15 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan
Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu, Cabang Sulteng *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya Yustikasari *Alamat: PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email:
[email protected]; Website: www.pbpapdi.org
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN MEDIA
Horas, elamat jumpa para sejawat Internis dalam Halo Internis edisi terakhir KOPAPDI XV Medan. Selain telah dilaksanakannya untaian acara ilmiah dan simposium, kongres juga telah melaksanakan sidang komisi dan pleno yang merupakan puncak acara kongres dengan beberapa keputusan. Hasil sidang organisasi menetapkan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 2012-2015, Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD) periode 2012-2015, kota Bandung sebagai tuan rumah KOPAPDI XVI, dan kota Yogyakarta sebagai tempat Konferensi Kerja 2014. Ke depan, PAPDI masih menghadapi banyak tantangan menjelang AFTA dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), serta adanya fragmentasi penyakit dalam. Oleh karena itu, perlu kebersamaan agar terus maju dan berkembang. Sampai Jumpa di KOPAPDI XVI Bandung
S
OM INTERNIZ
Redaksi Menerima Masukan, Saran hubungi Amril 08158358554, 081287068835
2
15 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Indonesia Minim Dokter Internis
Aman Nasution. Menurutnya, sejatinya pasien harus lebih dulu diperiksa internis umum. Setelah itu, internis umum merujuknya ke internis spesialis. ”Spesialis menerima rujukan dari internis umum,” paparnya. Dr Sally dan Dr Aru sepakat harus ada solusi mengatasi kekurangan internis di
Indonesia masih kekurangan dokter internis atau spesialis penyakit dalam. Jumlah anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) sekitar 2.556, padahal kebutuhannya mencapai lebih dari 20.000 orang.
M
asih dalam rangkaian KOPAPDI XV Medan, dilaksanakan gathering bersama PPDS dengan pembicara DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, KKV, FINASIM. Dalam kesempatan tersebut, hadir tamu istimewa yaitu Secretary General International Society of Internal Medicine (ISIM), Hans P. Kohler, MD, FACP yang juga berbicara mengenai internis dunia di hadapan para PPDS tersebut. Dokter Aru mengatakan di negaranegara maju praktik subspesialis lebih diminati dokter, dibanding internis umum atau spesialis penyakit dalam. Di Inggris, bahkan sudah tidak ada praktik internis umum. Sistem pendidikan kedokteran di Inggris sudah memisahkan ilmu kedokteran berdasarkan organ tubuh. ”Sedangkan di Filipina, sudah ada 7 ribu internis umum, separuhnya sudah konsultan atau memiliki keahlian sub spesialis. Hampir di semua negara maju dan beberapa negara berkembang, pertambahan internis umum lebih rendah dibanding konsultan,” katanya. Di Indonesia, perbandingan jumlah dokter internis umum dengan konsultan
Sekjen ISIM bersama Dr Aru dan Dr Sally di hadapan PPDS.
masih signifikan, yakni 70% internis umum dan 30% konsultan. Berbeda dengan negara maju, menjadi konsultan di Indonesia lebih dikarenakan kewajiban akademik di pusat pendidikan kedokteran. Namun belakangan ini, mulai ada kebutuhan konsultan dalam pelayanan kesehatan tertentu di rumah sakit. ”Ini yang menyebabkan anggota PAPDI tetap berpraktik internis umum. Mengingat Indonesia berpenduduk terbesar keempat di dunia yakni 237,5 juta jiwa, angka perkapita rendah serta belum memiliki pembiayaan kesehatan berbasis asuransi nasional,” paparnya. Kondisi itu menyebabkan Indonesia masih memerlukan subspesialis sebagai staf pengajar karena jumlah internis masih belum mencukupi. Terlebih, distribusi internis masih terkonsentrasi di kota besar. ”Subspesialis memang dibutuhkan, namun mesti diatur agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat,” tutur Dr Aru. Hal senada disampaikan Dr Sally
