HASIL DAN PEMBAHASAN Atribut Mutu Produk Konsumen yang mengkonsumsi sirup markisa memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap mutu produk sirup markisa. Hal ini disebabkan perbedaan kepentingan terhadap produk tersebut. Perbedaan tersebut harus dapat dipahami oleh perusahaan dengan mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen maka peningkatan dalam volume penjualan akan tercapai sehingga kemampuan perusahaan untuk bersaing semakin tinggi. Identifikasi terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen menghasilkan beberapa atribut mutu produk sirup markisa. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen ahli produk sirup markisa, terdapat beberapa atribut mutu produk yang telah dikembangkan dari ciri fisik dan atribut internal mutu produk. Adapun spesifikasi harapan konsumen terhadap atribut-atribut mutu produk tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Warna Warna sirup markisa adalah kuning kekuningan, jika menggunakan pewarna, maka pewarnanya harus yang aman bagi kesehatan dan warnanya tidak terlalu terang.
2.
Rasa Rasa sirup markisa diharapkan tidak terlalu manis dan asam dan tidak menyakiti tenggorokan serta rasa manisnya harus seperti rasa gula asli. Rasa asam khas markisa harus tetap dipertahankan.
3.
Aroma Bau yang dikeluarkan oleh produk sirup markisa diharapkan tidak tajam untuk penciuman (hidung), diharapkan juga aromanya sesuai dengan aroma khas markisa.
4.
Nilai Gizi Konsumen mengharapkan dengan mengkonsumsi sirup markisa dapat memenuhi gizi akan kebutuhan vitamin C didalam tubuh sehingga dapat bermanfaat untuk kesehatan.
94
5.
Kekentalan Sirup markisa yang ada dalam kemasan diharapkan memiliki kekentalan dan tidak terlalu encer.
6.
Keamanan pangan Sirup markisa diharapkan bersih tanpa ada benda asing (pasir, kerikil dan kotoran lainnya), sehingga konsumen merasa aman mengkonsumsi produk markisa tersebut.
7.
Kemasan Konsumen menginginkan kemasan dalam bentuk botol plastik yang lebih praktis sehingga dapat dikonsumsi kapan pun dan dimana saja. Kemasan yang diinginkan konsumen adalah botol plastik Berdasarkan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) gabungan
pendapat para pakar (Lampiran 2) yang telah diolah menggunakan software Expert Choice 2000 maka diperoleh pembobotan atribut mutu produk yang memperhatikan bahwa atribut keamanan pangan, kekentalan dan nilai gizi secara berturut-turut merupakan tiga atribut mutu utama yang menjadi prioritas konsumen dalam mengkonsumsi sirup markisa dan sekaligus menjadi parameter utama konsumen dalam menilai produk sirup markisa yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Atribut yang memiliki bobot konversi atau tingkat kepentingan tertinggi (sembilan) adalah atribut keamanan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan harapan tertinggi konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan sirup markisa untuk dapat merebut hati konsumennya. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran terhadap pentingnya keamanan pangan dalam mengkonsumsi suatu produk sangat besar karena kebersihan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Urutan dari atribut-atribut mutu produk berdasarkan hasil penilaian bobot atribut mutu produk sirup markisa dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini :
95
No 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 20 Hasil Penilaian Bobot Atribut Mutu Produk Sirup Markisa Atribut Kualitas Produk Bobot Rangking Bobot Konversi Keamanan Pangan 0.357 1 5 Kekentalan 0.220 2 4 Nilai Gizi 0.124 3 3 Warna 0.059 4 2 Kemasan 0.039 5 1 Penilaian konsumen terhadap atribut mutu sirup markisa dikonversikan ke
dalam kelas interval yang telah dihitung (Lampiran 3). Hasil penilaian konsumen pada sirup markisa terhadap atribut mutu produk, memperlihatkan mutu sirup markisa yang akan mempengaruhi jumlah konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 50 orang ibu rumah tangga dan karyawan memperlihatkan mutu produk sirup markisa yang berbeda antara perusahaan Pintu Besar Selatan sebagai perusahaan sirup markisa dengan perusahaan pesaingnya. Hasil kuesioner memperlihatkan bahwa mutu produk perusahaan Pintu Besar Selatan sudah memuaskan konsumen untuk atribut keamanan pangan dan kekentalan, sedangkan untuk atribut warna dan kemasan belum memuaskan untuk seluruh atribut mutu produk. Perhitungan hasil kuesioner tingkat kepuasan konsumen terhadap produk sirup markisa perusahaan Pintu Besar Selatan dan para pesaingnya dapat dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6 sedangkan rekapitulasi hasil penilaian tingkat kepuasan konsumen terhadap mutu produk perusahaan Pintu Besar Selatan dengan pesaingnya dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini : Tabel 21 Rekapitulasi Hasil Penilaian Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Mutu Produk Perusahaan Pintu Besar Selatan dengan Perusahaan Pesaingnya Perusahaan Perusahaan Perusahaan No Atribut Kualitas Produk PBS MJP TJP 1 Keamanan Pangan 4 2 4 2 Kekentalan 4 2 4 3 Nilai Gizi 3 3 3 4 Warna 3 3 3 5 Kemasan 3 3 3 Ket : PBS = Pintu Besar Selatan MJP = Maju Jaya Pohon Pinang TJP = Tunggal Jaya Prima n = 50 responden
96
Berdasarkan penilaian tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh dari perusahaan mengenai target perusahaan, maka diperoleh nilai rasio perbaikan, bobot dan persentasi bobot untuk setiap atribut mutu produk PBS yang dapat dilihat pada Tabel 22 di bawah ini : Tabel 22 Rasio Perbaikan, Bobot dan Persentasi Bobot untuk Perusahaan PBS No 1 2 3 4 5
Atribut Kualitas Produk Keamanan Pangan Kekentalan Nilai Gizi Warna Kemasan Total
Target Nilai
Skor Evaluasi
Tingkat Rasio Kepentingan Perbaikan
4
4
5
4 4 4 4
4 3 3 3
4 3 2 1
Bobot
%Bobot
1.0000
5.0000
29.4121
1.0000 1.3333 1.3333 1.3333 5.9999
4.0000 3.9999 2.6666 1.3333 16.9998
23.5296 23.5291 15.6860 7.8430 100.0000
Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa atribut warna dan kemasan merupakan atribut dengan rasio perbaikan lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa atribut-atribut tersebut merupakan atribut mutu yang mendapat prioritas untuk diperbaiki oleh perusahaan PBS. Jika dibandingkan dengan para pesaingnya (Lampiran 7 dan 8), maka total bobot perbaikan perusahaan PBS lebih rendah dari pada kedua pesaingnya tersebut.
Aktivitas Proses Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, diskusi dengan para pakar serta studi literatur yang mendalam, diperoleh beberapa aktivitas proses yang dilakukan oleh perusahaan sirup markisa dalam melakukan kegiataan perusahaan. Aktivitas proses tersebut akan mempengaruhi mutu produk baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas proses yang mempengaruhi mutu sirup markisa dilihat mulai dari bahan baku diterima oleh perusahaan sampai produk jadi diterima oleh konsumen. Perusahaan yang saya teliti tidak mempunyai kebun markisa sendiri, tetapi membeli markisa dari petani maupun pengumpul. Adapun aktivitas proses yang diamati adalah sebagai berikut : 1.
Pengadaan bahan baku, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi seluruh kebutuhan bahan baku selama operasi.
97
2.
Penanganan bahan baku, yaitu aktivitas memberikan perlakuan tambahan dan menyimpan bahan baku untuk sementara waktu di tempat tertentu sebelum diolah ke tahap selanjutnya.
3.
Sortasi buah, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk memilih buah matang, setengah matang dan tidak matang serta memisahkan buah dari benda-benda asing (kerikil, pasir, batu, ranting dan lain-lain).
4.
Pencucian buah, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada kulit buah.
5.
Penyaringan sari buah markisa, yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sari buah markisa yang seratnya lebih halus.
6.
Penambahan BTM, gula dan air, yaitu aktivitas yang dilakukan dengan menambahkan natrium benzoat, gula dan air sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan dan sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan tentang BTM pada makanan dan minuman.
7.
Pasteurisasi,
yaitu
aktivitas
yang
dilakukan
untuk
membunuh
mikroorganisme patogen yang dilakukan pada suhu 800C selama 15 menit. 8.
Pengisian sirup markisa ke dalam botol kaca dan plastik, yaitu kegiatan mengisi botol kaca dan plastik dengan sirup markisa.
9.
Pemasangan label kemasan, yaitu aktivitas memasang label kemasan berupa komposisi, nama perusahaan, merek, cara penyajian, masa kadaluarsa dan berat isi.
10. Pengemasan ke dalam dus, yaitu kegiatan menyusun sirup markisa dalam botol kaca dan plastik ke dalam dus, kemudian dus ditutup menggunakan lakban besar. 11. Penyimpanan produk, yaitu kegiatan menyimpan produk yang telah dikemas untuk sementara waktu sampai produk di jual ke pasaran. 12. Distribusi pemasaran, yaitu kegiatan menyalurkan produk ke distributor atau retail. Berdasarkan aktivitas proses diatas, dilakukan penilaian untuk mengkaji kemampuan aktivitas proses perusahaan dalam membentuk atribut mutu produk guna mencapai kepuasan konsumen. Hasil penilaian responden pakar terhadap
98
aktivitas proses produksi pada masing-masing perusahaan dapat dilihat pada Tabel 23 di bawah ini : Tabel 23 Penilaian Aktivitas Proses Produksi pada Masing-Masing Perusahaan Sirup Markisa No Aktivitas Proses Perusahaan Perusahaan Perusahaan PBS MJP TJP 1 Pengadaan bahan baku 5 5 5 2 Penanganan bahan baku 5 5 5 3 Sortasi buah 5 4 5 4 Pencucian buah 5 5 5 5 Penambahan BTM 4 3 4 6 Penyaringan sari buah 5 4 5 7 Pasteurisasi 4 4 4 8 Pengisian sirup kedalam 4 5 5 botol kaca dan plastik 9 Pemasangan label kemasan 3 4 4 10 Pengemasan kedalam dus 4 4 4 11 Penyimpanan produk 4 5 5 12 Distribusi pemasaran 3 5 4 Ket : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup baik), 2 (kurang baik), 1 (tidak baik) n = 50 responden
Hasil penilaian pada Tabel 23 memperlihatkan bahwa ada beberapa aktivitas proses yang belum baik. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan PBS harus melakukan perbaikan terhadap aktivitas proses tersebut, karena setiap karakteristik proses tersebut sangat besar pengaruhnya untuk membentuk seluruh atribut mutu produk. Aktivitas proses yang harus diperbaiki adalah penambahan BTM, pasteurisasi, pengisian sirup kedalam botol kaca dan plastik, pemasangan label kemasan, pengemasan kedalam dus, penyimpanan produk, dan distribusi pemasaran. Jika dibandingkan dengan pesaingnya, aktivitas proses tersebut pada perusahaan PBS berada dibawah pesaingnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh teknologi produksi yang digunakan dan cara melakukan aktivitas proses tersebut. Setiap aktivitas proses yang dilakukan perusahaan akan berpengaruh terhadap pembentukan atribut mutu produk baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, analisa keterkaitan antara aktivitas proses dengan atribut produk perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan atau hubungan masing-masing aktivitas proses dengan atribut mutu produk sirup markisa. Dengan diketahuinya keterkaitan diatas diharapkan dapat diketahui akar pemasalahan yang menyebabkan rendahnya mutu produk pada suatu perusahaan.
