivariat 1. Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Perilaku Baik
Total
P-
r
value
Kurang
Pengetahuan
N
%
N
%
N
%
Baik
53
86,9%
8
13,1%
61
100
Kurang
7
38,9%
11
61,1%
18
100
Total
60
75,9%
19
24,1%
79
100
0.000
0.471
Hasil uji statistik pada tabel 5.7 di atas menghasilkan p value = 0.000. Hal ini berarti ada hubungan bermakna antara variabel pengetahuan mengenai jajanan aman dengan variabel perilaku memilih jajanan (p < 0.05). Kemudian didapatkan nilai koefisien korelasi r = 0.471. Dari nilai r tersebut dapat diinterpretasikan bahwa antara kedua variabel memiliki kekuatan hubungan yang sedang karena berada pada rentang nilai koefisien korelasi antara 0.4 - <0.6. Korelasi tersebut signifikan pada level 0.05 (2-tailed). Arah korelasi kedua variabel ini bernilai positif, berarti hubungan antara kedua
61
variabel tersebut sebanding, dimana pengetahuan yang baik disertai dengan perilaku yang baik.
2. Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan Tabel 5.8 Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Perilaku Baik
Total
P-
r
value
Kurang
Sikap
N
%
N
%
N
%
Mendukung
38
86,4%
6
13,6%
44
100
Tidak
22
62,9%
13
37,1%
35
100
60
75,9%
19
24,1%
79
100
0.015
0.273
Mendukung Total
Tabel 5.8 di atas menunjukkan hasil uji statistik dengan perolehan p value = 0.015, ini artinya ada hubungan bermakna antara variabel sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan. Hasil koefisien korelasi didapatkan nilai r = 0.273. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara kedua variabel termasuk lemah, karena berada pada rentang nilai koefisien korelasi 0.2 - <0.4. Korelasi tersebut signifikan pada level 0.05 (2tailed). Arah korelasi kedua variabel ini bernilai positif, artinya
62
hubungan antara kedua variabel tersebut sebanding, dimana sikap yang mendukung disertai dengan perilaku yang baik.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat 1. Karakteristik Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok a. Jenis Kelamin Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini yaitu berjumlah 79 orang. Responden laki-laki berjumlah 35 orang (44,3%) dan responden perempuan berjumlah 44 orang (55,7%). Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan, hal ini sesuai dengan populasi siswa kelas V dengan jumlah siswa perempuan lebih banyak daripada jumlah siswa laki-laki. Jumlah populasi siswa kelas V yaitu 88 orang dengan rincian 47 siswa perempuan dan 41 siswa laki-laki. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hampir sebagian besar perempuan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada laki-laki. Hal ini dibuktikan dari hasil kategori pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pada kategori pengetahuan, siswa yang memiliki pengetahuan baik yaitu berjumlah 38 siswa perempuan (62,3%) dan 23 siswa laki-laki (37,7%). Pada kategori sikap, jumlah siswa yang memiliki sikap mendukung yaitu 29 siswa perempuan (65,9%) dan 15 siswa laki-laki (34,1%). Pada kategori perilaku, jumlah siswa yang memilki perilaku baik yaitu 36 siswa perempuan (60%) dan 24 siswa laki-laki (40%).
63
64
Sejalan didapatkan
dengan
bahwa
hasil
lebih
dari
penelitian setengah
Safriana responden
(2012), yang
berperilaku tidak baik dalam memilih jajanan adalah laki-laki (59%). Anak perempuan juga cenderung memiliki sikap yang baik dalam memilih makanan yaitu sebesar 68%, sedangkan anak laki-laki persentasenya sebesar 56%. Anak laki-laki cenderung lebih sering jajan dibandingkan dengan anak perempuan (16%). Dilihat dari sisi psikologis, penggunaan bagian otak anak laki-laki dan perempuan berbeda sehingga cenderung akan menunjukkan perilaku yang berbeda pula. Pada anak laki-laki cenderung menggunakan otak bagian sebelah kanan (sisi praktis). Sebagian besar anak laki-laki memilih jajanan dikarenakan oleh faktor keinginan untuk memenuhi rasa laparnya, tanpa melalui pemikiran yang panjang apakah jajanan tersebut baik atau tidak. Berbeda halnya pada anak perempuan (Safriana, 2012). Anak laki-laki umumnya lebih aktif dalam kegiatan fisik dan berolah raga, sehingga ia membutuhkan energi yang lebih banyak untuk tubuhnya dalam menjalankan aktivitas. Energi tersebut didapat dari jajanan yang ia konsumsi di sekolah. Sementara anak laki-laki biasanya jajan tanpa memikirkan aman tidaknya jajanan tersebut, cenderung karena ingin segera memenuhi rasa laparnya setelah banyak beraktivitas.
65
b. Usia Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas V. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia responden berada pada rentang 10-12 tahun. Persentase masing-masing tingkat usia responden yaitu usia 11 tahun (78,5%), usia 10 tahun (3,8%), dan usia 12 tahun (17,7%). Responden
yang
berusia
10
tahun,
seluruhnya
menunjukkan hasil perilaku yang baik (100%). Usia 11 tahun menujukkan lebih dari setengahnya (80,6%) berperilaku baik. Usia 12 tahun menunjukkan setengahnya (50%) berperilaku baik. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012) yang membagi kategori usia menjadi 2 yaitu usia 10 tahun dan usia ≥ 10 tahun. Mayoritas responden berusia ≥ 10 tahun (80%), sedangkan sisanya berusia < 10 tahun berjumlah 29 orang (20%). Responden usia < 10 tahun menunjukkan perilaku baik sebesar 72% dan perilaku tidak baik sebesar 28%. Setengah dari responden usia ≥ 10 tahun (50%) menunjukkan perilaku yang baik dan 50% nya menunjukkan perilaku tidak baik. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa responden yang berusia 10 tahun tidak berarti ia memiliki pengetahuan, sikap, maupun perilaku yang kurang. Begitu juga dengan responden yang berusia paling tua yaitu 12 tahun, tidak berarti ia memiliki pengetahuan, sikap, maupun perilaku yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini, faktor
66
usia responden tidak terlalu berhubungan dengan pengetahuan, sikap, maupun perilaku. Anak yang berusia lebih tua tidak menjadi jaminan ia akan memiliki pengetahuan, sikap, ataupun perilaku yang lebih baik daripada anak yang berusia lebih muda. Begitu juga sebaliknya.
