143
Sosialisasi Humas Bank Indonesia Pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah Periode (2007-2008)
Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 ( S-1) Ilmu Komunikasi
Diajukan oleh
Nama
: BINTARI SANTI
Nim
: 04202-014
Bidang Studi
: Public Relations
JAKARTA
144
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
Judul Skripsi
: Sosialisasi Humas Bank Indonesia Pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah Periode (2007-2008)
Nama
: Bintari Santi
Nim
: 04202-014
Bidang Studi
: Public Relations
Jakarta,Juli 2008
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
145
(Tri Heru Rahardjanto, M.Sc)
(Farid Hamid, M.Si)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT
LEMBAR TANDA LULUS UJIAN SKRIPSI
Judul Skripsi
: Sosialisasi Humas Bank Indonesia Pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah Periode (2007-2008)
Nama
: Bintari Santi
Nim
: 04202-014
Bidang Studi
: Public Relations
1. Ketua Sidang Feni Fasta, SE, M.Si
(
)
2. Penguji Ahli Siti Komsiah, S,Ip, M.Si
(
)
3. Pembimbing I Tri Heru Rahardjanto, M.Sc (
)
4. Pembimbing II Farid Hamid, M.Si
)
(
Jakarta,Agustus 2008
146
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT
LEMBAR PERBAIKAN UJIAN SKRIPSI
Judul Skripsi : Sosialisasi Humas Bank Indonesia Pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah Periode (2007-2008) Nama Nim
: Bintari Santi : 04202-014
Bidang Studi : Public Relations
Jakarta,Agustus2008
Disetujui Dan Diterima Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
(Tri Heru Rahardjanto, M.Sc)
(Farid Hamid, M.Si)
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
Ketua Bidang Studi
(Marhaeni F. Kurniawati, S. Sos, M.Si)
147
KATA PENGANTAR Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala karunia, rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Sosialisasi Humas Bank Indonesia Pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah” Periode (2007-2008). Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Komunikasi, Bidang Studi Public Relations Universitas Mercu Buana. Arti pentingnya skripsi ini dalam konteks ilmu komunikasi paling tidak memberikan informasi yang cukup dan dapat membuka wawasan pembaca mengenai penerapan sosialisasi public relations. Peneliti menyadari dalam menyusun skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin menggunakan segala kesempatan dan sumber daya yang ada untuk mencapai hasil yang maksimal. Dalam penulisan skripsi ini peneliti sangat mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih memaksimalkan hasil skripsi ini nantinya. Dan pada kesempatan ini peneliti tidak lupa untuk menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Tri Heru Rahardjanto, M.Sc selaku Pembimbing I, terima kasih atas waktu dan bimbingannya selama ini. 2. Bapak Farid Hamid, M.Si selaku Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan pengertiannya.
148
3. Kepada Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 4. Ibu Agustina Zubair, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 5. Ibu Marhaeni Fajar Kurniawati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Bidang Studi Humas. 6. Kedua orang tuaku dan kakakku Mba Neri, Indri, Mas Yudo yang telah banyak memberikan dukungan penuh baik moril maupun materil serta doa sebagai sumber motivasi dan keyakinan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh Staff Pengajar diFakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana yang telah banyak memberikan Ilmu pengetahuan kepada peneliti selama dibangku kuliah. 8. Bapak Jufrin, selaku Biro Humas Bank Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti melakukan penelitian. 9. Bapak Hestu Wibowo, selaku Staff ahli Humas Bank Indonesia, terima kasih atas bantuan bapak yang telah membantu dan mengarahkan peneliti selama melakukan penelitian. 10. Bapak
Miftakhul
Khoiri,
selaku
Direktorat
bagian
Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah Bank Indonesia, terima kasih atas pengarahan yang bapak berikan. 11. Bapak Iqbal, selaku Perwakilan dari Media Massa terima kasih atas pengarahan dan masukan yang telah bapak berikan.
149
12. Seluruh pimpinan dan staf Humas dan bagian akselerasi pengembangan perbankan syariah Bank Indonesia. 13. Narasumber Ibu Endah Herawati, selaku Masyarakat umum terima kasih telah memberikan waktunya selama peneliti wawancara dan mendapatkan hasil yang baik untuk peneliti. 14. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengajaran selama proses perkuliahan. 15. Seluruh staf Tata Usaha Fikom yang selalu bersedia melayani kebutuhan administrasi peneliti dalam kegiatan perkuliahan maupun proses penyelesaian skripsi. 16. Untuk Kekasihku Mas Sigit yang telah memberikan Support, Semangat, dan pengertiannya Thank’s banget. 17. Untuk para Sahabatku Yani, Dwi, dan teman-teman sepermainanku Ria, Dhika, Elita, Dewi, Lia, Arda, Atin, Dewi, Tika, Rosi, dan lain-lain Thank’s untuk dukungan dan pengertiannya. 18. Untuk semua Mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya Public Relations Universitas Mercu Buana Good Luck ya……… Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak tersebut diatas, dan semoga penelitian dalam skripsi ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi bidang ilmu komunikasi dan pihak-pihak yang berkenan membacanya. Jakarta, Agustus 2008 Peneliti
150
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS
ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN
HUBUNGAN MASYARAKAT
ABSTRAKSI
Bintari Santi (04202-014) Sosialisasi Pelayanan Syariah Humas Bank Indonesia Pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah. Periode (2007-2008) Xii+ 117 Halaman 37 Lampiran Bibliografi 36 Acuan ( 1990-2005) Humas Bank Indonesia dalam melakukan proses sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah, tentunya harus di informasikan dan disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Dalam rangka sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah, Humas Bank Indonesia menginformasikan kebijakan-kebijakan akselerasi pengembangan perbankan syariah dengan menggunakan kegiatan sosialisasi agar kebijakan ini dapat diketahui oleh masyarakat luas. Kebijakan akselerasi pengembangan perbankan syariah Bank Indonesia adalah kebijakan moneter, yaitu kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui peningkatan produk dan jasa keuangan atau mengatur suku bunga bank yang ada di Indonesia. Dalam hubungannya dengan komunikasi, Bank Indonesia melalui Humasnya melakukan kegiatan-kegiatan komunikasi kepada masyarakat. Untuk sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah pada penelitian ini akan membahas bagaimana sosialisasi Humas Bank Indonesia pada program akselerasi pengembangan perbankan syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui sosialisasi Humas Bank Indonesia pada program akselerasi pengembangan perbankan syariah. Konsep penelitian yang digunakan, mengacu pada konsep sosialisasi pelaksanaan kegiatan Humas yang dikemukakan oleh Scoot M. Cutlip dan Allen H. Center yaitu : Identifikasi Masalah (fact finding), Perencanaan (Planning), Komunikasi (Communication), Mengevaluasi (Evaluating). Tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, metode penelitian kualitatif yang menggunakan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data atau informasi dengan melakukan observasi dengan beberapa narasumbernya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
151
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Humas Bank Indonesia telah menerapkan proses hubungan masyarakat melalui berbagai kegiatan komunikasi yang merupakan sosialisasi kegiatan komunikasi yang telah ditetapkan sebelumnya dalam sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah dimana sosialisasi yang dijalankan telah berhasil sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan.
152
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Proses Kerja Humas…………………………………… 35 Tabel 2. Bagan Hasil Penelitian………………………………… 98
153
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Permohonan Pengumpulan Data Skripsi ke Bank Indonesia Lampiran II Surat Keterangan Selesai Penelitian ke PT. Bank Indonesia Lampiran III Surat Keterangan Selesai Penelitian ke PT.Televisi Transformasi Indonesia Lampiran IV Formulir Konsultasi Skripsi Pembimbing I Lampiran V Formulir Konsultasi Skripsi Pembimbing II Lampiran Vi Draft & Hasil Wawancara Lampiran Vii Draft & Hasil Wawancara Dengan Masyarakat Umum Lampiran Viii Kliping Bank Syariah dan Foto-foto kegiatannya
154
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ......................................... ii LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI ....................................... iii LEMBAR PERBAIKAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................. xi ABSTRAKSI ............................................................................................. viii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 16 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 16 1.4 Signifikansi Penelitian ....................................................... 16
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Komunikasi ...................................................... 17 2.2 Komunikasi Organisasi ...................................................... 18 2.2.1 Komunikasi Eksternal ............................................ 19 2.3 Pengertian, Fungsi, Peran, Tugas Publik Relations ............. 23 2.3.1 Fungsi Publik Relations ........................................... 25 2.3.2 Peran Publik Relations ........................................... 30 2.3.3 Tugas Publik Relations ........................................... 31 2.4 Proses Perencanaan Kerja Humas ...................................... 34 2.5 Pengertian PR Campaign ................................................... 37 2.6 Keterkaitan antara PR Campaign dengan Sosialisasi .......... 38 2.7 Khalayak Publik Relations ................................................. 39
155
2.8 Publik Eksternal ................................................................. 42 2.9 Humas Pemerintah ............................................................. 45 2.10 Media Publik Relations ...................................................... 48 2.11 Pengertian Sosialisasi ......................................................... 49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ................................................................... 56 3.2 Metode Penelitian .............................................................. 57 3.3 Key Informan/Narasumber ................................................. 60 3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 61 3.4.1 Data Primer ............................................................ 61 3.4.2 Data Sekunder ........................................................ 62 3.5 Definisi Konsep ................................................................. 63 3.6 Fokus Penelitian ................................................................. 64 3.7 Teknik Analisa Data .......................................................... 65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Syariah Bank Indonesia ......................... 68 4.2 Misi, Visi, Nilai-Nilai Syariah Mikro dan Makro Sasaran Strategis, Tugas Pokok Humas Syariah ................. 69 4.2.1 Misi ........................................................................ 69 4.2.2 Visi ........................................................................ 69 4.2.3 Nilai-Nilai Syariah Mikro ....................................... 70 4.2.4 Nilai-Nilai Syariah Makro ...................................... 70 4.2.5 Sasaran Strategis .................................................... 70 4.2.6 Tugas Pokok Humas Syariah .................................. 71 4.3 Hasil Penelitian .................................................................. 73 A. Perencanaan ................................................................. 75 1. Pengumpulan Fakta ................................................ 75 2. Perencanaan & Program ......................................... 78 a. Menentukan Tujuan .......................................... 78
156
b. Menentukan Publik Sasaran .............................. 79 c. Metode yang Digunakan ................................... 81 B. Pelaksanaan ................................................................. 82 3. Aksi & Komunikasi ................................................ 82 a. Lokakarya ........................................................ 82 b. Diskusi Interaktif .............................................. 83 c. Talkshow dan Dialog Interaktif ......................... 85 d. Penyuluhan ....................................................... 86 e. Iklan Layanan Masyarakat ................................ 88 f. Print Advertising .............................................. 88 g. Spanduk ........................................................... 89 4. Evaluasi Program ................................................... 89 4.4 Proses Sosialisasi Yang dijalankan ..................................... 91 4.5 Program Sosialisasi ............................................................ 96 4.6 Bagan Hasil Penelitian ....................................................... 98 4.7 Analisa Data ...................................................................... 109
BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan ........................................................................ 115 5.2 Saran ................................................................................. 117 5.2.1 Saran Akademis ..................................................... 117 5.2.2 Saran Praktis .......................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN CURICULUM VITAE
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang semakin berkembang pesat maka persaingan antar dunia perbankan semakin meningkat, Dalam hal ini usaha perbankan perlu memiliki strategi bagi pertumbuhan usaha tersebut, agar perusahaan yang dijalankan memperoleh kualitas yang baik. Dengan melihat fenomena tersebut, setiap perusahaan perlu menggunakan strategi sebagai landasan dalam menghadapi masa mendatang. Perbankan saat ini memiliki jaringan yang semakin luas, dan tingkat persaingan yang tinggi sehingga diperlukan kerjasama yang baik oleh segenap komponen perusahaan. perusahaan yang bergerak dibidang perbankan dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan jasa. Sebuah perusahaan merupakan, salah satu contoh bentuk organisasi yang terdiri dari unsur pemilik perusahaan, pimpinan perusahaan dan karyawan. Sebagai karyawan dalam suatu perusahaan, manusia akan berhadapan dengan karyawan lain, dengan pimpinan perusahaan dan dengan aturan-aturan yang berlaku. Di dalam suatu organisasi terdapat berbagai macam bentuk komunikasi, karena organisasi terdiri dari orang-orang yang menduduki suatu posisi atau peranan tertentu. di antara orang-orang tersebut terjadi pertukaran pesan atau informasi melalui jaringan komunikasi. 1
2
Komunikasi organisasi dapat diartikan, sebagai pertunjukan dari penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.1 Pengertian organisasi adalah, sistem yang mapan dari orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian kerja.2 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa organisasi itu merupakan suatu sistem yang melibatkan orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Berkaitan dengan komunikasi dalam suatu organisasi, maka komunikasi dalam organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari, karena pola komunikasi yang jelas dan sinergis dalam organisasi akan dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi maupun dapat menghindari terjadinya kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pencapaian tujuan organisasi. Saat ini Humas yang merupakan, salah satu fungsi manajemen perlu memahami dan memberikan perhatian padanya untuk mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Sosialisasi merupakan, salah satu fungsi komunikasi yang berperan penting dalam pola tingkah laku seseorang di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Melalui proses sosialisasi, seseorang akan diwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. 1
Pace R. Wayne, Komunikasi Organisasi, Bandung : Rosdakarya 2001 hal. 31 Onong Uchjana Effendy, Human Relations & Public Relations, Bandung : Mandar Maju 1993 hal. 1 2
3
Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasinya, menjadi manusia masyarakat dan beradab. kesendirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk, dimana kepribadian itu merupakan suatu komponen penyebab atau pemberi warna dari wujud tingkah laku sosial manusia. Jadi dalam hal ini sosialisasi diartikan, sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.3 Sosialisasi juga merupakan, salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses tersebut, seorang individu dari masa anak-anak hingga masa dewasa belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan individuindividu di sekelilingnya. Menurut Stephen P. Robins sosialisasi adalah, salah satu fungsi komunikasi disamping sebagai produksi dan pengaturan. Dalam hal ini, komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota agar tetap sesuai dengan apa yang menjadi perilaku kelompoknya. Jadi dalam hal ini sosialisasi dilakukan dengan cara mengkomunikasikan kepada publiknya.4 Sosialisasi adalah, pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspekaspek tingkah laku, yang menanamkan pada individu keterampilanketerampilan (termasuk ilmu pengetahuan). Sikap-sikap yang perlu untuk 3
Charlott Buchler, Psycology For Conterporary Living A Delta dell Publication Inc, New York : 1986 hal. 152 4 Stephen P. Robins, Perilaku Konsep Kontropersi dan Penerapan, Jakarta : PT. Prehalindo hal. 5
4
menampilkan
peranan-peranan
yang
sekarang
atau
yang
tengah
diantisipasikan (dan yang telah berlanjut) sepanjang kehidupan manusia, sejauh peranan-peranan baru masih terus dipelajari. Segenap proses dengan mana individu, yang dilahirkan dengan banyak sekali potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam suatu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterimakan olehnya sesuai dengan standar dari kelompoknya Komunikasi dipelajari dari manusia lainnya, dengan siapa individu itu bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum.5 Menurut Onong Uchyana Effendi sosialisasi adalah, suatu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota yang efektif, yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif didalam masyarakat.6 Untuk sosialisasi suatu program dibutuhkan aktivitas public relations dan tim yang terkait secara tepat, karena ini merupakan sebuah hubungan bentuk jalinan antara masyarakat dengan perusahaan. Sosialisasi ini diperlukan agar mereka mengerti dan memahami apa yang menjadi tugas kita terhadap publik. Definisi diatas, mempunyai banyak persamaan dan secara efektif menggetengahkan beberapa segi penting sosialisasi, pertama sosialisasi itu fundamental merupakan proses belajar, belajar dari pengalaman. Kedua memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dalam 5
Michael Rush dan Philip Althoff, Sosiologi Politik, Jakarta : Rajawali Pers 1993 hal. 29-30 Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 1992 hal. 27 6
5
batasan-batasan yang luas, dan yang lebih khusus lagi berkenaan dengan informasi atau pengetahuan motif-motif atau nilai-nilai dan sikap-sikap. Salah satu publik eksternal yang sangat berpengaruh adalah, masyarakat atau khalayak luas, oleh karena itu kita perlu juga melakukan kegiatan-kegiatan atau sosialisasi suatu program yang mudah dipahami atau diterima oleh masyarakat luas pada umumnya. Sosialisasi suatu proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan cara berfikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Masyarakat secara spontan ikut sosialisasikan program atau kebijakan yang telah diinformasikan sehingga semakin memahami maksud dan tujuan dan sasaran pemberlakuan ketentuan dari kebijakan. Untuk mencapai itu semua salah satu strategi yang baik, untuk dilakukan oleh seorang praktisi Humas adalah dengan melakukan suatu kampanye public relations karena kampanye menggunakan interaksi simbol,
artinya
pengoperan
simbol-simbol atau lambang-lambang
komunikasi yang mempunyai makna tertentu dalam berkampanye. Lambang komunikasi itu sendiri bisa berbentuk bahasa, baik secara lisan maupun tulisan, tanda, gambar-gambar, isyarat tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sekaligus berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan dan pada akhirnya akan menimbulkan efek atau hasil sesuai dengan yang direncanakan komunikator atau dalam hal ini adalah seorang public relations. Dengan
6
lambang-lambang tersebut komunikan termotivasi untuk melakukan sesuatu dengan senang hati apa yang di maksudkan oleh komunikator dalam hubungan symbolis interaction tersebut, kegiatan bersifat psikologis maka hasil dari kampanye public relations tersebut menjadi efektif. Dalam setiap kegiatan, yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan yang dimiliki Divisi Publik Relations (PR) di dalamnya. maka seorang Public Relations Officer (PRO), harus mampu menarik gambaran (image) yang positif dari publiknya melalui kegiatan tersebut. Hal ini merupakan salah satu fungsi dari PR, mengingat pentingnya fungsi tersebut, disini seorang PRO harus mampu memilih strategi dan media publikasi yang tepat agar tujuan publikasi dari kegiatan tersebut dapat tercapai. Public Relations dalam melakukan komunikasi, bertanggung jawab untuk memperkenalkan diri keberadaan perusahaannya dan menjelaskan segala kebijaksanaan perusahaannya kepada publik. Serta menerima tanggapan, dan aspirasi atau selera publiknya dengan pengertian demikian maka dalam perwujudan sehari-hari Public Relations tampil sebagai organisasi manejemen beserta kegiatan komunikasinya dengan publik yang terkait. Dengan upaya perusahaan dimana humas itu berada, secara statis humas mengandung arti organisasi manajemen yang menjadi wadah atau sarana untuk kepentingan operasionalnya, dan secara dinamis humas bermakna kegiatan komunikasi dengan publik dalam rangka menciptakan
7
harmonisasi yang menunjang pencapaian tujuan perusahaan dimana humas itu berada. Dengan demikian Public Relations merupakan, narasumber informasi yang harus mampu membuat strategi yang tepat dan akurat agar dapat mengatur saluran informasi baik ke dalam maupun keluar. Dan dengan wewenangnya adalah, memberikan informasi atau penerapan yang benar dan jelas dalam arti mempertahankan kebijaksanaan yang sudah di gariskan oleh perusahaan kepada publik. Selain itu, dapat menumbuhkan pendapat publik terhadap perusahaan yang bersifat positif dengan cara melalui kerjasama agar tujuan dapat tercapai. Menurut M. Linggar Anggoro dalam bukunya “Teori dan Profesi Kehumasan” adalah, Publik Relations yaitu segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. 7 Kegiatan utama Public Relations yaitu, komunikasi dalam bentuk relasi. sedangkan prinsip utama dalam berkomunikasi adalah, bertujuan melakukan perubahaan sikap, pendapat, perilaku, dan perubahan sosial. Public Relations melakukan komunikasi yang bersifat persuasif baik yang dilakukan secara lisan, untuk menciptakan opini public yang favorable.8 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua mengandung maksud yang sama, semua bertujuan untuk menanamkan dan memperoleh 7
M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta : PT. Bumi Aksara 2000 hal. 2 Abdurachman Oemi, Dasar-Dasar Publik Relations, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti 2001 hal. 62. 8
8
pengertian, jasa baik kepercayaan, dari publiknya, usaha humas bertujuan bagi terwujudnya hubungan yang harmonis antara badan atau perusahaan itu dengan memberikan penjelasan dan petunjuk bagi para stakeholders secara sistematis dan sosialisasi secara terus menerus, baik mengenai teknik operasional maupun mengenai garis kebijaksanaan perusahaan termasuk program kerjasama. Hubungan yang harmonis dalam arti saling pengertian dan saling menguntungkan, suatu hubungan saling memberi dan saling menerima antara kedua belah pihak sehingga terjalin suasana yang mendorong kearah majunya perusahaan atau badan yang bersangkutan beserta terciptanya stabilitas kehidupan masyarakat yang menguntungkan semua pihak. Hubungan tersebut dibentuk melalui program kerja yang positif dalam arti berusaha secara sistematis dalam meningkatkan pengertian serta jasa baik, dan kepercayaan publik, serta secara intensif menghilangkan atau mengurangi suara-suara negatif dari publiknya. Dengan demikian, posisi atau citra organisasi perusahaan tetap terpelihara dengan baik dalam upaya mencapai tujuannya secara efisien dan efektif. untuk dapat mencapai sasaran ini, setiap organisasi perusahaan harus dapat menentukan dan merumuskan kebijakan dalam bahasa yang dapat dipahami oleh khalayak.