99
Matriks interaksi hubungan/keterkaitan antara atribut mutu produk dengan aktivitas proses didapatkan dengan wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan dan para pakar. Dua atribut mutu yaitu keamanan pangan dan warna sangat berkaitan erat dengan aktivitas proses pasteurisasi. Aktivitas proses ini juga merupakan aktivitas proses yang secara total paling besar pengaruhnya untuk membentuk seluruh atribut mutu produk. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas proses diatas merupakan aktivitas proses yang pertama harus diperhatikan oleh perusahaan. Aktivitas proses lain yang juga sangat besar pengaruhnya dalam membentuk atribut mutu produk adalah penyaringan sari buah, penanganan bahan baku dan pengisian sirup kedalam botol kaca dan plastik dengan merek perusahaan. Matriks keterkaitan antara atribut mutu produk dengan aktivitas proses dapat dilihat pada Tabel 24 di bawah ini : Tabel 24 Hubungan Keterkaitan antara Atribut Mutu Produk dengan Aktivitas Proses Produksi Sirup Markisa
Sortasi buah
Pencucian buah
Penyaringan sari buah
Penambahan BTM
Pasteurisasi
Pengisian sirup kedalambotol
Pemasangan label kemasan
Pengemasan kedalam dus
Penyimpanan produk
Distribusi pemasaran
Keamanan Pangan Kekentalan Nilai Gizi Warna Kemasan
Penanganan bahan baku
Atribut Kualitas Produk
Pengadaan bahan baku
Aktivitas Proses
1
10
5
5
5
10
10
10
1
1
5
5
0 0 0 0
0 5 5 0
0 5 5 0
0 1 1 0
5 1 1 0
10 5 10 0
10 5 10 0
1 0 1 5
0 0 1 5
0 0 0 10
0 0 1 5
0 0 0 10
Usaha perusahaan PBS untuk melakukan perbaikan proses berkaitan dengan seluruh aktivitas proses yang terdapat pada perusahaan, karena aktivitas proses tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Bahkan jika ditelaah aktivitas proses yang ada pada perusahaan tidak dapat terputus ataupun berdiri
100
sendiri karena aktivitas proses tersebut berkelanjutan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dilakukan analisa aktivitas proses untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan antara masing-masing proses akan menghasilkan produk sirup markisa. Hubungan keterkaitan antar aktivitas proses yang diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dapat dilihat pada Tabel 25 di bawah ini : Tabel 25 Hubungan Keterkaitan antar Aktivitas Proses Produksi Sirup Markisa Aktivitas proses yang dinilai
Aktivitas proses terkait
Penanganan bahan baku
Sortasi
Pengadaan bahan baku Pencucian Penyaringan sari buah Penambahan Na-benzoat Pasteurisasi Pengisian sirup kedalam botol Pemasangan label kemasan Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran
Sortasi bahan baku Penanganan bahan baku
Pencucian buah Penyaringan sari buah Penambahan Na-benzoat
Hubungan dan alasan (++) semakin banyak pengadaan bahan baku akan menyebabkan semakin banyak kegiatan penanganan bahan baku, dan penyimpanan bahan baku (+) semakin banyak pengadaan bahan baku akan menyebabkan semakin banyaknya kegiatan sortasi bahan baku (+) semakin banyak pengadaan bahan baku akan menyebabkan semakin banyaknya kegiatan pencucian buah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) penanganan bahan baku dalam jumlah besar akan mengakibatkan kegiatan sortasi buah yang dipotong juga semakin besar. Tapi bisa saja bahan baku tersebut disimpan tanpa harus langsung disortasi pada saat itu juga (+) penanganan bahan baku dalam jumlah besar akan mengakibatkan pencucian buah juga semakin besar Tidak ada Tidak ada
101
Tabel 28 Hubungan Keterkaitan antar Aktivitas Proses (Lanjutan) Aktivitas proses yang dinilai
Aktivitas proses terkait
Hubungan dan alasan Tidak ada
Penanganan Bahan Baku
Pasteurisasi Pengisian sirup kedalam botol Pemasangan label kemasan Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Pencucian buah
Penyaringan sari buah Sortasi Penambahan Na-benzoat Pasteurisasi Pengisian sirup kedalam botol Pemasangan label kemasan Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran
Penyaringan sari buah
Pencucian buah
Penambahan Na-benzoat Pasteurisasi Pengisian sirup kedalam botol Pemasangan label kemasan Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) semakin banyak buah yang disortasi akan menyebabkan semakin banyaknya kegiatan pencucian buah (+) semakin banyak buah yang disortasi akan mengakibatkan kegiatan pemotongan, pengorekan dan penyaringan buah semakin banyak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) pencucian buah dalam jumlah besar akan mengakibatkan kegiatan pemotongan, pengorekan dan penyaringan buah juga semakin besar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
102
Tabel 28 Hubungan Keterkaitan antar Aktivitas Proses (Lanjutan) Aktivitas proses yang dinilai
Aktivitas proses terkait
Penambahan Na-benzoat
Pasteurisasi Penyaringan sari buah Pengisian sirup kedalam botol Pemasangan label kemasan Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Pasteurisasi Penambahan Na-benzoat
Pengisian sirup kedalam botol Pemasangan label kemasan Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Pengisian sirup kedalam botol
Pasteurisasi Pemasangan label kemasan Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Pemasangan label kemasan Pengisian sirup kedalam botol Pengemasan kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran
Hubungan dan alasan (++) penyaringan sari buah yang banyak akan menyebabkan kegiatan penambahan Na-benzoat juga semakin banyak (+) semakin banyak sari buah yang disaring, akan menyebabkan proses kegiatan pasteurisasi juga semakin banyak (+) semakin banyak sari buah yang disaring, maka kegiatan pengisian konsentrat kedalam botol akan semakin banyak pula Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (+) semakin banyak sari buah yang telah ditambahkan Na-benzoat, maka kegiatan pasteurisasi juga semakin banyak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) semakin banyak sari buah yang dipasteurisasi maka akan semakin banyak kegiatan pengisian sirup kedalam botol Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) semakin banyak botol yang telah diisi sirup, maka akan semakin banyak botol yang harus ditutup dengan merek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
103
Tabel 28 Hubungan Keterkaitan antar Aktivitas Proses (Lanjutan) Aktivitas proses yang dinilai
Aktivitas proses terkait
Hubungan dan alasan
Pengemasan kedalam dus
(++) semakin banyak konsentrat yang sudah dikemas maka akan semakin banyak pengemasan kedalam dus untuk dipasarkan Tidak ada Tidak ada (++) produk yang telah dikemas membutuhkan kegiatan distribusi produk. Tapi dapat saja produk yang sudah dikemas kedalam dus disimpan untuk sementara waktu menunggu pendistribusiaannya (++) semakin banyak produk yang disimpan untuk dipasarkan, maka akan semakin banyak kegiatan distribusi produk untuk konsumen
Pemasangan label kemasan Penyimpanan produk Distribusi pemasaran
Pengemasan kedalam dus
Distribusi pemasaran
Penyimpanan produk
Distribusi pemasaran
Keterangan : Hubungan kuat positif (++) merupakan hubungan searah yang kuat, dimana bila salah satu aktivitas proses mengalami peningkatan akan berdampak kuat pada peningkatan aktivitas proses yang lainnya yang terkait. Hubunagn positif (+) merupakan hubungan searah, meskipun dampak yang dihasilkan tidaklah sekuat hubungan pada point diatas.
Setiap aktivitas proses yang terdapat pada perusahaan PBS diatas, memiliki tingkat kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tingkat kepentingan tersebut didasarkan pada hubungan keterkaitan antara atribut mutu produk dengan aktivitas proses tersebut. Perhitungan tingkat kepentingan aktivitas proses dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini :
104
Tabel 26 Perhitungan Tingkat Kepentingan dan Nilai Relatif Proses No 1 2 3 4 5
Atribut Mutu Tingkat Produk Kepentingan Keamanan 5 Pangan Kekentalan 4 Nilai Gizi 3 Warna 2 Kemasan 1 Nilai Tingkat Kepentingan Nilai Relatif Ranking
A 1
B 10
C 5
D 5
E 5
0 0 0 0 5 0.008
0 5 5 0 75 0.121 2
0 5 5 0 50 0.081 4
0 1 1 0 30 0.048 7
5 1 1 0 50 0.081 4
Aktivitas Proses F G H 10 10 10 10 5 10 0 125 0.203 1
10 5 10 0 125 0.203 1
Keterangan : A
Pengadaan bahan baku
G
Pasteurisasi
B
Penanganan bahan baku
H
Pengisian sirup kedalam botol
C
Sortasi buah
I
Pemasangan label kemasan
D
Pencucian buah
J
Pengemasan kedalam dus
E
Penyaringan sari buah
K
Penyimpanan produk
F
Penambahan BTM
L
Distribusi pemasaran
1 0 1 5 61 0.099 3
I 1
J 1
K 5
L 5
0 0 1 5 12 0.019 9
0 0 0 10 15 0.024 8
0 0 1 5 32 0.052 6
0 0 0 10 35 0.057 5
Total
615 1.000
105
Hasil
perhitungan
nilai
relatif
dan
tingkat
kepentingan
proses
memperlihatkan bahwa penambahan BTM, pasteurisasi, penanganan bahan baku dan pengisian sirup kedalam botol, secara berurutan merupakan empat aktivitas proses yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi di dalam aktivitas proses perusahaan PBS untuk menghasilkan produk sirup markisa. Oleh karena itu aktivitas proses tersebut sangat perlu diperhatikan dan harus terus dilakukan penyempurnaan guna memperoleh mutu produk yang diinginkan konsumen. Hasil perhitungan tingkat kepentingan proses dan nilai relatifnya dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini : Tabel 27 Tingkat Kepentingan Atribut Mutu Produk dan Nilai Relatif Aktivitas Proses Terkait Tingkat Nilai Relatif No Proses Kepentingan 1 Pengadaan bahan baku 5 0.008 2 Penanganan bahan baku 0.121 75 3 Sortasi bahan baku 50 0.081 4 Pencucian bahan baku 30 0.048 5 Penyaringan sari buah 50 0.081 6 Penambahan BTM 0.203 125 7 Pasteurisasi 0.203 125 8 Pengisian sirup kedalam botol 0.099 61 9 Pemasangan label kemasan 12 0.019 10 Pengemasan kedalam dus 15 0.024 11 Penyimpanan produk 32 0.052 12 Distribusi pemasaran 35 0.056 Total 615 1.000 House of Quality (HOQ) atau Rumah Mutu Seluruh keterkaitan antara atribut mutu produk dengan aktivitas proses, tingkat kepentingan atribut mutu produk, penilaian konsumen terhadap mutu produk, rasio perbaikan serta hubungan antara aktivitas proses dapat dilihat pada matriks House of Quality (HOQ) atau Rumah Mutu PBS yang terdapat pada Gambar 25, sedangkan untuk Industri Rumah Tangga Markisa Asli Famili tidak dibuat House of Quality karena bersifat industri skala rumah tangga dan proses produksinya cukup sederhana. Karena alasan tersebut maka matriks HOQ Industri Rumah Tangga Markisa Asli Famili tidak dibuat.