2. Pengetahuan Siswa mengenai Jajanan Aman Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap suatu objek yang didapatkan melalui panca indera. Sebagian besar pengetahuan didapat melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa mengetahui hal-hal mengenai jajanan yang aman. Hal-hal tersebut yaitu definisi jajanan aman, kebersihan dan keutuhan jajanan, BTP berbahaya dan cirinya, akibat dari jajanan tidak aman, serta upaya menjaga kebersihan diri untuk pencegahan dari ketidakamanan jajanan. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan siswa berjumlah 61 orang (77,2%) memiliki pengetahuan yang baik dan 18 orang (22,8%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok memiliki pengetahuan yang baik mengenai jajanan aman. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban responden, pernyataan dengan jawaban benar paling banyak adalah pernyataan item P1 dan item P14 dengan persentase 100% responden menjawab
67
benar. Pernyataan item P1 adalah „Jajanan aman adalah jajanan yang tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri‟. Pernyataan item P14 adalah „Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan adalah salah satu cara menjaga kebersihan diri‟. Sementara itu pernyataan dengan jawaban benar paling sedikit adalah pernyataan item P8. Jumlah responden yang menjawab benar pada item P8 yaitu berjumlah 63 orang (79,7%). Item pernyataan P8 tersebut adalah „Boraks adalah bahan berbahaya yang membuat makanan menjadi lebih kenyal‟. Berdasarkan hasil di atas peneliti menyimpulkan bahwa seluruh responden bisa dikatakan sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang definisi jajanan aman dan upaya menjaga kebersihan diri dari ketidakamanan jajanan, namun responden masih belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai salah satu BTP berbahaya yaitu boraks. Boraks sendiri merupakan bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan sebagai pengawet dan juga untuk memperbaiki tekstur maupun rasa pada pangan. Boraks biasanya ditemukan pada makanan bakso, mie basah, lontong, dan kerupuk. Ciri-ciri jajanan yang mengandung boraks yaitu, pada bakso tampak bewarna agak putih (seharusnya berwarna abu kecoklatan) dan bertekstur sangat kenyal. Mie basah tampak lebih mengkilap, tidak lengket satu sama lain dan kenyal. Lontong mempunyai tekstur yang sangat kenyal.
68
Kerupuk memiliki tekstur yang renyah dan menimbulkan rasa getir saat dimakan (Direktorat Bina Gizi, 2011). Kurangnya pengetahuan siswa tentang boraks dikarenakan kurang terpaparnya informasi mengenai hal tersebut. Siswa bisa saja hanya sekedar pernah mendengar tentang boraks, namun belum mengetahui secara lebih jelas mengenai kegunaan boraks, ciri-ciri serta bahayanya. Tidak hanya boraks, pengetahuan mengenai BTP berbahaya yang lainnya seperti formalin, pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yelow sebaiknya perlu diberikan. Mengingat bahwa di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok ini belum pernah mengadakan program penyuluhan materi tentang keamanan jajanan, sebaiknya pihak sekolah mulai mengadakan program tersebut agar pengetahuan siswa, guru, serta penjual jajanan dapat meningkat.
3. Sikap Siswa mengenai Jajanan Aman Teori “Thoughs and Feeling” dari WHO (1984) menjelaskan bahwa sikap merupakan gambaran suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek atau stimulus. Sikap seseorang didapatkan melalui pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Sikap tersebut ditunjukkan dengan mendekati atau menjauhi suatu objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap siswa terhadap hal-hal mengenai jajanan yang aman. Hal-hal tersebut yaitu definisi jajanan aman, kebersihan dan keutuhan
69
jajanan, BTP berbahaya dan cirinya, serta upaya menjaga kebersihan diri untuk pencegahan dari ketidakamanan jajanan. Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah siswa yang memiliki sikap mendukung yaitu 44 orang (55,7%) dan siswa yang memiliki sikap tidak mendukung yaitu berjumlah 35 orang (44,3%). Peneliti menyimpulkan bahwa rata-rata siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok memiliki sikap mendukung mengenai jajanan aman. Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden, jawaban setuju paling banyak adalah pada item S1, S2, S7 dan S8. 100% responden menjawab setuju pada keempat item pernyataan tersebut. Pernyataan item S1 adalah „Pilih jajanan yang aman yaitu yang tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri‟. Pernyataan item S2 adalah „Pilih jajanan yang tertutup/terbungkus dan tidak dikerubungi lalat‟. Pernyataan item S7 adalah „Sebelum membeli jajanan kemasan (snack), lihat tanggal kadaluarsanya‟. Pernyataan item S8 adalah „Sebelum membeli jajanan kemasan (snack), baca label makanan/label gizi yang tercantum pada bungkusnya‟. Sementara itu jawaban setuju paling sedikit yaitu pada pernyataan item S6. Jumlah responden yang menjawab setuju berjumlah 66 orang dengan persentase 83,5%. Pernyataan item S6 adalah „Jajanan yang warnanya terang mencolok tidak aman untuk dikonsumsi‟. Berdasarkan hasil di atas peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap yang mendukung dalam
70
memilih jajanan aman, ditunjukkan dengan jawaban siswa yang memilih jajanan yang terbungkus/tertutup, siswa melihat tanggal kadaluarsa jajanan sebelum membelinya, dan siswa membaca label gizi yang tercantum pada bungkus jajanan. Namun siswa memiliki sikap tidak mendukung tentang jajanan yang berwarna terang mencolok. Berkaitan dengan jajanan yang mengandung pewarna berbahaya, makanan dan minuman tersebut biasanya menampakkan ciri warna yang terang, produknya tampak mengkilap, terkadang warnanya tidak merata (ada yang menggumpal), dan setelah mengonsumsinya terasa sedikit pahit dan gatal di tenggorokan. Ciriciri tersebut biasanya ditemukan pada jajanan yang mengandung Rhodamin B dan Methanyl Yellow. (Direktorat Bina Gizi, 2011). Anak sekolah biasanya cenderung sering memilih jajanan karena warna atau tampilannya yang menarik. Berdasarkan ciri tampilan fisiknya, saos merah yang menjadi pelengkap jajanan, minuman es mambo dan es kocok yang dijajakan di sekitar sekolah diduga mengandung pewarna Rhodamin B atau Methanyl Yellow. Untuk memastikan apakah jajanan tersebut aman atau tidak aman memang seharusnya perlu dilakukan uji laboratorium. Namun dengan melihat tampilan fisik ciri-cirinya, jajanan tersebut diduga tidak aman.
