HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN PELAKSANAAN SISTEM AGRIBISNIS UBI JALAR PADA GABUNGAN KELOMPOK TANI FLAMBOYAN Darliah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
[email protected] Hj. Tenten Tedjaningsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Unang 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
ABSTRACT The purpose of the study was to know the correlation between the group dynamic in the implementation of sweet potato agribusiness system of Flamboyan farmer group association at the Ngamplang Village of Cilawu, Garut District. The survey with random sampling technique of 15 people sweetpotato farmers, the members of Flamboyan Farmer Groups Association. The Statistical test of Spearman Rank correlation coefficient was applied to test the dynamics of group correlation by partial with the implementation of sweet potato agribusiness system at Flamboyan Farmers Association. Research results show that the group dynamic indicators namely group goals, group structure, role functioning, group coaching, group cohesiveness, group atmosphere, pressure groups and the effectiveness of the group included in the dynamic category, while agribusiness subsystem variables are providing facilities and infrastructure of production, subsistence farming, subsystem agro-processing, marketing subsystem and subsystem support services are included in the moderate category.
The statistical test of Rank Spearman correlation coefficient proves that there is a correlation Between the dynamic of the group with the implementation of sweet potato agribusiness system at Flamboyan Farmers Group Association. Key Words : group dynamics, sweet potato agribusiness system , farmer group, assosiation.
farmer groups
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar pada Gabungan Kelompok Tani Flamboyan di Desa Ngamplang Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik penarikan sampel secara acak terhadap 15 orang petani ubi jalar Flamboyan .
anggota gabungan kelompok tani
Uji statistik koefesien korelasi Rank Spearman digunakan untuk
menganalisis hubungan secara parsial dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar pada Gabungan Kelompok Tani Flamboyan. Hasil penelitian menunjukkan indikator dinamika kelompok yaitu tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan efektivitas kelompok termasuk dalam kategori dinamis, sedangkan variabel subsistem agribisnis yaitu penyediaan sarana dan prasarana produksi, subsistem usahatani, subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem pemasaran dan subsistem jasa penunjang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil uji statistik koefesien korelasi Rank Spearman
diketahui
terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar pada Gabungan Kelompok Tani Flamboyan. Kata Kunci: Dinamika Kelompok, , Sistem Agribisnis Ubi jalar, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani
PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dapat diwujudkan melalui pembinaan pelaku usahatani, dalam hal ini diantaranya adalah melalui pembinaan kelompok tani. Terbentuknya kelompok tani akan memudahkan dalam menyampaikan program, tujuan dan proyek yang akan dan hendak dicapai oleh kelompok tani tersebut. Munculnya berbagai peluang dan hambatan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat membutuhkan adanya pengembangan kelompok tani bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Gapoktan pada hakekatnya bukanlah lembaga dengan
fungsi yang baru sama sekali, namun hanyalah lembaga yang dapat dipilih di samping lembaga-lembaga lain yang juga terlibat dalam aktivitas ekonomi secara langsung. Pengembangan gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani
terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta terhadap sumber informasi. Selama ini kelembagaan telah dijadikan alat yang penting untuk menjalankan sebuah program atau ajang untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, sehingga pembentukan kelembagaan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan harapan semula yaitu demi tercapainya kesejahteraan masyarakat tani melalui pembangunan pertanian. (Syahyuti, 2007). Melihat kondisi tersebut di atas maka perlu dilakukan kajian tentang dinamisasi pada gapoktan, sehingga diharapkan dapat mengetahui alasan petani, selaku individu maupun sebagai anggota gapoktan tidak mau dan tidak mampu untuk bertindak dinamis untuk meningkatkan kesejahteraanya melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh gapoktan dan kendala apa yang dihadapi oleh gapoktan. Oleh karena itu, untuk mengetahui dinamis tidaknya suatu gapoktan dan untuk mengetahui apakah sistem sosial
suatu
gapoktan
tersebut
dikatakan
baik
atau
tidak
dan
bagaimana
kepemimpinannya dapat dilakukan dengan menganalisis anggota kelompok melalui perilaku para anggota dan pimpinannya. Desa Ngamplang merupakan salah satu sentra produksi ubi jalar terbesar di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Sampai saat ini pelaksanaan agribisnis yang sudah terlaksana pada gapoktan di Desa Ngamplang yaitu kegiatan mulai dari penyediaan sarana dan prasarana produksi sampai subsistem jasa penunjang. Subsistem agribisnis yang belum berjalan yaitu pengolahan hasil pertanian menjadi produk olahan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara dinamika kelompok pada gabungan kelompok tani yang bergerak dalam agribisnis ubi jalar di Desa Ngamplang Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Berdasarkan penelitian Enung Nurte tahun 2010 dengan judul hubungan antara dinamika kelompok dengan adopsi inovasi teknologi budidaya salak pontas terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan adopsi inovasi teknologi budidaya salak pontas. Mengacu pada penelitian tersebut penulis juga menduga bahwa terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar pada Gabungan Kelompok Tani Flamboyan di Desa Ngamplang.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, pada Gapoktan Flamboyan
di Desa Ngamplang Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut.
Pemilihan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah metode Random Sampling, menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2006) , apabila jumlah populasi lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara 10-15 persen atau 20-25 persen atau lebih. Jumlah populasi di daerah penelitian adalah 150 orang, maka jumlah sampel untuk dalam penelitian ini 15 orang atau 10 persen dari populasi.
