Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Nuni Nuraeni NIM: 1111011000065 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK Nuni Nuraeni, NIM 1111011000065. Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pengembangan diri rutin terhadap akhlak karimah siswa-siswi program akselerasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, Tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa program akselerasi. Pengumpulan data dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) Angket, (2) Wawancara, (3) Dokumentasi. Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive samples Dan hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Kemudian angket tentang pengembangan diri rutin dan angket al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi, dianalisiskan dengan menggunakan prosentase atau tabulasi dan untuk mencari hubungan dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Dari perhitungan tersebut diperoleh angka korelasi rxy adalah 0,871 lebih besar dari rtabel (0,871 > 0,367) pada taraf signifikan 5 % yang berarti terdapat korelasi antara 0,70-0,90 itu adalah termasuk korelasi positif yang kuat atau tinggi dengan koefisiensi destriminasi sebesar 76 %. Jadi, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswasiswi program akselerasi terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Kata Kunci: Pengembangan Diri Rutin, al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswa Program Akselerasi.
i
ABSTRACT Nuni Nuraeni NIM 1111011000065 The Correlation of Routine SelfDevelopment to Lofty Character of Acceleration Students SMP BM 400 Jakarta. Faculty of Education and Teacher’s Training, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. This research intend to determine is there a relationship between routine selfdevelopment of the student behavior in acceleration class program. This research was conducted in Bakti Mulya 400 Junior High School Jakarta 2014/2015. The subject of this research are students from acceleration class. Collecting data in this research using (1) Inquiry, (2) Interview, (3) Document. Sampling techniques with a purposive samples and the results were analyzed descriptively. Then, the Inquiry about self-development program and acceleration class analyzed by using percentage or tabulation and to find relationships were analyzed using correlation coefficient of product moment. From these calculations figures obtained correlation r xy is greater than rtabel 0.871 (0.871> 0.367) at the significant level of 5%, it means that there is a correlation between 0.70 to 0.90 it is included strong or high positive correlation with coefficient destriminasi 76%. Then, the result of this research can be concluded that there is strong correlation between routine self-development with student behavior. Key word : routine self-development, good moral from the students
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya tercurahkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW. Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
membuat sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu penulis membuat skripsi dengan judul “Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari sebuah kekurangan baik ditinjau dari aspek isi maupun tekhnik penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran dari siapapun yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan lapang dada demi perbaikan dikemudian hari. Dalam menyusun skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik secara moril maupun material. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Teristimewa kedua Orang Tuaku Abdul Halim dan Siti Mar’fuah yang selalu mendo’akan, membesarkan, mendidik, menasihati dan memberikan banyak sekali motivasi sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan studi S1 ini.
iii
2. Teristimewa kedua Keluarga, kaka-kakaku Abdurrahman, Siti Saidatul Halimah, Siti Rahma, Isma Suryaningrat, laila, yulianto, ridwan, alfiah dan Akhmad Khoeruddin (Alm) serta keponakan-keponakaku (M. Naufal, Haura Nazhifa, Salwa Ristima , Rizky Jauhara, Adzkia, Al-Mahira dan Abdul Hamid) yang selalu memberikan banyak masukan, menyemangati dan motivasi sampai saat ini. 3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang berguna dalam menyusun skripsi ini. 6. Ibu Hj. Marhamah Saleh, MA, Lc. Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam serta Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang berguna dalam menyusun skripsi ini. 7. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat. 9. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta staffnya, yang telah memberikan pelayanan dalam menyediakan buku-buku yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 10. Kakaku yang Special Deni Azhari Ramadani yang selalu memotivasiku agar selalu bisa jadi yang terbaik dari yang lebih baik sampai detik ini dan selalu ada setiap waktu. 11. Sahabat-sahabatku Yolla diatri marlian, Marsita Eka Yuliani, Nailah Alfiani, Faturahma Avicena, Ummu Hanifah, Anisya Ulfah, Desni
iv
Purwanti yang selalu menjadi contoh teladan, penyemangat, membantu saat suka dan duka. 12. Seluruh teman-temanku TWO-PAI 8B, personal kosaan Annur (Fitri Alfiani dan Nada Rohmah) dan PAI angkatan 2011 yang telah ikut membantu terlaksananya skripsi ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis satu persatu yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuan dan mendo’akan penulis selama mengikuti pendidikan program Strata Satu (S1) Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga segala kebaikan, yang kalian berikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan pada kita semua sepanjang kehidupan kita. Aamiin.
Jakarta, 17 Juni 2015 Penulis
Nuni Nuraeni
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..........................................................................
iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ................................................................................
viii
LAMPIRAN - LAMPIRAN ................................................................
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................
6
C. Pembatasan Masalah ...........................................................
7
D. Perumusan Penelitian ...........................................................
7
E. Tujuan Penelitian ................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ................................................................
8
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................
9
A. Pengembangan Diri ......................................................................
9
1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter .........................................................................................
9
2. Hakekat Perkembangan .........................................................
11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa ................................................................................................
12
4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa ...........................
14
5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa ...................................
15
6. Pengembangan Diri di Sekolah ..............................................
18
B. al-Akhlak al-Karimah ...................................................................
32
1. Pengertian Akhlak ..........................................................
32
2. Arti Pembentukan Akhlak ..............................................
33
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ............................................................................. vi
34
C. Program Akselerasi (Percepatan Belajar) .....................................
37
1. Pengertian Program Akselerasi .....................................
37
2. Dasar Hukum .................................................................
38
3. Tujuan ............................................................................
38
4. Pedoman Rekrutmen Peserta Didik ...............................
39
D. Penelitian yang Relevan ...............................................................
40
E. Kerangka Berfikir .........................................................................
42
F. Hipotesis Penelitian ......................................................................
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................
45
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
45
B. Metode Penelitian .................................................................
45
C. Unit Analisis .......................................................................
46
D. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................
46
E. Tehnik Analisis Data ............................................................
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................
54
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................
54
B. Deskripsi Data .......................................................................
61
C. Analisis Data .........................................................................
83
D. Interpretasi Data ....................................................................
86
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................
87
BAB V PENUTUP .................................................................................
89
A. Kesimpulan ...........................................................................
89
B. Implikasi ...............................................................................
90
C. Saran .....................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
93
vii
DAFTAR TABEL
Table 3.1
Kisi-kisi angket pada variable X
48
Tabel 3.2
Kisi-kisi angket pada variable Y
49
Tabel 3.3
Alternatif Jawaban Instrument Variable X dan Y
50
Tabel 3.4
Interpretasi nilai “r” Product Moment
51
Tabel 4.1
Daftar Nama-nama Guru
57
Tabel 4.2
Denah Data Siswa
60
Tabel 4.3
Kategori Jawaban
61
Tabel 4.4 – 4.43 Hasil Angket Variabel X dan Y
62
Tabel 4.44
84
Analisis korelasi Product Moment
viii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Lembar Uji Referensi
LAMPIRAN 2
Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 3
Surat Izin Penlitian Skripsi
LAMPIRAN 4
Angket Penelitian Skripsi
LAMPIRAN 5
Berita Wawancara Penelitian Skripsi
LAMPIRAN 6
Daftar Pendidik SMP Bakti Mulya 400
LAMPIRAN 7
Daftar Nama-nama Responden
LAMPIRAN 8
Nilai – nilai r Product Moment
LAMPIRAN 8
Biodata Penulis
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal No.
Huruf Arab
Huruf Latin
No.
Huruf Arab
Huruf Latin
1
ا
Tidak
16
ط
ţ
dilambangka n 2
ب
b
17
ظ
ť
3
ت
t
18
ع
„
4
خ
ś
19
غ
ġ
5
ج
j
20
ف
f
6
ح
h
21
ق
q
7
خ
kh
22
ك
k
8
د
d
23
ل
l
9
ذ
ż
24
م
m
10
ر
r
25
ن
n
11
ز
z
26
و
w
12
س
s
27
ه
h
13
ش
sy
28
ء
`
14
ص
ş
29
ي
y
15
ض
đ
30
ة
h
x
2. Vokal Tunggal Tanda
Huruf Latin
َـ
a
َـ
i َـ
u
3. Vokal Rangkap Tanda dan Huruf
Huruf Latin
ْـَي
ai
ْــَو
au
4. Mâdd Harakat dan Huruf
Huruf Latin
َ ــْا
â
ْــِي
Î
ْــُو
ȗ
5. Tâ’ Marbuţah Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/. Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/. Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh: = حديقةَالحيواناتhadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât = المدرسةَاإلبحدائيّة
al-madrasat
al-ibtidâ`iyyâh
atau
al-madrasatul
ibtidâ`iyyâh
6.
Syaddah (Tasydîd) Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah (digandakan). xi
علَّ َن
Ditulis
„allama
َيك ّرر
Ditulis
yukarriru
7. Kata Sandang a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung. Contoh: َصالة َّ =الaş-şalâtu b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: َ =َالفلكal-falaqu
8. Penulisan Hamzah a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif, contoh: َ =َأك ْلثakaltu
ََ =أ ْوجيȗtiya
b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh: َ =جأكلونta‟kulȗna
ََ =شيْئsyai`un
9. Huruf Kapital Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh: َ =القرآنal-Qur`ân َ=المدينةَالمنورة al-Madînatul Munawwarah ّ
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai aspek kehidupan, Baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran agama adalah mengajarkan kepada umat manusia untuk berpendidikan dan memilik akhlak yang baik. Karena menurut ajaran agama Islam, pendidikan dan akhlak merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Pendidikan adalah perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses atau usaha mendidik, baik tinggah laku (akhlak) individual maupun sosial. Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad Saw itu dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. mereka yang mematuhinya dijamin keselamatan hidup didunia dan akhirat.1Dalam persoalan akhlak ini Akhmad Sodiq mengatakan dalam Tahdżîb sebagai berikut: Akhlak bukanlah sekedar fenomena luaran yang bersifat aksidental, sehingga tidak semua yang tampak seperti kebaikan adalah baik dalam makna hakiki. Ketika kebaikan itu tidak didasarkan kepada ketulusan hati, maka kebaikan itu adalah keburukan yang berselimut kebaikan. Akhlak adalah kebaikan hakiki, luar dalam, lahiriyah batiniyah. Persoalan akhlak bukanlah sekedar persoalan perilaku sederhana tetapi merupakan persoalan prilaku kompleks yang berkaitan langsung dengan keadaan ruhani. Membahas perbaikan akhlak haruslah diawali dengan perbaikan batin. Karena itu tepatlah jika Ibnu Maskawih (w. 1030) dalam Tahdżîb alAkhlak mendefinisikan akhlak sebagai “kondisi jiwa yang mendorong terwujudnya perilaku tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan” (Ibnu Maskawih, t.t: 37) Senada dengan Ibnu Maskawih, al-Ghazali (1058-1111) juga menjelaskan bahwa akhlak adalah gambaran dari keadaan didalam jiwa yang tertanam kokoh (terinternalisasi), di mana perilaku menyandar
1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. V, h. xiii
1
2
padanya dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi.2 Ini berarti, perubahan akhlak adalah perubahan kondisi batiniyah dan perubahan perilaku lahiriyah secara kausalitas, yang terjadi sedemikian rupa hingga ia tidak lagi dipikirkan dan dipertimbangkan oleh pelakunya. Perubahan akhlak adalah perubahan ruhani sekaligus membicarakan perubahan akhlak meniscayakan untuk terlebih dahulu mengerti tentang eksistensi dan hakekat ruhani, daya-daya ruhani, dan dinamika ruhani sebelum ia berbicara tentang kaitan keadaan ruhaniyah dengan perilaku lahiriyah. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang bersangkutan. Semua prilaku negatif masyarakat Indonesia baik yang terjadi dikalangan pelajar atau mahasiswa maupun kalangan lainnya, jelas menunjukan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan pendidikan karakter dilembaga pendidikan. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya diserahkan pada guru agama saja, karena pelaksanaan pendidikan karakter harus dipikul oleh semua pihak, termasuk semua guru disekolah, staff tata usaha, bahkan orang tua dirumah. Untuk mewujudkan hal itu semua, perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan sentral
dalam
menanamkan,
mentransformasikan,
dan
menumbuh
kembangkan karakter positif siswa, serta mengubah watak yang tidak baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh para ahli, bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti,
2
Akhmad Sodiq, “Problematika Pengembangan Pembelajaran PAI”, Tahdżîb JurnalPendidikan Agama Islam, Vol. III, No. 1, 2009, h. 38
3
pikiran, dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuh kembangkan karakter siswa yang baik. Menurut
beberapa
sumber
buku,
pendidikan
karakter
perlu
dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral dan moral action (perbuatan moral). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem
pendidikan
tersebut
sekaligus
dapat
memahami,
merasakan,
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan.3 Karakter seseorang akan menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan demi latihan, maka karakter akan menjadi kuat dan akan terwujud menjadi kebiasaan. Orang yang berkarakter tidak melaksanakan sesuatu karena takut akan hukuman, tetapi karena mencintai kebaikan, karena cinta itulah maka muncul keinginan untuk berbuat baik. Ketika membahas tentang masalah bergesernya nilai-nilai akhlak dikalangan siswa, maka secara cepat akan terlintas dibenak, berbagai potret kelam yang telah dilakukan oleh beberapa orang lain dari kalangan siswa atau pelajar. Harus kita akui bahwa kemerosotan akhlak terjadi tidak hanya disebabkan oleh kurangnya pendidikan dalam keluarga akan tetapi kurangnya pendidikan akhlak di sekolah. Semakin bergesernya nilai-nilai akhlak akan semakin banyak pula hal-hal negatif yang akan muncul dan dampaknya bisa terjadi pada siapa saja termasuk peserta didik. kurikulum pendidikan yang mulai memperhatikan akan pentingnya akhlak menjadi tumpul jika dilihat kenyataanya dilapangan. Apalagi dalam dunia pendidikan sekarang ini, dengan adanya program percepatan belajar yang disebut akselerasi. Yang mana program akselerasi itu sendiri adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta 3
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabet, 2012), h.
38
4
didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan oleh psikologi telah diidentifikas memiliki kemampuan intelektual umum taraf cerdas, memiliki kreatifitas, dan ketertarikan terhadap tugas diatas ratarata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.4 Pengertian lain acceleration (percepatan) adalah suatu program atau aktivitas yang memungkinkan untuk menyelesaikan kurikulum lebih.5 Dengan adanya program akselerasi yang mana sistem pembelajaran siswa yang teramat singkat. Pasti terdapat banyak hal yang positif dan begitu juga tidak menutup kemungkinan terdapat sisi negatifnya. Dalam hal positif mereka yang mengikuti program ini diantaranya bisa menyelesaikan proses pendidikan lebih cepat dari biasanya, memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam berfikir logis serta kritis, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran siswa, serta memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang. Melihat hal-hal positif yang didapatkan dari program akselerasi, seakanakan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat hanya memiliki sifatsifat positif, sebetulnya tidak demikian. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan dan perwujudan diri.apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi mereka akan menderita keragu-raguan dan kecemasan. Jika minat, tujuan dan cara laku mereka tidak memperoleh pengakuan, maka walaupun mereka memiliki potensi istimewa pasti mengalami kesulitan. Jadi secara tidak langsung siswa yang memiliki potensi kecerdasan istimewa tidak menutup kemungkinan terdapat perilaku yang bisa mereka lakukan termasuk dalam segi akhlak yang kurang baik. Hal lain bisa disebabkan karena proses pembelajaran siswa yang sangat cepat, bisa menjadikan kurangnya kontrol akhlak siswa pada program akselerasi tersebut.
4
http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5 Ekodjatmiko Soekarso, Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi, (Departemen Pendidikan Nasional 2007), h. 17 5
5
SMP Bakti Mulya 400 yang letaknya di Jakarta Selatan, merupakan salah satu sekolah yang bernafaskan Islam. Sekolah Bakti Mulya 400 ini didirikan sejak tahun 1985 memilik sejarah perkembangan yang bagus dari sejak pertama pendiriannya. Baik dari kualitas dan kuantitasnya. Diantara salah satu tujuan pendidikannya adalah supaya siswa-siswinya berbudi pekerti luhur dalam arti tekun dalam beribadah dan berakhlak karimah, seperti shalat dengan tujuan agar akhlak siswa-siswinya menjadi lebih baik, sebagai inflikasi dari nilai-nilai akhlak positif yang terkadung dalam ibadah shalat berjama’ah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Sekolah SMP Bakti Mulya 400 adalah mengadakan sebuah program pengembangan diri rutin seperti shalat, tadarus serta upacara, program pengembangn diri spontan yang dilakukan sesuai waktu yang ditentukan dan pengembangan diri keteladanan. adanya program ini untuk membantu dalam pembentukan akhlak siswa yang nantinya bisa dilihat sejuah mana karakter atau akhlak yang dimiliki seluruh siswa setelah berjalannya program tersebut. Menurut pengamatan saya selama melaksanakan PPKT disana masih ada siswa-siswi tidak disiplin dalam menjalankan shalat berjama’ah, tadarus dan upacara yang diterapkan di sekolah, Menurunnya semangat siswa dalam pelaksanaan solat, tadarus dan upacara serta khususnya kasus yang saya temui di kalangan siswa akselerasi ada yang berprilaku diluar batas akhlak seorang siswa. Maka dari itu
melalui program
ini, saya sebagai penulis ingin
mengetahui apakah program tersebut mampu mengembangkan akhlak karimah siswa di SMP Bakti Mulya 400. Namun penulis hanya meneliti dari salah satu dari program yang diterapkan di sekolah, dan untuk mengetahui perubahan akhlak siswa terutama pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400. Namun pada kenyataannya menurut penulis masih banyak siswa yang belum begitu memahami betapa besar manfaat dalam kedisiplinan terkait shalat, tadarus dan upacara, yang siswa lakukan hanya dengan untuk menggugurkan sebuah kewajiban dalam peraturan sekolah. Padahal semua itu
6
memiliki nilai-nilai akhalak yang sangat mempengaruhi perkembangan akhlak mereka sendiri. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya pembinaan akhlak yang diberikan guru di sekolah, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti permasalahan di sekolah ini. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1. Terjadinya kemerosotan akhlak terhadap remaja pada masa kini karena
pergaulan yang bebas serta lingkungan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. 2. Masih ada siswa yang tidak disiplin dalam menjalankan shalat
berjama’ah, tadarus dan upacara yang diterapkan di sekolah. 3. Budaya disiplin shalat berjama’ah, tadarus dan upacara masih kurang
dilaksanakan oleh semua pihak sekolah. 4. Apakah ada hubungan penerapan program pengembangan diri rutin di
sekolah terhadap akhlak siswa? 5. Masih banyak siswa yang menganggap sepele program pengembangan
diri yang diterapkan siswa di sekolah. 6. Masih banyak siswa yang bercanda saat pelaksanaan tadarus, sholat dan
upacara. 7. Menurunnya semangat siswa dalam pelaksanaan solat, tadarus dan
upacara. 8. Kurangnya kontrol akhlak pada program akselerasi.
