HUBUNGAN FILM NAGABONAR JADI DUA DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA FIKOM UNIVERSITAS MERCU BUANA ANGKATAN 2006 – 2008
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Bidang Studi Broadcasting
Disusun Oleh:
Nama Nim Bidang Studi
: Abdi Nugroho : 4410401 – 018 : Broadcasting
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
UMB FIKOM Jurusan Broadcasting
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
: Abdi Nugroho
NIM
: 4410401 – 018
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bid. Studi
: Broadcasting
Judul
: Hubungan Film “Nagabonar Jadi Dua” dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana Angkatan 2006-2008
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ponco Budi Sulistyo, S.Sos, M.Comn
UMB FIKOM Jurusan Broadcasting
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Abdi Nugroho
NIM
: 4410401 – 018
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bid. Studi
: Broadcasting
Judul
: Hubungan Film “Nagabonar Jadi Dua” dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana Angkatan 2006-2008
Jakarta, Agustus 2009 Mengetahui,
1. Ketua Sidang Drs. Riswandi, M.Si
(……...……………..)
2. Penguji Ahli Feni Fasta, SE, M.Si
(…………………….)
3. Pembimbing Ponco Budi Sulistyo, S.Sos, M.Comn
(…………………….)
UMB FIKOM Jurusan Broadcasting
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Abdi Nugroho
NIM
: 4410401 – 018
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bid. Studi
: Broadcasting
Judul
: Hubungan Film “Nagabonar Jadi Dua” dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana Angkatan 2006-2008
Disetujui dan diterima oleh: Dosen Pembimbing
Ponco Budi Sulistyo, S.Sos, M.Comn
Mengetahui, Dekan
Ketua Bidang Studi
Fakultas Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Dra, Diah Wardhani, M.Si
Ponco Budi Sulistyo, S.Sos, M.Comn
UMB FIKOM Jurusan Broadcasting ABSTRAKSI ABDI NUGROHO Judul: Hubungan Film “Nagabonar jadi Dua” dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana angkatan 2006-2008 Hal Bibliografi
: 105 Halaman : 17 Buku (1974-2006) / 4 Web Site
Film merupakan media komunal dan cangkokan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Perkembangan dan kemajuan Industri perfilman diIndonesia tidak dapat dipungkiri sebagai akibat dari kesuksesan penyampaian suatu pesan dalam setiap film yang ditawarkan kepada para penonton selaku komunikan. Pada tahun 2007 Film "Nagabonar Jadi Dua" diproduksi oleh PT Demi Gisela Citra dan PT Bumi Prasidi Bi-Epsi. Film ini begitu khas yang menggambarkan keterlibatan rakyat kecil dalam suatu pencapaian kemerdekaan Indonesia, namun sebenarnya tak pernah benar-benar tuntas merdeka, film ini begitu kental dengan nilai-nilai nasionalisme. Film merupakan salah satu media penyampaian pesan. Pesan yang disampaikan melalui media massa (film) adalah terbuka untuk semua orang, besifat heterogen, menimbulkan keserempakan penting untuk keseragaman dalam seleksi dan intrepetasi pesan-pesan, komunikasi dengan menggunakan media massa berlaku dalam satu arah (One Way Communication). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang diungkapkan oleh Harold D. Laswell: Who, Says what, In which channel, To whom, and With what effect. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian Deskriptif Korelasional, dengan metode penelitian yaitu Metode Survei. Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008 yang berjumlah 1120 mahasiswa dan dengan jumlah sample sebesar 112 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan tehnik analisa penelitian Spearman Rank. Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap hipotesis dengan menggunakan rumus uji statistik, Hubungan film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008 dengan korelasi Spearman Rank (rs) menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,966 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Hal ini dikemukakan berdasarkan atas beberapa tabel yang menunjukkan nilai positif pada indikator yang berkaitan langsung dengan sikap remaja terhadap film yang mereka tonton dengan sikap nasionalisme
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
pertolongan
yang
telah
dilimpahkan-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Film Nagabonar Jadi Dua dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana Angkatan 2006-2008” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, Jakarta. Salawat serta salam juga penulis haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan semua contoh kepada manusia juga penulis dalam menghadapi cobaan hidup. Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada kedua orang tuaku tercinta, Ibu yang telah membawa aku kedunia ini dan entah sampai kapan aku akan menyusahkanmu, Eni Istinah. Dan ayah yang banyak memberiku pelajaran bagaimana menjalani hidup, Sudarto. Kalian yang menjaga dan tetap sabar dalam menghadapiku, kalian yang membesarkanku dengan kasih sayang, doa, dan kepercayaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan bimbingan
baik
moril
maupun
materi
dari
berbagai
pihak
sehingga
terselesaikannya skripsi ini. Keberhasilan ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari pihak – pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:: 1. Dian Pertiwi dan Della Amanda, terima kasih atas support yang telah diberikan, doa penulis selalu untuk kalian…… 2. Cahya Suryaningsih, terima kasih atas semua bantuannya baik moril maupun materil, mungkin penulis tidak bisa membalasnya, hanya ucapan terima kasih dan I LOVE YOU……..
3. Arham Arsalan, Ibnu Chaldun Dwi Andika, Rio Andres Woro. Bantuan yang kalian berikan tak akan pernah penulis lupakan, terima kasih dan semoga tali persahabatan kita tak akan pernah putus. 4. Om Lasji, Bu’le Ayu, Om Kasno, Mba Yanti, Om Yarto, Mba Dewi, Om Yatno, Lik Nana, Mba Yayu, Om Yuli, Mba Sih, Om Sayful, Mba Ti, Om Hadi. Terima kasih buat semua bantuan dan supportnya. 5. Le’Pri dan Le’Nur. Terima kasih buat semua bantuan dan supportnya. 6. Edward, Rian, Axl, Om Andy. Terima kasih atas motivasinya. 7. Tagor, Ipunk, Pele, Fadhil, Kanda, Jibrut, Chemen, Phocay, Howard, Dajjal, Willy, Juned, Atenk, Didin, Mahar, Kodir, Zofi, Sammy, Bontot, Botak, Bulu, Pay, Indri, Virgie, dan buat semua angkatan 2004 dan R.R.C. Terima Kasih atas dukungan, support, dan bantuannya. Mudah-mudahan kita bisa sukses bersama. 8. Miss Nuzi (Broadcasting English). Terima kazih atas kebijaksanaannya dalam mengajar maupun memberikan nilai sehingga penulis bisa lulus mata kuliah Broadcasting English. 9. Bpk. Ponco Budi Sulistyo, S.Sos, M.Comn. Terima kasih yang sebesarbesarnya atas bimbingan yang telah anda berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya. 10. Dan buat semua pihak yang terlibat dan memberikan kontribusinya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsinya, baik yang tercantum namanya diatas maupun yang tidak tercantum namanya. Kita semua hanya manusia biasa yang sampai kapan pun pasti membutuhkan bantuan dari orang lain, semoga dengan saling membantu kita bisa menggenggam masa depan yang lebih baik. TERIMA KASIH…………
Semoga segala budi baik dari semua pihak tersebut diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan pahal dari-Nya, AMIN…….
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun teknik penulisan. Sehubungan dengan itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun, saran, dan masukan dari pembaca demi terbaikinya skripsi ini.
Dengan Segenap Terima Kasih,
Abdi Nugroho penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR LULUS SIDANG LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................7 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 7 1.4 Signifikan Penelitian....................................................................8 1.4.1 Akademis............................................................................ 8 1.4.2 Praktis..................................................................................8
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa.......................................................................9 2.1.1 Pengertian...........................................................................9 2.1.2 Preoses dan Fungsi Komunikasi Massa............................. 9 2.1.3 Karakteristik Komunikasi Massa....................................... 11 2.1.4 Media Komunikasi Massa..................................................13 2.1.4.1 Surat Kabar................................................................ 13 2.1.4.2 Majalah...................................................................... 14 2.1.4.3 Radio Siaran...............................................................15 2.1.4.4 Televisi.......................................................................16 2.1.4.5 Film............................................................................ 17 2.1.4.6 Komputer dan Internet............................................... 18
2.1.5 Efek Komunikasi Massa.................................................... 19 2.2 Film Sebagai Media massa.......................................................... 20 2.2.1 Pengertian Film.................................................................. 20 2.2.2 Film Teatrikal.....................................................................21 2.2.3 Pengaruh Film.................................................................... 21 2.2.4 Jenis – Jenis Film............................................................... 25 2.3 Khalayak...................................................................................... 30 2.4 Nasionalisme................................................................................36 2.4.1 Beberapa Bentuk Nasionalisme......................................... 37 2.5 Efek Film..................................................................................... 40 2.5.1 Pengertian...........................................................................40 2.5.2 Proses Terjadinya Efek...................................................... 41 2.5.3 Jenis-Jenis Efek Media...................................................... 43 2.6 Hipotesis...................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe Penelitian............................................................................. 48 3.2 Metode Penelitian........................................................................ 49 3.3 Populasi dan Sample.................................................................... 49 3.3.1 Populasi.............................................................................. 49 3.3.2 Sample................................................................................50 3.3.3 Penarikan Sample...............................................................51 3.4 Definisi dan Operasional Konsep................................................ 53 3.4.1 Definisi Konsep..................................................................53 3.4.2 Operasional Konsep........................................................... 54 3.5 Validitas dan Reliabilitas............................................................. 58 3.5.1 Validitas............................................................................. 58 3.5.2 Reliabilitas......................................................................... 59 3.6 Teknik Pengumpulan Data...........................................................60 3.6.1 Primer................................................................................. 60 3.6.2 Sekunder.............................................................................60
3.7 Pengelolahan dan Tehnik Analisa Data...................................... 61 3.7.1 Pengolahan Data................................................................ 61 3.7.2 Analisa Data...................................................................... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film “Nagabonar Jadi Dua”.......................... 64 4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.................................................66 4.2.1 Uji Validitas........................................................................ 66 4.2.2 Uji Reliabilitas.................................................................... 69 4.3 Hasil Penelitian............................................................................ 73 4.3.1 Analisa Data Penelitian.......................................................73 4.3.1.1 Variabel X..................................................................74 4.3.1.2 Variabel Y..................................................................75 4.3.2 Hubungan Film “Nagabonar Jadi Dua” dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 2006-2008.......................................................................... 94 4.3.3 Hasil Analisis…………………………………………….. 97 4.4 Pembahasan..................................................................................98
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan.................................................................................. 101 5.2 Saran............................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel A: Perbedaan antara Televisi dengan Film.......................................... 24 Tabel B: Tipologi Aktivitas Audiens............................................................ 35 Tabel C: Tipologi Subtipe Audiens............................................................... 35 Tabel D: Penghitungan Sampel..................................................................... 51 Tabel E: Penarikan Sampel............................................................................52 Tabel F: Operasional Konsep.........................................................................54 Tabel G: Tabel Hasil Perhitungan Analisis Uji Validitas Pada Variabel X (Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua”)........................................67 Tabel H: Tabel Hasil Penghitungan Uji Validitas pada Variabel Y (Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 2006-2008)..................................................................................... 68 Tabel I: Tabel Hasil Penghitungan Analisis Uji Reliabilitas pada Variabel X (menonton film “Nagabonar Jadi Dua”)......................................... 70 Tabel J: Tabel Hasil Penghitungan analisis Uji Reliabilitas pada Variabel Y (Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 20062008)................................................................................................ 71 Tabel 1: Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua”........................................... 73 Tabel 2: Frekuensi Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua”......................... 74 Tabel 3: Jalan Cerita Film “Nagabonar Jadi Dua”.........................................75 Tabel 4: Mengetahui Pesan-Pesan Moral Film “Nagabonar Jadi Dua”.........76 Tabel 5: Tokoh / Pemain Film “Nagabonar Jadi Dua”.................................. 77
Tabel 6: Karakter Masing-Masing Tokoh Film “Nagabonar Jadi Dua”........78 Tabel 7: Adegan-Adegan dalam Film “Nagabonar Jadi Dua”.......................79 Tabel 8: Sikap Salah Satu Tokoh dalam Film “Nagabonar Jadi Dua”.......... 80 Tabel 9: Karakter Tokoh Utama dalam Film “Nagabonar Jadi Dua”............81 Tabel 10: Tayangan Mendidik untuk Remaja................................................82 Tabel 11: Kemerdekaan Merupakan Jasa Dari Para Pahlawan..................... 83 Tabel 12: Menimbulkan Rasa untuk Menghargai Jasa Para Pahlawan......... 84 Tabel 13: Menimbulkan Rasa Cinta Terhadap tanah Air.............................. 85 Tabel 14: Rasa Ingin Tahu Tentang Sejarah Bangsa Indonesia.................... 86 Tabel 15: Menimbulkan Rasa untuk Melestarikan Budaya – Budaya Bangsa Indonesia....................................................................................... 87 Tabel 16: Menimbulkan Rasa untuk Melestarikan Peninggalan Bersejarah......................................................................................88 Tabel 17: Membuat Jadi Lebih Menghormati Bendera Merah Putih............ 89 Tabel 18: Menimbulkan untuk Saling Menghargai Sesama.......................... 90 Tabel 19: Menimbulkan rasa Cinta Terhadap Produk Dalam Negeri............91 Tabel 20: Membuat Rela Melakukan Apa Saja Untuk Bangsa Indonesia....................................................................................... 92 Tabel 21: Membuat Jadi Lebih Nasionalisme............................................... 93 Tabel 22: Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi……. 97
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Balakang Masalah Film merupakan media komunal dan cangkokan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Cangkokan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara. Juga komunal berbagai kesenian baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur hingga musik. Maka kemampuan bertumbuh film sangatlah bergantung pada tradisi bagaimana unsur-unsur cangkokan teknologi dan unsur seni dari film -yang dalam masyarakat masing-masing berkembang pesat- dicangkok dan dihimpun. Dengan demikian tidak tertinggal dan mampu bersaing dengan teknilogi media, dan seni lainnya. Sejarah film Indonesia menunjukkan unsurunsur cangkokan dan komunal dari film tak mengalami pertumbuhan berarti. Akibatnya ketika masyarakat dimanjakan unsur visual dan audio, dari perkembangan teknologi media dan seni lainnya seperti televisi, seni rupa, dan lain-lain, masyarakat Indonesia tak mendapatkannya dalam film.1 Tahun 1991 jumlah produksi hanya 25 judul film (padahal rata-rata produksi film nasional sekitar 70 - 100 film per tahun). Yang menarik, krisis kedua ini tumbuh seperti yang terjadi di Eropa tahun 1980, yakni tumbuh dalam tautan munculnya industri cetak raksasa, televisi, video, dan radio. Dan itu didukung oleh kelembagaan distribusi pengawasannya yang melahirkan mata rantai penciptaan dan pasar yang beragam sekaligus saling berhubungan, namun
1
Nugroho, Garin, "Film Indonesia, Antara Pertumbuhan dan Kecemasan" Tempo, Mei 1993
juga masing-masing tumbuh lebih khusus. Celakanya di Indonesia dasar struktur dari Perfilman Indonesia pernah mengalami krisis hebat ketika Usmar Ismail menutup studionya tahun 1957. Pada tahun 1992 terjadi lagi krisis besar keadaan pasar video, untuk tersebut belum siap. Seperti belum efektifnya jaminan hukum dan pengawasan terhadap menjadikannya pasar kedua perfilman nasional setelah bioskop.2 Faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu film nasional salah satunya adalah rendahnya kwalitas teknis karyawan film. Ini disebabkan kondisi perfilman Indonesia tidak memberikan peluang bagi mereka yang berpotensi untuk berkembang. Sebagaimana kita ketahui, Industri perfilman Indonesia mulai menunjukkan kembali eksistensinya. Para pakar dan ahli perfilman mulai bangkit dan menciptakan karya-karya terbaik mereka. Hasilnya, semenjak saat itu hingga sekarang, film-film Indonesia mulai banyak menarik minat para penonton dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, setelah sekian lama film-film dalam negeri tenggelam oleh hingar bingarnya film-film dari luar negeri.3 Perkembangan dan kemajuan Industri perfilman dalam negeri ini, tidak dapat dipungkiri sebagai akibat dari kesuksesan penyampaian suatu pesan dalam setiap film yang ditawarkan kepada para penonton selaku komunikan. Dalam hal ini dapat dikatakan film-film dalam negeri telah berhasil menciptakan suatu komunikasi yang efektif antara filmmaker selaku komunikator dengan penonton
2
Disarikan dari tulisan Garin Nugroho : "Krisis sebagai Momentum Kelahiran", Kompas, Agustus 1991 3 Penulis: JB Kristanto, Penerbit: Nalar bekerjasama dengan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, 2005, hal 49
selaku komunikan. Sehingga keberhasilan ini menjadi sebuah angin segar bagi filmmaker untuk terus menciptakan karya-karya mereka.4 Setiap film yang dibuat pasti mengandung atau menawarkan suatu pesan kepada para penontonnya. Namun apakah masih relevan apabila sebuah pesan yang ditawarkan harus dihiasi dengan adegan-adegan yang penuh kekerasan, pornografi, atau bahkan mistik? yang keseluruhannya itu dapat mempengaruhi sikap para penontonnya bahkan menimbulkan dekadensi moral. Apakah masih efektif ketika suatu pesan diambil dan diilhami dari adegan-adegan yang banyak mengandung kontroversi itu? Maka jelaslah apabila bukan inti pesan yang dapat dicerna dengan mudah oleh penonton, melainkan adegan-adegan tak pantas yang mereka cerna dan ambil. Mungkin semua ini adalah dilema bagi para sineas-sineas kita. Di mana disatu sisi para sineas harus berlomba-lomba menarik minat para penonton dengan adega-adegan, di sisi lain inti pesan yang terkandung dalam film, mau tak mau harus disampaikan kepada para penontonnya. Film yang pada intinya menyiratkan pesan mengenai dampak dari kehidupan remaja saat ini, harus dikotori dengan adegan-adegan yang seharusnya tidak ditayangkan dalam suatu film. Sehingga akhirnya film tersebut banyak mengundang kontroversi dari berbagai kalangan. Satu hal yang kita sadari, setiap penyampaian suatu pesan pada akhirnya akan menimbulkan suatu akibat atau efek. Efek di sini berarti hasil akhir komunikasi yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku dari komunikan. 4
Sudwikatmono, "Sinepleks dan Industri Film Indonesia", dalam Layar Perak, Jakarta : Gramedia, 1992, hal 137
Apakah sikap dan tingkah laku komunikan tersebut sesuai dengan pesan yang diinginkan atau sebaliknya. Efektif atau tidaknya suatu komunikasi bergantung pada efek yang ditimbulkan suatu pesan komunikasi. Masyarakat Indonesia yang telah banyak mengadopsi budaya barat tak dapat dipungkiri telah melupakan nilai-nilai sejarah yang ada. Perjuangan para pahlawan yang telah berusaha membela tanah air sehingga kita dapat merasakan kemerdekaan seperti sekarang ini mulai terkikis. Nilai nasionalisme semakin memudar dan tidak ada terlihat keinginan untuk memperbaikinya. Nasionalisme merupakan salah satu paham untuk mengingatkan kita akan hal kegigihan usaha para pejuang Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasapenguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. Nasionalisme dalam arti kata modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara umum. Dan nasionalisme ini makin lama makin kuat peranannya dalam membentuk semua segi kehidupan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi. Dan baru di masa yang akhir-akhir ini telah berlaku syarat bahwasanya setiap bangsa harus membentuk suatu negara, negaranya sendiri, dan bahwa negara itu harus meliputi seluruh bangsa. Pada tahun 1987, sebuah film berjudul Nagabonar muncul dan langsung mendapat sambutan luar biasa. Skenario yang ditulis Asrul Sani sangat cerdas, patriotik. Warna nasionalisme yang sangat kental tidak mengganggu apresiasi
penonton.
