TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan dan Perilaku Penjamah Makanan di lnstalasiGizi Rumah Sakit Efek M ori ng a o le ife ra terhadap Pertu mbu ha n dan Perkembangan Bal ita
ARTIKEL PENELITIAN Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan (Telur Rebus dan Bubur Kacang Hijau) terhadap Status GiziAnak Usia Sekolah Perilaku Merokok dan Lingkungan Pemukiman Pasien Rawat Jalan Penyakit Jantung Koroner di Makassar
Pola Makan dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Sindroma Metabolik Pasien Rawat Jalan diRSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Mutu Produk Lawa Bale (Makanan Tradisional Sulawesi Selatan) Ditinjau dariAspek Mikrobiologi dan Daya Terima Konsumen Konsumsi Fast Food Remaja di Restoran Fasf Food, Makassar Town square Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensipada Pasien RawatJalan di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Mikassai Pola Makan dan Aktifitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr.wahidin Sudirohusodo Makassar Studi Longitudinal Pemberian Taburin terhadap Peningkatan Kadar 12-24 Bulan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Hb Anak Usia
h,{EC}TA-llrrtoryglln lrasvaraxat :
DAFTAR ISI 2011 Volume 1' Nomor 1' Agustus
PUSTAKA
PangandanPerilakuPenjamahMakanandilnstalasiGiziRumahSakit
&ingla
W
I
dan Perkembangan Balita Pertumbuhan Oteiferaterhadap
Syariati 14
21
terokokdanLingkunganPemukimanPasienRawatJalanPenyakit g Koroner di Makassar
bi.r,
hkan
Citrakesumasari,
N
urhaedar Jafar
Metabolik Pasien dan Aktifitas Fisik dengan Keiadian.S^indroma Makassar
29
tJalan di RSUP-Jr' WafriOin Sudirohusodo ., Nurhaedar
J
afar, Citrakesumasan
Ditiniau
dari
35
PnodukLawaBale(MakananTradisionalsulawesiSelatan)
dan Daya-Terima Konsumen il[-uiologi ^nmah mah m a s r i' st' F ati 'il?:'ili X,'ri J oi,i, c n' u ke s u ffi ,
a
Fasf Food, Makassar Town square ;i Fast FoodRemaja di Restoran
eiiiuAain
,'
41
Syam, Diunaedi M'Dachlan
46
tPolaKonsumsiNatriumd,lKaliumsertaAktifitasFisikdengan Dr'wahidin sudirohusodo pada i"u"i"n Rawat .l"lun oi isuP Hipertensi
ssar
iltiiyati, Aminuddin
:d
kan Iak.
Syam, Saifuddin Siraiuddin
Glukosa Darah Penderita Diabetes Kadar dengan Fisik Aktifitas Iakan dan Sudirohusodo Makassar Jalan nu*ai2 ripe ils 91 T:YL^Dr'Wahidin iminuddin SYam, HeatthY HidaYanti
terhadap Peningkatan Kadar Longitudinal Pemberian Taburin Tengah f:&r 12-24eur# ii ih'h'' Metaaanggai'-sulawesi Mahendradatta Salam, n.ni)ax
rfi ffird
f'l'p'ten
Hb
Anak
52
59
Artikel Penelitian
KONSUMSI EAST EOOD REMAIA DI RESTORAN EAST FOOD, MAKASSAR ror{/Al SQUARE CONSUMPrION OF EAST FOOD OE ADOTESCEMI AT FAST FOOD RESTAURA]V{, rN MAKASSAR rOWN SQI/,ARE Erdiawati
Arief, Aminuddin Syam, Djunaedi M. Dachlan *E-mail :
[email protected]
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar
Abstract According to the Health Education Authority, aged 15-34 years was the largest consumer of fast food menus. Although in Indonesia there is no hard data, the situation can be used as a mirror in our society, that the age range is a group of students and young workers. This study aimed to determine what factors are causing the teens love to eat fast food. The research was carried out at fast food restaurants (KFC and Dunkin Donuts), Makassar Town Square. The study was a qualitative study. Consists of two informants, the informants are ordinary teenagers who come to the restaurant, totaling 13 people. And key informants consisted of three people: two restaurant managers, and a teacher of Guidance and Counselling (BK) on one of the leading high school in Makassar. Data were collected through in-depth interviews, assisted with the records, tape recorders, and cameras. To ensure the validity of the data, then do triangulation of data, using different data sources to collect similar data. Data processing was done manually by grouping the results according to the purpose of research interviews, then conducted a content analysis, then interpreted and presented in narrative form. From the results of this study concluded that the factors predisposing youth to visit fast food restaurant was the passion and the value / prestige they get, even if they already know the negative impacts that will arise. enabling factor was a vigorous campaign by the restaurant, especially in the promo, access, place and atmosphere, and friendly service. While reinforcing factor was the role of peers, and the price of food is not very heavy, especially if they were treated to by one of his friends. It is recommended that adolescents should begin to reduce the consumption of fast food.
