Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk]
PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI TEPUNG UBI JALAR PADA GABUNGAN KELOMPOK TANI DESA SUKOANYAR KECAMATAN PAKIS Modification of Sweet Potato Flour Production Facility Layout at Farmers Group United of Sukoanyar Village of Pakis District Shyntia Atica Putri*, Wike Agustin, Dhita Morita Ikasari, Rizky Luthfian, Rheysa Permata Sari *Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145 *Penulis Korespondensi: email:
[email protected]
ABSTRAK Ubi jalar merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan untuk menciptakan nilai tambah. Gapoktan Pakis adalah salah satu pihak yang mengolah ubi jalar menjadi tepung ubi jalar. Ketidakberlanjutan produksi (discontinue) diakibatkan karena tata letak produksi yang tidak baik, dimana peralatan dan fasilitas diletakkan tidak pada tempatnya. Aspek lain yang menyebabkan diskontinuitas produksi adalah area produksi tidak permanen karena merupakan rumah pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbaikan tata letak berdasarkan aliran material dan keterkaitan antar fasilitas. Metode yang digunakan adalah pembuatan Operation Process Chart (OPC), Flow Process Chart (FPC), Activity Relationship Chart (ARC), dan Activity Relationship Diagram (ARD). Hasil yang didapatkan adalah waktu produksi 265 menit dengan kapasitas produksi 10 kg menghasilkan 2.5 kg tepung ubi jalar. Tata letak fasilitas yang diusulkan mempunyai tipe product layout dan tipe aliran material straight line. Kata kunci: product layout, straight line, tepung ubi jalar ABSTRACT Sweet potato are one of agricultural commodity that can be used for processing product that have an added value. ‘Gapoktan Pakis’ are one of institution that carried out sweet potato processing. Discontinuity of production process are caused by poor layout where equipments and facility are put not in the place they should be placed. Other aspects that caused production discontinuity are impermanent production area since it is personal house. This research objective are to modify layout based on material flow and connection between facilities. The methods usedin the research are Operation Process Chart (OPC), Flow Process Chart (FPC), Activity Relationship Chart (ARC), and Activity Relationship Diagram (ARD). The results show that for production time of 265 minutes with production capacity of 10 kg produce 2.5 kg sweet potato flour. Facility layout that is suggested are product layout type and straight line material flow type. Keywords: product layout, straight line, sweet potato flour ternatif pengganti beras yang pantas diperhitungkan. Ubi jalar mempunyai produk turunan yang cukup bervariatif, diantaranya aneka olahan makanan yang cukup beragam atau untuk digunakan sebagai bahan baku olahan makanan yang lebih lanjut dengan dibuat menjadi tepung ubi jalar. Pakis, suatu daerah di Malang, dimana terdapat suatu industri skala rumah tangga yang berusaha mengolah komoditas ubi jalar tepung ubi jalar. Kondisi lapang menunjukkan bahwa skala produksi produk olahan ubi
PENDAHULUAN Ubi jalar merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi besar untuk diversifikasi pangan. Di jawa Timur sendiri, dengan luas panen 18596 Ha diperkirakan mampu menghasilkan 391807 ton pada tahun 2013 (BPS, 2012). Sedangkan di Kabupaten Malang, lahan yang tersedia untuk pengembangan potensi ubi jalar adalah sebesar 1231 Ha. Berdasarkan data tersebut, maka ubi jalar dapat dijadikan salah satu pangan al-
67
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk] masih sangat kecil dan tidak setiap hari melakukan proses produksi. Hal ini dikarenakan ruang produksi yang tidak permanen dan bercampur dengan garasi mobil dan tumpukan pupuk. Selain itu, peralatan diletakkan tidak sesuai dengan urutan proses maupun pengelompokan berdasarkan prosesnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan rumah pribadi sebagai area proses tanpa tata letak yang sesuai yang mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi serta sisi higenitasnya. Permasalahan yang muncul adalah tata letak yang masih belum tepat dan efisien. Penataan tata letak fasilitas sendiri adalah menentukan susunan tata letak yang baik dan optimal, yaitu menempatkan setiap fasilitas sehingga dihasilkan kelancaran pemindahan bahan dan meminimumkan biaya pemindahan bahan (Susetyo dkk., 2010; Faishol dkk., 2013; Nursandi dkk., 2013). Diharapkan dengan tata letak yang baik maka aliran material dapat berjalan lancar, sehingga proses produksi bisa berkelanjutan. Langkah yang akan dilakukan dalam penelitian adalah membuat Operation Process Chart, Flow Process Chart, Flow Diagram, from to chart, Activity Relationship Chart, Activity Relationship Diagram, dan membuat template tata letak usulan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan desain tata letak fasilitas untuk produksi tepung ubi jalar yang efektif dan efisien. Desain tata letak ini diperoleh dengan membandingkan antara tata letak awal dengan tata letak usulan.
