PEMILIHAN BIBIT DAN TATA LAKSANA BETERNAK SAPI
OLEH IR. MADE DEWANTARI, M.Si NIP : 19591030 198601 2 001
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya karya tulis yang berjudul “Pemilihan Bibit dan Tata Laksana Beternak Sapi” ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya tulis ini akan didokumentasikan di Perpustakaan Universitas Udayana dengan maksud agar menambah informasi bagi yang membacanya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya dari apa yang kami susun dan untuk itu kami mohon saran dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan paper ini. Sebagai akhir kata penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak.
Denpasar, Januari 2016 Penulis
i 2
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
BAB II
PEMILIHAN BIBIT TERNAK.....................................................
3
BAB III TATA LAKSANA PEMELIHARAAN........................................
11
BAB IV STRATEGI PEMBERIAN PAKAN YANG EFISIEN ................
15
BAB V
KESIMPULAN .............................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
17
ii 3
BAB I PENDAHULUAN
Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia. Sapi bali memiliki ciri genetik khas dan keunggulan yang tidak kalah jika dibandingkan dengan bangsa sapi lainnya. Ciri khas yang membedakan sapi bali dengan sapi lainnya adalah adanya bulu berwarna putih yang terdapat pada bagian tertentu, seperti pada bawah keempat kakinya dengan batas yang jelas. Bulu putih juga terlihat di bagian pantat di bawah ekor berbentuk oval atau lingkaran dan sering disebut mirror atau cermin. Selain itu bibir atas dan bawah, ujung ekor, serta hagian tepi dan dalam daun telinga juga ditumbuhi bulu putih. Ciri khas lainnya adalah di punggung sapi bali selalu terdapat garis hitam yang jelas, dan bahu dan berakhir di atas ekor. Tanda ini sering disebut dengan garis betul. Keunggulan sapi bali adalah dapat memanfaatkan makanan yang kurang bergizi, tidak selektif terhadap makanan dan memiliki daya cerna terhadap makanan serat yang cukup baik. Keunggulan yang paling mencolok adalah kemampuan beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan terutama pada daerah baru yang belum ada ternak sapi atau belum mengenal budidaya beternak sapi. Oleh karena sifat inilah, sapi bali sering disebut sebagai sapi pionir, sapi perintis atau sapi pelopor. Sifat unggul ini tidak dijumpai pada sapi manapun di dunia. Pertumbuhan sapi bali cenderung lambat, tetapi sangat responsif terhadap usaha-usaha perbaikan. Ternak ini akan mengalami penurunan berat badan pada waktu musim kerja, namun setelah diberi makan kembali maka berat badannya akan kembali normal. Disamping keunggulan, sapi bali juga memiliki beberapa kelemahan yang menjadi pembatas dalam program pengembangan sapi bali. Kelemahan tersebut antara lain : ukuran tubuhnya relatif kecil, produksi susu rendah sehingga pertumbuhan anak sapi lambat dan masih tingginya angka kematian pedet pada
1
pemeliharaan secara ekstensif. Selain itu sapi bali sangat mudah terserang penyakit tertentu seperti penyakit jembrana dan ingusan. Dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahan dari sapi bali, agar dapat meningkatkan produksi dari ternak sapi, 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh petani dalam beternak sapi adalah : pemilihan bibit yang baik, pemberian pakan yang teratur dan tata laksana pemeliharaan yang sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Ketiga unsur diatas mempunyai peranan yang sama dan satu sama lain saling menunjang. Sebab apabila salah satu unsur ditiadakan, maka unsur-unsur yang lain akan sia-sia. Bibit sapi yang secara genetik baik/unggul bila tidak mendapat perlakuan yang memadai, maka keunggulannya akan hilang, demikian pula sebaliknya. Dalam karya tulis ini akan dibahas pemilihan bibit, tata laksana pemeliharaan ternak dan sedikit tentang pemberian pakan.
2
BAB II PEMILIHAN BIBIT TERNAK
Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak
(bakalan).
