13
HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa Fabricius) dan jaringan limfoid sekunder (limpa dan semua mukosa yang berkaitan dengan lingkungan, saluran pencernaan, saluran pernafasan, saluran reproduksi). Sistem limfoid ayam terdiri dari organ yang khas, dibagi ke dalam dua morfologi dengan komponen fungsional yang berbeda (Akter et al. 2006). Timus adalah organ pertama menjadi limfoid selama kehidupan embrio, karena disebut limfoblas asal-darah dari kantung kuning telur, dan hati. Timus bekerja tergantung pada sel limfosit yang lebih kecil dan juga bertanggung jawab untuk mediator kekebalan, termasuk fungsi immunosurvailance. Lobulus timus adalah struktur sangat dinamis. Limfosit secara kontinu diproduksi di korteks, dan meskipun sebagian mengalami apoptosis dan dimakan makrofag namun banyak yang bermigrasi ke medula dan memasuki aliran darah melalui dinding vena pasca kapiler (Fawcett 2002). Hasil uji statistik data pengamatan dalam penelitian ini dan gambaran mikroskopi/ histopatalogi dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5 dan Tabel 4.
A
B
C
Gambar 4 Histopatologi timus (A) kelompok kontrol, (B) Kelompok A, (C) kelompok B
A
B
C
Gambar 5 Kepadatan sel pada korteks timus perbesaran 100x (A) kelompok kontrol, (B) kelompok A, (C) kelompok B
14 Tabel 4 Pengaruh pemberian jintan hitam terhadap luas korteks dan kepadatan sel pada organ timus ayam broiler dalam luas lapang pandang 20 000µm2 Parameter
Luas korteks (µm)
Kepadatan sel
Minggu ke-
Kelompok
2
K 1.763±0.75ª
A 2.671 ±1.33ª
B 2.212±0.76ª
3
2.695±0.11ab
3.583±0.79ª
1.773±0.77b
4
2.213 ±0.76ª
3.137 ±0.76ª
2.234±0.81ª
5
1.763 ±0.75ª
2.675 ±0.03ª
1.798±0.78ª
6
1.751 ±0.73ª
2.169 ±1.44ª
1.785±0.79ª
2
293.67±13.65
a
a
351.67±69.22
329.67±49.01a
3
321.33±21.08a
358.33±50.05a
375±37.81a
4
292.67±56.90b
399.33±6.43a
384.67±36.46a
5
285.33±10.40b
350±13.05ab
344.67±57.58a
6
282.67±25.87a
342.67±60.96a
329±48.44a
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok.
Pengamatan terhadap luas korteks timus dimaksudkan untuk melihat aktivitas proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit merupakan penanda adanya fase aktivasi dari respon imun tubuh. Penghitungan luas korteks antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (A dan B) menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05) pada minggu ketiga. Menurut Schleicher dan Saleh (2000), kandungan asam lemak yang tinggi terutama asam linoleat dan asam linolenat dalam jintan hitam mampu meningkatkan sistem imun tubuh dengan cara meningkatkan proliferasi limfosit untuk menghasilkan antibodi. Pada minggu keempat terdapat penurunan untuk luas korteks pada kelompok K, A, dan kenaikan pada kelompok B namun tidak berbeda nyata. Pada minggu kelima dan keenam terjadi penurunan kembali pada semua kelompok dengan nilai kelompok A lebih tinggi dibandingkan dua kelompok lainnya. Hal tersebut dikarenakan kelompok A memiliki respon yang paling baik terhadap vaksinasi yang diberikan. Pemberian Nigella sativa menunjukkan bahwa kelompok A dan B lebih responsif terhadap vaksin yang diberikan. Terlihatnya peningkatan luasan korteks terlihat pada minggu ketiga dan keempat. Peningkatan jumlah timosit pada korteks kemungkinan terjadi karena adanya gertakan dari antigen asal vaksin. Antigen pertama kali masuk melewati epitel, masuk ke aliran limfatik, mengalir ke kelenjar getah bening regional dan bersirkulasi dalam peredaran darah (Cheville 2006). Apabila ada rangsangan