HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Fisik Kontaminasi Salmonella spp pada Media Agar dalam ProsesIsolasi dari Ovarium dan Telur Ayam Ras Petelur Untuk mengetahui keberadaan bakteri patogen yang menginfeksi ovarium dan telur ayam ras petelur, dapat diamati dengan melakukan serangkaian proses isolasi menggunakan metode Bacterilogical Analitycal Method (BAM). Prosedur ini meliputi tahap pengkayaan, pengkayaan selektif, agar selektif, dan uji biokimia awal. Berdasarkan pengujian agar selektif, keberadaan koloni tipikal yang tumbuh pada sampel ovarium dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Isolasi Salmonella spp Positif dan Negatif dalam Sampel Ovarium pada Media BSA, HEA, XLDA Media Agar
Sampel Ovarium Positif
Negatif
BSA
HEA
XLD
Keterangan:
= positif Salmonella spp
24
Media agar yang positif terdapat Salmonella spp menunjukkan warna keabu-abuan pada media selektif BSA, sedangkan pada media media HEA dan XLD sampel yang positif Salmonella spp berwarna kehitaman. Ciri ini sesuai dengan SNI (2008) yang menyatakan bahwa sampel yang positif tercemar Salmonella spp pada media BSA terlihat keabu-abuan atau kehitaman, pada media HEA ditandai dengan warna hijau kebiruan atau tanpa titik hitam, sedangkan pada media XLDA diindikasikan dengan koloni berwarna merah muda dengan atau tanpa titik hitam. Media selektif HEA sangat cocok untuk mengisolasi Salmonella dan Shigella, karena media ini mengandung garam empedu sebagai agen selektif dan laktosa, sukrosa, salicin dan indikator H 2 S. Media BSA masih terdapat mikroba lain yang dapat tumbuh seperti Pseudomonas, Shigella dan Vibrionacea (Waltman, 1999). Ciri yang dilaporkan oleh BAM (2007) bahwa Salmonella dapat menghasilkan koloni yang besar dengan inti berwarna gelap mengkilap atau koloni dapat terlihat hitam secara keseluruhan. Pada sampel bakteri enterica memproduksi hidrogen sulfida yang dapat menyebabkan media menghitam karena produksi ferrous sulphides. Hal ini menyebabkan dekarboksilasi lisin dan menghasilkan reaksi alkali (warna ungu) atau reaksi netral di dasar medium. Organisme yang dapat mendeaminasi lisin dapat menghasilkan perubahan warna media miring menjadi merah dan dasar berasam. Gas mungkin dibentuk tetapi umumnya pembentukannya tidak dapat dipastikan (Waltman, 1999). Ciri fisik kontaminasi bakteri patogen Salmonella spp juga terjadi pada sampel telur yang ditunjukkan pada Tabel 4. Xylose Lysine Deoxycholate Agar (XLDA) merupakan medium yang dibuat dari sodium deoxycholate sebagai selectif agen, laktosa, sukrosa, lisin, dan indikator H 2 S. Masalah utama dengan XLD agar adalah ketidakmampuan dalam menekan pertumbuhan Proteus spp. Kehadiran H 2 S ditandai oleh koloni hitam dan biasanya mengaburkan perbedaan di dalam reaksi lisisin Salmonella dan protease (Waltman, 1999). Sampel positif pada media agar selektif selanjutnya di uji pada media TSIA dan LIA. Uji TSIA dan LIA dilakukan untuk memastikan bahwa pendugaan yang dilakukan sebelumnya benar. Media berwarna kehitaman dengan gas diantara media tersebut merupakan penciri koloni Salmonella spp seperti pada Tabel 5. Ciri-ciri sampel TSIA dan LIA positif adalah adanya warna hitam akibat reaksi H 2 S dan adanya gas yang terbentuk. 25
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Isolasi Salmonella spp Positif dan Negatif di Telur Ayam Ras Petelur pada Media BSA, HEA dan XLDA Media Agar
Sampel Telur Positif
Negatif
BSA
HEA
XLD
Keterangan:
= koloni hitam menunjukkan positif Salmonella spp
BAM (2007) menyatakan bahwa reaksi spesifik Salmonella pada Triple Sugar Iron Agar miring adalah bagian permukaan miring (slant) berwarna merah/alkalin (reaksi basa), memproduksi H 2 S (kehitaman pada agar kadang hingga menutupi warna agar dasar, dengan atau tanpa memproduksi gas). Reaksi spesifik Salmonella pada Lysine Iron Agar miring adalah : bagian permukaan miring (slant) berwarna ungu/alkalin (reaksi basa), bagian agar dasar/butt atau agar tusuk berwarna
26
ungu/alkalin (reaksi memproduksi H 2 S; kehitaman pada agar kadang hingga menutupi warna agar dasar, dengan atau tanpa memproduksi gas. Tabel 5. Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Isolasi Salmonella spp Positif dan Negatif di Ovarium dan Telur Ayam Ras Petelur pada Media TSIA dan LIA Sampel Kondisi Ovarium Telur
TSIA dan LIA negatif Salmonella spp
TSIA dan LIA positif Salmonella spp
Keterangan:
= koloni hitam = gas
Hasil Isolasi Salmonella spp dari Ovarium Ayam Ras Petelur Berdasarkan pengamatan dari ovarium 48 ekor ayam pada 4 perlakuan yang berbeda dan hari pengambilan sampel yang berbeda, diketahui bahwa terdapat perlakuan yang positif terinfeksi Salmonella spp.