106
Hubungan akitivitas proses terkait dengan aktivitas proses lainnya :
Hubungan antar persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik:
+ + = hubungan kuat positif + = dipengaruhi - = hubungan negatif -- = hubungan kuat negatif
+
Penyimpanan Sari Buah
Penambahan BTM
Pasteurisasi
Pengisian sirup kedalam botol
Pemasangan label kemasan
Pengemasan kedalam dus
Penyimpanan produk
Δ
z
{
{
{
z
z
z
Δ
Δ
{
{ {
Δ Δ
{ Δ Δ
z { z
z { z
Δ
{ {
4 3 4
1.00
4 3 3 3
2 3 3 3
4 3 3 3
4 4 4 4
1.00 1.33 1.33 1.33
50
125
125
61
12
15
32
35
0.203
0.203
0.099
0.019
0.024
0.052
0.056
z 3 5 4
0.081
4 4 4
4
30
5 4 5
4
0.048
5 5 5
Δ { 4 5 5
2
50
5 4 5
z 4 4 4
4
0.081
5 5 5
Δ { 3 4 4
{
75
5 5 5
Δ { 4 5 5
Rasio Perbaikan
Pencucian Buah
++
Sortasi Buah
++
Penanganan Bahan Baku
++
Pengadaan Bahan Baku
++
Target
+ ++
Perusahaan TJP
+ ++
0.121
Nilai Relatif
++
5
Keamanan 5 Pangan Kekentalan 4 Nilai Gizi 3 Warna 2 Kemasan 1 Perusahaan PBS Perusahaan MJP Perusahaan TJP Tingkat Kepentingan
++
0.008
Atribut Kualitas Produk
Bobot Konversi
++ ++ ++
+
+
+
Perusahaan MJP
+
Perusahaan PBS
+ +
Distribusi pemasaran
10 = z = kuat 5 = { = sedang 1 = Δ = lemah ( ) = tidak ada hubungan
Gambar 25 Matriks House of Quality PT. Pintu Besar Selatan. Kebijakan Mutu Kebijakan mutu adalah suatu pernyataan dari manajemen puncak yang menunjukkan komitmennya untuk menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem HACCP dalam rangka mencapai tingkat mutu dan keamanan yang tinggi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan (SNI, 1999). Penisella et al. (1999) mengungkapkan hasil survei yang dilakukan 127 perusahaan makanan yang sudah menerapkan HACCP di Inggris, bahwa beberapa alasan dukungan manajemen
107
pada penerapan HACCP, yaitu untuk meningkatkan keamanan produk yang dihasilkan (50%), memenuhi tekanan konsumen (37,5%), memenuhi persyaratan hukum (31,3%), mengikuti tren yang berkembang (15,6%), dan 3,1% lainnya karena membaca jurnal/buku. Corlett (1998) menyatakan bahwa dukungan manajemen adalah hal yang sangat penting dalam penerapan HACCP. Terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong manajemen untuk memberikan dukungan dan komitmennya dalam menerapkan HACCP, seperti dijelaskan di bawah ini : a. Ditemukan bahaya pada produk, pada batas yang tidak dapat diterima yang mengindikasikan bahwa sistem keamanan pangan yang dijalankan tidak efektif, adanya produk return, dan keluhan dari konsumen yang menyebabkan kerugian dan hilangnya pasar. b. Adanya desakan dari konsumen agar perusahaan menerapkan HACCP. c. Peraturan
yang
mensyaratkan
perusahaan
mengembangkan
dan
menerapkan HACCP, terutama produk daging dan perikanan. d. Produk yang dihasilkan akan dipasarkan di luar negeri dan memerlukan persyaratan HACCP. Penerapan HACCP memerlukan waktu, kesiapan infrastruktur dan faktor pendukung seperti GMP dan SSOP, yang keseluruhannya merupakan bagian dari dukungan penuh manajemen puncak untuk menerapkan SMKP. Menurut Mayes (1994), penerapan HACCP bukan pekerjaan semalam karena meliputi evaluasi teknis secara rinci terhadap proses dan produk serta membutuhkan dukungan dan komitmen manajemen disamping pengalaman untuk menganalisa bahaya dan mengembangkan prosedur pengendalian dan pemantauan. PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” memiliki kebijakan
mutu yang hanya memenuhi sebagian dari yang
dipersyaratkan oleh HACCP. Kebijakan mutu yang ditetapkan oleh PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga Markisa Asli Famili dengan Cap “Noerlen” belum menyatakan secara spesifik tentang kebijakan terhadap keamanan produk yang dihasilkan bagi konsumen. Selain itu, kebijakan yang ditetapkan manajemen puncak belum sepenuhnya diikuti dengan penyediaan faktor-faktor pendukung penerapan HACCP seperti Good Manufacturing
108
Practices dan Standard Sanitation Operating Practices yang menjadi dasar program untuk penerapan HACCP. Organisasi Dalam SMKP HACCP, manajemen harus menetapkan uraian tentang sistem tanggung jawab, wewenang, fungsi, struktur organisasi dan personil yang bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan produk. Dalam hal ini, manajemen membentuk suatu tim HACCP yang terdiri dari beberapa personil yang memiliki latar belakang berbagai disiplin ilmu untuk menjamin bahwa pengetahuan dan keahlian spesifik tertentu tersedia untuk pengembangan program HACCP efektif. Dalam organisasinya tercakup pembentukan tim HACCP, struktur organisasi, bidang kegiatan, serta personalia dan pelatihan. a.
PT. Pintu Besar Selatan Manajemen puncak PT. Pintu Besar Selatan telah menetapkan uraian tentang sistem tanggung jawab, wewenang dan fungsi setiap personil di dalam struktur organisasi dan deskripsi kerja, namun belum memenuhi persyaratan organisasi yang diinginkan oleh HACCP secara keseluruhan karena perusahaan ini tidak memiliki tim HACCP. Pelatihan-pelatihan bagi karyawan telah dilakukan namun belum merupakan pelatihan mengenai sistem HACCP.
b.
Industri Rumah Tangga Markisa Asli Famili Cap “Noerlen” Belum mempunyai struktur organisasi, sehingga uraian tentang sistem tanggung jawab, wewenang dan fungsi setiap personil serta deskripsi kerja belum terlaksana sebagaimana meskinya. Deskripsi Produk Dalam penerapan HACCP, perusahaan harus menetapkan deskripsi produk
dan rencana penggunaan produk. Deskripsi produk berisi penjelasan dan spesifikasi produk akhir yang mencakup nama produk/nama dagang, komposisi produk, cara penyiapan dan penyajian, tipe pengemasan, masa kadaluarsa, cara penyimpanan, sasaran konsumen, cara distribusi, dan lain-lain. Didalam menetapkan deskripsi produk, perlu diperhatikan dan diidentifikasi informasi yang akan berkaitan dengan program HACCP, agar memberi petunjuk
109
dalam rangka identifikasi bahaya yang mungkin terjadi, serta untuk membantu pengembangan batas-batas kritis. Beberapa informasi dasar yang dapat memberikan petunjuk akan potensi bahaya adalah sebagai berikut (Winarno 2004) : a. Pengendalian suhu yang benar untuk mencegah tumbuhnya bakteri, yang mempengaruhi umur produk dan persyaratan konsumen; b. Jenis pengemas utama adalah faktor penting dalam mengendalikan pertumbuhan bakteri, bahkan beberapa jenis pengemas dapat langsung dinyatakan mencegah bakteri patogen tertentu. Misalnya pengemas hampa akan mencegah bakteri patogen aerobik; c. Metode distribusi, hal ini penting untuk menginformasikan bahwa pada semua tahap distribusi harus dalam kondisi yang sama; d. Persyaratan
konsumen,
dalam
beberapa
hal
konsumen
meminta
persyaratan tertentu. PT. Pintu Besar Selatan memproduksi sirup markisa dengan merek Cap Pyramid Unta dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” dengan merek Cap Noerlen. Sirup markisa diproses dari buah markisa dengan standar produk yang ingin dicapai oleh PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili”. Komposisi sirup yang dihasilkan oleh PT. Pintu Besar Selatan dengan merek Cap Pyramid Unta adalah sari markisa, gula pasir dan natrium benzoat; dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” adalah sari markisa, gula pasir dan asam benzoat. Adapun cara penyiapan dan penyajiannya adalah dengan mencampurkan dua sendok makan (40cc) sirup ke dalam satu gelas (±250cc) air panas/dingin. Tipe pengemasan Cap Pyramid Unta dan Noerlen dikemas dalam kemasan primer dan sekunder, dimana kemasan primer berupa botol plastik jenis PET dan botol kaca; dan kemasan sekunder berupa kardus serta disimpan dalam suhu ruangan. Sirup markisa yang dikemas tersebut didistribusikan menggunakan kontainer barang dan mobil ke toko dan supermarket. Deskripsi produk sirup markisa produksi PT. Pintu Besar Selatan dan identifikasi penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini :
110
Tabel 28 Deskripsi Produk Sirup Markisa Produksi PT. Pintu Besar Selatan Uraian Konsentrat Deskripsi umum Produk minuman sirup markisa yang terbuat dari buah markisa dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan, berbentuk khas sari buah (SNI 01-37191995) dan sirup (SNI 01-3544-1994) Komposisi bahan baku Buah markisa, gula, natrium benzoat, air, serta CMC dan bahan tambahan lain Karakteristik produk • Fisik : cair, warna kekuningan dengan rasa dan aroma normal • Kimia : kandungan cemaran logam berat Pb maks. 1,0 (mg/kg), Cu maks. 10,0 (mg/kg), Zn maks. 25 (mg/kg), As maks. 0,5 (mg/kg), tidak boleh ada pemanis buatan, pewarna buatan dan pengawet sesuai dengan SNI 01-0222-1995 • Mikrobiologi : angka lempeng total maks. 5,0 x 102 koloni/ml, coliform maks. 20 (APM/ml), E.coli < 3 (APM/ml), Salmonella, S. Aureus, dan Vibrio cholera harus negatif, kapang dan khamir maks. 50 (koloni/ml). Metode pengemasan Dilakukan secara masinal menggunakan mesin pengemas dan manual. Bahan pengemas primer terbuat dari PET dan botol kaca, sedang pengemas sekunder terbuat dari karton jenis CFB. Pelabelan Nama dan kode produk, nomor lot, bobot netto, komposisi, nama dan alamat perusahaan, tanggal kadaluwarsa, tanggal produksi, kondisi penyimpanan dan petunjuk penggunaannya Umur simpan Satu tahun dalam suhu kamar/suhu ruang biasa Kondisi penyimpanan Suhu ruang, tidak terkena cahaya matahari langsung, tempat kering & tidak lembab, dan tidak berbau Distribusi • Menggunakan truk boks tertutup rapat atau truk tertutup rapat (untuk transportasi darat) • Menggunakan container dan kapal (untuk transportasi laut) Penjualan Dari industri ke distributor dan ekspor ke negara lain Target konsumen Produk dapat dikonsumsi oleh semua orang dan tidak ditujukan secara khusus untuk kelompok populasi tertentu Cara penggunaan Mencampurkan dua sendok makan (40cc) sirup ke dalam satu gelas (±250cc) air panas/dingin. Nama Produk
111
Persyaratan Dasar Di dalam setiap industri pengolahan pangan yang akan menerapkan sistem keamanan pangan model HACCP harus merencanakan, merancang/mendesain dan mengimplementasikan suatu program persyaratan kelayakan dasar atau sering disebut dengan istilah “prerequisite programs”. Persyaratan kelayakan dasar dapat diartikan sebagai suatu ukuran untuk mengetahui suatu unit pengolahan pangan sudah memenuhi persyaratan, baik dalam segi/aspek sanitasi dan higiene maupun dalam aspek cara berproduksi. Program persyaratan kelayakan dasar ini menurut Bernand dan Parkinson (1999) merupakan suatu fondasi yang harus dan perlu dipenuhi oleh setiap industri pangan guna menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu ditinjau dari aspek keamanan dan kesehatan. Persyaratan dasar (Prequisite) adalah suatu persyaratan teknis yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh suatu perusahaan yang akan memulai proses produksi dan menerapkan HACCP. Persyaratan ini berupa peraturan teknis proses produksi dan penerapan HACCP, dan dalam operasionalisasinya diwujudkan dalam standar prosedur operasi (SPO) atau dalam bentuk dokumentasi lainnya. Persyaratan dasar tersebut adalah sistem sanitasi/sanitation standard operating procedures (SSOP) dan diterapkannya cara-cara berproduksi yang baik atau GMP (Good Manufacturing Practice). Konsep program persyaratan kelayakan dasar ini pertama kali berasal dan dicetuskan oleh Agriculture and Agri-Food Canada’s (AAFC) dalam rangka program peningkatan keamanan pangan di Kanada dan mereka mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar ini sebagai “suatu langkah-langkah universal atau prosedur yang mengendalikan kondisi operasional dalam suatu industri pangan yang didirikannya guna memenuhi kondisi lingkungan tetap baik untuk menghasilkan pangan yang aman” (Gombas dan Stevenson 2000). NACMCF (National Advisory Committee on Microbiological Criteria for Foods) (1998) mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar sebagai “suatu prosedur termasuk prosedur cara produksi pangan yang baik atau Good Manufacturing Practices (GMP) yang ditujukan untuk menyediakan kondisi operasional dasar sistem HACCP”. Pada prinsipnya program persyaratan kelayakan dasar untuk sistem HACCP mencakup suatu program dan prosedur
112