Kerangka Analisis Untuk mengetahui suatu kelompok dinamis atau tidaknya dapat dilakukan dengan menganalisis skor variabel dinamika kelompok yang tertera pada tabel-tabel dibawah ini: Tabel 1. Skor Variabel Dinamika Kelompok No
Dinamika kelompok
Skor
1
Tujuan kelompok
2–6
2
Struktur kelompok
10 - 30
3
Struktur tugas
6 - 18
4
Pembinaan kelompok
4 - 12
5
Kekompakan kelompok
7 - 21
6
Suasana kelompok
2-6
7
Tekanan kelompok
2-6
8
Efektivitas kelompok
2–6
Variabel Dinamika Kelompok
35 – 105
Tabel 2. Kategori Tingkat Pencapaian Skor Dinamika Kelompok No 1
Indikator Dinamika Kelompok Tujuan Kelompok
2
Struktur Kelompok
3
Fungsi Tugas
4
Pembinaan Kelompok
5
Kekompakan Kelompok
6
Suasana Kelompok
7
Tekanan Kelompok
8
Efektivitas Kelompok
Nilai Skor 2,00 – 3,33 3,34 – 4,67 4,67 – 6,00 10,00 – 16,66 16,67 – 23,33 23,34 – 30,00 6,00 – 10,00 10,10 – 14,10 14,10 – 18,00 4,00 – 6,66 6,67 – 9,33 9,34 – 12,00 7,00 – 11.66 11,67 – 16,33 16,34 – 21,00 2,00 – 3,33 3,34 – 4,67 4,67 – 6,00 2,00 – 3,33 3,34 – 4,67 4,67 – 6,00 2,00 – 3,33 3,34 – 4,67 4,67 – 6,00
Kategori Tidak Tercapai Belum Tercapai Tercapai Tidak Lengkap Kurang Lengkap Lengkap Tidak dilaksanakan Belum dilaksanakan Dilaksanakan Tidak dilaksanakan Belum dilaksanakan Dilaksanakan Tidak Kompak Kurang Kompak Kompak Tidak Kondusif Kurang Kondusif Kondusif Tidak Aman Kurang Aman Aman Tidak Efektif Kurang Efektif Efektif
Klasifikasi untuk variabel dinamika kelompok yang didasarkan atas tiga strata dengan formulasi yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kategori Tingkat Pencapaian Skor Pada Dinamika Kelompok
No 1 2 3
Nilai skor 35,00 – 58,30 58,40 – 81,60 81,70 – 105,00
Kategori Tidak Dinamis Kurang Dinamis Dinamis
Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar pada Gapoktan Flamboyan maka dilakukan anlisis skor variabel agribisnis ubi jalar yang tertera pada tabel-tabel dibawah ini. Tabel 4. Skor Variabel Agribisnis Ubi Jalar No 1 2 3 4 5
Subsistem agribisnis Pengadaan sarana produksi Usahatani Pengolahan hasil Lembaga pemasaran Jasa penunjang Variabel sistem agribisnis
Skor 6 – 18 9 – 27 4 – 12 4 – 12 6 – 18 29 – 87
Tabel 5. Kategori Tingkat Pencapaian Skor Subsistem Agribinsis No
Indikator Dinamika Kelompok
Nilai Skor
Kategori
1
Subsistem Pengadaan Sarana Produksi
6,00 – 10,00 10,00 – 14,10 14,00 – 18,00
Rendah Sedang Tinggi
2
Subsistem Usahatani
9,00 – 15,00 15,00 – 21,00 21,00 – 27,00
Rendah Sedang Tinggi
3
Subsistem Pengolahan Hasil
4,00 – 6,66 6,67 – 9,93 9,34 – 12.00
Rendah Sedang Tinggi
4
Subsistem Lembaga Pemasaran
4,00 – 6,66 6,67 – 9,33 9,34 –12,00
Rendah Sedang Tinggi
5
Subsistem Jasa Penunjang
6,00 – 10,00 10,00 – 14,10 14,00 – 18,00
Rendah Sedang Tinggi
Tabel 6. Kategori Tingkat Pencapaian Skor Subsistem Agribisnis
No
Nilai skor
Kategori
1 2 3
29,00 - 48,30 48,40 - 67,70 67,8 - 87,00
Rendah Sedang Tinggi
Pengukuran untuk klasifikasi dari setiap indikator dinamika kelompok dan variabel subsistem agribisnis mengunakan rumus sebagai berikut: (Djoni,2008)
Keterangan :
P
= Rentang Kelas Interval
Skor Maksimal
= Skor tertinggi yang diperoleh dari masing-masing indikator atau variabel
Skor Minimal
= Skor terendah yang diperoleh dari masing-masing indikator atau variabel
Data dianalisis dengan tabulasi silang dan diukur dengan analisis nilai tertimbang (NT), nilai tertimbang merupakan persentasi nilai yang yang berasal dari pengukuran-pengukuran indikator atau variabel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Djoni,2008)
(
)
Hubungan variabel – variabel dinamika kelompok secara parsial terhadap pelaksanaan sistem agrbisnis ubi jalar, dianalisis dengan menggunakan uji Rank Spearman dengan prosedur sebagai berikut: (M. Sudrajat SW,2000)
Hubungan dinamika kelompok ( X ), dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar (Y) 1)
Penentuan Hipotesis Ho : = 0 artinya tidak terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar pada Gabungan Kelompok Tani Flamboyan.