2. Peralatan dan fasilitas berada dalam kondisi baik. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Flow Chart Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Selama ini ubi jalar hanya dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, sehingga nilai jual produk rendah. Dengan adanya potensi bahan baku ubi jalar yang melimpah, maka dibuatlah olahan ubi jalar dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jual, memperpanjang umur simpan, dan dapat dijadikan pangan alternatif. Tepung ubi jalar merupakan salah satu olahan ubi jalar yang bersifat bahan setengah jadi. Hal ini dikarenakan tepung mash bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan produk yang lain seperti roti, cookies, flakes, dll. Tepung ubi jalar berpotensi sebagai pengganti tepung terigu terutama karena banyaknya bahan baku di Indonesia. Tepung ubi jalar diharapkan pula dapat menjadi alternatif pengganti tepung terigu, sehingga impor terigu dapat dikurangi (Marwati, 2011). Tepung ubi jalar dibuat dari ubi jalar kuning yang dikeringkan menggunakan oven untuk mengurani kadar air dalam ba-
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pakis, Kecamatan Sukoanyar, Kabupaten Malang. Waktu penelitian adalah bulan JuniDesember 2013. Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dibatasi untuk proses produksi tepung ubi jalar, sehingga berorientasi pada aliran proses dan peralatan produksi yang digunakan dalam pembuatan tepung ubi jalar. 2. Tidak menghitung biaya penanganan bahan (material handling) 3. Tata letak yang diusulkan hanya diujicobakan. Untuk implementasi nyata diserahkan kembali kepada pemilik usaha/mitra. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Proses produksi berlangsung terus menerus (setiap hari melakukan produksi).
68
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk]
PETA PROSES OPERASI
Nama Objek Dipetakan Oleh Tanggal Pemetaan No. Peta
: Pembuatan Tepung Ubi Jalar : Kelompok Penelitian OPF Laboratorium Manajemen Agroindustri : 25 November 2013 :1
Ubi Jalar
Keterangan
Jumlah
OI-1
10'
OI-2
5'
O-1
180'
OI-3
30'
OI-4
Penggilingan Grinder
30'
OI-5
Pengayakan Ayakan 60 mesh
Waktu
1
5'
5
260'
Pengupasan Alat pengupas
10'
Pengirisan sawut
Perendaman Na bisulfit 0,3% ember
Pengeringan suhu 600C Cabinet dryer
1
Jumlah
7
265'
Tepung Ubi Jalar
Gambar 2. Operation Process Chart Pembuatan Tepung Ubi Jalar
69
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk] produksi tepung ubi jalar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses produksi tersebut 100% produktif. Simbol yang terdapat dalam FPC namun tidak ada dalam OPC adalah simbol panah yang mempunyai arti transportasi. Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Contoh pekerjaannya yaitu memindahkan bahan, memindahkan benda kerja dari satu mesin ke mesin lainnya, dan lain-lain. Transportasi yang dilakukan adalah memindahkan ubi jalar dari tempat pemanenan ke pengupas ubi dengan jarak 15 m. Jarak ini dapat diperpendek dengan memindah tempat pemanenan ubi yang sebelumnya berada di halaman, dapat dilakukan di dalam ruang produksi. FPC sendiri merupakan suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses berlangsung, serta di dalamnya memuat pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Berdasarkan OPC dan FPC yang dibuat, maka dapat disimpulkan bahwa proses produksi tepung ubi jalar dengan kapasitas produksi 10 kg membutuhkan waktu produksi