Pemilihan
bibit
biasanya
disesuaikan
dengan
tujuan
pemeliharaan. Jika tujuan pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan tenaga dari ternak untuk mengolah sawah dan juga ingin mendapatkan anak ternak, maka pemilihan bibit lebih diutamakan pada pemilihan temak betina. Ciri-ciri ternak yang baik Adapun cirii-ciri bibit ternak yang baik adalah : (1) ternak tersebut sehat dan tidak cacat tubuh (2) tidak mengidap penyakit menahun (kronis) (3) mempunyai alat reproduksi (kelamin) yang baik serta bentuk ambing normal (4) karakter tenang, bulu halus (tidak kusam) Kriteria bibit untuk sapi bali adalah sebagai berikut : -
Ciri-ciri: bulu berwarna merah kekuningan lutut kebawah berwarna putih, pada bagian pantat berwarna putih dan berbentuk setengah bulan ujung ekor berwarna hitam terdapat garis belut pada punggung. Rata-rata bobot badan dan ukuran tubuh luar sapi bali bibit
Betina I0 I1 Peubah 1 th 2-2.5 th Bobot badan,kg 191(27) 210(35) Tinggi gumba,cm 106(4.4) 109(6.2) Panjang badan,cm 106(5.6) 109(6.1) Lingkar dada,cm 141(7.5) 146(10.5) Keterangan: ( ) = standar deviasi
3
I2 2.5-3 th 234(47) 110(6.5) 115(6.3) 154(10.5)
I0 1 th 237(37) 112(5.2) 111(6.5) 155(10.5)
Jantan I1 2-2.5 th 267(48) 114(6.1) 115(6.6) 163(16.8)
I2 2.5-3 th 309(60) 118(6.0) 122(8.6) 170(12.3)
Mengetahui Umur Sapi Melalui Giginya Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri sapi hanya terdapat di rahang bawah. Semenjak lahir gigi seri sapi sudah tumbuh. Dan pada umur tertentu gigi tersebut secara bertahap akan tanggal sepasang demi sepasang berganti dengan gigi seri baru. Gigi seri yang sudah tumbuh semenjak sapi lahir ini disebut gigi seri susu, sedangkan gigi seri yang menggantikan gigi seri susu tadi disebut gigi tetap. Dengan demikian pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi 3 fase, yakni : - fase gigi susu
: gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti dengan gigi yang baru
- fase pergantian gigi
: dari awal pergantian sampai selesai (rampas)
- fase keausan
: gigi tetap yang mengalami keausan
Proses Pergantian Gigi Pada awalnya 2 buah gigi dalam (Gd) lepas, kemudian disusul 2 buah gigi tengah dalam (Gtd), gigi tengah luar Gtl), yang terakhir adalah gigi luar (Gl) Lebih jelasnya lihat gambar berikut: ` Gigi Sapi Rahang muka Bawah
4
2.1 Ternak pengganti (replacement) Dalam usaha ternak potong, baik itu untuk tujuan pembibitan maupun penggemukan,
faktor
pemilihan
induk
pengganti
(replacement)
sangat
menentukan keberhasilan usaha. Induk pengganti yang memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai tujuan usaha akan memberikan hasil yang optimal. Replacement merupakan ternak pengganti yang diperuntukan untuk mengganti ternak-ternak yang sudah tidak layak untuk berproduksi dari segi fisik dan umur (afkir). Untuk menentukan ternak yang layak untuk di afkir, maka dari itu kita harus bisa memilih dan memilah agar tidak salah memilih ternak yang tidak layak. Di Indonesia, kebanyakan peternakannya masih berbasis peternakan rakyat, replacement ini sering kali di abaikan. Para peternak masih mengangggap hal ini bukan hal yang peka. Membiarkan ternak berproduksi melebihi kapasitasnya. Dengan demikian, mereka tidak memperhatikan kesejahteraan dari ternak tersebut. Dalam usaha breeding (pembibitan), kualitas induk dan pejantan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap keturunan yang dihasilkan. Untuk itu maka perlu dilakukan : a. Pemilihan breed/bangsa pejantan dan betina yang akan digunakan dalam breeding. Bangsa yang digunakan harus sesuai dengan tujuan usaha, karena secara genetik, kemampuan temak bervariasi. Misalnya sapi untuk tujuan memproduksi daging, berbeda untuk tujuan kerja, tujuan produksi susu dan sebagainya. Selanjutnya dalam memilih breed, penting juga memperhatikan besar kecilnya ukuran tubuh ternak, terutama dalam usaha kawin silang, jangan sampai
5
menimbulkan kesulitan pada saat beranak karena kesalahan dalam memilih pejantan sehingga berakibat berat lahir anak terlalu besar. b. Melihat catatan silsilah/pedigree. Catatan mengenai prestasi tetuanya : berat lahir, berat sapih, Average Daliy Gain (ADG), berat umur 1 tahun, dll. c. Penilaian bentuk luar (dengan judging). Dalam judging, ada bagianbagian tubuh ternak yang mendapat penilaian lebih tinggi sesuai dengan tujuan.