H1 : 2)
≠
0 artinya terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar pada Gabungan Kelompok Tani Flamboyan.
Prosedur analisis Rank Spearman antar lain sebagai berikut: a. Bila tanpa rank kembar atau kembar hanya sedikit digunakan rumus sebagia berikut : ∑
rs = 1b. rs =
Untuk rank kembar yang cukup banyak digunakan rumus sebagai berikut : ∑
∑
∑ ∑
√∑
Nilai x2 dan ∑ y2 diperoleh dengan perumusan sebagai berikut : ∑ x2 =
- Tx dan ∑y2 =
Tx
Nilai Tx dan Ty dirumuskan berdasarkan formula sebagai berikut : Tx = ∑
dan Ty = ∑
Keterangan: rs = Korelasi Rank Sperman T = faktor koreksi t = Banyak kembaran data r = Jumlah sampel atau responden
t rs di hitung dengan mempergunakan rumus sampel besar jika N > 10 Sampel besar jika N > 10, penentuan signifikasi rs di uji dengan : t hit = rs √
( )
Hipotesis yang diajukan, maka t hit di bandingkan dengan t tab, db = N – 2 t α dibandingkan dengan tabel pada db = n – 2 pada taraf nyata (α) = 0,05) 3) Kaidah keputusan Bila trs < t α/2 (n - 2)
terima Ho dan tolak H1
trs ≥ t α /2 (n - 2)
tolak Ho dan terima H1
Keeratan hubungan antara dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar dapat ditandai dengan menggunakan penafsiran koefisien korelasi sebagai berikut: (Sugiyono,2010) 0,00 – 0,1999 Korelasi Sangat rendah 0,02 – 0,399 rendah 0,40 – 0,599 sedang 0,60 – 0,799 kuat 0,80 – 1,00 sangat kuat
PEMBAHASAN Dinamika Kelompok Pada Gabungan Kelompok Tani di Desa Ngamplang Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah, (Emilia dkk, 2000) Dinamika kelompok dalam penelitian ini diukur dengan cara mengetahui jumlah skor dari delapan indikator dinamika kelompok, yang meliputi: tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok,
tekanan kelompok, dan efektivitas kelompok. Skor dinamika
kelompok yang diteliti pada Gapoktan Flamboyan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Skor Variabel Dinamika Kelompok No 1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Tujuan Kelompok Struktur Kelompok Fungsi Tugas Pembinaan Kelompok Kekompakan Kelompok Suasana Kelompok Tekanan Kelompok Efektivitas Kelompok Jumlah Skor (Variabel)
Skor Ideal 6 30 18 12 21 6 6 6
Skor yang dicapai 4,53 23,13 13,40 9,60 17,06 5,33 4,93 4,80
105
82,66
Klasifikasi
NT (%)
Belum Tercapai Kurang Lengkap Belum dilaksanakan Dilaksanakan Kompak Kondusif Aman Efektif
75,50 77,10 74,40 80,00 81,23 88,83 82,16 80,00
Dinamis
78,72
Sumber: Data Primer Diolah
Tabel 7. Menunjukkan bahwa tujuan kelompok yakni apa yang ingin dicapai gabungan kelompok tani, dalam penelitian ini responden kurang mampu menjabarkan tujuan dengan jelas dan formal. Indikator tujuan kelompok menunjukkan rata-rata skor 4,53, termasuk ke dalam kategori belum tercapai dan mempunyai nilai tertimbang
75,50 persen yang artinya tujuan kelompok baru tercapai 75,50 persen. Gapoktan belum memiliki tujuan yang spesifik dan juga belum adanya tujuan kelompok yang dirumuskan secara tertulis, dan anggota kelompok juga belum memahami dengan jelas tujuan terbentuknya kelompok, mereka menganggap bahwa dengan adanya kelompok dapat meningkatkan kesejahteraan dan akses untuk mempermudah menerima bantuan. Seharusnya Gapoktan beserta anggota memiliki tujuan yang spesifik untuk mendorong kelompok menjadi dinamis. Struktur kelompok yaitu bagaimana kelompok mampu mengatur dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan, terutama menyangkut pengambilan keputusan, pembagian kerja, sistem komunikasi dan sarana untuk terjadinya interaksi yang terjadi dalam kelompok. Indikator struktur kelompok menunjukkan rata-rata skor 23,13, termasuk ke dalam kategori kurang lengkap dan mempunyai nilai tertimbang 77,10 persen yang artinya struktur kelompok pada Gapoktan Flamboyan baru tercapai 77,10 persen. Dalam hal pengambilan keputusan, partisipasi petani cukup besar yaitu antara 70 – 80
persen petani menyumbangkan pandapatnya dalam setiap pengambilan
keputusan dalam kelompok namun kadang-kadang keputusan yang telah diambil kurang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anggota. Pembagian tugas sudah dilaksanakan dengan cukup teratur yang terdiri dari ketua, bendahara, sekertaris dan seksi – seksi. Sistem komunikasi yang terjadi antar anggota berjalan dengan baik dimana semua informasi