Keywords : fastfood, teens, predisposingfactors, enablingfactors, reinforcingfactors
Sementara itu, Lisnawaty (2008)3 yang melakukan
Pendahuluan
penelitiannya
Memasuki abad ke-20, mulai
di
restoran
fast food di
mall
Panakkukang Makassar menemukan bahwa remaja mengaku berumur mengkonsumsi fast food mirumal 3 kali dalam sebulan, dan kunjungan terbanyak pada hari Sabtu (3l,8yo), disusul kemudian hari Minggu (27,3%).
bermunculan
yang
restoran-restoran fast food. Menurut hasil penelitian Health Education Authority, usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menufast food. Walaupun di Indonesia belum ada data pasti, keadaan tersebut dapat dipakai sebagai cermin dalam tatanan masyarakat kita, bahwa rentang usia tersebut adalah golongan pelajar dan
12-18 tahun
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang menyebabkan para remaja gemar mengkonsum
si
fas t fo o d.
pekerja muda.l
Bahan dan Metode Dalam studi yang dilakukan oleh FIamam Hadi (2003)2 yang melibatkan 4747 siswa/i SLTP kota Yogyakarta dan 4602 siswa/i SLTP kab.Bantul,
Lokasi Penelitian
menemukan bahwa remaja penderita obesitas 2-3 kali lebih sering mengkonsumsi fast food, seperti
Penelitian ini dilakukan di restoran fast food (KFC dan Dunkin Donuts), Makassar Town Square. Mall ini berada di lokasi yang strategis, dan memiliki
Mc
Donald, KFC, Pizza, dan
sebagainya.
4t
Media Gizi Masyarakat Indonesia vol.1,No.1,Agustus 201'L : 4L-45
Pengetahuan
tempat-tempat makan, hiburan, serta perbelanjaan yang banyak, sehingga ramai oleh pengunjung, termasuk remaja.
Definisi
Desain dan Variabel Penelitian
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa seluruh responden mengetahui pengertian dari fast food. Berikut beberapa kutipannYa : "....f^t food iu malcanan cepat saji, pada saat membeli sudah tersedia..." (MK, 10 Oktober 2008) " ...fast food itu makanan siap saji, merk luar negeri -.."
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi Qtredisposing factor), pendukung (enabling foctor), penguat (reinforcing factor).
(F., 11Oltober2008)
Populasi dan Sampel (Informan) Kandungan Informan terdiri atas dua, yaitu informan biasa dan informan kunci. Inforrnan biasa adalah remaja yang datang ke restoran, berjumlah 13 orang, dan informan kunci yang terdiri atas 3 onrng; 2 orang manajer restora:r, dan seorang guru Bimbingan Konseling (BK) pada salah satu SMU terkemuka di Makassar.