Mungkin
karena
dulu
pemerintah
Orde
Baru
sangat getol
mempropagandakan nasionalisme dan televisi hanya diisi acara-acara TVRI. Tahun 2007, sequel dari film ini dibuat dengan janji menawarkan semangat nasionalisme yang sama. Dan Deddy Mizwar, pemeran utama dalam film Nagabonar, kali ini bukan saja membintangi, tapi juga menyutradarainya. Dengan track record Deddy Mizwar yang belakangan ini membuat film-film dan sinetron Islami, sequel Nagabonar menjanjikan sebuah sajian yang bukan saja nasionalis, tapi juga agamis. Kekhawatiran bahwa sequel Nagabonar akan jadi sesuatu yang preachy pun tidak bisa dihindari. Setelah di tonton, film ini kental akan unsur agamis dan nasionalis. Film ini membuktikan bahwa dua hal tadi bukanlah hal yang membosankan.. Dalam film ini Dedy Mizwar tetap mengusung semangat Asrul Sani dalam mengkritisi masyarakat Indonesia sekarang ini. Adegan Saat di musium proklamasi, ketika Naga Bonar memberikan penghormatan pada Bung Karno dan Bung Hatta. Saat di depan patung jendral Sudirman [kuningan] Bonar bertanya pada sang jendral ” Jendral apa yang sedang Kau hormati siang dan malam.. apakah mobil-mobil didepan yang membelakangimu beroda empat, tidak semua dari mereka pantas kau hormati, turunkan tanganmu Jendral….. turunkan tanganmu Jendral …….turunkan tanganmu Jendral…….. Saat dimakam pahlawan [kalibata] saat Bonar memberikan penghormatan pada para pahlawan tiba2 dia menurunkan tangannya dan bertanya pada sisupir bajaj Umar, “apa mereka semua pahlawan… dengan santai sisupir menjawab kalo bukan pahlawan mana bisa
dimakamkan disini” kemudian si Naga Bonar memberikan penghormatan kembali… Dalam sudut pandang Nagabonar, materi membuat manusia melupakan apa makna kemerdekaan. Dalam suatu adegan yang sangat simbolis dan menggetarkan, Nagabonar menangisi patung Soedirman, sebagai sosok yang ia idealkan di masa hidupnya, tetapi kini patung itu harus dibuat menghormat pada kendaraan-kendaraan yang lewat di bawahnya, jalanan utama Jakarta, yang sibuk, dan menyiratkan ketidakpedulian. "Jenderaaaaaaal......siapa yang kau hormati siang dan malam itu? Apa karena mereka yang lalu lalang di depanmu itu memakai roda empat, Jenderal? Bah, tidak semua dari mereka pantas kau hormati, Jenderal. Turunkan tanganmu! Jenderaaaallll.....turunkan tanganmu! Bukan kau yang harus menghormati mereka! Tapi bangsa ini yang harus menghormatimu!"
Bagaimanapun penulis melihat film ini berusaha melihat sejarah, sebagai bagian dari masa kini dan masa depan dari perspektif rakyat kecil. penulis melihat film ini juga ingin mengatakan bahwa orasi sejarah itu penting. Sejarah tidak hanya cerita masa lalu, atau dongeng, tetapi menjadi akar identitas, tempat berpijak dalam menentukan arah masa depan. Terlepas dari milik siapakah sejarah yang diimajinasikan dalam film ini. Penulis
melihat "Nagabonar (Jadi) 2"
menitipkan sesuatu pada generasi berikutnya, yang kelak berkesempatan menyelenggarakan Negara. Indonesia sudah terlanjur ada. Lalu pertanyaannya, apakah para generasi-generasi muda bangsa Indonesia sudah memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi untuk membangun bangsa ini?
Dalam penelitian ini penulis memilih mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana angkatan 2006-2008 sebagai Populasi atau objek penelitian karena pada dasarnya mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi lebih memahami tentang proses penyampaian pesan atau makna yang terkandung dari sebuah film. Selanjutnya hanya bagaimana setiap individu mencermati dan mencerna film Nagabonar Jadi 2 menjadi sebuah aplikasi dari rasa Nasionalisme yang ada pada diri mereka terhadap bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah: Apakah ada hubungan Film Nagabonar Jadi Dua dan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008.
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah: Mengetahui hubungan Film Nagabonar Jadi Dua dan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008.
1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dibidang komunikasi massa khususnya tentang pengaruh media terhadap khalayak.
1.4.2 Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau evaluasi bagi dunia perfilman dalam memproduksi karya yang dapat membawa pengaruh positif kepada khalayak.
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi masa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen.5 2.1.2 Proses dan Fungsi Komunikasi Massa Proses komunikasi adalah proses pengoperan dan penerimaan dari lembaga-lembaga yang mengandung arti, proses komunikasi melalui media adalah proses pengoperan dari lambang-lambang dioperkan melalui saluran-saluran yang dikenal sebagai pers, televise, radio, telepon dan lainlain.6 Proses komunikasi mengenal 5 komponen yaitu: Sumber, Komunikasi or, Pertanyaan/Media pesan, Komunikan, Tujuan. Untuk memenuhi proses komunikasi dalam penelitian ini menggunakan teori yang diungkapkan oleh Harold D. Laswell, bahwa cara
5 6
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, 1990, hal 12 Phil Astrid Susanto, Komunikasi dalam Teori dan praktek I, (bandung: Bina Cipta), 1974, hal 31
yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab lima pertanyaan sederhana sebagai berikut:7 1. Who
:Sumber (komunikator)
2. Says what
:Pesan-pesan
atau
informasi
yang
disampaikan 3. In which channel
:Media
yang
digunakan
menyampaikan pesan
(informasi)
4. To whom
:Komunikan atau khalayak sasaran
5. With what effect
:Tujuan
dari
untuk
tayangan
yang
dibuat,
perubahan yang terjadi sebagai akaibat dari pesan yang diterima seseorang berupa perubahan sikap dan tingkah laku. Fungsi komunikasi menurut Harold D. Lasswell adalah: a. Surveillance of the environment Fungsi sebagai pengamat lingkungan b. Correlatoin of the parts of society in responding to the environment Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan c. Transmission of the social heritage on generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. 7
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2001, Hal 41
2.1.3 Karakteristik Komunikasi Massa Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa, yakni seperti yang diuraikan dibawah ini: a. Komunikasi massa bersifat umum Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Meskipun pesan komunikasi masa bersifat umum dan terbuka, sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, hal ini disebabkan oleh factor yang bersifat paksaan yang timbul karena struktur social.8 Rintangan yang tidak ada pada perencanaan timbul dari perbedaan bahasa, kebudayaan, pendidikan, pendapatan, kelas social, dan pembatasan yng bersifat tehnik. Penggunaan lebih banyak media audiovisual, kemajuan teknik untuk mencapai jarak jauh dan perluasan usaha bebas buta huruf, cenderung untuk mempercepat menuju keterbukaan yang luas. b. komunikasi bersifat heterogen Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa
dengan
komunikasi
erat
keterbukaan sekali
dalam
hubungannya
memperoleh dengan
sifat
pesan-pesan heterogen
komunikasi.
8
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 81
Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hdup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.9 c. Media massa menimbulkan keserempakan Yang dimaksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jartak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Ada dua segi penting dalam keserempakan tersebut, yaitu: Pertama, kecepatan yang lebih tinggi dari penyebaran dan kelangsungan tanggapan. Kedua, keserempakan penting untuk keseragaman dalam seleksi dan intrepetasi pesan-pesan.10 d. Hubungan komunikator-komunikan non-pribadi Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang masal dan sebagian lagi
9
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 82 10
Ibid
dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum. Komunikasi dengan menggunakan media massa berlaku dalam satu arah (One Way Communication), dan ratio output-input komunikasi sangat besar. Tetapi dalam hubungan komunikatorkomunikan itu terdapat mekanisme resmi yang dapat mengurangi ketidakpastian, korespondensi,
terutama dan
bukti
penelitian keuntungan
terhadap dari
komunikan,
penjualan
(siaran
komersia).11 2.1.4 Media Komunikasi Massa 2.1.4.1 Surat Kabar Menurut Agee, secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah:12 To Inform
: Surat kabar sebagai informasi
To comment
: Surat kabar mamberikan komentar atau ulasan
To Provide
: Surat kabar melengkapi informasi media lain
Sedangkan fungsi sekundernya adalah : Untuk
kampanye
proyek-proyek
yang
bersifat
kemasyarakatan, yang sangat diperlukan untuk memabantu kondisi-kondisi tertentu.memberikan hiburan kepada pembaca 11
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 83 12
http://kuliahkomunikasi.com/?p=23
dengan sajian cerita komik, kartun, dan cerita-cerita khusus melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak Karakteristik Surat Kabar: Publisitas : adalah penyebaran pada publik atau khalayak Periodesitas : menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan Universalitas : menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beranieka ragam dan dari seluruh dunia. Aktualitas : menunjuk pada keadaan yang ”kini” dan ”sebenarnya” Terdokumentasikan : dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan dan dibuat kliping. 2.1.4.2 Majalah Klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima kategori utama :13 1. General consumer magazine, Konsumen majalah ini siapa saja, mereka dapat membeli majalah tersebut di sudut-sudut outlet, mall, supermall atau toko buku lokal. 2. Business Publication, Melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi
13
ibid
3. Literacy reviews and academic journal, Terdapat ribuan nama majalah kritik sastra dan majalah ilmiah, yang pada umumnya memiliki sirkulasi dibawah 10 ribu, dan banyak diterbitkan oleh organisasi
nonprofit,
universitas,
yayasan
atau
organisasi
profesional. 4. Newsletter, Media ini dipublikasikan dengan bentuk khusus, 4-8 halaman dengan perwajahan khusus pula. 5. Public relations magazines, Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen, pelanggan dan pemegang saham. Karakteristik Majalah: Penyajian lebih dalam, Nilai aktualitas lebih lama Gambar atau foto lebih banyak, Kover sebagai daya tarik. 2.1.4.3 Radio Siaran Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja. Radio mempunyai kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.14 Radio Siaran Sebagai The Fifth Estate Radio dianggap kekuatan kelima. Faktor-faktor yang memengaruhi kekuatannya adalah: 1. Daya Langsung : Radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat
14
ibid
2. Daya Tembus : Melalui benda kecil yang dnamanya radio siaran, kita dapat mendengarkan siaran berita dari BBC di London, atau ABC di Australia. 3. Daya Tarik : Disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-ata dan efek suara. Karakteristik Radio Siaran Auditori : untuk didengar Radio is the Now : ditinjau dari nilai aktualitas berita, mestinya radio siaran dibandingkan dengan media massa lainnya adalah yang paling aktual. Imajinatif : Karena hanya indra pendengaran yang digunakan oleh khalayak, dan pesannya pun selintas, maka radio siaran dapat mengajak kounikannya untuk berimajinasi. Akrab : Sifat radio siaran yang lainnya adalah akrab atau intim. Gaya Percakapan : ”keep it simpe, short, adn conversational” Menjaga Mobilitas : Kita jarang mendengarkan acara radio siaran dengan cara duduk dan mendekatjan telinga pada pesawat radio. 2.1.4.4 Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Kini sedikitnya terdapat lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan.15
15
ibid
Over-the-air reception of network and local station program Cable Digital Cable Wireless Cable Direct Broacast Satellite Fungsi Televisi Memberi Informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Karakteristik Televisi Audiovisual : Televisi memiliki kelebihan yang dapat didengar sekaligus dilihat Berpikir dalam gambar Pengoprasian lebih kompleks : melibatkan banyak orang 2.1.4.5 Film Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, fim televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket terjual setiap tahunnya (Agee, et. al., 2001: 364).16
16
ibid
Fungsi Film Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hibutan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Karakteristik Film Layar yang luas/lebar Pengambilan Gambar pemandangan menyeluruh Konsentrasi penuh Identifikasi Psikologis Jenis-jenis Film Film Cerita : Jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang tenar film tenar dan didistribusikan sebagai barang cadangan Film Berita : Peristiwa fakta, yang benar-benar terjadi Film Dokumenter : Karya ciptaan mengenai kenyataan. Film Kartun : Dikonsumsi untuk anak-anak. 2.1.4.6 Komputer dan Internet Lebih dari lima orang Amerika dewasa menggunakan internet di rumah, kantor atau sekolah, dan 10% menggunakannya setiap hari. Bisnis perangkat keras komputer terbagi menjadi empat bidang umum:17
17
ibid
1. the
computer
(terdiri
dari
supercomputers,
mainframes,
minicomputers, workstations, dan personal computers) 2. Storage devices (seperti disk drives) 3. Peripherals (seperti printer dan modem) 4. komponen atau material komputer, misalnya untuk merakit komputer 2.1.5 Efek Komunikasi Massa Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima, karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan prilaku nyata. Komunikasi dinyatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau perubahan sebagai yang diharapkan oleh sumber seperti pengetahuan, sikap dan prilaku atau ketiganya. Perubahan di pihak pemerintah ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan penerima sebagai umpan balik. Media lisan bisa pada suara dan melahirkan keakraban sosial dan kehidupan kelompok. Media cetak bisa pada penglihatan dan melahirkan sistem yang linear, urutan dan sekuensal, dan kecenderungan menata dan mengatur berdasarkan susunan tertentu. Media lisan melahirkan ikatan sosial yang erat, media cetak menimbulkan individualisme dan televise menyebabkan demokrasi kolektif. Menurut Meluhan, televisi akan melahirkan desa dunia (global village), demana orang-orang diseluruh dunia berbagi pengalaman dan
gagasan secara serentak. Televisi juga merangsang seluruh alat indera, mengubah persepsi dan akhirnya mempengaruhi prilaku manusia.