atau pengalaman anggota selalu disampaikan kepada anggota
gapoktan yang lainnya dan setiap usul yang disampaikan anggota terhadap gapoktan kadang-kadang dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sedangkan untuk sarana terjadinya interaksi kelompok rutin melakukan kegiatan pertemuan kelompok antara 1 – 2 bulan sekali dan kadang-kadang semua anggota hadir dalam pertemuan, tetapi Gapoktan Flamboyan belum memiliki tempat
yang khusus untuk mengadakan
pertemuan dan biasanya pertemuan tersebut dilaksanakan di rumah ketua gapoktan ataupun madrasah. Fungsi tugas, yaitu apa yang seharusnya dilakukan oleh pengurus di dalam kelompok sehingga tujuan dapat tercapai. Indikator fungsi tugas menunjukkan rata-rata skor 13,40, termasuk ke dalam kategori belum dilaksanakan dan mempunyai nilai tertimbang 74,40 persen, yang artinya fungsi tugas pada Gapoktan Flamboyan baru tercapai 74,40 persen, hal tersebut dikarenakan masih ada pengurus yang belum mampu
melaksanakan tugas dengan baik. Informasi yang disampaikan oleh pengurus untuk memecahkan suatu masalah kadang-kadang kurang jelas, tetapi kalau ada kegiatan kelompok pengurus selalu berkoordinasi dengan baik, dan mengajak anggota gapoktan untuk ikut berperan serta dalam kegiatan tersebut. Pembinaan kelompok, yaitu usaha menjaga kehidupan kelompok dan upaya upaya meningkatkan partisipai anggota. Indikator pembinaan kelompok menunjukkan rata-rata skor 9,60, termasuk ke dalam kategori dilaksanakan dan mempunyai nilai tertimbang 80,00 persen yang artinya pembinaan kelompok pada Gapoktan Flamboyan sudah mencapai 80,00 persen. Gapoktan Flamboyan di Desa Ngamplang biasanya melakukan aktivitas pembinaan kelompok secara rutin dilaksanakan antara 1-2 bulan sekali dan diikuti hampir oleh seluruh anggota meskipun fasilitas yang tersedia kurang memadai dan setiap norma atau aturan yang berlaku dalam kelompok semua anggota gapoktan mentaati dan menghargai aturan yang telah ditetapkan. Kekompakan kelompok, yaitu adanya rasa keterikatan yang kuat diantara para anggota di kalangan kelompoknya yang ditentukan oleh faktor kepemimpinan dan keanggotaan. Indikator kekompakan kelompok menunjukkan rata-rata skor 17,06, termasuk ke dalam kategori kompak dan mempunyai nilai tertimbang 81,23 persen, yang artinya kekompakan kelompok pada Gapoktan Flamboyan sudah mencapai 81,23 persen. Ketua gapoktan dan susunan kepengurusannya yang terpilih merupakan hasil musyawarah dan mufakat. Setiap pengambilan kebijakan biasanya dilakukan dalam musyawarah
pengurus,
setelah
diperoleh
hasil
musyawarah
tersebut
baru
dimusyawarahkan lagi dengan semua anggota. Ketua memiliki wibawa sebagai seorang pemimpin dan dipandang anggota memiliki cukup kemampuan dalam memimpin. Hubungan antar anggota juga menunjukkan adanya rasa saling memilki dan bertanggung jawab sehingga jelas terasa dan terlihat bahwa gapoktan adalah milik bersama.
Selain itu integritas didalam gapoktan juga terpelihara dengan baik dan
tentunya tidak ada perbedaan status soial diantara sesama anggota gapoktan. Suasana kelompok, yaitu keadaan sikap, tindakan, perasaan yang umum terdapat di dalam kelompok. Indikator suasana kelompok menunjukkan rata-rata skor 5,33, termasuk ke dalam kategori kondusif dan mempunyai nilai tertimbang 88,83 persen, yang artinya suasana kelompok pada Gapoktan Flamboyan sudah mencapai 88,83 persen. Hubungan antar anggota sangat akrab dan anggota gapoktan tidak merasa terikat
namun tetap bertanggung jawab dan merasa memiliki sebagai anggota gapoktan. Suasana yang seperti itu tentunya dapat menunjang kedinamisan suatu gapoktan. Tekanan kelompok, yaitu segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan di kalangan kelompok. Indikator tekanan kelompok menunjukkan rata-rata skor 4,93, termasuk ke dalam kategori aman dan mempunyai nilai tertimbang 82,16 persen, yang artinya tekanan kelompok pada pada Gapoktan Flamboyan sudah mencapai 82,16 persen.