7
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi di atas perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu meluas dan dapat terarah. Untuk penelitian ini dibatasi pada tinjaun hubungan secara empiris sebagai berikut: 1. Pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 terdapat tiga program, salah pengembangan diri yang saya teliti dalam skripsi ini mengenai pengembangan diri rutin terkait pelaksanaan shalat berjama’ah, tadarus alQur`ân dan upacara bendera. 2. Al-Akhlâk al-Karîmah yang saya teliti di sini terkait dalam sikap tolongmenolong, kejujuran, menumbuhkan rasa persaudaraan atau mengikat tali silaturahmi, sikap menghargai atau menghormati orang lain, kedisiplinan, percaya diri dan sopan santun.
D. Perumusan Masalah Untuk memberikan gambaran permasalahan yang terkandung dalam judul skripsi ini penulis merasa perlu mengemukakan perumusan masalah. Adapun masalah pokok dalam skripsi ini adalah berkenaan dengan: 1. Bagaimana hasil pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya 400? 2. Bagaimana Al-Akhlâk al-Karîmah siswa SMP Bakti Mulya 400? 3. Apakah ada hubungan pengembangan diri rutin (shalat, tadarus dan upacara)
terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah program akselerasi di SMP
Bakti Mulya 400?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui hasil pengembangan diri rutin siswa terkait solat, tadarus dan upacara pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400. 2. Untuk mengetahui bagaimana Al-Akhlâk al-Karîmah program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
8
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan terhadap penerapan program pengembangan diri rutin terhadap Al-Akhlâk alKarîmah Program Akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai: 1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah atau pun pengelola lembaga pendidikan, dalam mengupayakan dan menanggulangi keterpurukan akhlak siswa pada masa sekarang. 2. Untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai obyek yang akan diteliti, yakni berkenaan dengan program pengembangan diri rutin dengan akhlak siswa. 3. Bagi para Guru, untuk dijadikan bahan masukan dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan dalam menumbuhkan akhlak siswa disekolah. 4. Bagi peneliti khususnya dan semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, dapat menambah khazanah pengetahuan dan referensi untuk masa mendatang.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengembangan Diri 1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter Pada dasarnya pengembangan diri merupakan salah satu komponen KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus. Meskipun demikian, pengembangan diri bukanlah sebuah mata pelajaran yang harus diasuh oleh seorang guru, tetapi bisa difasilitasi oleh seorang konselor, atau tenaga kependidikan lain yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakulikuler.1 Dalam struktur kurikulum pendidikan umum, dijelaskan bahwa pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengembangan diri, sebagai berikut: a. Kegiatan pengembangan diri dapat difasilitasi dan dibimbing oleh guru, konselor, atau tenaga kependidikan lain yang memiliki kemampuan dalam membantu pengembangan diri peserta didik. b. Bagi sekolah yang sudah memiliki guru Bimbingan Konseling (BK), kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan oleh guru BK, tetapi jika belum ada guru BK, kegiatan dapat dilakukan oleh guru agama atau guru lain yang sesuai. c. Kegiatan pengembangan diri juga dilakukan oleh kepala sekolah atau tenaga kependidikan lain yang kompeten. d. Kegiatan dapat berbentuk bimbingan dan konseling atau bentuk kegiatan ekstrakulikuler.
1
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. VII, h. 283
9
10
e. Kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas.2 Pengertian Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.3 Dengan demikian karakter dimaknai sebagai cara berpikir yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Karena karakter itu sendiri tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Salah satu penunjang terbentuknya karakter peserta didik adalah sekolah. Peran sekolah sangatlah penting dalam usaha pembentukan karakter. Salah satu model pembentukan karakter di sekolah, menurut Akhmad Fikri salah satunya adalah untuk mengupayakan keberhasilan dalam pendidikan karakter, ada beberapa proses pendidikan karakter yang diajarkan yaitu: a. Knowing the good (ta’lîm), yaitu tahap memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama/akhlak melalui dimensi akal, rasio, dan logika dalam setaip bidang studi. b. Loving the good (tarbiyah), yaitu tahap menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan, melalui dimensi emosional, hati, atau jiwa. c. Doing the good (taqwîm), yaitu tahap mempraktikan nilai-nilai kebaikan, melalui dimensi prilaku dan amaliah.4 Dari
semua
pernyataan
diatas
penulis
akan
mengarahkan
pengembangan diri dalam skripsi mengarah pada pengembangan karakter atau akhlak peserta didik. Dengan melalui sebuah kegiatan berupa shalat,
2
Ibid., h. 284 Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), Cet. I, h.42 4 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2013), Cet. I, h. 71 3
11
tadarus
serta
upacara
yang
ada
disekolah
dapat
membantu
mengembangkan karakter peserta didik agar memiliki akhlak karimah yang dapat diimplemntasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hakekat Perkembangan Istilah „perkembangan‟ (Development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. secera sederhana Seifert dan Hoffung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term relationship and motor skills”. Sementara itu Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang dipelajari. Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjukan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Didalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.5 Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah perihal berkembang, selanjutnya kata “berkembang” menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti mekar atau terbuka, menjadi besar, luas serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran dan pengetahuan. Dengan demikian kata ”berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.6 Berdasarkan
uraian-uraian
diatas
penulis
menyimpulkan
perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia 5
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, h. 8-9 6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. XVII, h. 41
12
menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan itu sendiri menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktifitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi . perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju dari masa pembuahan sampai masa kematian.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terdapat eksistensi siswa tidak sama. Untuk lebih jelas berikut pemaparan
aliran-aliran
yang
berhubungan
dengan
faktor-faktor
7
perkembangan siswa, sebagai berikut : a. Aliran Nativisme Adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran ini disebut juga aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kecamata hitam, aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti itu disebut “pesimisme pedagogis”. Sebagai contoh jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya melahirkan harimau, jadi pembawan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anaknya.
b. Aliran Empirisme Kebalikan dari aliran Nativisme adalah aliran empirisisme dengan tokoh utama Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The 7
Ibid., h. 42-47
13
School Of British Empiricism”, namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap pemikir Amerika sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Reber, 1988). Doktrin aliran ini yang amat masyhur adalah “tabula rasa” sebuah isltilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong”. Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisisme menganggap setiap anak yang lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong , tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan yang memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga (bukan bakat bawaan) dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa.
c. Aliran Konvergensi Aliran ini merupakan aliran gabungan dari aliran empirisisme dan nativisme.
aliran
(pembawaan)
ini
dengan
menggabungkan lingkungan
arti
sebagai
penting
hederitas
faktor-faktor
yang
berpengaruh perkembangan manusia. Tokoh utama bernama Louis William Stren (1871-1938) seorang filosof dan psikologi Jerman. Aliran filsafat yang dipelopopri disebut “personalisme” sebuah pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-displin ilmu yang berkaitan dengan manusia. diantara disiplin ilmu yang menggunakan
asas
personalisme
adalah
“personologi”
yang
mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai
14
kepribadian manusia. Para penganut aliran ini, berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaaan dan lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri
atau kyai, umpamanya kelak ia akan menjadi ahli
agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan. Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan proses perkembangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
faktor
yang
mempengruhi
tinggi-rendahnya
mutu
hasil
perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam: 1)
Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan siswa itu sendiri
2)
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau adanya dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.
4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa a. Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA) Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan anatar masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa . masa remaja sering dikenal masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu: 1) Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya 2) Dapat menerima dan belajar peran social sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat 3) Menerima keadaan fisik dam mampu menggunakannya secara efektif 4) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainya 5) Memilih mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat kemampuannya
15
6) Mengembangkan
sifat
positif
terhadap
pernikahan,
hidup
berkeluarga dan memiliki anak 7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang doperlukan warga Negara 8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab 9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistema etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku 10) Mengembangkan
wawasan
keagamaan
dan
meningkatkan
religiusitas.8 Berbagai karakterisktis masa remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, diantaranya: 1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya menyimpang seksual dan penyalahgunaan narkotika 2) Memebriaka
pelatihan
untuk
mengembangkan
keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan 3) Melatih siswa mengambangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit 4) Membantu siswa mengambangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta 5) Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran 6) Menjalin
hubungan
harmonis
dengan
siswa
dan
mendengarkan segalan keluh kesah yang dihadapinya.
bersedia
9
5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan di sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan 8
Ibid., h. 37-38 Ibid.
9
16
pendidikan karakter di sekolah . tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang baik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan dam membentuk karakter anak melaui orangtua dan lingkungannya. Pendidikan karakter perlu dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya , jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral dan moral action (perbuatan moral). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness) pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning) keberanian mengambil sikap ( decision making) dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. penguatan ini berkaitan dengan bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri ( self esteem), kepekaan terhadap derita oranglain (empathy), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya.
Untuk memahami apa yang
17
mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).10 Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilainilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Allah Swt Swt, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia Internasional. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” dan “acting the good”. Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan oleh tiga aspek yakni mengembangkan moral knowing, moral feeling dan moral action. Dengan kata lain makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan semakin membentuk karakter yang baik atau unggul. Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, dll. Yang program utamanya cenderung pada nilai-nilai secara 10
38.
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabet, 2012), h.
18
kognitif
dan mendalam sampai kepenghayatan nilai secara afektif.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah untuk membimbing abak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan dengan kata-kata cipta, rasa dan karsa.11
6. Pengembangan Diri di Sekolah a. Latar Belakang Program Pengembangan Diri Latar belakang terbentuknya program pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 karena melihat semakin majunya suatu zaman, makan semakin maraknya moral yang kurang baik berkembang karena tidak menutup kemungkinan teknologi juga semakin canggih dan pasti sangat mempengaruhi pergaulan anak bangsa. Maka dari itu untuk upaya mengoptimalkan moral anak bangsa SMP Bakti Mulya 400 menciptakan sebuah program yang disebut pengembangan diri. Program pengembangan diri di sini adalah suatu program yang diciptakan sekolah, untuk membantu dalam pembentukan atau pembinaan akhlak siswa agar mampu memiliki akhlak yang baik, karena sekolah bukan hanya membentuk dari sisi kognitif saja, melainkan juga dari sisi psikomotorik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya terjadi apabila perubahan tingkah laku dapat diamati, 11
Ibid., h. 39-40
19
bila kebiasaan berprilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau pengaruh peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Dari berbagai macam teori dalam kelompok behavioristik, program pengembangan diri ini mengacu kepada teori operant conditionging yang merupakan salah satu bagian dari teori behavioristik.12 operant conditionging adalah bagian dari teori behavior yang dikembangkan oleh Skinner, merupakan pengembangan dari stimulus respons. Menurut Skinner perubahan tingkah laku yang kemudian akan menjadi kebiasaan akan menimbulkan efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Dalam teori ini juga menjelaskan bahwa, program pembiasaa akan lebih berhasil apabila diberi penguatan atau stimulus respon.13
b. Macam-macam Pengembangan Diri Macam-macam pengembanagn diri yang diterapkan SMP Bakti Mulya 400 yaitu: pengembangan diri rutin, pengembangan diri keteladanan dan pengembangan diri spontan. Yang penulis teliti hanya salah satu dari program tersebut yaitu pengembangan diri rutin. Dalam program ini terkait di dalamnya, pertama shalat berjama‟ah yang dilakukan setiap saat shalat zuhur dan dhuha, kedua tadarus al-Qur`ân yang dilakukan setiap pagi sebelum dimulainya pembelajaran dan ketiga upacara bendera yang dilakukan dua minggu sekali. Pengembangan diri rutin ini salah satu yang membantu dalam pembentukan akhlak siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik. Maka dari itu, akan penulis paparkan pengertian serta nilai-nilai akhlak yang didapatkan dalam pembinaan terkait shalat, tadarus dan upacara, sebagai berikut:
12
Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, April 2010), Cet ke-III, h. 237 13 Ibid., h. 241
20
a) Shalat 1) Pengertian Shalat Shalat merupakan
ritual keagamaan umat
Islam
yang
menduduib posisi paling puncak di banding ibadah-ibadah lainnya. Ia menempati peringkat kedua setelah umat Islam berikrar syahadat, menyatakan diri bahwa Allah Swt Swt merupakan pencipta paling patut disembah serta, Nabi Muhammad Saw terakhir yang diutus Allah Swt ke dunia ini. Setelah itu, barulah ibadah-ibadah lainnya bias dilakukan.14 Adapun pengertian shalat yang lain adalah ibadah badaniah yang telah diwajibkan Allah Swt atas setiap muslim, agar menunaikannya lima kali dalam sehari semalam, diwaktu-waktu yang telah ditentukan dengan berdiri menghadap kiblat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.15 Namun secara lebih luas, shalat pun bisa menyimpan makna yang beragam. Misalnya saja saat Allah Swt menyebut kata shalat kepada Nabi Muhammad Saw. Jika merujuk pada makna kata dasar, berarti Allah Swt sedang berdoa kepada Nabi Muhammad Saw, namun yang dimaksud adalah pujian kepada Nabi. Sesungguhnya Allah Swt dan Malaikat-malaikat Nya bershalawat untuk Nabi , Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S al-Ahzab : 56).16
14
Sari Narulita, Tuntunan Praktis Shalat, (Cibubur: PT Variapop Group, 2012), Cet. I, h. 14 Ahmad Sudirman, Keajaiban Shalat Rawatib, (Jakarta Selatan: QultumMedia, 2009), Cet. I,
15
h. 2 16
Kementrian Agama RI, Al-Qur`ân Perkata Indonesia Inggris, (Ttp: Kalam Media Ilmu, 2012), h. 426
21
Tetapi shalat juga bisa disebut sebagai rahmat dan ampunan. Ketika Allah Swt mengatakan shalat dalam surah al-Baqarah ayat 157: Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb Nya dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk.”17 Dengan demikian shalat sebelumnya merupakan sebutan bagi setiap doa, lalu dialihkan untuk sebutan shalat yang disyariatkan Karena antara keduanya (shalat dan doa) terdapat kesesuaian. antara satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Oleh karena itu, jika kata shalat disebutkan dalam syariat maka pasti yang dimaksud tidak lain adalah shalat yang disyariatkan.18
2) Hukum Shalat Adapun hukum shalat berdasarkan ketetapan al-Qur`ân, sunnah dan Ijma para ulama adalah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Sebagaimana disebutkan dalam surat AlBayyinah ayat 5: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah Swt dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”19
17
Ibid, h. 24 Narulita, op, cit., h. 15 19 Kementrian Agama RI, op, cit., h. 598 18
22
Akan tetapi mengingat cakupan shalat yang sangat luas, maka hukum shalat dapat dikategorisasikan sebgai berikut: (a) Fardhu. Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. shalat fardhu terbagi dua, yaitu: (1) Fardhu A’in. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti shalat lima waktu dan shalat jumat (fardhu a’in untuk pria) (2) Fardhu Kifâyah. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf
tidak
langsung
berkaitan
dengan
dirinya.
Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi, bila tidak ada orang yang mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Dalam hal ini seperti dalam melaksanakan akan shalat jenazah.
(b) Nâfilah. Shalat sunnah adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat Nâfilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu: (1) Nâfil Muakkad. yakni shalat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat sunnah witir dan shalat sunnah thawaf. (2) Nâfil Ghairu Muakkad. Yakni shalat sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunnah rawâtib dan shalat sunnah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan) seperti shalat khusuf hanya dikerjakan setiap terjadi gerhana).20
20
Narulita, op, cit., h. 33
23
3) Syarat-syarat Shalat Pengertian syarat disini ialah ketentuan yang mengakibatkan tiada hasilnya sesuatu bila ia tidak ada, tetapi dengan adanya semata, belum berarti ada atau tidaknya hasil itu. Misalnya wudhu bagi shalat, tanpa adanya wudhu maka tidak ada shalat, tetapi dengan berwudhu semata belum tentu shalat akan hasil. Syaratsyarat shalat itu mendahului pelaksanaan shalat itu sendiri. Syarat ini wajib dipenuhi oleh orang yang hendak mengerjakan shalat. Dengan ketentuan, bila ketinggalan salah satu diantaranya shalatnya batal. Syarat-syarat untuk melaksanakan shalat yaitu21: Islam, Berakal, Mumayyiz, Menghadap kiblat, Mengetahui tentang masuknya waktu shalat, Suci dari hadast kecil atau besar, Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis yang kelihatan, terakhir Menutup aurat.
4) Rukun-rukun Shalat Yang dimaksud rukun shalat atau fardhu shalat ialah bagian pokok yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan karena meninggalkannya syara‟ berikut ini adalah urutannya22: Niat, Takbîratul Ihram, Berdiri pada shalat fardhu, Membaca Al-fatihah , Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk diantara dua sujud, dan Memberi salam.