2.2 Induk Pengganti Sebagaimana jabaran di atas, induk penggati merupakan ternak pengganti (indukan) yang berguna untuk menggantikan induk-induk yang sudah tua (afkir). Dengan demikian, kita tidak mempergunakan ternak-ternak yang umur tua dan yang berproduksi rendah. Induk pengganti juga diperuntukan untuk menghasilkan bibit-bibit yang unggul, yang baik untuk calon bakalan nantinya. Secara garis besar dapat kita lihat beberapa kriteria dalam menyeleksi induk pengganti, salah satunya antara lain:
Berpostur tubuh baik
Ambing baik
Bulu halus, mata bersinar
Nafsu makan baik
Tanda-tanda berahi teratur
Sehat dan tidak cacat
Umur siap kawin (+ 2 tahun, untuk ternak sapi)
2.3 Menyeleksi Induk Pengganti Seleksi adalah tindakan memilih sapi yang mempunyai sifat yang dikehendaki dan membuang sapi yang tidak mempunyai sifat yang dikehendaki. Sebagai contoh : seorang peternak menginginkan sapi yang mempunyai pertumbuhan badan cepat, maka peternak harus melakukan pemilihan sapi-sapi
6
dengan ukuran tubuh besar dan membuang yang ukurannya kecil. Seleksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Penjaringan dan populasi
Penjaringan adalah tindakan seleksi yang dilakukan di suatu populasi (biasanya di peternakan rakyat atau di pasar hewan) untuk langsung mendapatkan sapi yang terbaik penampilan luar dari sifat tertentu yang dikehendakinya. Penjaringan ini cocok dilakukan untuk usaha pembibitan berskala kecil (usaha ternak rakyat), menengah dan besar.
Seleksi keturunan
Seleksi keturunan adalah tindakan memilih sapi dari suatu populasi terbatas yang telah diketahui silsilah keturunannya, untuk mendapatkan sapi calon pengganti bibit sumber. Cara ini dapat diterapkan pada usaha pembibitan skala menengah ke atas yang menggunakan skema seleksi sistem tertutup (Closed Nucleous Breeding Sceme). Data silsilah sapi yang diseleksi harus jelas untuk menghindari terjadinya perkawinan keluarga. Dalam menyeleksi induk pengganti terdapat beberapa kriteria dalam memilih calon indukan yang bagus. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan calon anak yang baik dan dapat memberikan keuntungan yang lebih bagi peternak. Seleksi untuk calon induk antara lain :
Melihat sifat-sifat individu yang baik.
Seleksi dengan berdasarkan sifat-sifat individu biasanya yang menjadi perhatian meliputi sifat-sifat : a. Bentuk tubuh yang serasi : ternak betina mempunyai bentuk badan yang panjang dan ramping, kaki-kakinya berdiri lurus dengan perototan yang halus. b. Pertumbuhannya baik, artinya pertumbuhannya sesuai dengan umur ternak itu sendiri. Misalnya ternak domba umur l tahun akan memiliki berat badan minimal yang harus dicapai yaitu 20 kg. c. Efesien dalam menggunakan makanan, artinya dengan makanan yang relatif sedikit atau kurang sesuai tetapi tetap akan menghasilkan pertumbuhan yang baik. Contoh : Ternak diberi makanan rumput saja,
7
tetapi memperlihatkan pertumbuhan yang baik apalagi bila diberi makanan yang sesuai kualitas/kuantitasnya maka pertumbuhan akan semakin baik. Dengan kata lain, bahwa setiap penambahan makanan akan selalu menghasilkan kenaikan berat. d. Tidak memperlihatkan adanya cacat atau gejala abnormal.