antigen, sel timosit yang teraktivasi berpindah dari korteks ke jalur medula lalu keluar ke peredaran darah melalui saluran limfe eferen (Searcy 1995). Hal ini terlihat penurunan kembali setelah minggu ketiga dan keempat. Kepadatan sel dihitung sebagai parameter respon kekebalan tubuh dari organ limfoid timus. Kelompok yang diberi perlakuan jintan hitam menunjukkan respon yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Respon berbeda nyata pada minggu keempat sesuai dengan luas korteks timus setelah pemberian vaksin AI. Jintan hitam diketahui memiliki efek imunomodulator, dimana pemberian
15 jintan hitam dapat meningkatkan rasio CD4+ dan CD8+ serta meningkatkan jumlah sel natural killer (Omar et al. 1999; Salem 2005). Kelompok A dan kelompok B cenderung memiliki nilai kepadatan sel limfosit lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K. Hal ini disebabkan aktivitas proliferasi limfosit yang didukung oleh pemberian jintan hitam. Menurut Gerige et al. (2009) ekstrak minyak jintan hitam yang diperoleh dari biji jintan hitam mengandung 36%-38% fixed oil, protein, tanin, alkaloid, saponin, dan 0,4%-2,5% minyak essensial yang bersifat volatile (mudah menguap). Komponen utama dari fixed oil ini yaitu asam lemak tak jenuh dan asam eicosadienoic. Minyak essensial yang telah dianalisis memiliki kandungan utama yaitu thymoquinone. Zat aktif thymoquinone (2-isopropyl-5-methylbenzo-1,4-quinone) mampu meningkatkan respon imun dalam organ limfoid dengan cara memacu fungsi berbagai komponen sistem imun nonspesifik (fagosit, sel NK) dan sistem imun spesifik (proliferasi sel T dan sel B yang memproduksi antibodi) (Anderson 1999). Minggu keempat kelompok yang diberi jintan hitam menunjukkan kepadatan sel tertinggi. Hal ini merupakan reaksi dari vaksin AI yang diberikan pada hari ke-28 dan organ timus memiliki respon positif terhadap pemberian jintan hitam. Menurut Al-Jawfi et al. (2008) jintan hitam meningkatkan kekebalan tubuh selain dengan meningkatkan limfoblas juga dengan cara meningkatkan fungsi dari T helper dan fungsi sel NK. Jintan hitam (Nigella sativa) juga dapat meningkatkan produksi interleukin 1, interleukin 2, serta meningkatkan jumlah leukosit. Pada minggu kelima dan minggu keenam cenderung terjadi penurunan kepadatan sel. Pada minggu keempat dan kelima terdapat perbedaan nyata (p<0.05) diantara ketiga kelompok (K, A dan B). Hal ini menunjukkan Nigella sativa berpengaruh pada kelompok A dan kelompok B. Jintan hitam dapat meningkatkan rasio antara sel-T helper dengan sel-T supressor sebesar 72% yang berarti meningkatkan aktivitas fungsional sel kekebalan tubuh (El-Dakhakhny et al. 2002). Perubahan histopatologi pada limpa Pulpa putih merupakan jaringan limfoid pekat yang dikelilingi periarterial sheat (PALS), berbentuk lingkaran atau lonjong dengan interval tertentu, disebut Lymphonodus Corpusculus Malphigi. Pada pulpa putih terdapat limfosit besar, sedang, dan kecil. Jumlah limfosit tinggi pada limpa berasal dari limfosit sirkulasi yang masuk ke limpa melalui sinus venosus untuk tinggal di daerah tertentu dalam pulpa putih (Hartono 1995). Menurut Jubb et al. (2006), pusat germinativum dari limpa memegang peranan penting dalam respon humoral, yaitu dengan produksi antibodi dan menentukan kelanjutan sel-B memori ke organ limfoid perifer. Hasil uji statistik data pengamatan dalam penelitian ini dan gambaran mikroskopi/ histopatalogi dapat dilihat pada Gambar 6, Gambar 7 dan Tabel 5.