9
Kasus yang terjadi di Bank Indonesia adalah, Penyelesaian Sengketa Bank Syariah Masih Diperdebatkan.9 Kepala Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan Bapepam LK Anis Baridwan menyoroti sengketa yang mungkin timbul dalam transaksi ekonomi syariah. Jalurnya bisa lewat Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAMUI) atau lembaga mediasi lainnya. Presiden Direktur Karim Business Consulting Adiwarman Azwar Karim berpendapat lain. Ia melihat bahwa jika ada sengketa dalam ekonomi syariah maka harus diselesaikan di Pengadilan Agama. Ia mendasarkan pada ketentuan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Menurut Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Agustiono, sengketa ini tak kunjung selesai karena pihak bank enggan membawa kasus ini ke lembaga abitrase syariah. Padahal, kasus sengketa syariah baru bisa dibawa ke lembaga abitrase kalau kedua pihak menyetujui.10 Meski demikian, keduanya sepakat bahwa sengketa ekonomi syariah yang akhir-akhir ini sering muncul harus diselesaikan pada jalur yang benar. Mereka berkaca pada kasus yang menimpa dua perbankan syariah ternama dengan pertamina. Dua tahun silam, pertamina mengajukan pembiayaan dalam skema murabahah (jual beli) kepada kedua bank syariah itu untuk membiayai pengadaan 100 unit kendaraan. 9
http://hukumonline.com htpp://hukumonline.com
10
10
Masing-masing bank syariah itu sepakat menyalurkan pembiayaan untuk 50 unit kendaraan. Satu kali, pertamina terlambat membayar, namun, secara sepihak, salah satu bank tiba-tiba menaikkan harga jual akad murabahah, pihak bank syariah tidak boleh menaikkan harga selama masa pembiyaan. Sejak itu sengketa merebak. IAEI sendiri mengklaim telah melaporkan kasus ini ke Bank Indonesia, bank syariah yang bersangkutan, Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS), namun hasilnya tetap nihil. Kasus diatas adalah contoh kecil yang muncul secara diam-diam di dunia perbankan syariah. Data dari Direktorat Perbankan Syariah BI menyebutkan sepanjang 2005 hingga akhir juni 2006 sedikitnya ada 150 sengketa syariah. Bahkan, kasus sejenis cenderung terus bertambah. BI sendiri sebagai otoritas pengawas perbankan termasuk bank syariah sudah memperingatkan bank-bank syariah yang melakukan praktek nakal. Data evaluasi kinerja bank-bank syariah oleh BI menyebutkan beragam temuan, tidak hanya soal praktek nakal perbankan syariah, tapi juga masalah produk yang dikeluarkan perbankan syariah. Dokumen itu menyebutkan secara sistem perbankan, produk tersebut merepotkan. Karena transaksi yang terjadi, meski tercatat dalam pembukuan bank, namun tetap saja menyalahi prinsip ke hati-hatian. Memang sejak UU No. 3/2006 disahkan, seharusnya masalah sengketa perbankan syariah bakal menemui titik terang. UU itu
11
menegaskan bahwa semua sengketa ekonomi syariah diselesaikan di Pengadilan Agama.11 Masalahnya, dari segi sumber daya manusianya masih banyak menuai masalah. Data IAIE menyebutkan, dari 2.000 hakim Pengadilan Agama, hanya 500 yang diperkirakan memenuhi standar. Masalah lainnya, belum adanya rujukan para hakim ketika menyelesaikan sengketa syariah. Rujukan yang saat ini ada adalah produk hukum sekuler dan karenanya tidak mungkin mampu menyelesaikan sengketa syariah. Untuk mengatasi hal ini, Departemen Hukum dan HAM telah membentuk tim yang bertugas mengkaji kompilasi hukum syariah. Produk dari kerja tim ini adalah kompilasi hukum syariah, baik pidana maupun perdata yang akan dijadikan rujukan para hakim pengadilan agama. Kebutuhan membentuk suatu Humas yang profesional diwujudkan pada 1 Agustus 1998, yaitu dalam bentuk tim setingkat bagian yang berada dibawah Biro Gubernur. Tim Humas berada dibawah Biro Gubernur, sebagai fungsi manajemen untuk mempercepat dan memperlancar arus informasi atau komunikasi kepada publik. Dengan demikian, arus informasi dari board of management dapat segera diperoleh dan dapat dikomunikasikan segera mungkin kepada masyarakat.12 Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pemahaman yang baik, tidak hanya humas, tetapi juga persepsi dan sikap Bank Indonesia 11 12
Ibid Ibid
12
keseluruhan dalam rangka meningkatkan citra Bank Indonesia yang Independen, Transparan, dan Akuntabel sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999. Pengawasan peraturan dan pengembangan perbankan syariah, merupakan bagian dari tugas Bank Indonesia sebagai konsekuensi dari kewenangan yang diamanatkan oleh Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Amandemen Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 yang lebih memperjelas dan memperkuat dasar kebijakan dual banking sistem yang telah diimplementasikan sejak tahun 1992. Penerapan kebijakan dual banking sistem yang telah berlaku sejak tahun 1992 tersebut, dipandang masih belum mencerminkan dalam realitas pada aspek jumlah aset dan jumlah jaringan kantor, karena dilihat peranannya terhadap industri perbankan nasional masih sangat kecil yaitu sekitar 1,6% pada akhir tahun 2006.13 Dilain pihak diketahui bahwa, berdasarkan survey preferensi Bank Indonesia yang dilaksanakan selama kurun waktu 2000 sd 2005 menunjukkan potensi pasar perbankan syariah cukup besar. Dengan demikian, dalam upaya memanfaatkan potensi yang besar ini diperlukan upaya yang bersifat “extra ordinary”. Yang kemudian dituangkan dalam program akselerasi pengembangan perbankan syariah Indonesia.14 Dalam Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah Bank Indonesia, telah menetapkan 6 pilar yaitu, Penguatan Kelembagaan 13 14
Internet http://www.bi.go.id Ibid
13
Bank Syariah, Pengembangan Produk Bank Syariah, Intensifikasi Edukasi Publik & Aliansi Mitra Strategis, Peningkatan Peranan Pemerintah & Penguatan Kerangka Hukum Bank Syariah, Penguatan SDM Bank Syariah, dan Penguatan & Pengawasan Bank Syariah. Secara garis besar, program ini akan melalui 3 hal yaitu : Pertama, program sosialisasi perbankan syariah kepada masyarakat secara lebih intensif guna meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keuangan dan perbankan syariah. Dalam kaitan itu, BI telah menerbitkan “kamus istilah keuangan dan perbankan syariah” yang diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memahami berbagai istilah dalam perbankan syariah. Kedua, mendorong pengayaan produk dan jasa keuangan syariah serta perluasan outlet pelayanan sehingga lebih menjangkau kebutuhan masyarakat dan Ketiga, BI akan lebih berperan aktif dalam mendukung masuknya dana investasi luar negeri antara lain melalui instrumen- instrumen keuangan syariah.15 Diharapkan dengan pelaksanaan 6 langkah strategis tersebut tujuan pencapaian pangsa aset perbankan syariah sebesar 50% pada akhir 2008 dapat tercapai dengan mewujudkan perbankan syariah yang sehat, kompetitif, dan senantiasa patuh terhadap prinsip syariah. Keenam langkah strategis, ini dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai program kegiatan yang lebih bersifat teknis seperti evaluasi dan amandemen peraturan Bank Indonesia, penerbitan kodifikasi produk dan
15
Internet http://www.bi.go.id
14
jasa bank syariah, pelaksanaan sosialisasi dan edukasi publik mengenai bank syariah, pelaksanaan pelatihan bankir syariah, dan pengawasan yang lebih intensif terhadap rencana bisnis bank syariah agar sejalan dengan program akselerasi. Kebijakan dan inisatif strategis, untuk pengembangan jangka panjang industri perbankan syariah secara sistematis telah dijabarkan dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia. Sasaran kebijakan dan program akselerasi 2007-2008 adalah, mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang, memperkuat
permodalan
manajemen
dan
SDM
bank
syariah,
mengoptimalkan peranan pemerintah (otoritas fiskal) dan BI (otoritas perbankan & moneter) sebagai penggerak pertumbuhan. Melibatkan seluruh stakeholder perbankan syariah untuk berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai dengan kompetensinya masing-masing.16 Peneliti memilih sosialisasi, karena sosialisasi merupakan salah satu tugas humas untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai suatu hal. Diharapkan dengan adanya sosialisasi masyarakat menjadi tahu dan paham tentang apa yang akan disosialisasikan, jadi sosialisasi lebih menekankan pada proses untuk mempersiapkan dan ada juga yang melibatkan media komunikasi demi kepentingan untuk penyampaian pesan, opini, informasi atau berita. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui kegiatan sosialisasi, karena sosialisasi merupakan bagian
16
Internet http://www.bi.go.id
15
dari tugas humas, dengan sosialisasi humas bisa berinteraksi baik secara langsung kepada masyarakat tentang suatu hal yang akan disosialisasikan. Alasan menggunakan PR Campaign adalah, karena adanya hubungan antara sosialisasi dengan kampanye program tersebut, Sehingga akan membangun suatu saling pengertian dan pemahaman melalui persuasi dari khalayak sasaran, membangun kredibilitas, dan menciptakan citra perusahaan kepada masyarakat. Alasan Bank Indonesia yang diteliti adalah, sebuah perusahaan perbankan yang menggeluarkan mata uang rupiah dan mengatur suku bunga bank yang ada diIndonesia. Sehingga yang melakukan sosialisasi tersebut adalah humas, karena humas berfungsi untuk dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan yang mewakilinya dengan publiknya atau stakeholders sasaran khalayak yang terkait. Sosialisasi ini ditujukan pada publik eksternal, karena terjadinya komunikasi dua arah dan kerjasama dengan baik sehingga akan terciptanya hubungan yang harmonis dengan stekeholdersnya. Alasan memilih syariah Bank Indonesia adalah, karena bank syariah merupakan bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah antara lain, meliputi lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pengadaian syariah, dana pensiun keuangan syariah dan bisnis syariah.
16
Alasan Peneliti menggambil Periode 2007-2008, karena pada periode ini peneliti melihat banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh humas beserta Tim Akselerasi dalam sosialisasi Program Akselerasi dalam kegiatannya ada yang dilakukan secara live dan off air. Humas bekerja cukup aktif disamping itu pada periode ini tidak jauh dari tahun sekarang yang masyarakatnya bisa menilai secara langsung serta dapat memahami tentang kegiatan yang dilakukan oleh humas Bank Indonesia pada periode ini. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini, akan memfokuskan pada Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselerasi Pengembangan Syariah. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian, maka dalam penelitian ini yang menjadi masalah pokoknya adalah :“Bagaimana Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah”?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian dilakukan adalah : Untuk mengetahui Sosialisasi Humas Bank Indonesia pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah?
1.4.
Signifikasi Penelitian
1.4.1. Signifikansi Akademis
17
Penelitian ini adalah, suatu kajian di bidang kehumasan yang diharapkan dapat melengkapi literatur tentang studi komunikasi organisasi, sehingga berguna dalam memperluas wawasan khususnya di bidang ilmu komunikasi.
1.4.2. Signifikansi Praktis Penelitian ini diharapkan, dapat memberikan masukan dan sumbangan yang bermanfaat bagi perusahaan, terutama dalam sosialisasi Humas Bank Indonesia pada akselerasi pengembangan perbankan syariah sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
18
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Pengertian Komunikasi Komunikasi
merupakan
aktivitas
dari
manusia,
dengan
berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Peranan komunikasi disegala bidang menjadi sangat penting di lihat dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Artinya semua upaya yang dilakukan dalam segala bidang baik dalam perusahaan, maupun dalam kehidupan sehari-hari diperlukan suatu bentuk komunikasi yang harus dilakukan secara terencana dan sistematik. Karena komunikasi merupakan, proses penyampaian pesan untuk membentuk sebuah pengertian dan hubungan antara sesama manusia didalam lingkungannya. Sebab tanpa adanya komunikasi, tidak akan terjadi interaksi atau hubungan. Seperti yang dikemukakan oleh Hoveland, komunikasi merupakan proses
dimana
seorang
komunikator
menyampaikan
perangsang-
perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain.17 Dari definisi tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa komunikasi merupakan, suatu proses hubungan untuk membentuk suatu pengertian dimana dari fikiran seseorang yang diteruskan untuk
17
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka 2001.
17
19
mempengaruhi fikiran orang lain yang dapat dilakukan dalam bentuk lambang atau kata-kata secara terencana dan sistematis. Proses
komunikasi
sebagai,
“transfer
information”
antara
komunikator dengan komunikan. Bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Menurut Gode komunikasi merupakan, penekanan pada proses “penularan” pemilikan, yakni dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki satu orang kemudian (setelah komunikasi). Menjadi dimiliki dua orang atau lebih, kata penularan lebih tepat dipergunakan dalam konteks definisi ini dibandingkan dengan distribusi atau pembagian, karena apa yang dimiliki seseorang (sebelum komunikasi) tidak akan berkurang baik kualitas ataupun kuantitasnya setelah dikomunikasikan kepada orang-orang lainnya.18 Dengan demikian yang dimaksud dengan komunikasi adalah, “Suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”.
2.2
Komunikasi Organisasi Dalam organisasi, komunikasi menjadi sumber bagi kehidupan dan kedinamisan lembaga atau organisasi. Komunikasi menjadi sarana yang menghubungkan semua individu dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.
18
Ibid, hal. 7
20
Komunikasi diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam organisasi dan disebut sebagai komunikasi organisasi. Menurut Uday Pareek, komunikasi organisasi merupakan proses aliran (pengiriman dan penerimaan) pesan-pesan yang berorientasi tujuan diantara sumber-sumber komunikasi dalam suatu pola dan melalui suatu medium atau media. 19 Menurut Miftah Thoha, membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi yang ada diluar organisasi ialah struktur hierarki. Struktur hierarki ini merupakan, karakteristik dari setiap organisasi sehingga perilaku orang-orang yang berada diluar organisasi dalam berkomunikasi tidak mengikat karena tidak adanya struktur hierarki. 20
2.2.1
Komunikasi Eksternal Dalam kaitannya dengan komunikasi eksternal ini, pelaksanaan komunikasi dilakukan oleh pihak organisasi atau perusahaan melalui kesepakatan manajemen untuk melakukan kegiatan komunikasi dengan pihak luar atau publik yang berada di luar organisasi yang tentunya menjadi perhatian. Karena bagaimanapun tanpa dukungan publik luar ini, keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan sulit tercapai. Hal ini memberikan konsekuensi, bagi pihak organisasi untuk dapat meraih perhatian publik luar dan menarik simpati publik luar terhadap
19 20
Uday Pareek, Perilaku Organisasi, Jakarta : 1984 hal. 97 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta.: 1992 hal. 18
21
organisasi. sehingga mereka mau bekerja sama dengan pihak organisasi atau perusahaan. Dalam kontek hubungan dengan pihak luar kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh seluruh unsur yang ada pada organisasi, karyawan
operasional
sampai
merupakan
representasi
publik
organisasi atau membawa nama organisasi pada saat mereka melakukan kegiatan komunikasi dengan publik luar. Oleh karena itu segala perilaku mereka atau perilaku manajemen suatu organisasi akan memberikan warna bagi efektivitas komunikasi. Kegiatan komunikasi eksternal, dapat dilakukan dengan berbagai cara jika kegiatan komunikasi dari pihak organisasi atau perusahaan kepada publik luar maka dapat dilakukan dalam bentuk. Misalnya: 1. Untuk publik umum (general publik) dan publik konsumen (consumer publik) dapat dilakukan komunikasi melalui periklanan, promosi, publisitas, pameran. 2. Untuk publik pers (press publik) dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui, press conference, press release, press interview, press tour. 3. Untuk publik pelanggan (custumer publik) dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui penginformasian kebijakan perusahaan melalui
22
media massa, special discount, ucapan selamat tahun baru, selamat idul fitri.21 Komunikasi eksternal dari manajemen, dengan berbagai jenis publiknya menunjukkan problema yang sama. Pertambahan penduduk telah meningkatkan ukuran kebanyakan kelompok yang pada gilirannya
meningkatkan
pula
problema
komunikasi.
Biaya
komunikasi massa telah bertambah sedemikian besarnya sehingga banyak perusahaan yang tidak mampu menggunakan program informasi kepada umum secara komprehensif. Terlepas dari hambatan tersebut arus informasi yang bebas ini, komunikasi dengan para pelanggan, masyarakat sekitar, pendidikan, dan
pemerintah
sedang
ditingkatkan
dalam
volume
dan
keefektifannya. Para spesialis dengan keahlian komunikasinya membentuk bagian hubungan masyarakat. Para konsultan komunikasi memberikan saran kepada manajemen, dan berbagai macam buku serta penerbitan berkala membahas teknik-teknik komunikasi maju. Para karyawan kemudian diberi penjelasan tentang kebijaksanaan dan kegiatan perusahaan sehingga mereka dapat berkomunikasi secara lebih efektif dengan publik luar. Menurut Assegaf Humas Eksternal adalah, salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan kepada publik yang berada di luar perusahaan. Di dalam prakteknya, Humas itu bertujuan untuk mencari 21
Neni Yulianti, Dasar-Dasar Publik Relations, Bandung : Penerbit Pusat Universitas (P2U) Lembaga Penelitian Masyarakat Islam 2005 hal. 108
23
serta mendapatkan dukungan dari publik yang berada di luar perusahaan tersebut.22 Menurut Oemi Abdurrachman, tugas penting Eksternal Public Relations adalah, mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya informatif dan persuasive, yang ditujukan kepada publik diluar badan itu.23 Penilaian Eksternal publik terhadap sesuatu badan bukan saja mengenai pelayanannya, kegiatan-kegiatannya, dan para anggotanya, tetapi juga mengenai keseluruhannya yang meliputi badan itu.24 Kegiatan Humas Eksternal perlu diaktifkan dan ditingkatkan, karena melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan humas perusahaan akan mendapatkan dukungan dari publik khususnya publik eksternal. Dukungan yang diberikan oleh publik eksternal inilah yang mampu meningkatkan citra perusahaan. Pengaktifkan hubungan dengan publik yang berada diluar perusahaan melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Hubungan dengan pelanggan (customer relations) 2. Hubungan dengan komunitas (community relations) 3. Hubungan dengan pemerintah (government relations) 4. Hubungan dengan media massa (mass media relations)
22
Djafar Assegaf, Humas Dalam Praktek, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia 1980 hal. 28 Oemi Abdurrachman, Dasar-Dasar Publik Relations, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti 2001 hal. 38 24 Ibid, hal. 39 23
24
Terbinanya hubungan antara humas dengan orang-orang media massa bertujuan, agar segala sesuatu yang menyangkut penyebaran informasi kepada publik eksternal berjalan lancar. Hubungan dengan media bisa dilakukan dengan cara jumpa pers (press conference), wisata pers (pers tour), siaran pers (press release), dan periklanan (advertising).25 Salah satu tujuan Humas keluar adalah, mempererat hubungan dengan orang-orang atau instansi-instansi di luar organisasi atau perusahaan. demi terciptanya opini publik yang menguntungkan organisasi atau perusahaan itu. Tugasnya adalah mengadakan komunikasi dua arah yang sifatnya informatif dan persuasif kepada publik luar. Informasi harus diberikan dengan jujur, berdasarkan fakta dan harus diteliti karena publik mempunyai hak mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang sesuatu yang menyangkut kepentingannya.
2.3
Pengertian, Fungsi, Peran, Tugas Public Relations Definisi mengenai Public Relations begitu banyak, namun dalam penelitian ini agar pembahasan lebih mendalam tentang dunia publik relations maka peneliti hanya menulis dua definisi yang berhubungan dengan tema penelitian ini. Praktek humas atau PR adalah, keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam
25
Bachtiar Aly, Op. Cit. hal. 34-37
25
rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dan segenap khalayaknya.26 Upaya yang terencana dan berkesinambungan ini berarti PR adalah, suatu rangkain kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkain kampanye atau program terpadu. Dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Jadi PR sama sekali bukanlah, kegiatan yang sifatnya sembarangan atau dadakan. Tujuan utamanya adalah, “menciptakan dan memelihara saling pengertian maksudnya adalah untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berpentingan. Dengan adanya satu penggal kata “saling”, maka organisasi juga harus memahami setiap kelompok atau individu yang terlibat dengan (istilah yang umum adalah “khalayak” atau public).27 Cutlip, Center & Brown menyebutkan public relations is the distinctive
management
functions,
understading,
acceptance
and
cooperations between on organization and its public (PR adalah fungsi manajemen secara
khusus yang mendukung terbentuknya saling
pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi atau lembaga dengan berbagai publiknya (Cutlip, Center& Brown 2004:4).28 Sedangkan definisi berikutnya Mexico (The Mexican Statement) pertemuan asosiasi-asosiasi publik relations seluruh
26
Frank Jefkins, Publik Relations Bisnis E + R, Edisi Keempat, Jakarta : Erlangga 1992. Ibid , hal. 8 28 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Publik Relations, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2002 hal. 14 27
26
dunia Mexico City, Agustus 1978 menghasilkan pernyataan mengenai definisi PR sebagai berikut: suatu seni sekaligus suatu disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensi darinya, memberi masukan dalam saran-saran kepada para pemimpin organisasi dan atau kepentingan khalayaknya.29 Pengertian Humas mengacu kepada segenap kegiatan yang dilakukan
oleh
suatu
lembaga
atau
organisasi,
dalam
rangka
mengorganisasikan segala sesuatu guna mencapai saling pengertian yang lebih baik antara organisasi atau lembaga dengan publik yang dituju, yakni sejumlah orang dengan siapa lembaga atau organisasi yang dimaksud ingin melakukan hubungan. Kedudukan Humas dalam lembaga atau organisasi ada dileher organisasi, karena keberadaannya menjadi arti penting bagi lembaga atau organisasi di dalam melakukan segala aktivitasnya yang berhubungan dengan publik. Kegitan humas menjadi bagian dari manajemen, dalam hal ini humas membantu manajemen dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap opini publik. Hal seperti ini, memang sudah menjadi bagian dari public relations yang memang berperan sebagai jembatan komunikasi antara perusahaan dengan publiknya baik internal maupun eksternal tentunya untuk pencapaian citra dan reputasi yang baik.