71
4. Perilaku Siswa Memilih Jajanan Menurut teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer: 1977), perilaku merupakan suatu proses sekaligus hasil interaksi antara Antecedent, Behavior, dan Concequences. Antecedent adalah suatu pemicu seseorang untuk berperilaku, yaitu seperti kejadian di lingkungan sekitar. Behavior adalah reaksi terhadap adanya pemicu tersebut. Concequences adalah kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku tersebut, atau bisa disebut konsekuensi. Konsekuensi ini terbagi atas 2 bentuk, yaitu positif (menerima) dan negatif (menolak). Konsekuensi positif artinya seseorang akan mengulang perilaku tersebut. Sedangkan konsekuensi negatif artinya seseorang akan berhenti melakukan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010). Perilaku yang diteliti dalam penelitian ini adalah kegiatan atau aktivitas siswa dalam memilih jajanan di sekolah. Peneliti sebelumnya melakukan observasi dan mencatat macam-macam jajanan yang tersedia di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Lembar observasi digunakan sebagai alat untuk menilai jajanan. Kriteria jajanan yang dinilai yaitu pengolahan, penyajian, label kemasan (tanggal kadaluarsa, komposisi, nomor izin BPOM/Depkes), dan tampilan fisik (warna). Hasil observasi dapat dilihat pada lembar observasi (lampiran 6). Peneliti mencantumkan daftar pilihan jajanan yang tersedia di lingkungan sekolah, selanjutnya siswa diminta untuk mencontreng jajanan yang dibelinya selama 2 hari sebelumnya. Jajanan tersebut
72
peneliti bagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori jajanan yang diduga aman dan jajanan yang diduga tidak aman, sesuai dengan hasil pada lembar observasi. Jajanan yang termasuk kategori jajanan yang diduga aman yaitu martabak mini, batagor (tanpa saos), cilok kuah (tanpa saos), papeda (tanpa saos), kojek (tanpa saos), cireng isi, snack, pisang bakar, macaroni, sosis dan bakso bakar (tanpa saos), nasi goreng, nyam-nyam, minuman seduh, minuman gelas/botol, dan air putih. Sedangkan jajanan yang temasuk kategori jajanan yang diduga tidak aman yaitu batagor (dengan tambahan saos), cilok kuah (dengan tambahan saos), papeda (dengan tambahan saos), kojek (dengan tambahan saos), sosis dan bakso bakar (dengan tambahan saos), es mambo, dan es kocok. a. Pilihan Jajanan di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Berdasarkan pilihan jajanan yang tersedia di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kategori jajanan yang diduga aman, paling banyak dipilih oleh siswa adalah makanan snack dan minuman air putih yang masing-masing berjumlah 72 orang (91,1%). Kategori jajanan yang diduga tidak aman yang paling banyak dipilih oleh siswa adalah makanan papeda (ditambah dengan saos) berjumlah 22 orang (27,8%) dan minuman es mambo berjumlah 39 orang (49,4%). Papeda adalah jenis makanan yang terbuat dari campuran sagu dan telur yang disajikan dengan digulung
73
menggunakan sebuah tusukkan. Es mambo adalah minuman manis berwarna-warni. Berkaitan dengan perilaku siswa yang membeli jajanan dengan tambahan saos merah, pada penelitian yang dilakukan oleh Suci (2009) disebutkan bahwa sebanyak 146 responden (37%) menyatakan makanan yang sering dibeli di kantin sekolah maupun penjaja sekitar sekolah disertai dengan saos merah. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012) disebutkan bahwa sebanyak 147 responden (33%) menyatakan makanan jajanan yang paling banyak dikonsumsi yaitu makanan yang bersaos merah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci (2009) dan Safriana (2012) di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah anak sekolah yang suka mengkonsumsi jajanan bersaos merah cukup tinggi. Tingginya angka pengkonsumsian makanan jajanan bersaos merah pada siswa sangatlah mengkhawatirkan. Jika dibiarkan terus menerus maka kesehatan siswa akan terganggu. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian serius dari pihak sekolah agar melakukan pengontrolan dan pengawasan terhadap makanan jajanan yang dijual oleh penjual jajanan di lingkungan sekolah.
74
b. Kategori Perilaku Memilih Jajanan Hasil penelitian menunjukkan siswa yang memiliki perilaku baik berjumlah 60 orang (75,9%) dan perilaku tidak baik berjumlah 19 orang (24,1%). Peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok memiliki perilaku memilih jajanan yang baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012), hasilnya didapatkan sebanyak 80 responden (54%) memiliki perilaku baik dalam memilih jajanan. Kategori perilaku pada penelitian ini dinilai berdasarkan jajanan yang dipilih oleh siswa. Siswa dinyatakan memiliki perilaku baik apabila siswa memilih jajanan yang diduga tidak aman sebanyak ≤ 2 macam. Siswa dinyatakan memiliki perilaku kurang baik apabila siswa memilih jajanan yang diduga tidak aman sebanyak > 2 macam. Jajanan yang diduga tidak aman ini paling banyak dipilih oleh siswa sebanyak 4 macam, sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah 0 (artinya siswa sama sekali tidak memilih jajanan yang diduga tidak aman).
75
B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Pengetahuan mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel pengetahuan siswa mengenai jajanan aman dengan variabel perilaku memilih jajanan (p = 0.000, r = 0.471). Hubungan antara kedua variabel tersebut memiliki kekuatan yang sedang. Koefisien korelasi bernilai positif, artinya hubungan antara kedua variabel sebanding, dimana pengetahuan yang baik disertai dengan perilaku yang baik. Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
sebanyak
53
responden (86,9%) memiliki pengetahuan baik yang disertai dengan perilaku baik. Jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik yang disertai dengan perilaku kurang baik sebanyak 8 orang (13,1%). Peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan dan perilaku yang sebanding. Perilaku memilih jajanan timbul karena adanya kesesuaian reaksi atau respon terhadap stimulus tertentu yaitu pengetahuan mengenai jajanan aman. Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat. Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mendasari perilaku seseorang. Teori “Thoughs and Feeling” dari
76
(WHO, 1984) juga menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan salah satu alasan seseorang berperilaku tertentu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh
Safriana
(2012).
Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa tentang gizi dengan perilaku memilih jajanan siswa di SDN Garot Kec Darul Imarah Kab Aceh Besar. Dari hasil uji statistik antara variabel pengetahuan dan perilaku diperoleh nilai p = 0.15. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Purtiantini (2010), hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.185 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura. Pengetahuan yang baik belum tentu sejalan dengan perilaku anak dalam kehidupannya
sehari-hari. Banyak
faktor
yang
mempengaruhi perilaku anak dalam memilih jajanan. Salah satu faktornya dikarenakan pengetahuan yang diperoleh anak hanya sebatas pengetahuan dasar tentang gizi makanan. Sementara pengetahuan
tentang
BTP
berbahaya
pada
jajanan,
akibat
mengkonsumsi jajanan yang tidak aman, serta kebersihan jajanan belum difokuskan.
77
2. Hubungan Sikap mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel sikap siswa mengenai jajanan aman dengan variabel perilaku memilih jajanan (p = 0.015, r = 0.273). Meskipun terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, tetapi kekuatan hubungannya lemah. Koefisien korelasi bernilai positif, artinya hubungan antara kedua variabel tersebut sebanding, dimana sikap yang mendukung disertai dengan perilaku yang baik. Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
sebanyak
38
responden (86,4%) memiliki sikap mendukung yang disertai dengan perilaku baik. Jumlah responden yang memiliki sikap mendukung yang disertai dengan perilaku kurang baik sebanyak 6 orang (13,6%). Peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap dan perilaku yang sebanding. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safriana (2012). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara sikap siswa dalam memilih makanan dengan perilaku siswa dalam memilih jajanan di SDN Garot Kec Darul Imarah Kab Aceh Besar. Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya perilaku seseorang yaitu faktor sosio psikologis. Faktorfaktor sosio psikologis ini terdiri dari sikap, emosi, kepercayaan,
78
kebiasaan, dan kemauan. Sikap merupakan faktor yang sangat penting dalam sosio psikologis karena merupakan kecenderungan untuk bertindak dan berpersepsi. Sikap juga relatif akan menetap lebih lama daripada emosi dan pikiran (Notoatmodjo, 2010). Berbeda halnya dengan hasil penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh Purtiantini (2010) menghasilkan nilai p yang diperoleh yaitu sebesar 0.460. Berdasarkan nilai p tersebut disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura. Menurut teori “Thoughs and Feeling” dari (WHO, 1984), sikap positif terhadap suatu nilai tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Alasan tersebut diantaranya yaitu sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, berdasarkan pengalaman orang lain, berdasarkan jumlah pengalaman seseorang, dan nilai. (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, faktor tidak tersedianya kantin sekolah yang memadai serta jajanan yang sangat bervariasi yang dijual di sekitar sekolah menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku siswa dalam memilih jajanan. Sementara jajanan yang dijual di sekitar sekolah pada umumnya adalah jajanan yang tidak aman, seperti yang sering diberitakan di media massa, sehingga siswa akan mengkonsumsi jajanan yang tersedia saja.