Melihat asal-usulnya/silsilah.
Seleksi dengan cara ini pada umumnya yang diperhatikan yaitu sifat-sifat dari induk dan pejantannya (tetuanya), sedang cara penilaiannya dengan cara yang sama untuk seleksi berdasarkan sifat-sifat individu. Pada umumnya cara ini dipergunakan dalm memilih ternak-ternak yang masih muda atau ternak yang kurang jelas catatan produksinya.
Melihat kemampuan/daya produksinya
Produksi merupakan hasil dari suatu usaha, sehingga daya produksi dapat dipakai sebagai kriteria dalam seleksi lebih-lebih dalam bidang peternakan. Cara seleksi ini merupakan cara yang terbaik dan paling tepat karena dapat langsung melihat sifat-sifat yang produktif/ekonomis. Pada cara ini terdapat 2 aspek yang perlu mendapat perhatian, yaitu a. Sifat-sifat produktif dari ternak-ternak yang bersangkutan, dan b. Sifat-sifat produktif dari keturunannya. Adapun sifat-sifat produktif ekonomis yang menjadi dasar penilaian, antara lain : ~ Berat lahir ternak ~ Berat sapih ternak ~ Penambahan berat badan (Gain atau ADG) ~ Efesiensi dalam penggunaan makanan ~ Kualitas daging yang dihasilkan Cara seleksi seperti ini dapat dilakukan apabila terdapat data-data ternak secara lengkap, dengan demikian tinggal melihat catatan dalam melakukan seleksi.
8
Hasil dari pemenang suatu lomba / KONTES
Perlombaan atau kontes merupakan tempat terkumpulnya ternak-ternak yang bagus/unggul, karena ternak yang diikutsertakan pada suatu kontes pasti sebelumnya dipelihara dengan baik dan perawatan khusus. Ternak yang menjadi pemenang dalam suatu kontes sudah dapat dipastikan bahwa ternak tersebut yang paling baik dan dengan sendirinya baik untuk dipakai sebagai bibit.
2.4 Induk Sapi Afkir Afkir adalah suatu benda atau barang yang telah tidak terpakai atau yang telah dicampakan. Dalam suatu manajemen usaha peternakan kata afkir diartikan sebagai sisa hasil seleksi yang tidak memenuhi standar yang ditentukan, adapun proses seleksi atau pengafkiran dilakukan pada saat pemilihan bibit dan pada saat mengganti indukan. Induk yang sudah tidak dapat berproduksi secara efisien haruslah diafkir, hal ini dilakukan guna mengefisienkan suatu usaha sehingga tidak terjadinya kerugian dalam usaha peternakan. Dimana dalam usaha peternakan memelihara ternak yang tidak mampu memproduksi hasil yang maksimal akan berakibat fatal dalam perencanaan biaya usaha. Selain itu pengafkiran jumlah ternak harus ada ternak baru yang dijadikan replacement atau pengganti dari ternak sebelumnya dengan kualitas dan kuantitas yang sama guna menyeimbangkan usaha yang dilakukan. Pengafkiran induk betina pada umumnya dilakukan pada saat sapi tersebut tidak mampu memproduksi keturunan atau melahirkan anak, biasanya ditandai dengan daya menurunnya fertilitas pada sapi betina. Selain itu sapi betina afkir akan dipotong sebagai penghasil daging
2.5 Kriteria Induk Sapi yang di Afkir Pengafkiran induk betina sapi tua biasanya dilakukan pada kisaran umur 6 tahun dengan jumlah melahirkan sebanyak kurang lebih 4-5 kali melahirkan, adapun selain itu pengafkiran dilakukan apabila :
9
