12 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan
Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. lndra Marki, SpPD, FINASIM; Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD *Koresponden: Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Palu, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu, Cabang Sulteng *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya Yustikasari *Alamat: PB PAPDI, Gedung ICB Bumiputera, Ground Floor 2B, Jl. Probolinggo No. 18, Gondangdia, Menteng, Jakarta 10350. Telp. (021) 2300818, Fax. (021) 2300588, 2300755; SMS 085695785909; Email:
[email protected]; Website: www.pbpapdi.org
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Selamat datang kepada para Peserta KOPAPDI XV, Medan BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN MEDIA
HORAS! umpa lagi dan salam sejahtera para Teman Sejawat yang budiman. Kami dari tim redaksi Halo Internis menyapa kembali para pembicara melalui Halo Internis Edisi Khusus Highlight KOPAPDI XV Medan. Selama perhelatan akbar dokter spesialis penyakit dalam di Kota Medan, Halo Internis terbit setiap hari dalam dalam bentuk yang lebih ringan. Berbagai berita KOPAPDI kami himpun, olah dan dihadirkan untuk rekan Sejawat semua. Kegiatan utama KOPAPDI ini adalah sidang organisasi yang membahas berbagai persoalan kedokteran baik internal organisasi, nasional dan internasional. Selain itu disertai kegiatan ilmiah berupa simposium dan workshop bagi peserta yang tidak mengikuti sidang. KOPAPDI kali ini terasa istimewa dengan hadirnya wakil-wakil dari dokter penyakit dalam negara ASEAN serta Secretary General of ISIM Hans Peter Kohler yang berkesempatan memberi plenary lecture pada KOPAPDI ini. Melalui KOPAPDI XV Medan PAPDI merumuskan langkah dan strategi kedepan menyongsong era globalisasi, modernisasi serta tuntutan kebutuhan layanan Kedokteran Universal dengan saling meningkatkan dan menguatkan peran di segala lini layanan dengan melibatkan institusi pemerintah serta masyarakat dalam mengemban tugas mulia ini kedepan, Amiin.
J
Redaksi Menerima Masukan, Saran Hubungi Amril 08158358554, 081287068835 2
12 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
KOPAPDI XV MEDAN :
Perhelatan Akbar di Moment Unik Horas! Gara-gara surat gubernur, Medan jadi tuan rumah KOPAPDI untuk kedua kalinya
K
ota Medan menjadi tuan rumah Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV. Perhelatan akbar para internis ini akan digelar pada 12-15 Desember di Medan, Sumatera Utara. PAPDI cabang Sumatera Utara terpilih menjadi tuan rumah tiga tahun lalu pada KOPAPDI XIV di Jakarta. Hal ini merupakan kali kedua PAPDI Cabang Sumatera Utara menjadi tuan rumah KOPAPDI, sebelumnya KOPAPDI IV pada 27-30 Juni 1978. Pada saat itu, PAPDI cabang Sumatera Utara merupakan kandidat yang dinilai paling siap menjadi penyelenggara kongres. “Sebelum berangkat ke kongres di Jakarta, kami telah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah. Kami telah membawa surat dukungan dari Gubernur Sumatera Utara,” kata Ketua PAPDI cabang Sumatera Utara Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM. KOPAPDI kali ini mengusung tema “55 Tahun Peran Professional PAPDI Menapak Era Globalisasi di Tengah Masyarakat
Suasana rapat panitia KOPAPDI.
DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM ketika KOPAPDI XIV di Jakarta.