Adanya ketegangan itu perlu untuk menumbuh kembangkan kedinamisan,
tetapi pada tingkat yang terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan kelompok. Tingkat ketegangan yang dimanupulasi dapat menimbulkan kedinamisan yang optimal. Tekanan dapat berasal dari dalam dan luar gapoktan, beragam tuntutan dari pengurus tentunya dapat menimbulkan ketegangan, disamping adanya beragam perintah dari luar gapoktan yaitu dinas terkait. Adanya tekanan dari luar tentunya untuk mendorong agar gapoktan menjadi lebih berprestasi dan berkembang, selain itu dengan adanya tekanan dari luar juga memberikan sisi positifnya yang dimana gapoktan memiliki kesempatan untuk memperoleh bantuan dari pemerintah. Efektivitas kelompok, yaitu berhasil guna dalam melakukan suatu kegiatan, yang dilihat dari segi produktivitas. Indikator efektivitas kelompok menunjukkan ratarata skor 4,80, termasuk ke dalam kategori efektif dan mempunyai nilai tertimbang 80,00 persen, yang artinya efektivitas kelompok pada Gapoktan Flamboyan sudah mencapai 80,00 persen. Dilihat dari segi keberhasilan usaha sebagian besar anggota gapoktan di Desa Ngamplang belum mampu melaksanakan sistem perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kegiatan dan kontrol dengan baik, namun dilihat dari produktivitas sudah tercapai lebih dari 70 persen. Berdasarkan Tabel 7 fakta secara umum tentang dinamika kelompok menunjukan bahwa petani secara umum dinamis dalam mencapai tujuan kelompok, mendukung struktur kelompok dengan fungsi tugasnya, mengikuti pembinaan kelompok dengan menjaga kekompakan, suasana kelompok, tekanan kelompok dan efektivitas kelompok dan secara kumulatif tingkatan dinamika gapoktan di Desa Ngamplang yang diteliti termasuk kategori dinamis, dengan rata-rata skor 82,66 dengan skor ideal 105 sehingga mempunyai nilai tertimbang 78,72 persen, hal tersebut menggambarkan bahwa peranan kelompok dapat mendorong tercapainya kedinamisan gapoktan meskipun ada beberapa kegiatan petani yang masuk dalam klasifikasi sedang.
Faktor-faktor atau kekuatan yang mampu menggerakan perilaku kelompok dan anggota untuk mencapai tujuan yang efektif dan kelompok dijadikan sebagai wadah kerjasama dan kelembagaan yang dapat memberikan pengaruh dan manfaat yang positif.
Pelaksanan Sistem Agribisnis Ubi Jalar Di Desa Ngamplang Strategi pembangunan sistem agribisnis yang bercirikan yakni berbasis pada pemberdayagunaan keragaman sumberdaya yang ada di setiap daerah (domestic resources based), akomodatif terhadap keragaman kualitas sumberdaya manusia yang kita miliki, tidak mengandalkan impor dan pinjaman luar negeri yang besar, berorientasi ekspor (selain memanfaatkan pasar domestik), diperkirakan mampu memecahkan sebagian besar permasalahan perekonomian yang ada. Selain itu, strategi pembangunan sistem agribisnis yang secara bertahap akan bergerak dari pembangunan yang mengandalkan sumberdaya alam dan SDM belum terampil (factor driven), kemudian beralih kepada pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh barang-barang modal dan SDM lebih terampil (capital driven) dan kemudian beralih kepada pembangunan agribisnis yang digerakkan ilmu pengetahuan, teknologi dan SDM terampil (innovationdriven), diyakini mampu mengantarkan perekonomian Indonesia memiliki daya saing dan bersinergis dalam perekonomian dunia (Bungaran Saragih, 2001) Bila dibandingkan dengan pertanian primer atau on farm yang berorientasi pada satu kegiatan pertanian seperti aktivitas cocok tanam, berkebun, atau berladang, agribisnis lebih membawa kemudahan dalam persaingan industri, dikarenakan kegiatan pertanian dalam lingkup agribisnis lebih memadukan pendekatan kegiatan pertanian dengan prinsip ekonomi dengan menekan faktor produksi seminimal mungkin untuk mencapai keuntungan sebesar mungkin. Pendekatan pertanian agribisnis diharapkan dapat menghidupkan segala potensi pertanian, dengan pengelolahan secara subsektoral bersama kelompok tani dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan, serta mengandalkan pelayanan jasa usaha pertanian (input, output dan modal). Subsistem agribisnis ubi jalar dalam penelitian ini diukur dengan cara mengetahui jumlah skor dari 5 subsistem agribisnis yang meliputi : subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem pemasaran, subsistem jasa dan penunjang. Skor variabel subsistem agribisnis dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Skor Variabel Pelaksanaan Agribisnis No 1 2 3 4 5
Sub Variabel Subsistem pengadaan sarana produksi Subsistem usahatani Subsistem pasca panen Subsistem pemasaran Subsistem jasa dan penunjang Jumlah Skor (Variabel)
Skor Ideal 18 27 12 12 18
Skor yang dicapai 14,26 20,73 6,60 10,26 10,40
Kategori
NT (%)
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang
79,22 76,77 55,00 85,50 57,77
87
62,25
Sedang
71,55