Pengamatan kondisi infeksi
Salmonella spp dari ovarium disajikan pada Tabel 6.
27
Tabel 6. Hasil Pengamatan Kondisi Infeksi Salmonella spp pada Ovarium Ayam Ras Petelur yang diberi Probiotik L. acidophilus Kondisi Infeksi Salmonella Nama Sampel Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15 Hari ke-20 P1U1 Negatif Negatif Positif Positif P1U2
Positif
Positif
Positif
Positif
P1U3
Negatif
Negatif
Positif
Positif
P2U1
Negatif
Positif
Positif
Positif
P2U2
Negatif
Negatif
Positif
Positif
P2U3
Positif
Positif
Positif
Positif
P3U1
Negatif
Positif
Positif
Positif
P3U2
Negatif
Negatif
Positif
Positif
P3U3
Negatif
Negatif
Positif
Positif
P4U1
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
P4U2
Negatif
Negatif
Positif
Positif
P4U3
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Keterangan: Negatif Positif
= tidak ditemukan Salmonella spp = ditemukan Salmonella spp
Berdasarkan data yang didapatkan, negatif yang berarti tidak ditemukannya salmonella spp dan positif yang berarti ditemukannya salmonella spp. Perlakuan 1 yaitu isolasi salmonella spp dari ovarium yang tidak diberi L. acidophilus dan Salmonella spp di hari ke 5 pengamatan menunjukkan persentase positif sebesar 33,33% , hari ke 10 sebesar 33,33%, hari ke 15 sebesar 100%, dan hari ke 20 sebesar 100%, sedangkan persentase sampel negatif hari ke 5 sebesar 66,67%, hari ke 10 66,67%, hari ke 15 dan 20 sebesar 0%. Perlakuan 2 yaitu Isolasi Salmonella spp dari ovarium yang tidak diberi L. acidophilus dan hanya diberi Salmonella spp menunjukkan hasil positif pada hari ke 5 sebesar 33,33%, hari ke 10 sebesar 66,67%, hari ke 15 dan 20 sebesar 100%, sedangkan sampel negatif pada hari ke 5 sebesar 66,67%, hari ke 10 menurun menjadi 33,33% dan hari ke 15 dan 20 semakin menurun hingga 0%. Hasil di perlakuan 3 yaitu Isolasi Salmonella spp dari ovarium yang diberi 1x L. acidophilus dan diberi Salmonella spp menunjukkan persentase sampel positif pada hari ke 5 sebesar 0%, hari ke 10 sebesar 33,33%, hari ke 15 dan 20 sebesar 100%, sedangkan sampel negatif pada hari ke 5 sebesar 100%, hari ke 10 28
sebesar 66,67%, hari ke 15 dan 20 sebesar 0%. Hasil di perlakuan 4 yaitu isolasi Salmonella spp dari ovarium yang diberi 2x L. acidophilus dan diberi Salmonella spp menunjukkan persentase sampel positif pada hari ke 5 sebesar 0%, hari ke 10 sebesar 0%, hari ke 15 sebesar 0% dan hari ke 20 sebesar 66,67%, sedangkan sampel negatif di hari ke 5dan 10 sebesar 100%, di hari ke 15 sebesar 0%, dan di hari ke 20 sebesar 33,37%. Hasil Isolasi Salmonella spp Terdeteksi Positif dari Ovarium pada Perlakuan 1 yang Tidak Diberi L.acidophilus dan Tidak Diberi Salmonella spp pada Berbagai Media Agar Perlakuan 1 merupakan perlakuan kontrol dimana dalam perlakuan ini ayam yang dipelihara tidak diberikan penambahan Salmonella spp dan probiotik L. acidophilus. Berdasarkan proses isolasi yang dilakukan didapatkan hasil bahwa perlakuan 1 pada hari pengambilan sampel ke 5 positif terdapatnya Salmonella spp. Hal ini terjadi disebabkan di dalam diri ayam yang sudah terinfeksi Salmonella spp karena pemberian bakteri patogen tersebut dilakukan pada hari ke 5 sore sedangkan sampel diambil pada hari ke 5 pagi. Sesuai dengan pernyataan Purnomo (1997) bahwa permasalahan yang paling mendasar bagi usaha peternakan ayam di Indonesia adalah ditemukannya S. enteritidis pada peternakan pembibit (breeder). Data sampel yang positif terdapat Salmonella spp dari perlakuan 1 mengalami peningkatan hingga hari pengambilan sampel ke 20 yang menunjukkan seluruh sampel dari 3 ulangannya positif terdapatnya bakteri patogen Salmonella spp di ovarium. Hal ini disebabkan adanya kontaminasi dari ternak pembawa bakteri patogen terhadap lingkungan sehingga ternak lain yang rentan menjadi ikut terinfeksi Salmonella.