tanah air. Caranya antara lain dengan menambah pusat pendidikan program internis dan memperpendek masa study. ”Bisa saja yang selama ini masa study 4,5 tahun menjadi 3,5 tahun,” ujar Dr Sally Aman. Pembicara lainnya, Secretary General of International Society of Internal Medicine (ISIM) Prof. Hans P. Kohler, MD, FACP, juga memaparkan, bahwa dunia kekurangan internis umum. General internis masih kurang di layanan primer bahkan di rumah sakit. “Masalah lain adalah fragmentasi pelayanan pasien, dengan subspesialisasi yang semakin bertambah,” ujar Kohler. Padahal, saat ini penyakit multikomorbiditas semakin bertambah dan sistem pelayanan kesehatan yang terfragmentasi tidak cocok untuk pasien multikomorbid. Internis umum memainkan peranan penting di pelayanan kesehatan sebagai titik awal konsultasi untuk pasien. Dan terkait masalah cost-effective, internis umum merupakan sebuah jawaban. “Inilah yang kita butuhkan.” (HI)
15 Desember 2012
3
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Riuh Rendah Sidang Pleno KOPAPDI XV
B
allroom 1 Hotel Aryaduta, Medan, seketika gempita pada Rabu malam, 13 Desember 2012, ketika sidang pleno Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Dokter Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV digelar. Setelah melewati sidang komisi seharian, para peserta sidang seperti diajak memasuki laga puncak pembahasan berbagai keputusan strategis organisasi, mulai kebijakan-kebijakan dan rekomendasi-rekomendasi yang diambil, pemilihan tuan rumah perhelatan KOPAPDI XVI dan tuan rumah KONAS XIII, hingga pemilihan ketua umum baru PB PAPDI sekaligus ketua kolegium. Ada ketegangan, ada kelucuan, bahkan hiruk pikuk dan beragam suasana mewarnai situasi sidang. Seperti ketika sidang pembahasan hasil sidang semua komisi misalnya. Suasana serius dan tegang, kental mewarnai. Maklumlah ini adalah momen penting organisasi dimana kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan strategis organisasi diputuskan. Meski demi-
4
15 Desember 2012
kian, celetukan-celetukan lucu tetap sempat keluar dari anggota sidang dan menjadi penyegar suasana. Ketegangan mulai mengendur ketika mulai memasuki sesi presentasi kandidat-kandidat tuan rumah penyelenggaraan KONAS XIII dan KOPAPDI XVI. Bisa dibilang bahkan ini adalah sesi paling ”intertainment” di banding sesi-sesi yang lain. Setiap wakil mempresentasikan kelebihan-kelebihan ”Rumah” mereka dengan gaya dan karakter masing-masing. Ada yang menampilkan presentasi melalui video atraktif, seperti yang dilakukan oleh perwakilan PAPDI Cabang Bogor. Ada yang kalem. Sebaliknya, beberapa bahkan cukup ”provokatif” dalam menawarkan serangkaian kelebihan daerahnya, mulai dari penawaran hotel terbaik, tempat wisata terbaik, akses transportasi termudah, pun penawaran diskon pada tempat wisata dan belanja. Ada pula yang membagi-bagi gimmick merchandise karakter daerah atau dalam bentuk kalender. Beberapa kandidat bahkan ada yang sejak hari pertama kongres
sudah gencar berkampanye. Seperti Bandung dan Makassar misalnya, demi agar kotanya terpilih, mereka membuat booklet menarik dan informatif yang disebar ke peserta kongres. Meskipun pada akhirnya Makassar mesti berlapang dada menerima ”kekalahan” karena ”rival” kuatnya Bandung akhirnya yang terpilih sebagai tuan rumah KOPAPDI XVI. Di luar dugaan, PAPDI Cabang Yogyakarta, meski dengan presentasinya yang kalem, ternyata berhasil ”mencuri hati” peserta sehingga memilihnya sebagai tuan rumah KONKER XIII. Sesi kemudian dilanjutkan ke pemilihan ketua umum PB PAPDI dan ketua kolegium Ilmu Penyakit Dalam Periode 2012-2015. Tak disangka proses yang dilalui begitu cepat karena peserta secara aklamasi langsung memilih Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC sebagai ketua umum PB PAPDI, dan DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, Kger sebagai ketua kolegium. Horas PAPDI! (HI)
