BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali beberapa tahun belakangan ini meningkat terutama disekitar wilayah Denpasar Selatan serta daerah wisata Nusa Dua. Pertumbuhan ekonomi haruslah didukung oleh aksesbilitas yang baik pula yaitu tersedianya infrastruktur, salah satunya adalah infrastruktur prasarana jalan. Rute original jalan tol hasil kajian Departemen Pekerjaan Umum yang telah ada pada tahun 2006 yaitu Serangan – Tanjung benoa (tidak terhubung ke Bandara Ngurah Rai), menghasilkan volume traffic awal yang
dinilai
belum
layak
(feasible)
yaitu
sekitar
12.000
kendaraan/hari.Sehingga diusulkan untuk membuat jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai - Benoa. Dari keseluruhan kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan dalam proyek Jalan Tol Bali, metode yang digunakan untuk menahan beban konstruksi di atas adalah pondasi dalam yaitu tiang pancang, disebabkan karena proyek ini akan berada di atas laut yang memiliki letak tanah keras yang dalam, tetapi kedalaman air laut di proyek ini relative dangkal kurang lebih saat pasang kedalamannya mencapai 3 meter, karena untuk mempersingkat waktu dan kemudahan saat memancang proyek ini memutuskan membuat daratan dari urugan batu kapur. Akhirnya pekerjaan pelaksanaan pemancangan di proyek ini sebagian titik dikerjakan di darat buatan dan sebagiannya lagi di laut.
1
Di dalam pekerjaan pemancangan di darat sering kita jumpai beberapa tahapan proses pemancangan yang sama, tetapi di dalam proyek ini memiliki perbedaan sedikit dari pemancangan darat biasa dimana pekerjaan pemancangan di sini menggunakan urugan batu kapur untuk landasan tanah sebelum melakukan kegiatan pemancangan. Sementara di dalam pekerjaan pemancangan di laut banyak sekali tahapan proses pemancangan yang sangat menarik perhatian kami dimana pemancangan dilakukan diatas ponton yang ditarik ole Tug Boat dan cara mobilisasi bahan menggunakan kapal ponton dari lokasi stock yard yang berada di darat. Sehubungan dengan itu judul dari Tugas Akhir yang akan dibahas adalah “PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMANCANGAN DARAT
DAN LAUT PADA PROYEK JALAN TOL NUSA DUA-NGURAH RAIBENOA DI BALI (PAKET3)”. Mengapa mengambil subyek tugas akhir Pelaksanaan Pekerjaan Pemancangan Darat dan Laut. Dalam hal ini kami mencoba untuk menganalisis seluruh tahapan pemancangan yang dilakukan sebagian di darat dan sebagian lainnya di laut mulai dari persiapan, penentuan
titik,
proses
pemancangan
didarat
dan
dilaut
hingga
produktivitas tenaga kerja yang di butuhkan dalam proses pemancangan tersebut.
1.2
Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini antara lain: 1. Tahapan apa saja dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan darat dan laut pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa di Bali (Paket3) ?
2
2. Bagaiman cara menganalisis kebutuhan alat, pekerja, serta bahan pada pelaksanaan pekerjaan pemancangaan di darat dan laut pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa di Bali (Paket 3) ? 3. Bagaimana cara menganalisis waktu pelaksanaan pekerjaan pemancangan di darat dan laut pada Proyek Jalan Tol Nusa DuaNgurah Rai-Benoa di Bali (Paket 3)? 1.3
Tujuan Adapun tujuan dari penelitian atau penyusunan Tugas Akhir ini adalah: 1. Menjelaskan proses tahapan pelaksanaan pekerjaan pemancangan darat dan laut pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah RaiBenoa di Bali (Paket 3). 2. Menganalisis produktivitas dan kebutuhan alat, pekerja, serta bahan yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan pemancanga darat dan laut pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah RaiBenoa di Bali (Paket 3). 3. Menganalisis waktu pelaksanaan pekerjaan pemancangan darat dan laut pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa di Bali (Paket 3).
