HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor sedangkan kambing sebanyak 59 ekor. Domba dan Kambing tersebut dipelihara untuk di jual pada hari raya idul Adha, dimana tingkat permintaan sangat tinggi. Mulyono (2003) menyatakan domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80% populasinya berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba yang umumnya saat hari raya idul adha adalah Domba ekor tipis dan Domba Gibas. Jika dilihat dari perbandingan harga bibit harga domba gibas memiliki harga yang jauh lebih tinggi. Selain itu permintaan konsumen yang berada di daerah jabotabek lebih memilih domba ekor tipis, Sedangkan permintaan konsumen untuk kambing, umumnya lebih memilih kambing jawa. Pemilihan Bibit Jenis kambing dan domba yang dipilih BSF adalah kambing kacang dan domba ekor tipis. Kedua jenis ternak tersebut dipilih sebagai komoditi dengan mempertimbangkan beberapa alasan, diantaranya adalah bibitnya yang mudah didapat dan harganya relatif lebih murah dibandingkan ternak jenis lain. Selain itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan ke beberapa peternakan lain di Jawa Barat, domba ekor tipis dan kambing kacang lebih banyak diternakkan. Hal ini berkaitan dengan perilaku konsumen Jawa Barat yang lebih menyukai domba ekor tipis ataupun kambing kacang dibandingkan jenis domba dan kambing lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bakalan adalah jenis kambing dan domba, jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan. Jenis kelamin bibit domba maupun kambing dipilih yang jantan hal ini dikarenakan domba jantan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat ditambah dengan adanya program perlidungan betina produktif sehingga ternak betina disarankan tidak di sembelih. Penilaian penampilan fisik bibit domba dan kambing menjadi penting karena dapat dijadikan indikasi awal kondisi kesehatan domba maupun kambing yang akan dipilih dan diternakkan. Penampilan fisik yang
15
dilihat sebagai penilaian dasar kualitas bibit domba dan kambing yaitu Bentuk tubuh : Pilih yang besar diantara pejantan yang umurnya sama. Dada lebar, relatif panjang, bagian tubuh sebelah belakang lebih besar dan lebih tinggi. Peternakan BSF memilih bibit domba dan kambing yang bobotnya berkisar 15-20 kg, sedangkan untuk kriteria umur, bibit domba dan kambing yang dipilih adalah yang berumur 6-8 bulan. Pemilihan kisaran umur tersebut didasari oleh syarat dari umur ternak yang disarankan untuk kurban adalah minimal 1 tahun. Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duljaman dan Rahayu, 1996). Penggemukan Tabel 3. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak
PBBH (g/ekor/hari)
Domba
60 ± 15
Kambing
97 ± 26
Data menunjukkan bahwa domba memiliki pertambahan bobot badan yang lebih kecil daripada kambing. Program penggemukan yang dilakukan di BSF adalah penggemukan jangka panjang, yaitu selama tiga bulan. Yamin (2001) menambahkan bahwa Kondisi masa pertumbuhan yang relatif kurus dari pasar akan cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan.Menurut Parakkasi (1999), Program penggemukan dilakukan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak-lemak seperlunya saja. Bila hewan yang digunakan dalam penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Pengurangan kadar lemak atau peningkatan kadar protein bertujuan untuk meningkatkan daging yang dapat dimakan. terdapat tiga kategori penggemukan, yaitu penggemukan jangka waktu pendek (± 1 bulan), sedang (± 2 bulan), dan panjang (± 3 bulan). Penggemukan domba dilakukan secara insentif dengan menggunakan kandang individu. Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (ke kandang)
16
(Preston dan Willis, 1978 dalam Parakkasi, 1999). Mathius (1998), menambahkan Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Pemeliharaan secara intensif ini diharapkan agar produksi yang dihasilkan tinggi dan waktu produksi yang dibutuhkan relatif singkat Pemberian Pakan Pemberian pakan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ternak kambing dan domba. Sistem pemberian pakan disesuaikan dengan sistem perkandangan. Pakan di berikan pada domba melalui system cut and carry dimana domba tidak digembalakan melainkan pakan diberikan secara langsung oleh pekerja. Wodzicka et al. (1993) menyatakan bahwa sistem pemberian pakan pada domba meliputi sistem cut and carry, gembala yang diikatkan, dan penggembalaan-umbar. Pakan yang diberikan pada ternak di BSF adalah daun ubi jalar dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari secara ad libitum. Pakan diberikan pada pagi hari (08.00 WIB), siang hari (14.00 WIB), dan malam hari (18.00 