Menurut
Sainsburry (2000), kontaminasi silang dari kandang kepada ternak dapat terjadi secara cepat jika proses pembersihan feses tidak berjalan dengan baik. Kotoran ayam sebaiknya tidak ditampung di dalam area peternakan terlalu lama. Hal ini penting dan baik untuk meminimalisir adanya hewan mengerat dan serangga (lalat) dan memaksimalkan sinar matahari sebagai desinfektan masuk ke lingkungan perkandangan (Arzey, 2000). Bedasarkan pengamatan pada media agar selektif diketahui bahwa dari 12 media murni, media BSA dari sampel perlakuan 1 nilai kontaminasi paling besar yaitu 100% di H10. Diikuti oleh HEA yaitu 6 sampel (50%) di H20 dan media XLDA yaitu 4 sampel (33,33%) di H20. Persentase kontaminasi Salmonella spp di 29
perlakuan 1 dari sampel Ovarium dapat di deteksi pada Media selektif BSA, HEA dan XLDA. Gambar 7 menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 1 pada berbagai media agar dan tidak menyajikan perbandingan hasil postif dan negatif terdeteksi Salmonella spp.
Kontaminasi Salmonella spp (%)
120 100
100 80
66,6
58,33
60 40
50
33,3
33,3 16,6
20
16,6 0
0 5
0
10
0
0
15
20
Hari pengambilan sampel ke
Gambar 7. Diagram Batang Kontaminasi Salmonella spp di Perlakuan 1 dari Sampel Ovarium Pada Media Selektif BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLDA
Sampel yang positif dari agar selektif BSA, HEA dan XLDA (Tabel. 3 dan Tabel 4) kemudian diuji dengan menggunakan Media TSIA dan LIA (Tabel 5). Jumlah sampel yang terdapat bakteri patogen Salmonella spp di Ovarium pada hari pengambilan sampel ke 5 sebanyak 2 pasang, pada hari pengambilan sampel ke 10 sebanyak 2 pasang, berikutnya pada hari ke 15 sebanyak 9 pasang dan meningkat sebanyak 18 pasang di hari pengambilan sampel ke 20. Perlakuan 1 merupakan perlakuan kontrol dengan hasil isolasi bahwa seluruh sampel dari ovarium positif terdapat bakteri patogen Salmonella spp dan meningkat hingga hari pengambilan sampel ke 20. Hal ini terjadi karena, dalam tubuh ayam sudah terdapat Salmonella spp atau karena adanya kontaminasi silang baik dari lingkungan, kandang atau ayam lain. 30
Hasil Isolasi Salmonella spp dari Ovarium pada Perlakuan 2 yaitu Perlakuan Dengan Pemberian Salmonella spp dan Tidak Diberi L. acidophilus pada Berbagai Media Agar Perlakuan 2 adalah perlakuan dengan pemberian Salmonella spp sebanyak 106cfu/ml secara langsung dicekokkan kepada ternak. Berdasarkan proses isolasi yang dilakukan, pada hari ke 5 pengambilan sampel data menunjukkan positif terdapatnya Salmonella spp sebanyak 1 dari 3 ulangan. Setelah hari ke 10 mengalami peningkatan sebanyak 75% (2 dari 3) ulangan yang positif terdapatnya Salmonella spp. Semakin meningkat di hari ke 15 dan 20 bahwa seluruh sampel dan ulangan positif terdapatnya Salmonella spp. Pemberian Salmonella spp secara langsung dengan dicekokkan kepada ayam selama 5 hari berturut-turut mampu dengan cepat menginfeksi hingga ke organ reproduksi yaitu ovarium. Infeksi pada ovarium dapat disebabkan dari indukan yang terjangkit Salmonella spp, selain itu bisa juga disebabkan oleh infeksi pada saat ovarium masih belum dilepaskan. Folikel kecil yang masih muda lebih mudah terinfeksi Salmonella spp dibandingkan dengan folikel kuning yang telah dewasa. Penembusan folikel yang belum dewasa dapat berakibat pada kontaminasi telur setelah folikel itu dewasa dan dapat menyebabkan berlanjutnya infeksi seluruh ovarium pada saluran reproduksi (Gantois et al., 2009). Okamura et al.,(2001) menyatakan bahwa Salmonella enteritidis mampu mengkolonisasi ovarium lebih tinggi dibandingkan dengan Salmonella jenis lainnya. Pendapat yang sama dinyatakan oleh Gast et al., (2007) bahwa kolonisasi ovarium lebih tinggi dibandingkan dengan kolonisasi bagian atas dan bagian bawah saluran reproduksi, pengamatan ini dilakukan pada 3 jenis Salmonella yang berbeda yaitu S. enteritidis tipe 13a, S. enteritidis tipe 14b, dan Salmonella heidelberg. S. enteritidis mampu mengkoloni lebih sering dibandingkan jenis lainnya (Okamura et al., 2001). Persentase kontaminasi Salmonella spp di perlakuan 2 dari sampel Ovarium dapat dideteksi pada Media selektif BSA, HEA, dan XLDA. Gambar 8. menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 2 pada berbagai media agar dan tidak menyajikan perbandingan hasil positif dan negatif deteksi Salmonella spp.