29
Frank Jefkins, Op. cit, hal. 9
27
2.3.1 Fungsi Public Relations Setiap pekerjaan tentunya mempunyai tanggung jawab tersendiri, apabila pekerjaan yang menuntut keprofesionalan yang tinggi tentunya menuntut tanggung jawab yang tinggi pula. begitupun juga dengan Publik Relations menurut Edward L. Bernay dalam bukunya Public Relations terdapat 3 fungsi utama PR yaitu : 30 1. Memberikan penerangan kepada masyarakat. 2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. 3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/ lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyakat atau sebaliknya. Sedangkan menurut Cutlip, apabila dikaitkan fungsi Public Relations dalam manajemen Public Relations maka secara operasional teknisnya, yaitu sebagai berikut : 31 1. Public Relations berfungsi melaksanakan : a. Penelitian (Research) Ini adalah tahap penelitian dalam Public Relations, baik dalam memperoleh data primer dan sekunder, maupun penelitian bersifat opinion research, secara kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan ini bersifat opinion research, secara kualitatif. Kegiatan ini bersifat motivation research, penelitian yang tertuju pada jiwa manusia
30
Rosady Ruslan, Manajemen Publik Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Edisi revisi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2003 hal. 18 31 Ibid, hal. 33
28
yang berkaitan dengan kebutuhan dan keinginan (needs & wants) yang paling mendasar. b. Perencanaan (Planning) Penyusunan suatu program acara (event) agenda setting dan program kerja humas, penyusunan tersebut berdasarkan data dan fakta dilapangan, kebijakan, prosedur, tema dan kemampuan dana serta dukungan dari pihak terkait. c. Pengorganisasian (Coordinating) Maksudnya
adalah
mengkoordinir satu
tim kerja
dengan
menentukan kerjasama dan keterlibatan dari instansi atau personil lainnya ke dalam satu koordinasi tim yang solid sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi. d. Administrasi (Administration) Menyangkut
masalah
administrasi
perencanaan,
evaluasi,
dokumentasi, sistem, pengarsipan dan pencatatan keluar atau yang masuknya uang dan sekaligus merupakan suatu bukti tertulis atau tercatat dalam sistem administrasi yang baik. e. Produksi (Production) Hal ini merupakan bentuk produk publikasi dan promosi yang dikelola
oleh
humas,
dalam
upaya
mendukung
perluasan/pemasaran produk atau nama dan pengaruh pada sebuah organisasi dan lain sebagainya merencanakan media plan,
29
publication-publicity, audio visual, special events & regular events untuk tujuan kampanye. f. Partisipasi Komunitas (Community Participation) Maksudnya adalah, partisipasi humas dalam melakukan suatu komunikasi timbal balik dengan komunitas masyarakat/public lingkungan tertentu untuk mencapai saling pengertian dan citra positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Misalnya, kegiatan peduli bidang social marketing dan social care (kepedulian PR terhadap aspek kepentingan sosial). g. Nasihat (Advisory) Memberikan sumbang saran kepada manjemen dan pimpinan perusahaan
berkenan
dengan
kebijakan
organisasi
tentang
penyesuaian berdasarkan kepentingan public eksternal/internal, maupun berdasarkan hasil pengidentifikasian keinginan dan reaksi opini public terhadap tujuan perusahaan. 2. Aktivitas Humas (Public Relations Activities): a) Pencarian fakta/permasalahan (Fact Finding) b) Perencanaan (Planning) c) Komunikasi (Communication) d) Evaluasi (Evaluating) 3. “The right man and the right place or the right man behind the gun”, yaitu antara lain upaya humas untuk mencapai : a) Efektivitas
30
Berhasil untuk mencapai tujuan, seraya untuk memuaskan semua pihak yang terkait. b) Efisiensi Ketepatan mengelola keuangan/dana secara tepat.32 Jadi humas, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk memberikan informasi serta membentuk opini publik atau khalayak untuk berfikir dan berperilaku positif terhadap organisasinya. dalam menjalankan program kerjanya berpedoman
pada
azas-azas
managemen,
yakni
tahapan
managemen yang terdiri dari POAC (Planning, Organizing, Controling)
dan
analisis
SWOT
(Strenghten,
Weakness,
Opportunities, Controling). Selain fungsi yang telah disebutkan di atas, PR juga memiliki tugas seperti :33 1) Menyelenggarakan dan tanggung jawab atas penyampaian informasi atau pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar (visual) kepada publik, sehingga publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal ikhwal perusahaan atau lembaga, segenap tujuan serta kegiatan yang dilakukan. 2) Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat.
32 33
Ibid, hal. 37-39 Ibid, hal. 23
31
3) Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan perusahaan maupun segala macam pendapat (public acceptance and non acceptance). 4) Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favour, public opinion dan perubahan sikap.
2.3.2 Peran Public Relations Perkembangan profesionalisme public relations yang berkaitan dengan pengembangan peranan public relations, baik sebagai praktisi maupun professional dalam suatu organisasi atau perusahaan menurut Dozier D.M (1992) merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi public relations dan komunikasi organisasi. Oleh karena itu public relations dituntut untuk dapat melaksanakan peran sebaik mungkin. Peranan public relations organisasi Dozier dan Broom, dari buku Rosady Ruslan dapat di bagi dalam empat kategori yaitu : 34 1. Penasehat ahli (expert presciber) Seorang praktisi pakar public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian
masalah
hubungan
dengan
publiknya
(public
relationship). Pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau
34
Ibid, hal. 20-21
32
mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan. 2. Fasilitas komunikasi (communication fasilitator) Dalam hal ini, praktisi public relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. 3. Fasilitator proses pemecahaan masalah (problem salving process fasilitator) Peranan praktisi public relations dalam proses pemecahan persoalan public relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasehat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan professional. 4. Teknisi komunikasi (communication technician) Peranan communication technician ini menjadikan praktisi public relations sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan
teknis
komunikasi
atau
dikenal
communication. communication media model)
dengan
method
of
33
2.3.3 Tugas Public Relations Untuk
mendukung
profesionalisme
public
relations
dalam
melaksanakan fungsi dan perannya sebagai pencipta image positif perusahaan hendaklah public relations dalam melaksanakan tugasnya secara profesional juga tugasnya dilaksanakan oleh public relations berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Tugas-Tugas tersebut meliputi : A. Menginterprestasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik. Kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi. Kecenderungan perilaku public atau diklasifikasikan dengan baik oleh Frank Jefkins menjadi 4 (empat) situasi atau kondisi kecenderungan public yang dihadapi oleh humas yakni tidak tahu, apatis, prasangka dan memusuhi. Mengacu pada klasifikasi public menurut Frank Jefkins tersebut, maka tugas humas adalah merubah public yang tidak tahu menjadi tahu apatis menjadi peduli, yang berprasangka menjadi menerima dan memusuhi menjadi simpati. B. Mempertemukan kepentingan organisasi atau lembaga dengan kepentingan publik. Kepentingan organisasi atau lembaga dapat jadi jauh berbeda dengan kepentingan publik dan sebaliknya. Namun dapat juga
kepentingan
ini
sedikit
berbeda
bahkan
dapat
juga
kepentingannya sama. Dalam kondisi manapun tugas humas adalah mempertemukan kepentingan ini menjadi saling dimengerti, dipahami,
34
dihormati dan dilaksanakan. Bila kepentingannya berbeda, maka humas dapat bertugas untuk menghubungkannya. C. Mengevaluasi program-program organisasi atau lembaga khususnya yang berkaitan dengan publik. Tugas mengevaluasi program manajemen ini mensyaratkan kedudukan yang wewenang public relations yang tinggi dan luas. Karena tugas ini dapat berarti humas memiliki wewenang untuk memberi nasehat apakah suatu program sebaliknya diteruskan ataukah ditunda ataukah dihentikan. Disini humas bertugas untuk senantiasa memonitor semua program. Sementara menurut Astrid S. Susanto mengutip pendapat Cutlip dan Center menyatakan tugas public relations perusahaan adalah sebagai berikut :35 1. Mendidik melalui kegiatan non profit suatu public untuk menggunakan barang atau jasa instansinya. 2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan publik. 3. Meningkatkan penjualan barang atau jasa. 4. Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari. 5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
35
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, Bogor selatan : PT. Ghalia Indonesia dengan UMM Press 2002 hal. 26
35
6. Mencegah pergeseran penggunaan barang dan jasa yang sejenis dari pesaing perusahaan oleh konsumen. Jadi public relations perusahaan diharapkan, memiliki kemampuan untuk meningkatkan jasa melalui kegiatan-kegiatan public relations yang berkaitan dengan kegiatan
masyarakat sehari-hari seperti halnya
memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mendidik melalui keterampilanketerampilan yang diadakan perusahaan.
2.4
Proses Perencanaan Kerja Humas Pada dasarnya tujuan umum dari program kerja dan berbagai aktivitas public relations atau humas di lapangan adalah, cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi atau perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder sasaran khalayak yang terkait. Tujuan dari proses perencanaan program kerja, untuk mengelola berbagai aktivitas PR/humas tersebut dapat diwujudkan jika terorganisasi dengan baik melalui manajemen humas yang dikelola secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan hasil atau sasarannya. Aktivitas praktisi humas dilapangan mencakup sebagai konseptor (Conceptor), penasihat (Counselor), komunikator (Communicator) dan penilai (Evaluator) yang handal. Oleh karena itu menjadi sangat penting apabila pejabat humas/PRO dituntut untuk memiliki kemampuan
36
memecahkan berbagai macam masalah yang dihadapinya
dalam
organisasi. 36 Dalam melaksanakan pekerjaannya, humas akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugastugasnya sesuai dengan fungsinya dan peranannya. Menurut Cutlip dan Center, proses kerja humas digambarkan dalam sebuah bagan sebagai berikut : 37 Tabel. I Proses Kerja Humas Penemuan Fakta Perencanaan Program Aksi dan Komunikasi Evaluasi Gambar 1 : Sumber : Diadaptasi dari Scott M-Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Brown, Effective Publik Relations, (Ebewood Cliffs, NJ : Prentice Hall, 1985). 38 1. Pengumpulan Fakta Dalam tahap ini, praktisi PR perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu praktisi PR perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Tahap ini merupakan
36
Ibid, hal. 125 Ibid, hal. 126 38 Ibid, hal. 127 37
37
penerapan atau fungsi intelijen perusahaan. Pada tahap ini ditentukan: “What’s happening now?”. 2. Perencanaan dan Program Pada Tahap ini seorang praktisi PR sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah itu dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Adalah penting bagi PR untuk mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian. Adakalanya pelaksanaan program itu membutuhkan peranan langsung CEO atau pemegang saham mayoritas. Maka, rencana dan program sebaiknya berupa consensus yang disepakati bersama. Tercakup dalam tahap ini adalah objective, prosedur, dan strategi yang diarahkan pada masing-masing khalayak sasaran. Tahap ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan: “What should we do and why?’’. 3. Aksi dan Komunikasi Banyak praktisi PR yang sering melupakan kedua proses di atas dan langsung masuk ke tahap 3, yakni langsung melakukan aksi dan komunikasi berdasarkan asumsi pribadi. Meski tidak jarang tindakan itu membawa hasil yang tidak buruk, langkah ini sama sekali tidak disarankan karena terlalu tinggi risikonya bagi citra perusahaan. Manajer PR yang melakukan hal ini biasanya kurang paham ke mana citra perusahaan
38
hendak diarahkan dan di mana ia berada kini. Sekali lagi aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals yang spesifik. Tahap ini menjawab pertanyaan “How do we do it and say it?’’. 4. Evaluasi Program Proses PR selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta. Untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atau belum, seorang praktisi PR perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Seperti biasa, selesainya suatu permasalahan selalu akan diikuti oleh permasalahan baru (krisis baru). Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. Pengukuran ini menjawab pertanyaan “How did we do?”.
2.5
Pengertian PR Campaign Peranan pokok atau tanggung jawab public relations adalah, bagaimana menciptakan kepercayaan, goodwill, dan kejujuran dalam menyampaikan pesan kepada public (khalayak) yang didukung dengan kiat dan taktik serta teknik dalam berkampanye untuk memperoleh citra. Disamping itu, public relations harus proaktif, dinamis, kreatif, dan antisipatif untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat, baik di bidang komunikasi, informasi, politik, ekonomi, dan sosial di dalam negeri maupun di luar negeri (internasional). Oleh karena
39
perusahaan, lembaga, atau organisasi tidak terlepas dari pengaruh dan persaingan (kompetisi) serta kemungkinan menghadapi persoalan dan perubahan kian cepat yang ditunjang dengan teknologi informasi serba canggih dalam era globalisasi yang memasuki mellenium ke-tiga. Menurut Leslie B. Snyder kampanye komunikasi merupakan, aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan khalayak tertentu pada periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.39 Kampanye Public Relations (PR Campaign) dalam arti sempit bertujuan, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi. Agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka tertentu yang berkelanjutan. Sedangkan kampanye PR dalam arti lebih umum atau luas, kampanye public relations tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan motivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai citra yang positif.
39
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Grafindo Persada 1997 hal. 23
40
2.6
Keterkaitan Antara PR Campaign Dengan Sosialisasi Dalam berkampanye Public Relations lebih menekankan pengertian, kesadaran, saling percaya, toleransi, dan saling kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperoleh dukungan publik. Pada akhirnya akan memperoleh citra atau kepercayaan dari komunikan, yaitu melalui perjuangan keras, proses waktu, dukungan team kerja, pimpinan, dan dana secara terus-menerus. Setelah melakukan berbagai upaya dalam program kampanye PR (PR campaign), baik melalui publikasi atau promosi yang dilancarkan tersebut ternyata opini publik dalam posisi yang tidak menguntungkan perusahaan atau produk bersangkutan, artinya akan memperoleh tanggapan negatif, sehingga menciptakan citra positif. Untuk mendapatkan sasaran atau objek (target audience) dalam berkampanye PR ditentukan sebagai berikut, Pendekatan kependudukan (demographics approach), dilihat dari tingkat sosial dan ekonomi, usia rata-rata, dan tingkat pendidikan. Pendekatan psikologis (psychographics approach), yakni sasaran dari kelompok yang sama, kecenderungan pilihan, prefensi, keinginan, citra rasa, gaya hidup, sistem nilai atau pola yang dianut, hingga masalah-masalah yang sifatnya pribadi. Sosialisasi sangat penting artinya, dalam mempersiapkan setiap anggotanya masyarakat agar dapat memahami peranan-peranan orang lain atau peranan dirinya bagi orang lain dalam kehidupan masyarakat Sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis dalam melakukan suatu kegiatannya.
41
Dalam melakukan sosialisasi kegiatan adanya hubungannya dengan publikasi, yang merupakan alat penting baik didalam bauran promosi maupun dalam bauran PR karena publikasi merupakan salah satu relasi komponen yang cukup menunjang keberhasilan dalam promosi dan publikasi khususnya dalam kampanye PR (PR campaign). Bertujuan memperkenalkan dengan menyebarluaskan informasi tentang program tersebut kepada publik sasarannya melalui berbagai sarana umum atau media komunikasi dan media massa.
2.7
Khalayak Public Relations Sasaran Public Relations adalah sasaran komunikasi manajemen, dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara aktif, manusia-manusia yang menjadi sasaran hubungan masyarakat, dibagi menjadi dua kelompok besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar. Khalayak dalam (internal public) adalah khalayak yang bergiat didalam organisasi yang pada umumnya merupakan karyawan, sedangkan khalayak luar (exsternal public)
adalah mereka yang berada diluar
organisasi. Hubungan kedalam pada umumnya adalah, hubungan dengan para karyawan. Employee Relations merupakan suatu kekuatan yang hidup dan dinamis yang dibina dan di abadikan dalam bentuk hubungan dengan perseorangan.40
40
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2004
42
Sedangkan yang di maksud dengan karyawan disini adalah semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih maupun pekerja kasar seperti supir atau pesuruh. Dengan senantiasa berkomunikasi dengan mereka akan dapat diketahui sikap, pendapat kesulitan, keinginan, kesulitan dan harapannya. Publik sasaran dari kegiatan humas dibagi menjadi dua jenis kelompok besar yakni :41 1. Hubungan dengan public intern Publik intern sebagai sasaran humas terdiri dari atas orang-orang yang bergiat di dalam organisasi, dan yang secara fungsional memiliki tugas dan pekerjaan serta hak dan kewajiban tertentu. Dalam organisasi berbentuk instansi pemerintah, misalnya : karyawan dilingkungan instansi sendiri. 2. Hubungan dengan public ekstern Publik ekstern sebagai sasaran kegiatan humas tersendiri dari orangorang diluar organisasi, baik yang ada kaitannya dengan organisasi maupun yang diharapkan atau diduga ada kaitannya dengan organisasi. Pada kenyataannya publik ekstern suatu organisasi yang terdiri dari banyak orang itu berbeda-beda kepentingannya dengan suatu organisasi tertentu, karena itu berbeda-beda pula teknik pembinaan hubungan dengan mereka.
41
Bachtiar aly, Teknik Hubungan Masyarakat, Jakarta. 1995 hal. 30
43
Dalam kampanye public relations (PR campaign), yang menjadi khalayak sasaran (target audience) secara umum dikelompokkan sebagai berikut : 42 a. Hubungan dengan media massa Humas perlu melakukan hubungan dengan media massa yang baik dengan orang-orang media massa agar segala sesuatu yang menyangkut penyebaran informasi kepada publik ekstern berjalan dengan lancar. b. Masyarakat sekitar tertentu (community relations) Yaitu masyarakat yang berada di lingkungan social disekitar kawasan perkantoran, pendidikan, komunitas, keagamaan dan sebagainya. c. Kelompok pemuka agama masyarakat dan masyarakat (opinion leader) Yaitu kelompok yang sifatnya suri tauladan dan ucapannya para tokoh tersebut berupa imbauan atau ajakannya itu akan menjadi panutan orang banyak dalam suatu komunitas masyarakat. d. Lembaga kemasyarakatan Yaitu suatu organisasi dari pada pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Untuk menciptakan hubungan baik antara publik eksternal dan internal dalam aktivitas humas harus lebih menekankan pada
42
Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations, PT. Raja Grafindo, Jakarta. 2005 hal.33
44
pengertian kesadaran toleransi saling percaya dan saling kerjasama antara berbagai pihak. Untuk dapat memperoleh dukungan dari semua pihak maka seorang humas harus mengetahui benar siapa khalayak sasaran dari program yang akan dijalankan atau dilaksanakan.
2.8
Publik Eksternal Yang dimaksud Public Eksternal adalah, public yang berada diluar organisasi/instansi
atau
perusahaan
yang
harus
diberikan
penerangan/informasi untuk dapat membina hubungan baik. Publik eksternal juga menyesuaikan diri dengan bentuk atau sifat, jenis dan karakter dari organisasi yang bersangkutan. Berikut beberapa unsur pada public eksternal yang dianggap penting sebagai berikut :43 a) Konsumen, disini fungsi humas terutama adalah menanamkan kepercayaan pada masyarakat dan konsumen akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. b) Pemasok, di sini pemasok ada dua jenis yaitu pemasok jasa, seperti air bersih dan energi serta pemasok berbagai macam bahan baku, komponen produksi serta jasa profesional. c) Penyalur, mereka yang menangani fungsi perantara antara produsen dan konsumen.
43
Ibid hal. 77
45
d) Pesaing, tugas humas di sini adalah menyakinkan para manajer bahwa dalam batas-batas tertentu perusahaan dapat memanfaatkan pesaing. e) Bank, Bank adalah lembaga komersial yang tidak hanya mengandalkan bunga yang diterima melainkan juga jaminan atas pengambilan pinjaman pokok debitur. f) Pemerintah, fungsinya adalah memantau secara berkala kebijakan pemerintah membina hubungan baik dengan pejabat pemerintah, dan melakukan lobi untuk mempercepat dan mempermudah suatu perizinan. g) Pers, media di sini merupakan jalur penghubung langsung antara organisasi dan para khalayak. h) Komunitas, tugas humas di sini adalah mendidik komunitas agar mereka dapat berhubungan timbal balik, termasuk di dalamnya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sebagai sumber tenaga kerja di perusahaan. Kemudian di sini para pimpinan perusahaan umumnya dibekali dengan teknik untuk mendesain organisasinya sesuai dengan keadaan lingkungan eksternalnya. Unsur dalam lingkungan itu dapat dilihat dalam dua hal, yaitu : 44
44
Rhenald Kasali, Op. cit hal. 75
46
a. Kompleksitas Lingkungan Diukur dari banyaknya pihak di luar perusahaan yang perlu mendapat perhatian perusahaan karena pengaruhnya. Semakin banyak faktor yang perlu diperhatikan, berarti kompleks. Semakin sedikit, berarti sederhana. b. Stabilitas Lingkungan Diukur dari perubahan yang ditimbulkan. Bila terlalu sering terjadi perubahan peraturan pemerintah, perubahan selera konsumen, perubahan peran para faktor dalam lingkungan lainnya, maka lingkungan dikatakan tidak stabil (labil), keadaan sebaliknya disebut stabil. Tujuan yang dibina bagi publik eksternal adalah, untuk mengeratkan dengan orang-orang di luar badan atau instansi hingga terbentuklah opini public yang favourable terhadap badan itu. Unsur-unsur dalam lingkungan eksternal cenderung lebih komplek dan sukar dikendalikan perusahaan. Semakin komplek unsur tersebut semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk menciptakan departemen baru (melebar) yang masing-masing dipersiapkan untuk melakukan deal dengan setiap faktor dalam lingkungan tersebut. Berikut beberapa kiat agar dapat menjalankan hubungan baik dengan publik eksternal sebagai berikut : 1. Memahami karakteristik masing-masing pihak dengan baik. 2. Memahami berbagai kesulitan/kelemahan pihak-pihak tersebut. 3. Melakukan pendekatan yang manusiawi. 4. Memahami tujuan, visi dan misi masing-masing.
47
5. Memberikan luang adanya evaluasi/feedback dari masing-masing pihak. Dilain pihak seorang praktisi humas perlu mengetahui bahwa semakin stabil lingkungan eksternal, semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk membuat organisasinya mekanistik, artinya perusahaan cenderung menggantungkan diri pada aturan, prosedur dan job descriptions yang jelas. Sebaliknya semakin tidak stabil (labil) perusahaan akan didesain organik atau fleksibel. Organisasi yang demikian cenderung datar, tidak banyak hierarki dan amat responsif terhadap perubahan lingkungan.
2.9
Humas Pemerintah Humas dalam Lembaga Pemerintah (Departemen, Lembaga non Departemen Badan Usaha Milik Negara/BUMN), merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi tentang kebijakan. Program dan kegiatan-kegiatan lembaga pemerintah kepada masyarakat.45 Keberadaan hubungan masyarakat di sebuah lembaga atau instansi milik pemerintah merupakan keharusan secara fungsional dan operasional dalam upaya menyebarluaskan atau untuk mempublikasikan tentang sesuatu kegiatan atau aktivitas instansi bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat kedalam, maupun kepada masyarakat luar
45
Rusli Simanjuntak, Pengelolaan Reputasi Organisasi. Jakarta : Publik Seminar sehari di Hotel Kartika Chandra tanggal 2 juni 2005
48
pada umumnya. Dan pada dasarnya humas pemerintah tidak bersifat politis. Humas dapat merupakan suatu alat atau saluran (the PR as tools of government publication) untuk mempelancar jalanya interaksi dan penyebaran informasi mengenai publikasi pembangunan nasional melalui kerja sama dengan pihak pers, media cetak atau elektronik dan hingga menggunakan media tradisional lainnya (wayang kulit atau wayang golek dan sebagainya).46 Secara garis besar humas pemerintah mempunyai peran ganda yaitu fungsi keluar berupa memberikan informasi atau pesan-pesan sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan instansi/lembaga kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran, sedangkan ke dalam wajib menyerap reaksi, aspirasi atau opini khalayak tersebut diserasikan demi kepentingan instansinya atau tujuan bersama. Tugas pokok Humas Pemerintah, di antaranya sebagai berikut : A. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, langkah-langkah dan tindakan-tindakan pemerintah serta memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa informasi yang diperlukan secara terbuka, jujur, dan objektif. B. Memberikan bantuan kepada media berita berupa bahan-bahan informasi mengenai kebijakan dan langkah-langkah serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita untuk acara-acara resmi
46
Rosady Ruslan, Op.Cit hal. 325
49
yang penting. Pemerintah merupakan sumber informasi yang penting bagi media, karena itu sikap keterbukaan informasi sangat diperlukan. C. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan kebudayaan yang telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak didalam maupun diluar negeri. Idealnya Humas itu dimasukkan ke dalam staff intern langsung berada di bawah pimpinan supaya lebih mampu dalam menjalankan tugasnya. Dengan posisi itu kita dapat mengetahui langsung latar belakang dari suatu keputusan yang diambil oleh pimpinan lembaga, sehingga ia langsung mendapat informasi untuk disampaikan kepada publik yang bersangkutan. Humas pemerintah merupakan subsistem dari sistem penerangan secara keseluruhan dan merupakan bagian dari kegiatan komunikasi sosial. Dalam pelaksanaannya peran dan fungsi humas tidak terlepas dari bagian-bagian lain dari sesuatu badan/lembaga pemerintah. Fungsi pokok Humas Pemerintah Indonesia pada dasarnya antara lain sebagai berikut : a. Mengamankan kebijaksanaan pemerintah. b. Memberikan pelayanan, dan menyebarluaskan pesan atau informasi mengenai kebijaksanaan dan hingga program-program kerja secara nasional kepada masyarakat. c. Menjadi komunikator dan sekaligus sebagai mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan menampung aspirasi, serta memperhatikan keinginan-keinginan publiknya di lain pihak.