Produktifitas ternak telah menurun ini disebabkan berbagai sebab diantaranya akibat umur sapi yang terlalu tua sehingga sapi tidak mampu memproduksi anak kembali ataupun anak yang dilahirkan cacat ataupun ukuran tubuh kecil. Terjadinya penurunan fertilitas pada saat kawin, ini disebabkan oleh umur sapi yang sangat tua dan alat kelamin tidak mampu berproduksi sel telur. Terserang penyakit, yang mengakibatkan produksi ternak menurun sehingga diambil keputusan untuk di afkir. Mengalami cacat fisik dalam pemeliharaannya, dimana terjadi apabila pemangsa dan lain-lain sehingga induk cacat dan harus di afkir. Sifat agresif pada anak, dimana beberapa induk diafkir atau dijadikan ternak potong akibat ternak agresif pada anaknya, sehingga diambil keputusan untuk mengafkir ternak tersebut. Mandul, Tidak dapat bunting (infertile) akibat kelainan gen atau hal lain yang mengakibatkan sapi indukan digemukkan. Pengafkiran tidak dilakukan secara acak dimana perlu melihat kondisi dari ternak ini sendiri baik dari ekspresi dirinya maupun ekspresi dari induknya. Adapun induk yang diafkir dipelihara selama 1-2 bulan untuk digemukan. Sehingga sapi indukan betina yang diafkir memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
2.6 Metode dalam Mengafkir Pengafkiran induk betina dilakukan pada saat akhir produksi, dimana dalam manajemen peternakan pengafkiran ternak dilakukan apabila terdapat ternak yang memiliki kriteria untuk diafkir, adapun pengafkiran ini bertujuan untuk memisahkan dan menghilangkan individu ternak dari kelompok ternak, dengan mempertimbangkan kriteria diatas. Adapun pengafkiran juga berdasarkan dari catatan hasil produksi dan individu, catatan genetika dari orang tua dan saudara dari individu, yang mana buku catatan tersebut merupakan hal terpenting dalam manajemen sehingga peternak akan mampu mengetahui peformen dari masing-masing individu ternaknya. Dimana apabila terjadinya penurunan produksi pada catatan produksi dan salah satu ternak akan dilakukan pengafkiran pada individu ternak tersebut.
10
BAB III TATA LAKSANA PEMELIHARAAN
Perkandangan : Kandang mempunyai arti penting untuk menghindari ternak dari pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan. Dengan adanya kandang, maka pengawasan terhadap ternak dapat dilakukan. Kandang yang dibuat diharapkan sesuai dengan kebutuhan ternak. Syarat kandang : 1. terpisah dari rumah dan diusahakan jaraknya sekurang-kurangya 5 meter. 2. bahan terbuat dari bambu, kayu atau bahan lain yang kuat tetap murah dan tersedia di daerah setempat. 3. lantai sebaiknya disemen, atau minimal tanahnya dipadatkan, lantai kandang harus dbuat lebih tinggi dari pada tanah disekitarnya dan selalu kering. 4. kandang dengan system terbuka. 5. tersedia tempat penampungan kotoran temak.
Ukuran kandang : Kandang dibuat sesuai dengan jumlah ternak yang akan dipelihara dengan ukuran sebagai berikut : (1) Ternak dewasa
1.5 x 2 m2/ekor
(2) Untuk anak
1.5 x 1 m2/ekor
Teknik Reproduksi Ternak yang sudah dewasa kelamin pada periode tertentu akan menunjukkan keadaan birahi dengan tanda-tanda birahi sebagai berikut : (1) selalu rebut dan gelisah (2) mencoba menaiki sapi lain (walaupun sama-sama betina)
11
(3) alat kelamin membesar, kemerah-merahan, hangat dan keluar cairan lender bening (4) nafsu makan menurun. Sebaiknya peternak selalu memperhatikan ternaknya agar saat-saat awal birahi dapat diketahui, hal ini sangat penting untuk mengetahui kapan ternaknya harus dikawinkan. Perkawinan yang baik dapat dilakukan pada saat : (1) bilamana masa birahi dimulai sebelum jam 9 pagi, perkawinan dilaksanakan pada siang hari sesudah jam 12. (2) bilamana mulai birahi antara jam 9-12 siang, kawinkan sore itu sesudah jam 5 sore. (3) bilamana mulai nampak sore hari, kawinkan pagi hari besoknya. (4) kalau ternak telah dikawinkan masih memperlihatkan tanda birahi pada periode birahi berikutnya supaya dikawinkan lagi. (5) ternak yang sudah dikawinkan sebanyak 3 kali periode birahi yang berurutan dan tidak terjadi kebuntingan agar dilaporkan kepada petugas setempat.