31
Persentase Salmonela spp (%)
90
83,3
80
75
70 60
50
50 40 30
25 16,6
20
25
16,6 8,3
10
0
0 5
10
0
15
20
Hari pengambilan sampel ke
Gambar 8. Diagram Batang Kontaminasi Salmonella spp di Perlakuan 2 dari Sampel Ovarium Pada Media Selektif BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLDA
Pengujian dengan agar selektif di BSA, HEA dan XLDA pada masingmasing sampel dapat memperjelas keberadaan Salmonella spp. Pada media selektif BSA memiliki nilai paling besar yaitu 10 sampel (83,33%) dari 12 sampel pada hari ke 15. Media HEA nilai paling besar sebanyak 2 sampel (16,67%) dari 12 sampel pada hari ke 5 dan hari ke 15. Media selektif XLD memiliki nilai paling besar pada hari ke 15 dan hari ke 20 sebanya 3 sampel (25%) dari 12 sampel. Sampel yang positif terdapatnya Salmonella spp pada media agar selektif BSA, HEA, dan XLDA dapat dilihat pada Tabel 3. Sampel yang positif Media TSIA dan LIA dapat dilihat pada Tabel 4. Untuk menegaskan keberadaan bakteri patogen Salmonella spp dengan melakukan pengujian di media TSIA dan LIA. Dari media tersebut didapatkan hasil bahwa pada hari ke 5 terdapat 3 pasang sampel yang positif terdapatnya Salmonella spp. Pada hari ke 10 sebanyak 4 pasang sampel, hari ke 15 meningjat sebanyak 15 pasang sampel, sedangakn hari ke 20 mengalami penurunan menjadi 3 pasang sampel. 32
Perlakuan kedua merupakan perlakuan dengan pemberian bakteri patogen secara langsung kepada ternak tanpa ditambahkan probiotik L. acidophilus. Data menunjukkan bahwa keseluruhan sampel positif terdapat Salmonella spp dan meningkat hingga hari ke 20. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri patogen tersebut mampu mengkoloni ovarium dengan cepat. Hasil Isolasi Salmonella spp dari Ovarium pada Perlakuan 3 yang Diberi Satu Kali L.acidophilus dan Salmonella spp pada Berbagai Media Agar Perlakuan 3 adalah perlakuan dengan pemberian Salmonella spp dan pemberian L. acidophilus sebanyak 1 kali pemberian. Berdasarkan proses isolasi yang telah dilakukan, pada hari ke 5 seluruh ulangan menunjukkan data negatif yang berarti tidak terdapatnya Salmonella spp dalam sampel ovarium. Sebaliknya pada hari ke 10 ada 1 ulangan yang menunjukkan positif terdapatnya Salmonella spp dan mengalami peningkatan pada hari ke 15 dan hari ke 20 bahwa seluruh ulangannya positif terdapat Salmonella spp. Ditemukannya bakteri patogen Salmonella spp yang berada di ovarium hari ke 15 dan hari ke 20 ini dimungkinkan dalam kondisi lemah dapat disimpulkan sementara bahwa sifat patogenitas Salmonella spp tersebut menurun. Sesuai dengan pernyataan Nemeth et al (2006) dan Tellez et al (2001) bahwa
mekanisme
kerja
Lactobacillus
dalam
mencegah
perlekatan,
perkembangbiakan dan penurunan patogenitas bakteri enterogen yaitu dengan memproduksi rantai pendek asam lemak terbang sehingga akan menurunkan pH lumen usus dimana hal ini merupakan konsisi yang tidak mendukung bagi perkembangan bakteri enteropatogen, menghasilkan substansi yang bersifat menghambat
bakteri
enteropatogen,
menghasilkan
substansi
yang
bersifat
menghambat metabolit yang diperlukan oleh bakteri patogen dan memproduksi senyawa spesifik seperti bakteriosin yang bersifat bakterisidal. Mekanisme kerja probiotik lain juga menjelaskan bahwa mekanisme kerja probiotik adalah pertama dapat menghasilkan asam, sehingga pH menjadi rendah, keadaan ini tidak menguntungkan bagi mikroorganisme patogen. Kedua beberapa mikroba probiotik dapat menghasilkan bahan antimikroba (bakteriosin) yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain yang tidak menguntungkan. Ketiga mikroba probiotik dapat berkembang biak di dalam saluran pencernaan dan berkompetisi dengan
33
mikroba patogen. Keempat berkompetisi dengan mikroba patogen untuk berikatan dengan reseptor yang sama (Lopez, 2000). Bedasarkan pengamatan pada media agar selektif yaitu BSA, HEA, dan XLDA diketahui bahwa dari 12 media murni, media BSA dari sampel perlakuan 9 nilai kontaminasi paling besar yaitu 75% di H10. Diikuti oleh HEA yaitu 100% di H20 dan media XLDA yaitu 7 sampel (58,33%) di H20. Persentase kontaminasi Salmonella spp di perlakuan 3 dari sampel Ovarium dapat dideteksi pada media selektif BSA, HEA dan XLDA. Gambar 9. menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 3 pada berbagai media agar dan tidak
Persentase Salmonella spp (%)
menyajikan perbandingan hasil positif dan negatif deteksi Salmonella spp. 120 100
100 80
75 58,3
60 40 20
58,3 41,6
33,33
8,33 0
0 5
0
10
0
0
15
8,33
20
Hari pengambilan sampel ke
Gambar 9. Diagram Batang Kontaminasi Salmonella spp di Perlakuan 3 dari Sampel Ovarium Pada Media Selektif BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLDA
Berdasarkan sampel positif dari media selektif BSA, HEA dan XLDA, dilakukan uji penegasan dengan menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan Lysine Iron Agar (LIA) (Tabel 4). Sehingga didapatkan data yaitu; pada hari ke lima tidak ditemukannya Salmonella spp. Sedangkan pada hari ke sepuluh terdapat 1 pasang sampel yang positif terdapat Salmonella spp. Pada hari ke lima belas terdapat 6 pasang sampel dan pada hari ke dua puluh terdapat 19 pasang sampel positif terdapat Salmonella spp.