Indonesia dan Kedokteran Universal”. Menurut Prof. Harun, tema ini mengingatkan internis untuk selalu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan lebih baik lagi di tengah masyarakat global. Bagi Kota Medan, tambah Prof. Harun, acara ini akan membuktikan kepada masyarakat Sumatera Utara bahwa internis di Indonesia tak kalah dibanding negeri tetangga. “Ada sebagian masyarakat di sini yang mempercayai soal kesehatannya untuk berobat ke Malaysia, padahal kita juga memiliki skill yang cukup,” kata Prof. Harun, menyayangkan. Seperti diketahui, KOPAPDI selalu ramai dihadiri oleh internis. Begitu pula pada KOPAPDI XV di Medan ini. Para sejawat
tumpah ruah di tempat tiga hotel bintang lima yaitu Hotel JW Marriot International, Hotel Grand Aston, dan Hotel Aryaduta International. Berbagai acara telah dikemas panitia dengan apik, seperti sidang organisasi yang menjadi agenda utama kongres, simposium ilmiah, workshop, konvokasi, gala dinner, bakti sosial dan olah raga. Pada sidang organisasi, akan membahas pelbagai masalah baik skala internal organisasi maupun nasional. Saat ini, menurut Ketua Umum PB PAPDI DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP pada saat ini ada beberapa persoalan penting di kedokteran yang akan menjadi topik hangat dalam rapat-rapat organisasi. Diantaranya, mulai diberlakukannya universal coverage, munculnya tendensi ke arah fragmentasi —godaan untuk mendalami kompetensi satu organ saja—, perlunya pemahaman kompetensi holistik dari hulu ke hilir akan fisiologi tubuh, dan Undang-Undang Pendidikan Kedokteran yang belum disahkan namun mengandung aroma penghapusan jenjang pendidikan subspesialis. Selain itu, internis akan mendapat beban dari pertambahan jumlah lansia yang disertai gangguan kesehatan non-communicable disease. “Persoalan ini akan menjadi perhatian serius dalam sidang organisasi. Out put dari kongres akan kita berikan ke pemerintah,” ujar Dr. Aru pada acara konferensi pers KOPAPDI
12 Desember 2012
3
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
XV , di Jakarta. Rencananya, kongres akan dibuka oleh Kementerian Kesehatan Dr. Nafsiah Mboi, spA, MPH sekaligus memberi orasi pada plenary lecture. Sementara, Gubernur Sumatera Utara akan bersama peserta kongres pada malam keakraban. Dan yang memberi orasi memorial lecture pada konvokasi adalah Ketua PMI Yusuf Kalla yang juga mantan wakil Presiden RI. Di samping undangan dari institusi pemerintah dan tokoh nasional, nuasa kongres lebih terasa mendunia dengan diundangnya Presiden International Society of Internal Medicine (ISIM), dan Asean Federation of Internal Medicine (AFIM). Di tengah padatnya acara, peserta akan dimanjakan dengan berbagai wisata di Kota Medan. Ibukota dari provinsi Sumatera Utara ini memang merupakan satu dari sekian kota kuno di Indonesia. Tak heran, jika banyak peninggalan sejarah masa lalu yang masih terlihat dan menarik untuk dinikmati. Di sisi lain, Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatra. Ibu kota Sumatra Utara ini bahkan sudah menjadi kota ketiga di Indonesia yang menjadi pusat bisnis. Perputaran dana yang lumayan tinggi menjadikan Medan tak pernah sepi pengunjung dengan berbagai tujuan, seperti untuk berbisnis, menikmati keindahan alam, wisata sejarah, hingga hunting kuliner dan belanja. Tentunya, Danau Toba menjadi tujuan wisata yang tak boleh dilewatkan. Panorama alam Danau Toba nan indah akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Begitu pula dengan wisata budaya Istana Maimun yang membuat decak kagum pengunjung. Istana Sultan Deli yang dibangun 1888 ini bukan saja usianya yang tua, tapi juga memiliki desain interior yang indah dengan memadukan budaya Melayu Islam, Spanyol, India, dan Arab. Panitia berharap KOPAPDI kali ini akan selalu diingat karena waktu pelaksanaannya yang unik, serba dua belas. Panitia berencana akan membuka kongres ini pada tanggal 12 di bulan 12 tahun 2012 dan tepat pada pukul 12 waktu setempat. “Tanggal ini karena kebetulan saja, tidak ada arti yang aneh-aneh. Moment ini unik, jadi kita manfaatkan agar mudah dikenang,” ujar Prof. Harun Alrasyid, berharap. Selamat Datang di Kota Medan, Selamat Berkongres! (HI)
4
12 Desember 2012
55 tahun PAPDI Untuk Bangsa
Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD,
K-EMD
Prof. Dr. Slamet Suyono,
SpPD,K-EMD FINASIM
1
Dr. H. Achmad Dachlan,
SpPD
Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi,
SpPD, K-AI, FINASIM
6 November 1957 merupakan titik awal Perhimpunan Dokter Spesialis penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Sebuah organisasi yang didedikasikan bagi dokter ahli penyakit dalam. Pada saat itu, terbentuk susunan pengurus, Prof. D. Biran sebagai ketua, Dr. Gan Tjong Bing sebagai panitera, dan Dr. Que Giok Sien sebagai bendahara. Program pertama, setiap bulan pada hari Rabu minggu ke-4 diselenggarakan malam klinik untuk seluruh anggota. Dan, di sebuah ruang kuliah Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Jakarta, Dr. Djoa Liang Ham berbicara tentang “Lupus Erythematosus” di malam klinik pertama, Rabu, 29 Januari 1958 pukul 20.00 WIB.