79
D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah peneliti tidak melakukan uji laboratorium untuk memastikan apakah jajanan yang dijual di sekitar SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok adalah jajanan yang aman atau tidak aman. Peneliti menentukan jajanan tersebut berdasarkan ciri-ciri fisik yang terlihat saja, sehingga peneliti hanya dapat mengambil kesimpulan jajanan tersebut diduga aman atau diduga tidak aman. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti sehingga item-item pernyataannya tidak mencakup teori atau bahasan secara keseluruhan, melainkan hanya poin-poin pentingnya saja. Kemungkinan adanya bias pada hasil penelitian dapat terjadi karena bisa saja perilaku siswa dalam memilih jajanan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti besarnya uang jajan, pengaruh teman sebaya, ketersediaan jajanan, dan lain-lain.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dan usia. Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 44 siswa perempuan (55,7%) dan 35 siswa laki-laki (44,3%). Berdasarkan usia, sebanyak 3 orang berusia 10 tahun (3,8%), 62 orang berusia 11 tahun (78,5%), dan 14 orang berusia 12 tahun (17,7%). 2. Sebagian besar responden (77,2%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai jajanan aman. 3. Lebih dari setengah responden (55,7%) memiliki sikap yang mendukung mengenai jajanan aman. 4. Berdasarkan kategori jajanan yang diduga aman, makanan snack dan minuman air putih adalah jajanan yang paling banyak dipilih oleh responden, masing-masing memiliki persentase 91,1%. 5. Berdasarkan kategori jajanan yang diduga tidak aman, makanan papeda (ditambah dengan saos) dengan persentase 27,8% serta minuman es mambo dengan persentase 49,4% menjadi jajanan yang paling banyak dipilih oleh responden.
80
81
6. Sebagian besar responden (75,9%) memiliki perilaku yang baik dalam memilih jajanan. 7. Hasil uji statistik korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan dengan perolehan p value = 0.000 dan nilai r = 0.471. Hubungan antara kedua variabel berkekuatan sedang dan bernilai positif. 8. Hasil uji statistik korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan bermakna namun berkekuatan lemah antara sikap mengenai jajanan aman dengan perilaku memilih jajanan dengan perolehan p value = 0.015 dan nilai r = 0.273.
B. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka saran yang peneliti dapat sampaikan adalah: 1. Bagi Siswa a. Perlu menambah pengetahuan tentang keamanan jajanan agar dapat lebih mengenali jajanan yang sehat serta aman untuk dikonsumsi. b. Sebaiknya membiasakan membawa bekal makanan dan minuman dari
rumah
sembarangan.
agar
tidak
mengkonsumsi
jajanan
secara
82
2. Bagi Pihak Sekolah a. Perlu
memberikan
pengetahuan
kepada
siswa
mengenai
keamanan jajanan. Pengetahuan dapat diberikan melalui media poster atau leaflet agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa. b. Sebaiknya bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk memberikan
penyuluhan,
pembinaan,
serta
pengawasan
mengenai kriteria jajanan aman dan sehat kepada para penjual jajanan di lingkungan sekolah, sehingga para penjual menjadi tahu dan peduli dengan mutu dan kriteria keamanan jajanan yang dijualnya. c. Perlu menyediakan fasilitas yang memadai seperti kantin serta sarana untuk mencuci tangan agar aktivitas mencuci tangan menjadi sebuah kebiasaan bagi warga sekolah dalam rangka menjaga kebersihan diri. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku jajan. Selain itu juga diharapkan dapat melakukan pemeriksaan laboratorium berkaitan dengan kandungan dari jajanan sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, K. ”Hubungan Pengetahuan Makanan dan Kesehatan dengan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan pada Anak Sekolah Dasar Pembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang". Skripsi S1 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang, 2011. Aprillia, A. B., & Dieny, F. F. “The Factor Related to Snacks Preference in Elementary School Children”. BIMGI, Vol.2 (2): 27, 2014. Badan Intelijen Negara Republik Indonesia. ”Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak”. Artikel diakses pada 23 Januari 2015 dari http://bin.go.id/awas/detil/132/4/11/08/012/jajanan-berbahaya-di-sekitaranak. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC, 2008. BPOM RI. “ Jajanan Anak Sekolah”. Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu, Vol I. (2007). . “Pangan Jajanan Anak Sekolah”. Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu, (2009): h.1 . “Pentingnya Promosi Keamanan Pangan di Sekolah untuk Menyelamatkan Generasi Penerus”. Info POM, (November-Desember 2011): h.2 Dahlan, M. S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Ed.5. Jakarta: Salemba Medika, 2011. Dharma, K. K. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: TIM, 2011. Direktorat Bina Gizi. "Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar". Kementerian Kesehatan RI, Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta, 2011. Febry, F. "Kebiasaan Jajan Pada Anak". Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat vol. 1 (2), 2010. Hamida, K., Zulaekah, S., & Mutalazimah. “Penyuluhan Gizi dengan Media Komik untuk Meningkatkan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan”. Jurnal Kesehatan Masyarakat: 67-73, 2012. Hukormas. "Anak Usia Sekolah Menjadi Tumpuan Kualitas Bangsa". Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Gizi. Diakses pada 28 Desember 2014 dari
http://www.gizikia.depkes.go.id/sekretariat/anak-usia-sekolah-menjaditumpuan-kualitas-bangsa/. Judarwanto, W. Perilaku Makan Anak Sekolah. Picky Eaters Clinic, Jakarta: 2004. Michael J. Gibney, B. M. Gizi Kesehatan Masyarakat. (E. A. Palupi Widyastuti, Ed.) Jakarta: EGC, 2009. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Nuraini, H. Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal. Jakarta: QultumMedia, 2007. Nurgiyantoro, B. “Tahapan Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan Sastra Anak”. Cakrawala Pendidikan Th. XXIV (2): 202, 2005. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pedoman skripsi, thesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba, 2008. Purtiantini. "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura". Skripsi S1, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010. Republika Penerbit. “Jajanan Anak Sekolah Masih Tidak Aman”. Artikel diakses pada 23 Januari 2015 dari http://www.republikapenerbit.com/artikel/detail info/367. Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Jogjakarta: Mitra Cendikia Press, 2009. Safriana. “Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012”. Skripsi S1, Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok, 2012. Santoso, S. Statistik Nonparametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010. Simamora, B. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Sudarmawan. "Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan dengan Perilaku Anak Memilih Jajanan di SDN Sambikerep II/480 Surabaya". Artikel diakses pada 28 November 2014 dari http://ejournal.unesa.ac.id/data/journals/68/articles/1770/public/17703342-1-PB.pdf.