yang sudah harus tersedia di dalam industri pangan yang didirikannya; termasuk juga didalamnya program penerimaan bahan baku dan cara penyimpanannya, manajemen terhadap adanya keluhan pelanggan/konsumen, kemampuan telusur bahan ingredien yang digunakan hingga produk pangan dihasilkan serta program persetujuan untuk pemasok (approved supplier) barang-barang yang masuk ke dalam perusahaan industri pangan (Gombas dan Stevenson 2000). Menurut Bernard dan Parkinson (1999), program persyaratan kelayakan dasar ini seperti halnya rancangan HACCP (HACCP Plan) sebaiknya terdokumentasi dengan baik dalam standard operating procedures (SOP) yang tertulis dan sebaiknya juga dimengerti dan dihayati oleh setiap karyawan yang bekerja di industri pangan yang bersangkutan. Bahkan progam persyaratan kelayakan dasar atau prerequisite programs ini jika diperlukan dapat ditinjau/dikaji ulang dan direvisi kembali oleh setiap industri pangan guna menjamin bahwa program yang didesain dan direncanakan, diimplementasikan secara efektif sesuai dengan tujuan keamanan pangan yang hendak dicapai (NACMCF 1998). Pada dasarnya, program persyaratan kelayakan dasar terdiri dari dua bagian, yaitu cara produksi pangan yang baik (CPPB) atau good manufacturing practices (GMP) dan standar prosedur operasional sanitasi atau sanitation standard operating procedures (SSOP). Di Indonesia, sesuai dengan peraturan yang ada di Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan pedoman cara produksi pangan yang baik (CPPB) atau GMP. Pedoman penerapan GMP ini disusun berdasarkan pedoman umum higiene pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang pangan, terutama yang mengatur mengenai produksi pangan. Menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM 1996), tujuan penerapan GMP adalah menghasilkan produk akhir pangan yang bermutu, aman dikonsumsi, dan sesuai dengan selera atau tuntutan konsumen, baik konsumen domestik maupun internasional. Sedang tujuan khusus penerapan GMP adalah : (1) Memberikan prinsip-prinsip dasar yang penting dalam produksi pangan yang dapat diterapkan sepanjang rantai pangan mulai dari produksi primer sampai konsumen akhir, untuk menjamin bahwa pangan yang diproduksi aman
113
dan layak untuk dikonsumsi; (2) Mengarahkan industri agar dapat memenuhi berbagai persyaratan produksi, seperti persyaratan lokasi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, bahan, proses, mutu produk akhir, serta persyaratan penyimpanan dan distribusi; dan (3) Mengarahkan pendekatan dan penerapan sistem HACCP sebagai suatu cara untuk meningkatkan keamanan pangan. Pedoman penerapan GMP ini berguna bagi pemerintah sebagai dasar untuk mendorong dan menganjurkan industri pangan untuk menerapkan cara produksi pangan yang baik dalam rangka : (1) Melindungi konsumen dari penyakit atau kerugian yang diakibatkan oleh pangan yang tidak memenuhi persyaratan, (2) Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa pangan yang dikonsumsi merupakan pangan yang layak, (3) Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan terhadap pangan yang diperdagangkan secara internasional, dan (4) Memberikan bahan acuan dalam program pendidikan kesehatan di bidang pangan kepada industri dan konsumen, sedang bagi industri pangan sebagai acuan dalam menerapkan praktek cara produksi pangan yang baik dalam rangka : (1) Memproduksi dan menyediakan pangan yang aman dan layak bagi konsumen; (2) Memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada masyarakat, misalnya dengan pelabelan dan pemberian petunjuk mengenai cara penyimpanan dan penyediaannya, sehingga masyarakat dapat melindungi pangan terhadap kemungkinan terjadinya kontaminasi dan kerusakan pangan yaitu dengan cara penyimpanan, penanganan dan penyiapan yang baik; dan (3) Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap pangan yang diproduksinya (Ditjen POM 1996). Standar prosedur operasi sanitasi atau sanitation standard operating procedures (SSOP) juga merupakan salah satu unsur/komponen program persyaratan kelayakan dasar yang penting untuk mengimplementasikan dan menjaga sistem HACCP berjalan dengan baik dan sukses; bahkan SSOP yang sudah tertulis dan terdokumentasi dengan baik telah direkomendasikan dan dimandatorikan untuk diimplementasikan secara wajib dalam industri pangan berisiko tinggi seperti pada industri pengolahan ikan dan daging oleh US FDA dan USDA (Katsuyama dan Jantschke 1999).
114
Program persyaratan kelayakan dasar atau prerequisite programs yang perlu dipersiapkan oleh setiap industri pangan untuk mendukung penerapan sistem manajemen HACCP menurut Codex Alimentarius Commission atau CAC (2003) dalam General Principles of Food Hygiene mencakup : Desain bangunan, fasilitas dan peralatan produksi, pengendalian proses produksi atau operasi (pengendalian bahaya, sistem pengendalian higiene, persyaratan bahan mentah, pengemasan, pengolahan air, manajemen dan supervisi, dokumentasi dan rekaman, prosedur penarikan produk), pemeliharaan (maintenance) dan sanitasi (pemeliharaan dan pembersihan, program pembersihan, sistem pengendalian hama dan penyakit menular, pengelolaan dan pengolahan limbah, dan keefektifan pemantauan), Higiene/kebersihan personil/karyawan (status kesehatan karyawan, kebersihan personil, tingkah laku personil, prosedur penerimaan tamu/pengunjung), transportasi (persyaratan, penggunaan dan pemeliharaannya), informasi produk dan kesadaran (identifikasi lot, informasi produk, labelling), dan pendidikan konsumen, serta pelatihan. Good Manufacturing Practices (GMP) Evaluasi kondisi kelayakan persyaratan dasar dilakukan dengan cara mengamati kondisi GMP perusahaan berdasarkan obeservasi di lapang, wawancara, pengamatan keadaan nyata perusahaan dan pencatatan data yang ada di perusahaan menggunakan check-list penilaian GMP yang berasal dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai sarana untuk pemeriksaan kondisi GMP pada industri pangan di Indonesia. Hasil evaluasi kondisi kelayakan persyaratan dasar dan penilaian terhadap program pemenuhan persyaratan kelayakan dasar yang diperoleh ini dapat menjadi bahan rujukan dan bahan masukan untuk perbaikan terhadap GMP dan fasilitas perusahaan yang akan menerapkan sistem HACCP. Selain evaluasi terhadap kondisi kelayakan persyaratan dasar itu, dilakukan pula identifikasi dan analisis terhadap kendalakendala yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan sistem HACCP di perusahaan. Sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI No. 23/MEN/SK/I/1978 mengenai pedoman cara berproduksi yang baik untuk makanan, pedoman ini mencakup lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan,
115
produk akhir, laboratorium, personil, kemasan, label dan penyimpanan. Berikut ini dijelaskan penerapan GMP di Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili”. PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” belum memiliki sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14000. Demikian pula halnya untuk sistem manajemen keamanan pangan HACCP, walaupun sebagian besar unsur-unsurnya telah dipenuhi dan dilaksanakan, namun belum memiliki sertfiikasi HACCP. Prinsip-prinsip GMP sebagai prasyarat sistem HACCP belum dilaksanakan sesuai dengan standar yang seharusnya. Kegiatan sanitasi dilaksanakan sesuai dengan pengalaman yang biasa dilakukan. 1) Lokasi a. Lokasi Pabrik PT. Pintu Besar Selatan Cap Pyramid Unta berada di jalur trans Medan – Brastagi yang sangat strategis, karena berada tidak jauh dari jalan raya. b. Lokasi Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili”
Cap Noerlen
berada di Jalan Sei Tuan No. 7 Medan. 2) Bangunan Bangunan merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan suatu kegiatan industri terutama industri pengolahan pangan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam bangunan adalah tata ruang, lantai, atap dan langit-langit, pintu, jendela, penerangan, dan ventilasi atau pengatur suhu. a. PT. Pintu Besar Selatan Tata ruang bangunan terdiri dari ruangan produksi dan ruang kantor yang terpisah sehingga tidak mengganggu proses produksi sirup markisa dan tidak mengakibatkan pencemaran sirup markisa. Susunan ruangan proses produksi diatur sesuai dengan urutan proses produksi sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang simpang-siur dan tidak mengakibatkan pencemaran terhadap sirup markisa. Ruangan proses pengolahan dan ruang pelengkap (gudang, bengkel, dan lain-lain) terletak terpisah, hal ini menjaga kontaminasi bahan dan peralatan lain. Luas
116
masing-masing ruang pengolahan, ruang pelengkap dan kantor sesuai dengan jenis, kapasitas produksi, serta jumlah karyawan yang bekerja. Lantai yang dipersyaratkan dalam GMP berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/Men.Kes/SK/I/1978 harus rapat air, tahan terhadap air, garam, basa, asam, dan bahan kimia lainnya, permukaan rata dan halus tetapi tidak licin dan mudah dibersihkan serta memiliki kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan air. Kondisi lantai di unit pengolahan tidak sepenuhnya sesuai dengan persyaratan GMP menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/Men.Kes/SK/I/1978. Lantai di unit pengolahan rapat air, tahan terhadap air, garam, basa, asam, dan bahan kimia lainnya, permukaan tidak rata, tidak halus dan tidak licin namun mudah dibersihkan sesuai standar kebersihan serta memiliki kelandaian yang cukup kearah saluran pembuangan air. Dinding pada ruangan pengolahan terbuat dari beton semen. Atap bangunan unit pengolahan terbuat dari seng yang tahan terhadap air dan mudah diperbaiki ataupun diganti bila terjadi kerusakan atau kebocoran. Tinggi dari lantai tiga meter sesuai persyaratan GMP. Pintu di bagian unit pengolahan merupakan pintu yang terbuat dari bahan tahan lama, permukaan tidak rata, tidak halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, dapat ditutup dengan baik, serta membuka keluar. Bangunan unit pengolahan tidak memiliki jendela karena bangunan tersebut merupakan bangunan semi tertutup, demikian juga dengan bangunan unit pelengkap. Bangunan yang digunakan sebagai pabrik dan kantor di PT. Pintu Besar Selatan sesuai dengan persyaratan teknik dan higienis, dimana bangunan mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan tindakan sanitasi dan mudah dipelihara. Untuk penerangan, bangunan unit pengolahan termasuk bangunan yang cukup penerangan karena di beberapa sudut ruangan pengolahan terlihat cukup terang. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Lokasinya berada di rumah pemilik industri tersebut, karena merupakan industri rumah tangga sehingga belum memenuhi persyaratan
117
GMP. Selain itu produksinya hanya 25 kg buah markisa per minggu, hanya berproduksi jika produksi sebelumnya sudah mulai habis ketersediaannya. 3) Fasilitas sanitasi a. PT. Pintu Besar Selatan Fasilitas sanitasi terdiri dari sarana penyediaan air, sarana pembuangan (sisaan dan limbah), sarana toilet, dan sarana cuci tangan. PT. Pintu Besar Selatan belum mengelola fasilitas sanitasi dengan baik. Penyediaan sarana cuci tangan dan sabun belum terdapat di lingkungan proses pengolahan. Kamar mandi (toilet) sudah memadai, dimana bak air tidak pecah-pecah, berjamur dan berlumut. Air yang tersedia juga memadai untuk membersihkan anggota tubuh sebelum dan sesudah bekerja. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Fasilitas sanitasi terdiri dari sarana toilet dan sarana pembuangan (sisa dan limbah). Kamar mandi (toilet) sudah memadai, dimana tersedia sabun pencuci tangan untuk membersihkan tangan setelah menggunakan toilet. Kebersihan toilet juga sangat diperhatikan, dimana bak selalu pada keadaan bersih. 4) Peralatan produksi a. PT. Pintu Besar selatan Peralatan yang dipergunakan pabrik markisa Cap Pyramid Unta sudah memadai, dimana peralatan yang digunakan dalam keadaan baik dan mencukupi untuk proses pengolahan. Peralatan produksi sudah sesuai dengan persyaratan teknik yaitu sesuai dengan jenis produksi. Kendala pada peralatan adalah usianya yang sudah tua sehingga kinerja mesin dan peralatannya menjadi berkurang. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Peralatan yang dipergunakan masih sangat sederhana karena skala industri rumah tangga, sehingga proses pengolahan menjadi tidak efektif dan efisien karena masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana sekali.