5) Kedudukan dan Keistimewaan Shalat Shalat adalah simbol hubungan manusia dengan penciptanya. shalat haruslah dikerjakan sebagai kewajiban agama, baik sendirian maupun berjama‟ah. Shalat merupakan media mendekatkan diri kepada Allah Swt dan sarana memohon apa yang dibutuhkan oleh 21
Ibid., h. 41 Sudirman, op, cit., h. 42-68
22
24
manusia dengan mensyukuri semua kasih sayang Allah Swt. Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang sangat agung. Diantara hal-hal yang menunjukan tingkat urgensi dan kedudukan nya yang agung sebagai berikut: (a) Shalat merupakan tiang agama, dimana agama tidak dapat berdiri tegak tanpanya. Sabda Nabi Muhammad Saw, “ pokok segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad.” Jika tiang itu roboh, akan runtuh pula bangunan yang ada si atasnya. (b) Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Rusak dan tidaknya amal perbuatannya itu tergantung pada rusak atau tidaknya shalat yang dikerjakan. Dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad Saw dimana ia bersabda, “Amalan yang pertama kali dihisab dari seseorang pada hari kiamat kelak adalah shalat. Jika shalatnya itu baik, akan baik pula seluruh amalnya dan jika rusak shalatnya itu, maka rusak pula seluruh amal perbuatannya.” (c) Shalat merupakan amalan agama yang paling terakhir hilang . oleh karena itu, jika shalat hilang dari agama, maka tidak ada lagi yang tersisa dari agama. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Jâmi’u al-Shagîr, “yang pertama jail dihilangkan dari umat manusia adalah amanat dan yang tersisa paling akhir adalah shalat, berapa banyak orang yang mengerjakan shalat (namun) tidak ada kebaikan didalam dirinya sama sekali.23 6) Manfaat Shalat Berjama‟ah Didalam ajaran Islam shlat itu sendiri dapat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi orang lain, maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan
23
Narulita, op, cit., h. 36
25
shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, Q.S Al-Ankabut ayat 45: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al-Qu`rân) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah Swt (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah Swt mengetahui apa yang kamu kerjakan.24 Adapun manfaat dari shalat berjama‟ah yang dapat dirasakan diantaranya: a) Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara jama‟ah Dengan
berjam‟ah
maka
kita
akan
merasakan
bahwa
persaudaraan kita sesama muslim itu begitu luas, maka dari itu siswa harus diajarkan sejak dini untuk menumbuhkan rasa persaudaraan sesame muslim, agar bisa saling mengahargai satu sama lain. Contohnya: siswa menjadi terdorong untuk saling mengenal
satu
sama
lain,
saling
menasihati
atau
bermusyawarah. b) Mengikat tali silaturahmi Siswa harus diajarkan arti penting dalam sebuah jalinan silaturahmi, karena dengan bersilaturahmi Allah Swt akan memanjangkan umur dan memperluar rezeki kita. Contohnya: siswa akan saling bertegur sapa tidak hanya dengan teman sekelas melainkan dekat pula dengan adik atau kaka kelas meraka.
24
Kementrian Agama RI, op, cit., h. 401
26
c) Adanya rasa persatuan Siswa harus diajarkan tetntang sebuah persatuan agar tidak adanya bullying di sekolah. Karena dengan adanya rasa persatuan sesame teman di sekolah mereka bisa saling menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. d) Tolong-menolong dan sifat kemasyarakatan Dengan
berjama‟ah
diharapkan
timbulnya
rasa
tolong
menolong dan bersifat kemasyarakatan. Contyoh: siswa bisa belajar menolong temannya yang sedang dalam kesulitn baik dari sisi moril ataupun moral. Maka dari itu Bila shalat berjama‟ah dilakukan dengan rutin, maka In`sya Allah hal-hal tersebut dapat dirasakan bagi diri sendiri khususnya dan umumnya bagi kehidupan bermasyarakat dengan berinteraksi dengan orang lain.
b) Tadarus 1) Pengertian Al-Qur`ân Al-Qur`ân adalah sumber utama dan pertama bagi agama Islam. Meskipun tidak menyebut istilah akhlak selain bentuk tunggalnya khulûq ,tetapi al-Qur`ân berkali-kali menyebutkan istilah-istilah yang berkaitan dengan akhlak, seperti khair, birr, shâlih, ma’ruf, qiś, sayyi’ah, dan fasad. al-Qur`ân juga melaksanakan norma-norma yang bersifat perintah dan larangan, seperti keharusan berlaku adil dan larangan berbuat dzalim, keharusan berbakti kepada orang tua dan larangan menyakiti mereka, serta keharusan saling menolong dalam kebaikan dan larangan menolong kejelekan. Al-Qur`ân juga menjelaskan tentang kewajiban yang termasuk bagian dari materi akhlak yang harus dipenuhi oleh manusia. Secara garis besar , al-Qur`ân mengajarkan akhlak manusia dengan khaliq, pencipta, yakni Allah Swt dan akhlak kepada
27
makhluk. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua yaitu akhlak kepada sesame manusia dan akhlak kepada lingkungan. Ayat akhlak kepada Allah Swt yakni seperti menyembah Allah Swt, taubat, memohon pertolongan-Nya, ikhlas dan sabar. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada sesama seperti tidak boleh dengki, harus memaafkan, tidak boleh marah, sabar dan dermawan. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada lingkungan dapat dilihat dalam surat Ar-Rum ayat 41.25Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa al-Qur`ân merupakan sumber akhlak bagi manusia agar mereka dalam berprilaku sehari-hari tidak mengandalkan keinginannya sendiri secara liar dan membabi buta tanpa memperhatikan norma-norma dan aturan akhlak yang sudah digariskan agar tidak terjerumus kedalam kesengsaraan baik didunia maupun diakhirat.
2) Adab Membaca al-Qur`ân Dianjurkan
bagi
orang
yang
membaca
al-Qur`ân
memperhatikan hal-hal sebagai berikut26: (a) Membaca al-Qur`ân sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadast (b) Membaca ditempat yang suci dan bersih untuk menjaga keagungan membac al-Qur`ân (c) Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat (d) Membaca ta’awwudz (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca
25
M. Firman, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta nusantara), h. 31-32 26 Manna Khalil Al‟Qathan, Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa 1996), Cet. III, h. 269
28
(e) Membaca basmalah pada setiap awal permulaan surah, kecuali surah al-barâ’ah. Sebab basmalah termasuk salah satu ayat dalam al-Qur`ân menurut beberapa pendapat ulama (f) Membaca dengan tartîl yaitu dengan bacaan yang pelan dan terang (g) Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. Yaitu dengan cara konsentrasi hati untuk memikirkan makana yang terkandung dalam ayat (h) Meresapi
makna
dan
maksud
ayat
al-Qur`ân
yang
berhubungan dengan janji maupun ancaman (i) Mengeraskan bacaan al-Qur`ân karena membacanya dengan suara zahir lebih utama. Perintah membaca al-Qur`ân dan menghatamkannya itu berbeda-beda sesuai dengan keadaan individu karena masingmasing mempunyai kemampuan yang berbeda dan tingkat kepentingan umum yang berlainan pula. Nawawi dalam al-adzkarnya berkata “yang benar ialah bahwa perintah membaca al-Qur`ân itu berbeda-beda karena perbedaan keadaan individu masingmasing. Barang siapa yang ketajaman pikirannya mampu mengungkapkan rahasia-rahasia dan berbagai pengetahuan yang terkandung di dalamnya hendaklah ia membatasi membacanya. Begitu pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu, memutuskan perkara atau menangani kepentingan agama cukuplah ia membaca dalam kadar yang tidak menyebabkan tugasnya terbangkalai atau kurang sempurna . namun jika tidak termasuk dalam golongan tersebut, hendaklah ia membaca al-Qur`ân sebanyak-banyaknya sepanjang tidak menimbulkan kebosanan atau kacau dalam pembacaannya.”27
27
Ibid.
29
3) Kebenaran Al-Qur`ân Al-Qur`ân turun pada bulan Ramadhan, pada malam yang disebut malam lailatul qadar. Bulan itu kemudian menjadi bulan yang istimewa , karena pada bulan jibril datang setiap malam untuk bertadarus al-Qur`ân bersama Nabi Muhammad saw. Tidak mengherankan bahwa bila bula itulah Nabi paling berbahagia dan wajah beliau berseri-seri. Yang pertama turun adalah ayat pertama surah al-‘alaq “Bacalah”. Al-‘Alaq itu sendiri berarti zigot yang menempel dirarim ibu. Disitu tidak dinyatakan objeknya harus dibaca. yang menurut banyak ahli tafsir, mengandung makna bahwa Allah Swt memerintahkan agar membaca apapun yang dapat dibaca. Yang terakhir turun adalah ayat kelima surah almâidah, isinya adalah pesan bahwa ajaran tuhan tentang manusia dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat al-Qur`ân. sesuai dengan makna al-mâidah yaitu “hidangan”, makna untuk mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran. Kebenaran
al-Qur`ân
bisa
pula
dibuktikan
dengan
kemukjizatannya dalam berbagai segi, menurut Manna Khalil alQathan dalama Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, mukjizat al-Qur`ân paling kurang meliputi segi bahasa, ilmiah dan ajaran. Dalam segi bahasa al-Qur`ân tidak dapat tertandingi oleh penyair manapun, padahal
kala
itu
bahasa
arab
sedang mencapai
puncak
ketinggiannya. Pola kalimat yang dipaki tepat, sesuai dengan situasi dan kondisinya. Bila dilihat dari segi ilmiah, maka tidak ada satupun pesanpesan al-Qur`ân yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan ia selalu mendorong manusia agar menggunakan akal dan mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dengan
memperhatikan
30
berbagai gejala yang ada dialam raya atau yang ada dalam diri manusia sendiri.28 c) Upacara Upacara bendera di sekolah adalah kegiatan pengibaran atau penurunan bendera kebangsaan republik Indonesia sang merah putih, dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan, yang dihadiri oleh siswa, aparat sekolah serta diselenggarakan secara tertib dan khidmat di sekolah. Kegiatan upacara bendera merupakan salah satu upaya pendidikan yang dapat mencangkup pencapaian berbagai tujuan pendidikan. sikap disiplin, kesegaran jasamani dan rohani, keterampilan gerak, keterampilan memimpin, dan pengembangan sifat bersedia dipimpin adalah merupakan hal-hal yang dapat diperoleh melalui kegiatan upacara
bendera.
Melalui
upacara
bendera
diharapkan
dapat
mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme, dan idealism serta meningkatkan peran serta siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari berbagai manfaat dilaksanakannya upacara bendera bagi pencapaian tujuan pendidikan, maka upavara bendera perlu diselelnggarakan dengan sebaik-baiknya di sekolah-sekolah, serta dibina secara terus-menerus agar terselenggara secara sempurna. Maksud dilaksanakannya upacara bendera di sekolah adalah untuk mengusahakan
pencapaian
tujuan
pendidikan
nasional
dan
memantapkan sekolah sebagai wiyatamandala. sedangkan tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera disekoalah yaitu: 1) Membiasakan bersikap tertib dan disiplin Dengan membiasakan bersikap tertib dan disiplin maka siswa datang ke sekolah tepat pada waktunya, tidak gundah saat
28
Salman Harun, Mutiara Al’Quran, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), Cet. II, h. 145-
153
31
pelaksanaan upacara melainkan siswa mengikuti upacara dengan khidmat sampai selesai. 2) Membiasakan berpenampilan rapi Dengan berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara, sehingga dengan pembiasaan ini siswa bisa mampu menyesuaikan pakaian saat acara yang formal atau non formal. 3) Meningkatkan kemampuan memimpin Agar siswa mampu percaya diri dalam berbicara di depan khalayak umum, karena dengan terbiasa mendengarkan tausiyah yang diberikan Pembina upacara disitu siswa akan mengerti cara berbicara yang baik dan percaya diri. 4) Membiasakan kesediaan dipimpin Siswa belajar memimpin dan dipimpin saat sudah dewasa kelak, karena saat ini siswa dipimpin bagaimana cara hidup lebih disiplin melalui upacara tersebut. 5) Membina kekompakan dan kerjasama Siswa diajarkan bagaimana cara bekerjasama yang baik saat latihan untuk penampilaan saat upacara bendera, maka dengan kebiasaan tersebut rasa kekompakan itu akan tumbuh dengan sendirinya karena mampu menghargai sesama. 6) Mempertebal rasa semangat kebangsaan Dengan pelaksanaan upacara siswa bisa lebih mencintai bangsanya sendiri, dengan begitu semangat untuk memajukan bangsa akan lebih melekat pada diri masing-masing.
Diantara kegiatan pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan upacara bendera adalah 1) Melaksanakan upacara bendera pada hari senin atau hari-hari besar lainnya 2) Menyanyikan lagu-lagu nasional
32
3) Mengheningkan cipta dan mendoakan para pahlawan yang telah meninggal dunia 4) Mendengarkan riwayat singkat para pahlawan. Nilai-nilai karakter yang dapat dibina melalui kegiatan-kegiatan diatas adalah nasionalis dan disiplin (kemenidikas, 2010).29
B. Al-Akhlâk al-Karîmah 1. Pengertian Akhlak Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:27) kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut Abudin Nata (2002:2) secara etimologis kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqo, yukhliqu, ikhlâqa. Sesuai dengan bentuk śulaśi mazîd wajan af’ala, yuf’ilu, ‘ifalan yang berarti al-sajiyah (perangai )altabiah (kelakuan, tabiat atau watak dasar), al-âdat (kebiasaan ) dan al-dîn (agama). Menurut Quraish Shihab (22004:253) walaupun kata akhlak memiliki makna tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama, tetapi tidak ditemukan dalam ayat al-Qur`ân yang ditemukan dalam bentuk tunggal dari kata itu yaitu khulûq ( Q.S Al-Qalam :4) hanya saja kata akhlak banyak ditemukan dalam hadist seperti dalam salah satu hadist Nabi Saw yang sangat popular “Innamâ
bu’iśtu
liutammima
makârîmal
al-akhlâk”
artinya
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang Mulia “ (HR. Malik). Berdasarkan pada beberapa penjelasan dan definisi akhlak diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui
pemikiran atau perenungan
terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks dan spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu . jika sifat yang tertanam itu 29
Gunawan, loc, cit.
33
darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik (al-akhlak al-mahmûdah) sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak buruk (al-akhlak al-madzmûmah). 2. Arti Pembentukan Akhlak Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, kerena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akahlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam. Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini pada umumnya dari Ulama-ulama Islam yang cenderung pada akhlak. Ibnu Maskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dll. Pada kenyataan dilapangan, usahausaha pembinaan akhlak melalui berbagi
macam metode terus
dikembangkan. Ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan itu ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadipribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah Swt dan RasulNya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama. Sebaliknya keadaan anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan dan arahan dan pendidikan ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama saat dimana semkain banyak tantangan dan godaan. Sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada didunia ini karena dengan mudah segala pristiwa yang baik atau yang buruk bias didapat melalui televisi, internet, film, buku-buku yang menyuguhkan adegan maksiat. Demikian
34
pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup matrealistik
semakin
menggejala.
semua
ini
jelas
membutuhkan
pembinaan akhlak.30 Dengan uraian di atas kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguhsungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia, jika program pendidikan dan pembinaan
akhlak dilakukan
dengan baik, sistematik dan sungguh-sungguh pelaksanaaanya maka akan menghasilkan anak-anak yang baik akhlaknya di sinilah letak peran dan fungsi lemabaga pendidikan. Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebgai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan
asumsi bahwa akhlak
adalah hasil usaha pembinaan bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri mansuia termasuk di dalamnya akal, nafsu, amarah, fitrah, kata hati dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. 3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak. dari sekian banyak faktor tersebut para ahli menggolongkannya kedalam dua bagian yaitu, faktor intern dan faktor ekstrn. a. Faktor Intern Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor Internal ini, diantaranya adalah31: 1) Insting atau Naluri Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir terlebih dahulu kearah 30
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. V h. 155-
157 31
Gunawan, op, cit., h. 19-21
35
tujuan itu dan tidak didahului oleh latihan perbuatan itu. Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakan oleh naluri (insting). Naluri merupaka tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Para ahli psikologi membagi insting manusia sebagai pendorong tingkah laku kedalam beberapa bagian diantaranya naluri makan, naluri bejodoh, naluri keibuan-kebapakan, naluri berjuang dan naluri bertuhan (Ya‟kub 1993:58). 2) Adat atau kebiasaan (habit) Salah satu faktor terpenting dalam tinggak laku manusia adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak (karakter) sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu di ulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang peranan yang sangat peranan yang sangat penting dalam membentuk dan membina akhlak (karakter) sehubungan kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga manusia mudah dikerjakan maka hendaknya manusia memaksan diri untuk mengulang-ulang perbuatan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah akhlak yang baik padanya. 3) Kehendak / kemauan (irâdah) Kemauan ialah kemauan untuk melangsungkan segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagi rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada rintangan-rintangan tersebut. Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan keras (azam). Itulah yang menggerakan dan merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-sungguh untuk berprilaku (berakhlak), sebab dari kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan pula semua ide, keyakinan kepercayaan
36
pengetahuan menjadi pasif tak akan ada artinya atau pengaruh nya bagi kehidupan. 4) Suara Batin Atau Suara Hati Didalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan jika tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan, kekuatan tersebut adalah suara batin. Suara batin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha untuk mencegahnya. Di samping dorongan untuk melakukan perbuatan baik.
Suara hati dapat terus didik dan
dituntun akan menaiki jenjang kekuatan rohani. 5) Keturunan Keturunan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan manusia. Dalam kehidupan kita dapat melihat anak-anak yang berprilaku menyerupai orang tuanya bahkan nenek moyangnya, sekalipun sudah jauh.
b. Faktor Ekstern Selain faktor Internal (yang bersifat dari dalam) yang dapat mempengarui Akhlak, juga terdapat faktor eksternal diantarnya adalah sebagai berikut32: 1) Pendidikan Ahmad Tafsir (2004:6) menyatakan bahwa
pendidikan adalah
usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan akhlak seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat tergantung
pada
pendidikan.
Pendidikan
itu
mematangkan
kepribadian manusia sehingga tingkah-lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh seseorang baik formal ataupun non formal. Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, karena naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan 32
Ibid., h. 21-22
37
terarah. Oleh karena itu pendidikan agama perlu di manifestasikan melalui berbagai media baik pendidikan formal
di sekolah,
pendidikan formal dilingkungan keluarga dan non formal yang ada pada masyarakat.