Prof. Dr. Sjaifoellah Noer,
MD, SpPD, K-GEH
Prof. DR. Dr. A. Aziz Rani,
SpPD, K-GEH, FINASIM
KOPAPDI I, di Jakarta 22-26 September 1971 Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, KEMD terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1971-1973 KOPAPDI II, di Surabaya 27-30 september 1973
Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, KEMD kembali terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1973-1975 KOPAPDI II, di Bandung, 27 — 30 Agustus 1975
Dr. H. Achmad Dachlan, SpPD, terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1975-1978 KOPAPDI IV, di Medan 27-30 Juni 1978
Dr. H. Achmad Dachlan, SpPD, terpilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1978-1981 KOPAPDI V, di Semarang 16-20 Juni 1971
Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, KEMD terpilih kembali sebagai Ketua
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS Umum PB PAPDI periode 1981- 1984 KOPAPDI VI, di Jakarta 24-26 Juli 1984
Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, KEMD terpilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1984- 1987 KOPAPDI VII, di Ujung Pandang 22-27 Agustus 1987
Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD, SpPD, K-GEH terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1987- 1990 KOPAPDI VIII, di Yogyakarta 24-30 Juni 1990
Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD, SpPD, K-GEH, FINASIM terpilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1990-1993
PB PAPDI:
Dua Periode Dr. Aru
PAPDI itu besar dan tersebar di seluruh Indonesia. Jadi sudah selayaknya PAPDI dilihat dan didengar
K
onsolidasi. Begitu yang terpikir pertama DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP ketika terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI pada KOPAPDI XIII di Palembang 2006 silam. Dr. Aru, begitu
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (KOPAPDI) XIV, di Jakarta, Nopember 2009 lalu Dimasa kepengurusan PB PAPDI Jilid II Dr. Aru menata organisasi PAPDI lebih professional dan lebih berperan aktif baik di tingkat nasional maupun international. Berikut tonggak-tonggak penting dua periode kepengurusan Dr. Aru 1. Penataan organisasi: membuat tertib admnistrasi, standar prosedur kerja (SOP), tertib keuangan, mengurus akte notaris, pertanggungjawaban kepada anggota, transparansi, pajak, dan
KOPAPDI IX,
DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP
di Denpasar 27 Juni- 1 Juli 1993
Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD,KEMD , FINASIM terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1993- 1996 KOPAPDI X di Padang 23-27 Juni 1996
Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD,K-EMD FINASIM terpilih kembali sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 1996- 1999 KOPAPDI XI di Surabaya 7-11 Juli 2000
Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM terpilih menjadi Ketua Umum PB PAPDI periode 2000-2003 KOPAPDI XII di Manado 6-9 Agustus 2003
Prof. DR. Dr. A. Aziz Rani, SpPD, KGEH, FINASIM terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode 2003-2006 KOPAPDI XIII di Palembang 5-6 Juli 2006
DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI 2006-2009
Pelantikan Pengurus Besar PAPDI periode 2009 - 2012.
biasa disapa, menyadari, organisasi yang dipimpinnya cukup besar, sehingga hal pertama yang dilakukannya saat itu adalah konsolidasi anggota. Ia sangat ingin menjadikan PAPDI sebagai suatu organisasi yang kuat. Penataan organisasi adalah hal pertama yang mampir dipikirannya. “Pendataan anggota ini sangat penting. Tanpa data yang lengkap, bagaimana bisa menggalang kekuatan,” ujar ahli hematologi-onkologi medik ini. Rencananya berjalan mulus. Tiga tahun duduk sebagai ketua umum membawa banyak perubahan ke arah lebih baik. Kepemimpinannya tak diragukan. Dr. Aru terpilih kembali menjadi Ketua Umum PB PAPDI periode 2009-2012 secara aklamasi pada Kongres Nasional
pembentukan divisi advokasi 2. Tahun 2009: Roadshow tentang antibiotik, nutrisi klinik, onkologi, lipid dan hipertensi, UMED dan lain-lain. Di samping pertemuan ilmiah, roadshow juga dimanfaatkan konsolidasi anggota PAPDI di cabang-cabang. 3. Pembukaan PAPDI cabang di daerahdaerah 4. PAPDI Store menyediakan merchandise PAPDI 5. Go international - Tahun 2007: Aktif mengikuti American College of Physicians (ACP ) 2007 - Tahun 2007 : Mengundang Presiden ISIM pada Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) V 2007 di Solo, Jawa Tengah.
12 Desember 2012
5
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
- Tahun 2008 : Dr. Aru mengikuti Konvokasi pada ACP, Internal Medicine 2008 di Washington, Amerika Serikat. - Tahun 2008 : Mengikuti World Congress of Internal Medicine 2008 di Buenoes Aires, Argentina. Bidding pertama menjadi tuan rumah WCIM 2014 tidak diterima dengan alasan keamanan negara dan fasilitas yang kurang. - Tahun 2010 : Mengikuti WCIM 2010 di Melbourne, Australia. Dan bidding kedua untuk menjadi tuan rumah WCIM. Berhasil diterima menjadi tuan rumah WCIM 2016, di Bali, Indonesia. 6. Tahun 2009: Islah PAPDI-PERKI, menandatangani kesepakatan untuk saling menghargai. 7. Tahun 2009 : Dr. Aru terpilih kembali secara aklamasi pada KOPAPDI XIV, Jakarta. 8. Tahun 2011 : Menempati kantor baru diGedung ICB Bumiputera, Cikini 9. Tahun 2011: Mengikuti Philiphine College of Physicians (PCP), Manila dan mengaktifkan kembali Asean Federation of Internal Medicine (AFIM) dalam rangka harmonisasi Asean. 10.Tahun 2011 : Konferensi Kerja PAPDI XII di Batam 11.Tahun 2011: Peluncuran buku panduan Emergency in Internal Medicine (EIMED) PAPDI
Apa Kata Mantan Ketua dua Periode Dr. Aru?