Tabel 1. Petunjuk Praktis untuk Melakukan Perkawinan/Inseminasi Sapi terlihat birahi Pagi hari Mulai jam 9
Mulai jam 9-12 Sore atau malam hari
Waktu inseminasi tepat Siang jam 12
hari
Terlambat
sesudah Hari berikutnya
Sesudah jam 5 sore
Hari berikutnya
Besok pagi sebelum jam Sesudah jam 15.00 15.00
Sistem perkawinan Sistem perkawinan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni perkawinan secara alam dan kawin suntik (IB)
12
(1) Sistem perkawinan secara alam: Sistem perkawinan secara alam adalah sistem perkawinan dengan menggunakan pejantan yang diatur sebagai berikut: a. Ternak betina birahi dibawa ke kandang pejantan untuk dikawinkan. b. Ternak-ternak betina dipelihara bersama pejantan selama waktu tertentu. Perbandingan jumlah ternak adalah setiap ekor pejantan melayani ternak betina 10 ekor
(2) Sistem perkawinan dengan Inseminasi Buatan (IB) Sapi betina birahi dikawinkan dengan cara inseminasi buatan oleh inseminator diatur sbb : 1. Ternak betina birahi segera dilaporkan ke pos IB terdekat untuk mendapatkan pelayanan Inseminasi. 2. Petugas IB melaksanakan inseminasi di kandang petani atau di tempat inseminasi yang telah ditentukan.
Tabel 2. Data Reproduksi Ternak Sapi NO 1. 2. 3. 4.
Tahap perkembang biakan Umur birahi pertama Siklus birahi Lama birahi Ovulasi terjadi
5. 6. 7. 8.
Dikawinkan pertama kali Lama bunting Birahi kembali setelah beranak Dikawinkan kembali setelah beranak
Waktu 18 bulan (1.5 – 2 tahun) 21 hari 17 jam Setelah 10-12 jam sampai saat birahi berakhir 2 – 2.5 tahun 280-285 hari 5 – 8 minggu 2 – 3 bulan
Cara Pengaturan Perkawinan Ternak sapi sebaiknya tidak dipekerjakan pada waktu tertentu sebagai berikut : 1. satu bulan setelah dikawinkan. 2. dua bulan sebelum melahirkan. 3. satu bulan setelah melahirkan.