1.4
Sistematika Penulisan Penulisan tugas akhir ini kami susun dalam bab-bab sehingga pembaca bisa memahami isi dari tugas akhir ini, secara garis besar tugas akhir ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
3
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan penulisan, permasalahan, batasan pembahasan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II STUDI PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan tentang dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam melaksanakan pekerjaan pemancangan. BAB III DATA TEKNIS Dalam bab ini menjelaskan tentang data proyek secara umum seperti, spesifikasi alat dan bahan yang digunakan, gambar kerja lokasi pekerjaan pemancangan, dan data dilapangan. BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskam tentang proses pelaksanaan pekerjaan pemancangan di darat dan laut pada Proyek Jalan Tol Nusa DuaNgurah Rai-Benoa di Bali (Paket 3). BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan mengenai materi tugas akhir dan saran untuk materi tugas akhir.
1.5
Metode Pengumpulan Data
4
Metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data dalam penulisan naskah tugas akhir ini, yaitu: 1. Tinjauan langsung
Metode ini digunakan penulis untuk melakukan suatu tinjauan langsung dilapangan terhadap setiap pekerjaan pada Proyek Jalan Tol, Untuk menjadi objek yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini 2. Studi Kepustakaan Metode ini digunakan untuk mencari sejumlah informasi pendukung dan studi literatur yang berkaitan tentang pekerjaan pemancangan 3. Wawancara/ Dikusi Metode wawancara ini dilakukan dengan pembimbing penulisan tugas akhir, baik pembimbing akademik di kampus maupun pembimbing di lokasi proyek serta semua pihak yang terlibat langsung, seperti PT. Hutama Karya selaku kontraktor di Paket 3 dan Jasa Marga Bali Tol selaku pemilik.
BAB II
5
STUDI PUSTAKA 2.1
Pengertian Pondasi Tiang Pancang Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal kesumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pondasi tiang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Pondasi tiang digunakan untuk suatu banguann yang tanah dasarnya dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya dukung cukup letaknya sangat dalam. Pondasi tiang berfungsi untuk menyalurkan bebanbeban yang diterimanya dari konstruksi diatasnya kelapisan tanah yang lebih dalam Teknik
pemasangan
pondasi
tiang
dapat
dilakukan
dengan
pemancangan tiang-tiang baja/beton pracetak ataudengan membuat tiangtiang beton bertulang yang langsung di cor ditempat (cast in place), yang sebelumnya dibuatkan lubang terlebih dahulu. Pada umumnya pondasi tiang ditempatkan tegak lurus (vertical) di dalam tanah, tetapi apabila diperlukan dapat dibuat miring agar dapat menahan gaya-gaya horizontal. Sudut kemiringan yang dapat dicapaitergantung pada alat yang digunakan serta sesuai.
2.1.1. Tiang pancang precast
6
Tiang pancang precast adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan di cor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat (keras) lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini harus diberi penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (lebih dari 50 ton untuk setiap tiang), hal ini tergantung dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab jika ternyata panjang daripada tiang ini kurang terpaksa harus diadakan penyambungan, hal ini adalah sulit dan memakan banyak waktu. Keuntungan Pemakaian Precast Reinforced Concerete Pile : 1.
Precast Reinforced Concerete Pile ini dapat mempunyai tegangan tekan yang besar, ini tergantung dari mutu beton yang
2.
digunakan. Tiang pancang ini dapat diperhitungkan baik sebagai “End
3.
Bearing Pile”Maupun “Friction Pile”. Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton deckingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
Kerugian Pemakaian Precast Reinforced Concerete Pile :
7
1.
Tiang pancang ini dapat dipancangkan setelah beton ini sudah keras (kuat), hal ini berarti memerlukan waktu yang lama
2.
untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat digunakan. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya
3.
akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama. Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung daripada alat pancang (pile driving) yang tersedia maka untuk melakukan penyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.
2.1.2. Jenis-jenis tiang pancang precast A. Bottom Tiang pancang bottom yang digunakan panjangnya 10 meter. Ujungnya berbentuk lancip seperti pensil agar mudah masuk kedalam tanah pada saat pemancangan dan ujung yang satunya berisi pellet yang berfungsi untuk penyambungan tiang.
Gambar 2.1 Tiang Pancang Bottom
B. Middle Tiang pancang middle yang digunakan panjangnya 12 meter. Pada kedua ujungnya berisi pelat yang berfungsi untuk penyambungan
tiang.
Tiang
ini
digunakan
apabila
pemancangan dengan tiang tipe bottom belum mencapai tanah keras.