"...stya tidak tahu kandungan gizi yang ada pada fast food---." (AA', 11 Oktober 2008) " ---pastinya makanan fast food itu dominan kandungan lenak dan kolesterolnya tinggi, apalagt ayam gorengnya..." (IR, 11 Oktober 2008) Pengetahuan responden berbeda mengenai kandungan darifast food. Tapi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar telah memiliki pengetahuan yang cukup.
Pengumpalan Daa Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, dibantu dengan' catatan+ tape recorder, serta kamera.
Dampak Mengkonsumsi
Gambaran pengetahuan remaja mengenai dampak mengkons umsi fast fo o d bisa dilihat di bawah ini :
Validitas Data
Untuk menjamin validitas data, maka dilakukan triangulasi data,.yaitu menggunakan sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang
Pengolahan Data
"...bisa jadi gemuk, kolesterol tinggi, akibatnya bisa kena penyakit jantung..." (IR, 11 Oktober 2008) Sam4 halnya dengan kandungan fast .frod, sebagian besar remaja juga telah mengetahui dampak dari mengkonsumsinya.
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan
Sikap
sejenis.
mengelompokkan hasil wawancara sesuai tujuan penelitian, kemudian dilakukan analisis isi (content analysis), yang selanjutnya diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk narasi.
Ke gemaran Mengkonsums
Sebagian besar remaja mengaku
gemar
mengkonsumsi makanan ini, bahkan ada beberapa di antara mereka yang sangat menggemari. Berikut
Hasil
kutipannya: 'o...saya songat suka mengkonsumsi makanan ienk lni..." (DR, 1l Oktober 2008) Adapun tinjauan informan kunci mengenai hal ini, sebagai borikut :
F aktor Predisp osisi (Predispo sing Factor)
Predisposisi remaja adalah kondisi
yang memengaruhi remaja untuk berkunjung ke restoran
;
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, serta nilai yang dimiliki remaja terhadap makanan fa s t fo o d.
fast food
i
42
Konsumsi East Food Remaja (Erdiawati)
"...kegemaran mereka terhadap produk, telonlogi, ataupun sesuatu yqng lagi tren, mungbin akan berpengaruh terhadap perubahan budaya dan pola pikir mereka. Kekaguman remaja pada sesuatu yang
Faktor Pendukung (Enabling Factor)
Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan frsi\ tersedia atau tidak tersedianya sarana bagi timbulnya perilaku remaja untuk mengkonsumsi fastfood.
mereka anggap keren, terkadang membuat mereka lupa akan budaya, seperti budaya makanan, biasanya tanpa
mempedulikan cita rasq atau bahkan dampak dai mengkonsumsi makanan tersebut, mereka bisa saja menjadi suka, karena dengan mengkonsumsi makanan tersebut mereka bisa diterima di
Sumber Informasi Menu
pergaulan..' (RA, 20
Sebagian besar informan memperoleh informasi mengenai menu di restoran fast food dari iklaniklan di media cetak dan elektronik, seperti kutipan
Oktober 2008) Frekuensi Mengkons
ums
i
berikut: "...dari iklan media cetak dan elektronik.."" (A.A,
Penelitian ini mengutamakan informan remaja dengan frekuensi kunjungan minimal 3 kali sebulan. Namun ternyata, hasil wawancara menunjukkan, ada beberapa remaja yang mengkonsumsi makanan ini sampai 4 kali sebulan, sebagian besar I kali seminggu, bahkan adayang2 kali seminggu. Ini berarti, tingkat konsumsi remaja
lain mengetahui menu dari papan menu yang terpampang di restoran:
'o...yorg terpampang di dinding dan belakang kasir pada saat memesen..." (RA, 11 Oktober 2008) " ...dari daftar menu yang ada di restoran dan namanya yang sudah terkenal..." G\ry, 12 Oktober 2008)
tergolong tinggi.