Sumber : Data Primer Diolah Subsistem Penyediaan Sarana Produksi (Hulu) Industri pertanian hulu yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribisnis, yakni industri–industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian seperti industri agro-kimia (pupuk, pestisida dan obat- obatan hewan), industri agrootomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian) dan industri pembibitan atau perbenihan tanaman atau hewan. Tabel 8. Menunjukkan bahwa sub variabel subsistem penyediaan sarana dan prasarana produksi gapoktan di Desa Ngamplang rata-rata skor 14,26, termasuk dalam kategori tinggi dan mempunyai nilai tertimbang 79,22 persen yang artinya pangadaan sarana dan prasarana produksi pada Gapoktan Flamboyan baru tercapai 79,22 persen. Pada umumnya dalam penyediaan bibit ubi jalar masih menggunakan bibit tanaman lokal yang berupa hasil stek yang diperoleh dari panen sebelumnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi jumlah pengeluaran, padahal petani sendiri tidak mengetahui bibit generasi yang keberapa yang mereka tanam, hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas ubi jalar itu sendiri, untuk memperoleh pupuk, pestisida dan sarana produksi yang lainnya diperoleh dari kios saprodi terdekat. Subsistem Usahatani Subsistem usahatani merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi usahatani untuk menghasilkan produk pertanian primer. Sub variabel subsistem usahatani yang dilaksankan oleh gapoktan di Desa Ngamplang rata-rata skor 20,73, termasuk ke dalam kategori sedang dan mempunyai nilai tertimbang 76,77 persen yang artinya pelaksanaan usahatani pada Gapoktan Flamboyan baru tercapai 76,77 persen. Sistem usahatani yang dilakukan oleh Gapoktan Flamboyan di Desa Ngamplang yaitu sebagai berikut : 1) Pengolahan lahan
Penyiapan lahan untuk menanam ubi jalar tanahnya diolah terlebih dahulu untuk mempermudah penanaman, setelah diolah tanah dibiarkan kering selama 1 minggu sambil melakukan pemupukan dasar, lalu membuat guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan. 2) Teknik penanaman Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari. Sistem tanam ubi jalar yang dilakukan oleh gapoktan di Desa Ngamplang yaitu sistem tumpang sari dengan tanaman jagung, jahe, singkong, dan bakau. Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan. Cara penanaman sistem tumpang sari pada prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan. Jarak tanam ubi jalar 25-30 cm, dengan panjang stek batang yaitu 20 – 25, untuk memudahkan dalam penanaman terlebih dahulu petani membuat lubang untuk batang kemudian ditutup oleh tanah. 3) Pemeliharaan tanaman (1) Penyulaman dilakukan 4 minggu setelah tanam, dengan tujuan untuk mengganti bibit tanaman yang mati dengan bibit yang baru, penyulaman biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari. (2) Penyiangan biasanya dilakukan bersamaan dengan penyulaman yaitu 4 minggu setelah tanam lalu diulang pada umur 8 minggu setelah tanam. Tujuan dari penyiangan yaitu untuk membersihkan gulma yang akan menggangu tanaman. (3) Pemupukan, bertujuan untuk menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Berdasarkan hasil penelitian pemupukan yang dilakukan oleh responden mayoritas belum sesuai dengan anjuran. Cara pemupukan yang dilakukannya juga dengan cara disebar atau ditugal tetapi tidak dibenamkan, hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap hasil produksi selain itu penggunaan pupuk yang tidak sesuai anjuran atau terlalu berlebihan tentunya akan menambah jumlah pengeluaran. (4) Pengairan dan penyiraman Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Namun petani ubi jalar di Desa
Ngamplang melalukan penyiraman disaat tanaman sudah mulai kelihatan kering dan mau mati, dan mereka hanya berharap adanya turun hujan tanpa harus melakukan penyiraman, hal tersebut juga dapat mempengaruhi jumlah produksi apabila tidak ada hujan maka akan lebih banyak lagi tanaman bibit ubi jalar yang mati. Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian Sub variabel subsistem hasil pertanian gapoktan di Desa Ngamplang rata-rata skor 6,60, termasuk ke dalam kategori rendah dan mempunyai nilai tertimbang 55,00 persen yang artinya pelaksanaan pengolahan hasil pertanian pada Gapoktan Flamboyan baru tercapai 55,00 persen. Ubi jalar pada umunya dipanen pada saat berumur 3 bulan dengan penundaan paling lambat sampai 4 bulan. Petani ubi jalar di Desa Ngamplang melakukan panen pada saat berumur 4 bulan bahkan ada yang panen saat umur 5-6 bulan. Penundaan masa panen yang terlalu lama akan terserang oleh hama boleng, penundaan waktu panen yang relatif lama juga tidak akan menambah jumlah produksi. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara memangkas batang ubi dengan sabit lalu digali sampai ubinya muncul kelihatan, setelah dipanen petani langsung menjualnya di tempat kepada pengumpul dan tidak ada penyimpanan terlebih dahulu. Petani ubi jalar di Desa Ngamplang belum melaksanankan proses pengolahan ubi jalar, padahal dengan adanya proses pengolahan ubi jalar akan memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Peluang untuk melakukan bisnis yang bergerak dalam agroindutri ubi jalar akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi dan akan menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Jiwa kewirausahaaan masyarakat Desa Ngamplang masih kurang, dilihat dari cara berfikir dan cara pandang mereka yang masih takut akan resiko yang tinggi, mereka lebih memilih bisnis yang sedikit menanggung resiko. Pada dasarnya sebagian masyarakat Desa Ngamplang sudah banyak yang mendirikan pabrik dodol tetapi jenis dodol yang mereka produksi tidak menggunakan bahan baku ubi jalar, alasan mereka adalah bahwa bahan baku dari ubi jalar tidak tahan lama.
Kondisi seperti itu disebabkan petani kurang mengikuti pelatihan-pelatihan
kewirausahaan ataupun teknik pengolahan hasil pertanian. Seharusnya petani mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kewirausahaan agar petani berani mencoba mengolah ubi yang dihasilkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah lebih baik.
Subsistem Pemasaran Merupakan semua kegiatan yang mempengaruhi proses penympaian produk dari produsen ke konsumen.