Ketua Umum PB PAPDI Dr. Aru (tengah) bersama mantan ketua PB PAPDI (kiri-kanan)
Prof. Samsuridjal, Prof. Slamet Suyono, Prof. Sjaifoellah Noer dan Prof. Aziz Rani.
Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, K-GEH, FINASIM Apa yang saya pikirkan selama 30 tahun aktif di PAPDI, semuanya sudah terealisasi lima tahun terakhir. Lima tahun ini begitu besar loncatannya. Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD, K-EMD, FINASIM Saya appreciate, begitu luas dan banyak yang telah dicapai. Pengurus ini yang kerjanya paling berat hingga dapat gedung baru. Saya jadi maklum, kenapa ia (Dr. Aru-red) belum menjadi professor. Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP. Periode Dr. Aru merupakan kepengurusan “pengobanan”. Bukan hanya waktu yang diberikan, kepengurusan saat ini menguras tenaga, pikiran dan menurunnya pendapatan lantaran harus sering meninggalkan praktik. Apa yang telah dicapai kepengurusan PAPDI sekarang beyond expectations. Bukan sekadar baik, tapi diluar dugaan. Maka hal – hal ini mesti dilanjutkan dan dikembangkan oleh kepengurusan yang akan datang. Tapi tantangan PAPDI juga tak kalah besarnya. Yaitu ancaman fragmentasi di tubuh penyakit dalam. Ada kekuatan dari luar, di tambah keinginan beberapa internis, yang ingin mengotakkotakan pelayanan kesehatan di tubuh penyakit dalam. Prof. Dr. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH, FINASIM Kepengurusan saat ini sudah menjalankan PAPDI sangat luar biasa. Periode ini, telah meletakkan model organisasi yang professional untuk periode berikutnya. Pengurusan saat ini sudah menjawab tantangan yang ada pada masanya. Selamat kepada kepengurusan saat ini.
6
12 Desember 2012
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
Indonesia Membutuhkan Banyak Internis Umum “PAPDI menganggap penting konsep pelayanan internis umum. Belum waktunya rakyat kita dibebani pelayanan yang terfragmentasi. Subspesialis dibutuhkan, tapi pertambahannya mesti diatur.”
Ketua Umum PB PAPDI Dr. Aru saat
konferensi pers KOPAPDI XV Medan.
A
pabila seorang internis umum ditanya apakah berminta menjadi konsultan? Sebagian besar akan menjawab: Ya. Tentu, jawaban ini sudah bisa ditebak karena manusia lebih cenderung kepada sesuatu yang lebih ringkas dan mudah. Di negara-negara maju, praktik subspesialis lebih diminati dokter dibanding internis umum. Bahkan di Inggris sudah tidak mengenal praktik internis umum. Sistem pendidikan kedokteran di sana sudah mengkotak-kotakan disiplin ilmu kedokteran berdasarkan organ tertentu. Kondisi di negara tetang-
ga seperti Filipina dari 7000 internis umum, separuhnya sudah konsultan. “Hampir di semua negara maju dan beberapa negara berkembang pertambahan internis umum lebih rendah dibanding konsultan,” ujar ketua Umum PB PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP Lalu bagaimana di Indonesia? Menurut Dr. Aru perbandingan jumlah dokter internis umum dengan konsultan masih signifikan, 70 persen internis umum dan 30 persen konsultan. Berbeda di negara
maju, menjadi konsultan di Indonesia lebih dikarenakan kewajiban akademik di pusat pendidikan kedokteran. Para konsultan sebagai pengajar untuk melahirkan internis. Tapi belakangan, mulai ada kebutuhan konsultan dalam pelayanan kesehatan tertentu di rumah sakit. Kondisi seperti ini, lanjut Dr. Aru, PAPDI mendorong anggotanya tetap berpraktek internis umum. Pasalnya, Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, 237,5 juta jiwa, dan angka perkapita yang rendah, dan belum memiliki pembiayaan kesehatan berbasis asuransi nasional. Masyarakat mesti merogoh koceknya sendiri untuk membiayai pelayanan kesehatannya. Sementara, menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah masyarakat miskin yang tercatat hingga Maret 2010 mencapai 31,02 juta jiwa. Dan masyarakat dengan pendapatan $ 2 per hari jumlahnya sekitar 50 persen dari jumlah penduduk negeri ini. Populasi pas-pas ini sangat rentan, dan apabila mengalami sakit sedikit saja maka mereka akan jatuh miskin. “Rakyat Indonesia belum mampu membeli jasa subspesialis. Yang dibutuhkan adalah internis umum,” tegas Ketua Umum PB PAPDI ini. Dalam hal ini, tambah Dr Aru, bukan berarti konsultan tidak diperlukan. Negeri ini masih memerlukan subspesialis sebagai staf pengajar karena jumlah internis masih belum mencukupi untuk kebutuhan pendudukan Indonesia. Ratio internis umum terhadap jumlah penduduk belum berimbang. Apalagi dengan distribusi internis yang lebih terkonsentrasi di kota besar. “Subspesialis dibutuhkan, tapi pertambahannya mesti diatur, supaya nantinya tidak merepotkan masyarakat.” Tegasnya. (HI)
12 Desember 2012
7
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Laporan World Congress of International Medicine (WCIM) XXXI, Santiago Chile 11-15 November 2012
Menuju Kesuksesan WCIM 2016, Bali-Indonesia
Dr. Sally saat presentasi di WCIM Santiago Chili.