2.2 Film Sebagai Media Massa 2.2.1 Pengertian Film Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Seiring dengan perkembangan dunia perfilman Indonesia, ada dua aspek penting dari awal sejarah film untuk melihat bagaimana status dan peranan film ditumbuhkan.
1.
Film dilahirkan sebagai tontonan umum (awal 1900-an), karena sematamata menjadi alternatif bisnis besar jasa hiburan di masa depan manusia kota.
2.
Film dicap 'hiburan rendahan' orang kota. namun sejarah membuktikan bahwa film mampu melakukan kelahiran kembali untuk kemudian mampu menembus seluruh lapisan masyarakat, juga lapisan menengah dan atas, termasuk lapisan intelektual dan budayawan. bahkan kemudian seiring dengan kuatnya dominasi sistem Industri Hollywood, lahir film-film perlawanan yang ingin lepas dari wajah seragam Hollywood yang
kemudian melahirkan film-film Auteur. Yakni film-film personal sutradara yang sering disebut sebagai film seni. 18
2.2.2 Film Teatrikal Yang dimaksud film Teatrikal (Theatrical Film) adalah film yang diproduksi
secara
khusus
untuk
dipertunjukkan
digedung-gedung
pertunjukan atau gedung bioskap (Cinema). Film jenis ini berbeda dengan film televisi (Television Film) atau sinetron (singkatan dari sinema elektronik) yang dibuat khusus televisi. Film Teatrikal dibuat secara mekanik, sedangkan film televisi dibuat secara elektronik.19 2.2.3 Pengaruh Film Film begitu besar pengaruhnya terhadap jiwa manusia, hal ini disebabkan karena suasana didalam gedung bioskop sendiri, dan karena sifat dari medium massa itu sendiri. Dalam hal ini orang-orang film pandai sekali menimbulkan emosi penonton. Tehnik perfilman, baik peralatannya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar-gambar yang berhasil mendekati kenyataan. Pengaruh film besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak hanya terpengaruh sewaktu atau selama duduk didalam gedung bioskop, tetapi terus dalam waktu yang cukup lama. Yang dapat dan mudah 18
Disarikan dari tulisan Garin Nugroho : "Krisis sebagai Momentum Kelahiran", Kompas, Agustus 1991 19
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 201
terpengaruh oleh film ialah anak-anak dan remaja-remaja. Kalau saja pengaruh film itu terbatas tidaklah akan menimbulkan efek yang negatif, tapi celakanya pengaruh film itu sering menimbulkan akibat yang lebih jauh.20 Psycholog Amerika Prof. Spiegel, menyatakan bahwa pembunuhan dan kekerasan diAmerika Serikat secara luas dicerminkan oleh film, baik yang dipertunjukkan dibioskop maupun yang disiarkan ditelevisi., jadi kesimpulannya bahwa film yang dipertunjukkan digedung bioskop dan televisi merupakan sumber-sumber pendidikan bagi rakyat Amerika Serikat untuk meniru-niru menjalankan kekerasan dalam kehidupan sehari-hari di Amerika Serikat.21 Pengaruh film juga berakibat juga berakibat jauh pada masyarakat indonesia, terbukti dengan sering terjadinya pembunuhan-pembunuhan atau pencurian-pencurian yang dilakukan dengan cara seperti yang dipraktekkan oleh bandit-bandit dalam cerita film. Banyak diantara mereka yang mengakui sendiri bahwa cara yang mereka jalankan dalam melakukan kejahatannya adalah berkat “pelajarannya” dari film. Pengaruh film juga bergantung dari filmnya sendiri, film yang ceritanya bagus sudah tentu akan berpengaruh baik pada masyarakat dan begitu juga sebaliknya.
20
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 208 21
Ibid
Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali. Bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat bantu memberikan penjelasan. Film sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit.22 Sejak ”Audio Visual Aids (AVA)” dianggap sebagai metode yang terbaik dalam pendidikan, film memegang peranan yang semakin penting. Oleh sebab itu diberbagai Universitas, Sekolah, Pendidikan training di industri-industri, Lembaga Kesehatan, Jawatan Pertanian, Polisi Lalu Lintas, dan sebagainya. Film kini digunakan sebagai alat untuk mengintensifkan usahanya. Hingga sekarang tercatat lebih dari 60% penduduk dunia yang buta huruf. Alat yang paling ampuh memberikan penerangan, petunjuk, dan intruksi kepada mereka yang tidak bisa membaca dan menulis terutama di Negara-negara kyang belum maju adalah Film. Karena itulah film dewasa ini banyak digunakan untuk berbagai kepentingan.23
22
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 209 23
Ibid
Tabel A: Perbedaan antara Televisi dengan Film (berdasarkan pandangan Ellis, 1982)
SIARAN TELEVISI
FILM
Menyangkut Isi dan Bentuk Mengidentifikasikan pembaca naskah
Tidak ada pembaca naskah (Narator)
(Narator) Membedakan fakta fiksi
Hanya fiksi atau tidak jelas
Realistis
Khayal
Domestik, berkenaan dengan keluarga
Eksotik, tidak berhubungan dengan keluarga
Ceritanya terpisah-pisah, tidak terbatas
Ceritanya logis dan diikat oleh hubungan sebab akibat
Menyangkut Suasana Hidup, berdimensi waktu nyata dan
Tidak hidup, berdimensi waktu “masa lalu
sebenarnya
yang tampak seperti masa sekarang”
Bersikap netral
Bersikap memihak
Biasa dan ada perasaan tenang
Menegangkan, ada kecemasan (suasana yang mendebarkan)
Menyangkut Hubungan dengan Penonton Mempunyai penonton tetap
Setiap film dipasarkan ke penonton baru
Memerlukan keterlibatan tanpa perhatian
Perhatian sepenuhnya (mengasyikkan).
sepenuhnya
Penonton larut dalam keasyikkan
Ada keintiman
Tidak ada keintiman. Penonton senang pada sajian yang berkenaan dengan seks Menyangkut Organisasi
Memiliki tokoh berwatak
Memiliki bintang
2.2.4 Jenis-Jenis Film Sehubungan dalam ukuran, film dibedakan pula menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut:24 1. Film Cerita (Story Film) Film cerita adalah jelas film yang mengandung sebuah cerita. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukkan semua publik demana saja. Pembuatan film cerita diperlukan untuk melakukan
penyelidikan-penyelidikan
semata-mata
untuk
menarik
perhatian publik. Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat Audiovisual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar dan dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, dan merupakan sebuah media yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi. Unsur-unsur seks dan kejahatan adalah unsur-unsur yang dapat menyentuh perasaan manusia, yang dapat membuat publik terpesona, yang dapat membuat publik tertawa terbahakbahak, menangis terisak-isak, dan membuat publik kesal, marah, terharu, iba, bangga, gembira, tegang, dan lain-lain. Maka diambillah episodeepisode yang mengangkat cerita dari kitab-kitab suci, kisah-kisah daari
24
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 211
sejara, cerita nyata dari klehidupan sehari-hari, atau juga khayalan yang kemudian diolah menjadi film cerita. 2. Film Berita (Newsreel) Film berita atau newsreel adalah film yang mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue). Jika dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio, sifat “newsfact”-nya film berita tidak ada, sebab suatu berita harus aktual, sedangkan berita yang disajikan film berita tidak pernah aktual. Ini disebabkan
proses
pembuatan
dan
penyajiannya
kepada
publik
memerlukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya TV yang juga sifatnya audiovisual seperti film, maka berita yang difilmkan dapat dihidangkan kepada publik melalui TV lebih cepat. Film-film berita dewasa ini juga banyak mengandung berita-berita yang benar-benar terjadi, seperti kebakaran, banjir, dan lain sebagainya.25 Film berita sudah tua usianya. Lebih tua dari film cerita. Bahkan film cerita yang pertama-tama dipertunjukkan kepada publik kebanyakan berdasarkan film berita. Imitasi film berita semakin lama semakin penting, oleh karena kemudian berkembang menjadi film cerita yang kini mencapai kesempurnaannya.
25
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 212
3. film Dokumenter ( Documentary Film) Istilah “Documentary” mula-mula dipergunakan oleh oleh seorang sutradara director Inggris, John Grierson, untuk mengembangkan suatu jenis fim yang dipelopori oleh seorang Amerika bernama Robert Flaherty termasuk seniman besar dalam dunia film. Film dokumenternya itu didefinisikan oleh Grierson sebagai “Karya ciptaan mengenai kenyataan (Creative Treatment of Actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyatan-kenyatan, maka film buatan Flaherty merupakan interpretasi yang puitis yang bersifat pribadi dari kenyataankenyataan. Filmnya yang pertama dan sangat terkenal adalah Nanook of the North (1922), dan pada tahun 1929 John Grierson membuat film Drifters yang dianggap sebagai film dokumenter Inggris yang pertama.26 Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah film berita harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita (News Value) untuk dipertontonkan apa adanya dan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Sedangkan untuk film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang. Beda pula dengan film cerita yang dapat diolah dengan unsur kejahatan dan seks. Karena itu film dokumenter sering menjemukan. Akal untuk mengelolanya dapat mempesona publik terbatas. Tetapi meskipun demikian usaha kearah tersebut harus dilakukan, tetapi tidak boleh dipaksakan sehingga apa yang dipertunjukan mejadi tidak logis. 26
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 213
Dalam merencanakan suatu film dokumenter diperlukan usaha keras dalam imajinasi, karena sering sekali mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari hal-hal yang menjemukan.sedangkan publik yang akan menyaksikan film tersebut harus tertarik. Film dokumenter sering berkisar pada hal-hal yang merupakan perpaduan manusia dan alam. Jika film dokumenter dapat didramatisir, maka film dokumenter akan memiliki cukup daya tarik. Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the Film menyatakan: “Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik. Dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibandiingkan dengan isinya.27 Dengan
munculnya
TV
ditengah-tengah
masyarakat,film
dokumenter yang tadinya dilihat oleh publik yang terbatas, kini dapat disajikan oleh jutaan orang. Dewasa ini berbagai studio siaran TV mempunyai unit film dokumenter sendiri, dan banyak diantaranya yang menghasikkan film dokumenter yang terkenal. 4. film Kartun (Cartoon Film) Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya Cinematography telah menimbulkan gagasan pada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka 27
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 215
lukis. Dan lukisan itu bisa menimbulkan hal-hal yang lucu dan menarik, karena dapat disusun memegang peranan apa saja yang tidak mungkin diperankan oleh manusia, si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tibatiba, dan lain-lain. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Dan setiap lukisan memerlukan ketelitian, satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu juga. Dan apabila rangkaian lukisan yang 16 buah diputar setiap detiknya dalam proyektor film, maka lukisanlukisan itu menjadi hidup. Sebuah film kartun tidaklah dilukis oleh satu orang, tetapi oleh pelukis-pelukis dalam jumlah yang banyak. 28 6. Film Komedi (Comedi Film) Film ini berisi lawakan, dan biasanya yang berperan adalah pelawak. Film komedi tidak harus dilakoni oleh pelawak, tetapi intinya film ini bisa membuat penomton tertawa terbahak-bahak. Biasanya adegan dalam film komedi juga berupa sindiran dari suatu kejadian atau fenomena yang sedang terjadi. Dalam konteks ini ada dua jenis drama komedi, yaitu Slapstik dan Situation comedy. Slapstic adalah komedi yang memperagakan adegan konyol seperti sengaja jatuh, atau dilempar kue, dan lainnya. Sedangkan komedi situasi adalah adegan lucu yang muncul dari situasi yang dibentuk dalam alur dan irama film. 28
Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal 216
2.3 Khalayak Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Dalam sosiologi komunikasi massa, penerima atau audiens adalah mereka yang menjadi khalayak dari media massa yang bersangkutan, dimana khalayak tersebut di atas bersifat luas, heterogen dan anonim. Pada awalnya, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Audiens biasanya berjumlah besar dibanding dengan keseluruhan populasi dan berbagai perkumpulan sosial biasa. Dengan demikian, audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu tertentu, dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara sukarela sesuai dengan harapan tertentu bagi masalah menikmati, mengagumi, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan atau lega.29 Sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa. McQuail (1987) menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens sebagai berikut:30 a. Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan
29 30
http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/definisi-iklan-efek-dan-iklan-korporat.html McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa ed 2, Jakarta: Erlangga, Hal 136.
berjumlah banyak. Pendekatan sosial budaya sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. b. Audiens sebagai massa. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang berukuran besar, heterogen, penyebaran, dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak emiliki keberadaan(eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini sudah tidak layak lagi dipakai. c. Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isyu, minat, atau bidang keahlian. Audiens ini aktif untuk memperoleh informasi dan mendiskusikannya dengan sesama anggota audiens. Pendekatan sosial politik sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. d. Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar, atau pemirsa) iklan tertentu. Pendekatan sosial ekonomi sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini. Konsep-konsep di atas tentu saja tidak saling eksklusif, secara empiris para pengelola/pemilik maupun pengguna media massa memaknai audiens sebagai perpaduan konsep ke satu (a), empat (d), dan tiga(c).
Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach mengkaji interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Mereka menyajikan tiga perspektif yang menjelaskan kajian tersebut. Ketiga perspektif itu adalah sebagai berikut:31 1. Individual Differences Perspective. Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Berdasarkan
ide
dasar
dari
stimulus-response,
perspektif
ini
beranggapan bahwa tidak ada audiens yang relatif sama, makanya pengaruh media massa pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologi individu itu yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Dengan kata lain, masing-masing individu anggota audiens bertindak menanggapi pesan yang disiarkan media secara berbeda, hal ini menyebabkan mereka juga menggunakan atau merespon pesan secara berbeda pula. Dalam diri individu audiens terdapat apa yang disebut konsep diri, konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi -mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Dengan kata lain, konsep diri mempengaruhi terpaan selektif, persepsi selektif, ingatan selektif.
31
Nurdin, 2003, Komunikasi Massa, Malang: Cespur, Hal 43.
2. Social Categories Perspective. Perspektif ini melihat di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, keyakinan beragama, tempat tinggal, dan sebagainya. Masing-masing kelompok sosial itu memberi kecenderungan anggotaanggotanya mempunyai kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Dari kesamaan itu mereka akan mereaksi secara sama pada pesan khusus yang diterimanya. Berdasarkan perspektif ini, pemilihan dan penafsiran isi oleh audiens dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok sosial. Dalam konsep audiens sebagai pasar dan sebagai pembaca, perspektif ini melahirkan segmentasi. Contoh: Anak-anak membaca Bobo, Yunior, Ananda. Ibuibu membaca Kartini, Sarinah, Femina. Kaum Islam membaca Sabili, Hidayah. 3. Social Relation Perspective. Persektif ini menyatakan bahwa hubungan secara informal mempengaruhi audiens dalam merespon pesan media massa. Dampak komunikasi massa yang diberikan diubah secara signifikan oleh individu-individu yang mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Tentunya perspektif ini eksis pada proses komunikasi massa dua tahap, dan atau multi tahap.
Aktifitas audiens merujuk pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:32 a. Sejauh mana selektivitas audiens terhadap pesan-pesan komunikasi b. Kadar dan jenis motivasi audiens yang menimbulkan penggunaan media c. Penolakan terhadap pengaruh yang tidak diinginkan d. Jenis & jumlah tanggapan(response) yang diajukan audiens media Levy dan Windahl menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi. Dua dimensi itu adalah sebagai berikut:33 1. Dimensi orientasi audiens yang terdiri dari tiga tingkatan: a. Selektivitas terhadap isi media b. Keterlibatan (involvement), mengandung dua arti: a. Tingkatan dimana audiens menghubungkan dirinya dengan isi media; b. Suatu tingkatan dimana individu berinteraksi secara psikologis dengan media atau termasuk di dalamnya dengan pesan-pesan media. c. kegunaan (utility), diartikan bahwa individu menggunakan atau mengantisipasi penggunaan komunikasi massa untuk tujuan sosial atau psikologisnya. 2. Dimensi temporal (urutan komunikasi), yaitu dimensi yang menjelaskan aktivitas audiens dilihat sebelum, selama, dan sesudah terpaan (exposure).