selama 265 menit atau 4 jam 25 menit. Setelah tepung selesai diproses, kemudian dikemas dengan kemasan satuan 500 g dan siap dipasarkan. Dengan acuan proses produksi tersebut, maka layout ditata mengikuti kebutuhan fasilitas dan aliran material dari pembuatan tepung ubi jalar. Berdasarkan urutan proses produksi yang sudah dijelaskan dalam OPC dan FPC, dapat dibuat diagram aliran material pada layout awal (Gambar 4 dan 5). Terlihat bahwa dengan layout awal, aliran material tidak lancar, terjadi backtracking (arus mundur) dengan ditunjukkan oleh aliran dari mesin press ke cabinet dryer, kemudian ke grinder. Seharusnya, peletakan fasilitas tersebut harus sesuai dengan urutan aliran material, karena tipe layout yang sesuai adalah product layout. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah kontaminasi yang disebabkan oleh pengupas ubi, dimana outputnya adalah ubi yang basah (dicuci dengan air). Letaknya yang bersebelahan dengan grinder dapat mengkontaminasi output yang dihasilkan grinder yaitu tepung ubi jalar. Oleh karena itu, kedua fasilitas ini harus dijauhkan.
han. Tahapan produksi yang dilakukan adalah mengupas ubi, mengirisnya menjadi sawut, merendam dalam larutan Na bisulfit, mengeringkan ubi menggunakan pengering (oven), menggiling ubi kering untuk dijadikan tepung, kemudian mengayaknya agar diperoleh ukuran tepung yang homogen. Adapun Operation Process Chart dan Flow Process Chart pembuatan tepung ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Operation Process Chart merupakan suatu diagram atau suatu peta yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut. Simbol yang dipakai adalah bulat yang mempunyai arti operasi. Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Simbol kedua adalah bulat dan kotak yang mempunyai arti yaitu aktivitas gabungan antara operasi dan inspeksi yang dilakukan secara bersamaan. Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Simbol ketiga yang digunakan adalah segitiga yang mempunyai arti penyimpanan. Proses menyimpan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Contoh pekerjaannya yaitu bahan baku disimpan dalam gudang, barang jadi disimpan di gudang, dan sebagainya. Dalam OPC ini, terdapat 1 aktivitas penyimpanan yaitu setelah tepung ubi jalar selesai diproduksi. Lama waktu penyimpanan tidak terhitung karena tidak termasuk dalam waktu produksi. Penyimpanan berbeda dengan delay yang dilambangkan dengan setengah lingkaran pada FPC (Gambar 3). Delay sendiri tidak ada dalam OPC karena OPC hanya memetakan proses produksi saja tanpa memperhitungkan adanya delay. Menunggu atau delay adalah benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu. Contoh pekerjaannya yaitu benda kerja menunggu untuk diproses, bahan menunggu untuk diangkut, dan sebagainya. Berdasarkan FPC, tidak terdapat delay dalam proses
70
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk] hasilkan aliran material terbaik tanpa adanya backtracking. Kelancaran tersebut berefek pada efisiensi waktu produksi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan produktivitas produksi tepung ubi jalar. Selama ini fasilitas yang ada tidak difungsikan sebagaimana mestinya dan diletakkan tidak pada tempatnya. Untuk menata fasilitas-fasilitas tersebut diperlukan analisis menggunakan from to chart, ARC, dan ARD untuk menghasilkan layout usulan. From-to chart digunakan untuk mengetahui jarak perpindahan dari stasiun kerja satu ke