2) Lingkungan Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Itulah yang menyebabkan manusia harus bergaul dan dalam pergaulan itu saling mempengaruhi
pikiran,
sifat, dan tingkah laku . adapun lingkungan dibagi kedalam dua bagian yaitu: a) Lingkungan yang bersifat kebendaan Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi
dan
menentukan
tingkah
laku
manusia.
Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa seseorang b) Lingkungan kerohanian yang bersifat kerohanian Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang baik secara langsung
ataupun
tidak
langsung
dapat
membentuk
kepribadiannya menjadi baik. Begitupun pula sebaliknya seseorang yang hidup dalam lingkungan kurang mendukung dalam pembentukan akhlaknya maka setidaknya dia akan terpengaruh lingkungan tersebut.
C. Program Akselerasi (Percepatan Belajar) 1. Pengertian Program Akselerasi Program Percepatan Belajar atau Akselerasi adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan oleh psikologi
38
telah diidentifikas memiliki kemampuan intelektual umum taraf cerdas, memiliki kreatifitas, dan ketertarikan terhadap tugas diatas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.33 Pengertian lain acceleration (percepatan) adalah suatu program atau aktivitas yang memungkinkan untuk menyelesaikan kurikulum lebih.34 2. Dasar Hukum Landasan hukum penyelenggaraan program percepatan belajar atau akselerasi adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun1989 tentang sistem pendidikan Nasional, kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, antara lain35: Pasal 5 Ayat 4: “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pasal 12 Ayat 1: “Setiap Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Menyelesaikan pendidikan sesuai bdengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketenetuan batas waktu yang ditetapkan.”
3. Tujuan Ada dua tujuan mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa36. a. Tujuan Umum: 1) Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya
33
http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5 Ekodjatmiko Soekarso, Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi, (Departemen Pendidikan Nasional 2007) h, 17 35 http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5 36 http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5 34
39
2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri 3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan pesrta didik 4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik 5) Menimbang peran peserta didik sebagai asset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran 6) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan. b. Tujuan Khusus: 1) Memberi
penghargaan
untuk
dapat
menyelesaikan
program
pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya 2) Meningkatkan efesiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik 3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung Berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal 4) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya secara berimbang.
4. Pedoman Rekrutmen Peserta Didik Pedoman khusus untuk rekrutmen peserta program akselerasi atau percepatan bidang studi mengikuti pedoman umum rekrutmen percepatan belajar dengan memperhatikan beberapa hal berikut (Davis dan Rimm, 1998)37: a. Peserta didik memiliki skor IQ 130 (skala Wechsler atau skor rerata +2 deviasi standar untuk skala yang lain) pemerikasaan psikologi hendaknya dilakukan oleh psikologi yang bersertifikat untuk melakukan psikodiagnostik yang memahami keberbakatan. b. Peserta didik memiliki kompetensi belajar yang mendasari kompetensi pada tingkatan yang akan diikuti. Oleh karena itu perlu diadakan tes penguasaan kompetensi belajar
37
Soekarso, op, cit., h. 21-22
40
c. Kesenjangan keterampilan harus didiagnosa sehingga peserta didik dapat dibantu untuk menguasai keterampilan dasar yang masih kurang dikuasainya d. Guru, konselor, atau kelompok peserta didik cerdas diperlukan untuk membantu peserta didik yang mengalami masalah social yang terkait dengan loncat kelas e. Setiap
pengambilan
putusan
untuk
loncat
kelas
perlu
mempertimbangkan , kematangan fisik, stabilitas emosi, motivasi, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan pada peserta didik. Yang terpenting adalah kebutuhan peserta didik akan stimulasi intelektual yang sesuai kecepatan belajarnya f. Perlu ada masa percobaan minimal 6 minggu sampai 1 semester peserta didik perlu dibantu untuk menyadari bahwa jika ia tidak berhasil berkembang di kelas baru, ia akan diminta kembali kekelas awalnya. Pendampingan konselor harus dilakukan untuk membantu anak agar tidak merasakan bahwa dirinya gagal jika tidak berhasil loncat kelas.
D. Penelitian yang Relevan 1. Arif Rahman Hakim, skripsi tahun 2010 di UIN Jakarta yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Ibadah Shalat terhadap Akhlak Siswa di SMPN 3 Ciputat-Tangerang”. Hasil penelitian yang diambil dari sampel sebanyak 20% dari jumlah 250 siswa yang terdapat di SMPN 3 Ciputat ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pelaksanaan ibadah shalat terhadap akhlak siswa di SMPN 3 Ciputat. Hal tersebut dapat dilihat nilai Rxy = 0,243 yang terletak pada kategori 0,20-0,40 yang berarti kolerasi lemah atau rendah. 2. Ahmad Amirul, Jurnal Tahun 2009 di UIN Bandung yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Shalat Berjama’ah terhadap Prilaku sosial”. Kesimpulan dari jurnal ini adalah shalat berjama‟ah adalah shalat yang dikerjakan dengan berkelompok sedikitnya terdiri atas dua orang yang
41
mempunyai ikatan yaitu seorang dari mereka menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat-syarat yang ditentukan, dimana makmum wajib mengikuti imam dari mulai takbir samapai dengan salam. Selain shalat berjama‟ah beribadah kepada Allah Swt juga terdapat hikmah dan keutaman dari shalat tersebut. Di samping memiliki manfaat dan pahala yang besar, shalat berjama‟ah mempunyai dimensi psikologis tersendiri antara lain: aspek demokratis, rasa diperhatikan dan berarti, kebersamaan, tidak adanya jarak personal dan terapi lingkungan. Perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya, perilaku dapat terbentuk karena adanya faktor-faktor ekstern individu
yang memegang peranannya. Ada empat cara
pembentukan perilaku yaitu: adopsi, deferensial, integrasi dan trauma. 3. Sofyan, skripsi tahun 2012 di UIN Jakarta yang berjudul “Pelaksanaan Shalat Berjama’ah dalam Pembentukan Akhlak Siswa Kelas VI SDN Kebon Pala 03 Pagi”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan shalat berjama‟ah di SDN Kebon Pala 03 pagi secara umum adalah sebuah upaya untuk mewujudkan pendidikan nasional yakni melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat memperbaiki akhlak siswa, memperkuat keimanan dan ketaqwaan siswa serta memperluas keilmuan siswa. Secara khusus kegiatan shalat berjama‟ah ini bertujuan agar siswa terbiasa menjalankan ibadah secara lebih baik dan benar dan terbiasa berakhlak mulia. Pelaksanaan shalat berjama‟ah yang diterapkan di sekolah dapat disimpulkan memiliki hubungan dengan pembentukan akhlak siswa, hal ini dibuktikan dengan nilai korelasi 0,305 dan diterimanya Ha yang berarti ada pengaruh positif yang signifikan antara pelaksanaan shalat berjama‟ah terhadap pembentukan akhlak siswa. Dari ketiga penelitian di atas, penulis dapat menyimpulkan adanya hubungan positif antara pelaksanaan shalat berjama‟ah terhadap perilaku sosial , akhlak siswa. Perilaku sosial dan akhlak siswa sangat tepat untuk dijadikan referensi skripsi ini.
42
E. Kerangka Berfikir Akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui pemikiran atau perenungan terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks dan spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam itu darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik (al-Akhlak al-mahmûdah) sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak buruk (al-Akhlak al-Madzmûmah). Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang bersangkutan. Pada realita kehidupan saat ini, dapat dilihat dan dinilai sendiri bagaimana moral dan perilaku seorang anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Beberapa bulan lalu dikejutkan oleh pemberitaan tentang kerusuhan yang disebabkan perilaku menyimpang dari kalangan siswa . di sinilah perlu adanya pembinaan akhlak orang tua dan sekolah perlu dipertanyakan.
Sejauh mana peran orang tua dan pihak sekolah dalam
melakukan pembinaan akhlak terhadap perilaku atau lebih khususnya akhlak mereka. Seperti yang telah diketahui bahwa lapangan pendidikan dimana pekerjaan mendidik berlangsung dalam masyarakat ini tidak hanya keluarga. Tetapi sekolah pun pendidikan anak dapat dilaksanakan oleh para guru-guru. Maka ketika mereka melakukan penyimpangan yang biasanya disalahkan oleh orang tua adalah gurunya. Di sinilah peran pembinaan akhlak di sekolah harus lebih dikembangkan. Karena perkembangan itu sendiri sebagai rententan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan itu sendiri menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktifitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi . perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui
43
suatu bentuk/tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju dari masa pembuahan sampai masa kematian. Sehubung dengan Semakin bergesernya nilai-nilai akhlak akan semakin banyak pula hal-hal negatif yang akan muncul dan dampaknya bisa terjadi pada siapa saja termasuk peserta didik. Kurikulum pendidikan yang mulai memperhatikan akan pentingnya akhlak menjadi tumpul jika dilihat kenyataanya dilapangan. Apalagi dalam dunia pendidikan sekarang ini, adanya program percepatan belajar yang disebut akselerasi. Yang mana program percepatan belajar atau akselerasi itu sendiri
adalah salah satu
program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan. Maka walaupun mereka memiliki potensi istimewa pasti mengalami kesulitan. Jadi secara tidak langsung siswa yang memiliki potensi kecerdasan istimewa tidak menutup kemungkinan terdapat perilaku yang bisa mereka lakukan termasuk dalam segi akhlak. Hal lain bisa disebabkan karena proses pembelajaran mereka yang sangat cepat, bisa menjadikan kurang nya kontrol akhlak siswa pada kelas akselerasi tersebut. Maka dari itu dengan diadakan nya program pengembangan diri rutin yang diadakan di sekolah, untuk membantu membina akhlak siswa untuk menjadi lebih baik, yang pada hakekatnya program pengembangan diri ini tidak dapat dibatasi hanya pada kegiatan tertentu saja akan tetapi dapat melingkupi segala kegiatan lainnya yang bersifat positif. Dengan demikian, penulis berasumsi bahwa terdapat nya pengaruh antara program pengembangan diri rutin terhadap akhlak siswa. Karena program ini sangat membantu dan menunjang siswa dalam upaya meningkatkan akhlak kariamah untuk diri sendiri khususnya dan terhadap orang lain pada umumnya. Dan untuk itulah sekolah mengaharapkan para siswa untuk dapat mentaati peraturan dan mengikuti program pengembangan diri ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan sekolah.
44
F. Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara program pengembangan diri terhadap akhlak karimah siswa akselerasi di SMP Bakti Mulya 400 2. Ho:
Tidak
adanya
hubungan
yang
signifikan
antara
program
pengembangan diri terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah siswa akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bakti Mulya 400 Jl. Lingkar Selatan Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12310. Waktu dilaksanakan pada bulan Februari 2015. B. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kuantitif adalah pendekatan kuantitatif lebih banyak menggunakan logika hipotetiko verifikatif. Pendekatan dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis,
kemudian
melakukan
pengujian
dilapangan.”1
Sedangkan
penelitian kualitatif lebih banyak ditunjukan pada pembentukan teori subtansitif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris.2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. “survey adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan dalam suatu daerah tertentu.”3 Tujuan dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang mewakili daerah yang menjadi objek penelitian dengan benar. Sedangkan tehnik analisi penelitian yang digunakan adalah tehnik korelasional. “tehnik analisi korelasional adalah tehnik analisi statistik mengenai hubungan antara dua variable atau lebih”.4 Sedangkan tehnik analisis korelasional yang dipakai dalam penelitian ini adalah tehnik korelasi bivariat. Sebab penelitian ini 1
S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. IV, h. 35 Ibid. 3 Ibid., h. 29 4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja, Grafindo Persada, 2007), h. 188 2
45
46
terdiri dari dua variable. Variable pertama adalah variable pengembangan diri rutin yang merupakan variable independent (X) sedangkan variable yang kedua adalah akhlak karimah yang merupakan variable dependent (Y). C. Unit Analisis Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup, dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka banyaknya populasi akan sama dengan banyaknya manusia.5 Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.6 Dikarenakan jumlah populasi sedikit, sempit, sebentar maka cara sensus tepat diterapkan dalam penelitian ini. Penelitian dengan cara sensus atau populasi lebih baik dibandingkan menggunakan sampel sebab sensus lebih mempresentasikan populasinya. Maka dari itu adapun populasi dalam penelitian ini seluruh siswa-siswa program akselerasi dengan jumlah 29 orang. Karena populasi kurang dari 100, maka dari itu menjadikan seluruh objek untuk diteliti. Unit analisis dalam penelitian ini menggunakan populasi penelitian.7 Beberapa pertimbangan peneliti memilih objek pada kelas akselerasi VII-4 dan IX-6 yaitu: 1. Masalah yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini terkait dengan kelas akselerasi. 2. Objek yang digunakan atas saran dan izin yang di berikan bapak kepala sekolah.
D. Tekhnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data jika dilihat dari sumbernya dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
5
Margono, op, cit, h. 118 Nuraida Halid Alkaf , Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research Publishing, 2009), h. 89 7 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006), Cet. I, h.68 6
47
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.8 Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik atau instrument pengumpulan data yang akan diambil sebagai berikut : 1. Wawancara adalah salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan atau Tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara langsung yang dilakukan secara langsung antara pewawancara dengan yang diwawancarai, wawancara yang tidak langsung artinya
pewawancar menanyakan sesuatu kepada yang
diwawancarai melalui perantara oranglain atau media jadi tidak menemui secara langsung.9 Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait serta mengetahui permasalahan yang sedang dibahas dalamnya mengenai hubungan pengembangan diri rutin terhadap akhlak pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400. 2. Angket, adalah tehnik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan atas pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Untuk dapat menggunakan tehnik ini, tentu saja responden harus mempunyai tingkat pendidikan yang memadai untuk dapat membaca dan menuliskan jawabanya.10 Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket tertutup yang disebarkan kepada responden dengan alternative jawaban yang telah disediakan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sebanyak 40 item dengan ketentuan 20 item untuk variable X dan 20 item untuk variable Y dengan alternatif jawab selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. 3. Dokumentasi, adalah tehnik pengumpulan data yang tidak ditunjukan langsung kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa 8
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 193 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),h. 157-158 10 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 9
65
48
berbagai macam, tidak hanya berupa dokumen resmi.11 Tehnik ini dilakukan untuk mengetahui sejarah berdirinya sekolah tersebut beserta profil SMP tersebut dan semua teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Adapun untuk kisi-kisi instrument pada penelitian yang penulis gunakan berupa angket variable X dan Y adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi-kisi angket pada variable X (pengembangan diri rutin) No
Dimensi
Indikator
Banyak
Item
Butir 1
Shalat
1. Tata Tertib dalam melaksanakan
4
2, 3, 6 dan 7
2. Manfaat Shalat
3
1, 4 dan 5
1. Tata Tertib dalam membaca al-
4
8, 10, 12 dan 14
2. Manfaat membaca al-Quran
3
9, 11, 13,
1. Tata Tertib dalam pelaksanaan
4
15, 16, 19 dan 20
2
17 dan 18
shalat
2
Tadrus
Quran
3
Upacara
upacara
2. Manfaat pelaksanaan upacara Jumlah Item
11
Ibid., h. 70
20
49
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pada variable Y (al-Akhlak al-Karimah) No
Dimensi
Indikator
Banyak
Item
Butir 1
Akhlak Karimah
1. Sikap Tolong-menolong
2
5 dan 9
2. Kejujuran
2
1 dan 14
2
18 dan 19
3
4, 6, dan 7
6
11, 13, 15, 16,
3. Menumbuhkan persaudaraan
rasa atau
mengikat tali silaturahmi
4. Sikap Menghargai atau menghormati Orang lain
5. Kedisiplinan
17, dan 20 6. Percaya Diri 3
3, 8 dan 12
2
2 dan 10
7. Sopan Santun
Jumlah Item
20
E. Tekhnik Analisis Data Tehnik analisis data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh hasil akhir dalam penelitian. Adapun beberapa langkah sebagai berikut: 1. Skoring
50
Pertanyaan yang telah dijawab oleh siswa akan ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban huruf diubah menjadi nilai angka.
Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Instrument Variable X dan Y Pilihan
Selalu
Sering
Pernyataan Pernyataan
Kadang-
Pernah
kadang
Tidak pernah
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
(+) Pernyataan (-)
2. Memperoleh nilai frekuensi Memperoleh nilai frekuensi atas jawaban responden terdapat angket mengenai pengembangan diri dan akhlak siswa, dengan rumus:
P = x 100%
Keterangan: P = Angka Presentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden (banyaknya individu).12 3. Mencari angaka korelasi
12
Sudijono, op, cit, h. 40
51
Menggunakan rumus korelasi karena adanya dua Variabel yang saling mempengaruhi, maka mencari angka indeks korelasi “r” dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut13: ( √(
) (
(
)(
) )(
) (
) )
Keterangan: rxy
= Angka indeksi korelasi “r”product moment
N
= Number of cases = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y = Jumlah skor X = Jumlah skor Y Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data
dengan dua cara berikut: a. Memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana, dengan pedoman:
Tabel 3.4 Interpretasi nilai “r” Product Moment Besarnya “r” poduct moment Interpretasi (Rxy) 0,00-0,20
Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan atau
13
Ibid., h. 193
52
dianggap tidak ada korelasi antara variable X dengan variable Y 0,20-0,40
Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi lemah atau rendah
0,40-0,70
Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi sedang atau cukup
0,70-0,90
Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90-1,00
Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
b. Memberikan interpretasi dengan cara berkonsultasi pada table nilai “r” product moment, dengan rumus sebagai berikut: df = N - nr
Keterangan: df: Degrees of freedom N: Number of cases Nr: banyaknya variable yang dikorelasikan. Setelah itu hasilnya dicocokan dengan nilai koefisien “r” pada table nilai “r” Product Moment, baik pada taraf signifikan 1% maupun pada taraf signifikan 5%. 4. Analisis Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar presentase hubungan (kontribusi) pengembangan diri rutin terhadap akhlak siswa, maka selanjutnya
53
dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelas (Rxy) Product Moment yang telah diperoleh. Koefisinsi determinasi dapat dicari dengan rumus: KD = r2 x 100%
Keterangan: KD: koefisien determinator (konstribusi variable X terhadap variable Y) r2: koefisien korelasi antara variable X terhadap variable Y.14 5. Pengujian Hipotesis Statistik Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi. Hipotesis dinyatakan dalam Ho dan Ha atau sebagai alternativenya. Dalam pengujian hipotesis statistik dapat dirumuskan: Ho:
=0
Ha:
≠0
Adapun kriteria penerimaan Ha = r hitung > r table dan kriteria penerimaan Ho = r hitung < r table.