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Galeri Sidang Pleno
15 Desember 2012
5
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
KETUA UMUM PB PAPDI 2012-2015 Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC
Pengurus PAPDI pada Dasarnya Melayani Masyarakat dan Anggota PAPDI
M
alam beranjak semakin larut. Pada Kamis (13/12) kemarin, ketika suasana kota Medan semakin hening, ruang meeting di hotel Aryaduta justru terasa semakin ‘panas’. Perdebatan masih berlangsung di sidang pleno PB PAPDI membicarakan berbagai hal mengenai organisasi ahli penyakit dalam ini. Padahal, sejak pagi hingga siang para pengurus telah menguras tenaga dan pikiran pada sidang komisi. Namun, kerja keras tersebut tidak siasia. Kongres Nasional PAPDI telah menghasilkan beberapa hal penting di sidang komisi dan pleno. Dan yang terpenting lagi, Kongres telah memilih ketua baru. Sekitar pukul 3 dini hari pada Jumat (14/12), Kongres Nasional PAPDI secara
6
15 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS resmi mengangkat Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 2012-2015 menggantikan DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP yang telah habis masa jabatannya usai menjadi Ketua Umum PB PAPDI selama dua periode. Pagi hari menjelang siang, Halo Internis berkesempatan untuk berbincang sejenak dengan Prof. Idrus, usai pria yang tengah menjabat sebagai Ketua PAPDI JAYA ini mengikuti sesi simposium. Di tengah keriuhan suasana pameran, pria kelahiran Palembang, tanggal 22 Maret 1962, menjawab pertanyaan dengan tenang dan tutur kata teratur. Berikut petikan pembicaraan tersebut. Selamat Prof, atas terpilihnya Prof sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode selanjutnya. Terima kasih. Ini lebih merupakan kepercayaan untuk menjalankan tugas yang berat dan kompleks PAPDI. Apa program kerja periode kepengurusan baru ini sekaligus tantangannya? Ada beberapa isu di PAPDI, baik di lingkup internal dan eksternal. Isu internal adalah fragmentasi di bidang penyakit dalam dengan berbagai sub spesialisasi. Kami tentu saja ke depan tetap berkomitmen untuk mempertahankan keutuhan penyakit dalam. Isu lain dalam skala nasional adalah mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Kemudian mengenai dokter asing tentunya kita harus sikapi dengan hati-hati jangan sampai nanti hal ini justru dapat mengganggu tatanan yang sudah ada. Tentu saja kita harus melakukan kajian terhadap isu-isu tadi dan menyiapkan tim ad hoc untuk menghadapi berbagai hal baik untuk SJSN atau menyongsong AFTA 2015. Program-program ke depan yang akan dilakukan, pertama adalah konsolidasi anggota, melanjutkan apa yang telah dirintis ketua PB PAPDI sebelumya, Dr. Aru Sudoyo. Selanjutnya adalah peningkatan kompetensi para internis, melalui Continuing Professional Development (CPD) atau
kegiatan peningkatan keilmuan, karena memang merupakan tanggung jawab kita untuk meningkatkan kompetensi. Nantinya, internis dari daerah atau tempat terpencil akan mendapatkan prioritas untuk mengikuti kegiatan simposium. Hal lain lagi adalah meningkatkan kerja sama termasuk lintas profesi, dengan IDI atau kelembagaan terkait dan kerjasama ini akan terus kita bina. Kerja sama dalam lingkup regional, kita telah menjajakinya dalam Asean Federation of Internal Medicine (AFIM) dan Mei tahun depan kami diundang oleh Philippine College of Physicians (PCP) dalam pertemuan untuk membuat kerjasama dengan negara-negara ASEAN. Kemudian dijalin juga