13
Agar sapi dapat dipekerjakan pada waktu musim kerja pengolahan lahan, maka saat perkawinan ternak perlu diatur sesuai dengan musim yang akan dilaksanakan oleh petani. Pengaturan perkawinan sapi di daerah 3 kali musim tanam. 1. Saat yang tepat untuk ternak sapi dikawinkan adalah 2 bulan sebelum musim pengolahan lahan atau 1 bulan setelah musim pengolahan lahan. 2. Saat melahirkan adalah minimal 1 bulan sebelum musim pengolahan lahan periode selanjutnya. Apabila musim tanam (MT) 3 kali setahun dengan musim pengolahan lahan sbb: -
MT I pada bulan Maret
-
MT II pada bulan Juli
-
MT III pada bulan Nopember
Maka saat perkawinan yang tepat adalah pada akhir Desember atau awal Januari (diagram I) atau akhir April /awal Mei (diagram 2) DIAGRAM 1 Kawin ---------MT I ------------------------- MT II --------- Beranak ----- MT III ----1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 X
X
X
X
DIAGRAM 2 Kawin -------MT II ------------------------- MT II ------------ Beranak ---- MT I -----5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 X
X
Keterangan: Bunting Bisa dipekerjakan X
Tidak bisa dipekerjakan
14
X
X
BAB IV STRATEGI PEMBERIAN PAKAN YANG EFISIEN
Pemberian pakan yang cukup dan seimbang merupakan slah satu faktor lingkungan yang menentukan besarnya biaya produksi. Biaya pakan dapat ditekan melalui pemberian pakan yang efisien sehingga keuntungan yang diperolah menjadi lebih besar. Adapun strategi pemberian pakan yang efisien dengan diversifikasi pakan sapi bali antara lain : 1. Sapi bakalan dengan kisaran bobot badan 275 - 300 kg dapat diberi pakan konvensional berupa rumput lapangan dan daun pohon atau daun legume dan ditambah dedak padi atau polar dengan jumlah pakan keseluruhan adalah 55% dari bobot sapi, yang terdiri atas rumput dan daun pohon masing-masing 3 bagian dan 4 bagian dedak padi. 2. Sapi pada poin l dapat diberi jerami padi amoniasi urea (jerea) dan konsentrat berjumlah 3 % dari bobot sapi, yang terdiri atas l bagian jerea dan 4 bagian konsentrat. Konsentrat terdiri atas dedak padi, bungkil kelapa, molasses, minyak kelapa, kapur, urea, multi vitamin dan mineral. 3. Sapi bakalan dengan kisaran bobot 200 - 250 kg dapat diberi pakan komplit sebanyak 3 % dari bobot sapi ditambah mineral-vitamin komplek (pignox) hanya l gr dalam l kg pakan komplit. 4. Sapi bakalan pada poin l dapat diberl pakan komplit sebanyak 2.5 % dari bobot sapi ditambah 1.7 g pignox dalam 1 kg pakan komplit dan diberi jerami padi secukupnya (sebanyak sapi man makan). 5. Sapi bakalan pada poin l dapat diberi rumput lapangan secukupnya dan ditambah l kg UMMB (Urea Molases Multinutrien Blok) yang diberikan pada pagi dan siang hari masing-masing 0.5 kg.
15
BAB V KESIMPULAN
Produktivitas sapi bali akan optimal apabila pemilihan bibit, tata laksana pemeliharaan, dan pemberian pakan dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan potensi bibit yang dipelihara.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. 2002. Pengemukan Sapi Potong. PT Agromedia Pustaka : Jakarta. Anonim. 2010. Management Pemeliharaan Sapi Perah Sesuai dengan Standar Kesejahteraan Hewan. (online). http://warintek.bantulkab.go.id. Diakses pada 15 Maret 2013. Anonim. 2012. Cara Beternak Sapi Perah. (online). http://carabeternak.com/carabeternak-sapi-perah/ diakses pada 15 Maret 2013. Anonim. 2009. Makalah Manajemen ternak Perah. (online). http://farmnawir.blogspot.com/2009/03/makalah-manajemen-ternakperah.html diakses pada 15 Maret 2013./ Djagra, I.B, IGN Raka Haryana, I G M Putra, I.B. Mantra dan A.A. Oka. 2002. Ukuran Standar Tubuh Sapi bali Bibit. Laporan Hasil Penelitian Kerjasama Bappeda Propinsi Bali. Partama, I.B.G. 2006. Diversifikasi Pakan Sabi Bali. Makalah Seminar Prospek Pengembangan Agribisnis Sapi bali di Bali _______, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius.Yogyakarta. Sugeng, Y. B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Williamson, G. Dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. www.google.com/http://fahmizuhr.blogspot.com/2012/06/teknologi-pembibitansapi-potong.html www.google.com/http://damarapeka.wordpress.com/2011/07/14/pertumbuhanternak-potong/ www.google.com/http://shantozone.wordpress.com/2012/01/07/seleksi-danpemilihan-bibit-bakalan-pada-usaha-ternak-potong/
17