118
5) Bahan a. PT. Pintu Besar Selatan Bahan baku dan bahan penolong telah mengalami pemeriksaan oleh pihak manajemen dan sortasi. Bahan baku yang berupa buah markisa telah disortasi sesuai dengan kriteria kematangan, persyaratan mutu dan komposis panen yang sudah ditetapkan oleh perusahaan tetapi belum terdokumentasi dan terstandarisasi. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili’ Bahan baku diperoleh dari pengumpul, sehingga kualiats buah markisanya lebih baik, dan tidak perlu melakukan sortasi lagi karena telah disortasi oleh pengumpul yang harus sesuai dengan kriteria buah markisa yang diinginkan oleh industri tersebut. 6) Proses pengolahan a. PT. Pintu Besar Selatan Proses pengolahan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, tetapi belum terdokumentasi dalam instruksi kerja (IK) bagian teknologi dan IK bagian teknik. Instruksi kerja proses pengolahan terdiri dari Penerimaan buah markisa di pabrik, Sortasi buah markisa, Pencucian, Pemotongan buah, Pengorekan, Pemisahan dengan biji, Penyaringan sari buah, Penambahan bahan penolong, Penyimpanan, Penyaringan, Pencampuran sari buah dengan gula, Pembotolan dan Pengemasan.
Langkah-langkah
yang
perlu
diperhatikan
selama
pengolahan dengan mengingat faktor suhu, kelembaban, tekanan dan lainlain, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan dan pencemaran pada produk akhir, alat pelindung diri, hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama pengolahan, serta hal lain yang dianggap perlu. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Proses pengolahan sama halnya dengan PT. Pintu Besar Selatan hanya saja pada industri ini sari buah markisa tidak mengalami penyimpanan. Sari buah langsung dilakukan pencampuran dengan gula, dimasak, disaring dan dilakukan pembotolan.
119
7) Produk akhir a. PT. Pintu Besar Selatan Produk akhir yang berupa sirup markisa Cap Pyramid Unta memiliki persyaratan mutu yang ditetapkan perusahaan, yang sesuai dengan standar mutu sirup di Indonesia (SNI). Produk akhir yang dihasilkan, sebelum didistribusikan ke masyarakat terlebih dahulu mengalami pemeriksaan secara fisik, sedangkan pemeriksaan kimia dan mikrobiologi dilakukan pada Laboratorium Universitas Sumatera Utara, sehingga aman untuk dikonsumsi. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Produk akhirnya telah dilakukan uji pemeriksaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan telah mendapatkan nomor kode registrasi MUI . 8) Laboratorium PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” tidak memiliki laboratorium tersendiri pada perusahaannya masingmasing, sehingga uji Laboratorium dilakukan dengan pihak luar seperti Universitas Sumatera Utara dan MUI. 9) Higiene Karyawan a. PT. Pintu Besar Selatan Seluruh personil yang berhubungan langsung dengan proses produksi sirup ataupun karyawan yang bekerja di pabrik seharusnya mengenakan pakaian kerja yang telah ditetapkan perusahaan seperti baju, sarung tangan, tutup kepala, penutup mulut, penutup telinga, dan sepatu kerja. Tetapi di pabrik sirup markisa Cap Pyramid Unta, permasalahan yang masih dan sering ditemukan adalah ketidakkonsistenan dalam menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang ada. Pada standar prosedur operasi (SOP), hal tersebut penting untuk digunakan, tetapi masih banyak karyawan yang lalai untuk menggunakannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pekerja, perlengkapan tersebut disediakan oleh perusahaan, tetapi pekerja malas menggunakannya. Ini merupakan ketidaktegasan pihak manajemen untuk mengawasi karyawannya dalam mematuhi peraturan yang sudah dibuat padahal peaturan tersebut sudah
120
terstandarisasi dalam SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Kebiasaan karyawan yang buruk terutama pada unit sortasi juga sangat berpengaruh pada mutu sirup markisa, seperti merokok, mengupil dan lain-lain. Sepatu yang tidak higienis karena dipakai diluar produksi juga dapat membawa kontaminan dari luar, contohnya debu. Pekerja yang dalam keadaan sakit tidak diperkenankan masuk kerja, apalagi dalam kondisi dengan penyakit yang menular. Check up kesehatan pekerja pada bagian pengolahan dilakukan minimal dua kali setahun. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Karyawan diwajibkan mengenakan sarung tangan, penutup kepala dan baju produksi. Karyawan juga dilarang untuk melakukan kebiasaan yang buruk saat bekerja, sepeti merokok, mengupil, mengunyah makanan dan minuman saat bekerja dan lain-lain yang menyebabkan kontaminasi terhadap produk. 10) Wadah dan Pembungkus a. PT. Pintu Besar Selatan Sirup markisa Cap Pyramid Unta dikemas dengan botol kaca dan plastik. Wadah/kemasan tersebut dibuat dari bahan jenis PET yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk, dapat mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar, tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan, dan peredaran, serta telah dibersihkan dan dilakukan tindakan sanitasi sebelum dikemas. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Sirup markisa Cap Noerlen dikemas dengan botol plastik jenis PET sehingga tidak mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk karena tidak melepaskan unsur yang berbahaya. 11) Label Label pada kemasan sirup markisa Cap Pyramid Unta dan Noerlen terdiri atas nama merek, komposisi, volume isi (netto), saran penyajian, tanggal kadaluarsa, kode produksi, informasi nilai gizi, kode MD (Makanan
121
Dalam) 251.402.020.027 dan nama perusahaan yang memproduksi. Label kemasan sudah sesuai dengan yang disyaratkan oleh Menteri Kesehatan RI tentang pelabelan. 12) Penyimpanan a. PT. Pintu Besar Selatan Bahan baku disimpan dalam ruang yang khusus untuk buah markisa dan bahan penolong lainnya disimpan di masing-masing gudang yang terpisah. Seperti halnya di PT. Pintu Besar Selatan menetapkan sistem penyimpanan secara FIFO (First In First Out). Artinya setiap bahan baku, bahan penolong dan produk akhir yang masuk terlebih dahulu akan digunakan terlebih dahulu. Masing-masing bahan yang akan disimpan dan digunakan memiliki catatan yang berisi nama bahan, tanggal penerimaan, asal, jumlah penerimaan, tanggal pengeluaran dan jumlah pengeluaran. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Bahan baku berupa buah markisa tidak ada yang disimpan karena begitu buah markisa masuk langsung diproduksi pada hari itu juga. Bahan penolong lainnya disimpan pada suatu ruangan yang mempunyai beberapa laci untuk menyimpan bahan penolong tersebut. Bahan penolong yang masuk terlebih dahulu akan digunakan lebih dahulu juga (FIFO). 13) Pemeliharaan a. PT. Pintu Besar Selatan Bangunan dan bagian-bagian lainnya dipelihara secara teratur dan berkala, hingga selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan dibersihkan dan dilakukan tindak sanitasi secara teratur sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir. Alat pengangkutan dan alat pemindahan barang dalam bangunan unit produksi selalu bersih dan tidak merusak barang yang diangkut dan dipindahkan baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, serta produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir selalu bersih dan dapat melindungi produk baik fisik maupun mutunya sampai ke tempat tujuan.