34
Perlakuan ketiga merupakan perlakuan dengan pemberian bakteri Salmonella spp dan probiotik L. acidophilus. Data menunjukkan bahwa pada perlakuan tersebut di hari ke 15 dan 20 terjadi peningkatan jumlah sampel positif yang terdapat Salmonella spp.
Meskipun terjadi peningkatan jumlah sampel positif terdapat
Salmonella spp dalam ovarium, tetapi kondisi patogen tersebut kemungkinan besar melemah akibat dari mekanisme kerja probiotik dalam menghambat infeksi bakteri patogen Salmonella spp Hasil Isolasi Salmonella spp dari Ovarium pada Perlakuan 4 yaitu Perlakuan Pemberian Dua Kali L. acidophilus dan Salmonella spp pada Berbagai Media Agar Perlakuan keempat merupakan perlakuan dengan penambahan Salmonella spp dan dengan penambahan probiotik Lactobacillus acidophilus sebanyak 2 kali pemberian. Berdasarkan proses isolasi yang dilakukan, pada hari ke 5 dan ke 10 seluruh ulangan menunjukkan data yang negatif terhadap keberadaan Salmonella spp. Sedangkan pada hari ke 15 seluruh ulangannya positif terdapat bakteri patogen. Pada hari ke 20, mengalami penurunan jumlah ulangan sampel yang positif terinfeksi Salmonella spp. Terjadinya peningkatan sampel positif dikarenakan pada hari ke 15 bakteri patogen Salmonella spp mampu berpindah hingga menginfeksi ovarium, meskipun demikian sifat patogenitas Salmonella spp tidak terlalu kuat sehingga pada hari ke 20 jumlah sampel yang positif mulai berkurang. Pemberian L. acidophilus mampu mempengaruhi sifat patogenitas patogen tersebut. Pengamatan pada agar selektif BSA, HEA dan XLDA (Tabel 3) diketahui bahwa dari 12 media murni menunjukkan media BSA memiliki nilai kontaminasi paling besar yaitu 10 sampel ( 83,33%) dari 12 sampel pada hari ke 10, media HEA sebanyak 4 sampel (33,33%) dari 12 sampel pada hari ke 15 dan 20. Pada media XLDA sebanyak 5 sampel (41,67%) dari 12 sampel pada hari ke 15. Persentase kontaminasi Salmonella spp di perlakuan 4 dari sampel Ovarium dapat dideteksi pada media selektif BSA, HEA dan XLDA. Gambar 10. menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 4 pada berbagai media agar dan tidak menyajikan perbandingan hasil positif dan negatif deteksi Salmonella spp.
35
Persentase Salmonella spp (%)
90
83,3
80 70 60
50
50 40
50 41,6
33,3
33,3
33,3
30 20
16,6 16,6
16,6
10
0
0 5
10
15
20
Hari pengambilan sampel ke
Gambar 10. Diagram Batang Kontaminasi Salmonellai spp di Perlakuan 4 dari sampel Ovarium pada media BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLDA
Hasil Isolasi Salmonella spp dari Telur Ayam Ras Petelur Berdasarkan pengamatan dari telur 48 ekor ayam pada 4 perlakuan yang berbeda dan hari pengambilan sampel yang berbeda, diketahui bahwa terdapat perlakuan yang positif terinfeksi Salmonella spp. Pengamatan kondisi infeksi S Salmonella spp dari telur ayam ras petelur disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan data yang didapatkan, negatif yang berarti tidak ditemukannya salmonella spp dan positif yang berarti ditemukannya salmonella spp. Perlakuan 1 yaitu isolasi salmonella spp dari ovarium yang tidak diberi L. acidophilus dan Salmonella spp di hari ke 5 pengamatan menunjukkan persentase positif sebesar 0% , hari ke 10 sebesar 33,33%, hari ke 15 sebesar 100%, dan hari ke 20 sebesar 0%, sedangkan persentase sampel negatif hari ke 5 sebesar 100%, hari ke 10 66,67%, hari ke 15 sebesar 0% dan 20 sebesar 100%. Perlakuan 2 yaitu Isolasi Salmonella spp dari ovarium yang tidak diberi L. acidophilus dan hanya diberi Salmonella spp menunjukkan hasil positif pada hari ke 5 sebesar 33,33%, hari ke 10 sebesar 33,33%, 36
hari ke 15 sebesar 66,67% dan 20 sebesar 33,37%, sedangkan sampel negatif pada hari ke 5 sebesar 66,67%, hari ke 10 menurun menjadi 66,67% dan hari ke 15 sebesar 33,37% dan 20 sebesar 66,67. Tabel 7. Hasil Pengamatan Kondisi Infeksi Salmonella spp dari Telur Ayam Ras Petelur yang diberi Probiotik L. acidophilus. Kondisi Infeksi Salmonella Nama Sampel Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15 Hari ke-20 P1U1 Negatif Negatif Positif Negatif P1U2
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
P1U3
Negatif
Positif
Positif
Negatif
P2U1
Positif
Positif
Positif
Positif
P2U2
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
P2U3
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
P3U1
Positif
Positif
Positif
Negatif
P3U2
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
P3U3
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
P4U1
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
P4U2
Negatif
Positif
Positif
Negatif
P4U3
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Keterangan:
Negatif Positif
= tidak ditemukan Salmonella spp = ditemukan Salmonella spp
Hasil di perlakuan 3 yaitu Isolasi Salmonella spp dari ovarium yang diberi 1x L. acidophilus dan diberi Salmonella spp menunjukkan persentase sampel positif pada hari ke 5 sebesar 33,33%, hari ke 10 sebesar 66,67%, hari ke 15 sebesar 33,33% dan di hari ke 20 sebesar 0%, sedangkan sampel negatif pada hari ke 5 sebesar 66,67%, hari ke 10 sebesar 33,33%, hari ke 15 sebesar 66,67% dan hari ke 20 sebesar 100%. Hasil di perlakuan 4 yaitu isolasi Salmonella spp dari ovarium yang diberi 2x L. acidophilus dan diberi Salmonella spp menunjukkan persentase sampel positif pada hari ke 5 sebesar 0%, hari ke 10 sebesar 66,67%, hari ke 15 sebesar 66,67% dan hari ke 20 sebesar 0%, sedangkan sampel negatif di hari ke 5 sebesar 100% dan hari ke 10 sebesar 33,33%, di hari ke 15 sebesar 33,33%, dan di hari ke 20 sebesar 100%.