Syafitri, Y., Syarief, H., & Baliwati, F. Y. “Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Gizi dan Pangan Vol.4 (3): 167-175, 2009. Toyudho, E. S. “60 Persen Jajanan Sekolah Depok Tercemar Bakteri”.TEMPO, 9 November 2012. Diakses pada 19 Desember 2014 dari http://www.tempo.co/read/news/2012/11/09/083440648/60-PersenJajanan-Sekolah-Depok-Tercemar-Bakteri. Umar, H. Metode Riset Bisnis Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akuntansi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta: EGC, 2008.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2
KISI-KISI INSTRUMEN
Variabel Pengetahuan
Dimensi Jajanan aman
Indikator Pernyataan Definisi jajanan 1. Jajanan aman adalah jajanan aman yang tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri Kebersihan dan 1. Makanan yang bersih dan keutuhan jajanan tertutup termasuk makanan yang aman untuk dimakan 2. Makanan yang terbungkus lebih terjamin kebersihannya 3. Jajanan yang bungkusnya sudah rusak/penyok/bocor tidak aman untuk dimakan BTP berbahaya 1. Formalin, boraks, rhodamin dan cirinya B, dan methanil yellow merupakan bahan tambahan pembuat makanan yang berbahaya 2. Formalin adalah bahan berbahaya yang digunakan
Jenis Pernyataan (+)
Nomor Item 1
(+)
2-4
(+)
5 - 12
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Akibat jajanan 1. tidak aman
untuk mengawetkan makanan Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin yaitu kenyal dan tidak cepat busuk Boraks adalah bahan berbahaya yang membuat makanan menjadi lebih kenyal Boraks tidak boleh digunakan sebagai bahan pembuat makanan Ciri-ciri bakso/cilok yang mengandung boraks adalah warnanya lebih putih daripada biasanya Jajanan yang warnanya merah terang adalah ciri-ciri jajanan tidak aman Jajanan yang warnanya membekas di tangan adalah tanda bahwa jajanan tersebut tidak aman Jajanan yang tidak aman dapat menyebabkan rasa mual, muntah, pusing, dan juga diare
(+)
13
Sikap
Jajanan aman
Upaya menjaga 1. Kebiasaan mencuci tangan kebersihan diri sebelum makan adalah salah untuk pencegahan satu cara menjaga dari kebersihan diri ketidakamanan jajanan Definisi jajanan 1. Pilih jajanan yang aman aman yaitu yang tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri Kebersihan dan 1. Pilih jajanan yang keutuhan jajanan tertutup/terbungkus dan tidak dikerubungi lalat 2. Pilih jajanan di area/tempat berjualan yang bersih BTP berbahaya 1. Hindari membeli makanan dan cirinya yang tampak mengandung boraks (misalnya: bakso yang warnanya lebih putih dari warna bakso pada umumnya) 2. Pilih jajanan yang warnanya tidak terlalu terang 3. Jajanan yang warnanya terlalu terang tidak baik untuk dikonsumsi Upaya pencegahan 1. Sebelum membeli jajanan
(+)
14
(+)
1
(+)
2-3
(+)
4-6
(+)
7- 11
dari ketidakamanan jajanan
2.
3. 4.
5.
kemasan (snack), lihat tanggal kadaluarsanya Sebelum membeli jajanan kemasan (snack), baca label makanan/label gizi yang tercantum pada bungkusnya Sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu Sebelum membeli jajanan, perhatikan kebersihan diri penjualnya Alat yang digunakan untuk memasak/membuat jajanan harus bersih
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
Kepada: Adik-adik responden Salam sejahtera, Saya Rifka Triasari, mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud akan melakukan penelitian yang berjudul: Hubungan Pengetahuan dan Sikap mengenai Jajanan Aman dengan Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan adik-adik untuk berpartisipasi mengisi lembar pertanyaan yang sudah disediakan dengan selengkap-lengkapnya. Identitas dan kerahasiaan jawaban yang diberikan akan terjamin dan hasil jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi nilai rapor adik-adik. Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.
Nomor:
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk pengisian kuesioner: 1. Kotak nomor yang terdapat di kanan atas tidak perlu diisi 2. Isilah data identitas responden 3. Berilah jawaban dari pernyataan-pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda centang (√) pada kotak jawaban yang sudah tersedia 4. Jawablah sesuai dengan apa yang kamu ketahui
A. Identitas Responden 1. Jenis Kelamin : L / P (lingkari salah satu) 2. Umur :
Kuesioner B Petunjuk: Isilah dengan memberikan tanda centang (√) NO 1
2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14
PERNYATAAN Jajanan aman adalah jajanan yang tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri Makanan yang bersih dan tertutup termasuk makanan yang aman untuk dimakan Makanan yang terbungkus lebih terjamin kebersihannya Jajanan yang bungkusnya sudah rusak/penyok/bocor tidak aman untuk dimakan Formalin, boraks, rhodamin B, dan methanil yellow merupakan bahan tambahan pembuat makanan yang berbahaya Formalin adalah bahan berbahaya yang digunakan untuk mengawetkan makanan Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin yaitu kenyal dan tidak cepat busuk Boraks adalah bahan berbahaya yang membuat makanan menjadi lebih kenyal Boraks tidak boleh digunakan sebagai bahan pembuat makanan Ciri-ciri bakso/cilok yang mengandung boraks adalah warnanya lebih putih daripada biasanya Jajanan yang warnanya merah terang adalah ciri-ciri jajanan tidak aman Jajanan yang warnanya membekas di tangan adalah tanda bahwa jajanan tersebut tidak aman Jajanan yang tidak aman dapat menyebabkan rasa mual, muntah, pusing, dan juga diare Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan adalah salah satu cara menjaga kebersihan diri
BENAR
SALAH
Kuesioner C Petunjuk: Isilah dengan memberikan tanda centang (√) NO
PERNYATAAN
1