Sub variabel subsistem pemasaran gapoktan di Desa
Ngamplang rata-rata skor 10,26, termasuk ke dalam kategori tinggi dan mempunyai nilai tertimbang 85,50 persen yang artinya pelaksanaan pemasaran ubi jalar pada Gapoktan Flamboyan sudah tercapai 85,50 persen. Pembayaran dari penjualan ubi jalar biasanya dibayar lunas, namun kadang-kadang dibayar pada saat barang tersebut sudah laku terjual, untuk memasarkan hasil petani langsung menjualnya kepada pengumpul dan dijual sesuai dengan grading atau kadang-kadang juga dijual tanpa di grading, dan tentunya petani sudah mengetahui harga pasaran ubi jalar per kg. Subsistem Jasa dan Penunjang Subsistem jasa dan penunjang merupakan kegiatan jasa yag menyediakan jasa bagi agribisnis seperti koperasi, perbankan, litbang, penyuluh, trnsportasi dan lain – lain. Sub variabel subsistem jasa dan penunjang gapoktan di Desa Ngamplang rata-rata skor 10,40, termasuk ke dalam kategori sedang dan mempunyai nilai tertimbang 57,77 persen, yang artinya pelaksanaan jasa dan penunjang pada Gapoktan Flamboyan baru tercapai 57,77 persen. Gapoktan yang diteliti dari tiga binaan kelompok tani, hanya satu kelompok yang sudah memiliki koperasi kelompok, dan kelompok yang lainnya belum merasakan adanya keberadaan koperasi. Anggota kelompok belum bisa memanfaatkan lembaga keuangan seperti perbankan dengan baik sehingga mereka beranggapan bahwa keberadaan lembaga keuangan tersebut tidak dapat mereka rasakan.
Keberadaan
penyuluh tentunya sangat membantu gapoktan dalam melaksanakan kegiatan usahatani ubi jalar. Keberadaan pasar juga di daerah Desa Ngamplang kurang mendukung selain itu sama sekali belum ada agroindustri makanan yang mengolah ubi jalar menjadi produk olahan. Berdasarkan Tabel 8 secara keseluruhan pelaksanaan sistem agribisnis pada gapoktan di Desa Ngamplang rata-rata skor 62,25 dengan skor ideal 87, mempunyai nilai tertimbang 71,55 persen
sehingga masuk ke dalam kategori sedang.
Setiap
pelaksanaan sistem agribisnis responden belum mampu melaksanakan semua kegiatan dengan baik dan sesuai dengan anjuran, sehingga skor pencapaian yang diperoleh juga belum mencapai target ideal.
Hubungan Antara Dinamika Kelompok Pada Gabungan Kelompok Tani Dengan Pelaksanaan Sistem Agribisnis Ubi Jalar Di Desa Ngamplang Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dinamika kelompok pada Gabungan Kelompok Tani dengan pelaksanan sistem agribisnis ubi jalar. Hasil ini diuji pada taraf nyata 5 persen, hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (rs) sebesar 0,65 artinya hubungan antara dinamika kelompok pada gabungan kelompok tani dengan pelaksanan sistem agribisnis ubi jalar dapat dikategorikan kuat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian hipotesis bahwa nilai t rs hitungnya diperoleh sebesar 3,0836, sedangkan nilai t rs Tabel yang diperoleh yaitu 2,160 jadi niai t rs hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t rs Tabel maka tolak Ho. Dilihat dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara dinamika kelompok dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar. Berdasarkan data pada Tabel 7. Dapat diketahui bahwa indikator dinamika kelompok yang kurang dinamis perlu dilakukan pengembangan dan pembinan kelompok agar menjadi lebih dinamis lagi. Tujuan kelompok pada Gapoktan Flamboyan belum ada secara tertulis dan setiap anggota belum memahami dengan baik tujuan mereka bergabung dalam suatu kelompok, jadi langkah pertama yang harus dilakukan dalam pembentukan suatu kelompok yaitu dilihat dari tujuan kelompok agar tujuan tersebut bisa terlaksana sesuai yang diharapkan maka gapoktan harus menetapkn tujuan yang lebih spesifik lagi dan juga harus secara tertulis agar anggota gapoktan memhami tujuan kelompok dengan lebih jelas lagi. Arah pengembangan dan pembinaan yang perlu dilakukan selain tujuan kelompok yaitu struktur kelompok, yaitu pembagian tugas yang harus lebih jelas yakni memaksimalkan status dan peran di kelompok agar peran dari masing-masing anggota lebih bisa difungsikan, selain itu tempat sarana terjadinya interaksi antar anggota gapoktan juga sangat menunjang demi kedinamisan suatu kelompok maka gapoktan harus menetapkan atau membangun tempat pertemuan agar lebih efektif. Selain tujuan dan struktur kelompok yang perlu dilakukan pengembangan dan pembinaan yaitu fungsi tugas. Pengurus kelompok memiliki tugas dan fungsi masing-masing dan harus bekerja sesuai perannya masing-masing, dalam hal ini tentunya sangat berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia itu sendiri karena berpotensi pada pengembangan