32
33
ibid http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/audiens_04.html
Tabel B: Tipologi Aktivitas Audiens (Levy dan Windahl, 1984)
Orientasi Audiens Selektivitas
Keterlibatan
Kegunaan
Sebelum terpaan Terpaan selektif, mencari-cari Antisipasi dari terpaan
koin pertukaran
Urutan komunikasi Selama terpaan Sesudah terpaan Persepsi selektif
Ingatan selektif
Perhatian, pembentukan makna, interaksi parasosial, identifikasi Menggunakan untuk memperoleh kepuasan
Identifikasi jangka panjang, mengkhayal menggunakan kepemimpinan pendapat suatu topik
Lebih lanjut, Levy dan Windahl menghubungkan antara variabel keterlibatan selama terpaan dengan variabel preexposure selectivity, yang menghasilkan 4 subtipe aktivitas audiens. Tipologi subtipe aktivitas audiens tersebut tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel C: Tipologi Subtipe Audiens
Keterlibatan selama terpaan Tinggi Rendah
Preexposure selectivity Tinggi Rendah Mencari kepuasan yang dimotivasi Topik ritual
Keterlibatan indiskriminasi Melewatkan waktu
2.4 Nasionalisme Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.34 Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini. Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan
34
Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara yang Demokratis, PT Grafindo Media Pratama, 2005, Hal 146.
penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya. 2.4.1 Beberapa bentuk nasionalisme Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya
berkaitan
dan
kebanyakan
teori
nasionalisme
mencampuradukkan sebahgian atau semua elemen tersebut. Berikut ini merupakan beberapa bentuk Nasionalisme:35 1. Nasionalisme Kewarganegaraan (nasionalisme sipil) Sejenis
nasionalisme
dimana
negara
memperoleh
kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudulk Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial"). 2. Nasionalisme Etnis Sejenis
nasionalisme
dimana
negara
memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun
oleh
Johann
Gottfried
von
Herder,
yang
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").
35
Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara yang Demokratis, PT Grafindo Media Pratama, 2005, Hal 147.
3. Nasionalisme Romantik (nasionalisme organik, nasionalisme identitas) Lanjutan
dari
nasionalisme
etnis
dimana
negara
memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman. 4. Nasionalisme Budaya Sejenis
nasionalisme
dimana
negara
memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRT karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.
5. Nasionalisme Kenegaraan Variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap
nasionalisme
Kurdi,
pembangkangan
di
antara
pemerintahan pusat yang kuat di Sepanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.
6. Nasionalisme Agama Sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. bersumber
Misalnya, dari
di
persamaan
Irlandia agama
semangat mereka
nasionalisme
yaitu
Katolik;
nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu. Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan
nasionalis
di
Irlandia
bukannya
berjuang
untuk
memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.
2.5 Efek Film 2.5.1 Pengertian Teori efek komunikasi massa (dikenal dengan teori peluru ajaib – magic bullet) beranggapan bahwa pesan-pesan media massa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan opini publik.
Contohnya adalah, jika misalnya Anda melihat iklan sampo anti ketombe di tv, maka Anda langsung mencobanya. Ketika tahun 1950-an, sewaktu two-step flow hypotheses mulai memasyarakat, tradisi efek media menjadi mengecil popularitasnya. Dan ternyata diketahui bahwa efek komunikasi tidak berpengaruh langsung kepada publik secara besar. Tingkat kepengaruhannya pun hanya sedang-sedang saja. Namun belakangan ini sekitar tahun 1980-an dan bahkan tahun 90-an, tradisi efek menjadi perhatian banyak ilmuwan kembali. Publik sangat dipengaruhi oleh media, terutama televisi. Di kita, ketika siaran televisi swasta juga menayangkan berita dan informasi politik, hampir semua orang dari beragam profesi ikut berbicara pilitik. Bahkan obrolan di warung kopi dan pedagang kaki lima di pinggirpinggir jalan, juga tak lepas membicarakan politik. Bahkan kelompok “politikus” yang belakangan disebut ini tampak lebih keras bicaranya daripada politikus beneran. Peran-peran para pemuka pendapat di jaman sekarang fungsinya mulai bergeser dan melemah. Mereka tidak lagi dominan seperti pada dekade yang lalu. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya efek langsung dari media massa kepada anggota masyarakat secara perorangan. 2.5.2 Proses Terjadinya Efek Kita pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja yang memperkosa anak keceil setelah menonton film porno disuatu tempat di Indonesia; atau beberapa orang pemuda berandal yang membakar seorang
wanita di Boston setelah menyaksikan adegan yang sama setelah menonton film malam minggu yang disiarkan stasiun televisi ABC. Pada saat yang sama, kita juga percaya televisi atau film dapat membantu kita untuk menambah wawasan dan pengetahuan.. kita menaruh perhatian pada peranan televisi dalam menanamkan mentalitas pembangunan. Semua itu didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayaknya. Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan robert, 1977: 359) ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah “ perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.36 Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media, maka mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita hanya cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee(Dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980: 78), ini adalah pendekatan pertama dalam melihat media massa. Pendekatan kedia adalah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa – penerimaan informasi, perubahan peranan atau sikap, dan perubahan perilaku; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau suatu observasi yang dikenai efek
36
Rakhmat Jalaludin. Psikologi Komunikas. Pt. remaja Rosdakarya. Bandung: 2005. Hal. 218
komunikasi massa – individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa.37 2.5.3 Jenis – Jenis Efek Media 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari
informasi
yang
bermanfaat
dan
mengembangkan
keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas
37
ibid
yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan.38 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hurahura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.39
38
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31/efek-komunikasi-massa-kognitif-afektifbehavioral/ 39
ibid
3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.40 Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anakanak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak
40
ibid
menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk.
2.6 Hipotesis Hipotesis diartikan sebagai jaawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut bisa berupa pernyataan tentang hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan (komparasi), atau variabel mandiri (deskripsi).dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan alternatif. Dalam statistik hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya perbedaan antara ukuran populasi dan ukuran sample. Dengan hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena memang peneliti tidak adanya perbedaan data populasi dengan sample. Sedangkan hipotesis alternatif adalah adanya perbedaan antara data populasi dengan data sampel. 41 Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol dengan alternatif selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti deterima sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak maka alternatifnya pasti diterima. Hipotesis statistik dirumaskan dengan simbol-simbol statistik, dan antara hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) selalu dipasangkan. Dalam penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif (hubungan),
41
Sugiyono,Statistika untuk Penelitian, Bandung. 2004, Hal 82-86
yaitu suatu pertanyaan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.42
Rumusan hipotesisnya adalah: Ho: tidak ada hubungan antara film nagabonar jadi dua dengan sikap nasionalisme mahasiswa Fikom UMB angkatan 2005-2006 Ha: ada hubungan antara film nagabonar jadi dua dengan sikap nasionalisme mahasiswa Fikom UMB angkatan 2005-2006 Rumusan hipotesis statistiknya adalah: Ho: p = 0 Ha: p ≠ 0
42
Ibid
BAB III METODOLOGI
3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelational. Metode korelational dipergunakan untuk meneliti hubungan diantara berbagai variabel. Hubungan yang dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variabel pada faktor lain. Metode korelational digunakan untuk: (1) Mengukur hubungan diantara berbagai variabel, (2) Meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang fariabel bebas, dan (3) Meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian.43 Sifat penelitian ini adalah Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kuantitatif, yaitu data yang dapat diukur sehingga dapat menggunakan statistik dalam pengujiannya. Penelitian ini dimulai dari umum kemudian ke khusus kemudian ke umum lagi, penelitian ini dimulai dari teori-teori (umum). Dari teori-teori ini dibuat suatu konsep kemudian dari konsep ini dirumuskan suatu atau beberapa Hipotesis (Khusus). Hipotesis yang sudah dirumskan tersebut perlu diuji. Sampel (khusus) akan diambil untuk menguji hipotesis. Kesimpulan dari hasil uji hipotesis tersebut dapat diberlakukan secara umum (umum).44
43
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, 1984, Hal 27 Rony Kountour, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsidan Tesis Bisnis, Jakarta, 2003, Hal 16 44
3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Dengan mengambil sample dari satu populasi, dan untuk pengumpulan data pokoknya peneliti menggunakn kuisioner sebagai alat pengumpulan data.40 Survei pada umumnya bertujuan untuk membuat penilaian terhadap kondisi dan praktek penyelenggaraan sesuatu di masa sekarang, atau untuk menyusun perencanaan yang teliti tentang pengembangan.45
3.3 Populasi dan Sample 3.3.1 Populasi Populasi adalah kumpulan dari objek penelitian, dapat berupa orang, umpi, organisasi, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar, dan lainnya.46 Pada penelitian kali ini peneliti akan memilih Mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana jurusan angkatan 2006 sampai angkatan 2008 yang menonton Film Nagabonar Jadi Dua. Populasi dalam penelitian ini dibatasi dengan status mahasiswa aktif. Mahasiswa Aktif adalah mahasiswa yang masih mengikuti kegiatan perkuliahan atau akademik. Adapun jumlah populasi mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Komunikasi angkatan 2006 sampai dengan 2008 menurut tata usaha Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana tanggal 05
40
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, P.T. Remaja Rosada Karya, 1995, Hal 24 45 Ibid 46 Drs. Jalaludin Rakhmat, M.SC. Metode Penelitian Komunikasi, 2001. Hal. 78
Febuari2009 berjumlah 1120 mahasiswa dari 4 program studi, yaitu: Broadcasting,
Marketing Communication and Advertising, Public
Relation, Visual Communication. 3.3.2 Sample Sample adalah bagian yang diamati dari sebuah objek penelitian. Bila populasi yang diambil terlalu banyak, maka kita harus puas dengan sample yang sudah dipilih atau diambil.47 Jumlah sample yang diperlukan sesuai dengan tingkat kepercayaan 95% dan presisi yang diinginkan adalah 10% dihitung dengan menggunakan rumus Suharsimi Ari Kunto. Sample yang diambil adalah Mahasiswa FIKOM Universitas Mercu Buana angkatan 2006-2008 yang jumlahnya sebanyak 1120 mahasiswa dari 4 program studi, yaitu: Broadcasting, Marketing Communication
and
Advertising,
Public
Relation,
dan
Visual
Communication. Sample akan diambil secara random dari empat jurusan yang ada, yaitu: Broadcasting, Marketing Communication and Advertising, Public Relation, Visual Communication. Dari 4 jurusan tersebut akan diambil sebanyak 10% dari setiap sample yang sudah dipilih menurut angkatan masing-masing. Sampel yang diambil berdasrkan mahasiswa yang masih aktif dan belum mengerjakan skripsi serta magang, hal ini dilakukan agar memudahkan penulis untuk memenuhi sampel yang diambil.
47
Ibid, Drs. Jalaludin Rakhmat
Jika subyeknya besar, maka dapat diambil antara 10%, 15%, atau20%, hingga 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari: 1. kemampuan peneliti, dari waktu, tenaga, dan dana 2. sempit luasnya pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana 3. besar kecilnya resiko yang diambil peneliti TABEL D: Penghitungan Sampel JURUSAN
UKURAN % POPULASI POPULASI BROADCASTING 720 64,29 PR 186 16,61 MARCCOM 111 9,91 VISCOM 103 9,20 TOTAL 1120 100 Sumber: TU FIKOM Tgl 05 Febuari 2009
PECAHAN SAMPLING 0,10 0,10 0,10 0,10
N SAMPEL 72 18,6 11,1 10,3 112
% SAMPEL 64,29 16,61 9,91 9,20 100
Jumlah mahasiswa FIKOM UMB 2006 s/d 2008 aktif = 1120 Mahasiswa Peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi yaitu: 1120 X 10% = 112 Peneliti membulatkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 112 Mahasiswa dari 4 bidang studi, yaitu: Broadcasting, Marketing Communication and Advertising, public Relation, Visual Communication. 3.3.3 Penarikan Sampel Penentuan jumlah penelitian ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Ari Kunto. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu teknik Non Probability sampling, yaitu Purposive Sampling. Purposive sampling adalah memilih orang-orang tertentu karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu mewakili statistic atau tingkat signifikansi.
Dalam teknik Purposive Sampling ini pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Perbedaannya terletak pada pembatasan sampel dengan hanya mengambil unit sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain unit sample hubungan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan sesuai status mahasiswa aktif, tedaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunkasi angkatan 2006-2008,jumlah seluruh mahasiswa FIKOM angkatan 20062008 adalah 1120 orang, yang pembagian sample berdasarkan jurusan adalah sebagai berikut: TABEL E: Penarikan Sampel JURUSAN
JUMLAH POPULASI JUMLAH ANGKATAN DALAM SAMPEL 2004-2006 PERSEN BROADCASTING 720 720 X 10%=72 72 PR 186 186 X 10%=18,6 19 MARCCOM 111 111 X 10%=11,1 11 VISCOM 103 103 X 10%=10,3 10 TOTAL 1120 1120X10%=112 112 Jumlah mahasiswa FIKOM UMB 2006-2008 yang aktif = 1120 mahasiswa Peneliti mengambil 10% dari jumlah populasi yaitu: 1120 X 10% = 112 mahasiswa dari 4 bidang studi, yaitu: Broadcasting, Marketing Communication and Advertising, Public Relation, Visual Communication.
3.4 Definisi dan Operasional Konsep 3.4.1 Definisi Konsep HUBUNGAN
:Adanya
kaitan
(saling
mempengaruhi/
timbal balik)antara satu variabel/ lebih dengan variabel lain. FILM NAGABONAR
:Film yang menceritakan tentang mantan seorang pejuang yang hidup zaman modern dan mempunyai masalah dengan anaknya yang ingin menjual perkebunan kelapa sawit warisan
keluarganya.
Nagabonar
menganggap musuhnya bukan lagi para penjajah, namun ia harus melawan era globalisasi serta kapitalisasi SIKAP NASIONALISME :Yang
dimaksud
dengan
Nasionalisem
adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. MAHASISWA
:Seseorang yang melakukan kegiatan belajar mengajar pada tingkat Universitas.
3.4.2 Operasional Konsep Secara
operasional
pengetahuan
dilihat
dari
pengetahuan
mahasiswa terhadap Film Nagabonar Jadi Dua yang diputar di BioskopBioaskop 21, atau ditelevisi – televisi. Hasil penelitian yang berhasil dikimpulkan akan diukur dengan menggunakan skala jumlahan,yang paling umum adalah skala likert yang digunakan untuk mengukur minat, sukap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena sosial. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indicator variabel tersebut dijumlahkan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Skala jumlahan terdiri dari sejumlah pertanyaan yang meminta reaksi responden, reaksi itu harus diungkapkan dari tingkat setuju sekali sampai tidak setuju sekali. Sejumlah responden diberi nilai bilangan, responden positif diberi nilai paling tinggi, responden negatif diberi nilai paling rendah. Tabel F: Operasional Konsep VARIABEL
DIMENSI
MENONTON
Terpaan media
FILM ( X )
SIKAP ( Y )
INDIKATOR 1. Berapa kali menonton film nagabonar jadi dua
Kognisi
1. Mengetahui jalan cerita film Nagabonar jadi dua
PENGUKURAN a) lebih dari 3 kali b) 3 kali c) 2 kali d) 1 kali
a) sangat tahu b) tahu c) tidak tahu d) sangat tidak tahu
2. mengetahui Pesan film Nagabonar jadi dua
3. Megetahui tokoh/ pemeran film nagabonar
a) sangat tahu b) tahu c) tidak tahu d) sangat tidak tahu
a) sangat tahu b) tahu c) tidak tahu d) sangat tidak tahu
jadi dua
4. mengetahui karakter takoh a) sangat tahu b) tahu film nagabonar jadi dua c) tidak tahu d) sangat tidak tahu
5. mengetahui adeganadegan pada film
a) sangat tahu b) tahu c) tidak tahu d) sangat tidak tahu
nagabonar jadi dua
Afeksi
1. sikap salah satu tokoh dalam film nagabonar jadi
a)sangat baik b)baik c)tidak baik d)sangat tidak baik
dua
2. karakter tokoh utama dalam film nagabonar jadi dua
a)sangat bagus b)bagus c)tidak bagus d)sangat tidak bagus
3. film nagabonar jadi dua mendidik dan baik
a)sangat baik b)baik c)tidak baik d)sangat tidak baik
ditonton untuk remaja
4. kemerdekaan adalah jasa dari para pejuang dan
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
pahlawan
5. film nagabonar jadi dua menimbulkan rasa untuk
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
menghargai jasa para Pahlawan
6. film nagabonar jadi dua menimbulkan rasa cinta
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
tanah air
7. film nagabonar jadi dua membuat kita jadi lebih ingin tahu tentang sejarah bangsa indonesia
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
8. film nagabonar jadi dua menimbulkan rasa untuk
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
melestarikan budayabudaya bangsa indonesia
9. film nagabonar jadi dua menimbulkan rasa untuk
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
melestarikan peninggalan bersejarah
10. film nagabonar jadi dua membuat kita lebih
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
hormat kepada bendera merah putih 11. film nagabonar jadi dua membuat kita untuk
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
saling menghargai sesama
12. film nagabonar jadi dua menimbulkan rasa cinta terhadap produk dalam negri
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
13. film Nagabonar Jadi Dua membuat anda rela
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
melakukan apa saja untuk bangsa Indonesia
14. Film nagabonar jadi dua membuat kita jadi lebih
a) sangat setuju b) setuju c) tidak setuju d) sangat tidak setuju
nasionalisme
3.5 Validitas dan Realibilitas 3.5.1 Validitas Hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Dengan menggunakan instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian yang valid juga.48 Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan adalah dengan mengukur korelasi antara butir – butir pertanyaan dengan skor pertanyaan secara keseluruhan. Metode yang digunakan adalah Pearson
48
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung, 2004, Hal 267-268
Moment dengan bantuan software SPSS. Nilai korelasi ini dihitung dengan rumus Pearson moment.