W
orld Congress of Internal Medicine usai diadakan di Santiago, Chile pada 11-15 November 2012 lalu. Bagi
Delegasi PAPDI di Machuphicchu Chili.
8
12 Desember 2012
Indonesia, khususnya PAPDI, terdapat beberapa agenda penting dalam pertemuan internist sedunia tersebut, salah satunya adalah laporan kemajuan kesia-
pan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pada WCIM XXXIII tahun 2016 mendatang. Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, Sekretaris Panitia Pelaksana WCIM Bali mengungkapkan, Executive Commitee International Society of Internal Medicine (ISIM) sangat ketat dalam menilai persiapan yang dilakukan oleh calon tuan rumah. Berbekal segepok laporan, Dr. Sally mempresentasikan berbagai persiapan yang telah dilakukan oleh PAPDI di hadapan sidang Executive Committee ISIM. Laporan yang dipaparkan Indonesia, berisi hal-hal detail mulai dari tempat penyelenggaraan termasuk ruangan, akomodasi, akses dari berbagai negara, transportasi, topik scientific, pembicara, dan seluruh kegiatan yang akan diselenggarakan nanti. ”Kami memberikan laporan sampai ke hal-hal
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
kecil,” ujar Dr. Sally. Dr. Bambang Setyohadi, SpPD, K-R, dan DR. Dr. Czeresna Heriawan Soejono, SpPD, KGer, M.Epid ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana WCIM Bali. Sayang, Dr. Czeresna tidak dapat hadir di Chile karena kesibukan akreditasi rumah sakit tempatnya bertugas. ”Meski agak ‘deg-degan’, tapi saya merasa rileks karena sudah mengenal para anggota executive committe,” ujar Dr. Sally. Ternyata, laporan Dr Sally sangat berkesan di mata para juri. Hanya ada satu pertanyaan dari R. Bado, salah satu anggota Executive Committee. Dan inilah yang dikatakan : ”Jika Indonesia sebegitu menarik, kenapa mesti menunggu hingga empat tahun lagi untuk diadakan kongres penyakit dalam dunia di Indonesia?” Perjalanan Indonesia untuk menjadi tuan rumah WCIM bukan hal mudah. Tahun 2008, saat diadakan WCIM di Buenos Aires, Argentina, Indonesia dan 2 negara lain yaitu Filipina dan Korea Selatan mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah WCIM 2014. Setiap negara yang ingin menjadi tuan rumah harus menjalani proses ”bidding”, yaitu presentasi mengenai apakah tempat yang diajukan layak untuk menjadi tempat hajatan kongres internis dunia. Tahun 2008 itu, PAPDI mengajukan Jakarta, namun sidang menetapkan Seoul, Korea Selatan untuk menjadi tuan rumah.