50
d. Berperan serta dalam menciptakan iklim kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan nasional, baik jangka pendek maupun jangka pendek.47 Dalam rangka untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi kehumasan tersebut, ada beberapa kegiatan yang harus dihadapinya, secara rutin, yaitu sebagai berikut : a. Membangun hubungan yang baik dengan khalayaknya : 1. Khalayak Internal yaitu karyawan di lingkungan instansi atau lembaga. 2. Khalayak Eksternal yaitu media massa, lembaga lain, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat umum. b. Menyelenggarakan dokumentasi mengenai kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh instansinya. c. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat umum masyarakat. dalam rangka ini humas harus melakukan komunikasi dan membina hubungan baik dengan masyarakat, karena tanggapan dan pendapat masyarakat merupakan input yang amat berharga bagi instansi. d. Mengumpulkan data dan informasi. data dan informasi dapat diperoleh secara aktif,
yaitu dengan mengumpulkan dan menghubungi
pihak/sumber yang berkompeten.
47
Rosady Ruslan, Op. Cit hal. 326
51
e. Mengkoordinasikan lalu lintas informasi di dalam lingkungan lembaganya.
2.10
Media Public Relations Media merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan pesan atau sebagai mediator antara komunikator dengan komunikannya. Dalam rangka mencapai tujuan Public Relations sangat diperlukan media yang efektif. Bila PRO mengetahui cara kerja media massa, informasi Public Relations yang disampaikan akan menjadi layak berita, berikut jenis macam media Public Relations : 48 a. Radio, tape recorder, telepon. b. Seminar, konferensi. c. Annual report dan account d. Sponsorship, partisipasi di dalam event e. Corporate identity, house style f. Video, slide, kaset-kaset rekaman audio g. Surat kabar, majalah, brosur h. Foto, lukisan, film, televisi
2.11
Pengertian Sosialisasi Menurut Paul B, Harton dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa sosialisasi adalah, suatu proses dimana seseorang menghayati norma-
48
Frank Jefkins, Essentials of Public Relations, (Heinemann Asia. 1982) hal. 15
52
norma kelompok dimana dia hidup sehingga timbulnya diri/self yang unik.49 Sedangkan menurut Charles R. Wright tentang sosialisasi ini adalah, proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternasisasikan (sampai tingkat tertentu) norma-norma sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk memperhitungkan harapanharapan orang lain. Penting untuk ditegaskan, bahwa sosialisasi tidak pernah “total” dan merupakan proses yang terus berlangsung bergerak sejak kanak-kanak sampai usia tua.50 Adapun pengertian sosialisasi menurut Herber H. Hyman seperti yang dikutip Astrid Susanto adalah, “suatu proses yang mengajar individu menjadi anggota masyarakat dan berfungsi dalam masyarakat. 51 Jelas sekali, bahwa ini mempunyai banyak sekali persamaan, dan secara efektif mengetengahkan beberapa segi penting sosialisasi. Pertama sosialisasi fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman atau seperti yang dinyatakan Aberle sebagai “pola-pola aksi”. Kedua memberikan indekasi umum hasil belajar tingkah laku individu dalam batas-batas yang luas dan lebih khusus lagi berkenaan dengan pengetahuan dan info, motif-motif dan sikap-sikap. lagipula ditekankan bahwa kita tidak hanya berurusan dengan tingkah laku individu saja, tetapi
49
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, Yogyakarta : Arti Bumi Intaran 2005 hal. 159 Astrid S. Susanto, Eilsafat Komunikasi, Bandung : Bina Cipta 1995 hal. 164 51 Ibid hal. 159 50
53
jaga dengan tingkah laku kelompok dimana individu tersebut menjadi bagian dari padanya. Ketiga sosialisasi, itu tidak perlu dibatasi sampai pada usia kanakkanak dan masa remaja saja (sekalipun pada usia tersebut merupakan periode-periode yang paling penting dan berarti), akan tetapi sosialisasi itu tetap berlanjut sepanjang kehidupan. 52 Menurut Nasution Zulkarnain mengemukakan sosialisasi adalah, proses sosiopsikologis yang dijalani setiap orang yang berlangsung seumur hidup dalam menerima norma-norma, nilai-nilai dan pola perilaku yang dianut masyarakat menjadi bagian dari dirinya. Akhirnya ditegaskan pula, bahwa sosialisasi merupakan para kondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik secara implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku. 53 Agar suatu program yang akan disosialisasi dapat dipahami, maka sumber harus mengetahui informasi apa yang akan menarik perhatian media, menemukan sudut dan judul yang layak berita, serta menulis dan mengemas informasi itu untuk setiap media. Sosialisasi eksternal adalah, merupakan peristiwa yang penting yang dilaksanakan oleh public relations bisa juga mengundang wartawan local atau regional serta wakil-wakil dari radio dan televisi untuk dapat
52 Michael Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik Manajemen, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993 hal. 30 53 Nasution Zulkarnain, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta : Universitas Terbuka 2003 hal. 92
54
menghadari acara tersebut. Sehingga sosialisasi dapat berjalan dengan baik. Sosialisasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan agar pihak yang dididik atau diajak, kemudian mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat. Tujuan akhir sosialisasi adalah agar masyarakat bersikap dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah dan nilainilai yang ditawarkan.54 Keberhasilan sosialisasi suatu program, melalui aktivitas humas terlebih dahulu harus membangun kredibilitas nama perusahaan yang pada akhirnya akan memayungi product image dan menimbulkan kesan baik. dan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan suatu program, biasanya seorang PR harus menentukan tujuan yang hendak dicapai, menentukan sasarannya, menentukan ruang lingkupnya (lokal, regional, nasional), menentukan jangka waktu, menentukan temanya, menentukan efek yang diinginkan, menentukan fasilitas, persiapan, dan sarananya serta pembentukan team work yang solid dan propesional. Kemudian dalam membuat suatu kegiatan program yang akan disosialisasikan, perlunya sebuah perencanaan, karena merencanakan sebuah program kerja Departemen Humas pada suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh organisasi
54
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2003
55
atau perusahaan tersebut, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang diantaranya perlu 55: a. Memfokuskan usaha, perencanaan memastikan bahwa hal-hal tidak perlu dikesampingkan, sehingga kita hanya akan mengerjakan hal yang seharusnya dikerjakan. b. Memperbaiki efektivitas, dengan mengerjakan hal yang benar, tujuan yang ditetapkan akan tercapai. c. Memacu pandangan jangka panjang dengan membuat rencana kita harus melihat kedepan dan memaksa kita untuk menarik perspektif lebih jauh. Juga membuat kita melihat kebelakang untuk membuat evaluasi atas hasil-hasil yang telah dicapai, untuk melihat kembali prioritas organisasi. d. Membantu untuk menunjukkan nilai uang, hal ini baik untuk para praktisi public relations jika terjadi perselisihan masalah anggaran dengan organisasi atau perusahaan. e. Mengurangi kesalahan, perencanaan yang matang berarti telah memilih program yang paling tepat setelah membahas berbagai kemungkinan yang akan dihadapi. f. Menyelesaikan konflik, perencanaan membantu kita menghadapi berbagai hambatan yang akan muncul agar dapat diselesaikan melalui keputusan bersama.
55
Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye PR., Jakarta : Erlangga 2004 hal. 29
56
g. Memfasilitasi tindakan yang proaktif, membuat agenda sendiri itu sangat penting, tugas public relations memang memberikan jawaban atas permintaan media atau pun terhadap kris Dalam mensosialisasikan sesuatu, tidak terlepas dari peranan agen sosialisasi, dalam tahap sosialisasi disini yang dimaksud dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang berperan dalam mensosialisasikan suatu program atau kebijakan. Dari beberapa agen sosialisasi yang ada dalam masyarakat salah satunya adalah komunikasi massa, komunikasi massa merupakan salah satu sumber sarana dan agen-agen sosialisasi bagi anggota masyarakat, tua maupun muda, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan, bahwa media komunikasi massa seperti telivisi, dan radio merupakan sumber-sumber normatif dan orang dapat belajar memecahkan berbagai persoalan karena media komunikasi massa tersebut. Agen sosialisasi yang lain adalah kelompok primer (keluarga), tetap merupakan agen sosialisasi yang dianggap lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan media massa (misalnya nasihat-nasihat melalui acara radio atau telivisi). Terutama apabila terjadi perbedaan antara sejumlah orang tentang penilaian moral, nilai-nilai sosial dan sejenisnya. Penelitianpenelitian sosialisasi perihal pengaruh media massa terhadap sosialisasi haruslah dikembangkan, terutama untuk mengetahui adakah perbedaan
57
antara sosialisasi melaui agen-agen primer secara langsung ataukah melaui komunikasi massa yang menyangkut bidang-bidang tertentu. 56 Untuk memasukan isi sosialisasi selain norma-norma yang eksplesit, maka kita perlu peranan media massa dalam mensosialisasikan individu pada perasaan-perasaan moral dan sosial. Dalam tahap berlangsungnya sosialisasi seseorang mendapatkan kepribadian, citra dirinya dan nilai-nilai luhur bangsa dapat ditransmisikan (diwariskan) kepada generasi berikutnya, sementara nilai-nilai baru yang diperkenalkan dengan berbagai dinamikanya. Dalam kegiatan sosialisasi terdapat nilai sosial yang dimaksud dengan nilai sosial disini adalah : 1. Alat untuk menentukan harga sosial, kelas sosial, seseorang dalam struktur stratifikasi
sosial misalnya kelompok ekonomi, kelompok
masyarakat menengah sampai kelompok kelas rendah. 2. Mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. 3. Memotivasi atau memberi semangat manusia untuk mewujudkan dirinya dalam perilaku sesuai yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan. 4. Alat solidaritas atau mendorong masyarakat saling bekerja sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.
56
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Arti Bumi Intaran Cetakan Pertama 2005
58
5. Pengawas, pembatas, pendorong dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.
59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, merupakan penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi dan suatu sistem pemikiran atau suatu kelas ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. tujuannya adalah, membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselediki.57 Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan suatu masalah, membuat comparing atau evaluasi, menentukan apa yang ditentukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan diwaktu yang akan datang. 58 Jadi, penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis) tetapi juga memadukan (sintetis).59 Dalam penelitian deskriptif suatu data yang diperoleh tidak dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk kata kalimat, pernyataan dan konsep. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi,
57
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia 1988 Sumanto, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : PT. Andi Offset 1990 59 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2002
58
56
60
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.60 Penelitian di Bank Indonesia ini lebih kepada menjabarkan dan memadukan secara terarah dan konsisten. Tipe penelitian deskriptif ini disesuaikan dengan perolehan data di dalam penelitian yang dapat dari bentuk kalimat, pernyataan bukan dalam bentuk angka.
3.2
Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Lexy Moleong penelitian kualitatif adalah, penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Ini berarti mempersoalkan dua aspek yaitu pendekatan penelitian yang tujuannya memahami suatu fenomena dalam suatu konteks khusus.61 Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.62 Metode penelitian merupakan, suatu metode atau cara yang digunakan untuk meneliti suatu masalah dengan akhir akan menghasilkan
60
Jalaludin, op.cit,24 Lexy Moleong, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya 2005 hal. 225 62 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2004 61
61
hasil akhir penelitian. Metode penelitian sangat mempengaruhi bagaimana suatu masalah diteliti untuk menemui suatu kesimpulan. Metode erat kaitannya dengan bagaimana seorang peneliti menerapkan cara untuk melihat suatu masalah sesuai dengan cara untuk menuju suatu hasil tertentu. 63 Metode berkaitan dengan suatu cara kerja yang sistematis, dengan memahami suatu subjek atau objek penelitian sebagai suatu upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah termasuk keabsahannya.64 Metode penelitian juga merupakan, sebuah pendekatan umum yang digunakan oleh para peneliti untuk mempelajari topik dari sebuah permasalahan metodologi merupakan penuntun yang memberikan arahan tentang bagaimana peneliti melakukan sesuatu dalam fenomena. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “How atau Why”, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwaperistiwa yang akan diselidiki, bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. 65 Studi kasus merupakan suatu penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalu, selanjutnya 63
Ibid Ibid 65 Robert, K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2003 64
62
peneliti berusaha menemukan hubungan antara-antara faktor-faktor tersebut satu dengan lainnya.66 Disini peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bila fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) didalam konteks kehidupan nyata, hal ini disebabkan pertanyaan seperti berkenaan dengan kaitan operasional yang menuntut pelacakan waktu tersendiri dan bukan sekedar frekuensi atau kemunculan, oleh karena itu jika ingin mengetahui bagaimana suatu kelompok komunitas berhasil menanggalkan sebuah gagasan besar yang diusulkan.67 Alasan peneliti menggunakan metode ini karena adanya fenomena yang bersifat kontemporer dalam kehidupan. Yaitu sosialisasi humas Bank Indonesia pada program akselerasi pengembangan perbankan syariah. Dan dengan metode studi kasus disini diharapkan bila menjelaskan dalam menghadapi beberapa pertanyaan yang relatif sulit, seperti : a. Bagaimana mendifinisikan kasus yang akan diselediki b. Bagaimana menentukan bahwa data yang akan dikumpulkan itu relevan c. Apakah yang seharusnya dikerjakan sehubungan dengan data yang telah terkumpul. Kemudian untuk studi kasus, kelebihan akan tampak bilamana, pertanyaan “bagaimana “ dan mengapa “ akan diarahkan ke serangkaian 66
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2004 hal. 22 67 Ibid, hal. 9
63
peristiwa kontemporer, dimana peneliti hanya memiliki peluang yang kecil sekali atau hak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut.
3.3
Key Informan/ Narasumber Dalam hal ini penelitian di Bank Indonesia menggunakan narasumber yang berkompeten dalam memberikan informasi kepada peneliti yang berkaitan dengan bagaimana berjalannya Sosialisasi Pelayanan Syariah Humas Bank Indonesia pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah yang diwawancarai adalah : 1. Bapak M. Jufrin, selaku staf ahli Biro Humas Bank Indonesia yang dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan tentang Bank Indonesia sebagai korporat secara keseluruhan. 2. Bapak Miftakhul Khoiri, selaku Direktorat bagian Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah yang menjalankan kegiatan sosialisasi akselerasi. dengan kegiatan sosialisasinya dimana peneliti dapat mewawancarai beliau karena dianggap cukup representatif untuk memberikan informasi. 3. Perwakilan media Bapak Iqbal dari media TransTV yang juga menjadi salah satu media yang berperan dalam mempublikasikan mengenai sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah kepada masyarakat.
64
4. Narasumber masyarakat yakni ibu Endah Herawati yang telah membantu peneliti mengenai kebenaran informasi pesan yang disampaikan Bank Indonesia telah diterima dengan baik kepada masyarakat secara langsung. Narasumber tersebut adalah, sebagai pihak yang berkompeten terhadap upaya pelaksanaan dalam sosialisasi humas, serta memiliki datadata yang akurat dan aktual sehingga memenuhi hal-hal yang dibutuhkan dalam proses penelitian, khususnya dalam pengumpulan data.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan, suatu teknik memperoleh data untuk keperluan penelitian. Data itu sendiri merupakan salah satu komponen riset, artinya tanpa data tidak akan ada riset. Data yang akan dipakai dalam riset haruslah benar karena apabila salah akan menghasilkan informasi yang salah. 68 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan dua macam cara :
68
Husein Umar, op. cit, 22
65
3.4.1 Data Primer Pengertian dari data primer adalah, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi.69 a) Wawancara Mendalam Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara pewancara dengan informan atau orang yang diwancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dengan informan atau orang yang diwancarai, dimana pewancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama, dengan demikian kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.70 Dalam penelitian ini melakukan wawancara bertatap muka dengan para karyawan Bank Indonesia secara langsung. b) Observasi Yaitu penelitian atau pengamatan yang langsung dilakukan terhadap obyek yang diteliti dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan langsung pada sosialisasi pelayanan syariah humas Bank Indonesia pada program akselerasi pengembangan perbankan syariah.
69
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi, Jakarta : PT. Grafindo Persada 2004 70 Ibid, hal. 108
66
3.4.2 Data Sekunder Pengertian data sekunder adalah merupakan data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan diberbagai organisasi atau perusahaan, termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal, perbankan, dan keuangan.71 a. Studi kepustakaan, yaitu untuk memperoleh teori dan bahan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu melalui artikel, internet. b. Data dokumentasi dari kegiatan yang diselenggarakan public relations baik yang bersifat internal ataupun eksternal, serta dokumen-dokumen lembaga atau organisasi, kepustakaan surat kabar, internet. yang berkaitan dengan informasi tentang organisasi atau lembaga yang menjadi objek penelitian ini. Keuntungan dari penggunaan sumber sekunder ini adalah : 1. Hemat waktu. 2. Ketelitian. 3. Relevasi dan efektif biaya.72
3.5
Definisi Konsep Dalam penelitian ini konsep didefinisikan adalah sebagai berikut : 1. Sosialisasi adalah, kegiatan yang bertujuan agar pihak yang didik/diajak kemudian mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat. Tujuan dari sosialisasi adalah agar
71 72
Ibid, hal. 29-30 Djoko Purwanto, Op. Cit. 12
67
manusia dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang ditawarkan dan berguna untuk kepentingan bersama. 2. Humas adalah, fungsi manajemen yang bertindak sebagai komunikator atau mediator secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi baik kedalam maupun keluar, serta memberi pemahaman, penerimaan, dan kerja sama antara lembaga atau organisasi dengan berbagai publik. 3.6
Fokus Penelitian Berdasarkan perumusan permasalahan yang ada, konteks yang ada serta kerangka pemikirannya, maka fokus penelitian ini didasarkan pada aktivitas humas sebagai berikut : 1. Pengumpulan Fakta a. Mengumpulkan data dan informasi, mengenai program yang akan disosialisasikan dengan mengumpulkan dan menghubungi pihak atau sumber yang berkompeten. b. Mendiskusikan dengan pihak yang terkait. 2. Perencanaan & Program A. Menentukan Tujuan a. Mengumpulkan data yang diperlukan b. Membuat tujuan c. Mendiskusikan tujuan tersebut B. Menentukan publik sasaran a. Memahami program yang akan disosialisasikan
68
b. Merumuskan komunitas c. Menentukan khalayak yang menjadi sasaran dari kegiatan tersebut d. Membuat pesan-pesan C. Metode yang digunakan a. Memahami publik sasaran b. Merancang metode yang sesuai dengan publik sasaran
3. Aksi & Komunikasi a. Mempersiapkan
segala
kebutuhan
(perlengkapan,
tempat,
dokumentasi, dan lain-lain) b. Memilih media komunikasi yang tepat c. Membina pengertian khalayak atas kebijakan instansi d. Menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan 4. Evaluasi Program a. Mengumpulkan data-data yang merupakan hasil akhir dari kegiatan sosialisasi program tersebut b. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat umum masyarakat c. Mengumpulkan saran dari berbagai pihak d. Menganalisis hasil
69
3.7
Teknik Analisa Data Analisa data merupakan, data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan, berdasarkan data yang diperoleh maka penelitian ini akan dideskripsikan dan dijabarkan secara kualitatif sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti mengalisis data dilapangan harus secara konsisten dan berulang dengan merujuk pada pertanyaan penelitian. Hal ini diupayakan agar setiap tahap pengumpulan data terpadu oleh fokus yang jelas. Sehingga observasi dan interview selanjutnya makin terfokus, menyempit dan menukik kedalam.73 Dalam Penelitian ini juga menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Danzin (1973) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi adalah, teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi
73
A. Chaedar Alwasilah, Op. Cit. 158
70
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.74 Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan : 75 1. Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang ke depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan dengan apa yang di katakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah
atau
tinggi,
orang
berada,
orang
pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
74
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2004 75 Ibid, hal. 331
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Syariah Bank Indonesia Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai
sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal. Sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia, sebelum tahun 1992 telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam Undang-Undang Dasar yang baru UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci di jabarkan dalam peraturan pemerintah No. 72 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil ketentuan perundangundangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking sistem) di Indonesia. Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu bank syariah dan 78 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang telah beroperasi pada tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai
68 66
72
perbankan yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia yang dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat perundang- undangan tersebut diberlakukan.
4.2
Misi, Visi, Nilai-Nilai Syariah Mikro dan Makro, Sasaran Strategis, Tugas Pokok Humas Syariah. 4.2.1
Misi Mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan perbankan syariah yang istiqomah terhadap prinsip-prinsip syariah dan mampu berperan dalam sektor riil, yang meliputi melakukan kajian dan penelitian tentang kondisi, potensi serta kebutuhan perbankan syariah secara berkesinambungan. Mempersiapkan konsep dan melaksanakan pengaturan dan pengawasan berbasis risiko guna menjamin kesinambungan operasi perbankan syariah yang sesuai dengan karakteristiknya. Mempersiapkan infrastruktur guna
peningkatan
efisiensi operasional
perbankan
syariah.
Mendesain kerangka “entry and exit” perbankan syariah yang dapat mendukung stabilitas sistem perbankan.
73
4.2.2 Visi Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehatian-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share-based financing) dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemashlatan masyarakat.