14
Ibid., h. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah Nama Kepala Sekolah
: Hadi Suwarno, M.Pd.
Nama Sekolah
: SMP Bakti Mulya 400
Nama Yayasan
: Yayasan BKSP Bakti Mulya 400
Alamat Sekolah
: Jl.Lingkar Selatan Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12310
Telepon/Fak
: (+621)7658790/ (+621)75913920
Status Sekolah
: Terakreditasi A
No. Surat Keputusan
: BAN-S/M. 10 November 2009
Nomor Statistik Sekolah
: 202016305032
Nomor Data Sekolah (NDS) : 2001040011 Nomor Induk Sekolah (NIS) : 200250 Tahun beroperasi
: 1985
Status Tanah
: Milik Sendiri
Luas Tanah
: 4975 M2
Luas Banguna
: 7960 M2 (tiga lantai)
Website
: www.baktimulya400.com
Email
:
[email protected] 54
55
2. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah SMP Bakti Mulya 400 berdiri 10 Juli 1985 atau tepat berusia 28 tahun pada bulan Juli tahun ini. Dilihat dari usianya yang lebih seperempat abad, SMP Bakti Mulya 400 muncul dengan liku-liku sejarahnya tersendiri.Dimulai pada tanggal 30 september 1983 telah ditanda tangani surat perjanjian kerja sama dalam bidang pendidikan antara Yayasan Keluarga 400 dengan Yayasan Pondok Mulya. Yayasan keluarga 400 merupakan organisasi yang menghimpun ex Tentara Pelajar Batalyon 400 Brigade 17, sedangkan Yayasan Pondok Mulya adalah yayasan pengelola Real Estate Pondok Indah. Dalam rangka kerja sama tersebut, lahirlah Badan Kerja Sama Pendidikan Pondok Mulya Ikatan Keluarga 400 disingkat BKSP Pondok Mulya – Ikatan keluarga 400. Keputusan kerja sama tersebut merupakan kesepakatan bersama untuk ikut berperan serta dalam menopang kebijakan pemerintah di bidang pendidikan melalui usaha penyediaan fasilitas pendidikan yang menampung anakanak usia sekolah. Selanjutnya dalam usaha kerja sama tersebut, menggunakan nama Badan Kerja Sama Pendidikan Pondok Mulya – Ikatan Keluarga 400. Pada waktu diadakan akreditasi sekolah oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, disepakati nama yang lebih praktis, yaitu Badan Kerja Sama Pendidikan Bakti Mulya 400, disingkat BKSP Bakti Mulya 400. Dalam melaksanakan kegiatannya, BKSP Bakti Mulya 400 berpegang pada motto : “Berbakti Pada Nusa dan Bangsa Seumur Hidup”. Motto ini dilandasi idealisme dan bermodal patriotisme dengan meyakini bahwa pendidikan merupakan “human Investment” yang mempunyai jangkauan jauh ke masa depan. 3. Visi, Misi, dan Tujuan Untuk merealisasikan visi dan misi Yayasan BKSP Bakti Mulya 400 perlu dirumuskan visi dan misi SMP Bakti Mulya 400 sebagai berikut: a. Visi SMP Bakti Mulya 400 Membentuk Insan Berakhlak Mulia , Beriman , Berilmu dan Berkompetensi Global.
56
b. Misi SMP Bakti Mulya 400 Mewujudkan pengembangan sekolah yang bernafaskan Islam dan berkualitas internasional yang diterapkan dalam pengelolaan, tenaga pendidik dan kependidikan, pembiayaan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, penilaian, dan kompetensi lulusan.
4. Tujuan SMP Bakti Mulya 400 a. Tujuan Umum: Tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah membentuk insan Pancasila yang sehat jasmani-rohaninya, taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas dan Terampil, berbudi pekerti luhur, kuat kepribadiannya, tebal semangat kebangsaannya dan mencintai tanah airnya, sehingga dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat
membangun
dirinya
sendiri
serta
bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
b. Tujuan Khusus: 1) Membentuk
komunitas
belajar
yang
mandiri
cerdas
dan
berkeadaban (civic values). 2) Menerapkan manajemen sekolah yang transparan dan akuntabel. 3) Mengembangkan kemampuan siswa dalam penguasaan sains dan teknologi, berinteraksi sosial (human relations), berkepribadian mandiri secara intelektual, emosional dan spiritual. 4) Mendorong
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan (community based learning). 5) Membangun pusat pengembangan inovasi pendidkan
57
5. Guru dan Tenaga Kependidikan a. Daftar Guru No
Nama Guru
Pendidikan
Jabatan Mengajar
1
HADI SUWARNO,
S1. Pend.Geografi.IKIP
M.Pd.
Semarang, 1994
Geografi
S2. MPEP UHAMKA Jakarta, 2008 2
SITO, S.Pd.
S1.Matematika IKIP
Matematika
Muhamadiyah, 1995 3
RIKE ANWARI
SMA, SI Univ. Nasional 1996
Biologi/Fisika
Drs. H.
S1 Bahasa Inggris IKIPM
Bahasa Inggris
HASANUDIN, M.Pd.
Jakarta 1994
DRS. AJI BANDI
S1.Tarbiyah IAIN Syarif
FUADY,S.Si 4
5
Agama Islam
Hidayatulloh Jkt 1993 6
7
DRA. Hj.
S1.Bahasa dan Seni IKIP
SYAFRIANI LUBIS
Jakarta 1987
USMAN, M.Pd.
S1.Sejarah STKIP Jakarta
Bahasa Indonesia
Sejarah
2002 S2 Universitas Indraprasta 2010 8
SOBARI, S.Pd.
S1.Pend. Matematika IAIN
Matematika
Syarif Hidayatulloh Jkt, 1996 9
10
HERICE M
S1.Pend.Matematika IKIP
Matematika
AZIZ.,S.Pd.
Jakarta, 1988
DRS. YATIM
S1 Adpen IKIP Jakarta 1989
Bp/Bk
DINA ASTILIA,
D3 PKK.IKIP Medan, 1987
Tata Boga
S.Pd.
S1 STIKIP PGRI Jakarta
HJ. RINA NUZRINA,
S1.BK STKIP Jakarta 2004
ABDULLAH 11
12
Bp/Bk
58
S.Pd 13
SUSHARYONO,S.Pd. S1.PDU Tata Niaga IKIP
Ekonomi
Jakarta 1991 14
15
DRS. AEF
S1.Tarbiyah.IAIN Syarif
SAEFUDIN
Hidayatulloh Jkt,1993
IR. H. BONDI
IPB, Bogor 1993
Agama Islam
Biologi
ROBIARSO 16
17
18
DYAH
S1.Bahasa & Sastra Indonesia. Bahasa Indonesia
RATNAWIATI,S.Pd.
IKIP Jakarta 1996
SOVIA ANDRIANI,
S1.Akuntansi.Univ. 17
SE.
Agustus. Sby 1993
SRI SUBEKTI, S.Pd.
S1.Kimia. IKIP Negeri
Ekonomi
Kimia
Yogyakarta, 1998 19
PRAYOGO, S.Pd.
S1.Pend. Elektronika UNJ
Komputer
Jakarta 2000 20
21
22
23
24
25
26
27
NOVITRI RIYANI,
S1,Bhs.Indonesia.IKIP Negeri
Bahasa Indonesia
S.Pd.
Malang, 1998
EPIH SARIPAH,
S.1.FPBS Inggris.IKIP
S.Pd.
Muhamadiyah, 1997
USMAN JAMHURI,
S1 Tarbiah IAIN Syarif
S.Ag.
Hidayatullah Jakarta
YENIS HERDIANI,
S1. Fisika Institut 10 Nop.
S.Si.
Sby 2001
ASIH BUDIANTI,
S1 Geografi Universitas
S.Pd.
Negeri Jakarta
NOVINI
S1.Sastra Cina.Univ.
Bahasa
NILAKUSUMAH,SS.
Indonesia 2001
Mandarin
LELI SUGIARTI,
S1. Matematika UIN Jakarta,
Matematika
S.Pd.
2002
DEWI WULANSARI,
S1 Bahasa Inggris UHAMKA
Bahasa Inggris
Agama Islam
Fisika
Geografi
Bahasa Inggris
59
28
S.Pd.
Jakarta 2003
DRA.MUMUN
S1 IAIN 1993
Agama Islam
D3 Manajemen Informatika
Komputer
MAEMUNAH 29
RACHFI YULIARTI
AMIK BSI Jakarta 30
SUNTORO, SE
S1 Ekonomi Manajemen
Komputer
Universitas Borobudur Jakarta 2002 31
32
SANTI
Seni Musik dan Tari FPBS
WIDIASTUTI, S.Pd.
IKIP Jakarta
EDY HERMAWAN,
S1 Metalurgi FMIPA UI 2002
M.Sc.
S2 Sain & Teknologi Tampere
Seni Rupa
IPA
University Technology Findland 2008 33
DEWI YANTI, S.Pd.
Jur Bhs Indonesia FITK UIN
Bahasa Indonesia
Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 34
DOBY PUTRA
Pend Pelatihan FPOK UNES
PARLINDUNGAN,
Semarang 2012
Olahraga
S.Pd. 35
EKO JULIANTO,
Pend Pelatihan Olahraga dan
S.Pd.
Kesehatan Universitas Sebelas
Olahraga
Maret Surakarta 2012 36
KHOIRUDIN, S.Sos.I
S1 Jurusan Komunikasi
Pkn
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah 2005 37
38
CISILIA DEWI
S1 Hukum Perdata
PANGALILA, SH.
Universitas Indonesia 1996
GALIH PRATAMA
S1 Pend Seni Drama, Tari,
SUKMAWARDANA
Musik UNES 2010
Pkn
Seni Musik
60
39
ROBERT JOHN
S-2 John Mores Engineering
Bahasa
ROWSE
1992
Inggris/TIK
1. Data Siswa Tabel 4.2 Denah Data Siswa
DENAH LANTAI I
RUANG WAKASEK RUANG KEPSEK
TANGGA
TANGGA
RAUANGTU RUANG BP/BK
ARSIP RUANG RSBI/KI
SARPRA/ FOTOCOPY TERAS
TOILET GURU
RUANG GURU
61
B. Deskripsi Data Untuk mengetahui data tentang hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi
program akselerasi SMP Bakti Mulya 400
Jakarta, penulis menyebarkan 2 angket dengan pilihan kriteria sebagai berikut:
Tabel 4.3 Kategori Jawaban No
Kategori Jawaban
1
a. Selalu
S
2
b. Sering
SR
3
c. Kadang-kadang
KK
4
d. Pernah
5
e. Tidak Pernah
P TP
Penelitian ini dilakukan di SMP Bakti Mulya 400 untuk mengetahui bagaimana hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi
program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, dan untuk
memperoleh data penulis menyebarkan angket kepada siswa akselerasi kemudian data tersebut dapat dianalisa kedalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus: P= x 100%
Hasil angket kemudian dimasukan ke dalam tabulasi, yang merupakan proses data-data instrument pengumpulan data (angket) menjadi table-tabel angka dalam presentase. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
62
Tabel 4.4 Saya melaksanakan shalat dengan khusyu Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
5
17,24 %
Sering
20
68,96 %
Pernah
4
13,80 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.4 di atas menunjukan hal yang cukup positif bahwa sebagian besar siswa sering melaksanakan shalat dengan khusyu walau masih ada beberapa yang belum bisa melakukan shalat dengan khusyu. Dijelaskan pada tabel di atas bawah siswa cukup baik dalam sikap kedisiplinannya terkait dalam shalat berjama’ah secara khusyu sesuai dengan teori operant conditionging yang merupakan salah satu bagian dari teori behavioristik. Bagi siswa yang masih kurang baik dalam pelaksanaan secara khusyu bisa disebabkan faktor lain.
Tabel 4.5 Saya mengikuti shalat jama’ah dzuhur dan dhuha di sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
25
86,20 %
Sering
4
13,80 %
Pernah
0
0%
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.5 di atas menunjukan sikap yang positif bahwa hampir seluruh siswa selalu mengikuti shalat dzuhur dan dhuha yang diterapkan di sekolah. Maka
63
dari itu sikap disiplin mulai tertanam dalam karakter siswa karena sebuah pembinaan tersebut.
Tabel 4.6 Saya duduk di aula sebelum shalat berjamaah dimulai Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
11
37,93 %
Sering
12
41,39 %
Pernah
3
10,34 %
Kadang-kadang
2
6,90 %
Tidak Pernah
1
3,44 %
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.6 di atas menunjukan sikap positif dalam kedisiplinan bahwa sebelum shalat berjama’ah dimulai sebagian siswa sering datang terlebih dahulu walaupun masih ada siswa yang datang telat saat pelaksanaan shalat berjamaah harus lebih diperhatikan lagi oleh guru pembimbing. Tabel 4.7 Saya berdoa setelah selesai shalat Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
14
48,27 %
Sering
9
31,03 %
Pernah
6
20,70 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu berdoa setelah selesai shalat. Ini berarti mereka sedikit demi sedikit memahami arti sebuah ibadah dalam berdo’a bahwasannya kita sebagai manusia selalu butuh
64
pertolongan Allah Swt, walaupun masih ada yang belum memahami makna penting sebuah do’a. Tabel 4.8 Saya shalat berjamaah dengan menggunakan perlengkapan yang bersih Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
19
65,51 %
Sering
8
27,60 %
Pernah
1
3,44 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih selalu menggunakan perlengkapan yang bersih dalam melakukan shalat dan sebagian kecil masih ada siswa yang kadang-kadang memakai perlengkapan bersih saat shalat. Dengan ini siswa mulai mengerti akan sebuah arti kebersihan adalah sebagian dari iman, sehingga mereka mampu menghargai ibadah.
Tabel 4.9 Saya berbuat gaduh saat berjamaah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
15
51,72 %
Sering
9
31,03 %
Pernah
5
17,24 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
65
Dari tabel 4.9 di atas menunjukan sikap yang negatif sebagian besar siswa masih selalu berbuat gaduh saat pelaksanaan shalat berjamaah berlangsung. Hanya sebagian kecil siswa yang kadang-kadang berbuat gaduh dalam shalat berjamaah, pengamatan guru harus lebih ditekankan dalam hal ini. Agar siswa memiliki sikap saling menghargai satu sama lain terutama dalam masalah pelaksanaan ibadah. Tabel 4.10 Saya berwudhu sebelum melaksanakan shalat Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
29
100 %
Sering
0
0%
Pernah
0
0%
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.10 di atas menunjukan penilaian yang sangat positif bahwa sebagian besar siswa sudah dapat dipastikan selalu berwudhu saat sebelum melakukan shalat fardhu ataupun sunnah. Dengan ini jelas bahwa sebuah program yang dibiasakan akan menimbulkan karakter yang positif bagi siswa itu sendiri sesuai dengan teori operant conditionging yang merupakan salah satu bagian dari teori behavioristik. Tabel 4.11 Saya mengikuti tadarus bersama di kelas Sebelum jam pelajaran dimulai Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
18
62,06 %
Sering
8
27,60 %
Pernah
3
10,34 %
Kadang-kadang
0
0%
66
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.11 di atas menunjukan perkembangan yang baik bahwa setiap kali sebelum pelajaran di mulai siswa selalu mengkuti tadarus di kelas sehingga sikap atau kebiasaan yang mereka lakukan bisa diterapkan di rumah masingmasing, walau masih ada beberapa siswa yang harus diperhatiakan lagi dan lagi. Kemungkinan bagi siswa yang belum membisakan membaca al-Qur’ân di rumah bisa disebabkan faktor lain yang mempengaruhi contohnya teknologi. Tabel 4.12 Saya membaca al-Qu`rân dengan tartil dan benar Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
3
10,34 %
Sering
18
62,07 %
Pernah
7
24,14 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.12 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering membaca al-Qu`rân dengan tartil dan benar, namun ada beberapa siswa yang selalu membaca dengan tartil dan benar, begitu pula masih sebagian kecil yang belum membaca dengan tartil dan benar. Maka dari itu untuk siswa yang masih kurang dalam membaca al-Qu`rân pembimbingnya.
agar lebih diperhatiakan lagi oleh guru
67
Tabel 4.13 Setiap tadarus pagi dibimbing oleh wali kelas Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
19
65,51 %
Sering
7
24,14 %
Pernah
3
10,34 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.13 di atas menunjukan bahwa dari jawaban mereka bahwa setiap tadarus pagi selalu dibimbing oleh wali kelas mereka, kegiatan tersebut bisa menjadikan siswa lebih tertib dalam membaca al-Qu`rân karena dikontrol langsung oleh wali kelas masing-masing.
Tabel 4.14 Membaca do’a bersama setelah tadarus selesai Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
16
55,17 %
Sering
7
24,14 %
Pernah
6
20,69 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.14 di atas menunjukan sebagian besar jawaban mereka bahwa setiap selesai tadarus bersama di kelas mereka selalu membaca do’a bersama. Sikap ini menunjukan bahwa siswa Menumbuhkan rasa persaudaraan atau mengikat tali silaturahmi karena kebersamaan yang mereka lakukan setiap hari.