Dua tahun kemudian, 2010, saat diadakan WCIM selanjutnya, di Melbourne, Australia, Indonesia kembali mengajukan diri menjadi tuan rumah, dengan menawarkan Bali sebagai lokasi kongres. Tim penilai menyatakan Indonesia layak untuk menjadi tuan rumah untuk WCIM 2016. Setiap dua tahun sekali, Indonesia harus mengajukan laporan kemajuan mengenai persiapan yang telah dilakukan. Kegiatan penting lain di Santiago adalah membuka stand PAPDI pada acara WCIM sebagai salah satu bentuk sosialisasi WCIM di Bali. Untuk membuat stand PAPDI menarik, cukup banyak yang harus dipersiapkan seperti banner, poster, dan tidak ketinggalan souvenir. Nah, souvenir Indonesia yang berbentuk wayang, sangat menarik perhatian para peserta WCIM. Para internist dunia antusias bertanya berbagai hal tentang wayang. Dan PAPDI telah mempersiapkan berbagai hal termasuk penerjemah bahasa Spanyol. Sebagai informasi, cukup banyak peserta WCIM di Chile yang berbahasa Spanyol. ”Peserta WCIM kurang lebih sebanyak 3.000 orang yang kebanyakan berbahasa Spanyol. Maka kami harus mempersiapkan penerjemah di Chile untuk mengkomunikasikan tentang WCIM Bali,” ujar Dr. Sally. Penerjemah PAPDI, Maximiliano dan Gerardo yang berwajah latin, banyak
menghadapi pertanyaan tentang Indonesia dan juga menanyakan apakah pada WCIM Bali nanti ada penerjemah bahasa Spanyol. Peserta WCIM yang mengunjungi stand Indonesia juga antusias menanyakan kebudayaan Indonesia, seperti wayang yang dijadikan souvenir. Semua pertanyaan dijawab dengan gamblang oleh Maximiliano dan Gerardo. Usut punya usut, dua anak muda ini ternyata memiliki kedekatan dengan PAPDI. Mereka adalah keponakan DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, yang tengah bersekolah dan bekerja di sana. Darah blasteran mereka memungkinkan mereka mengenal dua kebudayaan, Indonesia dan Spanyol. Mereka fasih berbahasa Inggris, Indonesia, dan Spanyol. Dokter Sally mengatakan pihak Kedutaan Indonesia di Chile, juga sangat membantu tim PAPDI terutama saat mengeluarkan barang dari pabean. Tim PAPDI yang digawangi DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dijamu dengan ramah oleh pihak kedutaan. Oleh-oleh lain yang dibawa tim PAPDI adalah catatan perjalanan ke Machu Picchu yang terletak di atas lembah Urubamba, Peru dengan ketinggian sekitar 2.350 mdpl. Untuk menuju Machu Picchu, harus melewati kota Cusco yang memiliki ketinggian sekitar 3.400 mdpl. ”Dengan ketinggian seperti itu kami bisa mengalami gejala hipoksia. Dan ternyata beberapa dari kami merasakan pusing, sakit kepala,” ujar Dr. Sally menceritakan betapa seru perjuangan naik ke atas reruntuhan Inca. WCIM di Chile cukup menambah optimisme PAPDI untuk menggelar acara besar internist dunia di Bali, 22-25 Agustus 2016 mendatang. ”Bukan membandingkan, tapi nampaknya WCIM di Santiago lebih menambah percaya diri kami, bahwa acara di Bali akan terselenggara dengan baik,” ujar Dr. Sally. Meski demikian, tim PAPDI tidak boleh lengah untuk bekerja keras penuh semangat, dengan kerjasama yang baik untuk membawa nama Indonesia sebagai tuan rumah di mata internist dunia, ujar Dr. Sally mengakhiri pembicaraan. (HI)
12 Desember 2012
9
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, FINASIM
Internis bukan Dokter Umum Plus Dokter internis harus mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang kemampuan sumberdaya yang dimiliki.
10
12 Desember 2012
P
rof. DR. Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, menjadi internis Sumatera Utara yang paling sibuk dengan diadakannya Kongres Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV yang digelar di Kota Medan, Sumetera Utara pada 12-15 Desember. Sejak tahun 2009 lalu, ketika KOPAPDI Jakarta menetap-
kan Medan sebagai tuan rumah KOPAPDI XV, Prof. Harun memulai berbagai persiapan, untuk suksesnya hajatan besar PAPDI ini. Saat hari-H, ia bungah menyambut sejawat-sejawatnya dari seluruh Indonesia: “Selamat datang di kota Medan,” ujarnya ramah. Prof. Harun mengatakan diselenggarakannya event besar seperti KOPAPDI di Medan memiliki arti strategis bagi dunia kedokteran di Indonesia. “Gaung acara-acara besar seperti ini akan sampai ke masyarakat,” katanya. Masyarakat, ujar Prof. Harun, akan mengetahui bahwa dokter Indonesia tidak ketinggalan dalam sisi ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan negara tetangga. Dokter Indonesia juga up-date mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi medis. Ia menggarisbawahi hal ini, karena faktanya, cukup banyak pasien Indonesia memilih berobat di luar negeri. Apalagi, secara geografis Medan relatif dekat dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia. Menurut Prof Harun, gencarnya promosi yang menggabungkan paket berobat dengan paket wisata yang dilakukan negara tetangga cukup menarik