kerjasama pada tingkat internasional dengan International Society of Internal Medicine (ISIM) dan American College of Physicians (ACP). Bahkan kami telah menjajagi untuk membuat ACP chapter di Asia Tenggara, karena model yang ada di Amerika itu hampir sama dengan kita. Benchmark kita antara lain American Board of Internal Medicine (ABIM), jadi baik sekali jika kita bekerja sama dengan ACP. Yang tidak boleh dilupakan, keberadaan PAPDI seyogyanya dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat harus mengenal peran PAPDI melalui CSR, public relation PAPDI, yang juga bekerja sama dengan media cetak maupun elektronik. Tidak kalah penting, PAPDI harus dirasakan manfaatnya oleh seluruh anggota, terutama untuk anggota yang bertugas di daerah terpencil. PAPDI akan memperhatikan mereka, baik itu dalam perspektif keilmuan maupun hal lain. Upaya PAPDI lain untuk anggota di antaranya jika terjadi kasus yang berlanjut ke ranah hukum, kami turut memikirkan adanya advokasi. Pada dasarnya, dapat saya katakan, pengurus PAPDI adalah pelayan karena kami memberikan pelayanan kepada masyarakat dan anggota. Apa tantangan terberat dan bagaimana langkah PAPDI untuk melaksanakan berbagai program tersebut? Tentu saja banyak masalah yang dihadapi PAPDI. Kami akan bersinergi dalam menjalankan kepengurusan ini. Berbagai kegiatan akan kami siapkan dalam waktu dekat. Kami akan membuat time
table bahkan untuk satu tahun ke depan. Terdapat lebih dari 2.500 anggota PAPDI yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekali lagi ini pekerjaan yang cukup berat, tapi saya percaya dengan bantuan dari pengurus cabang, mudahmudahan tugas ini menjadi lebih ringan. Bagaimana dengan program roadshow ke daerah-daerah? Roadshow akan tetap kami jalani, karena ini merupakan bagian dari konsolidasi internal. Tujuan utamanya adalah kami memberikan pembekalan CPD, tapi pada saat yang bersamaa kita melakukan konsolidasi secara organisasi. Kita berbincang untuk melihat masalah dan kebutuhan daerah serta hal-hal yang akan kami bantu. Bagaimana tentang hubungan PAPDI dengan organisasi profesi lain, terkait hal-hal yang masih belum selaras? Pada prinsipnya, PB PAPDI itu terbuka, artinya kalau memang ada masalah bersama, juga harus dilakukan evaluasi bersama. Jadi mari kita duduk, dan kita lihat ada persamaan. Filosofinya adalah kita saling menghargai sesuai dengan kompetensi masing-masing. Jadi tidak ada suatu organisasi profesi yang menafikan kemampuan organisasi lain sesuai dengan kompetensi yang telah dicapai. Kalau memang telah mencapai level of competen tertentu yang harus dimiliki, maka harus dianggap mampu untuk menangani kasus-kasus penyakit. Sekali lagi, dasarnya adalah kompetensi. Menjadi Ketua Umum PB PAPDI, berarti harus menyisihkan waktu untuk organisasi. Sudah siap dengan hal ini, Prof? Sebenarnya sebelum menjadi Ketua PB PAPDI, saya juga (menjadi Ketua-red) di PAPDI JAYA. Itu juga sudah menyita waktu. Kalau di PB, ruang lingkupnya mengenai kebijakan sedangkan cabang lebih banyak masalah-masalah yang sifatnya teknis. Tapi, (menjadi Ketua Cabang) juga cukup repot. Pada dasarnya, yang terpenting adalah menyusun tim kerja yang solid. Dengan kerjasama saya yakin semua tugas akan menjadi lebih ringan. (HI)
15 Desember 2012
7
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, M.Epid Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD) 2012-2015
Mengawal Pendidikan Penyakit Dalam
S