122
Limbah padat diletakkan dibelakang pabrik, dan akan dijual untuk pembuatan makanan ternak, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke got saluran pembuangan. Hal yang belum terangkum jelas dalam prosedur operasi untuk pemeliharaan ini adalah prosedur dalam pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat, unggas dan binatang lain ke dalam bangunan serta pembasmian mikroorganisme, serangga dan binatang pengerat dengan menggunakan desinfektan, insektisida, atau rodentisida. b. Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” Setiap proses produksi selesai, semua peralatan dibersihkan dengan air panas kemudian dicuci bersih. Pemeliharaan peralatan juga dilakukan tetapi karena peralatannya sangat sederhana sehingga pemeliharaanya tidak terlalu susah. Limbah padat dan limbah cairnya langsung dibuang begitu saja tanpa dikelola dengan baik, sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk menjamin bahwa limbah tersebut aman dan tidak berbahaya. Hasil identifikasi dan penyimpangan atau ketidaksesuai tersebut dapat dikelompokkan dalam unsur-unsur GMP yang disajikan pada Tabel 29 di bawah ini : Tabel 29 Hasil Identifikasi Penyimpangan/Ketidaksesuaian Dalam Penerapan Unsur-Unsur GMP di PT. Pintu Besar Selatan No 1
2
Unsur/Elemen GMP Bangunan
Fasilitasi Sanitasi
Penyimpangan/Ketidaksesuaian
Kategori
• Pertemuan antara lantai dan dinding serta antara dinding dengan dinding berbentuk siku, sehingga hal ini tidak mudah untuk pembersihan bila ada deposit kotoran; • Rancang bangun untuk pabrik, khususnya dengan disain penutup (canopy) untuk perlindungan pada proses produksi di bagian atas proses pemisahan biji dengan sari buah belum lengkap untuk mencegah adanya kontaminasi silang. • Fasilitas untuk pencucian tangan tidak tersedia sabun cair dan pengering serta tidak adanya peringatan pencucian tangan sebelum bekerja atau setelah dari toilet; • Fasilitas toilet/urinoir karyawan tidak terawat dengan baik, ada pintu yang sudah rusak dan perlu adanya perbaikan;
• Minor
• Minor
• Minor
• Minor
123
Tabel 29 Hasil Identifikasi Penyimpangan/Ketidaksesuaian Dalam Penerapan Unsur-Unsur GMP di PT. Pintu Besar Selatan (Lanjutan) No
Unsur/Elemen GMP
4
Higiene Karyawan
5
Penyimpangan
6
Pemeliharaan Sarana Pengolahan dan Sanitasi serta Pengendalian Hama
7
Manajemen Pelatihan
dan
Penyimpangan/Ketidaksesuaian Kategori • Sebagian tempat sampah yang disediakan • Minor oleh perusahaan tidak ada penutupnya, sehingga dapat berpotensi menimbulkan adanya kontaminasi silang. • Tidak ada pengawasan dalam hal sanitasi • Serius pencucian tangan dan kaki sebelum masuk ke ruang pengolahan dan setelah keluar dari toilet; • Kebersihan karyawan tidak terjaga • Mayor dengan baik dan kurang memperhatikan aspek sanitasi dan higiene (misalnya pakaian seragam celemek ada yang kotor, kebiasaan minum di ruang produksi). • Di ruang gudang biasa/kering ditemukan • Mayor adanya penempatan barang yang tidak teratur dan tidak memisahkan penyimpanan bahan pangan dan bahan non pangan • Pencegahan binatang pengganggu tikus di • Mayor dalam pabrik belum efektif, terutama di gudang penyimpanan kering; • Pest control hingga saat ini dikerjakan oleh perusahaan sendiri. • Pimpinan/pihak manajemen mempunyai • Mayor wawasan terhadap metode pengawasan modern (ISO 9000, HACCP, TQM, dan lain-lain), tetapi belum melaksanakan penerapannya dalam perusahaan. • Alasan belum melaksanakan penerapan HACCP di perusahaan adalah HACCP cukup rumit dan perlu persiapan waktu, tenaga dan sumber daya lainnya.
Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) Menurut Corlett (1998), SSOP adalah prosedur tertulis yang harus digunakan oleh produsen pangan dalam melaksanakan produksi dan sanitasi di pabrik. Ada delapan bagian dalam SSOP yang terdiri dari 1) keamanan air untuk proses produksi, 2) kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan, 3) pencegahan kontaminasi silang dari obyek yang tidak saniter, 4) penyediaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi, cuci tangan dan toilet, 5) perlindungan bahan pangan, 6) pelabelan dan penyimpanan, 7) kontrol kesehatan pekerja, dan 8) pencegahan hama penyakit. Berikut ini diuraikan penerapan SSOP
124
di Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili”. 1.
Keamanan air untuk proses produksi Air yang digunakan oleh Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” adalah air yang berasal dari PDAM dan sumur bor. Syarat mutu untuk air pengolahan adalah sesuai dengan syarat air minum yang digunakan. Air sebagai bahan tambahan lain menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002
disebutkan/dinyatakan pada pasal 2 bahwa air yang digunakan untuk produksi makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air minum. Persyaratan kualitas air minum berdasarkan Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 mencakup persyaratan/parameter fisik, kimiawi, mikrobiologi dan kimia anorganik dapat dilihat pada Tabel 30 di bawah ini : Tabel 30 Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut PerMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 Kadar Maksimum No Jenis Parameter Uji Satuan yang Diperbolehkan 1 Parameter Fisik 1.1. Warna TCU 15 1.2. Rasa dan bau Tidak berasa & bau 0 1.3. Suhu/temperatur C Suhu udara ± 3 0C 1.4. Kekeruhan NTU 5 1.5. Jumlah zat padat terlarut (TDS) mg/l 1000 2 Parameter Kimiawi 0,2 mg/l 2.1. Aluminium (Al) 0,3 mg/l 2.2. Besi (Fe) 500 mg/l 2.3. Kesadahan 250 mg/l 2.4. Klorida (Cl) 0,1 mg/l 2.5. Mangan (Mn) 6,5 – 8,5 2.6. pH 200 mg/l 2.7. Natrium (Na) 250 mg/l 2.8. Sulfat 1,0 mg/l 2.9. Tembaga (Cu) mg/l 2.10.Sisa klor 1,5 mg/l 2.11.Amonia 0,001 mg/l 2.12.Air raksa (Hg) 0,005 mg/l 2.13.Antimon (At) 0,7 mg/l 2.14.Barium (Ba) 0,3 mg/l 2.15.Boron (B)
125
Tabel 30 Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut PerMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 (sambungan) Kadar Maksimum No Jenis Parameter Uji Satuan yang Diperbolehkan 3 Kimia An-organik 3.1. Arsen (As) mg/l 0,05 3.2. Fluorida (F) mg/l 1,5 3.3. Kromium-valensi 6 mg/l 0,05 3.4. Kadmium (Cd) mg/l 0,003 3.5. Nitrit, sebagai NO2 mg/l 3 mg/l 50 3.6. Nitrat, sebagai NO3 3.7. Sianida (CN) mg/l 0,07 3.8. Selenium (Se) mg/l 0,01 4 Parameter Mikrobiologi 4.1. E. Coli atau feacal coli Jumlah/100 ml 0 4.2. total bakteri coliform Jumlah/100 ml 0 Sumber : Departemen Kesehatan (2002).
2.
Kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan Peralatan yang digunakan di Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” termasuk sarung tangan dan baju produksi terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak toksik dan tidak mudah terkikis. Pembersihan peralatan-peralatan memiliki prosedur yang dilakukan sebelum dan sesudah peralatan digunakan. Sarung tangan dan baju yang dikenakan pada waktu bekerja terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah terkelupas, bersih dan dibersihkan setiap hari setelah selesai produksi.
3.
Pencegahan kontaminasi silang dari obyek yang tidak saniter Pencegahan kontaminasi dari obyek yang tidak saniter, terdiri dari material kemasan, makanan, dari permukaan yang kontak dengan bahan pangan seperti perlatan, sarung tangan, seragam produksi dan kontaminasi silang dari bahan baku. Tangan pekerja, sarung tangan, seragam produksi, peralatan dan perlengkapan yang kontak dengan bahan pangan harus dalam keadaan bersih dan tidak boleh digunakan jika terkena cemaran atau kotoran. Tangan pekerja, sarung tangan dan seragam produksi, khususnya di unit pengemasan sangat memiliki peluang yang besar terjadinya kontaminasi dikarenakan metode pengemasan yang masih manual, yang dilakukan oleh tangan pekerja langsung.
126
Menurut Soekarto (1990), bagian tubuh pekerja industri pengolahan pangan yang sangat mudah mengotori/mencemari produk adalah tangan, kepala terutama bagian muka dan rambut, serta kaki. Oleh karenanya, bagianbagian tubuh tersebut perlu mendapat sarana untuk pencegahan kontaminasi seperti sarung tangan, sepatu khusus, penutup kepala dan mulut. Pekerja dibagian produksi terutama berhubungan langsung dengan makanan diwajibkan mengenakan penutup rambut, sarung tangan dan masker. Pekerja tidak diperkenankan mengenakan perhiasan (cincin, arloji), tidak diijinkan makan dan minum serta merokok selama berada di ruang produksi (Manley 1991). Untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan cara menerapkan peraturan yang tegas dengan disertai pengawasan yang lebih ketat tentang penggunaan seragam kerja pada saat bekerja, serta meningkatkan pengetahuan pekerja tentang sanitasi (higiene) yang dapat ditempuh melalui pendidikan, penyuluhan serta pelatihan pekerja yang berhubungan dengan praktek sanitasi dan higiene yang baik. Menurut Winarno (1994), pimpinan perusahaan harus memberikan pendidikan untuk karyawan tentang higiene perorangan dan pengolahan makanan agar karyawan mengetahui tindakan yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi
makanan.
Pendidikan harus dilaksanakan, bukan hanya sampai pada taraf kognitif (tahu), tetapi sampai pada perubahan pola tingkah laku (attitude). Untuk sampai pada tahap tersebut, pendidikan harus dilaksanakan secara rutin, berkala, dan diawasi terus-menerus (Winarno 2002). Komitmen manajemen untuk mengawasi para pekerja masih kurang, karena tidak ada penegasan terhadap karyawan yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) pada saat bekerja. 4.
Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi, cuci tangan dan toilet Perusahaan PT. Pintu Besar Selatan menyediakan dua buah toilet untuk pekerja. Jumlah tersebut tidak sepadan dengan jumlah pekerja yang ada. Kondisi toiletnya cukup memadai dimana lantai dan dindingnya bersih. Sebaiknya perusahaan memperbaiki dan merenovasi toilet. Selain itu sebaiknya dibuat sarana tempat mencuci tangan dengan air yang mengalir dan
127
sabun yang selalu tersedia. Fasilitas lain yang seharusnya juga tersedia adalah tempat penyimpanan pakaian (loker) dan tempat penggantian pakaian. Sebaiknya di area pengemasan sebaiknya memiliki fasilitas hand cleaning dan pengering tangan, mengingat pengemasan masih mengandalkan tangan manusia. 5.
Perlindungan bahan pangan, kemasan untuk produk akhir dan bahaya yang kontak dengan bahan pangan. Bahan pangan, kemasan untuk produk akhir dan bahan yang kontak dengan bahan pangan sudah terlindungi dari cemaran kimia, fisik dan biologis, tetesan, aliran air dan debu/kotoran yang jatuh ke bahan pangan. Masing-masing bahan dan kemasan disimpan terpisah untuk menghindari kontaminasi. Para pekerja juga diharuskan untuk menggunakan sarung tangan sebelum dan sesudah mempergunakan atau berhubungan dengan bahan-bahan.
6.
Pelabelan dan penyimpanan Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” sudah melakukan proses penyimpanan dengan baik, dimana bahan baku, bahan penolong, produk akhir, bahan pengemas disimpan terpisah dan menggunakan sistem FIFO sehingga bahan yang masuk terlebih dahulu akan keluar terlebih dahulu. Untuk mengetahui bahan yang masuk terlebih dahulu, dilakukan sistem pelabelan sehingga bahan-bahan tersebut mudah terdeteksi.
7.
Kontrol kesehatan pekerja Di Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili”, general check-up belum ditangani oleh pihak perusahaan sendiri. Pekerja yang dalam kondisi sakit, luka yang dapat menjadi sumber kontaminasi pada proses pengolahan, kemasan dan produk akhir tidak diperbolehkan masuk sampai kondisinya normal. General checkup sangat diperlukan untuk mengetahui kesehatan pekerja.
8.