37
Isolasi Salmonella spp dari Telur pada Perlakuan 1 yaitu Perlakuan Tanpa Pemberian Salmonella spp dan Tanpa Pemberian L. acidophilus pada Berbagai Media Perlakuan pertama merupakan perlakuan kontrol sehingga ayam ras petelur sebagai sampel tidak diberikan penambahan Salmonella dan tidak diberikan L acidophilus. Berdasarkan proses isolasi yang telah dilakukan didapatkan data, pada hari pengambilan sampel ke 5 seluruh ulangan menunjukkan tidak ditemukannya Salmonella spp. Sedangkan pada hari pengambilan sampel ke 10 menunjukkan data positif Salmonella spp di salah satu ulangan dan meningkat pada hari pengambilan sampel ke 15 yaitu menjadi 3 ulangan positif Salmonella spp.
Pada hari
pengambilan sampel ke 20 seluruh ulangan negatif Salmonella spp.
Ini terjadi
disebabkan diantaranya a) ayam yang memang sudah terinfeksi Salmonella spp, sesuai dengan pernyataan Purnomo (1997) bahwa permasalahan yang paling mendasar bagi usaha peternakan ayam di Indonesia adalah ditemukannya Salmonella pada peternakan pembibit (breeder) dan b) terjadinya kontaminasi dari feses ternak yang terinfeksi bakteri patogen Salmonella ke kandang melalui feses, sesuai dengan pernyataan Jay et al., (2005) pada kandang rentan sekali terjadi kontaminasi silang, Salmonella dapat ditemukan di air terutama air yang tercemar. Adanya kontaminasi secara horizontal melalui penularan yang berasal dari ayam yang lain (Gantois et al., 2009). Pengamatan pada agar selektif BSA, HEA dan XLDA (Tabel 3) diketahui bahwa dari 12 media murni menunjukkan media BSA memiliki nilai kontaminasi paling besar yaitu 100% dari 12 sampel pada hari ke 10, media HEA sebanyak 4 sampel (33,33%) dari 12 sampel pada hari ke 5 dan 15. Pada media XLDA sebanyak 5 sampel (41,67%) dari 12 sampel pada hari ke 10.
Persentase kontaminasi
Salmonella di perlakuan 1 dari sampel Telur dapat dideteksi pada media selektif BSA, HEA dan XLDA. Gambar 11. hanya menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 1 pada berbagai media agar dan tidak menyajikan perbandingan hasil positif dan negatif deteksi Salmonella spp. Berdasarkan sampel positif Salmonella spp dari media selektif BSA, HEA dan XLDA, dilakukan uji penegasan dengan menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan Lysine Iron Agar (LIA) (Tabel 4).
Pada hari ke 5 tidak
ditemukannya Salmonella spp. Sedangkan pada hari ke 10 terdapat 6 pasang sampel 38
yang positif terdapat Salmonellai spp. Pada hari ke 15 terdapat 7 pasang sampel dan pada hari ke 20 sudah tidak ditemukannya sampel yang positif terdapat Salmonella spp.
Persentase Salmonella spp (%)
120 100
100 80
91,6
75
75
60 41,6
33,3
40
16,6
20
25
33,3 16,6 0
0 5
10
15
0
20
Hari pengambilan sampel ke
Gambar 11. Diagram Batang Kontaminasi Salmonella spp di Perlakuan 1 dari Sampel Telur Pada Media Selektif BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLDA
Pada hari ke 10 dan 15 terdapat sampel yang positif terdapat Salmonellai spp. Penularan tersebut bisa berasal dari ayam itu sendiri atau lingkungan pemeliharaan yang berasal dari feses ayam yang terinfeksi bakteri patogen tersebut.