perhatian pasien-pasien Indonesia. “Berobatnya itu wisata berobat, padahal pasien hanya melakukan check up. Mereka menjaring pasien-pasien kita di sini dengan sistem yang di-backing oleh pemerintahnya,” kata Prof. Harun. Sebagai contoh, tambahnya, Malaysia memiliki konsul jendral yang khusus mengurusi bagian pariwisata. Padahal, banyak pasien yang berusaha mengobati penyakitnya ke luar negeri justru tidak mendapatkan kesembuhan. “Mereka (pasien) akan kembali kepada kami, dokter di dalam negeri,” ujar Ketua PAPDI cabang Sumatera Utara ini. Kendati demikian, pria kelahiran Pematang Siantar 5 November 1950 ini juga mengakui ada kelemahan pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Diantaranya, tingginya pajak alat kesehatan dan harga obat mengakibatkan biaya pengobatan dirasakan mahal. Pelayanan pen-
Highlight KOPAPDI XV Medan Halo INTERNIS
gobatan di luar negeri memang lebih unggul dibanding di Indonesia. Pasien ditangani oleh tim dokter dengan membangun kepercayaan pasien. “Mereka menang dari sisi kredibilitas, fasilitas, dan sistem,” ujar internist yang juga ahli gizi ini. Padahal, lanjutnya, banyak dokter Malaysia, justru mendapatkan pendidikan kedokteran di Indonesia. Program internasional di beberapa fakultas kedokteran membuka kesempatan bagi para mahasiswa asing untuk belajar di Indonesia. “Kalau dulu sempat ada pemahaman kita yang belajar ke luar negeri, tapi sekarang sebaliknya, mereka yang belajar ke sini. Ini perlu diketahui oleh masyarakat, agar mata mereka terbuka tentang kemampuan dokter Indonesia,” ujarnya. Prof. Harun sangat concern terhadap berbagai persoalan yang menyangkut
para dokter, terutama internis di Medan. Ada banyak hal yang menjadi perhatiannya, mulai dari meningkatkan keahlian dan kemampuan para ahli penyakit dalam hingga soal perlindungan hukum. “Mereka (internis) garda terdepan di masyarakat bagi organisasi,” katanya. Prof. Harun menunjukkan totalitas di dunia penyakit dalam meski ia mulai mempelajari bidang ini di umur yang tidak lagi muda. Karir medisnya dimulai dari Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU). Lulus dri FK USU Medan tahun 1977, ia langsung menjadi staf pengajar Departemen Ilmu Gizi FK-USU, kemudian menjadi sekretaris bagian ilmu gizi FK-USU tahun 1984, dan berlanjut sebagai Pelaksana Kepala Bagian Ilmu Gizi FK-USU tahun 1987 hingga akhirnya diangkat se-
bagai Kepala Departemen Ilmu Gizi FKUSU di tahun yang sama. Kepincut Ilmu Penyakit Dalam (IPD) lantaran orang tuanya menderita diabetes dan hepatitis, ia pun mengurus izin melanjutkan studi di IPD di tengah sudah mapan berkarir di departemen gizi. “Usia saya 43 tahun ketika mulai menjalani PPDS penyakt dalam,” ujarnya membuka lembaran masa lalunya. Padahal, saat itu ia sudah menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Gizi FK-USU. Diakuinya, menggeluti IPD di saat sudah tidak muda lagi, merupakan perjuangan tersendiri. Tapi, untunglah, istri dan anak-anaknya sangat mendukung apapun yang menjadi keinginan dan cita-cita. “Umur tidak jadi halangan asal ada kemauan dan mau berkorban. Hal itu juga dapat dijadikan motivasi bukan hanya kepada anak-anak saya tetapi juga rekan dan anak didik kita.” Setelah selesai menjalani spesialis penyakit dalam, Prof. Harun tetap kembali ke departemen gizi menjadi staf pengajar luar biasa Bagian Gizi FK-USU dan Kordinator KKS Gizi Klinik FK-USU. Waktunya kini, banyak diisi oleh kegiatan-kegiatan seputar medisnya Sebagai ahli medis, menurutnya, ada sebagian waktunya yang dimiliki masyarakat. “Pasien-pasien memiliki (waktu) kita,” ujar Pengurus Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) cabang Sumatera Utara ini. Di bidang penyakit dalam, bidang yang menjadi curahan pikirannya saat ini, ia memiliki obsesi, bahwa dapat dilakukan audit terhadap bidang penyakit dalam terutama yang menyangkut sistem pengobatan. Internis juga harus terus mengembangkan diri dengan ilmu yang semakin berkembang. Pendidikan subspesialis, ia sadari masih ada kendala bagi internis-internis di daerah-daerah tertentu, terutama terkait waktu dan biaya. Tak hanya meningkatkan kemampuan, menurut Prof. Harun dokter internist harus mampu mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang kemampuan sumberdaya yang dimiliki. “Kita besar baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif,” katanya. Satu hal lagi ia katakan, “Jangan sampai masyarakat menganggap internist itu adalah dokter umum plus.” (HI)
12 Desember 2012
11
Halo INTERNIS
Highlight KOPAPDI XV Medan
Galang Kebersamaan Lewat Bola AKBP Dr. Zulkhairi Sp.PD, FINASIM, M.Kes berjalan perlahan. Matanya sigap menyapu pandang ke seluruh dokter yang duduk lesehan di sekretariat PAPDI Sumut Jalan Sei Batang Serangan Medan. ‘’Insya Allah semuanya lancar,’’ ucapnya.