WIB).. Pemberian pakan daun ubi jalar ini bersifat lebih ekonomis karena ketersediaannya yang cukup melimpah di sekitar kandang sehingga dapat membantu menurunkan biaya produksi. Karena kandungan air dalam daun ubi jalar ini cukup tinggi maka ternak tidak perlu diberi air minum. Perkandangan Tipe kandang yang digunakan adalah kandang panggung, kandang berada di daerah pegunungan dan jauh dari perumahan hal ini ditujukan agar peternakan tidak menggangu aktivitas dan kenyamanan warga sekitar. Kandang domba dan kambing dibuat terpisah dengan kapasitas yang berbeda. Kandang yang digunakan merupakan kandang panggung dengan tinggi kandang 1 meter sistem kandang head to head dan individual. Kandang tipe ini lebih menjamin kebersihan lingkungan kandang, udara segar dapat masuk, menghemat tenaga, dan memudahkan perawatan. Kandang mupuk meski sepintas membuat peternak tidak banyak mengeluarkan tenaga pengelolaan,
17
justru menjadi kurang begitu bermanfaat. Kesehatan domba kurang terjamin karena domba hidup di atas kotoran sendiri yang bercampur dengan jerami dan sisa-sisa makanan. Kandang individu berukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter baik untuk domba ataupun kambing dengan menggunakan atap asbes. Tempat pakan di buat dengan saling berhadapan (head to head), tempat pakan ditambahkan tempat garam yang dibuat dari kayu. Pengendalian Penyakit Ternak Penyakit yang terjadi selama masa pemeliharaan adalah penyakit orph dan perut kembung. Selama domba dan kambing terkena penyakit domba dan kambing dipisahkan dari kandang serta di suntikkan obat orph dan obat penyakit kembung, Hal ini agar penyakit tidak menular pada domba dan kabing yang sehat. Tindakan pencegahan akan timbulnya penyakit dilakukan dengan maka dilakukan penyuntikan obat-obatan secara rutin, selain itu dilakukan pembersihan pada ternak dengan pemotongan bulu pada domba, dan pemotongan kuku pada kedua ternak. Pembersihan tidak hanya dilakukan pada ternak, kandang, alat-alat, dan pakan yang akan digunakan. Duldjaman dan Rahayu (1996) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, yakni : (1) memelihara kebersihan ternak, pakan, tempat minum, dan peralatan lainnya, (2) tidak mencampur ternak yang sakit dengan yang sehat sehingga tidak teradi penularan, dan (3) melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegah penyakit yang dilakukan secara teratur. Pemasaran Domba dan Kambing Pasar yang paling utama yang dibidik peternakan BSF adalah umat muslim dengan kondisi keuangan menengah ke atas. Konsumen dengan kriteria tersebut umumnya memiliki permintaan yang tinggi akan domba dan kambing pada saat tertentu. Permintaan pasar paling tinggi yakni pada saat perayaan hari raya Idul Adha. Hal ini selaras dengan pernyataan Mulyono (2003) yang menyebutkan bahwa apabila penjualan pada waktu yang tepat maka produk akan laku pada tingkat harga yang baik. Waktu pemasaran yang tepat adalah saat jumlah konsumen maksimal dan jumlah produk yang ada di pasaran minimal (Hukum Supply and Demand) serta saat kapasitas atau kemampuan ternak dan atau alat produksi mencapai maksimal.
18
Faktor lain yang penting untuk diperhatikan pula adalah promosi, di mana di peternakan BSF dilakukan dengan menyebarkan pamflet dan flyer secara door to door. Sementara itu, pemasarannya sendiri dilakukan dengan cara membuka lapak. Hambatan utama dalam membuka lapak yaitu sulitnya menemukan lokasi yang tepat. Lokasi yang dipilih peternakan BSF yaitu di daerah Kebon Pedes. Lapak ini terutama untuk memasarkan domba, sedangkan ternak kambing dipasarkan ke beberapa tempat di Jakarta. Tabel 4. Jumlah Penjualan Ternak di Bogor dan Jakarta Ternak
Jakarta
Bogor
Domba
-
51 ekor
59 ekor
-
Kambing
Khusus untuk ternak kambing pemasaran lebih gencar dilakukan di daerah Jakarta hal ini dikarenakan perbedaan selera konsumen dimana ternak kambing lebih diminati, sedangkan untuk bogor ternak kambing tidak begitu diminati. Analisis keuntungan Domba dan Kambing Tabel 5. Tabel Biaya Produksi Kambing Biaya Tetap 1.
Penyusutan kandang
Rp.
625.000
2.
Peralatan
Rp.
250.000
Rp.
875.000
Biaya Tetap Biaya Variabel 1.
Pembelian kambing 59 ekor
Rp. 42.485.000
2.
Biaya tenaga kerja 1 orang/bulan Rp. 900.000 (4 bulan)
Rp. 3.600.000
3.
Biaya transportasi (pembelian ternak di wonosobo)
Rp. 4.784.000
4.
Obat-obatan dan lain lain
Rp.
500.000
5.
Biaya listrik (Rp 75.000)/ bulan (4 bulan)
Rp.
300.000
Biaya variabel
Rp. 51.669.000
Biaya total
Rp. 52.544.000
19
Tabel 6. Tabel Biaya Produksi Domba Biaya tetap 1.
Penyusutan Kandang
Rp.
510.000
2.
Peralatan
Rp.
250.000
Rp.
760.000
Biaya tetap Biaya variable 1.
Pembelian Domba 51 ekor
Rp. 26.830.000
2.