Pilih jajanan yang aman yaitu yang tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri Pilih jajanan yang tertutup/terbungkus dan tidak dikerubungi lalat Pilih jajanan di area/tempat berjualan yang bersih Hindari membeli makanan yang tampak mengandung boraks (misalnya: bakso yang warnanya lebih putih dari warna bakso pada umumnya) Pilih jajanan yang warnanya tidak terlalu terang Jajanan yang warnanya terlalu terang tidak baik untuk dikonsumsi Sebelum membeli jajanan kemasan (snack), lihat tanggal kadaluarsanya Sebelum membeli jajanan kemasan (snack), baca label makanan/label gizi yang tercantum pada bungkusnya Sebelum makan harus cuci tangan terlebih dahulu Sebelum membeli jajanan, perhatikan kebersihan diri penjualnya Alat yang digunakan untuk memasak/membuat jajanan harus bersih
2 3 4
5 6 7 8
9 10 11
SETUJU
TIDAK SETUJU
Kuesioner D Petunjuk: Beri tanda centang (√) pada kolom sesuai dengan jajanan yang kamu pilih selama 2 hari yang lalu. Contoh: Batagor *ditambah dengan saos
Batagor *ditambah dengan saos
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Ya √ √
Tidak
Ya √
Tidak √
Jenis Jajanan Martabak mini Batagor *ditambah dengan saos Cilok kuah *ditambah dengan saos Papeda *ditambah dengan saos Kojek *ditambah dengan saos Cireng isi Snack (seperti chiki, wafer, kerupuk, keripik, permen, dan lain-lain) Pisang bakar Macaroni Sosis, Baso bakar *ditambah dengan saos/bubuk cabai Nasi goreng Nyam-nyam Minuman seduh (seperti pop ice, nutri sari, jas jus, dan lain-lain) Minuman gelas/botol (seperti teh gelas, ale-ale, dan lain-lain) Air putih Es mambo Es kocok
Ya
Tidak
LAMPIRAN 4 HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN
1. Instrumen Pengetahuan ptot Pearson Correlation p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
p10
p11
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.581** .001 30 .363* .049 30 .501** .005 30 .506** .004 30 .363* .049 30 .311 .094 30 .412* .024 30 .545** .002 30 .412* .024 30 .250 .182 30 .541** .002 30
p12
p13
p14
p15
ptot
.501** .005 30 .457* .011 30 .464** .010 30 .338 .068 30 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
2. Instrumen Sikap stot Pearson Correlation s1
s2
s3
s4
s5
s6 s7
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.416* .022 30 -.076 .690 30 .464** .010 30 .355 .054 30 .520** .003 30 .476** .008 30 .355
s8
s9
s10
s11
s12
s13
s14
s15
stot
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.054 30 .466** .009 30 .432* .017 30 .416* .022 30 .476** .008 30 .466** .009 30 .285 .127 30 .611** .000 30 .433* .017 30 1
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
LAMPIRAN 5 HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
1. Instrumen Pengetahuan P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
p
0,833
0,9
0,867
0,8
0,9
0,933
0,867
0,867
0,867
0,933
0,833
0,867
0,867
0,9
0,833
q
0,167
0,1
0,133
0,2
0,1
0,067
0,133
0,133
0,133
0,067
0,167
0,133
0,133
0,1
0,167
pq
0,139
0,09
0,116
0,16
0,09
0,062
0,116
0,116
0,116
0,062
0,139
0,116
0,116
0,09
0,139
Vt
4,862 ( (
= 0,704
)( )(
) )
Total
1,664
2. Instrumen Sikap S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
p
0,933
0,967
0,9
0,9
0,833
0,833
0,9
0,867
0,833
0,933
0,833
0,867
0,933
0,867
0,767
q
0,067
0,033
0,1
0,1
0,167
0,167
0,1
0,133
0,167
0,067
0,167
0,133
0,067
0,133
0,233
pq
0,062
0,032
0,09
0,09
0,139
0,139
0,09
0,116
0,139
0,062
0,139
0,116
0,062
0,116
0,179
Vt
4,139 ( (
= 0,664
)( )(
) )
Total
1,57
LAMPIRAN 6
LEMBAR OBSERVASI
Nama Jajanan Pengolahan
Penyajian
Martabak mini
Langsung
Batagor
Langsung
*ditambah dengan saos
Tidak langsung
Tertutup dan bersih Tertutup dan bersih Tidak diketahui
Cilok kuah
Langsung
*ditambah dengan saos
Tidak langsung
Papeda
Langsung
*ditambah dengan saos
Tidak langsung
Kriteria Jajanan Label kemasan (tanggal kadaluarsa, komposisi, terdaftar BPOM/Depkes) Tidak ada
Kesimpulan Tampilan fisik Warna Warna Coklat muda
Diduga aman
Tidak ada
Warna Coklat muda
Diduga aman
Tidak ada
Warna merah, tidak homogen (ada yang menggumpal) Warna abu kecoklatan
Diduga tidak aman
Tertutup dan bersih Tidak diketahui
Tidak ada
Tertutup dan bersih Tidak diketahui
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Warna merah, tidak homogen (ada yang menggumpal) Warna putih kekuningan Warna merah, tidak homogen (ada yang menggumpal)
Diduga aman Diduga tidak aman Diduga aman Didua tidak aman
Kojek
Langsung
Tertutup dan bersih Tidak diketahui
Tidak ada
*ditambah dengan saos
Tidak langsung
Cireng isi
Langsung
Tertutup dan bersih Tertutup
Tidak ada
Snack (seperti chiki, wafer, kerupuk, keripik, permen, dan lain-lain) Pisang bakar Macaroni
Tidak langsung
Sosis, Baso bakar
Langsung Tidak langsung Langsung
*ditambah dengan saos/bubuk cabai Nasi goreng Nyam-nyam Minuman seduh (seperti pop ice, nutri sari, jas jus, dan lain-lain) Minuman gelas/botol (seperti teh gelas, ale-
Diduga aman
Ada
Warna putih, tampak potongan daun seledri Warna merah, tidak homogen (ada yang menggumpal) Warna kuning kecoklatan Tidak diketahui
Tertutup Tertutup dan bersih Tertutup dan bersih
Ada Tidak ada
Warna kuning Warna putih kekuningan
Diduga aman Diduga aman
Tidak ada
Diduga aman
Tidak langsung
Tidak diketahui
Tidak ada
Tidak langsung Tidak langsung Tidak langsung
Tertutup dan bersih Tertutup dan bersih Tertutup dan bersih
Tidak ada
Sosis warna merah, bakso warna abu kecoklatan Warna merah, tidak homogen (ada yang menggumpal) Warna coklat
Diduga aman
Ada
Warna-warni (tidak terlalu terang) Tidak diketahui
Tidak langsung
Tertutup dan bersih
Ada
Tidak diketahui
Diduga aman
Tidak ada
Tidak ada
Diduga tidak aman Diduga aman Diduga aman
Diduga tidak aman Diduga aman
Diduga aman
ale, dan lain-lain) Air putih Es mambo Es kocok
Tidak langsung Tidak lansgung Langsung
Tertutup dan berish Tertutup dan bersih Tertutup dan bersih
Ada
Warna putih
Diduga aman
Tidak ada
Warna-warni (warna agak terang) Warna merah (warna agak terang)
Diduga tidak aman Diduga tidak aman
Tidak ada
LAMPIRAN 7 HASIL UJI NORMALITAS INSTRUMEN
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic umur
df
.446
Shapiro-Wilk
Sig. 79
Statistic
.000
df
Sig.