Apabila
penularan melalui lingkungan, maka bakteri Salmonellai spp tersebut memiliki kondisi yang menurun karena suhu, dan kondisi kandang yang bersih dibuktikan dengan data hari pengamatan ke 20 seluruh sampel negatif bakteri patogen Salmonellai spp. Isolasi Salmonella spp dari Telur pada Perlakuan 2 yaitu Perlakuan Pemberian Salmonella spp dan Tanpa Pemberian L. acidophilus Pada perlakuan 2 yaitu perlakuan dengan pemberian bakteri patogen Salmonella spp dengan dicekokkan langsung kepada ayam ras petelur. Berdasarkan data pada Tabel 6, pada hari pengambilan data ke 5 dan ke 10 diketahui positif 39
ditemukan infeksi Salmonella spp di salah satu ulangannya.
Pada hari ke 15
mengalami peningkatan sebanyak 2 ulangan yang positif Salmonella spp. Hal ini berarti bahwa infeksi Salmonella spp telah berhasil menginfeksi hingga ke telur seperti pernyataan Chao et al., (2007) dan Gantois et al., (2009) menyatakan bahwa Salmonella dapat masuk ke dalam telur dengan dua cara, yaitu melalui jalur vertikal dan horizontal. Jalur vertikal dimulai saat unggas dewasa kelamin, dengan cara Salmonella mengkoloni ovarium, dan saluran reproduksi ayam betina. Di antara berbagai jenis Salmonella, jenis Salmonella Typhymurium dan S. enteritidis dapat menginfeksi istmus dan masuk ke dalam telur selama proses pembentukan. Jalur horizontal dapat terjadi melalui permukaan teluar kerabang telur. Kerabang telur dapat terkontaminasi oleh Salmonella melalui feses, selain itu Salmonella dapat masuk ke dalam telur khususnya saat berada di dalam inkubator dan mesin penetasan. Proses perlekatan Salmonella pada sel epitel usus inang merupakan tahap yang sangat penting yang mengawali terjadinya infeksi (Gast, 2003). Dhillon et al., (1999) menyatakan bahwa infeksi 108 colony forming unit (CFU) S. enteritidis pada ayam tidak menimbulkan gejala klinis (subklinis). Oleh karena itu pengendalian Salmonellosis merupakan masalah utama pada industri peternakan khususnya peternakan ayam (Gast, 2003). Pengujian dengan agar selektif di BSA, HEA dan XLDA pada masingmasing sampel dapat memperjelas keberadaan Salmonella spp pada data.
Pada
media selektif BSA memiliki nilai paling besar yaitu 100% dari 12 sampel pada hari ke 10 dan hari ke 20. Media HEA nilai paling besar sebanyak 2 sampel (16,67%) dari 12 sampel pada hari ke 10. Sedangakan media selektif XLDA memiliki nilai paling besar pada hari ke 15 sebanyak 2 sampel (16,67%) dari 12 sampel. Persentase kontaminasi Salmonella spp di perlakuan 2 dari sampel Telur dapat dideteksi pada Media selektif BSA, HEA dan XLDA. Gambar 12 menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 2 pada berbagai media agar dan tidak menyajikan perbandingan hasil positif dan negatif deteksi Salmonella spp.
40
Persentase Salmonella spp (%)
120 100
100
100
83,3
80 60
50
40 16,6
20 0
0
0
5
16,6 0
10
0
0
15
20
0
Hari pengambilan sampel ke
Gambar 12. Diagram Batang Kontaminasi Salmonella spp di Perlakuan 2 dari Sampel Telur Pada Media Selektif BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLDA
Pada hasil sampel positif dari media selektif BSA, HEA dan XLD (Tabel 3), dilakukan uji penegasan dengan menggunakan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan Lysine Iron Agar (LIA). Sehingga diperoleh data yaitu; pada hari ke 5 terdapat 2 pasang sampel yang positif Salmonella spp. Pada hari ke 10 terdapat 3 pasang sampel positif dan meningkat pada hari ke 15 sebanyak 4 pasang sampel. Tetapi pada hari ke 20 mengalami penurunan menjadi 2 pasang sampel yang positif Salmonella spp. Pada perlakuan kedua yaitu perlakuan dengan hanya memberikan Salmonella spp, sampel memiliki data positif Salmonella spp yang meningkat di H15 dan menurun di H20, hal ini terjadi karena keberadaan bakteri patogen tersebut masih lemah untuk sampai menginfeksi telur.
41
Isolasi Salmonella spp dari Telur pada Perlakuan 3 yaitu Perlakuan Pemberian Salmonella spp dan Satu Kali Pemberian L. acidophilus pada Berbagai Media Agar Perlakuan ketiga adalah perlakuan dengan penambahan bakteri Salmonella spp dan pemberian L. acidophilus sebanyak 1 kali pemberian. Berdasarkan tabel 4, perlakuan ketiga menunjukkan data bawa positif terdapatnya Salmonella spp terjadi pada hari ke 5, meningkat pada hari ke 10 sebanyak 2 ulangan, dan menurun di hari ke 15 menjadi 1 ulangan yang positif Salmonella spp sehingga pada hari ke 20 sudah tidak ditemukannya lagi bakteri patogen Salmonella spp pada telur ayam ras petelur. Hal ini terjadi karena bakteri patogen tersebut telah mengalami kerusakan pada selnya yang akhirnya mengalami kematian. Hingga saat ini, belum dapat dipastikan mekanisme kerja probiotik dalam mengurangi infeksi bakteri patogen dalam tubuh induk semang. L. actobacillus mempunyai kemampuan untuk mencegah perlekatan, perkembangbiakan dan menurunkan patogenitas bakteri enterogen.