stasiun kerja lainnya. Fungsi lainnya adalah untuk menghitung biaya material handling. Namun dalam penelitian ini difokuskan ke aliran material. Analisa aliran material dengan aplikasi dalam bentuk Peta Aliran Operasi (flow process chart) atau Peta Dari-Ke (from-to chart) cenderung untuk mencari hubungan aktivitas pemindahan material secara kualitatif. Secara umum analisa aliran material dengan menggunakan from-to chart akan sangat baik diaplikasikan pada perancangan layout berdasarkan aliran proses (process layout) (Wignyosoebroto, 2003a). Untuk product layout, dalam hal ini lebih tepat menggunakan flow process chart, karena penyusunan fasilitas sudah disesuaikan dengan aliran material. Gambar 6 menjelaskan jarak perpindahan (dalam satuan meter) antar stasiun pada proses produksi tepung ubi jalar. Angka di atas diagonal menunjukkan perpindahan secara forward tracking (arus maju), sedangkan jika terdapat angka di bawah diagonal berarti perpindahan tersebut merupakan back tracking (arus mundur). Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa aliran material sudah lancar karena tidak adanya back tracking selama proses produksi. Total jarak perpindahan seluruh stasiun kerja adalah 7 m, sehingga dengan panjang ruang produksi 15 m, dimungkinkan penataan fasilitas produksi dengan tipe straight line. Menurut Apple (1997), pola garis lurus dipakai jika proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana, jarak perpindahan pendek, terdiri dari beberapa komponen atau peralatan produksi sedikit. Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah meneliti keterkaitan antar fasilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterkaitan fasilitas adalah persyaratan khusus kegiatan tertentu atau departemen. Adakah departemen atau stasiun kerja yang
Berdasarkan urutan proses produksi tepung ubi jalar, dapat diidentifikasi bahwa pembuatan tepung ubi jalar memerlukan beberapa fasilitas untuk mendukung proses produksi. Fasilitas tersebut kemudian ditata dan diletakkan berdasarkan urutan proses, dengan aliran material menyesuaikan area produksi yang tersedia. Area yang tersedia untuk produksi tepung ubi jalar adalah ruangan dengan ukuran 15x6 m. Adapun fasilitas yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Pengupas ubi Ubi yang diangkut dari tempat panen ke tempat produksi dapat dikupas menggunakan pengupas ubi. Dimensi pengupas ubi yang tersedia mempunyai panjang 55 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 1.3 m. 2. Alat pencuci ubi Pencucian ubi menggunakan air menggunakan alat pencuci ubi dengan dimensi panjang 70 cm, lebar 60 cm dan tinggi 70 cm. 3. Mesin sawut Sawut yang dihasilkan berupa irisanirisan ubi jalar dengan lebar 0.2–0.4 cm, panjang 1–3 cm, dan tebal 0.1–0.4 cm. Mesin sawut yang sudah tersedia mempunyai dimensi panjang 65 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 1 m. 4. Mesin press Mesin press berfungsi untuk menghilangkan air dan larutan Na bisulfit. Dengan pengepresan diharapkan dapat mempercepat waktu pengeringan sawut ubi jalar. Dimensi mesin press yang dimiliki berukuran panjang 50 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 1.3 m. 5. Oven/ mesin pengering/cabiner dryer Sawut ubi jalar yang sudah dipres memerlukan waktu pengeringan (penjemuran) selama 10–16 jam, sedangkan sawut tanpa pres harus dijemur selam 30 – 40 jam (Marwati, 2011). Dimensi cabinet dryer mempunyai panjang 80 cm, lebar 75 cm, dan tinggi 1.5 m. 6. Grinder Penggilingan sawut kering menjadi tepung ubi jalar dapat menggunakan grinder. Grinder yang tersedia mempunyai dimensi panjang 85 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 1.3 m. 7. Mesin pengayak 8. Alat pengemas Seluruh fasilitas produksi yang diperlukan untuk memproduksi tepung ubi jalar harus diatur sedemikian rupa agar meng-