.601
79
.000
a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic jenis kelamin
df
.369
Shapiro-Wilk
Sig. 79
Statistic
.000
df
.632
Sig. 79
.000
a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic total p
df
.315
Shapiro-Wilk
Sig. 79
Statistic
.000
df
.654
Sig. 79
.000
a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic total s
.293
df
Shapiro-Wilk
Sig. 79
Statistic
.000
.636
df
Sig. 79
.000
a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic total pr tidak aman
.230
a. Lilliefors Significance Correction
df
Shapiro-Wilk
Sig. 79
.000
Statistic .897
Df
Sig. 79
.000
LAMPIRAN 8 HASIL OLAHAN SPSS UNIVARIAT
a. Jenis Kelamin jenis kelamin Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Laki-laki
35
44.3
44.3
44.3
Perempuan
44
55.7
55.7
100.0
Total
79
100.0
100.0
b. Usia umur Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
10
3
3.8
3.8
3.8
11
62
78.5
78.5
82.3
12
14
17.7
17.7
100.0
Total
79
100.0
100.0
Valid
c. Pengetahuan Statistics total p Valid
79
N Missing
0
Mean
12.80
Median
13.00
Minimum
4
Maximum
14
Kategori Pengetahuan Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Baik
61
77.2
77.2
77.2
Kurang
18
22.8
22.8
100.0
Total
79
100.0
100.0
d. Sikap Statistics total s Valid
79
N Missing
0
Mean
10.32
Median
11.00
Minimum
6
Maximum
11
Kategori Sikap Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Mendukung
44
55.7
55.7
55.7
Tidak Mendukung
35
44.3
44.3
100.0
Total
79
100.0
100.0
e. Perilaku martabak mini Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
39
49.4
49.4
49.4
Ya
40
50.6
50.6
100.0
Total
79
100.0
100.0
batagor Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
32
40.5
40.5
40.5
Ya
47
59.5
59.5
100.0
Total
79
100.0
100.0
cilok kuah Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
33
41.8
41.8
41.8
Ya
46
58.2
58.2
100.0
Total
79
100.0
100.0
papeda Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
29
36.7
36.7
36.7
Ya
50
63.3
63.3
100.0
Total
79
100.0
100.0
kojek Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
50
63.3
63.3
63.3
Ya
29
36.7
36.7
100.0
Total
79
100.0
100.0
cireng isi Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
47
59.5
59.5
59.5
Ya
32
40.5
40.5
100.0
Total
79
100.0
100.0
snack Frequency Tidak Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
8.9
8.9
8.9
Ya
72
91.1
91.1
100.0
Total
79
100.0
100.0
pisang bakar Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
46
58.2
58.2
58.2
Ya
33
41.8
41.8
100.0
Total
79
100.0
100.0
macaroni Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
37
46.8
46.8
46.8
Ya
42
53.2
53.2
100.0
Total
79
100.0
100.0
sosis dan bakso bakar Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
42
53.2
53.2
53.2
Ya
37
46.8
46.8
100.0
Total
79
100.0
100.0
nasi goreng Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
31
39.2
39.2
39.2
Ya
48
60.8
60.8
100.0
Total
79
100.0
100.0
nyam-nyam Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
56
70.9
70.9
70.9
Ya
23
29.1
29.1
100.0
Total
79
100.0
100.0
minuman seduh Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
13
16.5
16.5
16.5
Ya
66
83.5
83.5
100.0
Total
79
100.0
100.0
minuman gelas/botol Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
23
29.1
29.1
29.1
Ya
56
70.9
70.9
100.0
Total
79
100.0
100.0
air putih Frequency Tidak Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
8.9
8.9
8.9
Ya
72
91.1
91.1
100.0
Total
79
100.0
100.0
Statistics total pr aman Valid
79
N Missing
0
Mean
8.77
Median
9.00
Minimum
3
Maximum
15 batagor + saos Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
64
81.0
81.0
81.0
Ya
15
19.0
19.0
100.0
Total
79
100.0
100.0
cilok kuah + saos Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
62
78.5
78.5
78.5
Ya
17
21.5
21.5
100.0
Total
79
100.0
100.0
papeda + saos Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
57
72.2
72.2
72.2
Ya
22
27.8
27.8
100.0
Total
79
100.0
100.0
kojek + saos Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
69
87.3
87.3
87.3
Ya
10
12.7
12.7
100.0
Total
79
100.0
100.0
sosis dan bakso bakar + saos Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
66
83.5
83.5
83.5
Ya
13
16.5
16.5
100.0
Valid
Total
79
100.0
100.0
es mambo Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
40
50.6
50.6
50.6
Ya
39
49.4
49.4
100.0
Total
79
100.0
100.0
es kocok Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak
58
73.4
73.4
73.4
Ya
21
26.6
26.6
100.0
Total
79
100.0
100.0
Statistics total pr tidak aman Valid
79
N Missing
0
Mean
1.73
Median
2.00
Minimum
0
Maximum
4 Kategori Perilaku Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Baik
60
75.9
75.9
75.9
Kurang
19
24.1
24.1
100.0
Total
79
100.0
100.0
LAMPIRAN 9 HASIL OLAHAN SPSS BIVARIAT a. Pengetahuan dengan Perilaku Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Kategori Pengetahuan *
79
Kategori Perilaku
N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
0.0%
79
100.0%
Kategori Pengetahuan * Kategori Perilaku Crosstabulation Kategori Perilaku Baik Count Baik
% within Kategori Pengetahuan % of Total
Total
Kurang 53
8
61
86.9%
13.1%
100.0%
67.1%
10.1%
77.2%
7
11
18
38.9%
61.1%
100.0%
8.9%
13.9%
22.8%
60
19
79
75.9%
24.1%
100.0%
75.9%
24.1%
100.0%
Kategori Pengetahuan Count Kurang
% within Kategori Pengetahuan % of Total Count
Total
% within Kategori Pengetahuan % of Total Correlations
Correlation Coefficient Kategori Pengetahuan
Kategori
Kategori
Pengetahuan
Perilaku
1.000
.471**
.
.000
79
79
**
1.000
.000
.
79
79
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient Kategori Perilaku
Sig. (2-tailed) N
.471
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b. Sikap dengan Perilaku Case Processing Summary Cases Valid N Kategori Sikap * Kategori Perilaku
Missing
Percent 79
N
100.0%
Total
Percent 0
N
0.0%
Percent 79
100.0%
Kategori Perilaku
Total
Kategori Sikap * Kategori Perilaku Crosstabulation
Baik Count Mendukung
Kurang 38
6
44
% within Kategori Sikap
86.4%
13.6%
100.0%
% of Total
48.1%
7.6%
55.7%
22
13
35
% within Kategori Sikap
62.9%
37.1%
100.0%
% of Total
27.8%
16.5%
44.3%
60
19
79
% within Kategori Sikap
75.9%
24.1%
100.0%
% of Total
75.9%
24.1%
100.0%
Kategori Sikap Count Tidak Mendukung
Count Total
Correlations Kategori Sikap
Kategori Perilaku
Correlation Coefficient Kategori Sikap
1.000
.273*
.
.015
79
79
*
1.000
.015
.