4.2.3
Nilai – Nilai Syariah Mikro 1. Shiddiq 2. Tabligh 3. Amanah 4. Fathanah
4.2.4
Nilai – Nilai Syariah Makro 1. Kaidah Zakat 2. Kaidah Pelarangan Riba 3. Kaidah Pelarangan Judi atau Maisir 4. Kaidah Pelarangan Gharar
74
4.2.5 Sasaran Strategis Untuk mewujudkan misi, visi dan nilai-nilai strategisnya, Bank Syariah telah menetapkan sasaran strategis jangka menengah dan panjangnya, yakni : 1. Terpenuhinya
prinsip-prinsip
syariah
dalam
operasional
perbankan 2. Diterapkannya prinsip kehatian-hatian dalam operasional perbankan syariah. 3. Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien . 4. Terciptanya
stabilitas
sistematik
serta
terealisasinya
kemanfaatan bagi masyarakat luas.
4.2.6 Tugas Pokok Humas Syariah Tugas pokok dari humas adalah : 1. Menyediakan sarana komunikasi bagi manajemen dalam berkomunikasi
aktif
(komunikasi
dua
arah)
dengan
stakeholders (internal dan eksternal). 2. Mengkondisikan mutual understanding antara Bank Indonesia dengan stakeholders sehingga masing-masing pihak dapat berbicara dengan frekuensi yang sama agar pesan dapat diterima dan dicerna oleh masing-masing pihak.
75
Dalam rangka menjalankan fungsinya tersebut, humas mempunyai peranan untuk : a) Menyebarluaskan informasi yang terintegrasi baik, jelas, akurat, tepat dan jernih baik untuk kalangan intern maupun ekstern. b) Memantau pendapat/opini dan dikeluarkannya suatu kebijakan Bank Indonesia yang akan digunakan sebagai bahan masukan bagi seluruh jajaran Bank Indonesia. c) Mengkondisikan dan mempertahankan terciptanya opini yang positif terhadap Bank Indonesia. d) Melakukan tindakan pro-aktif terhadap berita-berita yang terkait dengan Bank Indonesia dengan menciptakan win-win solution. e) Membantu satler (satuan kerja) dilingkungan Bank Indonesia dalam sosialisasi kebijakan Bank Indonesia.
4.3
Hasil Penelitian Pada bagian ini berisikan tentang uraian hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis studi kasus (case study). Sosialisasi apa saja yang dilakukan oleh Humas Bank Indonesia dalam program akselerasi pengembangan perbankan syariah, berikut tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
76
Sosialisasi Tahapan yang dilakukan : 1. Pengumpulan Fakta Menurut bapak M. Jufrin selaku staaf Humas berikut penuturan :76 YA, Untuk sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah pihak humas beserta tim melakukan sejak program akselerasi pertama kali diadakan dengan nama OPT (Operasi Pasar Terbuka). Sosialisasi dilakukan setelah program ditetapkan oleh pemerintah dan dilimpahkan ke Bank Indonesia. Perlu diadakan akselerasi karena, Negara kita telah terjadi krisis moneter oleh sebab itu pemerintah membuat kebijakan dengan diadakannya OPT untuk masyarakat. Kegiatan untuk sosialisasi antara lain, lokakarya, diskusi interaktif di media massa, talkshow, dan dialog interaktif di media massa, lauching, iklan. Dalam penyampaian pelaksanaan program akselerasi pengembangan perbankan syariah mekanismenya dengan metode pemaparan atau dengan metode tanya jawab. 2. Perencanaan & Program Menurut bapak M. Jufrin selaku staaf Humas berikut penuturan :77 Untuk langkah-langkah, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, kita harus mempersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan untuk sosialisasi. Produk dan jasa gimana, orang-orangnya seperti apa. Diharapkan dapat menjalankan kegiatan sosialisasi dengan sebaik mungkin.
76
Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak M. jufrin, selaku Staaf Humas Bank Indonesia 77 Ibid
77
Tahapan perencanaan kerja public relations yang dilakukan pihak Bank Indonesia ada 2 fungsi antara lain, Pertama membuat konsep kegiatan, mengajukan kepihak direksi tertinggi, mengadakan kerjasama dengan diskusi terkait, menentukan undangan, mengadakan kerjasama dengan media massa, membuat press release dari setiap kegiatan yang dilakukan. Tujuan untuk dapat melihat proses masalah tahapan agar dapat dinilai terkoordinasi, evaluasi dan standarisasi. Yang menjadi sasaran dalam kegiatan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah masyarakat umum. Pesan yang terdapat dalam sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah, kepada siapa komunikasi itu harus disampaikan, kami melihat stakeholdersnya dulu. Kami membuat segmentasi stakeholders mana yang paling butuh informasi mengenai hal tersebut berdasarkan data-data yang sudah ada pada kami. Setelah diketahui baru kami menetapkan kira-kira pesan apa yang efektif yang akan kami sampaikan pada mereka dan langsung dapat mereka
terima,
mereka
pahami,
mereka
ingat
sehingga
dapat
diimplementasikan. Setelah itu baru kami tetapkan media apa yang tepat untuk kami gunakan. 3. Aksi & Komunikasi Menurut bapak M. Jufrin selaku staaf Humas berikut penuturan :78 Dalam melakukan suatu kegiatan, baik internal maupun eksternal, maka
78
Ibid
78
orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan tak lain adalah ketua panitia penyelenggara kegiatan tersebut. Mekanisme monitoring yang dilakukan humas Bank Indonesia adalah dengan melibatkan orangorang standar guide dari BI sendiri. Selain itu juga dengan melibatkan beberapa orang yang dapat memberikan informasi dan penjelasan yang akurat kepada masyarakat.Yang bertanggung jawab dalam monitoring program akselerasi adalah PIC (Personal In Charge) antara lain bagian sektor pengawasan, dan bagian pengawasannya sendiri. Media yang digunakan dari media cetak, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Suara Pembaruan, Koran Sindo, Kompas dan lain-lain. Sedangkan untuk media elektronik, TVRI, RCTI, TPI, ANTV, Indosiar, TransTV dan lain-lain. Radio RRI Pro 2 FM. 4. Evaluasi Program Menurut bapak M. Jufrin selaku staaf Humas berikut penuturan :79 Dalam melakukan evaluasi program hambatan selalu ada, yang pastinya tidak dapat menggangu jalannya program kegiatan yang sedang dilakukan. Hasil dari evaluasi program kegiatan antara lain, dalam bentuk surat kesepakatan kedua belah pihak antara pihak penyelenggara dan pihak sponsor, dalam bentuk catatan-catatan arsip dan dokumen penting, jumlah kritik dan saran dari khalayak luas biasanya dalam bentuk secarik kertas yang ditujukan untuk penyelenggara program kegiatan. Yang menjadi pelaksana
79
Ibid
dalam
evaluasi
adalah
orang-orang
dari
kepanitian
79
penyelenggara. OCS (Operational Coorporate Secretary). Jangka waktu untuk melakukan evaluasi dari suatu kegiatan adalah, tidak ada waktu tertentu untuk evaluasi antar kegiatan jadwal disesuaikan untuk masingmasing kegiatan pelaksanaan, tempat atau wilayahnya. Bila tidak sesuai rencana atau tidak mencapai target maka melakukan evaluasi kembali dari setiap kegiatan yang dilakukan.
A. PERENCANAAN Sosialisasi yang dilakukan oleh divisi humas Bank Indonesia pada program akselerasi pengembangan perbankan syariah memiliki perencanaanperencanaan dengan beberapa tahapan yang dimulai dari merumuskan masalah, menentukan tujuan, menentukan publik sasaran, menentukan metode yang digunakan, merencanakan hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan. Berikut langkah-langkah yang peneliti lakukan : 1. Pengumpulan Fakta Program akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah salah satu program Pemerintah yang dijalankan oleh Bank Indonesia. Program akselerasi pengembangan
perbankan
syariah,
diarahkan
sebagai
upaya
untuk
mensejahterakan masyarakat. Perbankan syariah di Indonesia kini dituntut untuk melakukan akselerasi, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang memberikan target kepada bank syariah dikancah perekonomian nasional serta tingkat pelayanan syariah produk dan jasa keuangan syariah. Kepada masyarakat dan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
80
Istilah akselerasi mungkin baru terkenal pada tahun 2007 dengan nama OPT, berikut pemaparan bapak M. Jufrin :80 “Akselerasi itu ada pertama kali dengan nama OPT (Operasi Pasar Terbuka) pada tahun 2006. pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, namun seiring dengan perkembangan telah berubah menjadi akselerasi yang sangat familiar hingga saat ini.” Pada masa itu, Pemerintahan merasa perlu adanya program akselerasi pengembangan perbankan syariah karena pada waktu itu negara kita mengalami krisis moneter, sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan salah satunya program akselerasi ini. Pemerintah perlu mencanangkan program akselerasi untuk peningkatan peran perbankan kepada stakeholdersnya. Kemudian sejak kapan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah itu dilaksanakan, berikut penuturan bapak M. Jufrin :81 “Untuk sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah sendiri, pihak humas beserta tim yang melakukan sejak program akselerasi pertama kali diadakan dengan nama OPT pada tahun 2006. Sosialisasi dilakukan setelah program ditetapkan oleh pemerintah yang dilimpahkan ke Bank Indonesia pada bulan maret 2006.”
Berbeda halnya dengan Ibu Endah Herawati, yang kami wawancarai, beliau mengatakan :82 “Saya mendengar adanya akselerasi pengembangan perbankan syariah pada tahun 2007, pada masa Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian yang saya ketahui tentang akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah peningkatan peran perbankan syariah untuk masyarakat.”
80
Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak M. Jufrin, selaku Staaf Humas Bank Indonesia. 81 Ibid 82 Hasil wawancara tanggal 7-4-2008 dengan Ibu Endah Herawati, selaku Masyarakat Umum warga tanah abang.
81
Program akselerasi untuk masyarakat dapat menciptakan sumber daya insani yang dapat mendukung akselerasi pengembangan perbankan syariah, serta mendukung pelaksanaan sertifikasi bagi perbankan syariah. Perkembangan perbankan syariah hingga kini masih cukup baik. Dalam hal ini sesuai dengan pernyataan bapak Miftakul Khoiri, yang menjelaskan bahwa :83 “Program akselerasi merupakan program dari Pemerintah, kemudian Bank Indonesia ditugaskan untuk menjalankan kebijakan-kebijakannya. Bank Indonesia dalam menyempurnakan cetak biru pengembangan perbankan syariah melibatkan beberapa pihak, diantaranya Depsos, Bapennas dan lain-lain. disini Bank Indonesia akan proaktif mengambil peran dalam pengembangan pasar dan instrumen keuangan. Terbatasnya produk- produk keuangan dengan maturitas dan risiko yang terdiversifikasi serta pasar (primer dan sekunder) yang menopang perdagangannya membuat konsentrasi portfolio placement pada pasar SBI, SUN, dan Saham.”
Berdasarkan peraturan dan perkembangan perbankan syariah merupakan, bagian dari tugas Bank Indonesia sebagai konsekuensi dari kewenangan yang diamanatkan oleh UUD No.10 Tahun 1998 tentang Amandemen UUD perbankan Tahun 1992. Yang juga lebih memperjelaskan dan memperkuat dasar kebijakan dual banking sistem yang telah diimplementasikan sejak tahun 1992.
83
Hasil wawancara tanggal 18- 3-2008 dengan bapak Miftakul Khoiri, Selaku Direktorat Bagian Akselerasi.
82
2. Perencanaan & Program A. Menentukan Tujuan Bank Indonesia dalam menentukan tujuan pada program akselerasi pengembangan perbankan syariah, dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai produk dan jasanya. Mendengar kata akselerasi pengembangan perbankan syariah orang pasti mengkaitkannya dengan Bank Indonesia, hal itu wajar saja sebagaimana diketahui dalam kebijakan perbankan syariah awal dari perencanaan program akselerasi merupakan salah satu bentuk peningkatan peran perbankan syariah yang lebih besar memerlukan kesamaan visi dari semua stakeholdersnya. Pada
dasarnya
program
akselerasi
diharapkan
dapat
membantu
masyarakat, dengan pengayaan produk dan jasa keuangan syariah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan pernyataan bapak. M. Jufrin, bahwa :84 “Tujuan dari program akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah, mencapai share perbankan syariah sebesar 5% pada akhir 2008 dengan tetap mempertahankan prinsip syariah. sehingga dibutuhkan sosialisasi agar masyarakat lebih paham dan mengerti tentang akselerasi.” Berikut pemaparan bapak. Miftakul Khoiri, yang sesuai dengan penjelasan bapak M. Jufrin, bahwa :85 “Informasi sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah sangat penting. Apalagi ini program Pemerintah untuk masyarakat, selain itu jika ada perubahan kebijakan-kebijakan soal akselerasi. misalnya, pada tahun sebelumnya perbankan syariah dengan share yang meningkat dari 1,42% pada tahun 2005 menjadi 1,54% (Sep06). Hal ini harus diketahui masyarakat dan 84 Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak. M. Jufrin, selaku Staaf humas Bank Indonesia 85 Hasil wawancara tanggal 18-3-2008 dengan bapak. Miftakul Khoiri, selaku Direktorat bagian akselerasi
83
pemerintahan daerah, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi. Karena itu Bank Indonesia khususnya humas harus dapat menjelaskan perubahan tersebut. inilah pentingnya sosialisasi.” Tidak berbeda jauh dengan pernyataan Ibu Endah Herawati beliau berpendapat bahwa :86 “Program akselerasi ini sangat perlu disebarluaskan, apalagi ini akan membantu masyarakat dalam memahami pengayaan produk dan jasa keuangan syariah serta menjangkau kebutuhan masyarakat.” Dari berbagai pernyataan diatas, sangat jelas bahwa program akselerasi memang masih dibutuhkan untuk masyarakat. Sedangkan sosialisasi adalah sarana yang menunjang dengan sosialisasi dapat mempermudah atau membantu masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai akselerasi.
B. Menentukan Publik Sasaran Bank Indonesia merupakan, salah satu perusahaan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perbankan. Akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah peningkatan peran perbankan syariah kepada stakeholdersnya. Dengan pengembangan produk bank syariah kepada masyarakat, maka
masyarakat
akan
memahami
produk-produk
perbankan
syariah.
Pengetahuan masyarakat hanya sebatas itu saja masih sebatas brand. Sedangkan pemahaman mengenai penerapan islam secara kaffah (menyeluruh) termasuk dalam bidang ekonomi masih menjadi wancana hingga kini. Program akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah, salah satu program yang diperuntukkan masyarakat yang berada di seluruh Indonesia. Dalam 86
Hasil wawancara tanggal 7-4-2008 dengan Ibu Endah Herawati, selaku Masyarakat umum tanah abang
84
hal ini Bank Indonesia bekerjasama dengan PEMDA, UMKM, PKES, Depkeu, Bapepam, BUMN, Deptan. Pemerintah Pusat. Sesuai dengan uraian bapak. M. Jufrin, bahwa :87 “Yang menjadi sasaran dalam kegiatan sosialisasi program akselerasi selain untuk nasabah, pemerintah daerah (PEMDA) dan masyarakat umum. Disini PEMDA sebagai pembantu pelaksana kegiatan sosialisasi syariah, nasabah diberikan informasi mengenai akselerasi pengembangan perbankan syariah. sedangkan untuk masyarakat umum, diharapkan menjadi tahu bahwa program ini memang diperuntukkan untuk masyarakat.” Kemudian untuk menentukan peningkatan akselerasi harus melalui beberapa proses dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, seperti contoh : Meningkatnya produk dan jasa kepada nasabahnya, misalnya dapat dilihat dari jumlah pendapatan harian dan kehidupan kesehariannya. Humas Bank Indonesia bekerjasama dengan PEMDA, untuk Pemda sendiri mempunyai peran yang sangat besar, karena untuk merevitalisasi fungsi dan peran kantor-kantor Bank Indonesia didaerah-daerah langsung ditangani oleh PEMDA. Cara memperoleh data peningkatan akselerasi adalah, pertama data nasabah diperoleh dari Bank syariah diantaranya dengan Dirut Syariah, LSM dan lain-lain. kemudian dari sini akan ditetapkan nama-nama yang berhak melakukan kebijakan-kebijakan tersebut. Semua dilakukan secara transparan dan disahkan oleh Gubernur Bank Indonesia. Namun pernyataan berbeda dengan sekali dengan Ibu Endah Herawati, beliau mengatakan bahwa :88
87 Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak. M. Jufrin selaku Staaf Humas Bank Indonesia 88 Hasil wawancara tanggal 7-4-2008 dengan Ibu Endah Herawati selaku Masyarakat umum warga tanah abang
85
“Program akselerasi pengembangan perbankan syariah tersebut masih belum efektif, masalahnya orang-orang yang seharusnya mengetahui pola pemasaran produk syariah tidak bisa lagi dilakukan secara konservatif.” Sesuai dengan uraian bapak M. Jufrin, bahwa :89 “Pesan yang disampaikan pada khalayak eksternal dalam sosialisasi tersebut, yang utama adalah kepada siapa komunikasi itu harus disampaikan kami melihat stakeholdernya dulu. Baru kami membuat segmentasi stakeholder mana yang paling butuh informasi mengenai hal tersebut berdasarkan data-data yang sudah ada pada kami. Setelah diketahui baru kami menetapkan kira-kira pesan apa yang efektif yang akan kami sampaikan pada mereka dan langsung dapat kami terima, mereka pahami, mereka ingat sehingga dapat diimplementasikan.
Dalam kegiatan sosialisasi humas tidak bekerja sendiri, dan kegiatan sosialisasi bisa dilakukan dengan oleh pusat maupun daerah, tinggal disesuaikan dengan kondisi masyarakat, baik sebelum program akselerasi dilaksanakan, sedang maupun setelah dilaksanakan.
C. Metode yang digunakan Disini peneliti memaparkan sejumlah metode yang digunakan oleh divisi humas Bank Indonesia dalam sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah, yaitu : Peneliti dalam hal hanya mengamati jalannya aktivitas humas dalam rangka sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah, seperti dengan adanya lokakarya, diskusi interaktif dimedia massa, penyuluhan, iklan, spanduk, video.90
89 90
Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak M. Jufrin selaku staaf Humas Bank Indonesia Hasil pengamatan Peneliti selama melakukan Riset di Bank Indonesia
86
B.
PELAKSANAAN Setelah kita melakukan perencanaan, tentunya tahapan berikutnya adalah
pelaksanaan yang menjadi penanggung jawab dan pelaksana kegiatan akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah tim akselerasi humas termasuk didalamnya. Berikut pemaparan sosialisasi yang dilakukan humas Bank Indonesia pada program akselerasi pengembangan perbankan syariah periode 2007-2008, yaitu : 3. Aksi & Komunikasi a. Lokakarya Seperti halnya lokakarya kemarin yang diselenggarakan Bank Indonesia, pada tanggal 21 Mei 2007, Hari Kamis. Dengan tema “Peningkatan efektivitas akselerasi untuk memenuhi produk dan jasa syariah”. Bertempat digedung pertemuan Bank Indonesia lantai 3 acara ini berlangsung mulai pukul 10.00 sampai dengan 16.00 WIB. Dengan masyarakat menengah keatas dan menengah kebawah. Untuk jumlah pesertanya kurang lebih sekitar 100 orang, pada kesempatan ini humas dibantu dengan divisi-divisi lain. Dalam menyelenggarakan acara tersebut. Seperti yang disampaikan bapak. M. Jufrin, selaku Staaf humas yang mengamati jalannya acara dari awal sampai akhir, bahwa :91 “Di sini kami bekerjasama dengan divisi-divisi lain, seperti hubungan kelembagaan IT, untuk humas sendiri tugasnya membuat konsep acara, membuat makalah yang akan disampaikan oleh Dirut Bank Indonesia, penerima tamu dan dokumentasikan kegiatan-kegiatan baik dalam audio maupun visual”.
91
Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak. M. Jufrin, selaku Staaf humas Iank Indonesia
87
Dalam lokakarya ini kami juga mengundang beberapa media cetak seperti, Media Indonesia, Kompas, Bisnis Indonesia, Sindo, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Suara Merdeka dan lain-lain. Sedangkan untuk media elektronik seperti, RCTI, TPI, METRO TV, SCTV dan lain-lain. Radio, RRI PRO 2 FM. Para media ini menyambut antusias, terlihat banyaknya para media yang datang untuk meliput acara tersebut. Kemudian kami juga mengundang beberapa Divre (Divisi Regional) dari DKI, Lampung, Bali, dan lain-lain. untuk lembaga Pemerintah seperti anggota DPR, Kementerian BUMN, dan beberapa Universitas seperti : UNILA, SRIWIJAYA, IPB dan lain-lain. Untuk Narasumbernya seperti : Dirut Bank Indonesia, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian dan lain-lain. Isi dari lokakarya tersebut adalah, membahas mengenai efektivitas akselerasi selama ini ada yang dari mereka mengusulkan bahwa produk dan jasa keuangan perlu untuk ditingkatkan lagi. Untuk menghindarkan gangguan terhadap suku bunga bank harus ada yang membuat kebijakan tersebut.
b. Diskusi Interaktif Dalam acara diskusi interaktif ini humas bekerjasama dengan forum wartawan Bank Indonesia, humas yang memfasilitasi dan membuat konsep acara bersama rekan-rekan wartawan, kemudian humas juga yang mengdokumentasikan kegiatan. Diskusi interaktif ini diselenggarakan di RRI pada tanggal 31 Mei 2007 dengan tema “Perkembangan perbankan syariah” diskusi ini diselenggarakan digedung RRI pusat, Jalan Medan Merdeka Barat No. 4-5, Jakarta Pusat. Acara ini
88
berlangsung dari jam 10.00-13.00 WIB untuk jumlah peserta langsung 1 jam. Dengan Masyarakat ekonomi syariah, lembaga pendidikan, lembaga dakwah. Narasumber untuk diskusi ini diantaranya, Dirut Bank Indonesia, Dirut Syariah, Deputi Menteri Negara BUMN, Basyarnas, Bapepam, anggota Komisi IV DPR, DPRD dan Rektor UNILA, SRIWIJAYA, IPB. Untuk acara diskusi interaktif, kami mengundang 9 beberapa karyawan dari Bank Indonesia, seperti setiap ketua bagian dari para Divisi, Seketaris perusahan, Staaf tenaga ahli, dan lain-lain. Kemudian para anggota DPR RI Komisi IV, Rektor dan Dekan UNILA. Beberapa Universitas di Indonesia seperti Trisakti, dan lain-lain. Sedangkan Universitas didaerah malang seperti Kanjuruhan, Islam, dan Widyagama. Seperti yang dikemukakan oleh bapak Iqbal bahwa :92 “Tujuan dari kegiatan diskusi interaktif ini di antaranya untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas karena banyak masyarakat yang belum mengetahuinya dengan adanya perubahan kebijakan-kebijakan ini diharapkan dapat meningkatnya lembaga syariah kedepannya, termasuk untuk program akselerasi didalamnya.”