68
Untuk sebagian siswa yang tidak mengikuti pembacaan do’a seusai tadarus bisa disebabkan belum hafal akan do’anya. Tabel 4.15 Saya membaca al-Qu`rân tanpa berwudhu terlebih dahulu Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
2
6,89 %
Sering
3
10,34 %
Pernah
16
55,17 %
Kadang-kadang
8
27,60 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.15 di atas menunjukan bahwa sebagian besar masih pernah tidak berwudhu sebelum membaca al-Qur’an bahkan ada beberapa yang menyatakan kadang-kadang berwudhu sebelum membaca al-Qur’an, dan sebagian kecil menjawab sering dan selalu berwudhu sebelum membaca al-Qur’an. Maka dari itu dinyatakan bahwa siswa masih kurang disiplin dalam menerapkan berwudhu sebelum membaca al-Qur’an dan guru harus lebih mengingatkan akan hal ini. Tabel 4.16 Tadarus bersama di sekolah membuat saya terbiasa membaca al-Qu`rân di rumah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
2
6,90 %
Sering
11
37,93 %
Pernah
8
27,60 %
Kadang-kadang
4
13,79 %
Tidak Pernah
4
13,79 %
Jumlah
29
100 %
69
Dari tabel 4.16 di atas Sebagian besar jawaban mereka menunjukan bahwa, mereka sering membaca al-Qur’an di rumah karena sudah terbiasa tadarus yang dilaksanakan di sekolah. Meskipun ada beberapa siswa yang masih tidak pernah dan kadang membaca al-Qur’an di rumah mereka. Dinyatakan bahwa kebiasaan yang mereka kerjakan di sekolah menjadikan karakter yang positif dalam sebuah kedisiplinan. Tabel 4.17 Saya membawa al-Qu`rân setiap hari ke sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
26
89,65 %
Sering
1
3,44 %
Pernah
2
6,90 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.17 di atas jelas bahwa dari jawaban mereka ini menunjukan sikap disiplin bahwa siswa selalu membawa al-Qur’an setiap hari ke sekolah. Sehingga menunjukan bahwa mereka menunjukan rasa cinta terhadap kitab suci umat muslim dengan harapan mereka juga saling menghargai sesama muslim tanpa harus memandang ras serta budaya. Tabel 4.18 Saya berdiri dalam barisan upacara sebelum upacara dimulai Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
17
58,62 %
Sering
6
20,70 %
Pernah
5
17,24 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
70
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.18 di atas menunjukan bahwa jawaban mereka menunjukan sikap yang positif bahwa siswa selalu datang lebih dahulu dan berbaris di lapangan sebelum upacara bendera dimulai, meskipun masih ada beberapa siswa yang telat memasuki barisan upacara. Maka dari itu guru harus lebih menekankan sikap disiplin lebih baik lagi. Tabel 4.19 Saya medapatakan hukuman saat upacara karena berisik Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
28
96,55 %
Sering
1
3,44 %
Pernah
0
0%
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.19 di atas menunjukan mereka selalu mendapatkan sebuah hukum jika berbuat gaduh saat pelaksanaan upacara sedang berlangsung. Disimpulkan bahwa guru harus lebih menerapkan hukuman yang mudah dijangkau oleh siswa sehingga siswa tidak menyepelekan arti sebuah hukuman dan saat upacara harus lebih ketat dalam pengawasan guru agar tidak lagi ada siswa yang berbuat gaduh ataupun berisik.
71
Tabel 4.20 Saya mendapatkan pembelajaran tentang kedisiplinan saat upacara Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
16
55,17 %
Sering
4
13,79 %
Pernah
6
20,70 %
Kadang-kadang
2
6,90 %
Tidak Pernah
1
3,44 %
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.20 di atas menunjukan bahwa setiap kali dilaksanakannya upacara siswa selalu mendapatkan pembelajaran tentang kedisiplinan saat upacara melalui pidato Pembina upacara, walaupun beberapa siswa masih menganggap kadang-kadang mendapatkan pembelajaran mengenai kedisiplinan mungkin dikarenakan mereka kurang memperhatikan saat jalannya upacara. Tabel 4.21 Saya berpakaian rapi saat upacara Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
21
72,41 %
Sering
6
20,69 %
Pernah
2
6,90 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.21 di atas menunjukan bahwa hampir seluruh siswa selalu berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara bendera, sehingga mereka bersikap lebih disiplin dalam setiap pelaksanaan upacara.
72
Tabel 4.22 Saya mengikuti upacara dengan tertib sampai dengan selesai Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
20
68,96 %
Sering
5
17,24 %
Pernah
2
6,90 %
Kadang-kadang
2
6,90 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.22 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu melaksanakan upacar dengan tertib sampai selesai, dan ada beberapa siswa yang menganggap dirinya kadang-kadang tertib saat upacara di laksanakan sehingga guru harus lebih menekankan lagi tata tertib saat upacara. Tabel 4.23 Saya mengikuti upacara setiap 2 minggu sekali pada hari senin Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
28
96,55 %
Sering
1
3,44 %
Pernah
0
0%
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.23 di atas menunjukan sikap positif bahwa siswa selalu melaksanakan upacara setiap 2 minggu sekali yang di adakan setiap hari senin di sekolah tanpa meninggalkan dengan alasan yang kurang tepat.
73
Tabel 4.24 Saya bersikap jujur terhadap orang lain Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
8
27,58 %
Sering
17
58,62 %
Pernah
4
13,80 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.24 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering berkata jujur terhadap orang lain yang menyatakan mereka belum sepenuhnya selalu berkata jujur terhadap orang lain. Dengan ini siswa memiliki sikap kejujuran yang amat baik. Tabel 4.25 Saya bertutur kata dengan bahasa yang sopan terhadap orang lain Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
8
27,60 %
Sering
15
51,72 %
Pernah
5
17,24 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.25 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa hanya sebatas sering dalam bertutur kata dengan bahasa yang sopan saat berhadapan dengan orang lain, dan sebagian yang lain selalu bertutur kata sopan, namun masih ada
74
beberapa siswa yang masih kadang-kadang dalam bertutur kata sopan. Dan disimpulkan siswa memiliki sikap sopan satun. Tabel 4.26 Saya aktif berdiskusi saat jam pelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
5
17,24 %
Sering
19
65,51 %
Pernah
5
17,24 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.26 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering aktif dalam diskusi saat pelajaran berlangsung Dan yang menyatakan selalu hanya beberapa siswa. Dengan peernyataan ini siswa percaya diri dalam mengutarakan pendapatnya saat berdiskusi dalam kelas. Tabel 4.27 Saya memperhatikan guru saat sedang menerangkan pelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
11
37,93 %
Sering
15
51,72 %
Pernah
3
10,34 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.27 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering memperhatikan guru saat sedang menerangkan pelajaran, dan sebagian yang lain menyatakan bahwa selalu memperhatikan guru saat sedang menerangkan
75
pelajaran di kelas. Dengan ini jelas bahwa siswa mampu menghargai guru yang sedang menerangkan pelajaran di kelas dan itu termasuk sikap yang positif. Tabel 4.28 Saya bersedia jika diperintahkan oleh guru Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
13
44,82 %
Sering
11
37,93 %
Pernah
5
17,24 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.28 di atas Hasil dari jawaban mereka menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu bersedia apabila diperintahkan oleh gurunya, kesimpulannya sedikit demi sedikit siswa mulai menumbuhkan rasa tolong menolong terhadap sesama. Tabel 4.29 Saya menghormati yang lebih tua Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
20
68.96 %
Sering
8
27,60 %
Pernah
1
3,44 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.29 di atas Jawaban mereka menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu menghormati siapa saja yang lebih tua dari mereka. Meski beberapa ada siswa yang tidak menghormati orang yang lebih dewasa bisa disebabkan
76
pergaulan di luar sekolah yang menyebabkan mereka merasa sombong. Dengan ini guru harus lebih memperhatikan siswa yang seperti itu. Tabel 4.30 Saya menghargai pendapat orang lain Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
20
68.96 %
Sering
8
27,60 %
Pernah
1
3,44 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.30 di atas Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu menghargai pendapat orang lain, meskipun ada beberapa siswa yang menjawab sering dan pernah menghargai pendapat orang lain. Sikap saling menghargai disini menunjukan sikap positif siswa. Tabel 4.31 Saya percaya diri saat mengerjakan tugas di sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
10
34,50 %
Sering
17
58,62 %
Pernah
2
6,70 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.31 di atas Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa cukup sering percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah memngluarkan ide-ide
77
kreatif mereka, dan sebagian lain selalu percaya diri dalam pengerjaan tugas sekolah. Tabel 4.32 Saya menolong orang lain saat dalam kesulitan Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
13
44,82 %
Sering
8
27,58 %
Pernah
8
27,58 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.32 di atas Hasil jawaban menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu menolong orang lain saat sedang dalam kesulitan, tanpa memandang siapa yang harus di tolong sehingga sikap seperti itu menimbulkan karakter positif. Tabel 4.33 Saya berkata yang tidak baik terhadap orang lain Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
7
24,14 %
Sering
10
34,48 %
Pernah
7
24,14 %
Kadang-kadang
5
17,24 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.33 di atas hasil jawaban menunjukan sebagian besar siswa masih sering berkata tidak baik terhadap orang lain, walaupun sebagian kecil dari
78
mereka pula bisa menjaga lisan dengan baik. Kesimpulannya siswa mampu bersikap sopan dan satun terhadap orang lain. Tabel 4.34 Saya disiplin dalam menjalankan peraturan yang diterpakan oleh pihak sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
14
48,27 %
Sering
13
44,82 %
Pernah
2
6,90 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.34 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu bersikap disiplin dalam menjalankan semua peraturan yang diterapkan di sekolah. Terutama dalam program pengembangan diri rutin. Tabel 4.35 Saya aktif mengikuti kegiatan di sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
13
44,82 %
Sering
12
41,37 %
Pernah
4
13,80 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.35 di atas bahwa jawaban mereka dominan ada yang menjawab selalu dan sering pula dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan pihak sekolah. Kesimpulannya mereka mau bersosialisasi terhadap teman-teman melalui
79
kegiatan yang diterapkan sekolah sehingga satu sama lain bisa bersilaturahmi untuk menumbuhkan ukhuwah persaudaraan.
Tabel 4.36 Saya mendapat panggilan guru BK karena bermasalah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
17
58,62 %
Sering
10
34,48 %
Pernah
1
3,44 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.36 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih selalu mendapatkan panggilan dari guru BK jika mereka bermasalah, namun sebagian kecil ada yang hanya kadang-kadang mendapatkan panggilan guru BK. Untuk yang masih melanggar peraturan sekolah, guru harap lebih membimbing siswa menjadi lebih baik dan disiplin. Tabel 4.37 Saya mencontek tugas rumah dari teman Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
13
44,82 %
Sering
9
31,03 %
Pernah
6
20,70 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
80
Dari tabel 4.37 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih selalu mencontek tugas-tugas rumah dari teman kelasnya, hanya sebagian kecil yang kadang-kadang mengerjakan sendiri tugas rumahnya. Kesimpulan sebagian besar memiliki rasa percaya diri tanpa harus melihat tugas teman nya, bagi yang masih belom percaya diri agar lebih diarahkan menjadi lebih baik lagi. Tabel 4.38 Saya menjaga kebersihan lingkungan sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
9
31,03 %
Sering
13
44,82 %
Pernah
7
24,13 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.38 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa cukup sering menjaga kebersihan lingkungan sekolah, sebagian yang lain ada yang selalu menjaga kebersihan yang lain, namun sebgaian kecil lain masih ada yang tidak menjaga kebersihan lingkungan sekolahnya. Kesimpulannya siswa mulai memahami makna sebuah kebersihan untuk kehidupan yang lebih sehat dilingkungan sekolah sehingga mereka bisa bersikap tanggung jawab dalam menjaga lingkungan sekolahnya walau hanya sekedar membuang sampah. Tabel 4.39 Saya telat saat masuk sekolah Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
12
41,37 %
Sering
11
37,93 %
Pernah
4
13,80 %
Kadang-kadang
2
6,90 %
81
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.39 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih selalu telat masuk sekolah dikarenakan kemacetan kota Jakarta yang menjadi alasan mereka telat datang kesekolah, namun sebagian kecil masih ada yang datang tepat waktu walaupun kadang-kadang. Kesimpulan siswa cukup disiplin dalam tepat waktu sampai kesekolah karena hambatannya karena faktor eksternal. Tabel 4.40 Saya berkeliaran di luar kelas saat jam pelajaran Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
14
48,27 %
Sering
9
31,03 %
Pernah
5
17,24 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.40 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu berkeliaran di luar kelas saat jam pelajaran berlangsung, sebgian kecil ada yang berdiam di kelasmengikuti pembelajarandi kelas. Kesimpulannya siswa masih kurang disiplin dalam hal tersebut.
82
Tabel 4.41 Saya menjaga hubungan baik dengan orang lain Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
18
62.06 %
Sering
7
24,14 %
Pernah
4
13,80 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.41 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu menjaga hubungan baik dengan siapaun baik guru, teman dan keluarga. Dengan ini siswa mampu menjaga tali silaturahmi dengan sesama. Tabel 4.42 Saya taat dan patuh terhadap orang tua Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
22
75,86 %
Sering
6
20,70 %
Pernah
1
3,44 %
Kadang-kadang
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.42 di atas bahwa hasil jawaban mereka menunjukan sebagian besar siswa selalu taat dan patuh terhadap orang tua mereka masing-masing. Menunjukan bahwa siswa mampu menghormati orang yang lebih dewasa di atasnya.
83
Tabel 4.43 Saya menjalankan shalat lima waktu setiap harinya Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Selalu
4
13,80 %
Sering
16
55,17 %
Pernah
8
27,59 %
Kadang-kadang
1
3,44 %
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
29
100 %
Dari tabel 4.43 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa cukup sering dalam menjalankan shalat lima waktu setiap harinya, ada beberapa siswa yang selalu menjalankan shalat lima waktu tanpa meninggalkannya, sebagian kecil masih ada yang kadang-kadang meningglakan shalat atau masih belum lengkap menjalankan shalat lima waktunya. C. Analisis Data Setelah dari kedua data disajikan dalam bentuk tabel, maka selanjutnya dilakukan analisis melalui pengujian hipotesis. Dalam pengujian hipotesis menggunakan tekhnik korelasi product moment. Penggunaan rumus ini untuk mengetahui apakah secara signifikan terdapat hubungan antara pengembangan diri rutin dengan al-akhlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400. Berikut ini hasil perhitungan angket antara variable X dan variable Y kemudian didisubtitusikan pada rumus korelasi product moment. Untuk mengetahui hasil angket pengembangan diri rutin dan akhlak karimah siswa dapat dilihat pada table berikut:
84
Tabel 4.44 Analisis korelasi poduct moment antara variabel X dan variabel Y (Hasil angket) No
X
Y
X2
Y2
X.Y
1
73
68
5329
4624
4964
2
87
82
7569
6724
7134
3
80
82
6400
6724
6560
4
87
86
7569
7396
7482
5
92
91
8464
8281
8372
6
86
82
7396
6724
7052
7
92
86
8464
7396
7912
8
81
72
6561
5184
5832
9
90
92
8100
8464
8280
10
83
85
6889
7225
7055
11
91
88
8281
7744
8008
12
84
74
7056
5476
6216
13
80
76
6400
5776
6080
14
89
85
7921
7225
7565
15
80
80
6400
6400
6400
16
82
84
6724
7056
6888
17
85
80
7225
6400
6800
18
86
91
7396
8281
7826
19
89
90
7921
8100
8010
20
81
80
6561
6400
6480
21
92
99
8464
9801
9108
22
95
92
9025
8464
8740
23
97
96
9409
9216
9312
24
78
73
6084
5329
5694
85
25
91
92
8281
8464
8372
26
87
87
7569
7569
7569
27
95
93
9025
8649
8835
28
93
93
8649
8649
8649
29
89
86
7921
7396
7654
Jumlah
2515
2465
219053 211137 214849
Selanjutnya hasil perhitungan pada table 4.46 akan di uji keabsahannya dengan menggunakan rumus product moment untuk menegtahui tingkat korelasi variable yaitu , dari table diatas diketahui bahwa : ∑ N : 29
∑ XY : 214849
∑ Y : 2465
∑ X : 2515
∑ X2 : 219053
∑ Y2 : 211137
( √(
) (
(
√(
√
√
√
)
) )( (
√(
)(
( )
(
(
) )(
)(
) ) )(
) (
) )
)
86
Setelah didapat hasil dari perhitungan kedua angket dengan hasil rxy yaitu 0,871 selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan. D. Interpreatsi Data Setelah mendapatkan hasil rxy maka langkah selanjutnya penulis memberikan interpretasi terhadap rxy. Interpretasi yang dipakai yaitu secara kasar atau sederhana dan dengan cara berkonsultasi pada table nilai “r” product moment. 1. Interpretasi secara kasar/sederhana Berdasarkan dari perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variable X dan variable Y tidak terdapat negatife, berarti diantara kedua variable tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatiakan besarnya rxy (yaitu = 0,871), yang besarnya berkisar antara 0,70-0,90 berarti korelasi positif anatara variable X dan variable Y itu adalah termasuk korelasi positif yang kuat atau tinggi. 2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” product moment Setelah mendapatkan “r” sebesar 0,871, maka nilai “r” hitung tersebut dikonsultasikan dengan table “r” product moment. Pada table diketahui untuk nilai df = N – nr = 29-2 = 27. Dengan memeriksa Tabel Nilai “r” product moment
ternyata bahwa dengan df sebesar 27, pada taraf
signifikansi 5% diperoleh rtabel = 0,367. Selanjutnya pada taraf signifikan 5% “rxy” atau “ro” lebih besar dari pada “r” tabel “rt” 0,871 > 0,367, maka pada taraf signifikan 5% hipotesa nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatife (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara Pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara pengembangan diri rutin terhadap akhlak karimah siswa program akselerasi. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar konstribusi (sumbangan) yang diberikan variable X terhadap variable Y, maka harus diketahui terlebih dahulu
87
suatu koefisien yang disebut juga dengan ”Coeficient Of Determination” ( korelasi penentuan). Dengan rumus: KD = rxy2 x 100% = 0,8712 x 100% = 76 % Dari perhitungan diatas dapat diperoleh hasil KD sebesar 0,871 %. Ini berarti pengembangan diri rutin memberikan kontribusi sebesar 76 % terhadap akhlak kariamah siswa program akselerasi. Adapun 24 % merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi akhlak karimah siswa dan tidak diteliti oleh penulis. E. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian mengenai hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak
al-karimah
siswa
program
akselerasi
diperoleh
hasil
bahwa
pengembangan diri rutin mempunyai pengaruh yang kuat terhadap akhlak karimah siswa program akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perolehan dari perhitungan korelasional antara pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak alkarimah siswa program akselerasi yaitu sebesar 0,871 dan setelah dikonsultasikan pada table nilai “r” product moment berada pada posisi 0,70-0,90 yang berarti antara pengembangan diri rutin terhadap
al-akhlak al-karimah siswa program
akselerasi terdapat korelasi yang kuat begitu juga terhadap pengujian hipotesis diperoleh hasil sebesar 76 % akhlak karimah siswa program akselerasi dipengaruhi oleh pengembangan diri rutin yang diadakan sekolah. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengembangan diri rutin terhadap alakhlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. Adapun hasil wawancara dengan kedua wali kelas akselerasi yang menilai bahwa dengan adanya program pengembanagn diri rutin sangat mempengaruhi perkembangan akhlak siswa khususnya pada kelas akselerasi, meskipun masih ada sedikit kekurangan-kekurangan untuk menjadikan pengembangan diri kurang efektif, namun guru-guru sebagai pengganti orang tua ikut serta dalam
88
pembentukan akhlak siswa di sekolah agar setiap siswa menjadi pribadi yang berakhlak karimah. perkembangan akhlak siswa jauh lebih baik dibanding sebelum diberlakukannya program pengembangan diri rutin. Menurut Bapak Prayogo M.Pd salah satu guru yang saya wawancarai, cara yang beliau lakukan atau terapkan dalam penanaman akhlak kepada siswa adalah sebagi berikut: 1. Memberikan contoh yang baik pada semua siswa dan langsung dipraktekan 2. Melaksanakan breafing pagi di kelas masing-masing siswa untuk menyiapkan diri belajar serta menanamkan akhlak “birul walidaiin” 3. Membaca doa sebelum dan sesudah belajar 4. Membaca salam pada seluruh personal sekolah apabila menemui civitas akademik. Sedangkan hasil dokumentasi terhadap lingkungan dan fasilitas sekolah yang sangat mendukung atas terlaksanakannya program pengembangan diri rutin di sekolah. Sehingga siswa mampu melaksanakan semua program dengan nyaman dikarenakan lengkapnya fasilitas yang ada di sekolah. Maka dari itu penulis simpulakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. Namun apabila tidak diberlakukannya program pengembangan diri rutin di sekolah maka tidak menutup kemungkinan akan terbentuknya al-akhlak al-karimah siswa-siswa program akselerasi secara maksimal.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya 400 Berdasarkan penelitian saya melalui sebuah wawancara dengan wali kelas akselerasi di sekolah bahwa pengembangan diri rutin memberikan peran yang kuat dalam pembentukan akhlak karimah siswa di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. Karena sebuah program atau kegiatan yang baik akan membuat siswa terbiasa melakukan hal-hal yang positif, dan setiap siswa akan selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Di samping itu sekolah dan guru juga memiliki peranan penting dalam pembentukan akhlak siswa untuk menjadi lebih baik. Serta berdasarkan deskripsi hasil angket mengenai pengembangan diri rutin dinyatakan bahwa siswa-siswa akselerasi hampir mengikuti semua kegiatan terkait secara rutin.