Keunggulan Fast Food Dibandingkan dengan Makanan Jenis Lain o'...1fast
food lebih cepat penyajiannya, dan
prahis..." 6RA, 1I Oktober 2005) "...cepat, murah, tempatnya nyoman..."
IkIan
Hasil wawancara menunjukkan sebagian besar
lebih
(ZK,
rnforman mengakui bahwa i}dan fast fooll sangat mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi
13
makanan tersebut. "...sangat berpengaruh, karena pasti cari yang murah, pas dikantong..." (MK, 10 Oktober 2008)
Oktober 2008) 'o...lebih hemat dibanding m,akan di restoran lain...r, (D& l1 Oktober 2008) Semua informan memberikan jawaban yang hampir sama untuk pertanyaan ini. Di sini sangat
jelas, bahwa waktu penyajian, harga,
11
Oktober 2008) Sementara beberapa orang yang
Mengenai hal ini, informan kunci juga menanggapi dengan makna yang serupa: "...antusias pengunjung memang tampak jelas saat diadakan promo, bahkan penjualan biasanya minimal 250 paket sehari pada saat diadakqn promo khusus untuk paket tersebut..." (NR, 14 Oktober 2008)
dan
kcpraktisan menyebabkan fast food lebih unggul dibandingkan dengan makanan j enis lain.
Nilai
"...pada saat diadakan promo, parq pengunjung biasanya datang berlomba-lomba. penjualan melebihi
Sebagian besar inforrnan memiliki perasaan
(BG, 16 Oktober 2008) Promo khusus memang sangat ampuh dalam menarik minat ptra khalayal<, dalam hal ini informan, karena sesuai dengan yang mereka cai. Selain rasanya enalg terlebih lagi karena harganya 400 pieces..."
bangga ketika mengkonsumsi fast food. lrrr bisa dibuktikan melalui kutipan berikut : "...yo, karena serasa orang Amerika karena makan makanan luar negeri..." (& 11 Oktober 2008) "...setidalcnya, makan di KFC memang lebih berkelas..." (D& 11 Oktober 2008) Ketika ditanya, apakah mengkonsumsi fast food berhubungan dengan gengsi, sebagian mengatakan ya, seperti di bawah ini: " ...tentu saja..." (IR, 11 Oktober 2008)
yang murah.
Alasan Memitih Restoran Fust Food di Makassar Town Square
Alasan informan dalam aspek
ini
beragam
;
kemudahan dalam mengakses, desain dan suasana yang menarik, serta karena letak restoran yang 43
:ff2011' : 41'45 Med.ia Gizi Masyarakat hrdonesia, Vol.1,No.1,Agustus
Biaya
berada di dalam mall, sehingga sekaligus bisa mengunjungi tempat yang lain. Beberapa di a*ianyadapat kita lihat di bawah ini: " ...yorg mudah diiangkau..."