Mekanisme
lainnya, yaitu dengan memproduksi rantai pendek asam lemak terbang sehingga akan menurunkan pH lumen usus dimana hal ini merupakan konsisi yang tidak mendukung bagi perkembangan bakteri enteropatogen, menghasilkan substansi yang bersifat menghambat bakteri enteropatogen, menghasilkan substansi yang bersifat menghambat metabolit yang diperlukan oleh bakteri patogen dan memproduksi senyawa spesifik seperti bakteriosin yang bersifat bakterisidal. Penelitian terhadap reaksi imunologi dari pemberian probiotik saat ini terus dikembangkan, Lactobacillus mampu meningkatkan imunitas mukosal dan sistemik saluran pencernaan terhadap bakteri enteropatogen dengan meningkatkan produksi dari SigA (sekretory IgA). Efek immune-modulation bakteri yang terdapat dalam probiotik juga dimiliki oleh mekanisme lain yang disebut dengn competitive exclusion (CE) yaitu suatu mekanisme bakteri untuk memanipulasi komposisi mikrobiota intestinal. Kedua mekanisme ini, mampu mencegah infeksi bakteri enteropatogen seperti Salmonella dengan cara mempertahankan konsidi optimal dari usus induk semang dan menjaga kestabilan mikroflora normal usus. Kondisi kesehatan induk semang merupakan faktor penting yang mempengaruhi kinerja probiotik untuk menghambat infeksi bakteri enteropatogen (Nemeth et al., 2006 & Tellez et al., 2001). Pengamatan pada agar selektif BSA, HEA dan XLDA (Tabel 3) diketahui bahwa dari 12 media murni menunjukkan media BSA memiliki nilai kontaminasi 42
paling besar yaitu 100% dari 12 sampel pada hari ke 10 dan hari ke 20. Pada media HEA memiliki nilai paling tinggi pada hari ke 5 dan hari ke 10 sebanyak 2 sampel (16,67%) dari 12 sampel. Dan media XLDA memili nilai paling tinggi pada hari ke 5 sebanyak 4 sampel (33,33%) dari 12 sampel. Persentase keberadaan Salmonella spp dari Telur dapat dideteksi pada media BSA, HEA dan XLDA.. Gambar 13 menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 3 pada berbagai media agar dan tidak menyajikan perbandingan hasil positif dan negatif deteksi Salmonella spp.
Persentase Salmonella spp (%)
120 100
100
100 83,3
80 60
50 33,3
40 20
16,6
16,6
8,33
8,33
0 5
10
15
0
0
0
20
Hari Pengambilan Sampel ke
Gambar 13. Diagram Batang Kontaminasi Salmonella spp di Perlakuan 3 dari Sampel Telur Pada Media Selektif BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLD
Isolasi Salmonella spp dari Telur pada Perlakuan 4 yaitu Perlakuan Pemberian Salmonella spp dan Dua Kali Pemberian L. acidophilus pada Berbagai Media Agar Perlakuan keempat adalah perlakuan dengan pemberian bakteri patogen Salmonella spp dan pemberian probiotik L. acidophilus sebanyak 2 kali pemberian. Berdasarkan proses isolasi yang telah dilakukan, data pada perlakuan 4 juga mendukung bahwa pada perlakuan yang diberi probiotik L. acidophilus pada hari ke 20 sudah tidak ditemukan lagi bakteri patogen Salmonella spp. Hal ini menunjukkan 43
bahwa probiotik L. acidophilus mampu menghambat pertumbuhan S. enteritidis bahkan mampu menyebabkan kematian Salmonella spp karena L. acidophilus menghasilkan efek proteksi terhadap patogen dalam usus kecil. Uji agar selektif dari telur pada media selektif BSA, HEA dan XLDA menunjukkan bahwa, pada media BSA dari 12 media murni, memiliki nilai kontaminan Salmonella spp paling besar yaitu 100% dari 12 sampel pada hari ke 10 dan hari ke 20. Diikuti oleh HEA yaitu 3 sampel (25%) dari 12 sampel pada hari ke 5, sampel media XLDA yaitu 1 sampel (8,33%) dari 12 sampel pada hari ke 15. Persentase kontaminasi Salmonella spp Perlakuan keempat dari Telur dapat dideteksi pada media selektif BSA, HEA dan XLDA. Gambar 14 menyajikan perbedaan hasil positif terdeteksi Salmonella spp untuk perlakuan 4 pada berbagai media agar dan tidak menyajikan perbandingan hasil positif dan negatif deteksi Salmonella spp.
Persentase Salmonella spp (%)
120 100
100 80
100 83,3
66,6
60 40
25
16,6
20 0
0 5
0
10
0
8.33
15
0
0
20
Hari Pengambilan Sampel ke
Gambar 14. Diagram Batang Kontaminasi Salmonella spp di Perlakuan 4 dari Telur Pada Media Selektif BSA, HEA, XLDA Keterangan :
H5 H10 H15 H20
= = = = = = =
Waktu pengambilan sampel hari ke 5 Waktu pengambilan sampel hari ke 10 Waktu pengambilan sampel hari ke 15 Waktu pengambilan sampel hari ke 20 Media BSA Media HEA Media XLD
44