HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Laboratorium Lapang Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor merupakan laboratorium lapang yang terdiri dari empat buah bangunan kandang tertutup yang dilengkapi dengan tempat ventilasi udara yang terbuat dari kawat persegi dengan ukuran 1 cm x 1cm. Tinggi kandang 4 meter (2 meter dinding terbuat dari beton dan 2 meter dari kawat persegi 1 cm x 1 cm). Ternak dipelihara dalam kandang individu yang letak kandangnya saling berhadapan. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan yang terbuat dari kayu dan tempat minum berupa ember plastik (Gambar 6). Ternak dipelihara mulai dari bulan Oktober 2008 sampai Januari 2009 bertepatan dengan musim penghujan di daerah Bogor. Suhu rata-rata kandang 28,6° C dan kelembaban rata-rata kandang sebesar 76,8 %.
Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian Pada awal penelitian, kandang individu terbuat dari kayu dengan luas 1,5m x 0,5 m x 1,5 m. Sebelum dimulai perlakuan, ada satu domba yang kakinya terluka sehingga diganti dengan domba yang baru. Pemeriksaan domba terhadap penyakit dilakukan setiap hari dan jika ada yang sakit segera dilakukan pengobatan. Pada hari pertama ternak datang, ternak masih diberi rumput sebagai pakan utama dan diberi obat cacing Verm-O secara oral. Kemudian hari kedua ternak dicukur dan dibersihkan. Setelah itu ternak diberi antibiotik secara Injeksi intra muskuler selama 3 hari berturut-turut. Jika ada ternak yang terluka maka diobati dengan Gusamex. Pemberian 100% ransum penelitian dilakukan pada 2 hari sebelum perlakuan dimulai dan perlakuan dimulai pada hari ketiga setelah pemberian 100% ransum penelitian. Rataan konsumsi ransum dalam penelitian ini berkisar antara 1037,37 – 1124,03 gram/ekor/hari dan rataan pertambahan bobot badannya berkisar 18
antara 88,24 – 113,24 gram/ekor/hari serta rataan konversi ransumnya berkisar 12,46 – 9,16 (Oktosari, unpublished data). Kadar Kolesterol Darah Hasil sidik ragam pada Tabel 3. menunjukkan bahwa penggantian bungkil kedelai dengan limbah udang pada ransum domba berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar kolesterol darah pada pemberian ransum dengan kedelai 13,5% (ransum kontrol) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan ransum perlakuan (penggantian limbah udang). Kadar kolesterol pada P0 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan
dengan
ketiga
perlakuan lainnya. Begitu pula dengan P1 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan P2 dan P3. Sedangkan P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Penurunan kadar kolesterol ini seiring dengan semakin meningkatnya limbah udang yang ditambahkan. Penurunan kadar
kolesterol darah
ini berpola linear mengikuti
persamaan Y = -0,910X + 109,4 dengan R2 = 0,938 (Gambar 7). Penurunan kadar kolesterol pada perlakuan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pemberian limbah udang dalam ransum semakin rendah kadar kolesterol darah domba. Diduga karena khitin dalam saluran pencernaan tidak dapat dirusak oleh mikroba rumen sehingga kemampuan hipokolesterolemiknya masih berfungsi. Khitin akan membungkus lemak menjadi senyawa yang tidak dapat diabsorbsi oleh tubuh dan membawanya keluar tubuh melalui feses. Tabel 3. Rataan Kadar Kolesterol Darah Perlakuan
Kadar Kolesterol Darah (mg/dl)
P0
112,10 + 5,26a
P1
97,22 + 4,14b
P2
89,04 + 3,62c
P3
84,49 + 5,88c
Keterangan :
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
19
Gambar 7. Regresi antara Taraf Limbah Udang dengan Kadar Kolesterol Darah Peningkatan HDL juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kolesterol karena dengan peningkatan HDL menyebabkan penurunan LDL dimana LDL ini merupakan pengangkut kolesterol terbesar. Penurunan LDL ini menyebabkan kolesterol darah cenderung menurun. Menurut Rismana (2003), khitin dalam kepala udang memiliki kemampuan dalam mengikat lemak sehingga bila lemak terikat oleh khitin akan menjadi senyawa yang tidak dapat diabsorbsi oleh tubuh. Selain itu, khitin juga memiliki kemampuan dalam menurunkan LDL dan meningkatkan HDL. Penurunan kadar kolesterol juga dapat disebabkan karena menurunnya kadar trigliserida dan adanya sirkulasi enterohepatika yang tidak diimbangi dengan asupan lemak. Sirkulasi enterohepatika ini terjadi terus menerus dan menyebabkan tubuh kehilangan garam empedu. Kehilangan akan garam empedu ini akan ditutupi dengan pembentukan garam empedu baru dari perombakan kolesterol dalam hati. Dengan adanya pembentukan empedu ini dan asupan lemak yang tidak mencukupi, maka kolesterol pun menurun. Piliang dan Djojosoebagio (1990) menyatakan bahwa sekitar 10% sampai 15% garam empedu yang disekresikan oleh hati akan diekskresikan ke luar tubuh. Sudoyo et al. (2007), garam-garam empedu dibentuk dari kolesterol di dalam hepatosit.
20
Kadar kolesterol darah dari penelitian ini secara umum masih berada di bawah kadar kolesterol darah domba yang diperoleh dari beberapa penelitian lain. Rataan kadar kolesterol yang diperoleh dari penelitian berkisar 84,49 - 112,10 mg/dl sedangkan Sugiyono (1997) dalam penelitiannya memperoleh kadar kolesterol darah domba Priangan sebesar 137,67 mg/100 dl. Penelitian yang telah dilakukan oleh Soraya (2006), memperoleh kadar kolesterol darah pada domba jantan lokal sebesar 108,41 + 32,42 mg/dl. Kadar HDL Darah Hasil sidik ragam yang dilakukan menunjukkan bahwa penggantian bungkil kedelai dengan limbah udang pada ransum domba berpengaruh nyata pada kadar HDL darah. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar HDL pada ransum kontrol nyata lebih rndah dibandingkan dengan ransum perlakuan. Ransum P0 berbeda nyata (P<0,05) lebih rendah dari ketiga perlakuan yang lain (Tabel 4). Sedangkan antara P1, P2 dan P3 (P<0,05) tidak berbeda. Pola kenaikan HDL ini merupakan pola linear dengan rumus Y = 0,148X + 55,96 dengan R2 = 0,740 (Gambar 8). Hal ini sesuai dengan Lehninger (1997), dimana jika kandungan HDL meningkat maka kolesterol akan menurun karena HDL akan mentransfer kolesterol dari jaringan otot menuju hati. Kadar HDL rataan yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 54,89 – 59,65 mg/dl. Rataan lebih rendah dibandingkan dengan kadar HDL darah yang diperoleh Soraya (2006) yaitu sebesar 61,32 + 21,70. Di bawah ini adalah grafik kadar HDL darah (Gambar 8). Tabel 4. Rataan Kadar HDL Darah Perlakuan
Kadar HDL Darah (mg/dl)
P0
54,89 + 1,67b
P1
58,83 + 1,64a
P2
59,39 + 1,64a
P3
59,65 + 3,40a
Keterangan :
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
21
Gambar 8. Regresi antara Taraf Limbah Udang dengan Kadar HDL Darah HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A dan mempunyai efek antiaterogenik kuat. Fungsi utama HDL yaitu mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endetol jaringan perifer, termasuk pembuluh darah ke reseptor HDL di hati untuk dikeluarkan lewat empedu (Dalimartha, 2003). Kadar LDL Darah Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggantian bungkil kedelai dengan limbah udang pada ransum nyata berpengaruh pada kadar LDL darah. Uji Duncan menunjukkan kadar LDL darah pada ransum kontrol nyata lebih tinggi dibandingkan dengan ransum perlakuan (penambahan limbah udang). Kadar LDL darah pada perlakuan P0 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan yang lain (Tabel 5). Sedangkan LDL pada perlakuan P2 dan P3 memiliki LDL yang nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan P1, tetapi LDL antara P2 dan P3 tidak berbeda nyata. Penurunan kadar LDL darah antar perlakuan ini dapat terlihat pada Gambar 9. Penurunan ini berpola linear dengan rumus Y = -0,958X + 45,34 dengan R2 = 0,902. Hal ini disebabkan karena khitin yang terdapat dalam limbah udang membungkus lemak dan membawanya keluar tubuh bersama feses sehingga kolesterol darah menurun dan meningkat akan HDL darah. Dengan peningkatan HDL darah ini, maka penimbunan LDL dalam darahpun berkurang sebab HDL membawa LDL ke hati untuk dihancurkan. Menurut Rismana (2003), khitin dan khitosan dalam limbah udang mampu menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat)
22
sekaligus meningkatkan komposisi perbandingan kolesterol HDL (kolesterol baik) terhadap LDL ( Rismana, 2003). Tabel 5. Rataan Kadar LDL Darah dan Rasio HDL/LDL Perlakuan
Kadar LDL Darah (mg/dl)
Rasio HDL/LDL
a
1,12
b
1,18
P2
c
23,78 + 1,92
2,50
P3
19,70 + 2,37c
3,03
P0
49,13 + 3,55
P1
31,29 + 2,81
Keterangan :
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Gambar 9. Regresi antara Taraf Limbah Udang dengan Kadar LDL Darah Rataan kadar LDL yang diperoleh dalam penelitian berkisar antara 19,70 – 49,13 mg/dl. Kadar LDL yang didapat dari pemberian ransum dengan penggantian bungkil kedelai dengan limbah udang ini lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar LDL yang didapat oleh Soraya dimana (2006) dimana dalam penelitiannya domba hanya diberi hijauan dan konsentrat dengan komposisi 40 : 60. Soraya (2006), dalam penelitiannya diperoleh kadar LDL darah pada domba jantan sebesar 39,96 + 37,87 mg/dl. LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh endetol jaringan perifer pembuluh nadi yang mempunyai efek yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan pembuluh darah. Suatu produk dapat diketahui tingkat keamanan serta kesehatannya dari rasio HDL/LDL. Rasio HDL/LDL yang ideal yaitu di atas 0,4 (Schoenstadt , 2008). Dari 23
penelitian ini diperoleh rasio HDL/LDL di atas 0,4 dan selalu meningkat seiring dengan penambahan limbah udang (Tabel 3). Hal ini berarti resiko terjadinya aterosklerosis semakin rendah seiring dengan meningkatnya limbah udang dalam ransum. Kadar Trigliserida Darah Trigliserida adalah komponen utama dari penyimpanan lemak (deposit lemak) pada tumbuhan dan hewan (Lehninger, 1997). Trigliserida merupakan substansi yang terdiri dari gliserol dan asam lemak. Trigliserida ini dapat mempengaruhi kadar kolesterol. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggantian bungkil kedelai dengan limbah udang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar trigliserida darah. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa ransum kontrol memiliki kadar trigliserida yang nyata lebih tinggi dibanding dengan ransum perlakuan. Kadar trigliserida pada keempat perlakuan nyata (p<0,05) berbeda (Tabel 6). Penurunan kadar trigliserida ini dapat dilihat pada Gambar 10. Pola penurunan trigliserida ini merupakan pola linear yang mengikuti rumus Y = -0,502 X + 40,29 dengan R2 = 0,991. Penurunan trigliserida tersebut cenderung sejalan dengan penurunan kadar kolesterol darah dengan semakin meningkatnya khitin dalam
ransum. Hal ini
disebabkan karena kadar trigliserida dan kolesterol saling berhubungan, dimana trigliserida merupakan salah satu sumber pembentuk kolesterol. Tabel 6. Rataan Kadar Trigliserida Darah Perlakuan
Kadar HDL Darah (mg/dl)
P0
40,44 + 1,06 a
P1
35,49 + 0,55b
P2
29,37 + 0,55c
P3
25,73 + 0.89d
Keterangan :
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
24
Gambar 10. Regresi antara Taraf Limbah Udang dengan Kadar Trigliserida Darah Piliang dan Djojosoebagio (1990) menyatakan bahwa selain dapat dipakai sebagai energi, trigliserida dapat dihidrolisa dan disintesa kembali untuk membentuk lemak seperti phospholipid dan kolesterol. Hasil penelitian Soraya (2006) menunjukkan kadar trigliserida darah domba jantan sebesar 36,13 + 13,02 mg/dl. Rataan kadar trigliserida yang diperoleh dengan pemberian limbah udang ini cenderung lebih rendah yaitu berkisar 25,73 – 40,44 mg/dl bila dibandingkan dengan kadar yang diperoleh Soraya (2006). Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya taraf limbah udang dalam ransum, meningkatkan HDL dan rasio HDL/LDL juga meningkat serta menurunkan kolesterol, LDL dan trigliserida. Hal ini dapat dihubungkan dengan meningkatnya taraf khitin dalam ransum yang sejalan dengan meningkatnya taraf limbah udang dalam ransum yaitu 0 % khitin untuk limbah udang 0% (P0); 1,22 % khitin untuk limbah udang 10% (P1); 2,45 % khitin untuk limbah udang 20% (P2); 3,67 % khitin untuk limbah udang 30% (P3). Di bawah ini disajikan grafik yang menggambarkan hubungan antara khitin dengan kolesterol (Gambar 11), khitin dengan HDL (Gambar 12), khitin dengan LDL (Gambar 13) dan khitin dengan trigliserida darah (Gambar 14).
25
Gambar 11. Regresi Taraf Khitin dengan Kadar Kolesterol Darah
Gambar 12. Regresi Taraf Khitin dengan Kadar HDL Darah
Gambar 13. Regresi Taraf Khitin dengan Kadar LDL Darah
26
Gambar 14. Regresi Taraf Khitin dengan Kadar Trigliserida Darah Perbandingan Bobot Empedu dengan Bobot Badan Hasil analisis ragam perbandingan bobot empedu terhadap bobot badan dengan penggantian bungkil kedelai dengan berbagai tingkat limbah udang pada Tabel 7. menunjukkan bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh nyata terhadap perbandingan bobot empedu dengan bobot badan. Tabel 7. Rataan Perbandingan Bobot Empedu dengan Bobot Badan (gr/kg) Perlakuan
Perbandingan Bobot Empedu dengan Bobot Badan (gr/kg)
P0
0,31 + 0,1b
P1
0,82 + 0,17a
P2
0,44 + 0,26b
P3
0,36 + 0,04b
Keterangan :
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Penggantian limbah udang pada P1 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan yang lain. Rendahnya perbandingan bobot empedu terhadap bobot badan pada P2, P3 dan P0 dibandingkan dengan P1 diduga karena 2 dari 4 ekor ternak pada P1 terserang penyakit. Hal ini terlihat pada beberapa minggu sebelum pemotongan yaitu terjadi penurunan konsumsi ransum. Selain itu, pada saat pemotongan juga ditemukan beberapa perbandingan bobot empedu dengan bobot badan yang terlihat lebih besar dibandingkan dengan ternak-ternak yang lainnya.
27