Sampai sekarang masalah Bank Indonesia dianggap belum tuntas, Dua peran sekaligus dianggap bertolak belakang. Sebagian mendesak agar fungsi (Publik Service Office) dan komersil dipisahkan, tetapi sebagian kalangan tetap menilai masalah Bank Indonesia yang melekat saat ini dianggap belum optimal. Sedangkan untuk media yang diundang, diantaranya beberapa media cetak seperti Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Koran Sindo, Kompas, Suara
92
Hasil wawancara tanggal 1-4-2008 dengan bapak Iqbal selaku perwakilan media
89
Pembaruan, Suara Merdeka dan lain-lain. Sedangkan untuk media elektronik, seperti TransTV, RCTI, TPI, SCTV, MetroTV dan lain-lain. Menyadari kondisi ini terjadi, Bank Indonesia sedang merancang perubahan kelembagaan yang lebih tepat. Dalam pengertian, ketika Bank Indonesia menjalankan tugasnya, sosialisasi pun tetap berjalan peran kuat untuk menjawab tantangan bukan hanya ketahanan.
c. Talkshow dan Dialog Interaktif Talkshow dengan dialog interaktif diadakan setelah acara lokakarya yang tadi pagi diselenggarakan di Bank Indonesia, kemudian dilanjutkan sorenya dengan talkshow dengan dialog interaktif ini diselenggarakan live distasiun TPI selama 1 jam (pukul 17.00-18.00) pada tanggal 17 Mei 2007 dengan tema “Pelaksanaan Akselerasi Syariah”, jumlah peserta yang hadir dalam acara talkshow ini sekitar 100 orang. Kemudian masyarakat dari kalangan menengah atas dan menengah kebawah bisa berinteraktif secara langsung kepada para narasumber seperti : Dirut Bank Indonesia, Dirut Syariah, Depkeu, Bapepam, BUMN, PKES, Basyarnas anggota Komisi IV DPR RI, DPRD Rektor UNILA dan seorang LSM. Media elektronik, TPI, TransTV, RCTI, dan lain-lain. Sedangkan Media Cetak, Bisnis Indonesia, Kompas, Koran Sindo dan lain-lain. Acara talkshow ini diadakan, guna mendekatkan diri pada pemirsa bahwa Bank Indonesia siap memperoleh informasi mengenai akselerasi terbaru yang langsung disampaikan oleh Dirut Bank Indonesia beserta beberapa narasumber
90
lainnya. Disini masyarakat bisa melakukan dialog interaktif dengan para narasumbernya.
d. Penyuluhan Dalam kegiatan penyuluhan Humas bekerja sama dengan beberapa pihak, baik pusat maupun daerah, masyarakat umum. Seperti yang disampaikan oleh bapak M. Jufrin selaku Staaf Humas dan pelaksana kegiatan tersebut, bahwa :93 “Dalam penyuluhan penyampaian pelaksanaan akselerasi, kami menggunakan metode pemaparan dan dengan Tanya jawab agar suasana menjadi lebih hidup.”
Selama periode 2007-2008, pihak Humas telah melakukan penyuluhan di beberapa tempat, seperti : a. Pada saat Lauching program akselerasi diawal tahun 2007, tepatnya tanggal 21 February 2007, Hari Kamis berlokasi di Jakarta. Dengan tema “Dalam Rangka Meningkatkan Pelayanan Syariah Kepada Nasabah Melalui Program Akselerasi Tahun 2007-2008 Untuk Perkembangan Perbankan Syariah.”Acara ini berlangsung 2 jam dari jam. 13.00 sampai dengan 16.00 WIB. Untuk para tamu undangan dan peserta yang hadir dari kalangan masyarakat menengah atas dan bawah, kurang lebih sekitar 90% dari yang diundang. Dengan narasumbernya langsung Dirut Bank
93
Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak M. Jufrin, selaku Staaf Humas Bank Indonesia
91
Indonesia. Untuk pembuat konsepnya humas dibantu dengan tim. Kemudian tidak lupa kami mengundang para wartawan. b. Pada bulan Maret sosialisasi ke padang, diadakan penyuluhan dengan tema “Melalui akselerasi pemerintah mendukung program peningkatan peran perbankan syariah”. Pada tanggal 20 Maret 2007, Hari Rabu. Acara itu berlangsung dari pukul 12.00-15.00 untuk tamu undangan dan peserta yang hadir dari kalangan masyarakat menengah dan bawah. Sekitar 50% dari yang diundang. Dengan narasumbernya dari humas dan tim akselerasi Bank Indonesia. Pada kesempatan ini kami juga mengundang beberapa karyawan. c. Pada bulan Juni melakukan penyuluhan sosialisasi ke palembang dengan tema “Dengan Akselerasi Dapat Meningkatnya Produktivitas Masyarakat”. pada tanggal 11 Juni 2007, Hari Kamis. Acara berlangsung pada pukul 11.00-1.00 WIB. Untuk yang hadir dalam acara tersebut dari kalangan masyarakat menengah dan bawah. Sekitar 60% dari tamu yang diundang dengan narasumbernya humas beserta timnya. Acara ini dihadiri oleh PEMDA setempat, masyarakat dan karyawan beserta para wartawan. Bapak M. Jufrin juga menjelaskan, bahwa :94 “Media yang kita gunakan dalam kegiatan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah banyak sekali dari media cetak (media BUMN Media Indonesia, Bisnis Indonesia,Koran Tempo, Kompas, Koran Sindo dan lain-lain) maupun elektronik (TPI,TVRI, TRANS TV, Metro TV, SCTV, RCTI dan lain-lain). disini para media ada yang mengajak bersama dan ada media yang kita undang, tetapi dalam memutuskan itu semua adalah Dirut Bank Indonesia dengan didampingin oleh humas. Dalam kegiatan sosialisasi kita tidak 94
Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak M. Jufrin, selaku Staaf Humas Bank Indonesia
92
selalu melibatkan pers, biasanya pada momen-momen besar seperti launching yang dilaksanakan pada bulan February kemarin. Karena untuk sosialisasi tidak harus dari pusat, biasanya juga melalui daerah atau PEMDA setempat.”
Pernyataan tersebut tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh bapak Iqbal, bahwa :95 “Pers disini tidak selalu diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi, biasanya pers diikutsertakan pada awal tahun dalam peluncuran pertama program akselerasi dalam pemberitaan. Tapi tiap medianya tentunya berbeda.” Disini para media ada yang diundang dan ada yang datang dengan sendirinya, cara mengirimkan undangan adalah dengan mengirimkan langsung ke yang bersangkutan atau melalui fax, telepon. Untuk acara launching ini berjalan cukup lancar, karena setelah kegiatan lauching dilanjutkan dengan meninjau kedaerah-daerah sekitarnya.
e. Iklan Layanan Masyarakat Untuk iklan layanan masyarakat, memerlukan persiapan dan pelaksanaan produksinya kurang lebih satu bulan pembuatan konsepnya tidak sepenuhnya dilakukan oleh humas. Dibantu oleh tim akselerasi pengembangan perbankan syariah dan tenaga luar dengan membuat sport filter dengan durasi 30 detik. Sedangkan untuk penayangan bapak M. Jufrin menjelaskan, bahwa :96 “Jumlah penayangan 1 bulan 2 hari dalam seminggu dengan frekuensi 2 kali sehari, salah satunya ditayangkan pada program prime time, kita bekerjasama dengan beberapa stasiun televisi yaitu : TPI, RCTI, TVRI, SCTV, TRANS TVdan lain-lain.” Ibu Endah Herawati berpendapat bahwa :97 95
Hasil wawancara tanggal 1-4-2008 dengan bapak Iqbal, selaku perwakilan media Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak M. Jufrin, selaku Staaf Humas Bank Indonesia 96
93
“Yang saya ketahui mengenai kegiatan sosialisasi seperti contoh tersebut paling hanya iklan, itupun sudah lama sekali. Contoh iklannya sangat jarang kalau untuk penyuluhan saya tidak pernah lihat apalagi talkshow.”
f. Print Advertising Untuk print advertising mengenai akselerasi pengembangan perbankan syariah, kami meletakkannya dibuletin internal yaitu : Warta Intra Bank Indonesia pada edisi bulan April 2007 dan dengan satu halaman penuh dihalaman belakang. Ini juga merupakan salah satu bentuk sosialisasi bukan saja untuk kalangan internal, warta intra BI ini juga diberikan kepada beberapa Divisi, para wartawan dan beberapa instansi atau mahasiswa yang melakukan kunjungan.
g. Spanduk Setiap acara atau kegiatan Bank Indonesia yang diselenggarakan, melibatkan masyarakat luar biasanya menggunakan spanduk, termasuk kegiatan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah. Dengan adanya spanduk ini masyarakat akan menjadi lebih jelas dan paham dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bisa jadi tahap awal dari sosialisasi terlihat dengan adanya spanduk, biasanya disana dituliskan tema dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Sedangkan untuk peletakkan spanduk, diletakkan di beberapa sudut, seperti : didepan tempat diselenggarakannya acara tersebut kemudian didepan gedung Bank Indonesia atau didepan pertigaan atau perempatan JL. MH. Thamrin
97
Hasil wawancara tanggal 7-4-2008 dengan Ibu Endah Herawati, Selaku Masyarakat umum warga tanah abang
94
No.2 Jakarta terdekat dengan tempat kegiatan acara tersebut. tinggal disesuaikan dengan temanya. Tujuannya agar masyarakat menjadi paham dengan kegiatan yang akan dilaksanakan biasanya spanduk ini hanya diketahui pada daerah sekitar tempat pelaksana kegiatannya.98
4. Evaluasi Program Tahap akhir dari sebuah kegiatan adalah melakukan evaluasi, pada tahap ini humas Bank Indonesia melakukan evaluasi melalui media monitoring. Seperti pendapat bapak M. Jufrin, selaku Staaf Humas dan pelaksana kegiatan program, bahwa :99 “Tidak ada waktu tertentu untuk evaluasi antar kegiatan jadwal disesuaikan untuk masing-masing kegiatan pelaksana, termasuk tempat atau wilayah.” Selama ini kegiatan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah dirasa sudah cukup untuk memenuhi tujuannya, walaupun belum efektif 100%, karena itulah metode pelaksana harus terus ditingkatkan. hasilnya salah satunya bisa dilihat melalui monitoring dan evaluasi pelaksana program akselerasi. karena humas bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait. Ini terbukti dengan adanya tanggapan yang positif dari masyarakat mengenai program akselerasi, yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk jangka waktunya, berikut penjelasan dari bapak M. Jufrin :100
98
Op. Cit Pengamatan Peneliti Hasil wawancara tanggal 17-3-2008 dengan bapak M. Jufrin, selaku Staaf Humas Bank Indonesia 100 Ibid 99
95
“Biasanya dalam melakukan evaluasi 1-2 bulan setelah acara berlangsung. Misalnya pada saat April kita mengadakan rapat guna menyusun pelaksanaan HUT Bank Indonesia bulan April mendatang tapi acuanya melihat kegiatan Launching program akselerasi di Palembang kemarin, dalam hal ini secara tidak langsung kita mengevaluasi kegiatan sebelumnya untuk melihat segala kekurangan dan kelebihannya.” Tidak jauh berbeda dengan pernyataan Ibu Endah Herawati, bahwa :101 “Saya rasa kegiatan sosialisasi ini sudah cukup efektif karena pihak masyarakat langsung mengetahui informasi mengenai akselerasi tersebut, jadi masyarakat bisa bertanya langsung tanpa rasa sungkan.” Namun, pernyataan tersebut berbeda dengan yang dikemukan oleh bapak Iqbal, yang menilai tingkatnya baru 50%, yaitu :102 “Saya menilai sosialisasi ini belum sepenuhnya efektif, baru setengah efektif. pasalnya masih ada komplain dimasyarakat yang salah pengertian terhadap pelaksana akselerasi. karena itu sosialisasi harus terintegrasi dari tingkat atas PEMDA hingga masyarakat, termasuk kalangan pers yang akan menjadi salah satu media pengawas kebijakan-kebijakan pemerintah.” Jadi harapan dari humas Bank Indonesia adalah, Masyarakat menjadi tahu dan mengerti akan kegiatan yang dilaksanakan sehingga akan membawa dampak yang positif bagi semua pihak.
4.4
Proses Sosialisasi Yang Dijalankan : 1. Program akselerasi pengembangan perbankan syariah, pihak humas beserta tim melakukan program akselerasi pengembangan perbankan syariah . Sejak program akselerasi pertama kali diadakan dengan nama OPT (Operasi Pasar Terbuka), OPT akan dilakukan dengan penggunaan instrumen yang lebih beragam meliputi SBI dengan tenor
101
Hasil wawancara tanggal 7-4-2008 dengan Ibu Endah Herawati, selaku Masyarakat umum warga tanah abang 102 Hasil wawancara tanggal 1-4-2008 dengan bapak Iqbal, selaku Perwakilan Media
96
yang lebih beragam (1,3,6, dan 9 bulan). Dalam hal ini penerbitan SBI akan dilakukan dengan sistem variable rate tander, selain itu juga akan dilengkapi dengan transaksi repo SBI, SUN dan FX Swap dengan optimalnya semua intrumen tersebut. Diharapkan likuitas pasar yang saat ini terakumulasi, di SBI 1 bulan akan dapat tersebar penanamanya secara lebih merata disemua tenor instrumen dan kondisi likuiditas secara harian lebih stabil. Pembatasan pergerakan suku bunga PUAB O/N, melalui mekanisme operasi pasar terbuka (OPT) harian yang lazim disebut dengan fine tuning operations (FTO/langkah-langkah penyesuaian tingkat suku bunga dipasar) sesuai dengan pertimbangan diskreksi Bank Indonesia. tindakan ini bertujuan, untuk menjaga agar tingkat suku bunga PUAB O/N yang terbentuk selalu bergerak dalam kisaran tertentu dan konsisten dengan level Bank Indonesia Rate yang telah diputuskan melalui rapat Dewan Gubernur. Terkait dengan hal ini penempatan pada PUAB O/N, pada dasarnya hanya merupakan bagian dari manajemen likuiditas harian para pelaku pasar yang masih memiliki sisa (excess/residual), setelah para pelaku pasar menanamkan kelebihan likuiditasnya pada instrument- instrumen lain. 2. Sosialisasi Humas Bank Indonesia cukup baik dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya, dapat dilihat dari aktivitas ini akan menjangkau kebutuhan masyarakat secara luas dan membantu pendalaman pasar keuangan nasional dan mendorong berperan aktif masuknya dana investasi luar negeri melalui perbankan keuangan
97
syariah. Sehingga akan ditingkatkan lagi dalam kualitas dan jangkauan pelayanan yang disediakannya, untuk mendukung monitoring dan transaksi keuangan pemerintah pusat dapat lebih efisien lagi. Akan menunjang keseluruhan upaya kita mempercepat lagi pertumbuhan ekonomi nasional. 3. Banyak sekali kegiatan yang dilakukan untuk sosialisasi, seperti : dengan adanya lokakarya, diskusi interaktif dimedia massa, talkshow dan dialog interaktif dimedia massa, lauching dan iklan. Kemudian dalam penyampaian pelaksanaan program akselerasi pengembangan perbankan syariah mekanisme dengan metode pemaparan atau dengan metode tanya jawab. Sehingga dengan diadakanya kegiatan tersebut akan menghasilkan hubungan yang harmonis dengan yang lainnya, serta akan terjalin kerja sama dengan tim yang baik pula. 4. Untuk langkah-langkah proses sosialisasi mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, harus dipersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan untuk sosialisasi seperti produk dan jasanya tempat penyelenggaraan dan komunikanya dengan persiapan yang matang maka tujuannya akan berjalan dengan lancar. Sehingga akan menumbuhkan pemahaman timbal balik antara organisasi yang bersangkutan dengan segenap khalayaknya, tujuan paling mendasar dari kegiatan tersebut adalah tercipta pemahaman dari setiap kegiatan. Khalayak akan memahami produk dan jasa yang ditawarkan, serta dapat terciptanya hubungan yang baik.
98
5. Mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh Humas Bank Indonesia dalam sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah, diantaranya sebagai berikut : a) Keterbatasan memperluas cakupan wilayah layanan transaksi perbankan syariah, layanan syariah hanya diperbolehkan bila unit usaha syariah, suatu bank konvensional memiliki kantor cabang syariah. Sehingga akan mempermudah sistem layanan syariah kepada para nasabahnya, akan terjalin hubungan harmonis serta kerja sama yang baik terciptanya image, citra, dan reputasi yang baik dari layanan tersebut. b) Perlu meningkatkan layanan yang semula hanya melakukan kegiatan penghimpun dana, diperluas dengan melakukan seluruh transaksi perbankan syariah lainnya. Sehingga para nasabah yang menggunakan transaksi syariah akan bisa memahami produk dan jasa keuangan yang ditawarkan oleh perbankan syariah dengan terus menjaga dan meningkatkan sistem layanan tersebut. c) Belum semua daerah yang berkewajiban mencantumkan logo industri perbankan syariah disetiap kantor, bank konvensional induknya yang melayani transaksi syariah. Sehingga perlu untuk disosialisasikan kepada semua orang agar dapat diketahuinya, akan mempermudah lagi dalam setiap kantor pusat atau daerah untuk mencantumkan logo perbankan syariah.
99
6. Dalam melakukan suatu kegiatan, baik internal maupun eksternal maka orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan tak lain adalah ketua panitia penyelenggara kegiatan tersebut. Sehingga akan berjalannya suatu kegiatan itu dengan baik, harus terlebih dahulu direncanakan program yang akan dilaksanakan supaya nantinya dapat mencapai tujuan- tujuan yang sesuai dengan hasil kegiatan tersebut. 7. Dalam melakukan suatu kegiatan baik internal maupun eksternal mekanisme monitoring yang dilakukan humas Bank Indonesia sendiri selain itu juga dengan melibatkan beberapa orang yang dapat memberikan informasi dan penjelasan yang akurat kepada masyarakat. Untuk itu perlu menetapkan target operasi humas, yang nantinya akan menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang diperoleh dapat terlaksana kegiatan dengan baik. 8. Dalam melakukan suatu kegiatan baik internal maupun eksternal maka orang yang bertanggung jawab dalam masalah pengawasan dari kegiatan tersebut, antara lain PIC (Personal In Charge) antara lain bagian sektor pengawasan dan bagian pengawasannya sendiri. Untuk melakukan suatu kegiatan harus ada yang menangani dalam pengawasan sehingga akan menciptakan hubungan yang baik serta dapat komunikasi dengan yang lainnya. Menghasilkan image dan reputasi yang baik. 9. Peranan humas dalam hal ini adalah membuat konsep dan pelaksanaan kegiatan, sedangkan perannya sebagai supporting. Dalam kegiatan
100
humas untuk melakukan program tersebut dapat berjalan dengan baik, sehingga akan menghasilkan image, citra dan reputasi yang baik dalam melakukan sebuah pelaksanaan. 10. Dengan sasaran kegiatan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah adalah, masyarakat umum. Bank Indonesia sendiri mempunyai tim akselerasi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sampai ketitik nasabah. Diberikan informasi mengenai akselerasi sedangkan untuk masyarakat diharapkan menjadi tahu bahwa program ini memang diperuntukkan untuk masyarakat. Sehingga akan mempermudah bagi perbankan syariah untuk memperkenalkan produk dan jasanya kepada masyarakat di daerah Jakarta maupun didaerah.
4.5
Program Sosialisasi Bank
Indonesia
dalam
sosialisasikan
program
akselerasi
pengembangan perbankan syariah, tidak bekerja sendiri melainkan dibantu tim dan divisi-divisi lainnya. Misalnya, dalam penyelenggaraan suatu kegiatan harus dilakukan suatu perencanaan sebaik mungkin, apalagi jika ada momen-momen penting. Seperti pelaksanaan HUT Bank Indonesia pada bulan Mei lalu. Disini diadakannya berbagai kegiatan yang salah satunya adalah lokakarya, talkshow dan dialog interaktif. Tentunya pihak humas beserta tim sudah memahami permasalahan, sehingga mampu
101
membuat suatu keputusan untuk mengadakan kegiatan ini yang juga dalam rangka menyemarakannya HUT Bank Indonesia. Untuk
kegiatan
penyuluhan
didaerah-daerah,
pihak
humas
mengundang masyarakat umum dari kalangan menengah keatas dan menengah bawah, kemudian dalam sosialisasinya humas menggunakan metode pemaparan dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Tujuannya agar suasananya menjadi lebih hidup dan diharapkan masyarakat menjadi lebih paham dengan apa yang disosialisasikan. Pertanyaan ini sesuai dengan teori De Martins, yaitu bagaimana memilih metode yang baik dalam penyampaian pesannya. Sedangkan untuk iklan layanan masyarakat, humas beserta timnya dibantu dengan tenaga luar untuk membuat konsep dan sport filter dengan durasi 30 menit yang salah satunya ditayangkan pada program prime time ini juga sesuai dengan teori Gruning, yaitu humas harus memahami permasalahan dan dapat menetapkan kebijakan-kebijakan kampanye komunikasi. Tujuan
diadakan
kegiatan
ini
adalah,
dalam
rangka
menyemarakkan HUT Bank Indonesia, disamping untuk meningkatkan eksistensinya Bank Indonesia sebagai perusahaan perbankan nasional yang mengeluarkan mata uang rupiah dan mengatur suku bunga bank yang ada di Indonesia.
102
4.6
BAGAN HASIL PENELITIAN
Tabel. II SOSIALISASI HUMAS BANK INDONESIA PADA PROGRAM AKSELERASI PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Hasil Triangulasi Untuk Sosialisasi
Realisasi
Memperlihatkan Konsistensi
1. Pengumpulan Fakta a. Merumuskan Masalah
Program akselerasi
Masyarakat umum dan
pengembangan perbankan
Media massa sebagai
syariah ada sejak tahun 2007,
informasi untuk
sehingga pemerintah perlu untuk
masyarakat Jadi yang
membuat kebijakan-kebijakan
mengetahui adanya
dengan adanya program
program akselerasi
akselerasi.
pengembangan perbankan syariah adalah masyarakat menengah atas dan menengah bawah. Produkproduknya kurang dikenal oleh masyarakat sehingga masih banyak yang belum
103
mengerti sistem bunga, dan bagi hasil.