71
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk]
PETA ALIRAN PROSES Sekarang Jumlah
Usulan
Waktu
Jumlah
Beda
Waktu
7
275'
5
260'
1
20'
Jumlah
Pekerjaan: Pembuatan Tepung Ubi Jalar
Waktu
D
No. Peta: 01 Orang
Bahan
V
Sekarang
Usulan
V
Dipetakan oleh: Kelompok Penelitian OPF Lab. Manajemen Agroindustri 1 295' Lambang
Uraian Kegiatan
D
1. Pengangkutan ubi jalar dari tempat pemanenan ke tempat produksi
15
Waktu (menit)
9
Jumlah
Total
Tanggal Pemetaan: 25 November 2013
Jarak (m)
Kegiatan
Keterangan
20'
2. Pengupasan ubi jalar
10 kg
10'
3. Pengirisan ubi menggunakan slicer
8 kg
10'
4. Perendaman menggunakan Na bisulfit 0,3%
5'
5. Pengeringan menggunakan oven suhu 600C
180' 2,5 kg
6. Penggilingan menggunakan Grinder
Proses pengurangan kadar air dengan rendemen 31,25%
30'
7. Pengayakan menggunakan ayakan ukuran 60 mesh
30'
8. Pengemasan tepung ubi jalar ke dalam plastik
10'
Setiap kemasan mempunyai netto 500 g
9. Penyimpanan tepung
Gambar 3. Flow Process Chart Pembuatan Tepung Ubi Jalar
72
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk]
Mesin press Dapur grinder
Mesin sawut
Pengupas Pencuci ubi ubi Cabinet dryer
Pupuk
Area rumah
Halaman
Gambar 4. Tata Letak Awal
Gambar 5. Diagram Aliran Tata Letak Awal
73
Pupuk
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk]
Gambar 6. From-to Chart Proses Pengolahan Tepung Ubi Jalar Tabel 1. Sandi Alasan Keterkaitan Antar Departemen Sandi
Keterangan
1
Menggunakan catatan yang sama
2
Menggunakan personil yang sama
3
Memakai ruang yang sama
4
Derajat hubungan pribadi
5
Derajat hubungan kertas kerja
6
Urutan aliran kerja
7
Melaksanakan pekerjaan yang sama
8
Menggunakan peralatan yang sama
9 Kemungkinan bau tidak sedap, gangguan suara, dll (Sumber: Wignjosoebroto, 2003b) membutuhkan kebutuhan khusus sehingga harus berkaitan dengan fasilitas yang lain. Misalkan pencuci ubi membutuhkan air untuk kegiatannya sehingga harus didekatkan dengan sumber air. Faktor yang kedua adalah kemungkinan perluasan. Jika suatu saat kapasitas produksi meningkat, apakah membutuhkan tambahan sejumlah fasilitas atau tidak. Faktor berikutnya yang mempengaruhi keterkaitan adalah sifat atau karakteristik dari fasilitas, proses apa yang dilakukan dan produk apa yang ditangani. Sebagai contoh, proses pencucian ubi dengan pengeringan dan juga pengayakan. Dikarenakan karakteristik output yang sangat berbeda, yaitu ubi bersih setelah dicuci dan ubi kering yang tidak boleh terkena air, maka kegiatan-kegiatan tersebut harus ber-
jauhan agar tidak saling mengkontaminasi output. Activity Relationship Chart untuk proses produksi tepung ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 7. Simbol-simbol warna dalam ARC adalah: A = merah-mutlak perlu E = jingga-sangat penting I = hijau-penting O = biru-kedekatan biasa U = tak berwarna-tidak perlu X = coklat-tak diharapkan Berdasarkan ARD yang telah dibuat (Gambar 8), maka dapat disusun tata letak proses produksi tepung ubi jalar yang disesuaikan dengan luasan area yang tersedia dan dimensi fasilitas yang digunakan.