2. Akhlak siswa SMP Bakti Mulya 400 Akhlak siswa setelah di terapkannya program pengembangan diri rutin semakin lebih baik dari sebelum diberlakukannya program tersebut. Karena siswa dituntut agar lebih disiplin atas semua program yang diterapkan di sekolah. Seperti yang kita ketahui “al-insaanu mahallul khotoo’i wa nisyaan” dari kalimat tersebut diartikan bahwa manusia itu adalah tempat salah dan lupa. Maka dari itu meskipun sebagian akhlak siswa menjadi lebih baik dengan diterapkannya program pengembangan diri namun masih ada beberapa siswa pula yang kurang disiplin mengikuti salah satu program tersebut.
89
90
Berdasarkan deskripsi hasil angket mengenai al-akhlak al-karimah dinyatakan bahwa siswa-siswa akselerasi hampir dari keseluruhan pernyataan yang peneliti buat, dalam mengisi kategori pernyataan positif dominan atau sebagian besar siswa-siswi menjawab “Selalu”, sedangkan dalam pernyataan yang negatif dominan atau sebagian besar siswa-siswi menjawab “tidak pernah”. Maka dari itu jelas bahwa seiring diterapkannya program pengembangan diri rutin siswa-siswa lebih terbiasa melaksanakan hal-hal positif baik di lingkungan sekolah ataupun di rumah mereka.
3. Hubungan pengembangan diri rutin (shalat, tadarus dan upacara) terhadap al-akhlak al-karimah program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400 Hasil akhir dari penelitian ini Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara pengembangan diri rutin terhadap alakahlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarata. Sedangkan konstribusi pengembangan diri rutin terhadap akhalak karimah siswa program akselerasi sebesar 76 % dan sisanya 24 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Dengan demikian penelitian yang saya lakukan Terdapat korelasi yang signifikan antara hubungan
akselerasi SMP Bakti Mulya 400
Jakarat. Terbukti dengan hasil perhitungan “r” product moment, didapat nilai rxy yaitu sebesar 0,871. Jauh lebih besar dari nilai “r” pada tabel koefisiensi korelasi “r” product moment, pada taraf signifikansi 5% (0,367). menurut tabel interpretasi nilai “r” diketahui korelasi antara kedua variable termasuk dalam kategori kuat anatar 0,70-0,90 yang berarti kategori tergolong kuat.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas menyatakan bahwa Penelitian ini mengandung implikasi bahwa program pengembangan diri rutin secara
91
signifikan menentukan tinggi rendahnya akhlak siswa/I di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta Selatan. Oleh karena itu membentuk akhlak siswa bisa dilakukan dengan cara penerapan program pengembangan diri rutin, karena dengan kebiasaan siswa melakukan kegiatan positif maka secara perlahan akan tumbuh akhlak yang baik. Sebaliknya siswa tidak menutup kemungkinan berakhlak di luar norma-norma agama jika sekolah tidak mengajarkan atau melakukan pembiasaan-pembiasaan terhadap siswa melalui program tersebut. Implikasi ini juga memberi kemungkinan kepada pihak-pihak terkait seperti guru dan orang tua untuk membantu memberikan dorongan dalam pembentukan akhlak siswa. Dorongan seperti menyemangati dan selalu menasehati siswa untuk selalu melakukan hal-hal positif setiap harinya. Pada dasarnya akhlak karimah itu tumbuh dengan sendirinya jika selalu membiasakan melakukan hal positif. Karena akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui
pemikiran atau
perenungan terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks dan spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu. Maka Jelas bahwa akhlak itu timbul karena kebiasan yang dilakukan setiap harinya. Dengan demikian Program pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya 400 memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan akhlak kariamah siswa/I akselerasi. maka dari itu program ini harus selalu dipertahankan bahkan dikembangkan lagi menjadi lebih baik. Karena dengan adanya program tersebut seluruh siswa/I SMP Bakti Mulya 400 umumnya dan khusunya siswa/I akselerasi akhlak mereka akan terbentuk dengan sebuah kegiatan-kegiatan positif yang terbiasa mereka lakukan di sekolah maka berdampak positif pula pada perilakunya di rumah dan masyarakat agar menjadi lebih baik.
C. Saran Dari seluruh pembahasan dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang kiranya menjadi hal yang penting untuk dikemukakan, diantaranya yaitu:
92
1. Dalam upaya menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik kepada siswasiswi, seharusnya tidak hanya diterapkan di sekolah. Melainkan penanaman akhlak itu sendiri harus dilakukan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Hendaknya semua pihak terlibat dalam memberikan contohcontoh terlebih dahulu dengan menunjukan sikap dan perbuatan yang tidak menyimpang dari norma-norma agama ataupun norma sosial.
2. Bagi pihak sekolah terutama terkait dengan program pengembangan diri rutin ini seharusnya lebih banyak lagi memberikan bimbingan dan penyuluhan khusus kepada individual siswa mengenai akhlak karimah agar siswa tidak terbawa arus zaman yang semakin hari semakin berkembang. Baik dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Karena jika siswa tidak dapat memfilter arus perkembangan zaman dengan ilmu dan akhlak karimah maka ia akan terbawa oleh arus zaman. Namun jika siswa dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif sesuai apa yang sekolah terapkan atau guru ajarkan maka Insya Allah siswa tidak akan terpengaruh oleh arus zaman yang bersifat negatif sehingga setiap apa yang mereka lakukan di sekolah bersama teman-temannya akan membuat mereka terbiasa berakhlak karimah baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
3. Untuk program pengembangan diri rutin di sekolah SMP Bakti Mulya 400 Jakarta harus bisa dipertahankan dan dipanatau terus perkembangannya, semoga program tersebut akan selalu istiqomah dan menjadikan bibit-bibit siswa yang semakin berakhlak karimah amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qathan, Manna Khalil, Mabahits Fil Ulumil Quran, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa 1996, Cet. III. Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Desmita, Paikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. III. Firman. M, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta nusantara. Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementas, Bandung: Alfabet. Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006, Cet. I Harun, Salman, Mutiara Al’Quran, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999, Cet. II. 2012. Kementrian Agama RI, Al-Quran Perkata Indonesia Inggris, Penerbit. Kalam Media Ilmu, 2012. Mulyasa E, Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. VII. Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2003, Cet. V. Narulita, Sari, Tuntunan Praktis Shalat, Cibubur: PT Variapop Group, 2012, Cet. I. Halid, Alkaf Nuraida, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Ciputat: Islamic Research Publishing, 2009. Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Pustaka Setia, 2013, Cet. I. Sanjaya, Wina, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Group, April 2010, Cet ke-III. 93
Media
94
Samani, Muchlas dan Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, Bandung: PT. Rosdakarya, 2011, Cet. I. Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Sosial Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (akarta: Raja, Grafindo Persada, 2007. Sodiq, Ahkmad, “Problematika Pengmbangan Pembelajaran PAI”, Tahdzib Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. III, No. 1, 2009. Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabet, 2008, Cet. XIII.
S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. IV. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Desember 2011, Cet. XVII. Sudirman, Ahmad, Keajaiban Shalsat Rawatib, Jakarta Selatan: QultumMedia, 2009, Cet. I. http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
1. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Kelas : Hari/Jam : 2. PETUNJUK a. Berilah tanda ceklis ( ) salah satu jawaban yang sesuai pernyataan anda. b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport kamu di sekolah. c. Kejujuran kamu dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. d. Terimakasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini. Variable X (pengembangan diri rutin) No 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
9. 10.
Pernyataan Saya melaksanakan shalat dengan khusyu Saya mengikuti shalat jamaah dzuhur dan dhuha di sekolah Saya duduk di Aula sebelum shalat berjamaah dimulai Saya berdoa setelah selesai shalat Saya shalat berjamaah dengan menggunakan perlengkapan yang bersih Saya berbuat gaduh saat berjamaah Saya berwudhu sebelum melaksanakan shalat Saya mengikuti tadarus bersama di kelas Sebelum jam pelajaran dimulai Saya membaca al-Quran dengan tartil dan benar Setiap tadarus pagi dibimbing oleh wali kelas
Selalu
Sering
Kadangkadang
Pernah
Tidak pernah
11. 12. 13.
14. 15.
16. 17.
18. 19.
20.
Membaca doa bersama setelah tadarus selesai Saya membaca al-Quran tanpa berwudhu terlebih dahulu Tadarus bersama di sekolah membuat saya terbiasa membaca al-Quran di rumah Saya membawa al-Quran setiap hari ke sekolah Saya berdiri dalam barisan upacara sebelum upacara dimulai Saya medapatakan hukuman saat upacara karena berisik Saya mendapatkan pembelajaran tentang kedisiplinan saat upacara Saya berpakaian rapi saat upacara Saya mengikuti upacara dengan tertib sampai dengan selesai Saya mengikuti upacara setiap 2 minggu sekali pada hari senin
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
1. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Kelas : Hari/Jam : 2. PETUNJUK a. Berilah tanda ceklis ( ) salah satu jawaban yang sesuai pernyataan teman anda. b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport kamu di sekolah. c. Kejujuran kamu dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. d. Terimakasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.
Variable Y (al-Akhlak al-Karimah) No 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pernyataan Saya bersikap jujur terhadap orang lain Saya bertutur kata dengan bahasa yang sopan terhadap orang lain Saya aktif berdiskusi saat jam pelajaran Saya memperhatikan guru saat sedang menerangkan pelajaran Saya bersedia jika diperintahkan oleh guru Saya menghormati yang lebih tua Saya menghargai pendapat orang lain Saya percaya diri saat mengerjakan tugas di sekolah Saya menolong orang lain saat dalam kesulitan Saya berkata yang tidak baik
Selalu
Sering
Kadangkadang
Pernah
Tidak pernah
11.
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
terhadap orang lain Saya disiplin dalam menjalankan peraturan yang diterpakan oleh pihak sekolah Saya aktif mengikuti kegiatan di sekolah Saya mendapat panggilan guru BK karena bermasalah Saya mencontek tugas rumah dari teman Saya menjaga kebersihan lingkungan sekolah Saya telat saat masuk sekolah Saya berkeliaran di luar kelas saat jam pelajaran Saya menjaga hubungan baik dengan orang lain Saya taat dan patuh terhadap orang tua Saya menjalankan shalat lima waktu setiap harinya
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswasiswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
IDENTITAS RESPONDEN Nama Guru
:
Hari/Jam
:
PERTANYAAN 1. Apakah pendapat Bapak/Ibu dengan adanya program pengembangan diri rutin terkait shalat, tadarus dan upacara yang diadakan di sekolah ini ? 2. Apakah ada perbandingan akhlak siswa dari sebelum dan sesudah diterapkannya program ini di sekolah ?
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai akhlak siswa khususnya kelas akselerasi selama dilingkungan sekolah?
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu menanamkan akhlak pada siswa khusnya kelas akselerasi di sekolah? 5. Apakah sejauh ini siswa akselerasi displin dalam menjalankan program pengembangan diri rutin terkait shalat,tadarus dan upacara? 6. Apakah sejauh ini masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah khusunya pada siswa akselerasi?
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswasiswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
IDENTITAS RESPONDEN Nama Guru
: Novitri S.Pd
Hari/Jam
: Senin, 16 Februari 2015/ 10.00 WIB
PERTANYAAN 1. Apakah pendapat Bapak/Ibu dengan adanya program pengembangan diri rutin terkait shalat, tadarus dan upacara yang diadakan di sekolah ini ? Jawab: Bagus, Alhamdulillah untuk membantu dalam pengembangan Akhlak Karimah & budi pekerti siswa agar menjadi lebih baik lagi 2. Apakah ada perbandingan akhlak siswa dari sebelum dan sesudah diterapkannya program ini di sekolah ? Jawab : Ada, sebelum diterapkannya program ini masih ada siswa yang belum mampu membaca al-Quran tapi setelah penerapan yang sudah cukup lama membantu siswa agar lebih tartil membaca alQuran, pengembangan sholat yang biasanya masih bolong-bolong sekrang mereka sudah terbiasa seperti memiliki tanggung jawab untuk menjalankan kewajiban shalat lima waktu setiap harinya, insyaAllah menjadi lebih rutin shalatnya. Dan dalam kedisiplinan dalam upacara yang sebelumnya masih saja ada yang kurang rapi dalam berpakaian sekarang lebih baik lagi, dan para petugas upaca pun sekrang lebih terampil dalam menjalankan tugasnya. 3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai akhlak siswa khususnya kelas akselerasi selama dilingkungan sekolah? Jawab : Alhamdulillh Baik
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu menanamkan akhlak pada siswa khusnya kelas akselerasi di sekolah? Jawab : penanaman akhlak yang saya berikan lebih kepada penerapan akhlak pada kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah. Salah satu caranya saya selalu melakukan monitoring kepada para wali murid agar sama-sama bisa mengetahui perkembangan anak baik di sekolah maupun dirumah. 5. Apakah sejauh ini siswa akselerasi displin dalam menjalankan program pengembangan diri rutin terkait shalat,tadarus dan upacara? Jawab: Iya, Alhamdulillah . walaupun kadang masih ada dalam daftar klinik khususnya dalam membaca al-Quran. 6. Apakah sejauh ini masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah khusunya pada siswa akselerasi? Jawab : Sejauh ini, aman aman saja. Tetapi diawal semester kemarinmasih ada siswa yang tidak memakai ikat pinggang, tidak memakai peci namun seiring berjalannya waktu dalam mengikuti program ini mereka mulai terbiasa dengan semua peraturan yang diterapkan di sekolah sehingga menjadikan mereka menjadi lebih disiplin lagi.
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswasiswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
IDENTITAS RESPONDEN Nama Guru
: Prayogo M.Pd
Hari/Jam
: Senin, 16 Februari 2015/ 09.00 WIB
PERTANYAAN 1. Apakah pendapat Bapak/Ibu dengan adanya program pengembangan diri rutin terkait shalat, tadarus dan upacara yang diadakan di sekolah ini ? Jawab : sangat baik, karena dengan adanya pengembangan diri rutin dapat membangun rasa disiplin dalam beribadah serta tepat waktu dalam melaksanakan hal-hal yang positif. 2. Apakah ada perbandingan akhlak siswa dari sebelum dan sesudah diterapkannya program ini di sekolah ? Jawab : ada, setalah adanya program pengembangan diri anak-anak berangsur-angsur lebih tertib dan disiplin dan semakin pandai dalam membaca al-Quran serta shalat berjamaah tepat waktu. 3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai akhlak siswa khususnya kelas akselerasi selama dilingkungan sekolah? Jawab : anak akselerasi dri segi akhlak relative lebih baik dibandingkan kelas regular, dikerenakan mereka sudah terlatih untuk serius dan anak pintar. 4. Bagaimana cara Bapak/Ibu menanamkan akhlak pada siswa khusnya kelas akselerasi di sekolah? Jawab : a. Memberikan contoh yang baik pada semua siswa dan langsung dipraktekan
b. Melaksanakan breafing pagi di kelas masing-masing siswa untuk menyiapkan diri belajar serta menanamkan akhlak “birul walidaiin” c. Membaca doa sebelum dan sesudah belajar d. Membaca salam pada seluruh personal sekolah apabila menemui civitas akademik. 5. Apakah sejauh ini siswa akselerasi displin dalam menjalankan program pengembangan diri rutin terkait shalat,tadarus dan upacara? Jawab: sampai saat ini pendisiplinan di akselerasi berjalan baik dalam melaksanakan program pengembangan diri anak-anak mendukung program tersebut. 6. Apakah sejauh ini masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah khusunya pada siswa akselerasi? Jawab : masih, namun presentasinya sedikit karena di kelas akselerasi lebih banyak yang disiplin sehingga siswa yang kurang disiplin akan mengikuti anak-anak yang disiplin karena presentasinya lebih banyak. Di samping itu ada kebiasaan di kelas akselerasi saling mengingatkan untuk anak-anak yang kurang disiplin dengan teman lainnya yang disiplin.