Biaya yang dikeluarkan informan
mengkonsumsi makanan ini, bervariasi' gantian "...Rp.10.000 sampai Rp.25.000, tapi biasanya mentralrtir..." (IR, 11 Oktober 2008) o'...biasanya Rp.25-000 sampai Rp'40'000, tapi paling sering hampir Rp.50.000..-" (KK, 12 Oktober 2008)
(D&
"...lebih gampang dijangkau
11 Oktober 2008) dengan kendaraan
ttmttm..." (AN, 12 Oktober 2008) (AA, l1 "...karena transportasi dari sekolah dekqt"'" Oktober 2008) " ...tampilan restorannya..." (MK, 10 Oktober 2008) "...soya suka yang tempqtnya luas jadi pengunjung tidak padat..." (IR, I I Oktober 2008) ::
Pembahasan F afuor Predisposisi (Predisposing Factor)
"...yong tempatnya nyaman-.-" (R, 13 Oktober 2008) "...karena berada di mall yang fasilitasnya lengkap' Mulai dari tempat nonton, tempat main, sampai toko buku dan elektronik, iadi bisa sekqliqn"'" (MK, l0 Oktober 2008) "...karena lebih dekat dari rumah, dan berada dalam malt iadi bisa sekalian jalan-jalan"'" (D& 1l Oktober 2008) Pelayanan di restoran Fast Food Town Square
Pengetahuan informan mengenai definisi/as t food,
kandungan, datr dampak yang ditimbulkannya baik Mereka menyadari bahwa salah sudah "otop satu dampaknya adalah obesitas. Namun meskipun demikian, meieka tetap gemar mengkonsumsinya,
bahkan ada yang sangat gemar' Frekuensi kunjungan ke iestoran oleh sebagian besar dari *"i"t r, yaitu 1 kali seminggu, adalah salah satu yang bisa menunjukkan hal tersebut' Hal ini
L:J*
di Makasar
Mengenai pelayanan, sebagian besar informan menjawab baik. tt...pe(oyonon yol4g diberikan baik' Mereka iuga ramah..." (AN, 12 Oktober 2008) Namun ada juga yang menjawab biasa saja'
" ... Sias a s ala,
s eperfr'
Oan hfu
padt tmrrlffJ/o... " (MI{
denganteori yang dikemukakan oleh Thaha jelas merupakan li}o}lo,bahwa masalah gizi lebih masalah perilaku konsumsi yanlg keliru, yffiig disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran gizi masyarakat. Namun, walaupun pengetahuan merupakan tagiat dari kawasan poituto, tetapi tidak menjamin bahwa seseorang perilaku yang d"rg* pengetahuan -Mcafdngbatcukup memiliki sebagian informan mengatakan, mengkonsumsi makanan ini akan menaikkan gengsi mereka. Pendapat yang serupa telah dikemukakan oleh Alimuddin (1999)' yang mengatakan bahwa kecenderungan penduduk kota menilai makan di restoranfzstfood memiliki nilai social atau gengsi tersendiri, yang mampu mengangkat kesan akan status dirinya.
F aktor Penguat (Reinforcing F actor) Pengaruh Lingkungan (Keluarga dan Teman) dalam Perilaku Mengkonsumsi -Fasf Food
Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar informan mengunjungi restoran fast food bersama dengan teman, dan yang bersama
Faktor Pendukung (Enabling F actor) Faktor pendukung bisa terwujud pada ililan-iklan yang ditayangkan lewat media massa. Termasuk dalam hal ini, pihak industri/cst food, yang terus
keluarga. teman
loerustlsa
" ...temnn sekolqh, keluarga, atau kalau sangat ingin makan
fast food, saya datang sendiri"'"
(R'
sesanl1<
sisat
\&ala'5rat<
dengart
memprodulsi berbagai iklan, baik lewat media
11
cetak maupun media massa, memuat pesan bahwa mengkonsumsi fast food bersama dengan keluarga dan teman-teman adalah menyenangkan, selain rasa yang memuaskan, tentu juga karena harga yang terjangkau. Inilah yang diminati para
Oktober 2008) Ditambah dengan pernyataan dari informan kunci' o'...para remaja biasanya datang bergerombol' kadang juga ada yang datang beramai-ramai masih dengan seragam sekolah--." (NS, 14
ildtdah N2)/
$rua.
10 Oktober 2008)
"...saya biasanya datang bersama dengan sekolqh..." (AA, 11 Oktober 2008)
untuk
Ottober 2008)
ittfo*t*,
44
terlebih di wakru-waktu tertentu,
saat
Konsumsi East Food Remaja (Erdiawati)
restoran mengadakan promo. Hal ini sejalan dengan- yang diungkapkan oleh Elfitra Baikoeni (2008)", bahwa Iklan telah memainkan peran yang tidak sedikit dengan bujukan dan rayuannya yang dilancarkan secara terus-menerus guna mestimuli
Faktor pendukungnya adalah promosi yang gencar dilakukan oleh pihak restoran, kfrususnya pada masa promo, akses, tempat dan suasana, serta pelayanan yang ramah.
budaya konsumsi masyarakat.