N∑XY- ∑X∑Y r= √ [ N∑X² - ( ∑X )² ] [N∑Y² - ( ∑Y)² ] Ket: r = koefisien korelasi product moment n = jumlah undividu dalam sample X = angka mentah untuk variabel X Y = angka mentah untuk variabel Y 3.5.2 Reliabilitas Hasil penelitian yang reliabel yaitu bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Dengan menggunakan instrumen yang reliabel dalam pengumpulan data, maka dibarapkan hasil penelitian akan menjadi reliabel juga. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya (data) menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi objek yang akan diteliti. Peneliti harus mampu mengendalikan objek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan serta menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.49 Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara One Shot, yaitu tehnik pengukuran yang hanya dilakukan dalam satu
49
Ibid
waktu, kemudian dilakukan perbandingan dengan pertanyaan yang lain atau dengan pengukuran korelasi antar jawaban. Metode yang digunakan adalah Cronbach Alpha dengan bantuan software SPSS. Metode ini dilakukan dengan metode Cronbach Alpha. Ket: α = nilai realibilitas alat ukur = jumlah item 1 pertanyaan = jumlah varians masing-masing = varians total
3.6 Teknik Pengumpulan data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut: 3.6.1 Primer Data primer dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan sebagai sebuah instrumen utama dalam mencari data penelitian dari responden yang didapat. 3.6.2 Sekunder Peneliti mendapat sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian kali ini untuk melengkapi data primer dengan melakukan wawancara dalam hal ini adalah Film Nagabonar Jadi Dua, serta membaca buku-buku literatur (kepustakaan), surat kabar, majalah, artikel, yang berhubungan dengan permasalahan yang diperlukan untuk melengkapi data-data yang sudah ada.
3.7 Pengolahan dan Tehnik Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilakukan dengan memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating).50 1. Editing Editing
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
setelah
peneliti
menghimpun data dilapangan. Kegfiatan ini menjadi penting karena kadang kala bahwa data yang terhimpun belum memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, atau bahkan berlebihan. Proses editing dimulai dengan memberi identitas pada instrumen penelitian yang telah dijawab, kemudian memeriksa lembaran instrumen pengumpul data, dan memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia. 2. Pengkodekan Pengkodekan adalah mengklasifikasi data-data, maksudnya bahwa data yang telah diedit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. Pengkodekan ini memiliki dua cara, yaitu: Pengkodekan frekuensi, digunakan apabila jawaban pada poin tertentu memiliki bobot atau arti frekuensi tertentu. Pengkodekan lambang, digunakan pada poin yang tidak memiliki bobot tertentu.
50
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta, 2006, hal 122
3. Tabulasi (Pembeberan) Tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka dan menghitungnya. 3.7.2 Analisa Data Analisis data adalah proses penyerderhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. Untuk menguji hubungan antara dua variabel, peneliti menggunakan rumus uji statistik yaitu analisa korelasi Spearman Rank (Rho). Metode ini bisa disebut korelasi berjenjang, atau korelasi berpangkat, dan ditulis dengan notasi (rs). Kegunannya untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, mengetahui kecocokan dari dua variabel terhadap grup yang sama, mendapatkan validitas empiris, alat pengumpul data, dan mempengaruhi reliabilitas alat pengumpul data.
Rumus korelasi Spearman Rank yang digunakan yaitu:51 6∑d² rs = 1- ---------n(n²- 1)
rs = nilai korelasi spearman rank d² = selisih setiap pasangan rank n = banyaknya pasangan rank
Hipotesis statistika yang digunakan adalah sebagai berikut: Ho : rs = 0 Ha : rs ≠ 0
51
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian unruk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda, Bandung, 2004, Hal 134-135
Hipotesis dalam bentuk kalimat: Ho: tidak ada hubungan antara film nagabonar jadi dua dengan sikap nasionalisme mahasiswa Fikom UMB angkatan 2006-2008 Ha: ada hubungan antara film nagabonar jadi dua dengan sikap nasionalisme mahasiswa Fikom UMB angkatan 2006-2008
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang objek penelitian yang terdiri dari tempat waktu, persiapan, dan pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan.
4.1 Gambaran Umum Film “Nagabonar Jadi Dua” Pada tahun 2007 Film "Nagabonar Jadi Dua" diproduksi oleh PT Demi Gisela Citra dan PT Bumi Prasidi Bi-Epsi. Film ini begitu khas yang menggambarkan keterlibatan rakyat kecil dalam suatu pencapaian kemerdekaan Indonesia, namun sebenarnya tak pernah benar-benar tuntas merdeka. "Nagabonar Jadi Dua" mengartikan wacana kebangsaan pada kepedulian terhadap bangsa, yang menurut dia sudah dibangun dengan pengorbanan tokohtokoh bangsa, seperti yang disebut dalam penggambaran Monumen SoekarnoHatta serta Soedirman. Menurut "Nagabonar Jadi Dua" saat ini, banyak orang melupakan orang-orang yang telah membentuk bangsa ini. Dengan penggambaran itulah, sesuatu yang paradoks lahir dari wacana film ini. Di satu sisi "Nagabonar Jadi Dua" ingin menghadirkan sudut pandang rakyat kecil dengan seorang tokoh dari kalangan bawah yang tidak mengeyam pendidikan formal. Tokoh ini memperjuangkan wacana kebangsaan yang merakyat. Tapi di sisi lain, "Nagabonar Jadi Dua" menunjukkan ketersedotan rakyat pada narasi
besar sejarah kebangsaan yang diorasikan oleh kalangan terdidik, dalam suatu mitos kepahlawanan yang dibangunannya. Film ini mengakui bahwa tak semua yang dikuburkan dalam makam pahlawan adalah benar-benar pahlawan. Pahlawan hanyalah konstruksi orang-orang yang berkuasa. Dalam sudut pandang Nagabonar, materi membuat manusia melupakan apa makna kemerdekaan. Dalam suatu adegan yang sangat simbolis dan menggetarkan, Nagabonar menangisi patung Soedirman, sebagai sosok yang ia idealkan di masa hidupnya, tetapi kini patung itu harus dibuat menghormat pada kendaraan-kendaraan yang lewat di bawahnya, jalanan utama Jakarta, yang sibuk, dan menyiratkan ketidakpedulian. "Jenderaaaaaaal......siapa yang kau hormati siang dan malam itu? Apa karena mereka yang lalu lalang di depanmu itu memakai roda empat, Jenderal? Bah, tidak semua dari mereka pantas kau hormati, Jenderal. Turunkan tanganmu! Jenderaaaallll.....turunkan tanganmu! Bukan kau yang harus menghormati mereka! Tapi bangsa ini yang harus menghormatimu!" Pertaruhan dua ideologi dalam wacana kebangsaan yang diangkat oleh film ini, pada akhirnya dimenangkan oleh artikulasi ideologi yang dibawa Nagabonar, yaitu suatu wacana kebangsaan yang merakyat, setelah Bonaga (anak Nagabonar), sebagai representasi generasi muda, membatalkan investasi proyek pasanggrahan di tanah perkebunan rakyat. Itulah pandangan yang dibawa film "Nagabonar (Jadi) 2" ini. Baginya kemerdekaan itu baru benar-benar penuh, dengan tanpa investasi yang biasanya memengaruhi gerak langkah. "Nagabonar Jadi Dua" melihat investasi adalah penjajahan baru, karena menciptakan ketergantungan. Terlepas dari tingginya idealisme film ini, tetapi generasi baru bangsa ini memang layak diberi mimpi. Bukan semata memberikan
mimpi-mimpi materialistis, tetapi mimpi berstandar tinggi yang diciptakan oleh bangsa ini sendiri, yaitu generasi berkarakter kuat, martabat yang tinggi, karena itulah inti kemerdekaan menurut wacana kebangsaan dalam film ini.
4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.2.1 Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dari pengertian itu dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid itu mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan adalah dengan mengukur korelasi antara butir-butir pertanyaan secara keseluruhan. A. Variabel X (Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua”) Dari data hasil kuisioner menonton film “Nagabonar Jadi Dua” pada tabel A, dilakukan pengujian validitas hasil jawaban kuisioner. Setiap pertanyaan untuk variabel X (pertanyaan 2) diberi nama Q2 dan total dari keseluruahan jawaban dari 112 responden perpertanyaan diberi nama “Menonton”. Kemudian dengan bantuan software SPSS 16 diperoleh hasil yang dapat dilihat pada lampiran analisis validitas X – Menonton film “Nagabonar Jadi Dua”.
Tabel G: Tabel Hasil Perhitungan Analisis Uji Validitas Pada Variabel X (Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua”) Pertanyaan
r hasil
Simbol
r tabel
Keterangan
2
1.000
>
0.10
Valid
Dari hasil analisis korelasi antara masing-masing skor pertanyaan, hasil yang bisa diperoleh sebagai berikut: 1. dengan semua butir pertanyaan yang berkoefisien korelasi positif dengan tingkat penghayatan responden
terhadap film “Nagabonar Jadi Dua”,
maka kesimpulan yang dapat diambila adalah kuisioner tersebut mempunyai instrumen pertanyaan yang valid. 2. Suatu data dikatakan valid bila mempunyai nilai korelasi > (0.10), sebaliknya bila data mempunyai nilai korelasi < (0.10) maka data tersebut tidak valid. Nilai korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Moment melalui SPSS 16. Hasil uji validitas untuk
data
menonton film”Nagabonar Jadi Dua” (X) mempunyai nilai > 0.10. Artinya data tersebut dapat dikatakan valid. B. Variabel Y (Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 2006-2008) Dari hasil kuisioner sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 06-08 pada tabel B, dilakukan pengujian validitas hasil jawaban kuisioner. Setiap pertanyaan untuk variabel Y diberi nama Q3, Q4, sampai Q21 dan total keseluruhan jawaban dari 112 responden perpertanyaan diberi nama “Sikap”. Kemudian dengan bantuan software SPSS 16 diperoleh hasil yang dapat
dilihat pada lampiran analisis validitas variabel Y – sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 06-08. Tabel H: Tabel Hasil Penghitungan Uji Validitas pada Variabel Y (Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 2006-2008) Pertanyaan
r hasil
Simbol
r tabel
Keterangan
3
0.218
>
0.10
Valid
4
0.243
>
0.10
Valid
5
0.265
>
0.10
Valid
6
0.144
>
0.10
Valid
7
0.155
>
0.10
Valid
8
0.183
>
0.10
Valid
9
0.134
>
0.10
Valid
10
0.199
>
0.10
Valid
11
0.255
>
0.10
Valid
12
0.446
>
0.10
Valid
13
0.381
>
0.10
Valid
14
0.209
>
0.10
Valid
15
0.310
>
0.10
Valid
16
0.298
>
0.10
Valid
17
0.304
>
0.10
Valid
18
0.485
>
0.10
Valid
19
0.363
>
0.10
Valid
20
0.478
>
0.10
Valid
21
0.554
>
0.10
Valid
Dari hasil analisis korelasi antara masing-masing skor pertanyaan, hasil yang bisa diperoleh sebagai berikut: 1. Dengan semua butir pertanyaan yang berkorelasi positif dengan sikap nasionalisme, maka kesimpulan yang bisa diambil adalah kuisioner tersebut mempunyai instrumen pertanyaan yang valid. 2. Suatu data dikatakan valid apabila mempunyai nilai korelasi > (0.10), sebaliknya suatu data mempunyai nilai korelasi < (0.10) maka data tersebut tidak valid. Nilai korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Moment melalui SPSS 16. hasil uji validitas untuk data sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008 (Y) mempunyai rentang nilai antara 0.134 – 0.554. Artinya data tersebut dapat dinyatakan valid karena lebih besar dari r tabel (> 0.10). 4.2.2 Uji Reliabilitas Hasil penelitian yang reliabel yaitu bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang relialibel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula. Dengan menggunakan instrumen yang reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi reliabel juga. Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara One Shot, yaitu teknik pengukuran yang dilakukan hanya pada satu waktu, kemudian dilakukan perbandingan dengan pertanyaan yang lain atau dengan pengukuran
korelasi antar jawab. Dengan bantuan software SPSS 16, metode ini dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha, dimana suatu kuisioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. A. Variabel X (Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua” Dari data kuisioner menonton film “Nagabonar Jadi Dua” pada tabel A, dilakukan pengujian reliabilitas hasil jawaban kuisioner. Setiap pertanyaan untuk variabel X (pertanyaan 2) diberi nama Q2 dan total keseluruhan jawaban responden diberi nama “menonton”. Kemudian dengan bantuan software SPSS 16 diperoleh hasil yang dapat dilihat dalam lampiran analisis reliabilitas variabel X – menonton film “Nagabonar Jadi Dua”. Tabel I: Tabel Hasil Penghitungan Analisis Uji Reliabilitas pada Variabel X (menonton film “Nagabonar Jadi Dua”) Pertanyaan
r hasil
Simbol
r tabel
Keterangan
2
1.918
>
0.60
Reliabel
Dari hasil analisis realibilitas antara masing-masing skor pertanyaan, hasil yang bisa diperoleh sebagai berikut: 1. Nilai alpha untuk setiap nomor pertanyaan bisa dilihat bahwa nilai alpha lebih besar dari 0,60 sehingga kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa masing-masing item pertanyaan adalah reliabel. 2. Suatu data dikatakan reliabel bila mempunyai nilai relialibel > 0.60, sebaliknya bila data mempunyai nilai reliabel < 0.60, maka data tersebut tidak reliabel. Nilai reliabel ini dihitung dengan software SPSS 16. Hasil
uji reliabilitas untuk data menonton film “Nagabonar Jadi Dua” (X) mempunyai nilai > 0.60, artinya data tersebut dapat dinyatakan reliabel. B. Variabel Y (Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 2006-2008) Dari data hasil kuisioner sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 2006-2008 pada tabel B, dilakukan pengujian reliabilitas hasil jawaban kuisioner. Setiap jawaban untuk variabel Y (pertanyaan 3 sampai 21) diberi nama Q3, Q4, sampai Q21 dan total keseluruhan jawaban dari 112 responden perpertanyaan diberi nama “sikap”. Kemudian dengan bantuan software SPSS 16 diperoleh hasil yang dapat dilihat pada lampiran analisis reliabilitas variabel Y – sikap mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008. Tabel J: Tabel Hasil Penghitungan analisis Uji Reliabilitas pada Variabel Y (Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 20062008) Pertanyaan
r hasil
Simbol
r tabel
Keterangan
3
0.636
>
0.60
Reliabel
4
0.635
>
0.60
Reliabel
5
0.633
>
0.60
Reliabel
6
0.642
>
0.60
Reliabel
7
0.641
>
0.60
Reliabel
8
0.638
>
0.60
Reliabel
`9
0.640
>
0.60
Reliabel
10
0.637
>
0.60
Reliabel
11
0.534
>
0.60
Reliabel
12
0.618
>
0.60
Reliabel
13
0.625
>
0.60
Reliabel
14
0.639
>
0.60
Reliabel
15
0.631
>
0.60
Reliabel
16
0.631
>
0.60
Reliabel
17
0.631
>
0.60
Reliabel
18
0.613
>
0.60
Reliabel
19
0.625
>
0.60
Reliabel
20
0.614
>
0.60
Reliabel
21
0.610
>
0.60
Reliabel
Dari hasil analisis reliabilitas antara masing-masing skor pertanyaan, hasil yang bisa diperoleh sebagai berikut: 1. Nilai alpha untuk setiap nomor pertanyaan bisa dilihat bahwa nilai alpha lebih besar dari 0,60 sehingga kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa masing-masing item pertanyaan adalah reliabel. 2. Suatu data dikatakan reliabel bila mempunyai nilai > 0.60, sebaliknya bila data mempunyai nilai < 0.60, maka data tersebut tidak reliabel. Nilai reliabel ini dihitung dengan software SPSS 16. Hasil uji reliabilitas untuk data sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 06-08 (Y) mempunyai rentang nilai antara 0.610 – 0.642, artinya data tersebut dapat dinyatakan reliabel karena > 0.60.