Biaya tenaga kerja 1 orang/bulan Rp. 900.000 (4 bulan)
Rp. 3.600.000
3.
Biaya transportasi (pembelian di jonggol)
Rp.
500.000
4.
Obat-obatan dan lain-lain
Rp.
500.000
5.
Biaya listrik (Rp. 75.000)/bulan (4 bulan)
Rp.
300.000
Biaya variabel
Rp. 31.730.000
Biaya total
Rp. 32.490.000
Biaya produksi kambing/ekor
= Biaya variabel/jumlah ekor = Rp. 51.669.000 59 = Rp. 875.745
Biaya produksi domba/ekor
= Biaya variabel/jumlah ekor = Rp. 31.370.000 51 = Rp. 615.098
Tabel di atas menunjukkan bahwa biaya produksi kambing jauh lebih besar dari biaya produksi domba. Hal ini dikarenakan biaya produksi kambing jauh lebih tinggi dimana harga rata-rata adalah Rp. 875.745/ekor, sedangkan pada domba harga rata-rata pada domba berkisar antara Rp. 615.745/ekor. Biaya transportasi kambing jauh lebih tinggi karena pembelian ternak di daerah wonosobo, sedangkan pembelian domba di daerah jonggol. Biaya tenaga kerja dari kedua ternak adalah sama yaitu Rp. 900.000/bulan/pekerja dimana tenaga kerja 2 orang, sehingga jumlah biaya tenaga kerja total sebesar Rp. 7.200.000. Biaya pakan tidak dimasukkan dalam tabel karena pakan yang digunakan
20
merupakan tanaman atau daun yang tumbuh di sekitar kandang berupa daun ubi jalar. Daun yang tumbuh memiliki jumlah yang cukup banyak sehingga pakan tersebut dapat digunakan agar biaya produksi dapat ditekan menjadi lebih rendah. Hal ini juga
ditujukan
agar
laba
yang
dihasilkan
menjadi
lebih
tinggi
tanpa
mengesampingkan kualitas pakan.
Tabel 7. Hasil Penjualan Kambing Total Penjualan
Nominal
1.
20 ekor (18 - 23 kg) x (Rp
900.000)
Rp. 18.000.000
2.
21 ekor (24 - 27 kg) x (Rp, 1.050.000)
Rp. 22.050.000
3.
15 ekor (28 - 33 kg) x (Rp. 1.300.000)
Rp. 19.500.000
4.
3 ekor (35 - 40 kg) x (Rp. 1.400.000)
Rp. 4.200.000
Total
Rp. 63.750.000
Pendapatan kambing/ekor = total pendapatan/jumlah ternak = Rp. 63.750.000 59 = Rp. 1.080.508
Pendapatan total ternak kambing yaitu: µ total usaha
= Rp. 63.750.000 – Rp 52.544.000 = Rp. 11.206.000
B/C
= Rp. 63.750.000 Rp. 52.544.000 = 1.213
Ratio keuntungan
= Rp. 11.206.000 Rp. 52.544.000 = 0.213
Pendapatan per ekor kambing; µ total usaha
= Rp. 1.080.508 – Rp 875.745 = Rp. 204.763
B/C
= Rp. 1.080.508
21
Rp. 875.745 = 1.233 Ratio keuntungan
= Rp. 204.763 Rp. 875.745 = 0.233
Tabel 8. Hasil Penjualan Domba Total Penjualan
Nominal
1.
39 ekor (18 - 23 kg) x (Rp. 850.000)
Rp. 33.150.000
2.
8 ekor (24 - 27 kg) x (Rp. 1.000.000)
Rp. 8.000.000
3.
2 ekor (28 - 33 kg) x (Rp. 1.200.000)
Rp. 2.400.000
Total
Rp. 43.550.000
Pendapatan Domba/ekor = total pendapatan/jumlah ternak = Rp. 43.550.000 51 = Rp. 853.921 Pendapatan total ternak domba yaitu: µ total usaha
= Rp. 43.550.000 – Rp 32.490.000 = Rp. 11.060.000
B/C
= Rp. 43.550.000 Rp. 32.490.000 = 1.340
Rasio Keuntungan
= Rp. 11.060.000 Rp. 32.490.000 = 0.340
Pendapatan per ekor domba: µ total usaha
= Rp. 853.921 – Rp 615.098 = Rp. 238.823
B/C
= Rp. 853.921 Rp. 615.098
22
= 1.388 Rasio Keuntungan
= Rp. 238.823 Rp. 615.098 = 0.388
Ket: µ = pendapatan Hal ini menunjukkan bahwa ternak kambing setiap pengeluaran Rp. 1.000,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 213,00, sedangkan pada ternak domba setiap pengeluaran sebesar Rp. 1.000,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 340,00. Pendapatan ternak per ekor pada kambing menunjukkan setiap pengeluaran Rp. 1.000,00 akan menghasilkan keuntungan Rp. 233,00, sedangkan pada domba setiap pengeluaran Rp. 1.000,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 388,00. Jadi secara umum usaha temak sudah dikatakan menguntungkan. Data menunjukkan bahwa ternak domba memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari kambing.
23