BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bobot Telur Rata-rata penurunan bobot telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu seperti pada Tabel 4. Penurunan bobot telur ayam ras yang tertinggi yaitu 7,90% terdapat pada perlakuan yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0% atau kontrol) dan yang terendah yaitu 5,06% pada perlakuan konsentrasi 20% filtrat daun belimbing wuluh. Analisis ragam menunjukkan bahwa lama perendaman dan interaksi antara konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh dengan lama perendaman tidak berpengaruh nyata (P>0,05), sedangkan konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap penurunan bobot telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu (Lampiran 1). Tabel 4. Rata-rata penurunan bobot telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu (%) Lama Perendaman (jam) 24 48 Rata-rata
Konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh (%) 0 10 20 7.9 7.9
6.58 6.03
5.21 4.92
7.90 ± 0.54a
6.30 ± 0.47b
5.06 ± 0.55c
Rata-rata
6.56 ± 1.23 6.28 ± 1.38
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,01) berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT)
Uji beda rata-rata antar perlakuan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa penurunan bobot telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang tidak diawetkan dengan
25
filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0%) dan yang diawetkan dengan konsentrasi 10% dan 20% filtrat daun belimbing wuluh masing-masing berbeda sangat nyata (P<0,01) seperti pada Tabel 4. Rendahnya penurunan bobot telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang diawetkan dengan konsentrasi 20% filtrat daun belimbing wuluh disebabkan oleh tanin dalam filtrat daun belimbing wuluh menutup pori-pori kerabang telur sehingga telur hanya mengalami sedikit penguapan air dan gas karbondioksida, amoniak, serta nitrogen. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Karmila et al. (2008) bahwa tanin akan bereaksi dengan protein yang terdapat pada kulit telur yang mempunyai sifat menyerupai kolagen kulit hewan sehingga terjadi proses penyamakan kulit berupa endapan berwarna coklat yang dapat menutup pori-pori kulit telur tersebut menjadi impermeable (tidak dapat tembus) terhadap gas dan udara dan penguapan air serta hilangnya karbondioksida pada kulit telur dapat dicegah sekecil mungkin. Sedangkan telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh mengalami banyak penguapan air dan gas karbondioksida, amoniak, serta nitrogen sehingga terjadi penurunan bobot telur. Berdasarkan uraian tersebut di atas dan uji BNT, diketahui bahwa penggunaan konsentrasi 20% dengan lama perendaman 24 jam filtrat daun belimbing wuluh adalah yang paling efektif untuk menghambat terjadinya penurunan bobot telur (pengawetan telur) karena kandungan taninnya tinggi.
26
B. Diameter Rongga Udara Telur Rata-rata diameter rongga udara telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu seperti pada Tabel 5. Diameter rongga udara telur ayam ras yang tertinggi yaitu 2,91 cm terdapat pada perlakuan yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0%) dan yang terendah yaitu 2,55 cm pada perlakuan konsentrasi 20% filtrat daun belimbing wuluh.