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Analisis Data Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan menjabarkan analisa deskriptif dengan menggunakan tabulasi tunggal sebelum menjabarkan analisa korelasional. Data penelitian tersebut terdiri dari variabel X dan variabel Y. A. Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai menonton film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1 Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua”
F
%
1
Pernah
112
100
2
Tidak pernah
-
-
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 1 Berdasarkan tabel diatas, menonton film “Nagabonar Jadi Dua” yang tergolong pernah mencapai 100 %, sedangkan yang terkecil (tidak pernah) 0 %.
4.3.1.1 Variabel X Dalam variabel X mengenai variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua” meliputi terpaan media, dapat dilihat sebagai berikut: B. Frekuensi Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai frekuensi menonton film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2 Frekuensi Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
Frekuensi Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua”
F
%
1
Lebih dari 3 kali
26
23,21
2
3 kali
35
31,25
3
2 kali
28
25
4
1 kali
23
20,54
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 2 Berdasarkan tabel diatas, Frekuensi Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua” 3 kali mencapai 31,25 % sedangkan yang terkecil (1 kali) mencapai 20,54 %.
4.3.1.2 Variabel Y Dalam variabel Y mengenai sikap nasionalisme meliputi kognisi dan afeksi dapat dilihat sebagai berikut: Kognisi C. Jalan Cerita Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai jalan cerita film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3 Jalan Cerita Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
jalan cerita film “Nagabonar Jadi Dua”
F
%
1
Sangat tahu
53
47,32
2
Tahu
53
47,32
3
Tidak tahu
5
4,46
4
Sangat tidak tahu
1
0,89
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan no. 4 Berdasarkan tabel diatas, responden yang sangat mengetahui dan hanya mengetahui jalan cerita film “Nagabonar Jadi Dua” mencapai hasil yang sama, yaitu 47,32 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak tahu) hanya mencapai 0,89 %.
D. Pesan-Pesan Moral Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai pesan-pesan moral film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4 Pesan-Pesan Moral Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
pesan-pesan moral film “Nagabonar Jadi Dua”
F
%
1
Sangat tahu
31
27,68
2
Tahu
62
55,36
3
Tidak tahu
16
14,29
4
Sangat tidak tahu
3
2,68
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 5 Berdasarkan tabel diatas, responden yang mengetahui pesan-pesan moral film “Nagabonar Jadi Dua” mencapai 55,36 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak tahu) hanya mencapai 2,68 %.
E. Tokoh / Pemain Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai mengetahui tokoh / pemain film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 5 Tokoh / Pemain Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
tokoh / pemain film “Nagabonar Jadi Dua”
F
%
1
Sangat tahu
35
31,25
2
Tahu
71
63,39
3
Tidak tahu
6
5,38
4
Sangat tidak tahu
-
-
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 6 Berdasarkan tabel diatas, responden yang mengetahui tokoh / pemain film “Nagabonar Jadi Dua” mencapai 63,39 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak tahu) 0 %.
F. Karakter Masing-Masing Tokoh Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai mengetahui karakter maasing-masing tokoh / pemain film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 6 Karakter Masing-Masing Tokoh Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
Karakter tokoh film “Nagabonar Jadi Dua”
F
%
1
Sangat tahu
31
27,68
2
Tahu
59
52,68
3
Tidak tahu
21
18,75
4
Sangat tidak tahu
1
0,89
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 7 Berdasarkan tabel diatas, responden yang mengetahui karakter masingmasing tokoh film “Nagabonar Jadi Dua” mencapai 52,68 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak tahu) hanya mencapai 0,89 %.
G. Adegan-Adegan dalam Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai adegan-adegan dalam film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 7 Adegan-Adegan dalam Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
adegan-adegan dalam film “Nagabonar Jadi Dua”
F
%
1
Sangat tahu
39
34,82
2
Tahu
56
50
3
Tidak tahu
17
15,18
4
Sangat tidak tahu
-
-
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 8 Berdasarkan tabel diatas, responden yang mengetahui adegan-adegan dalam film “Nagabonar Jadi Dua” mencapai 50 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak tahu) 0 %.
Afeksi H. Sikap Salah Satu Tokoh dalam Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai sikap salah satu tokoh dalam film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 8 Sikap Salah Satu Tokoh dalam Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
sikap salah satu tokoh
F
%
1
Sangat baik
55
49,11
2
Baik
51
45,54
3
Tidak baik
6
5,36
4
Sangat tidak baik
-
-
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 9 Berdasarkan tabel diatas, responden yang menyatakan sikap salah satu tokoh dalam film “Nagabonar Jadi Dua” sangat baik mencapai 49,11 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak baik) 0 %.
I. Karakter Tokoh Utama dalam Film “Nagabonar Jadi Dua” Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai karakter tokoh utama dalam film “Nagabonar Jadi Dua” dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 9 Karakter Tokoh Utama dalam Film “Nagabonar Jadi Dua” n = 112 No
karakter tokoh utama
F
%
1
Sangat bagus
35
31,25
2
Bagus
73
65,18
3
Tidak bagus
4
3,57
4
Sangat tidak bagus
-
-
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 10 Berdasarkan tabel diatas, responden yang menyatakan karakter tokoh utama dalam film “Nagabonar Jadi Dua” bagus mencapai 65,18 %, sedangkan yang terkecil (sangat tidak bagus) 0 %.
J. Film Mendidik untuk Remaja Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film mendidik untuk remaja dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 10 Film Mendidik untuk Remaja n = 112 No
Film mendidik untuk remaja
F
%
1
Sangat baik
66
58,93
2
Baik
43
38,39
3
Tidak baik
3
2,68
4
Sangat tidak baik
-
-
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 11 Berdasarkan tabel diatas, responden yang menyatakan sangat baik / mendidik mencapai 58,93 %, sedangkan yang terkecil (sangat tidak baik) 0 %.
K. Kemerdekaan Merupakan Jasa Dari Para Pahlawan Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai kemerdekaan merupakan jasa dari para pahlawan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 11 Kemerdekaan Merupakan Jasa Dari Para Pahlawan n = 112 No
kemerdekaan merupakan jasa dari para pahlawan
F
%
1
Sangat setuju
53
47,32
2
Setuju
52
46,43
3
Tidak setuju
4
3,57
4
Sangat tidak setuju
3
2,68
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan no. 12 Berdasarkan
tabel
diatas,
responden
menyatakan
sangat
setuju
kemerdekaan merupakan jasa dari para pahlawan mencapai 47,32 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak setuju) mencapai 2,68 %.
L. Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan Rasa untuk Menghargai Jasa Para Pahlawan Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan Rasa untuk Menghargai Jasa Para Pahlawan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 12 Menimbulkan Rasa untuk Menghargai Jasa Para Pahlawan n = 112 No
Menghargai Jasa Para Pahlawan
F
%
1
Sangat setuju
13
11,61
2
Setuju
49
43,75
3
Tidak setuju
36
32,14
4
Sangat tidak setuju
14
12,50
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 13 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa untuk menghargai jasa para pahlawan mencapai 43,75 % sedangkan yang terkecil (sangat setuju) mencapai 11,61 %.
M. Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan Rasa Cinta Terhadap tanah Air Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa cinta terhadap tanah air dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 13 Menimbulkan Rasa Cinta Terhadap tanah Air n = 112 No
menimbulkan rasa cinta terhadap tanah air
F
%
1
Sangat setuju
20
17,86
2
Setuju
66
58,93
3
Tidak setuju
24
21,43
4
Sangat tidak setuju
2
1,79
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 14 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa cinta terhadap tanah air mencapai 58,93 % sedangkan yang terkecil (sangat tidak setuju) hanya mencapai 1,79 %.
N. Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan Rasa Ingin Tahu Tentang Sejarah Bangsa Indonesia Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa ingin tahu tentang sejarah bangsa Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 14 Rasa Ingin Tahu Tentang Sejarah Bangsa Indonesia n = 112 No
rasa ingin tahu tentang sejarah bangsa Indonesia
F
%
1
Sangat setuju
12
10,71
2
Setuju
52
46,43
3
Tidak setuju
32
28,57
4
Sangat tidak setuju
16
14,29
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 15 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa ingin tahu tentang bsejarah bangsa Indonesia mencapai 46,43 % sedangkan yang terkecil (sangat setuju) mencapai 10,71 %.
O. Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan Rasa untuk Melestarikan Budaya – Budaya Bangsa Indonesia Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa untuk melestarikan budaya – budaya Bangsa Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 15 Menimbulkan Rasa untuk Melestarikan Budaya – Budaya Bangsa Indonesia n = 112 No
Melestarikan Budaya – Budaya Bangsa Indonesia
F
%
1
Sangat setuju
14
12,5
2
Setuju
49
43,75
3
Tidak setuju
29
25,89
4
Sangat tidak setuju
20
17,86
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 16 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa untuk melestarikan budaya – budaya Bangsa Indonesia mencapai 43,75 % sedangkan yang terkecil (sangat setuju) mencapai 12,5 %.
P. Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan Rasa untuk Melestarikan Peninggalan Bersejarah Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa untuk melestarikan peninggalan bersejarah dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 16 Menimbulkan Rasa untuk Melestarikan Peninggalan Bersejarah n = 112 No
Melestarikan Peninggalan Bersejarah
F
%
1
Sangat setuju
22
19,64
2
Setuju
59
52,68
3
Tidak setuju
24
21,43
4
Sangat tidak setuju
7
6,25
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 17 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar JAdi Dua” menimbulkan rasa untuk peninggalan bersejarah mencapai 52,68 % sedangkan yang terkesil (sangat tidak setuju) hanya mencapai 6,25 %.
Q. Film “Nagabonar Jadi Dua” Membuat Jadi Lebih Menghormati Bendera Merah Putih Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” membuat jadi lebih menghormati bendera merah putih dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 17 Membuat Jadi Lebih Menghormati Bendera Merah Putih n =112 No
Menghormati Bendera Merah Putih
F
%
1
Sangat setuju
45
40,18
2
Setuju
60
53,57
3
Tidak setuju
6
5,36
4
Sangat tidak setuju
1
0.89
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 18 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar JAdi Dua” membuat jadi lebih menghormati bendera merah putih mencapai 53,57 % sedangkan yang terkesil (sangat tidak setuju) hanya mencapai 0,89 %.
R. Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan untuk Saling Menghargai Sesama Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan untuk saling menghargai sesama dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 18 Menimbulkan untuk Saling Menghargai Sesama n = 112 No
Menimbulkan untuk Saling Menghargai Sesama
F
%
1
Sangat setuju
15
13,39
2
Setuju
46
41,07
3
Tidak setuju
34
30.36
4
Sangat tidak setuju
17
15,18
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 19 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar JAdi Dua” menimbulkan untuk saling menghargai sesama mencapai 41,07 % sedangkan yang terkesil (sangat setuju) mencapai 13,39 %.
S. Film “Nagabonar Jadi Dua” Menimbulkan rasa Cinta Terhadap Produk Dalam Negeri Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 19 Menimbulkan rasa Cinta Terhadap Produk Dalam Negeri n = 112 No
Rasa Cinta Terhadap Produk Dalam Negeri
F
%
1
Sangat setuju
11
9,82
2
Setuju
40
35,71
3
Tidak setuju
43
38,39
4
Sangat tidak setuju
18
16,67
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 20 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan tidak setuju film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri mencapai 38,39 % sedangkan yang terkesil (sangat setuju) mencapai 9,82 %.
T. Film “Nagabonar Jadi Dua” Membuat Rela Melakukan Apa Saja Untuk Bangsa Indonesia Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” Membuat Rela Melakukan Apa Saja Untuk Bangsa Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 20 Membuat Rela Melakukan Apa Saja Untuk Bangsa Indonesia n = 112 No
Rela Melakukan Apa Saja Untuk Bangsa Indonesia
F
%
1
Sangat setuju
13
11,61
2
Setuju
32
28,57
3
Tidak setuju
42
37,50
4
Sangat tidak setuju
25
22,32
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 21 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan tidak setuju film “Nagabonar Jadi Dua” Membuat Rela Melakukan Apa Saja Untuk Bangsa Indonesia mencapai 37,50 % sedangkan yang terkesil (sangat setuju) mencapai 11,61 %.
U. Film “Nagabonar Jadi Dua” Membuat Jadi Lebih Nasionalisme Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan yang diolah, data responden mengenai film “Nagabonar Jadi Dua” Membuat Jadi Lebih Nasionalisme dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 21 Membuat Jadi Lebih Nasionalisme n = 112 No
Membuat Jadi Lebih Nasionalisme
F
%
1
Sangat setuju
26
23,31
2
Setuju
61
54,46
3
Tidak setuju
21
18,75
4
Sangat tidak setuju
4
3,57
Jumlah
112
100
Sumber: Pertanyaan No. 22 Berdasarkan tabel diatas, responden menyatakan setuju film “Nagabonar Jadi Dua” Membuat Jadi Lebih Nasionalisme mencapai 54,46 % sedangkan yang terkesil (sangat tidak setuju) hanya mencapai 3,57 %.
4.3.2 Hubungan film “Nagabonar Jadi Dua” dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa FIKOM UMB Angkatan 2006 – 2008 Analisis hubungan film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006 – 2008 dilakukan untuk mengetahui korelasi (hubungan) antara variabel – variabel penelitian, serta untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus statistik tertentu yang relevan dengan masalah penelitian yaitu adanya dugaan terhadap hubungan anrtara variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006 – 2008. Uji ini mengetahui ada hubungan antara kedua variabel, maka hipotesis mengenai korelasi adalah sebagai berikut: Ho: tidak ada hubungan positif antara variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006 – 2008 Ha: ada hubungan positif antara variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006 – 2008 Peneliti menggunakan rumus uji statistik “Koefisien Korelasi Spearman Rho (rs)” yaitu: 6∑d² rs = 1- ---------n(n²- 1)
rs = nilai korelasi spearman rank d² = selisih setiap pasangan rank n = banyaknya pasangan rank
Hasil analisanya dapat dilihat sebagai berikut: Nilai di
= 38,5
Nilai ∑di²
= 7883 (dapat dilihat pada lampiran rank spearman manual)
Nilai n
= 112 (jumlah responden)
6∑d² rs = 1- ---------n(n²- 1)
Dimana: d = nilai selisih antara data film “Nagabonar Jadi Dua”
dengan sikap
nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006 – 2008 setelah dirank n = banyaknya data (jumlah responden) rs = nilai hubungan rank spearman
Sehingga hasilnya: 6. 7883 rs = 1 - -------------------112 (112² - 1)
47298 = 1 - -------------------112 (12543)
47298 = 1- -------------------1404816
= 0,966
Nilai rho (rs) yang didapat dari korelasi rank spearman adalah 0,966. Dengan demikian terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel menonton film ”Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006 – 2008. Berdasarkan nilai diatas, mengenai hubungan film “Nagabonar Jadi Dua” dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa UMB FIKOM Angkatan 2006-2008, dapat dinyatakan bahwa: Hubungan film “Nagabonar
Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme
mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008 dengan korelasi spearman rho (rs) menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,966. Hal ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara variabel X dan variabel Y dan memiliki nilai yang positif dan bukan negatif. Nilai positif ini mengandung arti bahwa semakin tinggi nilai variabel X (variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua”) maka semakin tinggi juga nilai variabel Y (variabel sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008). Perincian mengenai pedoman untuk interpretasi nilai korelasi untuk setiap pertanyaan dapat dilihat pada tabel 23
Tabel 22: Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.80 – 1.000
Sangat kuat
0.60 – 0.799
Kuat
0.40 – 0.599
Cukup Kuat
0.20 – 0.399
Rendah
0.00 – 0.199
Sangat Rendah
4.3.3 Hasil Analisis Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap hipotesis-hipotesis dengan menggunakan rumus uji statistik, maka hasil penghitungan frekuensi variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008 diatas menyatakan bahwa kegiatan menonton sebuah film ternyata dapat membawa dampak yang positif juga bagi sikap seorang remaja dan ada hubungan diantara keduanya. Hal ini dikemukakan berdasarkan atas beberapa tabel yang menunjukkan nilai positif pada indikator yang berkaitan langsung dengan sikap remaja terhadap film yang mereka tonton dengan sikap nasionalisme yang memiliki nilai positif dimana kedua variabel tersebut saling berhubungan yaitu semakin tinggi nilai variabel X maka semakin tinggi pula nilai variabel Y. Dari penelitian uji korelasi bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara variabel X (menonton film “Nagabonar jadi Dua”) dan variabel Y (sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008) dengan nilai 0,966
dan uji validitas menunjukkan nilai 1,000 untuk variabel X dan nilai sebesar 0,144 sampai dengan 0,554 untuk variabel Y, yang merupakan nilai yang valid. Nilai uji relkiabilitas mempunyai rentang nilai antara 1,000 sampai dengan 1,918 untuk variabel X dan rentang nilai antara 0,610 sampai dengan 0,642 untuk variabel Y, yang juga merupakan nilai yang reliabel. Berdasarkan hasil analisa diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa diantara kedua variabel terdapat hubungan yang sangat kuat antara menonton film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008.