74
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk]
Alat pengupas A 6
Pencuci ubi
U
A 6
Mesin sawut
U U
U A 6
Mesin press
O 2
A 6
Cabinet dryer
X 9
U X 9
U U
U
A 6
Grinder
U
X 9
U
U
U U
U
A 6
U
U U
Ayakan
A 6
Sealer
Gambar 7. Activity Relationship Chart
A-2 1. Pengupas Ubi
A-1,3 X-6,7 2. Pencuci Ubi
A-2,4 O-6 3. Mesin Sawut
A-4,6 O-3 5. Cabinet dryer
A-3,5 4. Mesin Press
A-5,7 X-2 6. Grinder
A-6,8 X-2 7. Ayakan
A-7 8. Sealer
Gambar 8. Activity Relationship Diagram
15000,00
Pencuci Ubi
Mesin Sawut
Mesin Press
Cabinet Dryer
Grinder
Ayakan
Sealer
6000,00
Pengupas Ubi
Gambar 9. Layout usulan
75
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 15 No. 1 [April 2014] 67-76 Perbaikan Tata Letak Proses Produksi [Putri dkk] Desain tata letak dapat berupa sketsa yang mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan manusia. Desain tata letak (layout design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja ataupun pada alat dan mesin yang bergerak di dalam ruangan (Murdick, 2000; Shivhare, et al., 2014)). Perbandingan antara layout usulan dari penelitian ini dengan layout awal dinilai dari efisiensi produksi, aliran material, dan keterkaitan kegiatan. Lokasi yang diusulkan untuk proses produksi berbeda dengan lokasi awal. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada lokasi awal, fasilitas dan peralatan diletakkan berdekatan dengan mobil di garasi. Kondisi tersebut belum layak untuk melakukan produksi ubi jalar. Tempat produksi yang diusulkan mempunyai panjang 15 m dan lebar 6 m. Namun kendala yang ada adalah luasan tersebut dibatasi oleh cor pondasi setinggi 30 cm. Sehingga, untuk merealisasikan tata letak sesuai usulan penelitian, perlu dilakukan penambahan tinggi lantai setinggi 30 (sesuai tinggi pondasi).
DAFTAR PUSTAKA Apple, JM, 1997, Plan Lay Out and Material Handling, 3rd edition, John Wiley & Sons, Inc, New York. BPS. 2012. Tanaman pangan. Dilihat pada 10 Desember 2013. http://www.bps. go.id/tnmn_pgn.php Faishol, M, Hastuti, S, dan Ulya, M. 2013. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Pabrik Tahu Srikandi Junok Bangkalan. Agrointek 7(2): 57-65 Marwati. 2011. Pembuatan Tepung Ubi Jalar. Dilihat pada 10 Desember 2013. http:// epetani.deptan.go.id/budidaya/pembuatan-tepung-ubi-jalar-1881 Murdick, GR, Ross, E and Russel RS. 2000. Service Operation Management. Allyn and Bacon. Boston. Nursandi, Mustofa, FH, Rispianda. 2013. Rancangan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Metode Blocplan (Studi Kasus PT. Kramatraya Sejahtera. Reka Integra-Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. 3(1):87-97. Shivhare, M dan Bansal, S. 2014. Layout Optimization in Flexible Manufacturing System using Particle Swarm Optimization in Matlab. International Journal of Software Engineering and Its Application 8(7): 55-64 Susetyo, J, Simanjuntak, RS, Ramos, JM. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal Teknologi 3(1): 75-84. Wignjosoebroto, S. 2003a. Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu. Penerbit Guna Widya. Surabaya. Wignjosoebroto, S. 2003b. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa tipe layout yang diusulkan untuk meningkatkan performansi produksi adalah product layout dengan tipe aliran material straight line karena tipe tersebut yang sesuai untuk proses produksi tepung ubi jalar. Metode perbaikan dengan menggunakan Operation Process Chart (OPC), Flow Process Chart (FPC), Activity Relationship Chart (ARC), dan Activity Relationship Diagram (ARD) mendapatkan hasil yakni waktu produksi 265 menit dengan kapasitas produksi 10 kg menghasilkan 2.5 kg tepung ubi jalar.
76