Pencegahan hama penyakit Ruang produksi, gudang dan ruang lain di Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” kemungkinan belum bebas dari hama pabrik seperti tikus, serangga dan lain-lain. Hal ini
128
dikarenakan belum adanya penerapan standar prosedur sanitasi untuk pemberantasan hama di lingkungan pabrik. Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan SSOP secara ringkas di perusahaan PT Pintu Besar Selatan dapat dilihat pada Tabel 31, sedang hal-hal yang perlu dimonitor, tindakan koreksi dan rekaman SSOP dapat dilihat pada Tabel 32. SSOP ini akan memberikan manfaat bagi unit usaha perusahaan PT Pintu Besar Selatan dalam menjamin sistem keamanan produksi pangannya, antara lain : (a) Memberi jadwal pada prosedur sanitasi, (b) Memberikan landasan program monitoring berkesinambungan, (c) Menjamin setiap personil mengerti sanitasi, (d) Memberikan sarana pelatihan yang konsisten bagi personil, (e) Mendorong perencanaan
yang
menjamin
dilakukan
koreksi
bila
diperlukan,
(f)
Mengidentifikasi kecenderungan dan mencegah kembali terjadinya masalah, dan (g) Membawa peningkatan praktek sanitasi dan kondisi yang saniter di unit usaha.
129
No 1
2
Tabel 31 Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan sanitation standard operating procedure (SSOP) di Perusahaan PBS Kunci Tindakan Persyaratan Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) Rekaman Koreksi Sanitasi Keamanan air
Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan
• Air yang digunakan pada proses produksi terbagi menjadi dua, yaitu air bersih yang digunakan pada pencucian alat-alat produksi dan air minum untuk produksi;
• Semua peralatan yang kontak dengan makanan/produk akhir terbuat dari bahan yang bersifat inert (stainless steel). Hal ini bertujuan untuk mencegah cemaran fisik dari korosi logam peralatan produksi; • Proses pembersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan terdiri dari pembersihan clean in place (CIP) dan pembersihan untuk kemasan yang digunakan untuk produk akhir; • Penggunaan seragam produksi dipakai setiap hari dan diganti seminggu dua kali dan dijaga kebersihannya oleh masing-masing karyawan; Perusahaan menyediakan sarung tangan dan penutup mulut di bagian kemasan primer; • Pembersihan peralatan produksi yang digunakan sesuai dengan SOP dan IK yang ditetapkan perusahaan, yang meliputi : penyemprotan air biasa pada seluruh permukaan yang kontak dan bersihkan sampai kotorannya hilang, gosok permukaan alat dengan larutan Duboa 1%, semprotkan air panas ke permukaan alat dan kemudian keringkan;
• Bila air diproses keperluan produksi memenuhi standar maka dilakukan ulang
yang untuk belum mutu, akan proses
• Agar kegiatan sanitasi berjalan efektif, maka berhentikan/stop operasi dan bersihkan serta disanitasi • Bila perlu karyawan diistirahatkan
• Hasil pemeriksaan mutu air untuk produksi disimpan di bagian QC dan teknik • Hasil pengujian mutu air untuk produksi eksternal disimpan di bagian QC • Monitoring hasil sanitasi permukaan disimpan di bagian QC • Monitoring terhadap karyawan disimpan di bagian QC
130
Tabel 31 Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan sanitation standard operating procedure (SSOP) di Perusahaan PBS (Lanjutan) No
Kunci Persyaratan Sanitasi
3
Pencegahan Kontaminasi Silang
4
Menjaga Fasilitas Pencuci Tangan, Sanitasi Toilet
dan
Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Tindakan Koreksi
Rekaman
• Pencegahan kontaminasi silang dilakukan mulai dari bahan baku, bahan pembantu dan bahan tambahan pangan yang baru masuk sampai penyimpanan produk akhir. Bahan baku dan bahan pembantu yang berada di ruang gudang penyimpanan kondisi kemasannya ada yang bersih, kotor dan berdebu; • Pencegahan kontaminasi silang pada saat produksi dilakukan dengan cara pemeriksaan bagian dalam alat produksi sebelum digunakan untuk proses produksi sesuai dengan SOP dan IK yang ditetapkan perusahaan; • Bagian dalam alat produksi harus bebas dari kotoran dan cemaran fisik agar tidak mengkontaminasi produk akhir pada saat proses produksi; • Setelah dikemas primer dengan plastik jenis PET dan botol kaca dan kemasan sekunder kotak karton harus ditutup dan disegel (discal) dengan rapat untuk mencegah kontaminasi dari cemaran fisik, mikroba dan zat lain; • Selama proses produksi, personil harus bekerja sesuai dengan prosedur GMP menggunakan seragam dan sepatu yang sesuai dengan GMP, penggunaan sarung tangan dan tutup mulut/kepala; • Pemeliharaan fasilitas sanitasi terdiri dari kegiatan sanitasi di ruang produksi, gudang penyimpanan, ruang karantina dan ruang MCK. Kegiatan sanitasi di ruang produksi secara umum dilakukan dua minggu sekali pada saat hari libur kerja. Kegiatannya meliputi pembersihan lantai, membersihkan bagian luar alat produksi, tangki penampungan, dan bagian dinding yang dapat dijangkau; kegiatan sanitasi rutin di ruang produksi dilakukan oleh personil produksi, sedang kegiatan sanitasi bulanan dilakukan oleh personil QC dan maintenance. • Kegiatan sanitasi di ruang gudang dan karantina dilakukan satu minggu sekali. Kegiatannya meliputi pembersihan lantai, dinding, pallet penyimpanan bahan baku dan produk akhir, dan pintu. Pembersihan lantai ruang produksi dan gudang menggunakan sabun deterjen untuk lantai, yaitu Drathon 10 dengan dosis 660 ml per 3400 ml air. • Kegiatan sanitasi di ruang MCK dilakukan setiap hari kerja. Kegiatannya meliputi pembersihan toilet, kamar mandi, dan tempat cuci tangan. Fasilitas cuci tangan terdiri dari air yang mengalir, tetapi kadang-kadang tidak ada sabun cair dan lap pengering.
• Bila ada masalah produksi, stop produksi dan tahan produk yang dihasilkan • Karyawan diperingatkan dan perlu dilatih kembali bila melakukan praktek tidak sesuai dengan SOP; • Evaluasi keamanan produk yang dihasilkan
• Hasil pemeriksaan dan monitoring pembersihan disimpan di bagian QC; • Hasil pemeriksaan dan monitoring karyawan disimpan di bagian QC
• Cek fasilitas cuci tangan dan toilet dan inspeksi di lapangan dan bila ada kerusakan segera diperbaiki • Karyawan diperingatkan dan perlu dilatih kembali bila melakukan praktek tidak sesuai dengan SOP • Evaluasi keamanan produk yang dihasilkan
• Hasil pemeriksaan dan monitoring program sanitasi disimpan di bagian QC; • Hasil pemeriksaan dan monitoring karyawan disimpan di bagian QC
131
Tabel 31 Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan sanitation standard operating procedure (SSOP) di Perusahaan PBS (Lanjutan) No
Kunci Persyaratan Sanitasi
Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Tindakan Koreksi
Rekaman
• Bila ada bahan pengkontaminan, hilangkan bahan tersebut dari permukaan • Menghindarkan lingkungan ruang produksi dari adanya genangan air; • Memindahkan bahan toksik tidak berlabel dengan benar. • Bila ada/terjadi pelabelan yang salah, produksi dihentikan, pisahkan produk yang salah; • Karyawan diperingatkan dan perlu dilatih kembali bila melakukan praktek tidak sesuai dengan SOP
• Catatan hasil pemeriksaan dan monitoring penggunaan bahan kimia disimpan di bagian QC; • Catatan tindakan koreksi dari pemeriksaan dan evaluasi disimpan di bagian QC
5
Proteksi dari bahan-bahan kontaminan
• Bahan-bahan non pangan atau bahan-bahan kimia yang digunakan selama pengolahan seperti larutan klorin pekat, deterjen/sabun cair, larutan Dharton, larutan Duboa 1% dan pelumas disimpan di gudang penyimpanan khusus di luar area pengolahan dan penggunaannya harus sesuai dengan SOP dan IK yang ditetapkan perusahaan. • Wadah larutan kimia di dalam area pengolahan ditempatkan di pojok ruangan yang jauh dari produk dan pekerja; jika terjadi kontaminasi bahan non pangan/kimia seperti sabun, maka pekerja wajib melaporkannya kepada supervisor. Supervisor akan meneruskan informasi kepada kepala bagian produksi dan produk akan disingkirkan/dipisah; • Senyawa toksik disimpan dalam wadah berlabel yang juga disertai dengan tanggal penerimaan produk.
6
Pelabelan, penyimpangan dan penggunaan bahan toksin yang benar
• Setiap kemasan yang berisi produk akhir harus mempunyai label yang memberikan informasi mengenai karakteristik dari produk akhir yang dikemas; Informasi label terdiri atas : nama produk, bobot netto, kode produksi, kadaluarsa, dan cara penggunaan produk; • Penyimpanan produk akhir sirup markisa diletakkan terpisah dengan bahan baku utama, bahan pembantu lain, bahan tambahan pangan dan produk yang cacat; sedang penyimpanan bahan yang sensitif terhadap suhu disimpan di ruang sensitive room; • Sistem yang digunakan dalam penyimpanan adalah prinsip FIFO (First In First Out), yaitu produk akhir yang production date atau lotnya lebih lama dikeluarkan terlebih dahulu dibandingkan lot yang baru; • Semua kegiatan pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan kimia/toksik menggunakan SOP dan IK yang sudah ditetapkan perusahaan.
• Hasil pemeriksaan dan monitoring kegiatan pelabelan dan penyimpanan disimpan di bagian QC; • Hasil pemeriksaan dan monitoring penggunaan bahan kimia disimpan di bagian QC;
132
Tabel 31 Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan sanitation standard operating procedure (SSOP) di Perusahaan PBS (Lanjutan) No
Kunci Persyaratan Sanitasi
Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Tindakan Koreksi
Rekaman
• Bila ada karyawan yang terkena penyakit diistirahatkan dan tidak diperkenankan ke ruang produksi; • Lakukan pemantauan karyawan dengan lebih ketat. • Perusahaan perlu menetapkan program pest control; • Perlu dibuat denah penempatan program pest control di seluruh pabrik
• Catatan hasil pemeriksaan dan monitoring terhadap karyawan yang menderita sakit disimpan di bagian HRD • Hasil pemeriksaan dan monitoring kegiatan pest control disimpan di bagian QC; • Hasil tindakan koreksi pemeriksaan dan monitoring pest control disimpan di bagian QC.
7
Pengawasan kondisi kesehatan personil
• Kontrol kondisi kesehatan karyawan/personil terutama di bagian produksi kurang dimanfaatkan/diperhatikan oleh karyawan yang bersangkutan, meskipun perusahaan telah menyediakan fasilitas klinik dan dokter serta perawatan kesehatan; • Pengawasan kesehatan karyawan di perusahaan perlu lebih diintensifkan meskipun perusahaan telah mempunyai SOP dan IK (Instruksi Kerja) yang sudah ditetapkan perusahaan; • Efektifitas pemantauan kesehatan karyawan sebaiknya perlu dikaji ulang oleh pihak perusahaan atau manajemen, sehingga diperlukan adanya aksi tindak koreksi yang tepat.