4.4 Pembahasan Film nerupakan slah satu media massa elektronik yang memiliki kelebihan dari media massa lainnya. Film pada umummnya juga memiliki kelebihan yang hampir sama dengan tayangan televisi, yaitu sama-sama memberikan hiburan melalui aspek audio visual. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informative maupun edukatif, bahkan persuasif. Peran atau fungsi media film bagi masyarakat delain memberikan hiburan juga dapat mengangkat emosi seseorang yang menontonnya, orang tersebut tidak hanya terpengaruh pada saat menontonnya tetapi terus dalam waktu yang cukup lama. Dalam penelitian ini untuk membahas hubungan film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008 memiliki unsure-unsur yang mendukung seperti isi cerita yang akan
berdampak pada sikap nasinaloisme mahasisa itu sendiri. Film “Nagabonar Jadi Dua” merupakan sumber dalam penelitian ini, karena segmentasi dari film ini adalah semua kalangan termasuk remaja (mahasiswa), maka banyak pesan yang terkandung didalam isi ceritanya yang memberikan pelajaran yang penting dan berguna bagi semua kalangan termasuk remaja. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model komunikasi Lasswell Komunikator – Pesan – Media – Komunikan – Efek sebagai dasar penelitian, karena dapat memberikan bentuk komunikasi yang sesungguhnya. Model ini merupakan suatu proses komunikasi dimana komunikator yang menyampaikan suatu pesan melalui saluran media tertentu kepada komunikan, sehingga menimbulkan efek pada komunikan, dan bila dihubungkan dengan penelitian ini, dapat dilihat bahwa komunikasi yang sesuai dengan model yang digunakaun yaitu komunikan (mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008) menerima efek (mendapatkan pelajaran tentang arti nasionalisme yang sesungguhnya) dari pesan yang diberikan komunikator melalui suatu media (film”nagabonar Jadi Dua”). Pembahasan yang telah peneliti uraikan secara deskriptif bedasarkan datadata yang terdapat dalam table dari hasil daftar pertanyaan yang telah peneliti sebesarkan kepada responden, peneliti melihat bahwa jawaban yang diberikan oleh responden sangat beragam atas pertanyaan yang diajukan setelah mereka menonton film “Nagabonar Jadi Dua”. Hubungan yang terjadi bila dikaitkan dengan teori dan uji korelasi dinyatakan valid karena berdasarkan model Lasswell, suatu pesan dapat
menimbulkan dampak atau efek dari pesan media itu sendiri. Pada teori tersebut terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat dintara keduanya. Dari hasil penelitian uji korelasi bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel X (film”Nagabonar Jadi Dua) dengan variabel Y (sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008) dengan nilai 0,966. Film “Nagabonar Jadi Dua” adalah sebuah film yang merupakan bahan dasar penelitian ini, berdasarkan pada table korelasi rank spearman dapat dipastikan bahwa penelitian ini sesuai dengan hasilnya dan dapat diteruskan untuk penelitian selanjutnya malalui berbagai proses komunikasi sehingga penelitian dapat lebih sempurna.
BAB V PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari daftar pertanyaan dan analisa yang dilakukan serta saran-saran yang berguna untuk dikaji kembali bagi pihak-pihak yang terkait. 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua” (X) memiliki dimensi mengenai terpaan media, yang meliputi frekuensi menonton 3 kali sebesar 31,25 %. 2. Variabel sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 20062008 memiliki 2 dimensi. Dimensi pertama yaitu, dimensi kognisi, yang meliputi pengetahuan tentang jalan cerita, dan responden yang menjawab sangat tahu dan tahu sebesar 47,32 %. Pengetahuan tentang pesan-pesan moral, dan responden yang menjawab tahu sebesar 55,36 %. Pengetahuan tentang tokoh/pemain, dan responden yang menjawab tahu sebesar 63,39 %. Pengetahuan tentang karakter tokoh, dan responden yang menjawab tahu sebesar 52,68 %. Pengetahuan tentang adegan-adegan film, dan responden yang menjawab tahu sebesar 50 %. Dimensi kedua yaitu dimensi afeksi, meliputi tentang sikap salah satu tokoh, dan responden yang menjawab sangat baik sebesar 49,11 %. Karakter yang dimainkan tokoh utama, dan responden yang menjawab bagus sebesar 65,18 %. Film
mendidik untuk remaja, dan responden yang menjawab sangat baik sebesar 58,93 %. Kemerdekaan adalah jasa para pahlawan, dan responden yang menjawab sangat setuju sebesar 47,32 %. Rasa untuk menghargai jasa para pahlawan, dan responden yang menjawab setuju sebesar 43,72 %. Rasa cinta terhadap tanah air, dan responden yang menjawab setuju sebesar 58,93 %. Rasa ingin tahu tentang sejarah bangsa Indonesia, dan responden yang menjawab setuju sebesar 46,43 %. Rasa untuk melestarikan budaya-budaya bangsa Indonesia sebesar, dan responden yang menjawab setuju 43,75 %. Rasa untuk melestarikan peninggalan bersejarah, dan responden yang menjawab setuju sebesar 52,68 %. Lebih menghormati bendera merah putih, dan responden yang menjawab setuju sebesar 53,57 %. Saling menghargai sesame dan responden yang menjawab setuju sebesar 41,07 %. Rasa cinta terhadap produk dalam negri dan responden lebih mayoritas menjawab tidak setuju sebesar 38,39 %. Rela melakukan apa saja untuk bangsa Indonesia, dan responden lebih mayoritas menjawab tidak setuju sebesar 37,50 %. Membuat jadi lebih nasionalisme, dan responden yang menjawab setuju sebesar 54,46 %. 3. Ada hubungan yang sangat kuat (0,966) antara film “Nagabonar Jadi Dua” dengan sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008. Hal ini terlihat dari hasil korelasi rank spearman, yang menunjukkan bahwa variabel menonton film :Nagabonar jadi Dua” mempunyai hubungan positif dengan variabel sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 2006-2008 dengan nilai korelasi antara kedua variabel
tersebut adalah dengan nilai 0,966 yang berarti masuk kedalam kategori mempunyai hubungan yang sangat kuat. Nilai tesebut juga positif yang berarti semakin tinggi penilaian data variabel X (variabel menonton film “Nagabonar Jadi Dua”), maka semakin tinggi pula data variabel Y (variabel sikap nasionalisme mahasiswa FIKOM UMB angkatan 20062008).
5.2 Saran 1. Sebaiknya para insan perfilman dalam membuat film dapat lebih mengedepankan film-film yang memberikan efek positif selain fungsinya sebagai hiburan bagi masyarakat, agar citra perfilman Indonesia selalu baik dimata masyarakat dan agar masyarakat lebih percaya terhadap karya anak bangsanya sendiri. 2. Seharusnya insan perfilman Indonesia juga dapat membuat filn-film yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme yang tinggi pada masyarakat yang menontonnya, sehingga masyarakat yang menontonya pun bisa lebih mencintai dan menghargai bangsanya serta membuat masyarakatnya rela melakukan apa saja demi bangsanya. 3. Sebaiknya film-film remaja kita saat ini disamping menayangkan hal-hal yang menyangkut remaja (cerminan remaja Indonesia) namun juga menayangkan pendidikan terhadap remaja itu sendiri. Jadi nantinya filmfilm kita tidak hanya disenangi oleh remaja tapi juga dapat membawa pengaruh yang baik pada remaja itu sendiri.
4. Bagi rumah-rumah produksi atau production house (PH) sebaikanya memproduksi film-film yang dapat membawa pengaruh positif kepada remaja-remaja dan menghindari produksi film yang dapat membawa pengaruh negatif kepada remaja-remaja. Serta dalam pembuatanya, filmfilm harus memperhatikan jalan ceritanya, adegannya, dan gaya bahasanya, agar hal-hal tersebut terhindar dari efek negatif yang dapat menimbulkan dampak negatif pada remaja-remaja. 5. Dalam memproduksi sebuah jalan cerita yang menghibur, hendaknya dapat lebih diperhatikan lagi dari semua aspek, agar materi yang dihasilkan dapat berguna dan menjadi pelajaran yang berharga untuk semua pihak. 6. Sebuah film yang baik adalah film yang tidak terlalu menonjolkan adeganadegan yang dapat menimbulkan kontroversi disemua kalangan, seperti pornografi, kekerasan, doktrinisasi yang negatif, dan penghinaan terhadap SARA (suku, agama,dan ras). 7. Film tidak hanya menonjol dalam aspek visualisasinya saja. Aspek audio juga sangat berpengaruh. Oleh karena itu dalam pembuatannya, gaya bahasa juga harus diperhatikan. Tidak ada ejekan atau penghinaan dan menghindari gaya bahasa yang nyeleneh. Hal-hal tersebut harus dihindari agar remaja-remaja tidak tidak menirunya dalam kehidupan sehari-hari.
8. Bagi pihak orang tua, agar selalu mengawasi putra-putrinya dalam menonton sebuah film, dan mendampingi mereka dalam menonton sebuah film agar dapat membatasi film-film apa saja yang pantas ditonton oleh para remaja saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Warga Negara yang Demokratis, PT Grafindo Media Pratama, 2005. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta, 2006,. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2001. Efendy, Onang Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, 1990. Efendy, Onang Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993. Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, 1984. Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, P.T. Remaja Rosada Karya, 1995. Jalaludin Rakhmat, M.SC. Metode Penelitian Komunikasi, 2001. Jalaludin Rakhmat.
Psikologi Komunikasi. Pt. remaja Rosdakarya. Bandung:
2005. JB Kristanto, Penerbit: Nalar bekerjasama dengan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, 2005. Nurdin, Komunikasi Massa, Malang: Cespur, 2003. McQuail, Teori Komunikasi Massa ed 2, Jakarta: Erlangga, 1987. Phil Astrid Susanto, Komunikasi dalam Teori dan praktek I, (bandung: Bina Cipta), 1974,
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian unruk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda, Bandung, 2004. Rony Kountour, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsidan Tesis Bisnis, Jakarta, 2003. Sudwikatmono, "Sinepleks dan Industri Film Indonesia", dalam Layar Perak, Jakarta: Gramedia, 1992. Sugiyono,Statistika untuk Penelitian, Bandung. 2004.
Lain – Lain http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/audiens_04.html http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/definisi-iklan-efek-dan-iklankorporat. html http://kuliahkomunikasi.com/?p=23 http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31/efek-komunikasi-massa-kognitifafektif-behavioral/
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Curriculum Vitae Full Name Gender Place, Date of Birth Religion Permanent Address
: : : : :
Phone
:
Education
Academic
Background
2004–2009
Abdi Nugroho Male Jakarta, May 04 1987 Moslem Pondok Maharta Blok D4 No.25 Rt.11/11 Cileduk-Tangerang - 15225 +6221 7312360 ( home ) +6221 94158880 ( Mobile )
Mercu BuanaUniversity Majoring Communication Faculty
2001–2004
SMU Budi Mulia
Jakarta Barat
Ciledug Tangerang
Languages
Indonesian, English
Interests
Music, Movie
Specialized Skills
Ability in Computer
Communication Skill
HUBUNGAN MENONTON FILM “NAGABONAR JADI DUA” DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA FIKOM UNIVERSITAS MERCU BUANA ANGKATAN 2005 – 2006 DAFTAR PERTANYAAN Petunjuk pengisian: 1. Sebelum mengisi daftar pertanyaan, bacalah terlebih dahulu dengan baik. 2. Jawablah pertanyaan dengan jujur sesuai dengan perilaku dan kepribadian anda. 3. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban anda. 4. Jika ada yang kurang jelas atau tidak dimengerti, silahkan tanyakan kepada peneliti. Identitas Responden : 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Jurusan / Bidang studi 4. Semester / Angkatan
: : : :
1. “Nagabonar Jadi Dua” merupakan film layar leber yang sukses dipasaran. Apakah anda pernah menonton film “Nagabonar Jadi Dua”, baik di bioskop-bioskop, maupun pada saat ditayangkan distasiun TV? a. pernah b. tidak pernah I. Variabel Menonton film “Nagabonar Jadi Dua” A. Terpaan media 2. Berapa kali anda menonton film “Nagabonar Jadi Dua”? a. b. c. d.
lebih dari 3 kali 3 kali 2 kali 1 kali
II. Variabel Sikap Nasionalisme A. Kognisi 3. Apakah anda mengetahui jalan cerita film “Nagabonar Jadi Dua”? a. b. c. d.
sangat tahu tahu tidak tahu sangat tidak tahu
4. Apakah anda mengetahui pesan – pesan moral yang disampaikan dari film “Nagabonar Jadi Dua”? a. b. c. d.
sangat tahu tahu tidak tahu sangat tidak tahu
5. Apakah anda mengetahui tokoh/ pemain dalam film “Nagabonar Jadi Dua”? a. b. c. d.
sangat tahu tahu tidak tahu sangat tidak tahu
6. Apakah anda mengetahui karakter dari masing-masing tokoh/ pemain dalam film “Nagabonar Jadi Dua”? a. b. c. d.
sangat tahu tahu tidak tahu sangat tidak tahu
7. Apakah anda mengetahui adegan-adegan dalam film “Nagabonar Jadi Dua”? a. b. c. d.
sangat tahu tahu tidak tahu sangat tidak tahu
B. Afeksi 8. Dalam film “Nagabonar Jadi Dua”, terdapat adegan dimana tokoh utamanya (Nagabonar) yang diperankan oleh Deddy Mizwar, begitu melihat patung Jendral Sudirman yang dalam posisi sedang memberikan hormat, Nagabonar langsung berusaha menurunkan tangannya, Nagabonar bilang “Bukan kau yang harus menghormati Bangsa ini, tapi Bangsa ini yang harus menghormatimu”. Bagaimana menurut anda sikap Nagabonar tersebut? a. b. c. d.
sangat baik baik tidak baik sangat tidak baik
9. Bagaimana menurut anda karakter yang dimainkan tokoh utama dalam film “Nagabonar Jadi Dua”? a. b. c. d.
sangat bagus bagus tidak bagus sangat tidak bagus
10. Apakah menurut anda, film “Nagabonar Jadi Dua” merupakan sebuah film yang mendidik, dan baik untuk ditonton khususnya untuk para remaja? a. b. c. d.