8
Gambar 2.2 Tiang Pancang Middle C. Upper Tiang pancang upper yang digunakan memiliki panjang 9 meter.
Pada
salah
satu
ujungnya
berisi
pelat
untuk
penyambungan tiang dan pada ujung lainnya tanpa pelat.
Gambar 2.3 Tiang Pancang Upper Sumber : Wawancara dengan Pak sugeng, selaku Control Manager dari proyek yang saya amati.
2.2
Rumus pancang Cara menentukan daya dukung tiang Ru = 2 x w x H S+K
W+e2P W+P
*Rumus 2.1
Dimana : H
= Ram stroke
S
= Penetration per blow
K
= Rebound
W
= Berat Ram 9
P
= Berat Tiang
e
= Koefisien restitusi = 0,25
SF
= 3-4
Catatan: Rumus Pancang ini bukan merupakan keharusan. Hanya sebagai pedoman Sumber: Kobe Diesel Hammer (Wika Beton).
2.3 Survei Topografi Pekerjaan
survey
topografi
pada
umumnya
bertujuan
untuk
mendapatkan gambaran sebagian dari permukaan bumi, disajikan dalam bentuk peta garis (line map) dengan sistem proyeksi tertentu serta dengan skala yang memadai (Skala 1:1000) sesuai dengan kebutuhan penggunaan peta tersebut. Sehubungan dengan Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, peta topografi hasil pengukuran langsung ini selanjutnya dipergunakan sebagai salah satu data penunjang utama bagi perencanaan jalan tol. Informasi penting yang dapat disajikan dalam peta topografi ini antara lain data elevasi tanah asli (existing ground), data elevasi dasar saluran, letak bangunan (rumah tinggal, rumah ibadah, sekolah dll), data lebar sungai, lebar jalan yang terpotong jalur rencana jalan serta detil dan bangunan/instalasi lain yang berada dalam koridor rencana jalan tersebut. Rencana jalan tol ini berada di laut dan sebagian berupa jalan akses berada di darat.Untuk melakukan pekerjaan survey topografi diperlukan juga data penunjang lain sebagai data sekunder, sehingga pekerjaan survey yang dihasilkan akan maksimal, tepat pada sasaran dan sesuai dengan tujuannya.
10
Adapun data-data sekunder yang digunakan sebagai data penunjang dalam pelaksanaan survey topografi dalam rangka pekerjaan Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa adalah : 1. Hasil Studi Kelayakan dan Amdal Rencana Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurai Rai – Benoa. 2. Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, oleh Bakosurtanal tahun 2000. 3. Patok TTG dan BM GPS yang ada disekitar lokasi sebagai titik referensi. Dengan menggunakan data-data tersebut maka dibuat peta rencana kerja untuk melakukan survey topografi, sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan lapangan. Beberapa hal penting yang dicantumkan dalam peta rencana kerja adalah rencana jalur pengukuran/ center line, distriusi posisi patok BM, jalan eksisting, sungai dan lain-lain.
Sebagai sarana pendukung dalam proses pengambilan data, dipergunakan berbagai jenis perlatan survei topografi yaitu : 1. Alat ukur GPS RTK 2. Alat ukur Total Station 3. Alat ukur Sipat Datar 4. Komputer 5. Printer Pada proses pengolahan data, sepenuh nya digunakan bantuan perangkat komputer serta perangkat lunak yang mendukung, khususnya pembuatan peta kontur dalam format autocad. Sebagai produk akhir dari pekerjaan survey topografi dalam rangka Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, 11
adalah peta situasi lokasi proyek dalam format autocad. Selanjutnya dari file peta situasi tersebut dapat dilakukan prosess pembuatan potongan memanjang dan potongan melintang.
Gambar 2.4 Pengukuran dengan Metode GPS
Gambar 2.5 Lokasi Survei Rencana Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Sumber : Wawancara dengan Pak Charles, selaku surveyor dari proyek yang saya amati
2.4
Survei Pasang Surut Air Laut Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 30 (tiga puluh) hari
dengan pembacaan ketinggian air setiap satu jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secara teknis memenuhi syarat. Lokasi ini harus secara langsung dipengaruhi pasang surut air laut. 12
Pengamatan pasang surut dilaksanakan menggunakan papan duga (peilschaal) dengan interval skala 1 (satu) dm. Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air pasang surut yang telah disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi terdekat pada salah satu patok seperti Gambar2.6, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan alat waterpass. Sehingga pengukuran topografi, bathimetri, dan pasang surut mempunyai datum (bidang referensi) yang sama. Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2 Dimana: T.P = tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal/ papan BT.1 BT.2
duga air. = bacaan benang tengah di patok. = bacaan benang tengah di peilschaal/papan duga air.