D
r. Zulkhairi merupakan koordinator keamanan Kongres Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) XV yang digelar di Medan. Ia juga dipercaya menjadi penanggung jawab pertandingan sepak bola antar cabang PAPDI seIndonesia. ”Soal keamanan sudah oke. Untuk sepak bola yang masih menjadi pikiran kita. Soalnya, meski hanya pertandingan persahabatan, tapi rentan dengan gesekan,” tutur pria kelahiran 1967 ini.
Dr. Zulkhairi penanggung jawab kompetisi
sepak bola
12
12 Desember 2012
Ada 11 tim yang sudah mendaftar ke meja panitia, yakni Sumatera Utara, Surakarta, Makassar, Sumatera Selatan, Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh, Manado, Jakarta dan Surabaya. ”Mereka dibagi dalam 4 pool,” ujar dokter Polri yang bertugas di RS Bhayangkara Medan tersebut. Pertandingan sepak bola antar cabang PAPDI, sebut Dr. Zulkhairi, hanyalah cara untuk menambah keakraban dan kebersamaan di kalangan dokter penyakit dalam. ”Lewat bola, kita berharap silaturrahmi semakin erat, rasa kekeluargaan semakin kuat,” katanya. Alumnus SEPA ABRI 1994 ini menambahkan, meski sifat pertandingan untuk mempererat kekeluargaan, peraturan yang digunakan tetap standard nasional. Wasit pertandingan rencananya juga berasal dari Komda PSSI. Sedangkan pertandingan menggunakan sistem semi setengah kompetisi. ”Juara pool masuk semi final dan yang menang berlaga di final,” papar pria yang sedang mengikuti pendidikan Bidang Konsultasi Gastroenterologi Hepatologi itu. Jumlah pemain dalam satu tim yang didaftarkan 18 orang, dengan ketentuan 7 cadangan. Sebelum bertanding, semua tim diharapkan dapat mengikuti technical meeting di Hotel JW Marriott, Selasa 11 Desember 2012 pukul 16.00 WIB. Sedangkan pertandingan digelar mulai Rabu sampai Jumat, atau 12-14 Desember 2012. ”Pemain mesti anggota PAPDI, baik dari PPDS maupun yang sudah internis,” jelas Zulkhairi yang juga alumnus internis FK USU 2005. Silaturrahmi lewat bola juga menjadi tanggung jawab Dr. Ivan Ramayana. Hanya saja, Ivan membidangi pertandingan tenis lapangan. ”Tenis tidak serentan sepak bola. Meski begitu, kita tetap meminta peserta mengedepankan sportifitas di lapangan,” kata pria kelahiran 1981 itu. Untuk tenis, peserta yang mendaftar ada 26 pasangan, ganda putra. Sedangkan ganda putri dan ganda campuran tidak dipertandingkan. ”Untuk menghemat waktu, pertandingan ini menggunakan sistem gugur,” tutur Dr. Ivan yang ju-
ga alumni FK UKI Jakarta 2007. Meski sifatnya silaturrahmi, pertandingan tenis tetap memakai peraturan standar nasional. ”Wasitnya berlisensi Pelti, hanya saja setiap pertandingan tanpa ada hakim garis,” tukas Dr. Ivan. Sejauh ini persiapan mengenai lapangan sudah cukup matang. Panitia memakai lapangan indoor milik Poldasu dan Kebun Bunga Medan. Hanya saja, transfortasi peserta ke tempat kegiatan tidak disediakan oleh panitia. ”Jadwal pertandingan masih fleksibel, karena akan disesuaikan dengan jadwal kegiatan PAPDI. Semua akan kita jelaskan saat
Dr. Ivan penanggung jawab turnamen tenis.
tehnikal meeting pada Selasa tanggal 11 nanti,” tegasnya. Ia berharap jalinan silaturahmi lewat olahraga ini tidak hanya sebatas momen KOPAPDI semata, melainkan juga bisa dilakukan di setiap cabang se-Indonesia. ”Tujuan pertandingan ini bukan untuk mencari siapa pemenangnya, tetapi untuk mempererat tali silaturahmi sesama anggota PAPDI,” tandas Dr Ivan Ramayana diamini AKBP Dr Zulkhairi Sp.PD, FINASIM, M.Kes. Selamat bertanding dok, jaga sportifitas !!! (HI)