DAFTAR PENDIDIK SMP BAKTI MULYA 400 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NO
NAMA LENGKAP
TEMPAT/ TANGGAL LAHIR
PENDIDIKAN
ALAMAT
NO TELP/ HP/ EMAIL
STATUS PEGAWAI
MENGAJAR
01
HADI SUWARNO, M.Pd.
Demak, 13 Desember 1969
S1. Pend.Geografi.IKIP Semarang, 1994 S2. MPEP UHAMKA Jakarta, 2008
Jl.Moh Kahfi Gg.Panjang No.32 Rt.06/04 Cipedak Ciganjur Jagakasa Jaksel
08159599583/
[email protected]
Tetap
GEOGRAFI
02
SITO, S.Pd.
Banyumas, 20 Desember 1970
S1.Matematika IKIP Muhamadiyah, 1995
Jl. H. Taip No.52Rt.05/19 Kedaung Pamulang Tangerang
021.74708210/ 085717376951/
[email protected]
Tetap
MATEMATIK A
03
RIKE ANWARI FUADY,S.Si
Balikpapan, 13 Maret 1971
SMA, SI Univ. Nasional 1996
Pondok Sukmajaya Permai Blok DI/8 Depok
021.7706462/ 0816756786/
[email protected]
Tetap
BIOLOGI/ FISIKA
04
Drs. H. HASANUDIN, M.Pd.
Pemalang, 20 Agustus 1969
S1 Bahasa Inggris IKIPM Jakarta 1994
Villa Dago Tol Blok D 15/5 Ciputat Tangsel
Tetap
05
DRS. AJI BANDI
Bogor, 3 November 1967
06
DRA. Hj. SYAFRIANI LUBIS
Sihepeng, 21 Sep 1959
S1.Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatulloh Jkt 1993 S1.Bahasa dan Seni IKIP Jakarta 1987
Jl.Gotong Royong Gg. Mesjid Rt.02/1 Cihowe, Ciseeng, Parung-Bogor Jl. Permata Permai Raya Blok H.12 No.7 Permata Pamulang Estate Serpong Tangerang
02174637829/ 081213018989
[email protected] 0251.542420/ 08561597400/
[email protected] 021.7562702/ 08128968626
BAHASA INGGRIS AGAMA ISLAM BAHASA INDONESIA
07
USMAN, M.Pd.
Jakarta, 7 Desember 1961
S1.Sejarah STKIP Jakarta 2002 S2 Universitas Indraprasta 2010
Jl. Agung Raya II Gg.H.Joko 12 Rt.005/04 No.1 Lenteng Agung Depok
021.78887502/ 081316925513/
[email protected]
Tetap
SEJARAH
08
SOBARI, S.Pd.
Bogor, 4 Januari 1970
S1.Pend. Matematika IAIN Syarif Hidayatulloh Jkt, 1996
Jl. Masjid Al-Muchlisin Rt.02/06 Kel. Bedahan Kec.Sawangan Depok
Tetap
MATEMATIK A
09
HERICE M AZIZ.,S.Pd.
Jakarta, 18 Februari 1964
S1.Pend.Matematika IKIP Jakarta, 1988
Cemara Depok
Tetap
10
DRS. YATIM ABDULLAH
Jakarta, 7 Juni 1964
S1 Adpen IKIP Jakarta 1989
Jl. Wijayakusuma No.17 C Rt.09/04 Dapur Susu Pd. Labu Jak-Sel
251.600151/ 085691000142/
[email protected] 081585086913 /
[email protected] 021.75818174/ '081384734965/
[email protected]
Tetap
MATEMATIK A BP/BK
11
DINA ASTILIA, S.Pd.
P.Brandan, 2 Januari 1965
Tetap
TATA BOGA
HJ. RINA NUZRINA, S.Pd
Jakarta, 20 Januari 1965
Poncol Indah V/82. Rt.03/02 Cirendeu-Ciputat Tangerang Jl.Kemang Blok B2 No.26 Perum Gria Jakarta Pamulang Tangerang
021.7429065/ 081386256863
12
D3 PKK.IKIP Medan, 1987 S1 STIKIP PGRI Jakarta S1.BK STKIP Jakarta 2004
021.98853231/ 081383002680/
[email protected]
Tetap
BP/BK / TATABOGA
13
SUSHARYONO,S.Pd.
Kebumen, 24 Januari 1966
S1.PDU Tata Niaga IKIP Jakarta 1991
Perum Kelapa Dua Jl. Layar I No.13 Kelapa Dua Tangerang
021.5465640/ 081513222210
Tetap
EKONOMI
Tetap Tetap
NO
NAMA LENGKAP
TEMPAT/ TANGGAL LAHIR
PENDIDIKAN
ALAMAT
NO TELP/ HP/ EMAIL
STATUS PEGAWAI
MENGAJAR
14
DRS. AEF SAEFUDIN
Pandeglang, 4 Pebruari 1966
S1.Tarbiyah.IAIN Syarif Hidayatulloh Jkt,1993
Jl. Adhiyaksa II/1 Lebak Bulus Jakarta Selatan
021.7510642/ 085697780198/
[email protected]
Tetap
AGAMA ISLAM
15
IR. H. BONDI ROBIARSO
Jakarta, 13 April 1969
IPB, Bogor 1993
Jl. H. Sapri Rt.002/09 No.105 Pd. Aren Tangerang
08159913695
Tetap
BIOLOGI
16
DYAH RATNAWIATI,S.Pd.
Bandung, 5 Nopember 1970
Jl. Kalimantan No.139 Depok Utara 16421
SOVIA ANDRIANI, SE.
Jakarta, 5 Desember 1970
021.7778024/ 08128284717/
[email protected] 021.7408956/ 08318915040/
[email protected]
Tetap
17
S1.Bahasa & Sastra Indonesia. IKIP Jakarta 1996 S1.Akuntansi.Univ. 17 Agustus. Sby 1993
BAHASA INDONESIA EKONOMI/ PLKJ
18
SRI SUBEKTI, S.Pd.
Kulon Progo, 20 Juli 1972
S1.Kimia. IKIP Negeri Yogyakarta, 1998
Jl. Saenan Rt.04/09 Bedahan Sawangan Depok
08128287609/
[email protected]
Tetap
KIMIA
19
PRAYOGO, S.Pd.
Ngawi, 19 Mei 1974
S1.Pend. Elektronika UNJ Jakarta 2000
Jl. Jaya Wijaya Raya Rt.01/07 Sektor Gardenia Grand Depok City
021.77840851/ 08174815498/
[email protected]
Tetap
20
NOVITRI RIYANI, S.Pd.
Jakarta, 26 Oktober 1974
S1,Bhs.Indonesia.IKIP Negeri Malang, 1998
Jl. Kuningan No.29 Rt.03/01 Kuningan Gintung Ciputat
021.7433722/ 08159467694/
[email protected]
Tetap
ELEKTRONIK A/ KOMPUTER BAHASA INDONESIA
21
EPIH SARIPAH, S.Pd.
Garut, 25 Februari 1975
S.1.FPBS Inggris.IKIP Muhamadiyah, 1997
Jl. Raya Parung Ps.Rebo 01 Rt.002/01 Sawangan Depok
081310946741/
[email protected]
Tetap
BAHASA INGGRIS
22
USMAN JAMHURI, S.Ag.
Jakarta, 2 Maret 1975
S1 Tarbiah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl H Saikin RT 11 RW 08 No 36 Pondok Pinang Kebayoran Lama Jaksel
081310537295/ 93047375/
[email protected]
Tetap
23
YENIS HERDIANI, S.Si.
Tulungagung, 14 Juli 1977
S1. Fisika Institut 10 Nop. Sby 2001
ASIH BUDIANTI, S.Pd.
Lampung, 22 Desember 1977
S1 Geografi Universitas Negeri Jakarta
081318080088/
[email protected] 08129539536/
[email protected]
Tetap
24
Jl Talas 3 Gg Labu 1 No 102 Pondok Cabe Ilir Tangerang Selatan Jl Pintu Air 3 RT 28 RW 08 No 22 R Gandul Depok
PEND. AGAMA ISLAM FISIKA
Tetap
GEOGRAFI
25
NOVINI NILAKUSUMAH,SS.
Jakarta, 24 Februari 1977
S1.Sastra Cina.Univ. Indonesia 2001
Griya Rajawali Sawah Baru Blok B2/7 Ciputat
021.74636026/ 081315066023/
[email protected]
Tetap
BAHASA MANDARIN
26
LELI SUGIARTI, S.Pd.
Kuningan, 2 Desember 1978
S1. Matematika UIN Jakarta, 2002
Vila Inti Persada Blok B No 11 Pamulang Timur Tangerang
021.32280701/ 08179810942/
[email protected]
Tetap
MATEMATIK A
27
DEWI WULANSARI, S.Pd.
Jakarta, 6 Oktober 1980
S1 Bahasa Inggris UHAMKA Jakarta 2003
Jl Bintaro Permai III No 27 RT 04/ 09 Bintaro Pesanggrahan Jakarta
0817879608/ 02190508879/
[email protected]
Tetap
BAHASA INGGRIS
28
DRA.MUMUN MAEMUNAH
Bogor, 06 Mei 1968
S1 IAIN 1993
Jl Wahab Telaga Jambu 12 A Sawangan Depok
085880208543
Tidak Tetap
AGAMA ISLAM
Jl. Pertamina Raya No. 69 Blok M/14 Pondok Ranji Ciputat
Tetap
NO
NAMA LENGKAP
TEMPAT/ TANGGAL LAHIR
PENDIDIKAN
ALAMAT
NO TELP/ HP/ EMAIL
STATUS PEGAWAI
MENGAJAR
29
RACHFI YULIARTI
Jakarta, 15 Juli 1983
D3 Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta
Jl. Almubarok I No 70 RT 10/ RW 06 Cipulir Kebayoran Lama Jaksel
02172791471/ 081510126160/
[email protected]
Tidak Tetap
KOMPUTER
30
SUNTORO, SE
Jakarta, 22 Mei 1979
S1 Ekonomi Manajemen Universitas Borobudur Jakarta 2002
Jl Waracas I No. 53 Rt 9/1 Tanjung Priuk Jakarta Utara 14340
021 4372565/ '081219768184/
[email protected]
Tidak Tetap
KOMPUTER
31
SANTI WIDIASTUTI, S.Pd.
Jakarta, 1 April 1972
Seni Musik dan Tari FPBS IKIP Jakarta
Perumahan Al Falaah III Blok L/15 Pamulang
082111556429
[email protected]
Tetap
Seni Rupa
32
EDY HERMAWAN, M.Sc.
Surabaya, 19 Juni 1976
S1 Metalurgi FMIPA UI 2002 S2 Sain & Teknologi Tampere University Technology Findland 2008
Komplek Timah Blok BB No. 35 Cimanggis Depok
087884328344/
[email protected]
Tidak Tetap
IPA
33
DEWI YANTI, S.Pd.
Manado, 26 Desember 1986
Jur Bhs Indonesia FTK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
Jl. Suka Karya RT 07/02 No. 8 Buaran Sarua Ciputat Tangsel 15412
021 94944476/ '085283839233/
[email protected]
Tidak Tetap
BAHASA INDONESIA
34
DOBY PUTRA PARLINDUNGAN, S.Pd.
Purwodadi-Grobogan, 15 November 1988
Pend Pelatihan FPOK UNES Semarang 2012
Cluster Puri Permata I BD 09"6" No 22 Kel Larangan Selatan Kec Larangan TangSel
085865163217/
[email protected]
Tidak Tetap
OLAHRAGA
35
EKO JULIANTO, S.Pd.
Karanganyar, 15 Juli 1989
Pend Pelatihan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012
Jl Lembur Kampung Makasar RT 16/06 No. 68 Kelurahan Makasar Kecamatan Makasar Jakarta Timur
Tidak Tetap
OLAHRAGA
36
KHOIRUDIN, S.Sos.I
Bekasi, 10 Mei 1981
S1 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah 2005
Jl Warung Bensin RT 12 RW 5 Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan
085325647086/083866089152
[email protected]/eko_pe
[email protected] 081212741181/02194359020/
[email protected]
Tidak Tetap
Pkn
37
CISILIA DEWI PANGALILA, SH. GALIH PRATAMA SUKMAWARDANA ROBERT JOHN ROWSE
Jakarta, 21 September 1971
S1 Hukum Perdata Universitas Indonesia 1996 S1 Pend Seni Drama, Tari, Musik UNES 2010 S-2 John Mores Engineering 1992
Jl Adyaksa Raya No 4 Jakarta Selatan
Jl. Haji Jian No 47 RT 12 Rw 03 Cipete Utara Kebayoran Baru Jakarta Selatan
081317362613/
[email protected]
Tidak Tetap Tidak Tetap Tidak Tetap
Pkn
Jl Meranti B7/3 Komp Graha Permai Ciputat
081381045991/
[email protected] 081290289162
38 39
Jakarta, 25 Mei 1987 Redruth UK, 28 September 1961
Seni Musik Bahasa Inggris/TIK
Nama-nama siswa/I Kelas 7 Wali Kelas : NOVITRI RIYANI, S.PD NO
NIS
NISN
NAMA
L/P
1
3378
0022791512
AHMAD RAAFI
L
2
3379
0012041790
ALFREDO TEJA
L
3
3380
0022578011
ANDJANI MOERTIJANTO PUTRI
P
4
3381
0028511902
DIDA AYALA MUSHONNIF
L
5
3382
0020557436
ELZI SIRKAN MUHAMMAD
L
6
3383
0025953043
FAISYA ARGANITA PUTRI
P
7
3360
0025958213
FAIZ RIZAFADLY HANDOYO
L
8
3384
0020655011
FAZA QINTHARA WIRONEGORO
L
9
3386
0011563609
JANET ZAVANNYA PATTY
P
10
3387
0015156147
LAILA MARWAH BAGADER
11
3388
0030237571
REYVIDO YOGA DWIMARSHA
L
12
3389
0020791623
RYAN HERNAWAN SETIOMULYO
L
13
3330
0022578030
SHABRINA ANNISA WAHDAH
P
14
3390
0023018493
TAKYA AMABEL MUSA
P
15
3391
0027254716
ZAYD QALBI MULIANA
L
P
KETERANGAN
Nama-nama siswa/I Kelas 9
Wali Kelas : PRAYOGO, S.PD NO
NIS
NISN
NAMA
1
3202
0016517576
AHMAD FAUZAN
L
1
2
3264
0012758321
AISYAH AULIA ZAHRADINI
P
1
3
3241
0016336623
ALIEF PUTRA PRATAMA
L
1
4
3289
0011580534
AVIV YUSUF SURATINOYO
L
1
5
3290
0016336621
DERRELL RIZQULLAH HASAN
L
1
6
3272
0015212850
GERDA YARDAN TIANDRA
L
2
7
3295
0010476047
JOEKLY WAHIDAN MUHARRAM
L
8
3296
0016336654
KHADEJA NAILA ANABEL AKHMAD
P
1
9
3298
0001762938
MIRZA MANGGALA PUTRA ALDAFI
L
1
MUHAMMAD ARKHA SENNA WINATA MUHAMMAD RIZKY NOVAL PRABOWO
L/P
L
KETERANGAN
10
3299
0016336682
11
3300
0016096355
12
3303
0013713360
RAIDHAN RYANTAMA ILYAS
L
1
13
3305
0016336684
SENO MUHAMMAD GUDIARTO
L
1
14
3307
0016336679
UTARI NUR FATIMAH
P
1
L
2 3
Nilai -nilai r Product Moment
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Taraf Signifikan 5% 1% 0,997 0,999 0,950 0,990 0,878 0,959 0,811 0,917 0,754 0,874 0,707 0,834 0,666 0,789 0,632 0,765 0,602 0,735 0,576 0,708 0,553 0,684 0,532 0,661 0,514 0,641 0,497 0,623 0,482 0,606 0,468 0,590 0,456 0,575 0,444 0,561 0,433 0,549 0,423 0,537 0,413 0,526 0,404 0,515 0,396 0,505 0,388 0,496
N 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Taraf Signifikan 5% 1% 0,381 0,487 0,374 0,478 0,367 0,470 0,361 0,463 0,355 0,456 0,349 0,449 0,355 0,456 0,349 0,449 0,344 0,442 0,339 0,436 0,334 0,430 0,329 0,424 0,334 0,418 0,320 0,413 0,316 0,408 0,312 0,403 0,308 0,396 0,304 0,393 0,301 0,389 0,297 0,384 0,294 0,380 0,291 0,276 0,288 0,372 0,284 0,368
Sumber: Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. PROSUDER PENELITIAN Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
BIODATA PENULIS
Nama
Nuni
Nur’aeni,
NIM
1111011000065,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis lahir di Bogor, 11 September 1992. Bertempat tinggal di Jalan raya kaften yusuf No 241/13
Rt01
Rw01
Ciapus-Bogor.
Penulis
merupakan anak terakhir dari 7 bersaudara. Orang tua Abdul Halim dan Siti Marfu’ah. Riwayat pendidikan; SDN Sirnagali 02, MTs Pondok pesantren Darrul-Rahman Jakarta, MA Pondok pesantren Darrul-Rahman Jakarta, Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengalaman Organisasai HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). “Bismillahirrohmanirrohim, Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orangtua tercinta beserta keluarga”