Sementara faktor penguat adalah peran temanteman sebaya, dan harga makanan yang tidak begitu berat, apalagi jika mereka ditraktir oleh
Selain karena ikla4 banyak faktor pendukung yang berasal dari restoran itu sendiri yang membuat informan tertarilq seperti letak restoran yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum, tempat dan suasana yang nyaman, pelayanan yang ramah, serta berada di dalam mall yang memiliki fasilitas
salah seorang teman.
Daftar Pustaka
1.
lengkap. Sikap untuk setujutidak setuju, sukatidak suka, tergantung dari subyek atau obyek itu sendiri, yang kurang lebih bersifat pennanen. Myers (dalam Sarwono 2OO2)7. Termasuk dalam hal ini, banyak faktor yang membuat informan menyukai restoran./astfood di mall ini.
2.
food. di: silvinna.wordpress.com/2007 I lll 04 lbahayamakanan-fast-food/. Diakses pada Desember, 20a7. Hamam Hadi, Mahdiah, Susetyowati. Prevalensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi
Tersedia
Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja SLTP Kota dan Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2004. Jurnal Gi^ Klinik Indonesia 2004, I(2)._Diakses pada
Faktor Penguat (Reinforcin g F actor)
Faktor penguat melihat hal-hal apa saja yang menjadi penguat untuk terjadinya perilaku, dalam hal ini adalah keluarga dan teman pergaulan, serta biaya. Kenyataan di lapangan menunjukkan, umumnya informan datang bersama dengan temanteman, sementara sebagian kecil bersama dengan
keluarga. Menurut Hadju (2005)8,
Silvinna. Bahaya Makanan Fast
3.
Desember,2007. Lisnawaty. Hubungan Pengetahuan dan pola
Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Remaja yang Berkunjung ke Restoran Fast Food di Mall Panakkukang Makassar (Skripsi). Makassar: Universitas Hasanuddin;
seseorang
memutuskan untuk memilih makanan apakah itu bergizi atau tidak merupakan pertimbangan
4.
terakhir dalam memilih setiap
makanan. Sedangkan pertimbangan pertama, yaitu kesukaan
pribadi. Faktor lain y^ng juga mengabaikan pengetahuan tentang gizi dan dampak yarlg ditimbulkan, adalah tekanan sosial. Tekanan sosial dirasakan ketika seseorang tidak bisa menolak makanan yang ditawarkan. Hasil penelitian menunjukkan biaya yang dikeluarkan informan berkisar Rp.10.000 - Rp.50.000, dan bisa lebih dari itu jika mereka mentraktir yang lain. Bagi mereka kisaran di atas tidak terlalu memberatkan, karena ada hal-hal lain yang mendorong mereka
5. 6.
2008.
Thaha, Razak dan Veni Hadju. Masalah dan Penanggulangan Kegemukan pada Orang Dewasa. Makalah pada Simposium Sehari "Kegemukan dan Masalahnya,,. Makassar: Universitas Hasanuddin ; t999. Rizal, Alimuddin. Mencermati Bisnis Makanan Non-tradisional di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Semarang STIE Stikubang 1999. Elfitra. Absurditas Budaya Konsumen di Indonesia.
Tersedia
di:
http:/lelf*a.multiply.com/joumal/?&:&show _interstitial:l&u:%o2F journal&page_start:0.
seperti disebutkan sebelumnya.
7.
Kesimpulan Faktor predisposisi kunjungan remaja ke restoran fast food adalah kegemaran dan nrlat/gengsi yang
8.
mereka dapatkan, sekalipun mereka
teiah mengetahui dampak negatif yang akan muncul.
45
Diakses pada Desemb er, 2007 . Sarwono, S. W. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai
Pustaka;2002.
Hadju, Veni. Dasar-Dasar Gizi. Makassar: Gizi FKM Unhas; 2005.