ebuah tugas berat diberikan kepada DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, KGer, M.Epid. Dalam puncak sidang pleno Kongres Nasional Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia di Medan Jumat (14/12), yang berakhir dini hari, sidang sepakat mengangkat dokter kelahiran Bandung, 15 Oktober 1961 sebagai Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD) periode 2012-2015. ”Ini merupakan amanah meski saya katakan ini beban pekerjaan yang berat, yang bahkan barangkali tidak diminati banyak orang,” ujar Dr. Ati ketika diberikan ucapan selamat oleh Halo Internis. ”Tapi, demi kualitas pendidikan spesialis dan
8
15 Desember 2012
subspesialis penyakit dalam, harus ada yang bersedia untuk mengawal pendidikan.” Tugas kolegium memang tidak mainmain. Seperti yang dikatakan ahli geriatri ini, kolegium memiliki peran dalam mengawal dan menjaga mutu lulusan dokter spesialis dan sub spesialis penyakit dalam. Jika dijabarkan sebagai hal teknis, maka kolegium harus membuat standar kompetensi, memantau dan memonitor pelaksanaannya, untuk selanjutnya melakukan evaluasi atas hasil yang dicapai. ”Tentunya kolegium tidak bekerja sendiri, melainkan bekerja sama dengan program studi, karena program studi yang
mendidik peserta pendidikan. Kolegium menyusun kurikulum dan memastikan dijalankan dengan baik oleh program studi. Jadi perlu ada sinergi antara kolegium dan program studi,” ujar Dr. Ati. Ia mengatakan, evaluasi terhadap akreditasi, beberapa menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Untuk itu, harus dilakukan berbagai pembenahan terutama dalam hal manajemen pendidikan. ”Meski tidak mudah, ada beberapa hal yang harus dilakukan,” ujar dokter yang mengambil pendidikan geriatri di Australia ini. Pertama, melakukan revisi terhadap standar kompetensi yang telah dibuat baik untuk spesialis maupun sub spesialis. Kedua, membantu program studi dalam memperbaiki manajemen pendidikan agar mutu lulusan dapat dijaga. Bentuk yang dilakukan dapat berupa course dan pemantauan ke lapangan apakah saransaran kolegium saat akreditasi telah dijalankan oleh program studi tersebut. Hal lain yang akan dilakukan kolegium bersama PAPDI adalah menyelesaikan permasalahan di tingkat yang lebih makro terkait sub spesialisasi dengan advokasi ke berbagai pihak baik internal maupun eksternal. ”Saya percaya bahwa tidak ada masalah yang tidak selesai, asalkan ada niat baik. Ini memang harus kita perjuangkan, baik internal, eksternal, ke atas, dan ke bawah,” ujarnya optimis. ”Tujuan dokter adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendidikan yang baik. Jadi, mari berlomba memperbaiki pendidikan kita. Harapannya adalah kualitas pendidikan yang baik.” Ia mengatakan, hal yang dihadapi sangat serius. ”Ini tantangan besar. Tapi jika dilakukan bersama-sama, saya yakin pasti bisa,” ujarnya. Komitmen, sangat dibutuhkan untuk menjalankan tugas. ”Kalau tidak ada komitmen maka sulit untuk berjalan dengan baik,” ujarnya. Selain komitmen, yang diperlukan adalah visi yang dilaksanakan secara disiplin, passion, dan conscience. Selamat menjalankan tugas, Dokter Ati. (HI)
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Galla Dinner KOPAPDI XV Medan
15 Desember 2012
9
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Kata Mereka
Tentang KOPAPDI XV Medan Dr. Eko Sudarmo Dahad Prihanto, SpPD, FINASIM - Maluku Utara Secara keseluruhan acaranya baik dan lancar. Cuma shuttle busnya kurang banyak dan kurang informatif, sehingga cukup menyulitkan moving antar hotel. Harapan saya, KOPAPDI berikut dapat bisa ditampung dalam satu venue. Dr. Nur Albar, SpPD, FINASIM Gorontalo Dalam sidang-sidang komisi, yang kebetulan saya di komisi 1, sidang sangat dinamis dan seru. Banyak gagasan yang konstruksif. Apa yang sudah diusulkan pada Konker lalu di Batam diputuskan di sidang ini, tapi juga masih ada gagasan-gagasan lain yang muncul. Untuk KOPAPDI berikut, semoga kegiatan bisa dikonsentrasikan dalam satu tempat sehingga tidak terpisah-pisah. Dr. Suprapto, SpPD, FINASIM Semarang Acaranya sih sudah baik ya, cuma tempat memang terlalu jauh antar satu dan yang lain. Belum lagi kalau siang macet. Sampai jadinya ada yang malas kesana atau kemari. Untuk yang akan datang sebaiknya berada satu tempat atau boleh juga dua tempat tapi berdekatan sehingga dengan jalan kaki pun bisa dijangkau. Dr. Zulrifqi, SpPD - Kalimantan Selatan - Tengah Karena tempat terpisah, macet dan sempat ada demo kemarin, jadi perencanaan