Dengan adanya akselerasi
Program akselerasi
Program
pengembangan perbankan
pengembangan perbankan
b. Menentukan
syariah diharapkan dapat
syariah memiliki tujuan
meningkatkan peran
yaitu, mencapai share
perbankan syariah dan
perbankan syariah sebesar
kesejahteraan masyarakat.
50% pada akhir 2008
Tujuan dari sosialisasi
dengan tetap
untuk memberikan
mempertahankan prinsip
informasi mengenai
syariah. sehingga
kebijakan-kebijakan soal
dibutuhkan sosialisasi agar
akselerasi yang harus
masyarakat lebih paham
diketahui oleh masyarakat
dan mengerti tentang
dan pemerintah, sehingga
akselerasi. pada dasarnya
nantinya tidak
program akselerasi
menimbulkan salah
diharapkan dapat
persepsi.
membantu masyarakat
2. Perencanaan &
•
Tujuan
•
dengan pengayaan produk dan jasa keuangan syariah serta meningkatkan
104
kesejahteraan masyarakat. program ini memang masih dibutuhkan untuk masyarakat. c. Menentukan Publik Sasaran
Publik sasaran dari sosialisasi
Dalam menentukan publik
program akselerasi
sasaran Program akselerasi
pengembangan perbankan
pengembangan perbankan
syariah diantaranya :
syariah, adalah
•
•
PEMDA, sebagai
peningkatan peran
penanggung jawab di Bank
perbankan syariah kepada
Indonesia.
stakeholdersnya, dengan
Masyarakat umum, sebagai
pengembangan produk
penerima informasi secara
bank syariah kepada
umum mengenai program
masyarakat. maka
akselerasi pengembangan
masyarakat akan
perbankan syariah.
memahami produk-produk perbankan syariah, sedangkan pemahaman mengenai penerapan islam secara kaffah (menyeluruh).
C. Metode Yang Digunakan
•
Tema : Peningkatan
Dengan adanya lokakarya,
efektivitas akselerasi
Produk dan jasa keuangan
105
pengembangan perbankan
perlu ditingkatkan lagi,
Komunikasi
syariah untuk memenuhi
agar masyarakat menjadi
a. Lokakarya
produk dan jasa keuangan
paham dan tahu tentang
syariah.
produk-produk syariah.
Bertempat digedung
sehingga tidak terganggu
pertemuan Bank Indonesia
terhadap suku bunga bank
lantai 3.
harus ada yang membuat
Acara ini berlangsung dari
kebijakan-kebijakan
jam. 10.00-16.00 WIB.
tersebut.
3. Aksi &
•
•
•
Komunikator Bank Indonesia
•
Pesan berupa Ayokebank Pada iklan layanan masyarakat agar mudah diingat oleh masyarakat.
•
Komunikan masyarakat menengah dan bawah.
•
Menggunakan media cetak seperti, Media Indonesia, Kompas, Bisnis Indonesia, Sindo, Koran Tempo. Sedangkan Media Elektronik seperti, RCTI, TPI, METRO TV, SCTV, TRANS TV.
106
•
Dengan narasumbernya : Dirut Bank Indonesia, Deputi Kordinator perekonomian, PKES, Depkeu, Bapepam, Basyarnas, BUMN, Pakar Ekonomi Islam, DSN dan lain-lain.
b. Diskusi Interaktif
•
•
Tema : Perkembangan
Dengan diadakan diskusi
Perbankan Syariah dapat
ini, masyarakat akan lebih
meningkatkan pertumbuhan
paham dan mengerti
perbankan nasional
produk yang dijelaskan
kedepannya.
serta akan menambah
Diskusi ini diselenggarakan
wawasan untuk masyarakat
digedung RRI pusat, Jl.
luas.
Medan Merdeka Barat No. 45 Jakarta Pusat. •
Acara ini berlangsung dari jam. 10.00-13.00 WIB.
•
Dengan masyarakat ekonomi syariah, lembaga pendidikan, lembaga dakwah.
•
Narasumber untuk diskusi ini diantaranya, Dirut Bank
107
Indonesia, Dirut Syariah, Deputi Menteri Negara, Basyarnas, BUMN, Anggota Komisi IV DPR RI, serta UNILA, SRIWIJAYA dan IPB. c. Talkshow dan
•
Dialog Interaktif
•
Tema : Pelaksanaan
Dengan adanya talkshow
Akselerasi Pengembangan
dan dialog interaktif,
Perbankan Syariah disini
masyarakat akan paham
masyarakat bisa berinteraktif
dan mengerti adanya
secara langsung kepada para
program akselerasi
narasumbernya.
pengembangan perbankan
Tujuannya adalah untuk
syariah.
menyakinkan audiens bahwa program akselerasi pengembangan perbankan syariah dapat menjangkau kebutuhan masyarakat luas dan membantu pada pendalaman pasar keuangan nasional. •
Talkshow ini diselenggarakan secara live
108
distasiun TPI selama 1 jam, dari pukul (17.00-18.00) pada tanggal 17 Mei 2007. •
Peserta yang hadir dalam acara tersebut 100 orang, dari berbagai lapisan masyarakat, LSM dan lainlain.
•
Media cetak, Kompas, Bisnis Indonesia dan lain-lain. Sedangkan Media Elektronik, Trans TV, TPI, RCTI, dan lain-lain. Sedangkan Radio, RRI PRO 2 FM.
•
Narasumbernya Dirut BI, Dirut Syariah, Bapepam, PKES, DSN, Basyarnas, Anggota Komisi IV DPR RI, Rektor UI dan salah seorang LSM.
d.Penyuluhan
Melakukan sosialisasi dalam
Masyarakat akan lebih
penyuluhan biasanya
paham dengan adanya
109
menggunakan metode
penyuluhan didaerah-
pemaparan dan tanya jawab,
daerah sehingga produk
kemudian dilanjutkan dengan
dan jasa dapat meningkat
acara kunjungan kedaerah-
lagi.
daerah sekitar. Seperti : •
Pada acara launching program akselerasi pengembangan perbankan syariah diawal tahun pada tanggal 21 February, di Jakarta.
•
Melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah SMU, Madrasah Aliyah (MAN/MAS), Perguruan Tinggi, bahkan tidak mustahil sosialisasi kepada sekolah SD dan TK, agar bank syariah lebih dikenal sejak awal.
•
Menggunakan media cetak seperti, Kompas, Jakarta Pos, Bisnis Indonesia. Sedangkan
110
Media Elektronik :Trans TV, TPI, RCTI, METRO TV. Radio: RRI PRO 2 FM. e. Iklan Layanan
•
Masyarakat
Tema : Dalam rangka
Masyarakat dapat langsung
meningkatkan pelayanan
tahu dengan adanya iklan
syariah kepada nasabahnya,
layanan masyarakat yang
pemerintah melalui program
ditayangkan distasiun tv,
akselerasi tahun 2007 untuk
sehingga paham akan
perkembangan perbankan
produk-produk syariah.
syariah. •
Acara ini berlangsung 2 jam dari pukul : 13.00-16.00
•
Dengan narasumber Dirut BI, Dirut Syariah, PKES, Bapepam, BUMN, DSN, Basyarnas dan PEMDA setempat.
•
Pembuat konsepnya humas dengan tim akselerasi pengembangan perbankan syariah dibantu oleh tenaga luar.
•
Iklan ini tampil dengan
111
durasi 30 detik. •
Jumlah penayangan 1 bulan, 2 hari dalam seminggu dan frekuensi 2 kali sehari.
•
Salah satunya ditayangkan pada program prime time, distasiun televisi seperti : TVRI, TPI, RCTI, SCTV, TRANS TV, ANTV dan lain-lain.
f. Print Advertising
Print advertising diletakkan
Dengan adanya print
dimuka halaman belakang warta
advertising masyarakat
intra BI edisi April 2007, warta
dapat menambah
intra BI diperuntukkan bukan
wawasannya lebih dalam
saja untuk kalangan internal baik
lagi.
pusat maupun daerah tetapi juga diperuntukkan untuk kalangan eksternal. Misalnya, jika ada tamu kunjungan. g. Spanduk
Spanduk ini adalah salah satu
Dengan adanya spanduk ini
tahap awal dari kegiatan
masyarakat akan tahu
112
sosialisasi, karena disana ditulis
adanya sosialisasi
tema dari kegiatan tersebut.
akselerasi pengembangan
Peletakkan spanduk ini
perbankan syariah.
diantaranya : •
Ditempat diselenggarakan acara tersebut.
•
Didepan gedung Bank Indonesia, atau depan kegiatan acara tersebut.
•
Diperempatan atau pertigaan JL. MH. Thamrin No.2 Jakarta dekat dengan acara kegiatan.
Tujuannya agar masyarakat menjadi paham dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, tetapi spanduk ini biasanya diketahui hanya pada daerah-daerah sekitar tempat pelaksanaannya. h. Video
Ini merupakan salah satu
Dengan adanya video ini,
dokumentasi yang disiapkan
masyarakat akan lebih jelas
oleh humas dalam setiap
dan mengerti lagi tentang
kegiatan, video kegiatan akan
kegiatan-kegiatan Bank
113
diputar dalam acara –acara
Indonesia.
tertentu. Seperti tamu kunjungan, lokakarya untuk rapat lingkup internal, semua tergantung dari kebutuhannya. 3. Evaluasi Program
•
Humas BI dalam melakukan
Dengan diadakan evaluasi
evaluasi kegiatan melalui
di Bank Indonesia, akan
media monitoring, seperti
berjalannya suatu kegiatan
kliping yang dilakukan setiap sehingga akan
•
harinya, tape recorder, foto-
terlaksananya program
foto dan lain-lain.
dengan baik.
Sedangkan untuk jangka waktunya 1-2 bulan setelah acara itu berlangsung.
4.7
Analisa Data Proses menganalisa hasil penelitian yang dilakukan adalah, untuk mencari
hubungan antara teori atau konsep yang ada dengan hasil penelitian yang diperoleh. dengan adanya analisa data ini, peneliti akan menguraikan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari observasi dan data-data lainnya. Sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai aktivitas divisi humas Bank Indonesia dalam sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah.
114
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui humas Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya untuk sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah baru berperan memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai adanya sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah dapat memberikan masyarakat paham dan mengerti adanya program akselerasi tersebut. Dalam sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah diperlukan aktivitas komunikasi yang baik, suatu teori yang disusun melalui 4 langkah proses kerja humas bertujuan untuk membantu tugas humas dalam upaya pemecahan masalah yang dalam hal ini adalah memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah yang dicanangkan oleh Bank Indonesia melalui aktivitas pesan yang baik. Setelah melakukan penelitian, peneliti dapat melihat aktivitas yang dilakukan humas Bank Indonesia dalam sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah. Sosialisasi program adalah, tugas seorang humas untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan tidaklah mudah oleh karena itu dibutuhkan seorang tim yang mampu bekerjasama dengan baik. Sebenarnya tujuan dari program akselerasi ini adalah, agar masyarakat menjadi tahu dan karena kebijakan-kebijakan pemerintah untuk masyarakat. Pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tentu dengan adanya akselerasi dapat meningkatnya perkembangan perbankan nasional. Sosialisasi juga penting karena jika ada perubahan-perubahan kebijakankebijakan mengenai akselerasi, masyarakat bisa langsung menggetahuinya dan tidak menimbulkan salah persepsi. Kemudian yang menjadi sasaran dalam
115
kegiatan sosialisasi program akselerasi adalah, masyarakat umum dan PEMDA setempat. PEMDA sebagai pembantu pelaksana sampai ketitik pelaksana. Untuk masyarakat diberikan informasi-informasi mengenai akselerasi, diharapkan menjadi tahu dan membantu agar program ini dapat diterima dengan semestinya. Ini sesuai dengan teori DeMartins, yang mampu merumuskan komunitas organisasi. Kedudukan Divisi Humas Bank Indonesia dalam struktur organisasi perusahaan berada di bawah Sub Direktorat Perbankan Syariah, sedangkan Direktorat Perbankan Syariah berada langsung di bawah Direktorat Gubernur. Dengan kedudukan seperti ini, maka Divisi Humas Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tidak perlu melali berbagai macam prosedur yang menyulitkan untuk dapat sampai ke Direktur, Divisi Humas Bank Indonesia dapat menyampaikan sesuatu melalui Direktorat Gubernur lainnya. Dengan demikian Divisi Humas Bank Indonesia dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Kekuatan dalam program akselerasi pengembangan perbankan syariah ada dua macam yang Pertama, produknya bervariasi mulai dari asuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah, surat berharga berjangka menengah syariah dan dana pensiun keuangan syariah. Kedua adalah pelayanan relatif baik, melalui UMKM center maka pelayanan informasi mengenai UMKM (Usaha mikro kecil menengah) diharapkan dapat berjalan dengan insentif beberapa bank besar telah mulai membentuk lembaga tersebut guna memberikan pelayanan kepada nasabah UMKM tujuannya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pendamping UMKM, terhadap
116
layanan keuangan dari lembaga keuangan atau perbankan. Bagi sektor perbankan, jasa yang ditawarkan merupakan linkage program, termasuk didalamnya jasa credit monitoring yang berkaitan dengan industri yang terkait dengan UMKM. Perkembangan teknologi dan informasi yang telah memberikan dampak ke berbagai bidang, merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi BPR dalam rangka peningkatan pelayanan kepada nasabah. pengembangan BPR kedepan diarahkan
pada
peningkatan
kemampuan
BPR
dalam
memanfaatkan
perkembangan teknologi untuk melayani nasabah sesuai dengan kebutuhannya dengan tetap mempertimbangkan kapasitas BPR, namun tetap berfokus pada pelayanan terhadap masyarakat UMKM dan perdesaan. Kelemahan dalam program akselerasi pengembangan perbankan syariah ada tiga macam yang Pertama, pertumbuhan kredit yang masih rendah Banyak calon debitur perbankan syariah, yang merasa keberatan jika harus membayar premi penjaminan kredit dikarenakan kurangnya sosialisasi baik dari perbankan syariah maupun dari perusahaan asuransi kredit sebagai penjaminan kredit debitur. masyarakat Ada yang paham pentingnya asuransi dan ada premi penjaminan asuransi kredit dikarenakan kurangnya sosialisasi penjaminan kredit. Penyertaan asuransi kredit terhadap debitur bank syariah memang diperlukan, tapi tidak harus dipaksakan. apalagi jika debitur diwajibkan untuk memiliki produk asuransi kredit dari perusahaan asuransi tertentu. Karena beragamnya tingkat sosial masyarakat, keharusan kepemilikan asuransi kredit mungkin akan memberatkan debitur. Untuk itu sosialisasi terhadap calon debitur bank syariah, sebaiknya ditingkatkan agar pemahaman masyarakat tidak negatif terhadap
117
penjaminan kredit itu akan membantu jika debitur mengalami kendala dalam pelunasan kredit. Tujuan ekonomi syariah itu bukan hanya semata (profit oriented), ekonomi syariah juga ditujukan bagi pelayanan publik untuk memudahkan masyarakat yang membutuhkan dana. Bank Indonesia sebagai bank sentral sebaiknya memberikan ketegasan mengenai apakah asuransi kredit tersebut perlu dipaksakan atau diisyaratkan dalam pemberian kredit bank syariah, karena semua bank konvensional telah mengsyaratkannya dalam pemberian kredit. Kedua Sumber Daya Manusia yang masih sedikit, karena pendidikan dan pengembangan SDM syariah merupakan hal lain yang masih perlu mendapat perhatian saat ini, terdapat ketimpangan antara SDM dibidang ekonomi keuangan syariah dengan kebutuhan pasar. Berdasarkan perkiraan sederhana, jumlah SDM lembaga perbankan syariah yang berlatar belakang syariah jumlah kurang dari 50%. ketimpangan ini tidak terlepas dari masalah keterlambatan dunia pendidikan dalam mengantisipasi kebutuhan pasar akan SDM yang handal diindustri perbankan syariah. selain itu keterbatasan SDM dibidang ekonomi keuangan syariah juga disebabkan oleh masalah intern sistem pendidikan nasional, seperti birokrasi yang rumit, ketidakjelasan kewenangan, keterbatasan dalam SDM ini akan menjadi salah satu penghambat kemajuan perbankan syariah karena akan berimplikasi pada banyak hal. salah satunya adalah inovasi produk yang lamban, dan dampaknya produk-produk bank syariah menjadi kurang menarik bagi masyarakat luas.
118
Ketiga Infrastruktur (termasuk modal dan teknologi) yang belum memadai, Bank Indonesia bersepakat bahwa diperlukan adanya sebuah policy bank yang difokuskan untuk membiayai proyek-proyek perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang tinggi, lebih merata dan lebih menyejahterakan masyarakat. pembangunan proyek-proyek infrastruktur untuk keperluan nasional, membutuhkan alokasi belanja pembangunan dalam jumlah besar yang tidak dapat sepenuhnya akan dapat ditutup oleh APBN. Dibutuhkan adanya sumber pembiayaan lain yang bersifat komersial, seperti dari perbankan ataupun pasar modal. Namun sayangnya, sumber dana perbankan saat ini masih didominasi oleh sumber dana jangka pendek, sehingga pembiayaan proyek-proyek infrastruktur yang berjangka panjang waktu panjang, juga relatif terbatas. Oleh karena itu, diperlukan adanya policy bank yang diharapkan akan mampu menghimpun dana jangka panjang melalui berbagai cara dan mekanisme. selain menghimpun dana langsung dari masyarakat, bank ini akan memfokuskan diri mencari dana jangka panjang dipasar keuangan, dengan cara penerbitan surat-surat berharga, serta mencari pinjaman luar negeri dari berbagai lembaga multilateral. Dana yang dihasilkan dihimpun kebank, kemudian disalurkan untuk membiayai berbagai proyek dan program pembangunan jangka panjang, khususnya infrastruktur, mendampingi dana pembangunan yang dialokasikan pemerintah dalam APBN kegiatan operasional bank ini juga akan dapat difokuskan sebagai investment bank, yang akan banyak memberikan dukungan dan fasilitas kepada pemerintah
119
dan bank-bank miliknya, termasuk BPD-BPD, dalam penerbitan surat berharga dipasar modal, baik dalam bentuk konvensional maupun syariah.
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN Dari serangkaian yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa humas Bank Indonesia dalam sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah tidak sendiri. melainkan dengan tim akselerasi yang humas
termasuk didalamnya.
Hasil penelitian
Observasi dengan
narasumbernya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Divisi Humas Bank Indonesia telah menerapkan empat langkah proses hubungan
masyarakat
dalam
sosialisasinya
untuk
akselerasi
pengembangan perbankan syariah, yaitu : a. Pengumpulan Fakta, mengumpulkan data dan informasi, kemudian membuat tujuan, menentukan publik sasaran, menentukan metode yang digunakan kemudian memilih media yang tepat dan membina pengertian khalayak serta menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan.
120
b. Perencanaan dan Program, tahap ini humas akan menyusun berbagai rencana teknis atau program kerja perusahaan berdasarkan fakta dan informasi yang didapat. c. Aksi
dan
Komunikasi,
tahap
menjelaskan
informasi
atau
mengkomunikasikan mengenai sosialisasi yang akan dilakukan untuk dapat mempengaruhi bagi pihak-pihak yang akan dianggap penting dan berpotensi dalam upaya memberikan dukungan sepenuhnya. d. Mengevaluasi program, keberhasilan suatu kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak humas dalam sosialisasi akselerasi dapat dilihat melalui media monitoring seperti, kliping, tape recorder, foto-foto dan lain-lain. Biasanya pihak humas mengevaluasi kegiatan disaat mengadakan rapat dan menyusun rencana yang akan datang dengan acuan kegiatan sebelumnya sebagai bahan evaluasi. 2. Kemudian dalam melakukan sosialisasi humas memiliki hubungan dan kerjasama yang baik dengan pihak media, terbukti dengan adanya forum wartawan BI. Kemudian dalam melakukan sosialisasi program akselerasi, humas juga memiliki Berbagai kegiatan, diantaranya lokakarya, talkshow dan dialog interaktif, penyuluhan, iklan, dan lain-lain. Adapun kegiatannya ada yang dilakukan secara live atau secara off air. 3. Sedangkan untuk humas sendiri melakukan kegiatan, seperti menyebarkan undangan untuk peserta baik lokal maupun interlokal. Menyebar undangan untuk media, melakukan koordinasi dengan sponsor untuk acara besar dan lain-lain.
115
121
4. Untuk pelaksanaan kegiatan lokakarya dan talkshow, diadakan disamping untuk sosialisasi juga untuk menyemarakkan HUT BI. Sedangkan untuk penyuluhan tidak harus dilakukan oleh Bank Indonesia pusat, melainkan bisa melalui PEMDA setempat. 5. Menurut pendapat masyarakat, yang paling efektif dan langsung mengenai sasaran adalah iklan dan penyuluhan. Terbukti dengan pernyataan mereka. 6. Dengan sosialisasi komunikasi seperti ini, terlihat dalam hasil penelitian ini bahwa pesan dan tujuan dari sosialisasi komunikasi yang dilakukan oleh Divisi Humas Bank Indonesia dalam sosialisasi akselerasi pengembangan perbankan syariah telah sampai kepada publik sasaran khalayaknya dengan baik.
5.2
Saran 5.2.1 Saran Akademis Penelitian
mengharapkan
untuk
penelitian
lanjutan,
penelitian lainnya dapat menggunakan pendekatan penelitian yang berbeda untuk melihat perbandingan dan pelaksanaan sosialisasi komunikasi sehingga hasilnya dapat saling melengkapi dan diharapkan adanya temuan baru. 5.2.2 Saran Praktis Dengan
adanya
sosialisasi
akselerasi
pengembangan
perbankan syariah, Divisi Humas Bank Indonesia membuat suatu sosialisasi komunikasi yang baik sehingga pesan dapat sampai
122
kepada khalayak sasaran, dan mengadakan evaluasi agar dapat diketahui kekurangan apa saja dalam perencanaan program yang telah dilakukan. Untuk lebih baik lagi pada masa mendatang diharapkan
humas
Bank
Indonesia
dapat mengembangkan
sosialisasi komunikasi yang lebih optimal agar pesan dapat sampai lebih baik lagi kepada khalayak dan evaluasi lebih aktif untuk mengetahui kekurangan dalam program yang diterapkan, dimana nantinya akan ada penelitian serta kaji yang mendalam dengan pendekatan yang berbeda terhadap masalah ini.