79
79
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient Kategori Perilaku
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.273
c. Crosstab Jenis Kelamin dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku jenis kelamin * Kategori Pengetahuan Crosstabulation Kategori Pengetahuan Baik Count
Total
Kurang 23
12
35
65.7%
34.3%
100.0%
38
6
44
86.4%
13.6%
100.0%
61
18
79
77.2%
22.8%
100.0%
Laki-laki % within jenis kelamin jenis kelamin Count Perempuan % within jenis kelamin Count Total % within jenis kelamin
jenis kelamin * Kategori Sikap Crosstabulation Kategori Sikap Mendukung
Total
Tidak Mendukung
Count
15
20
35
42.9%
57.1%
100.0%
29
15
44
65.9%
34.1%
100.0%
44
35
79
55.7%
44.3%
100.0%
Laki-laki % within jenis kelamin jenis kelamin Count Perempuan % within jenis kelamin Count Total % within jenis kelamin
jenis kelamin * Kategori Perilaku Crosstabulation Kategori Perilaku Baik Count
Total
Kurang 24
11
35
68.6%
31.4%
100.0%
36
8
44
81.8%
18.2%
100.0%
60
19
79
75.9%
24.1%
100.0%
Laki-laki % within jenis kelamin jenis kelamin Count Perempuan % within jenis kelamin Count Total % within jenis kelamin
d. Crosstab Usia dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku usia* Kategori Pengetahuan Crosstabulation Kategori Pengetahuan
Total
Baik
Kurang
Count
3
0
3
% within usia
100.0%
0.0%
100.0%
Count
48
14
62
% within usia
77.4%
22.6%
100.0%
Count
10
4
14
% within usia
71.4%
28.6%
100.0%
Count
61
18
79
% within usia
77.2%
22.8%
100.0%
10
usia
11
12
Total
usia * Kategori Sikap Crosstabulation Kategori Sikap
Total
Mendukung
Tidak Mendukung
Count
2
1
3
% within usia
66.7%
33.3%
100.0%
Count
35
27
62
% within usia
56.5%
43.5%
100.0%
Count
7
7
14
% within usia
50.0%
50.0%
100.0%
Count
44
35
79
% within usia
55.7%
44.3%
100.0%
10
usia
11
12
Total
usia* Kategori Perilaku Crosstabulation Kategori Perilaku
Total
Baik
Kurang
Count
3
0
3
% within usia
100.0%
0.0%
100.0%
Count
50
12
62
% within usia
80.6%
19.4%
100.0%
Count
7
7
14
% within usia
50.0%
50.0%
100.0%
Count
60
19
79
% within usia
75.9%
24.1%
100.0%
10
usia
11
12
Total
LAMPIRAN 10 HASIL REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN
A. Instrumen Pengetahuan No
JK
Usia
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
Ptotal
1
L
12
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
7
2
L
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
13
3
P
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
4
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
5
L
11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
6
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
7
P
11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
8
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
9
L
12
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
12
10
P
11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
11
L
12
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
12
P
10
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
13
P
11
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
14
P
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
15
L
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
13
16
P
12
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
17
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
18
L
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
19
P
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
13
20
L
12
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
7
21
P
11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
22
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
13
23
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
24
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
25
P
11
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
26
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
27
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
13
28
P
11
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
7
29
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
30
P
11
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
4
31
L
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
32
L
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
33
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
34
P
12
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
35
P
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
36
P
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
37
P
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
38
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
39
L
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
40
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
41
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
42
L
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
12
43
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
44
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
45
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
46
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
47
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
48
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
49
L
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
13
50
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
51
P
11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
52
L
11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
11
53
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
54
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
55
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
56
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
57
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
58
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
59
L
11
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
10
60
L
11
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
12
61
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
62
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
63
L
11
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
11
64
L
12
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
11
65
P
11
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
11
66
L
11
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
11
67
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
68
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
69
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
70
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
71
P
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
13
72
P
10
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
13
73
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
74
P
11
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
11
75
P
11
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
11
76
L
11
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
11
77
L
11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
78
P
11
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
11
79
L
11
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
12
79
78
65
71
71
67
74
63
75
76
70
69
74
79
1011
B. Instrumen Sikap No
JK
Usia
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
Stotal
1
L
12
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
6
2
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
10
3
P
10
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
10
4
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
5
L
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
10
6
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
7
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
8
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
9
L
12
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
9
10
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
11
L
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
12
P
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
13
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
14
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
15
L
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
9
16
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
17
L
11
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
9
18
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
19
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
20
L
12
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
7
21
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
22
L
11
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
10
23
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
10
24
P
12
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
10
25
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
26
P
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
10
27
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
28
P
11
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
7
29
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
30
P
11
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
6
31
L
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
32
L
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
33
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
34
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
35
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
36
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
37
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
38
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
39
L
12
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
10
40
P
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
10
41
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
42
L
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
10
43
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
44
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
45
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
46
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
47
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
10
48
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
49
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
50
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
51
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
52
L
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
10
53
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
54
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
55
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
10
56
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
57
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
10
58
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
10
59
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
60
L
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
10
61
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
62
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
63
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
10
64
L
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
10
65
P
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
9
66
L
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
10
67
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
68
L
11
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
10
69
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
70
P
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
10
71
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
10
72
P
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
73
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
74
P
11
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
10
75
P
11
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
9
76
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
10
77
L
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
78
P
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
10
79
L
11
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
10
79
79
78
70
69
66
79
79
77
67
72
815
C. Instrumen Perilaku Total yang diduga aman No
1
2
3
4 5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Total yang diduga tidak aman
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
12
3
2
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
10
1
3
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
13
2
4
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
7
2
5
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
13
0
6
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
8
2
7
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
9
1
8
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
12
1
9
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15
4
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
3
1
11
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
14
3
12
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
8
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
4
0
14
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
13
1
15
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
11
1
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
5
1
17
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
12
1
18
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
9
2
19
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
11
1
20
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
11
4
21
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
7
1
22
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
9
2
23
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
5
0
24
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
7
3
25
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
9
3
26
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
11
1
27
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
11
2
28
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
9
4
29
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
7
1
30
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
15
4
31
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
8
3
32
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
13
2
33
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
14
3
34
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
5
1
35
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
11
1
36
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
7
1
37
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
11
2
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
7
1
39
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
7
1
40
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
11
2
41
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
9
3
42
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
13
3
43
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
8
2
44
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
10
1
45
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
4
1
46
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
8
2
47
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
7
3
48
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
6
2
49
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
10
3
50
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
6
2
51
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
6
1
52
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
5
2
53
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
9
0
54
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
11
2
55
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
4
0
56
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
11
0
57
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
6
1
58
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
4
1
59
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
10
2
60
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
8
2
61
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
4
1
62
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
12
1
63
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
9
4
64
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
7
4
65
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
7
3
66
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
9
2
67
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
10
1
68
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
10
1
69
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
11
1
70
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
9
2
71
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
13
1
72
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
8
1
73
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
4
0
74
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
11
2
75
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
5
2
76
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
8
3
77
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
7
1
78
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
6
3
79
0 4 0
0 4 7
0
0 0 4 6 17
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
4
2
22
0 1 0
0
50
0 2 9
32
72
33
42
37
13
48
23
66
56
72
39
21
693
137
15