sangat baik baik tidak baik sangat tidak baik
11. Setujukah anda, jika kemerdekaan merupakan jasa dari para pahlawan? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidaksetuju
12. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan pada diri anda rasa untuk menghargai jasa dari para pahlawan? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
13. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan pada diri anda rasa cinta terhadap tanah air? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
14. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan pada diri anda rasa ingin tahu tentang sejarah bangsa Indonesia? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
15. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan pada diri anda rasa untuk melestarikan budaya – budaya bangsa Indonesia? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
16. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan pada diri anda rasa untuk melestarikan peninggalan bersejarah? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
17. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” membuat anda jadi lebih menghormati bendera merah putih? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
18. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan pada diri anda untuk saling menghargai sesama? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
19. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” menimbulkan pada diri anda rasa cinta terhadap produk dalam negeri? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
20. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” membuat anda rela melakukan apa saja untuk bangsa Indonesia? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
21. Apakah film “Nagabonar Jadi Dua” membuat anda jadi lebih nasionalisme? a. b. c. d.
sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju
CODING SHEET
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Variabel X Menonton Film “Nagabonar Jadi Dua” 2 1 3 2 4 3 2 3 1 4 2 4 1 1 4 2 3 4 4 1 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 1 1 1 1 2 3 4 3 3 4 4 3 2 2 2
Total Skor X
Variabel Y
Kognisi
1 3 2 4 3 2 3 1 4 2 4 1 1 4 2 3 4 4 1 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 1 1 1 1 2 3 4 3 3 4 4 3 2 2 2
3 2 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
4 3 3 3 2 4 3 3 4 2 2 3 2 3 1 3 3 4 2 2 1 4 1 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
5 3 2 3 2 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
6 4 4 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 4 1 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 4 4 2 3 4 3 2 3 3 3 4 3 2
Total Skor Y
Total Skor X+Y
62 64 61 62 67 62 50 61 52 53 66 47 60 56 56 60 57 58 59 56 63 54 56 62 62 57 57 61 61 58 62 59 59 56 64 59 55 58 58 61 58 54 61 57
63 67 63 66 70 64 53 62 56 55 70 48 61 60 58 63 61 62 60 58 66 57 60 65 65 61 61 64 63 59 63 60 60 58 67 63 58 61 62 65 61 56 63 59
Afeksi 7 3 4 2 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 4 3 4 2 2 4 3 2 3 4 3 2 2 3 4
8 4 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3
9 10 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4
11 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4
12 3 4 3 4 4 3 3 2 2 3 4 2 3 3 2 3 2 1 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 4 4 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 4 2
13 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4
14 4 2 3 2 2 3 2 3 4 2 4 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 2 3 1 4 4 3 2 1 3 3 4 3 2 1 1 2 2 1 3 1
15 3 4 4 4 4 3 2 3 2 4 4 3 3 4 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 1 1 1 2 3 1 4 2
16 3 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3
17 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3
18 3 3 3 3 4 3 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 3 4 2 3 3 3
19 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
20 4 3 4 3 4 2 2 2 2 4 3 2 3 1 2 1 2 3 2 2 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 2 2 1 2 3
21 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 1 3 4 3 2 3
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 4 2 1 2 3 3 4 1 1 2 2 3 2 3 1 1 4 4 3 4 3 3 4 3
4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 4 2 1 2 3 3 4 1 1 2 2 3 2 3 1 1 4 4 3 4 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 1 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4
3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4
4 4 4 3 2 2 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3
4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4
3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 1 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 1 2 1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4
3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 4 3 3 1 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 1 1 3 2 2 3 1 1 3 3 2 2 1 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1 1 3 2 2 3
3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 3
3 2 1 3 4 3 3 2 1 3 3 2 4 1 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
3 1 2 3 2 1 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 2 1 1 2 3 2 3 2 3 3 2 1 3 3 1 1 2 3 2 1 3 3
3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 1 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2
3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 2 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3
4 3 2 4 4 2 2 3 1 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 3 3 2 2 1 2 3 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2
3 3 4 4 2 1 1 2 1 3 3 2 1 3 2 2 3 3 3 2 1 3 3 3 4 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 1 3 2 2 1 3 2 2 1 2 3 2 2 1 1
1 1 2 3 1 2 3 3 3 3 4 2 1 2 2 2 3 3 3 3 1 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3 1 3 4 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2
3 4 3 4 4 3 3 2 1 3 4 1 1 3 2 3 3 4 3 3 2 4 3 2 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3
60 58 57 64 60 53 58 59 54 57 60 49 48 47 52 54 58 61 62 59 50 64 58 52 66 53 53 52 58 56 55 55 58 54 54 56 52 58 56 56 54 58 56 55 54 51 58 54 50 51 55 56 51 51 57
64 62 61 68 63 56 60 62 57 60 64 52 51 49 54 57 60 64 65 60 53 66 60 53 67 54 54 53 61 58 56 59 60 55 56 59 55 62 57 57 56 60 59 57 57 52 59 58 54 54 59 59 54 55 60
100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
2 2 2 4 3 2 4 2 2 1 1 3 4
2 2 2 4 3 2 4 2 2 1 1 3 4
4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3
4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2
3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3
4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4
3 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 4 3
3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3
3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4
3 2 4 3 2 2 1 1 2 1 3 2 3
3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3
2 3 2 1 2 3 1 1 2 1 3 3 2
3 2 3 1 3 3 3 2 3 3 3 1 2
2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 3 1 3
2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4
1 3 2 1 3 2 1 1 2 1 3 2 3
2 3 2 1 2 1 3 3 2 3 2 1 3
1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 3
2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3
51 54 57 47 57 55 52 51 57 52 58 51 57
53 56 59 51 60 57 56 53 59 53 59 54 61
RANK SPEARMAN MANUAL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
A Variabel X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B Rangking 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5
Variabel Y 47 47 47 48 49 50 50 50 51 51 51 51 51 51 51 52 52 52 52 52 52 52 53 53 53 53 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 55 55 55 55
Rangking 2 2 2 4 5 7 7 7 12 12 12 12 12 12 12 19 19 19 19 19 19 19 24.5 24.5 24.5 24.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 39.5 39.5 39.5 39.5
di
di²
10 10 10 8 7 5 5 5 0 0 0 0 0 0 0 -7 -7 -7 -7 -7 -7 -7 -12.5 13 13 13 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 -2 -2 -2 -2
100 100 100 64 49 25 25 25 0 0 0 0 0 0 0 49 49 49 49 49 49 49 156.25 169 169 169 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 4 4 4 4
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69 69
55 55 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 59 59 59 59 59
39.5 39.5 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 82.5 82.5 82.5 82.5 82.5
-2 -2 -10.5 -10.5 -10.5 -10.5 -10.5 -10.5 -10.5 -10.5 -10.5 21 21 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -3 -13.5 -13.5 -13.5 -13.5 -13.5
4 4 110.25 110.25 110.25 110.25 110.25 110.25 110.25 110.25 110.25 441 441 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 182.25 182.25 182.25 182.25 182.25
85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 287
69 69 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5 99.5
59 60 60 60 60 60 61 61 61 61 61 61 61 62 62 62 62 62 62 62 63 64 64 64 64 66 66 67 6337
82.5 88 88 88 88 88 94 94 94 94 94 94 94 101 101 101 101 101 101 101 105 107.5 107.5 107.5 107.5 110.5 110.5 112
-13.5 -19 11.5 11.5 11.5 11.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -1.5 -5.5 -8 -8 -8 -8 -11 -11 -12.5 38.5
182.25 361 132.25 132.25 132.25 132.25 30.25 30.25 30.25 30.25 30.25 30.25 30.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 30.25 64 64 64 64 121 121 156.25 7883
ANALISIS VALIDITAS: Variabel Menonton Film ”Nagabonar Jadi Dua” CORRELATIONS /VARIABLES=q2 menonton /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations Correlations q2 q2
Pearson Correlation
menonton 1
Sig. (2-tailed) N menonton Pearson Correlation
1.000** .000
112
112
1.000**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
112
112
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
ANALISIS VALIDITAS: Variabel Sikap Nasionalisme CORRELATIONS /VARIABLES=q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 q16 q17 q18 q19 q20 q21 sikap /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE. Correlations q3 q3
Pearson Correlation
q4
1 .106 .266**
Sig. (2-tailed)
q4
q5
q6
q7
q8
q9
q10
q11
q12
q13
q14
q15
q6
q7
q8
q9
.015
.126
.142 .090 -.049 .028 -.051 -.015 -.077 -.069 -.098
q10
q11
q12
q13
q14
q15
q16
q17
.158 -.194* -.084
q18
q19
q20 .175
q21
.158 .218*
sikap
.267
.005
.878
.184
.135 .344
.606 .768
.590
.874
.418
.473
.306
.095
.040
.379
.065
.096
.021
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation
.106
1
.083
.077
.077
.043 .060
.134 -.081 -.028
.085 -.012
.032
.020
.041 -.065
.007 -.048
.037 .243**
Sig. (2-tailed)
.267
.384
.422
.419
.653 .533
.158 .398
.773
.374
.902
.735
.835
.671
.497
.945
.615
.698
.010
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation .266** .083
112
112
1 -.002 -.041 .311** -.032
112
112
.050 .068 -.053
.074 -.161 -.296**
.023 .302**
.121 -.082
.181
.213* .265**
Sig. (2-tailed)
.005 .384
.986
.669
.001 .736
.598 .474
.576
.438
.090
.002
.807
.001
.203
.387
.056
.024
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation
.015 .077 -.002
1
Sig. (2-tailed)
.878 .422
.986
N
112
112
112
Pearson Correlation
.126 .077 -.041
.139
1
Sig. (2-tailed)
.184 .419
.669
.144
N
112
112
112
112
Pearson Correlation
.142 .043 .311** -.053
.053
Sig. (2-tailed)
.135 .653
.001
.576
.582
N
112
112
112
112
Pearson Correlation
112
112
112
112
112
.005
.139 -.053 .068
.174 -.020 -.005 -.139
.054 -.097 -.029
.110 -.045 -.046 -.207*
.071
.144
.144
.576 .477
.067 .835
.956
.143
.568
.309
.758
.248
.637
.631
.029
.455
.130
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.053 -.002
.111 .164 -.077
.050 -.133 -.074 -.195*
.016 -.009
.021 -.146
.080
.155
.582 .981
.244 .084
.422
.601
.161
.439
.040
.871
.929
.830
.124
.399
.102
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.039 .070 -.100
.033 -.161 -.210* -.056
.214*
.020
.013
.025
.127
.183 .054
112
1 -.045
112
.637
.680 .464
.294
.728
.091
.026
.555
.023
.837
.892
.794
.184
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.090 .060 -.032
.068 -.002 -.045
1
.080 .027 -.098 -.121 -.071
.041
.052
.021 -.044
.075
.052 -.072
.134
Sig. (2-tailed)
.344 .533
.736
.477
.981
.637
.401 .774
.304
.204
.454
.667
.586
.826
.645
.430
.585
.448
.161
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
-.049 .134
.050
.174
.111
.039 .080
.013 -.108 -.090 -.107
.000
.111 -.021
.136 -.096
.080 .199*
Sig. (2-tailed)
.606 .158
.598
.067
.244
.680 .401
.341
.891
.256
.348
.262 1.000
.246
.823
.153
.312
.400
.036
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation
.028 -.081
.068 -.020
.164
.070 .027
.091
1
.116
.117 -.046 -.182 -.161
.080
.106
.092
.018
.142 .255**
Sig. (2-tailed)
.768 .398
.474
.835
.084
.464 .774
.341
.224
.220
.632
.055
.091
.401
.267
.337
.847
.136
.007
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
1 .345**
.161
.237* .231*
-.053 .252**
.048
.167
.079 .446**
Pearson Correlation
Pearson Correlation
112
112
112
112
112
-.051 -.028 -.053 -.005 -.077 -.100 -.098
112
112
1 .091
112
.013 .116
Sig. (2-tailed)
.590 .773
.576
.956
.422
.294 .304
.891 .224
.000
.090
.012
.014
.577
.007
.612
.079
.410
.000
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.074 -.139
.050
.033 -.121 -.108 .117 .345**
1
.065
.129 .228*
.494
.175
.016
.936
.008
.040
.048
.378
.000
112
112
112
112
112
112
112
112
112
1 .284**
.007
-.114
.016
.041 -.051
.077 .209*
.002
.939
.232
.868
.670
.591
.419
.027
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation
112
-.015 .085
112
112
Sig. (2-tailed)
.874 .374
.438
.143
.601
.728 .204
.256 .220
.000
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.054 -.133 -.161 -.071 -.090 -.046
.161
.065
Pearson Correlation
112
-.077 -.012 -.161
112
Sig. (2-tailed)
.418 .902
.090
.568
.161
.091 .454
.348 .632
.090
.494
N
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
q16
q5
Pearson Correlation
112
-.069 .032 -.296 .473 .735 112
112
-.098 .020
**
-.097 -.074 -.210
*
112
112
*
.041 -.107 -.182 .237
.002
.309
.439
.026 .667
112
112
112
112
112
.023 -.029 -.195* -.056 .052
112 **
.129 .284
*
-.200
*
.064
.151 .186
.033 .310
.014
.034
.505
.112
.734
.001 112
.012
.175
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.000 -.161 .231* .228*
.007
.231*
1
.041
.116 -.125
.174
.038 .298**
.666
.223
.190
.066
.689
.001
112
112
112
112
112
112
.306 .835
.807
.758
.040
.555 .586 1.000 .091
.014
.016
.939
.014
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.049
**
.262 .055 112
.002
*
.084 .381**
1 .231
Sig. (2-tailed)
112
-.008 .250** -.195* .187*
q17
q18
q19
q20
q21
Pearson Correlation
.158 .041 .302**
.110
.016 .214* .021
.111 .080 -.053 -.008 -.114 -.200*
.041
Sig. (2-tailed)
.095 .671
.001
.248
.871
.023 .826
.246 .401
.577
.936
.232
.034
.666
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
.091
.094 .250** .304**
.932
.341
.326
.008
.001
112
112
112
112
112
112
1
Pearson Correlation -.194* -.065
.121 -.045 -.009
.020 -.044 -.021 .106 .252** .250**
.016
.064
.116
.008
Sig. (2-tailed)
.040 .497
.203
.637
.929
.837 .645
.823 .267
.007
.008
.868
.505
.223
.932
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
-.084 .007 -.082 -.046
.021
.013 .075
.136 .092
.048 -.195*
.041
.151 -.125
.091 .202*
Pearson Correlation
112
112
112
112
.202* .279** .350** .485** .033
.003
.000
.000
112
112
112
112
1 .218*
.235* .363**
Sig. (2-tailed)
.379 .945
.387
.631
.830
.892 .430
.153 .337
.612
.040
.670
.112
.190
.341
.033
.021
.013
.000
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation
.175 -.048
.181 -.207* -.146
.025 .052 -.096 .018
.167 .187* -.051
.186*
.174
.094 .279**
.218*
1
Sig. (2-tailed)
.065 .615
.056
.029
.124
.794 .585
.312 .847
.079
.048
.591
.049
.066
.326
.003
.021
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
Pearson Correlation
.158 .037
.213
*
.071
.080
.127 -.072
.080 .142
.079
.084
.077
.033
.038 .250
.235
*
.176
Sig. (2-tailed)
.096 .698
.024
.455
.399
.184 .448
.400 .136
.410
.378
.419
.734
.689
.008
.000
.013
.064
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
N sikap
112
.008
1
112
112
112
112
**
.350
.064
.000
112
112 **
1 .554
.000
112
112
112
112
112
112
.218* .243** .265**
.144
.155
.183 .134 .199* .255** .446** .381** .209* .310** .298** .304** .485** .363** .478** .554**
1
Sig. (2-tailed)
.021 .010
.005
.130
.102
.054 .161
.036 .007
.000
.000
.027
.001
.001
.001
.000
.000
.000
.000
N
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
112
112
**
.176 .478**
Pearson Correlation
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
112
112
112
112
ANALISIS RELIABILITAS: Variabel Menonton Film ”Nagabonar Jadi Dua” RELIABILITY /VARIABLES=q2 menonton /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES Reliability Statistics
Case Processing Summary N Cases Valid Excludeda Total
Cronbach's Alpha
% 112
100.0
0
.0
112
100.0
N of Items
1.000
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
q2
10.57
1.130
1.000
1.918E-14
menonton
10.57
1.130
1.000
1.192E-14
Scale Statistics Mean 5.14
Variance 4.520
Std. Deviation 2.126
N of Items 2
2
ANALISIS RELIABILITAS: Variabel Sikap Nasionalisme
RELIABILITY /VARIABLES=q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 q16 q17 q18 q19 q20 q21 sikap /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .640
20
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 112
100.0
0
.0
112
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
q3
109.74
71.995
.148
.636
q4
110.07
71.454
.161
.635
q5
109.89
71.718
.207
.633
q6
110.08
72.669
.065
.642
q7
109.96
72.602
.076
.641
q8
109.71
72.458
.112
.638
q9
109.88
73.011
.074
.640
q10
109.59
72.352
.138
.637
q11
109.77
71.441
.175
.634
q12
110.61
68.079
.363
.618
q13
110.22
69.959
.310
.625
q14
110.62
71.572
.110
.639
q15
110.64
69.853
.208
.631
q16
110.29
70.462
.211
.631
q17
109.82
71.067
.239
.631
q18
110.63
67.191
.398
.613
q19
110.76
69.266
.270
.625
q20
110.86
67.097
.385
.614
q21
110.18
67.355
.488
.610
56.57
18.481
1.000
.456
sikap
Scale Statistics Mean 113.15
Variance 73.950
Std. Deviation 8.599
N of Items 20