10
15 Desember 2012
kita jadi terlambat. Informasi tentang workshop juga kurang memadai, bahkan tidak ada di buku kecil, adanya malah di announcement. Lalu masalah jadwal, ke depan saya harap jadwal olahraga dan workshop tidak berdekatan, kalau bisa workshopnya agan siangan lah. Jadi setelah ikut acara olahraga masih tidak terlambat mengikuti workshop. Dr. Oey Tjeng Sien, SpPD Balikpapan Acaranya bagus. Cuma masalah makan siang selalu telat. Mengenai sertifikatnya juga kelar simposium sudah bisa diambil, ini malah masih nunggu dua jam. Untuk tempat ke depan kalau tidak bisa satu tempat yang minimal deketan. Dr. Elfiani, SpPD FINASIM - Jambi Kita agak susah karena kongresnya tersebar di dua hotelnya. Ditambah workshop dan simposium jadwalnya bersamaan, jadi kita kerepotan untuk bisa ikut dua-duanya. Ke depan kalau bisa simposium dan workshop jadwalnya dibedakan, misal pagi Simposium, siang workshop. Seperti di PIN itulah. Dr. Leonard Perlindungan, SpPD, FINASIM - Kalimantan Barat Informasi tentang tempat dan jadwal workshop kurang
memadai. Banyak yang mengeluhkan tidak tahu dimana dan kapan workshopnya. Juga masalah tempat kegiatan yang terpisah. Kalau menginapnya di pisah tidak masalah, tapi kegiatan kalau bisa disatukan dalam satu tempat. Jadi kita mudah memilih-milih kegiatan. Dr. Rudy Dwi Laksono, SpPD Papua Jarak antar hotel ya. Apalagi siang hari dari Marriot menuju Aston, jalanan biasanya sudah mulai macet dan muter lagi. Tapi memang Pesertanya sangat banyak ya jadi kalau dijadikan satu venue juga kayaknya susah. Jadi ya nanti kalau tidak bisa satu tempat sebisa mungkin yang berdekatan. Untuk topik-topik sih bagus-bagus apalagi bagi kami yang di daerah, jadi kalau bisa ke depan dipertahankan. Dr. Suhartono Notosuwano, SpPD - Surabaya Acara ilmiahnya saya lihat lancar-lancar aja. Kalau pun sempat ada kendala itu kan karena ada macet dan rame-rame demo kemarin. Kalau itu tadi ga ada, sebenarnya pasti lancar-lancar saja. Semoga ke depan tidak pas ada acara demodemo seperti itu yang bikin macet. Dr. Deddy Rizki - Aceh Acaranya cukup padat sehingga kita agak kuwalahan juga mengikutinya. Padahal topiknya bagus-bagus. Belum lagi kita dibagi dua hotel, sementara jalanan agak macet juga. Jadinya kadang ada simposium atau workshop yang mau diikuti jadi ga bisa. Sebenarnya ga terlalu masalah dibagi dua hotel kalau memang tidak ada macet sih. (HI)
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Jeprat-jepret KOPAPDI XV Medan
15 Desember 2012
11
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Dugi Kapapangih KOPAPDI XVI Bandung ongres Nasional PAPDI XV telah usai. Perhelatan internis se-Indonesia terakbar ini, bukan hanya sukses memilih ketua umum periode 20122015, tapi juga berhasil menentukan tempat kongres selanjutnya. Persaingan cabang-cabang untuk menjadi tuan rumah kongres, ternyata jauh lebih sengit dari proses pemilihan ketua umum baru. Mekanismenya Presentasi Bidding peserta dari Bandung. diawali dengan biding. Sejumlah daerah dung, Makassar, Surakarta, Semarang, menyampaikan persentase tentang ke- Surabaya dan Bali. Peserta kongres juga siapannya. Cabang Bandung, Makassar ramai membahas keunggulan daerah dan Surakarta sejak hari perdana kong- enam cabang tersebut. Topografi daerah, res PAPDI XV, sudah gencar