kelompok yang lebih dinamis, maka sangat dibutuhkan pemimpin yang mampu membawa kelompok menjadi lebih dinamis. Seorang pemimpin yang berhasil yaitu dilihat dari mampu atau tidaknya mengatasi setiap permasalahan dengan bijak dan tidak ada pihak yang dirugikan, namun kenyataannya dilapangan dari 3 binaan kelompok tani yang diteliti hanya satu kelompok yang bisa menjalankan fungsi tugasnya dengan baik, sedangkan dua kelompok yang lainnya masih kurang, maka perlu dilakukan penggantian pemimpin dan pengurus yang lebih baik lagi dan berkompeten, yang mampu membawa kelompok menjadi lebih maju dan dinamis. Berdasarkan pada Tabel 8. Dari lima subsistem agribisnis yang termasuk dalam kategori tinggi hanya pengadaan sarana prasarana produksi dan pemasaran, dan sisanya perlu mendapat perhatian yang lebih serius lagi agar pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar berjalan dengan lebih baik lagi. Pelaksanaan subsistem usahatani ubi jalar belum berjalan dengan baik, karena mereka cenderung berusahatani dengan cara yang biasa mereka lakukan, sehingga perlu dilakukan penyuluhan yang lebih intensif lagi agar mereka melaksanakan kegiatan usahatani yang lebih baik lagi sehingga diharapkan bisa meningkatkan produktivitas ubi jalarnya. Subsistem pengolahan hasil pertanian memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan subsistem yang lainnya, sehingga masuk dalam kategori rendah hal tersebut karena petani ubi jalar di Desa Ngamplang belum ada yang melaksanakan pengolahan ubi jalar dalam bentuk olahan, dengan mengolah ubi jalar dalam bentuk olahan
akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi dan bisa menambah jumlah
penghasilan petani itu sendiri, namun karena kurangnya keberanian untuk menanggung resiko sehingga mereka lebih suka menjual ubi tersebut dalam bentuk mentah bukan olahan, maka dari itu perlu dilakukan pengenalan dan pelatihan tentang pengolahan agroindustri ubi jalar Keberhasilan dalam pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar tidak terlepas dari dukungan kelembagaan perekonomian desa, seperti bank rakyat dan koperasi yang dapat menyediakan bantuan dana, pasar tempat terjadinya transaksi hasil, serta kios-kios yang dapat menyediakan sarana produksi . Demikian juga dukungan dari lembagalembaga kemasyarakatan seperti adanya pendampingan tenaga ahli, maka kelembagaankelembagaan tersebut tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi,
sehingga tercipta sinergis untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan pelaksanaan subsistem agribisnis melalui pengembangan kelompok. Kemajuan pertanian sesungguhnya adalah manifestasi keserasian rangkaian kegiatan produktif yang berbasis sumber daya hayati, baik primer, sekunder, maupun tersier yang tergabung sebagai sistem agribisnis.
Sosok pertanian yang modern
merupakan sistem agribisnis yang berakar kuat di pedesaan yang merupakan landasan pengembangan wilayah. Setiap subsistem agribinis harus saling terkait dan tidak dapat berjalan masing-masing. Pelaksanaan agribisnis pada gapoktan di Desa Ngamplang seharusnya mampu membawa gapoktan menjadi lebih dinamis. Hal-hal yang dapat mendorong gapoktan menjadi lebih dinamis yaitu dengan adanya sosialisasi dan pembinaan kelompok yang lebih intensif. PENUTUP Kesimpulan 1) Gabungan kelompok tani di Desa Ngamplang secara umum dinamis dalam mencapai tujuan kelompok, mendukung struktur kelompok dengan fungsi tugasnya, mengikuti pembinaan kelompok dengan menjaga kekompakan, suasana kelompok, tekanan kelompok dan efektivitas kelompok dan secara kumulatif tingkatan dinamika kelompok tani di Desa Ngamplang yang diteliti tergolong tinggi. 2) Pelaksanaan sistem agribisnis pada gabungan kelompok tani di Desa Ngamplang masuk dalam klasifikasi sedang. 3)
Terdapat hubungan antara dinamika kelompok pada gabungan kelompok tani dengan pelaksanaan sistem agribisnis ubi jalar di Desa Ngamplang
Saran 1) Diperlukan adanya pembenahan kelompok khususnya dalam menetapkan tujuan dan struktur kelompok. 2) Responden yang diteliti mayoritas belum mengetahui penggunaan pupuk berimbang dan belum mampu melaksanakan pemeliharaan tanaman sesuai anjuran, hal tersebut sebaiknya diadakan penyuluhan dan pelatihan tentang budidaya tanaman yang lebih baik lagi. 3) Sebaiknya diadakan pelatihan-pelatihan tentang kewirausahaan agar petani berani mencoba mengolah ubi yang dihasilkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bungaran Saragih. 2001. Agribisnis. Jakarta : Pengembangan Sinar Tani.
Djoni. 2008. Hubungan Antara Individu Kelompok. Kasus Kelembagaan Kelompok Tani Terpadu di Jawa Barat. Pasca Sarjana. UNSIL
Emilia, O.,dkk. 2000. Panduan Pelaksanaan Latihan Dinamika Kelompok. Tim Pelaksana Inovasi Pendidikan FK UGM. Yogyakarta
Enung Nurte. 2010. Hubungan Antara Dinamika Kelompok Dengan Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya Salak Pontas. Pasca Sarjana. UNSIL. Tasikmalaya M. Sudrajat SW. 2000. Statistik Non Parametrik. Bandung : Armico. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta. Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian .