Batik Cirebon
peranan
desain
penting,
bukanlah
batik
memiliki
ornamen.
Batik
dikenal
ornamen
akan
sangatlah jika
tidak
Indonesia
kekayaan
dan
2002
motif hias Sidoluhur dan motif hias Kangkungan dari keraton Cirebonan juga
memiliki
religius.
makna
Akan
yang
tetapi
sangat
ketika
keanekaragaman ornamennya, sehingga
dikembangkan
banyak
yang
keraton, terutama di daerah pesisiran
dan
perkembangan ragam hiasnya sangat
tuns
asing
mengaguminyakarena
keunikan
pesat
masyarakat kita banyak yang tidak
ornamen
mengetahuinya,
permintaan pasar yang sangat dinamis,
seni
rupapun
banyak
mahasiswa yang
tidak
karena
luar
kerumitan ornamen tersebut, sementara bahkan
sekali,
masyarakat
batik
batik
perkembangan
ditentukan
oleh
dan jenis ornamen yang dibuatnya
mengetahuinya, ini disebabkankarena
sangat
tidak adanya buku yang membahas
keraton. Oleh karena itu motif hias dari
tentang
daerah ini disebut motif hias pesisiran
kekayaan
ornamen
batik
berbeda
Jika kita telusuri tentang keberadaan
keluarga
dan
hiaspedalaman. Kedua jenis batik ini
batik
yang
keraton
dibuat
hias
dan ornamen
hias
motif
Indonesia. perkembangan
motif
dengan
disebut
oleh motif
Indonesia, khususnya yang ada di
berjalan sendiri-sendiri.
Pulau Jawa, ketika batik masih digeluti
Baru
oleh keluarga keraton, ornamen batik
Harjonegoro
pada
umumnya
pengusaha batik dari Solo memperoleh
mememiliki
pesanan batik dari Persiden pertama RI
patokan aturan yang baku, sangat
Ir. Soekarno untuk membuat batik yang
religius dan memiliki nilai simbolik,
tidak
contohnya motif hias Sidomukti hanya
merupakan gabungan antara motif hias
khusus dipakai pada saat pernikahan
batik keratonan dengan motif hias batik
dan
pesisiran. Motif hias ini oleh BungKarno
zaman
bergaya
ini
klasik
dalam
pada atau
penggambaran
pada
tahun
1960
seorang
pakar
konvensional,
hias
tetapi
disebut
tidak boleh dirubah begitu saja. Begitu
dikumandangkannya motif hias batik ini
pula jenis ornamen lainnya seperti
oleh
Bung-Karno,
Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002
Trikora.
dan
ornamennyapun bentuknya telah baku
4
motif
akan
KRT.
kain
batik
Sejak mulai
Batik Cirebon
membudaya
dan
banyak
disukai
2002
sesuai dengan sifatnya, data dan fakta
masyarakat luas. Di Indonesia, kain
yang
batik menjadi bahan sandang yang
dijaring
menjadi tuan di negaranya sendiri,
konprehensif (Bogdan dan Tylor dalam
bahkan
Maleong 1986).
Ali Sadikin
yang kala
itu
diperoleh
dan
secara
para
holistik
informan
(utuh)
dan
menjadi gubernur DKI mengintruksikan
Agar diperoleh hasil yang maksimal
karyawannya
peneliti
untuk
memakai
baju
mengikuti
metode
penelitian
batik pada hari-hari tertentu dan baju
yang tepat dan ketat (rigorous), yang
batik
secara
dijadikan
sebagai
pakaian
berdisiplin
berpegang
nasional. Kejadian ini berlangsungterus
pada
dan
diperoleh hasil yang maksimal (Nasution
mencapai
puncakkejayaannya
aturan-aturan
teguh
tahun 1986. Namun tatkala muncul
1996).Oleh
bahan
kualitatif
sandang
ornamen
batik
bermotif
hiaskan
yang
proses
tertentu
karena itu
sifatnya maka
yang metoda
pendekatannyapun dilakukan
secara
pengerjaannya dibuat secara masinal,
kualitatif,
pelan-pelan
mulai
berikut: sumber data adalah situasi yang
masarakat
wajar atau Natural Setting; Peneliti
meninggalkanya beralih memakai batik
sebagai instrumen penelitian; Sangat
printing, karena harganya murah dan
deskriptif; Data atau informasi dan satu
kualitas tulisannya halus.
pihak
tergeser
batik dan
tradisional
banyak
dengan
agar
harus
sifat-sifat sebagai
dicek
kebenarannya
dengan perolehan data dan pihak lain Metode Penelitian
(trianggulasi);
Penelitian ini bukanlah mengumpulkan
kontekstual;
data angka, akan tetapi berupa data
dipandang berkedudukan sama dengan
gambar
peneliti; Menggunakan persepektif emic,
yang
terdapat
pada
kain
Menonjolkan Subyek
rincian
yang
sertadata penjelasan tentang berbagai
artinya
hal yang berhubungan dengan masalah
responden;
perbatikan
melalui kasus yang bertentangan atau
yang
ada
di
Cirebon
mementingkan
diteliti
Verifikasi,
khususnya di daerah Trusmi. Karena
negatif
itu
Menggunakan
penelitian 5
ini
bersifat
kualitatif,
sampling
Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002
audit
pandangan antara
yang trail
lain
purposif; untuk
Batik Cirebon
2002
mengetahui apakah laporan penelitian
sebagai fungsi hias juga memiliki fungsi
sesuai dengan data yang dikumpulkan;
simbolik (Tjetjep Rohendi & Syafei,
Mengadakan analisis sejak awal dan
1987).
sepanjangpenelitian penelitian
tampil
serta
desain
Sebagai contoh hiasan burung pada
dalam
proses
nekara
penelitian (Nasution 1996).
perunggu,
gambar
hiasan
dibuat dengan tujuan sebagai lambang nenek moyang atau ornamen gajah
Pembahasan Hasil Penelitian
pada kain dari Lampung sebagai simbol
Kata ornamen berasal dari bahasa Latin
kendaraan
omare
yang
artinya
hias/menghias
arwah,
demikian
pulaornamen pada masa Hindu dan
bidang kosong dalam arti memberi
Budha terutama pada bangunan candi.
hiasan pada bidang kosong menjadi
Ornamen
berisi hiasan.
ternyata juga memiliki fungsi ganda,
Kecakapan
membuat
sesungguhnya
telah
ornamen
dimiliki
nenek
pada
batik
Cirehon
pun
yaitu sebagai fungsi penghias dan fungsi simbolik terutama batik yang
moyang bangsa Indonesia sejak lama,
dikerjakan
ini dapat dilihat pada pecahan gerabah
Secara
dari zaman Neolitikum berupa goresan
terbagi atas dua kelompok besar yang
sederhana berbentuk geometris. Selain
dibentuk oleh dua kutub budaya yang
berfungsi
berbeda, yaitu budaya keraton yang
sebagai
penghias
bidang,
oleh
keluarga
keseluruhan
batik
keraton. Cirebon
ornamen juga berfungsi lain.
melahirkan batik bergaya keratonan
Dalam pandangan masyarakat masa
dengan bentuknya yang khas wadasan
lampau (terutama dalam masa pra
dan mega serta budaya masyarakat
sejarah
pesisir
Hindu
dan
Budha)
fungsi
melahirkan
batik
bergaya
ornamen adalah sebagai media untuk
pesisiran yang sangat dominan dengan
melampiaskan
hasrat,
bentuk geometris dan stilasi tumbuhan
persembahan,
penghormatan
pengabdian, dan
berbentuk pangkaan.
kebaktian terhadap nenek moyang atau
Seluruh ornamen yang telah tercipta
dewa yang dihormati, dengan kata lain
sejak
ornamen yang diciptakan di samping
penelitian ini kami lakukan telah tercipta
6
awal
Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002
kelahirannya
sampai
Batik Cirebon
lebih
kurang
123
bentuk
ornamen
dengan rincian 3 buah bentuk ornamen yang
tercipta
di
dalam
2002
yang mendapat pengaruh dari keraton Yogyakarta.
lingkungan
keraton jumlahnya tidak terlalu banyak,
Ornamen Batik Gaya Keratonan
memiliki
Ornamen batik yang dikembangkan
nilai
kelompok
simbolik
jenis
termasuk
kangkungan,
di
antaranya:
diluar keraton dan bergaya keratonan jumlahnya lebih banyak, dikatakan
1. Ornamen kangkungan persembahan
ornamen
patran
bergaya keratonan karena memang
memiliki
makna
lahirnya ornamen ini diilhami oleh
maha
lingkungan alam keraton dan kecintaan
pada
yang
agung, dalam arti kata bahwa hidup ini
rakyat pada sultannya
hanya untuk mengabdi pada yang
sekaligus sebagai seorang ulama,
maha agung dan oleh karena itu
ornamen batik ini di antaranya motif
batik dengan ornamen ini hanya
hias Keblekan, motif hias Paksi Naga
dipakai pada upacara ritual.
Liman, motif hias Sawung Galing,
2. Ornamen dalungan masih termasuk pada
kelompok
ragam
kangkungan telahdikembangkan pola
dasar
baik
ornamen
yang juga
motif hias Buraq, motif hias Naga
hias
Seba, motif hias Kanoman, motif hias
yang
Taman Arum Kasepuhan, motif hias
bentuk maupun
penyusunan tata letak ornamennya. 3. Ornamen lenggang kangkung juga
Taman Sunyaragi, motif hias Gunung Jatian, motif hias Tanjakan Gunung Jati, motif hias Sunyaragian, motif hias Gedong
jenis
Sunyaragi, motif hias Trusmian, motif
ornamen kangkungan yang telah
hias Taman Teratai, motif hias Siti
dikembangkan.
Inggil, motif hias Gunung Giwur, motif
masih
termasuk
kelompok
Ketiga jenis ornamen batik inilah yang
hias
memiliki nilai simbolik. Sedangkan
Keprabonan, motif hias Supit Urang,
ornamen
motif hias Puser Bumi, motif hias
ornamen
batik
Simbar
Lawang
Gada,
motif
hias
Menjangan dan ornamen batik Sim bar
Rajeg
Kendo adalah ragam hias batik keraton
Wesi, motif bias Wadas Grompol,
7
Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002
Batik Cirebon
2002
motif hias Panji Semirang, motif hias
menggambarkan
Sumping Darawati, motif bias Naga
tumbuhan yang kadangkala dipadukan
motif
Sawat
dengan bentuk geometris, diantaranya
Pengantin dan motif hias Banjar
motif hias Liris Kembang Gedang, motif
Utah-utahan,
hias
Ornamen
bentuk
yang
hias Liris Bengkol, motif hias Liris
berbentuk pola dasar awan ada dua
Keris, motif hias Liris Dasimah (Kata
yaitu motif hias Mega Mendung dan
liris sama dengan kata lereng pada
Mega Sumirat.
batik Tasik dan Garut yang berarti
Sarong.
batik
stilasi
hiasan yang ditata secara diagonal Ornamen Batik Gaya Pesisiran
mengacu
Ornamen batik gaya ini lahir karena
ParangYogyakarta), motif hias Kawung
tuntutan
Gendewo,
pasar
dimana
batik
yang
pada
motif
motif
hias
hias Kawung
dikembangkan masyarakat ini telah
Rambutan, motif hias Kawung Kentang,
dijadikan
berusaha,
motif hias Banji Tepak, motif hias
masyarakat,
Tambal Sewu, motif hias Lengko-Lengko
sebagai lahan
sumber
ekonomi
jumlahnya sangat banyak bahkan pada
dan motif hias Angen-Angen.
saat penelitian ini berlangsung masih
2.
terjadi penciptaan desain desain baru
JenisPangkaan
untuk dilempar ke pasar. Selain faktor
a. Jenis Pangkaan
pasar ornamen batik pesisiran juga
Yang
dipengaruhi ajaran agama Islam yang
pangkaan
melarang
berbentung rangkaian tumbuhan lebih
menggambarkan
mahluk
Ornamen
Pokok/Utama
dimaksud ialah
motif
ornamen
secara realistis. Oleh karena itu maka
digambarkan
munculah ornamen dengan pola hias
lebat dan ada pula yang divisualisakan
dasar
dengan kondisi daun yang jarang/
ragam
berbentuk: 1.
batik
Stilasi
Tumbuhandan bentuk Geometris 8
atau
yang berdaun
sedikit
Ornamen
Adalah
rimbun
ada
yang
dari
beraneka
tangkai,
hias
hidup seperti binatang dan manusia
tumbuhan
satu
dengan
Pada
ornamen
batik
Jenis pangkaan terdiri dari motif hias Pring Sedapur, motif hias Soko Cino,
yang
motif hias Kembang Suru, motif hias
Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2,No.4 Mei 2002