16
B
A Gambar 6
C
Histopatologi Limpa perbesaran 10x (A) kelompok kontrol, (B) kelompok A, (C) kelompok B
A
B
C
Gambar 7 Kepadatan sel pada folikel limfoid (pulpa putih) perbesaran 100x (A) kelompok kontrol, (B) kelompok A, (C) kelompok B Tabel 5
Pengaruh pemberian jintan hitam terhadap luas pulpa putih dan kepadatan sel pada organ limpa ayam broiler dalam luas lapang pandang 20 000µm2
Parameter
Luas pulpa
Kepadatan sel
Minggu ke-
Kelompok
2 3
K 1.725±1.07ª 2.896±0.09ª
A 2.287±1.03ª 2.902±0.06ª
B 2.284±1.02ª 2.837±0.02ª
4
1.107±0.00ª
2.354±1.08ª
1.673±1.00ª
5
2.839±0.12ª
2.851±0.060ª
2.271±1.01ª
6
1.701±1.04ª
2.226±0.97ª
2.138±1.23ª
a
54.67±5.03a
a
2
52.33±12.70
58.67±2.65
3
68.00±12.12a
74.33±9.61a
61.30±4.93a
4
56.67±1.53a
71.00±17.35a
52.67±2.52a
5
54.00±9.54b
74.00±7.81a
61.33±3.21ab
6 56.33±2.52a 64.00±5.57a 69.00±15.59a Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok.
17
Tabel 3 menunjukkan bahwa luas pulpa putih limpa tidak ada perbedaan nyata (p>0.05) antara kelompok perlakuan (A dan B) dengan kelompok kontrol, tetapi kelompok perlakuan memiliki kecenderungan mempunyai luas pulpa putih lebih besar. Menurut El-Kadi dan Kandil (1987), jintan hitam merupakan salah satu herbal yang potensial sebagai imunomodulator. Beberapa senyawa yang terkandung pada jintan hitam dapat meningkatkan respon imun dalam organ limfoid. Peningkatan respon imun dalam organ limpa dapat dilihat dengan mengukur bagian folikel limfoid (pulpa putih) atau menghitung jumlah sel limfosit (Tan dan Vanitha 2004). Vaksin yang diberikan pada hari ke-19 (vaksin ND) dan hari ke-28 (vaksin AI) menyebabkan luas folikel limfoid limpa meningkat pada minggu ketiga dan kelima dibandingkan minggu sebelumnya. Menurut Tizard (2004), apabila ada antigen yang masuk, pusat germinativum akan mengalami hiperplasia yang akan menyebabkan diameter folikel meningkat. Sejalan dengan pertambahan luas pulpa putih, terjadi peningkatan kepadatan sel pada minggu ketiga dan kelima pada kelompok yang diberi perlakuan jintan hitam (A dan B). Kelompok kontrol menunjukkan nilai yang tidak dinamis atau relatif stabil dari minggu kedua sampai keenam meskipun respon yang diberikan tidak berbeda nyata. Penambahan jumlah kepadatan sel pada kelompok ayam yang diberi perlakuan jintan hitam adalah akibat efek senyawa jintan hitam yang bersifat sebagai imunomodulator. Menurut El-Kadi et al. (1989), jintan hitam merupakan salah satu herbal yang potensial sebagai imunomodulator. Beberapa senyawa pada jintan hitam dapat meningkatkan aktivitas respon imun pada organ limpa. Peningkatan kepadatan sel pulpa putih sejalan dengan dengan pertambahan luas pada pulpa putih. Menurut Schleicher dan Saleh (2000), kandungan asam lemak yang tinggi terutama asam linoleat dan asam linolenat dalam jintan hitam mampu meningkatkan sistem imun tubuh dengan cara meningkatkan proliferasi limfosit untuk menghasilkan antibodi.
Perubahan histopatologi pada bursa Fabricius Bursa Fabricius merupakan organ limfoid primer pada unggas terutama ayam. Struktur dasar bursa Fabricius adalah folikel bursa, folikel disusun oleh folikel interaktif dari pertambahan sel epitel dan mesenkim. Beberapa folikel yang sudah matang tetap berada pada medula dan korteks. Korteks dan medula disusun oleh membran basal yang bersambungan dengan membran basal dari permukaan epithelium. Struktur utama bursa Fabricius adalah folikel bursa yang berkembang dari pertumbuhan interaktif sel epitel dan sel mesenkim. Makrofag ditemukan di dalam bursa Fabricius, meskipun jumlahnya sedikit dibandingkan limfosit B. Kenyataannya pada kondisi normal, keberadaan makrofag disamarkan oleh populasi limfosit (Riddel 1987). Hasil uji statistik data pengamatan dalam penelitian ini dan gambaran mikroskopi/ histopatalogi dapat dilihat pada Gambar 8, Gambar 9 dan Tabel 6.