123
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Oemi, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001. Anggoro, M. Linggar, Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta, Bumi Askara, 2000. Astrid S, Susanto, Eilsafat Komunikasi, Bandung, Bina Cipta, 1995. Assegraf, Djafar, Humas dalam Praktek, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia, 1980. Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatatif,
Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2004. Bachtiar, Aly, Teknik Hubungan Masyarakat, Jakarta, UT, 1995. Buchler, Charlotte, Pschology for Contempory Living, A Delta Book, Dell Publication Co, Inc, New York. 1986. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1992. _____________________, Human Relations dan Publik Relations, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Mandar Maju, 1993. Gregory, Ane, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, Jakarta, Edisi Kedua Erlangga, 2004.
124
Jeffkins, Frank, Publik Relations Bisnis E + R. Edisi Keempat Erlangga, Jakarta, PT. Gelora Aksara Pratama, 1992. Kasali, Renald, Manajemen Public Relations, Jakarta, PT. Grafiti, 1994. Kertapati, Ton, Dasar- Dasar Publisitas, Jakarta, PT. Gramedia, 1986. Kusumastuti, Frida, Dasar- Dasar Humas, Bogor Selatan, PT. Ghalia Indonesia Dengan Umum Prerss, 2002. Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Mohammad, Nazir, Metode Penelitian, PT.Ghalia Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia, 1988. Pareek, Uday, Perilaku Organisasi, Jakarta, 1984. R.Wayne P & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Rachmadi, F. Publik Relations dalam Teori dan Praktek, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996. Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1991. _______________, Rosdakarya, 2002.
Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja
125
Ruslan, Rosady, Manajemen Publik Relations dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi edisi revisi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003. ______________, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004. _____________, Kiat dan Strategi Kampanye Publik Relations, Jakarta, PT. Grafindo Persada, 1997. Robert, K. Yin, Study Kasus (Desain dan Metode), Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003 Sasa Djuarsa, Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Jakarta, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001. Soemirat, Soleh, dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Publik Relations, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Soerjono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Sutaryo. Sosiologi Komunikasi, Jakarta, PT. Bumi Intaran, Cetakan Pertama 2005. Simanjuntak, Rusli, Pengelolaan Reputasi Organisasi Publik Seminar Sehari
126
di Hotel Kartika Chandra. Sumanto, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta, PT. Andi Offset,1990. S. Hartono, Publik Relations Teori dan Praktek, Jakarta, Penerbit Ichtiar,1996. Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta, 1992. Umar, Husein, Metode Penelitian Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Zulkarnain, Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta, Universitas Terbuka, 2003.
Sumber lain : http ://www.bi.go.id Mukadimah Website Bank Indonesia, www.bankindonesia.co.id Gerai Info di Bank Indonesia.
127
DRAFT WAWANCARA DENGAN STAAF HUMAS BAPAK M. JUFRIN BANK INDONESIA
Pengumpulan Fakta 1. Apakah humas Bank Indonesia menyelenggarakan sosialisasi ?sejak kapan?mengapa 2. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam sosialisasi Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? 3. Bagaimana cara mengetahui hasil yang dicapai dari seluruh kegiatan sosialisasi yang dilakukan? 4. Kendala apa saja yang dihadapi selama kegiatan sosialisasi Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? 5. Bagaimana pembagian tugas dan perannya?
Perencanaan dan Program 1. Bagaimana
langkah-langkah
kegiatan
sosialisasi
mulai
dari
perencanaan sampai pelaksanaannya? 2. Bagaimana tahapan perencanaan kerja Public Relations? 3. Apa tujuan dari tahapan perencanaan kerja Public Relations? 4. Siapa khalayak sasaran dari kegiatan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah? 5. Apa pesan-pesan yang terdapat dalam sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah?
Aksi dan Komunikasi 1. Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi? 2. Siapa yang bertanggung jawab dalam monitoring program akselerasi pengembangan perbankan syariah? 3. Bagaimana mekanisme monitoring program akselerasi pengembangan perbankan syariah?
128
4. Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah?
Evaluasi Program 1. Didalam melakukan evaluasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah, apakah ada hambatannya berupa apa? Bagaimana cara mengatasinya? 2. Biasanya dalam bentuk apa saja hasil evaluasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah? 3. Siapa yang menjadi pelaksanaan dalam melakukan evaluasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah? 4. Bagaimana
tahapan
perencanaan
evaluasi
program
akselerasi
pengembangan perbankan syariah? 5. Berapa lama jangka waktu untuk melakukan evaluasi dari suatu kegiatan? 6. Apa yang harus dilakukan bila tidak sesuai rencana atau tidak mencapai target?
129
DRAFT WAWANCARA DENGAN PERS STASIUN TELEVISI SWASTA TRANSTV BAPAK IQBAL
1. Dari mana Anda memperoleh info mengenai Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Kemudian bagaimana pendapat Anda dengan adanya program ini? 2. Bagaimana peran serta media dalam sosialisasi Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? 3. Apakah pers selalu diikutsertakan dalam kegiatan Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? 4. Seberapa
pentingkah
informasi
sosialisasi
Program
Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah ini disebarkan? 5. Apakah selama ini kegiatan sosialisasi Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah sudah cukup efektif? 6. Bagaimana saran Anda untuk program sosialisasi ke depannya?
130
DRAFT WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT IBU ENDAH HERAWATI
1. Apakah yang Anda ketahui tentang sosialisasi humas pada Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? 2. Sejak kapan Anda mengetahui Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? 3. Menurut Anda, Apakah Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah dapat mencapai target 50%? 4. Menurut Anda, Apakah sosialisasi Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah sudah cukup efektif? 5. Hasil dari pantauan Anda, bagaimana selama ini pelayanan syariah yang anda ketahui? 6. Bagaimana
saran
Anda
untuk
sosialisasi
Program
Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah? 7. Apakah yang Anda ketahui aktivitas Bank Indonesia dalam sosialisasi Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Misalnya iklan, dan talk show.
131
HASIL WAWANCARA
Narasumber Jabatan
: Bapak M. Jufrin
: Staaf Humas Bank Indonesia
Tanggal Wawancara : 17 Maret 2008
Pengumpulan Fakta 1. Apakah humas Bank Indonesia menyelenggarakan sosialisasi? Sejak kapan? Mengapa YA, untuk sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah sendiri, pihak humas beserta tim melakukan sejak program Akselerasi pertama kali diadakan dengan nama OPT (Operasi Pasar Terbuka). Sosialisasi dilakukan setelah program ditetapkan oleh pemerintah dan dilimpahkan ke Bank Indonesia. Perlu diadakan Akselerasi karena, Negara kita telah terjadi krisis moneter oleh sebab itu pemerintah membuat kebijakan dengan diadakannya OPT untuk masyarakat. 2. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Banyak sekali kegiatan yang kita lakukan untuk sosialisasi, seperti dengan adanya lokakarya, diskusi interaktif di media massa, talkshow dan dialog interaktif di media massa, launching, iklan. Kemudian dalam penyampaian pelaksanaan
program
Akselerasi
Pengembangan
Perbankan
Syariah
mekanismenya dengan metode pemaparan atau dengan metode tanya jawab. 3. Bagaimana cara mengetahui hasil yang dicapai dari seluruh kegiatan sosialisasi yang dilakukan? Hasilnya salah satunya dapat dilihat melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Akselerasi Perbankan Syariah. 4. Kendala apa saja yang dihadapi selama kegiatan sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi oleh humas Bank Indonesia dalam sosialisasi Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah, diantaranya :
132
a. Keterbatasan memperluas cakupan wilayah layanan transaksi perbankan syariah. Layanan syariah hanya diperbolehkan bila unit usaha syariah, suatu bank konvensional memiliki kantor cabang syariah. b. Perlu meningkatkan layanan yang semula hanya melakukan kegiatan penghimpun dana, diperluas dengan melakukan seluruh transaksi perbankan yaitu penghimpun dana dan penyaluran dana serta jasa transaksi perbankan syariah lainnya. c. Belum semua daerah yang berkewajiban mencantumkan Logo Industri Perbankan Syariah di setiap kantor, bank konvensional induknya yang melayani transaksi syariah. 5. Bagaimana Pembagian Tugas dan Perannya? Untuk humas tugasnya membuat konsep dan pelaksanaan kegiatan, sedangkan perannya sebagai supporting.
Perencanaan dan Program 1. Bagaimana langkah-langkah kegiatan sosialisasi mulai dari perencanaan sampai pelaksanaanya? Untuk langkah-langkahnya, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, kita harus mempersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan untuk sosialisasi. Produk dan jasa gimana, daerahnya dimana, orang-orangnya seperti apa. Diharapakan dapat menjalankan kegiatan sosialisasi dengan sebaik mungkin. 2. Bagaimana tahapan perencanaan kerja public relations? Tahapan perencanaan kerja public relations yang dilakukan pihak BI dapat dilihat dari 2 fungsi antara lain : 1. Bila pihak BI menyelenggara kegiatan, maka tahapan perencanaanya yaitu : a. membuat konsep kegiatan. b. mengajukan kepihak direksi tertinggi. c. mengadakan kerjasama dengan diskusi terkait. d. menentukan undangan. e. mengadakan kerjasama dengan media massa.
133
f. membuat press release dari setiap kegiatan yang dilakukan. 2. Sedangkan bila pihak BI menjadi sponsor kegiatan, maka tahapan perencanaanya yaitu : a. mencari pihak yang mau mengadakan kerjasama dengan pihak BI dalam melakukan suatu kegiatan. b. pihak BI akan menilai dan mengukur, apakah kegiatan itu sangat strategis buat pihak BI. c. bila kegiatan itu layak, maka pihak BI langsung mengajukannya kepihak direksi. d. jika disetujui oleh pihak direksi, maka dilakukan pertemuan kerjasama dengan divisi lain dari pihak BI. e. pelaksanaan kegiatan. f. evaluasi program kegiatan. 3. Apa tujuan dari tahapan perencanaan kerja public relations? Tujuan dari tahapan perencanaan kerja public relations yaitu, untuk dapat melihat proses masalah tahapan agar dapat dinilai terkoordinasi, evaluasi dan standarisasi. 4. Siapa khalayak sasaran dari kegiatan sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Yang menjadi sasaran dalam kegiatan sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah adalah, masyarakat umum. Bank Indonesia sendiri mempunyai tim Akselerasi yang bertanggung jawab, terhadap pelayanan syariah didaerahnya. Disini Pemda sebagai pembantu pelaksana, sampai ketitik nasabah diberikan informasi mengenai Akselerasi. Sedangkan untuk masyarakat diharapkan menjadi tahu
bahwa program ini memang
diperuntukkan untuk masyarakat. 5. Bagaimana cara memperoleh data tentang khalayak sasaran tersebut? Disini kami bekerjasama dengan PEMDA, pertama data masyarakat diperoleh dari bank syariah setempat. Yang kemudian akan dimusyawarahkan dikantor syariah, diantaranya dengan Dirut BI, Dirut Syariah, LSM dan lainlain. Kemudian dari sini akan ditetapkan nama-nama yang berhak melakukan
134
kebijakan tersebut, semua dilakukan secara secara transparan dan disahkan oleh Gubernur BI.
6. Apa pesan-pesan yang terdapat dalam sosialisasi program akselerasi pengembangan perbankan syariah? Yang utama adalah kepada siapa komunikasi itu harus disampaikan, kami melihat stakeholdersnya dulu, kami membuat segmentasi stakeholders mana yang paling butuh informasi mengenai hal tersebut berdasarkan data-data yang sudah ada pada kami. Setelah diketahui baru kami menetapkan kira-kira peasan apa yang paling efektif yang akan kami sampaikan pada mereka dan langsung dapat mereka terima, mereka pahami, mereka ingat sehingga dapat diimplementasikan.
Aksi dan Komunikasi 1. Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi? Dalam melakukan suatu kegiatan, baik kegiatan internal maupun eksternal, maka orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan tak lain adalah ketua panitia penyelenggara kegiatan tersebut. 2. Bagaimana mekanisme moninoringnya dalam program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Dalam melakukan suatu kegiatan, baik kegiatan internal maupun eksternal, mekanisme monitoring yang dilakukan humas Bank Indonesia adalah dengan melibatkan orang-orang standar guide dari Bank Indonesia sendiri. Selain itu juga dengan melibatkan beberapa orang yang dapat memberikan informasi dan penjelasan yang akurat kepada masyarakat. 3. Siapa yang bertanggung jawab dalam monitoring program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Dalam melakukan suatu kegiatan, baik internal maupun eksternal, maka orang yang bertanggung jawab dalam masalah pengawasan dari kegiatan tersebut. Antara lain PIC (Personal In Charge) antara lain bagian sektor pengawasan, dan bagian pengawasannya sendiri.
135
4. Berapa anggaran yang dikeluarkan dari setiap perencanaan kerja public relations? Dalam melakukan suatu kegiatan, baik internal maupun eksternal anggaran yang dikeluarkan sangat besar. Sektor Artinya anggaran yang dikeluarkan dapat dilihat dari bentuk jenis dan besar kecilnya kegiatan itu dilakukan. Misalnya, jenis kegiatan itu bentuknya besar, maka anggaran yang dikeluarkan kurang lebih sektor mencapai 100 juta rupiah. Tetapi jika jenis kegiatan itu bentuknya kecil, maka anggaran yang dikeluarkan kurang lebih 5 sampai 10 juta rupiah. 5. Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Cukup banyak media yang digunakan, baik dari media cetak maupun elektronik semua dipilih sesuai dengan target. Diantaranya untuk media cetak, Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Suara Pembaruan, Koran Sindo, Kompas, dan lain-lain. Sedangkan untuk media elektronik seperti, TVRI, RCTI, TPI, ANTV, Indosiar, Trans TV, Metro TV. Sedangkan radio, RRI Pro 2 FM.
Evaluasi Program 1. Didalam melakukan evaluasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah, apakah ada hambatannya berupa apa? Bagaimana cara mengatasinya Hambatan selalu ada, yang pastinya tidak dapat menggangu jalannya program kegiatan yang sedang dilakukan. Alhamdullilah orang-orang dari pihak pengawas bisa mengatasi masalah tersebut sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang sudah dibuat. Upaya-upaya yang dilakukan adalah : a. Pelaksanaan evaluasi lintas instansi secara berjenjang dari tingkat pusat sampai dengan program kegiatan secara langsung. b. Penajaman sasaran sekaligus peningkatan pemahaman program kegiatan pelaksana Akselerasi di daerah dan Perguruan Tinggi Negeri di 12 provinsi.
136
c. Lebih memberdayakan unit pengaduan masyarakat melalui kerjasama dengan
Pemda,
Perguruan
Tinggi,
LSM
dan
Organisasi
kemasyarakatan. 2. Biasanya dalam bentuk apa saja hasil evaluasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Hasil yang dicapai dari proses evaluasi suatu program kegiatan antara lain : a. Dalam bentuk surat kesepakatan kedua belah pihak antara pihak penyelenggara dan pihak sponsor. b. Dalam bentuk catatan-catatan, arsip dan dokumen penting. c. Jumlah kritik dan saran dari khalayak luas biasanya dalam bentuk secarik kertas yang ditujukan untuk penyelenggara program kegiatan. 3. Siapa yang menjadi pelaksanaan dalam melakukan evaluasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Dalam melakukan evaluasi program kegiatan, orang yang menjadi pelaksana adalah orang-orang dari kepanitian penyelenggara. Program kegiatan yang dilakukan yang bertanggung jawab adalah, orang-orang dari OCS (Operational Coorporate Secretary). 4. Bagaimana
tahapan
perencanaan
evaluasi
program
Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah? Tahapan perencanaan yang dilakukan dalam mengevaluasi program kegiatan tersebut yaitu, dengan membentuk catatan bersama tentang hasil program kegiatan yang sudah dilakukan. Jika hasilnya bagus harus di pertahankan, dan jika hasilnya jelek perlu dirubah. Catatan tersebut, dalam bentuk agenda hasil dari program kegiatan mulai dari hari pertama penyelenggaraan sampai hari akhir penyelenggaraan program kegiatan yang dilakukan. Hasil yang dilihat apakah ada peningkatan atau dalam hal apapun. 5. Berapa lama jangka waktu untuk melakukan evaluasi dari suatu kegiatan? Tidak ada waktu tertentu untuk evaluasi antar kegiatan jadwal disesuaikan untuk masing-masing kegiatan pelaksanaan, termasuk tempat atau wilayahnya.
137
6. Apa yang harus dilakukan bila tidak sesuai rencana atau tidak mencapai target? Dalam melakukan sesuatu kegiatan, apabila tidak sesuai rencana atau tidak mencapai target, maka yang harus dilakukan pihak BI adalah dengan melakukan beberapa cara, antara lain : a. Melakukan evaluasi kembali dari setiap kegiatan yang dilakukan. b. Pihak BI tidak akan melakukan mitra kerjasama lagi dengan pihak yang diajak kerjasama didalam menyelenggarakan suatu kegiatan. c. Melakukan perubahan kembali strateginya.
138
HASIL WAWANCARA
Narasumber Jabatan
: Bapak Iqbal
: Perwakilan dari media
Tanggal Wawancara : 1 April 2008
1. Dari mana Anda memperoleh informasi mengenai program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Kemudian bagaimana pendapat anda dengan adanya program ini? Saya mengetahuinya dari internet atau website BI. Pendapat saya mengenai program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah sangat bagus, karena dengan adanya Pengembangan Perbankan Syariah di BI akan memberikan
suatu
hal
yang
spesifik
bagi
masyarakatnya.
Karena
Pengembangan Perbankan Syariah di BI mengarah pada tujuan untuk menyelaraskan hidup bagi masyarakat dengan adanya sektor hukum islam.
2. Bagaimana peran serta media dalam sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Masing-masing media massa berbeda, tapi secara umum sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah adalah dengan pemberitaan program dan pelaksana Akselerasi. Namun ada juga melalui iklan advertorial program Akselerasi.
3. Apakah pers selalu diikutsertakan dalam kegiatan program Akserasi Pengembangan Perbankan Syariah? Pers disini tidak selalu diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi, biasanya pers diikutsertakan pada program Akselerasi
Perbankan Perbankan.
139
Selanjutnya, pers akan memantau dalam pelaksana Akselerasi dalam pemberitaan. Tapi tiap media tentunya berbeda.
4. Seberapa
pentingkah
informasi
sosialisasi
program
Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah ini disebarluaskan? Informasi sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah sangat penting, apalagi ini adalah program pemerintah untuk masyarakat. Selain itu jika ada perubahan kebijakan soal Akselerasi, misalnya pada tahun sebelumnya berfungsinya intermediasi perbankan syariah kepada sektor riil terlihat dari posisi Financing to Deposit Ratio (FDR) per Oktober 2006 yang mencapai sebesar 106,5%. Hal ini harus diketahui masyarakat dan pemerintahan, sehingga tidak salah persepsi. Karena itu, BI khususnya humas harus dapat menjelaskan perubahan tersebut inilah pentingnya sosialisasi.
5. Apakah
selama
ini
kegiatan
sosialisasi
program
Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah sudah cukup efektif? Sosialisasi ini belum sepenuhnya efektif, baru setengah efektif. Pasalnya masih ada komplain di masyarakat dan salah pengertian terhadap pelaksanaan Akselerasi. Karena itu sosialisasi harus berintegrasi, dari tingkat atas pemerintah hingga masyarakat. Termasuk juga kalangan pers yang akan menjadi salah satu media pengawas kebijakan pemerintah.
6. Bagaimana saran Anda untuk program sosialisasi kedepannya? Saran saya, sosialisasi harus terus ditingkatkan lagi jangan sampai berhenti. Terutama dalam tingkat pelayanan produk dan jasa keuangan syariah, serta perluasan outlet pelayanan syariah sehingga dapat lebih menjangkau kebutuhan masyarakat.
140
HASIL WAWANCARA
Narasumber Jabatan
: Endah Herawati, 25 tahun (Masyarakat Umum)
: Karyawati, warga tanah abang
Tanggal Wawancara : 7 April 2008
1. Apakah yang Anda ketahui tentang sosialisasi humas program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Yang saya ketahui tentang program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah adalah, peningkatan peran perbankan syariah yang lebih besar di industri perbankan nasional. Untuk menciptakan sumber daya insani, dan produk dan jasa kepada masyarakat sehingga akan terciptanya kesejahteraan bersama.
2. Sejak kapan Anda mengetahui program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Saya mendengar adanya program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah pada tahun 2007, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan program tersebut.
3. Menurut Anda, apakah program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah dapat mencapai target 5% pada tahun ini? Tidak, karena pada saat ini industri perbankan syariah masih lambat jika dibandingkan potensi yang sangat besar. Sampai akhir juli kemarin total asetnya hanya 1,66% dari total aktiva perbankan nasional yang sudah mencapai 1,801 triliun. Sementara dana masyarakat yang berhasil dijaring Cuma Rp. 23,2 triliun atau 1,68% dari total DPK di bank konvesional.
141
4. Menurut Anda, apakah sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah sudah cukup efektif? Sepertinya kegiatan sosialisasi ini kurang efektif, masalahnya biasanya orang yang mengetahui program tersebut tidak dijelaskan kepada masyarakat.
5. Hasil dari pantauan Anda, bagaimana selama ini pelayanan syariah yang anda ketahui? Setahu saya pelayanan syariah dijakarta saat ini sudah cukup efektif, dalam memberikan penjelasan tentang produk dan jasa sehingga dapat menjangkau kebutuhan masyarakat secara luas.
6. Bagaimana
saran
Anda,
untuk
sosialisasi
program
Akselerasi
Pengembangan Perbankan Syariah kedepannya? Supaya ditingkatkan lagi, terutama dalam masalah produk dan jasanya sehingga perbankan syariah di Indonesia akan cukup baik.
7. Apakah yang Anda ketahui aktivitas Bank Indonesia dalam sosialisasi program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah? Misalnya iklan, penyuluhan dan talkshow. Yang saya ketahui mengenai kegiatan sosialisasi seperti contoh tersebut paling hanya iklan, itupun jarang sudah lama sekali, kalau iklannya juga jarang, sedangkan penyuluhan saya belum pernah lihat apalagi talkshownya.
142
Curriculum Vitae Nama Lengkap
: Bintari Santi
Tempat tanggal Lahir Zenis Kelamin Agama
: Jakarta, 17 April 1983
: Perempuan
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl. H. Muchtar Rt. 04 Rw. 03 No. 1 Duri Kosambi Cengkareng Jakarta Barat.
Telp Rumah
: 5440956
HP
: 081511982389
Pendidikan Formal : 1. SMP Negeri 176 Jl. Raya Duri Kosambi Jakarta Barat Lulus Tahun 1999. 2. SMU Negeri 24 Jl. Lapangan Tembak Senayan Jakarta Pusat Lulus Tahun 2002. 3. Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat Lulus Tahun 2008.
Seminar : 1. Public Relations Leadership Traning & Camp 2003 2. Table Maner Hotel Sari Pan Pasifik 3. Workshop Self Motivation Strategi Menembus Lapangan Kerja.