melakukan fasilitas pendukung dan sarana transpromosi keunggulan daerah masing-ma- portasi menjadi topik bahasan penting sing. Mereka membagi-bagikan brosur, bagi peserta kongres. booklet dan souvenir. Tujuannya untuk Namun, saat pelaksanaan biding damenarik simpati agar dipilih menjadi tuan lam sidang pleno KOPAPDI XV, nama carumah KOPAPDI XVI. bang Surabaya, Bali dan Semarang hilang Semula muncul nama enam cabang dari peredaran. Sementara Bandung, yang siap menjadi tuan rumah KOPAPDI Makassar dan Surakarta semakin santer XVI mendatang. Masing-masing Ban- di kalangan peserta kongres. Tidak dike-
K
tahui apa yang menjadi penyebab nama tiga cabang itu raib dari peredaran. Konon disebut-sebut untuk memberi kesempatan kepada cabang lain yang belum pernah menjadi tuan rumah. Ketika pelaksanaan bidding, cabang Bandung mempertontonkan slide keunggulan fasilitas daerah. Berbagai hotel bintang lima, berikut fasilitas pendukungnya dipaparkan secara rinci. Sarana transportasi pendukung juga digambarkan dengan gamblang. Tak hanya itu, Bandung juga mempromosikan pesona keindahan alam yang natural disertai aneka tempat berbelanja murah hingga mengingatkan peserta tentang Paris Van Java. Makassar dan Surakarta juga memaparkan kesiapannya. Kedua cabang ini memberi penjelasan tentang keunggulan daerah berikut fasilitasnya. Sayangnya, setelah biding dilaksanakan, kedua cabang ini kurang mendapat respon peserta kongres. Hal itu dibuktikan saat pemilihan yang digelar dengan cara voting. Dari 33 cabang yang memiliki hak suara, 20 mendukung Bandung, 9 Makassar dan 4 untuk Surakarta. Hasil voting ini menempatkan Bandung menjadi tuan rumah KOPAPDI XVI 2015 mendatang. Dugi Kapapanggih (sampai jumpa) KOPAPDI XVI di Bandung! (HI)
Manado Juara Liga KOPAPDI XV Tenis Direbut Solo
L
iga KOPAPDI XV berakhir sukses. Skuad Sumatera Utara gagal meraih juara setelah kalah dalam adu finalti di putaran final melawan Manado. Pertandingan yang digelar di Stadion Mini USU ini mendapat perhatian dokter-dokter internis dari seluruh cabang PAPDI se-Indonesia. Sumatera Utara dan Manado merupakan dua skuad yang sejak awal liga sudah diperhitungkan akan bertemu babak final. Kedua tim bermain sangat baik hingga melaju final. Saat pertandingan final, keduanya menampilkan pola permainan yang menarik. Bola-bola pendek diselingi umpan lambung kerap membuat gemuruh dari ratusan internis yang menonton. Sayangnya, sampai akhir turun minum babak kedua, masing-
12
15 Desember 2012
masing tim tidak berhasil mencetak gol. Pertandingan dilanjutkan dengan penambahan waktu. Namun, lagi-lagi kedua tim tidak berhasil membuahkan gol hingga memaksa wasit memutuskan adu finalti yang dimenangkan Manado dengan skor 5-4. Sedangkan pemain pencetak gol terbanyak yakni dr Fahmi dari Sumatera Utara. Ia berhasil mencetak 7 gol selama pertandingan. Koordinator liga KOPAPDI XV, AKBP Dr Zulkhairi SpPD, FINASIM, MKes bangga dengan sportivitas yang ditunjukkan pemain saat pertandingan. ”Alhamdulillah sukses, tidak ada halangan. Semuanya lancar,” katanya. Ia berharap saat KOPAPDI XVI di
Bandung, pertandingan juga bisa dilaksanakan seperti di Sumatera Utara. ”Saya berharap pertandingan liga KOPAPDI mendatang, dapat menggunakan sistem jumpa agar persahabatan, kekeluargaan dan persaudaraan sesama anggota PAPDI semakin erat,” ujarnya. Di event tenis lapangan, Bali-2 berhasil merebut juara pertama. Pasangan Dr I Dewa Putu Surawan SpPD dan Dr Gde Somayana SpPD mampu menaklukan pemain utusan cabang-cabang PAPDI lainnya. Sedangkan juara II direbut pasangan Dr Tatar Sumandjar SpPD-KPTI, FINASIM dan Dr Indarji Dwimulyawan dari Solo. Juara III juga direbut pasangan ganda Solo yakni Dr Suradi Maryono SpPD-KHOM, FINASIM dan Dr Budi Haryanto. (HI)