8
Menghilangkan pest dari unit pengolahan
• Hama yang terdapat di kawasan PT Pintu Besar Selatan terdiri dari serangga (lalat, kecoa, labalaba, nyamuk dan lain-lain), burung dan tikus. Penanganan hama serangga seperti lalat, nyamuk dan serangga lain dilakukan dengan memasang insecta trap. Lampu insecta trap diletakkan di luar ruang produksi/gudang dan dikontrol setiap satu bulan sekali. • Di ruang produksi dipasang lem perangkap lalat. Lem perangkat lalat juga dipasang di dekat pintu masuk ruang produksi. Adanya lalat atau serangga di dalam ruang produksi dikontrol oleh personil produksi sebelum aktifitas produksi. • Pencegahan binatang lain seperti burung dilakukan dengan cara memasang kawat kassa di ventilasi ruangan atau pintu trap plastik pada pintu ruang gudang, dan ruang produksi.
133
Tabel 32 Pemantauan Pada Program Sanitation Standard Operating Procedure (SOP) di Perusahaan PBS No
Kunci Persyaratan Sanitasi
Hal-hal Yang Perlu Dimonitor pada Program SSOP Apa
Dimana
Bagaimana
Kapan
Siapa
Tindakan Koreksi
Rekaman
1
Keamanan air
• Kualitas air
• Unit treatment air • Outlet
• Cek kualitas air
• Sebelum operasi
• Bagian QC • Operator water treatment
• Bila belum memenuhi standar, lakukan proses ulang
• Monitoring kualitas air
2
Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan
• Permukaan harus bersih • Permukaan disanitasi • Sarung tangan dan pakaian harus bersih • Kebiasaan karyawan
• Line produksi
• Inspeksi visual
secara
• Setiap sebelum operasi dan setiap 4 jam sekali
• Bagian QC
• Stop operasi, dibersihkan dan disanitasi
• Karyawan
• Inspeksi terhadap karyawan
• Bagian QC
• Istirahatkan karyawan
• Line produksi • Karyawan • Toilet dan wastafel • Gudang penyimpanan
• Cek bahan konsentrasi sanitaiser • Cek fasilitas pencuci tangan dan toilet • Inspeksi di lapangan • Inspeksi karyawan
• Setiap sebelum operasi dan setiap 4 jam • Setiap sebelum operasi dan setiap 4 jam sekali
• Bagian QC • Superviso produksi
• Setiap sebelum operasi dan setiap 4 jam
• Petugas kebersihan
• Tempat cuci tangan • Tempat toilet • Bagian sanitasi
• Cek fasilitas pencuci tangan dan toilet • Inspeksi ke lapangan • Cek bahan konsentrasi sanitaiser
• Sebelum dan setiap sekali • Sebelum dan setiap sekali
• Bagian QC
• Stop produk dan tahan produk yang dihasilkan • Peringatkan dan latih kembali karyawan • Evaluasi keamanan produk, untuk didisposisi, direproses atau dimusnahkan • Perbaiki dan laporkan bila ada kerusakan
• Monitoring permukaan yang kontak dengan pangan • Monitoring terhadap karyawan • Monitoring karyawan • Monitoring pembersihan • Monitoring tata letak produk dalam ruangan
3
Pencegahan kontaminasi
• Desain ruang untuk bahan baku dan produk jadi
4
Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet
• Fasilitas cuci tangan • Fasilitas toilet • Fasilitas sanitasi
operasi 4 jam operasi 4 jam
• Peringatkan pelaksana dan latih kembali
• Monitoring harian sanitasi • Tindakan koreksi yang dilakukan
134
Tabel 32 Pemantauan pada program Sanitation Standard Operating Procedure (SOP) di Perusahaan PBS (Lanjutan) No 5
Kunci Persyaratan Sanitasi Proteksi dari bahan-bahan kontaminan
Hal-hal Yang Perlu Dimonitor pada Program SSOP Apa
Dimana
• Bahan yang berpotensi untuk mengkontaminasi
Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar
• Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan
7
Pengawasan kondisi kesehatan personil
8
Menghilangkan pest dari unit pengolahan
6
• Produk pangan • Bahan pengemas • Permukaan yang kontak langsung dengan pangan • Tempat/ruang penyimpanan
Bagaimana • Cek bahan dan akses personil/karyawan • Inspeksi secara visual • Cek pelabelan
• Tempat penerapan/ aplikasi
• Cek aplikasinya
• Karyawan dengan tanda-tanda penyakit/luka
• Karyawan yang masuk ruang kerja • Pada saat sedang bekerja
• Pest di produksi gudang
• Seluruh ruangan produksi dan lingkungan pabrik
ruang dan
Kapan • Sebelum dan setiap sekali • Sebelum dan setiap sekali • Satu kali hari
Siapa
operasi 3 jam operasi 4 jam setiap
• Bagian QC • Dibantu oleh bagian produksi • Bagian QC
• Satu kali per hari
• Bagian QC
• Dilakukan inspeksi terhadap karyawan/ pelaksana
• Sebelum operasi dan setiap 4 jam sekali
• Bagian QC • Supervisor produksi
• Cek dan inspeksi ke lapang
• Dua hari
• Bagian QC dibantu bagian produksi
cara
kali
setiap
Tindakan Koreksi • Hilangkan bahan kontaminan dari permukaan • Hindari adanya genangan air di dalam ruang produksi • Pindahkan bahan toksin tidak berlabel dengan benar • Peringatkan karyawan dan latih kembali • Stop produksi, dan recall produk yang terkena • Stop produk dan tahan produk yang dihasilkan
• Tetapkan program pest control dengan baik • Terapkan tempat/ denah penempatannya
Rekaman • Monitoring/ pemantauan • Tindakan koreksi • Monitoring/ pemantauan • Tindakan koreksi
• Monitoring kesehatan karyawan • Tindakan koreksi • Monitoring pest control • Tindakan koreksi yang dilakukan
135
Bagan Alir Proses Bagan alir proses merupakan sebuah diagram yang menggambarkan tahaptahap operasional dalam pengerjaan sebuah produk atau produk lainnya dalam suatu proses pengolahan. Pada umumnya proses pembuatan sirup markisa di PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” sama saja, yang membedakannya hanya pada bahan pengawet yang digunakan, dosis dan takarannya. Prinsip HACCP Tim HACCP harus menerapkan tujuh prinsip HACCP yang menjadi persyaratan utama HACCP. Ketujuh prinsip tersebut, yaitu identifikasi bahaya dan penetapan resiko, penetapan titik kendali kritis (Critical Control Point/CCP), penetapan
batas
kritis,
pemantauan
CCP,
tindakan
koreksi
terhadap
penyimpangan, verifikasi dan dokumentasi. 1.
Identifikasi bahaya dan penetapan resiko Mengidentifikasi bahaya-bahaya potensial yang mungkin timbul yang berhubungan dengan produksi makanan dan cara-cara pencegahan untuk mengendalikannya pada setiap tahap mulai dari penerimaan, penanganan bahan baku, proses produksi, produk akhir hingga distribusi. Analisa bahaya yang ditemukan di Pabrik PT. Pintu Besar Selatan dan Industri Rumah Tangga “Markisa Asli Famili” adalah kemungkinan bahaya fiisk,kimia dan biologi dimana kemungkinan bahaya tersebut dapat timbul di hampir semua tahapan kecuali tahap distribusi. Tabel identifikasi bahaya, penetapan resiko dan tindakan pencegahan di Pabrik sari buah dan konsentrat markisa dapat dilihat pada Lampiran 9.
2.
Penetepan titik kendali kritis (Critical Control Point/CCP) Menetapkan titik, prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya. Yang dimaksud dengan tahap adalah setiap langkah dalam produksi makanan dan atau pengolahan termasuk bahan mentah, penanganan, produksi, transportasi, formulasi, pengolahan, penyimpanan dan lain-lain.
136
Pada proses pengolahan buah markisa menjadi sirup di pabrik sirup markisa diidentifikasikan beberapa titik kendali kritis (CCP), yaitu pada peralatan mesin dan alat, tahap penerimaan bahan baku dan sortasi buah markisa, proses penambahan bahan ptambahan dan pembotolan. Tabel penetapan titik kendali kritis (Critical Control Point/CCP) di pabrik sirup markisa dapat dilihat pada Lampiran 10. 3.
Penetapan batas kritis Menetapkan batas kritis yang harus dipenuhi pada setiap CCP untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan baik. Penetapan batas kritis dari keseluruhan CCP yang teridentifikasi dapat dilihat pada Lampiran 10.
4.
Pemantauan / Monitoring CCP Pemantauan/monitoring CCP dilakukan dengan menetapkan sistem atau prosedur untuk memantau pengendalian CCP dan batas kritis termasuk pengamatan, pengukuran, pengujian dan pencatatan secara terjadwal. Pemantauan/monitoring dapat dilihat pada Lembar Kerja Control Measures di Lampiran 11.
5.
Tindakan koreksi terhadap penyimpangan Menetapkan tindakan koreksi atau perbaikan yang harus dilakukan jika hasil pemantauan menunjukkan terjadinya penyimpangan pada CCP dan batas kritis. Tindakan koreksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11.
6.
Penetapan verifikasi Menetapkan prosedur pemeriksaan termasuk pengujian dan prosedur tambahan untuk membuktikan bahwa sistem HACCP telah dilaksanakan dan bekerja secara efektif. Penetapan verifikasi diatas dapat dilihat pada Lembar Kerja Control Measures di Lampiran 11.
7.
Catatan dan dokumentasi Menyusun dokumentasi yang mencakup semua prosedur dan catatan yang tepat mengenai prinsip dan penerapan HACCP untuk mengarsipkan HACCP. Catatan dan dokumentasi tersebut dapat dilihat pada Lembar Kerja Control Measures di Lampiran 11.
137
Penanganan Konsumen Organisasi harus menetapkan prosedur untuk menangani keluhan-keluhan konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu, organisasi harus menetapkan metode untuk mengidentifikasi, menempatkan dan menarik kembali produk yang mengalami kerusakan atau menyalahi standar yang telah ditetapkan. Prosedur Produk Recall Untuk menjaga kepuasaan pelanggan dan menghindari konsumen dan mengkonsumsi produk yang tidak aman, maka perusahaan mempunyai kebijakan untuk melakukan penarikan produk (product recall). Informasi yang menjadi alasan untuk melakukan penarikan produk terutama adalah keluhan atau komplain dai pelanggan dan adanya kesalahan bahan baku atau proses produksi. Produk yang telah ditarik selanjutnya akan dikumpulkan pada tempat yang terpisah yang telah ditentukan. Informasi dan data penarikan produk akan didokumentasikan dan ditindaklanjuti. Tindak lanjut yang akan dilakukan dengan adanya penarikan produk antara lain sebagai berikut : a. Menyelidiki penyebab masalah dan menyusun tindakan koreksi agar tidak terulang kembali. b. Penanganan terhadap produk yang ditarik. c. Penghentian proses produksi sampai diperoleh hasil perbaikan yang memenuhi persyaratan konsumen. Pelaksanaan penarikan produk tersebut dilakukan dibawah tanggung jawab Manajer. Perubahan/Revisi/Amandemen Dokumen Perusahaan harus menjamin bahwa semua dokumen dan data yang terkait dengan HACCP Plan telah mempunyai identitas, ditinjau dan disahkan untuk menjamin kemutahirannya. Setiap perubahan terhadap dokumen harus diperiksa dan disetuji oleh manajemen atau wakil manajemen yang ditunjuk dan dilaporkan pada
Tim
HACCP
agar
dapat
didokumentasikan.
Kegiatan
perubahan/revisi/amandemen dokumen tersebut berada di bawah tanggung jawab sekretaris Tim HACCP.