Analisis ragam menunjukkan bahwa lama perendaman dan interaksi
antara konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh dengan lama perendaman tidak berpengaruh nyata (P>0,05), sedangkan konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap diameter rongga udara telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu (Lampiran 2). Tabel 5. Rata-rata diameter rongga udara telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu (cm) Lama Perendaman (jam)
Konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh (%) 0
10
20
24
2.92
2.85
2.61
48
2.92
Rata-rata
2.91 ± 0.13
2.77 a
2.80 ± 0.25
2.49 a
Rata-rata 2.79 ± 0.22 2.72 ± 0.29
2.55 ± 0.23b
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0,05) berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT)
Uji beda rata-rata antar perlakuan dengan menggunakan uji BNT menunjukkan bahwa diameter rongga udara telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0%) dan yang diawetkan dengan konsentrasi 10% filtrat daun belimbing wuluh tidak berbeda nyata (P>0,05), tetapi keduanya berbeda nyata (P<,05) dengan yang diawetkan dengan konsentrasi 20% filtrat
27
daun belimbing wuluh. Kecilnya diameter rongga udara telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang diawetkan dengan konsentrasi 20% filtrat daun belimbing wuluh disebabkan oleh tanin dalam filtrat daun belimbing wuluh menutup pori-pori kerabang telur sehingga telur hanya sedikit mengalami penguapan air dan gas karbondioksida, amoniak, serta nitrogen. Sebaliknya, besarnya diameter rongga udara telur yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0%) dan yang diawetkan dengan konsentrasi 10% filtrat daun belimbing wuluh disebabkan oleh terjadinya banyak penguapan air dan gas karbondioksida, amoniak, serta nitrogen dari dalam telur. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pescatore dan Jacob (2011) bahwa seiring dengan bertambahnya umur telur, maka telur akan mengalami kehilangan cairan sehingga memperbesar rongga udara. Berdasarkan uraian tersebut di atas dan uji BNT diketahui bahwa penggunaan konsentrasi 20% filtrat daun belimbing wuluh dengan lama perendaman 24 jam adalah yang paling efektif untuk menghambat terjadinya pembesaran diameter rongga udara telur. Hal ini sejalan dengan penurunan bobot telur (Tabel 4) C. pH Telur Rata-rata pH telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu seperti pada Tabel 6. pH telur ayam ras yang tertinggi yaitu 9,69 terdapat pada perlakuan yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0%) dan yang terendah yaitu 7,79 pada perlakuan konsentrasi 20% filtrat daun belimbing wuluh. Analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
28
filtrat daun belimbing wuluh berpengaruh sangat nyata (P<0,01), sedangkan lama perendaman dan interaksi antara konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh dengan lama perendaman tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pH telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu (Lampiran 3). Tabel 6. Rata-rata pH telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu. Lama Perendaman (jam)
Konsentrasi filtrat daun belimbing wuluh (%) 0
10
20
24 48
9.69 9.69
8.18 8.02
7.87 7.71
Rata-rata
9.69 ± 0.08a
8.09 ± 0.54b
7.79 ± 0.46b
Rata-rata 8.57 ± 0.91 8.47 ± 1.00
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda sangat nyata (P<0,01) berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT)
Uji beda rata-rata antar perlakuan dengan menggunakan uji BNT menunjukkan bahwa pH telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang diawetkan dengan konsentrasi 10% dan 20% filtrat daun belimbing wuluh tidak berbeda nyata (P>0,05), tetapi keduanya berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0%). Rendahnya pH telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang diawetkan dengan konsentrasi 10% dan 20% filtrat daun belimbing wuluh disebabkan oleh tanin dalam filtrat daun belimbing wuluh menutup pori-pori kerabang telur sehingga penguapan gas karbondioksida sedikit. Sebaliknya, tingginya pH telur yang disimpan pada suhu ruang selama enam minggu yang tidak diawetkan dengan filtrat daun belimbing wuluh (konsentrasi 0%) disebabkan oleh penguapan gas CO2 yang banyak.
Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Harahap (2007) bahwa hilangnya gas CO2 pada telur
29
menyebabkan konsentrasi ion bikarbonat menjadi turun dan sistim buffer menjadi rusak, sehingga mengakibatkan kenaikan pH.
Hal ini sejalan pula yang
dikemukakan oleh Tri (2010) bahwa perubahan CO2 mengakibatkan perubahan pH putih telur yang semula 7,4 (saat ditelurkan) menjadi 9,2 - 9,5 selama penyimpanan. Hintono (1995) menjelaskan bila pengenceran putih telur disebabkan karena pecahnya serabut mucin yang mengakibatkan meningkatnya pH putih telur, meningkatnya pH putih telur juga disebabkan oleh hilangnya CO2 dari dalam telur. Berdasarkan uraian tersebut di atas dan uji BNT diketahui bahwa penggunaan konsentrasi 20% filtrat daun belimbing wuluh dengan lama perendaman 24 jam adalah yang paling efektif untuk menghambat terjadinya peningkatan pH yang dapat memperpendek masa simpan telur. Hal ini sejalan dengan penurunan bobot dan diameter rongga udara telur ayam ras (Tabel 4 dan 5)
30