18
A
B
C
Gambar 8 Hitopatologi bursa Fabricius perbesaran 4x (A) kelompok kontrol, (B) kelompok A, (C) kelompok B
A
C
B
Gambar 9 Kepadatan sel pada folikel limfoid bursa Fabricius perbesaran 100x (A) kelompok kontrol, (B) kelompok A, (C) kelompok B Tabel 6 Pengaruh pemberian jintan hitam terhadap luas folikel limfoid dan kepadatan sel pada organ bursa Fabricius ayam broiler dalam luas lapang pandang 20 000µm2 Parameter
Luas folikel limfoid (µm)
Kepadatan sel
Minggu ke-
Kelompok K b
A
B
272.69±64.96ª
267.86±25.61ª
2
112.6±104.25
3
149.08±133.61ª
257.39±132.6ª
151.39±8.22ª
4
92.5±158.94ª
265.8±25.94ª
99.3±170.82ª
5
89.2±153.38ª
197.2±174.19ª
98.1±168.75ª
6
157±140.9 6ª
302.7±151.79ª
176±12.98ª
2
64±10.54c
150±16.52a
97±16.82b
3
63±15.87c
156±22a
99.33±13.05b
4
67±18.36b
130.67±25.03a
85±7.21b
b Luas folikel limfoid bursa Fabricius76±17 menunjukkan bahwa ada aperbedaan 5 139.33±9.07 75.67±21.13b
6 71.67±16.17b 126±22.61a 77±7.55b Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok.
19 Luas folikel limfoid bursa Fabricius menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata (p<0.05) pada minggu kedua. Minggu berikutnya terjadi peningkatan luas folikel limfoid pada kelompok yang diberi jintan hitam. Kandungan thymoquinone yang terdapat pada jintan hitam berfungsi sebagai anti depresan melalui mekanisme penghambatan dari pelepasan histamin yang nantinya akan mereduksi nilai cyclic Adenosine Monophosphate (cAMP) (Abdel-Sater 2009). Stres menginduksi kenaikan cAMP intraseluler yang menyebabkan adanya penekanan sistem imun, contohnya dengan menghambat proliferasi limfosit dan antibodi (Glaser et al. 1990) Pengamatan pada tabel hasil luas folikel limfoid bursa Fabricius menunjukkan kelompok A dan B yang diberikan Nigella sativa mempunyai luasan folikel lebih besar daripada kelompok kontrol. Nigella sativa tidak hanya memiliki efek imunostimulan pada sistem imun spesifik, tetapi juga terdapat pada beberapa reaksi sistem imun yang non spesifik seperti inflamasi dan proliferasi monosit (Rajput et al. 2007). Proliferasi limfosit merupakan penanda adanya fase aktivasi dari respon imun tubuh. Proliferasi limfosit ini berupa peningkatan produksi limfoblas yang kemudian menjadi limfosit. Secara mikroskopis dapat terlihat pembesaran organ-organ limfoid (Ganong 2003). Kepadatan sel dari folikel limfoid bursa Fabricius menunjukkan terdapat perbedaan nyata (p<0.05) untuk semua kelompok setiap minggunya. Kelompok yang diberi jintan hitam memiliki kepadatan sel limfosit lebih tinggi. Kandungan thymoquinone pada jintan hitam menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, produksi interferon, melindungi kerusakan sel oleh infeksi virus, menghancurkan sel tumor, dan meningkatkan jumlah antibodi yang diproduksi sel-B (GaliMuhtasib et al. 2007). Menurut Randhawa (2008), di dunia kedokteran hewan, efek samping yang menguntungkan dari biji dan minyak Nigella sativa untuk penyakit infeksius, bahkan pernah dilaporkan bahwa penambahan biji Nigella sativa pada pakan kerbau dan domba akan meningkatkan berat badan dan reproduksi, serta penambahan Nigella sativa dalam pakan ayam broiler akan meningkatkan imunitas dan konversi pakan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian jintan hitam pada ayam broiler memiliki potensi sebagai imunomodulator. Hal ini dilihat dari gambaran histopatologi limpa, bursa Fabricius dan timus. Jintan hitam meningkatkan aktivitas organ limfoid yang tercermin pada pemberian vaksinasi. Perbedaan nyata terlihat pada kepadatan sel pada folikel limfoid masing-masing kelompok perlakuan.