Gambar 2.6 Pengikatan (levelling) peilschaal
Metode Analisis Data hasil pengamatan selama 30 (tiga puluh) hari kemudian dianalisis untuk mendapatkan parameter-parameter pasang surut di lokasi pekerjaan. Proses yang dilakukan dalam analisis pasang surut ini digambarkan dalam suatu bagan alir yang disajikan pada Gambar 2.2. Perhitungan konstituen pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Least Square, meliputi 9 (sembilan) konstituen seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1.
13
Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut: NF
K1 O1 M 2 S2
*Rumus 2.2 Data Pasang Data Pasang Surut Surut Least Square Least Square
Komponen Pasang Komponen Pasang Surut Surut
Peramalan Pasang Surut Peramalan Pasang Surut 15 hari atau 30 hari 15 hari atau 30 hari
Perbandingan Hasil Perbandingan Hasil Ramalan dengan Ramalan dengan Pengukuran Lapangan Pengukuran Lapangan
Jenis Pasang Jenis Pasang Surut Surut
Peramalan Pasang Surut Peramalan Pasang Surut 20 Tahun 20 Tahun
Elevasi Penting Pasang Elevasi Penting Pasang Surut Surut
Probabilitas Kejadian Probabilitas Kejadian Terlampau Elevasi Terlampau Elevasi Pasang Surut Pasang Surut
Gambar 2.7 Bagan alir proses analisa pasang surut. Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 30 (tiga puluh) hari yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya. Dengan konstanta yang didapatkan dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 18,6 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi penting pasang
14
surut. Elevasi-elevasi acuan yang akan dicari disajikan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 No.
Konstituen Pasang Surut
Konstituen pasang surut
Keterangan
Perioda (jam)
1
M2
Principal lunar
12.24
2
S2
Principal solar
12.00
3
N2
Larger lunar elliptic
12.66
4
K2
5
K1
Luni-solar diurnal
23.93
6
O1
Principal lunar diurnal
25.82
7
P1
Principal solar diurnal
24.07
8
M4
6.21
9
MS4
6.10
Luni-solar semi diurnal
Tabel 2.2 No
11.97
Elevasi Acuan Pasang Surut
Elevasi Penting Pasang Surut
1
HHWL
Highest high water level
2
MHW S
Mean high water spring
3
MHW L
Mean high water level
4
MSL
Mean sea level
5
MLWL
Mean low water level
6
MLWS
Mean low water spring
7
LLWL
Lowest low water level
Sumber
: Wawancara dengan Pak Charles, selaku surveyor dari proyek yang saya amati.
15
2.5
Metode Pemancangan Pemancangan didarat dan laut metode pengerjaannya sama saja,
yaitu proses memasukkan tiang pancang ke dalam tanah dimana sebelumnya titik-titik yang harus dipancang telah ditentukan, setelah ini proses pengangkatan tiang pancang dengan crane, ditambah dengan kapal ponton untuk yang memancang dilaut, dan terakhir pengecekan keseluruhan tiang.
Gambar 2.8 Pengangkatan Tiang Pancang Dengan Crawler Crane
16
Gambar 2.9 Pengangkatan Tiang Pancang Dengan Kapal Ponton
Gambar 2.10 Pengangkatan Tiang Pancang 2.6
Paksanaan Pekerjaan Pemancangan Dalam pemancangan, selain kondisi alat pancang, kondisi tiang pun
perlu diperhatikan. Tiang harus lurus dengan permukaan rata dan tidak retak. Untuk itu penanganan tiang perlu dilakukan secara hati-hati dan mengikuti prosedurnya. Mulai dari saat dibawa ke lokasi, penumpukan diproyek dan pada waktu diangkat ke titik pemancangan hendaknya dilakukan dengan aturan tertentu. Tiang yang akan dipancang, pertama diberi bantalan dan cap sebagi pengaman dari keretakan akibat tumbukan. Kemudian tiang diangkat hingga sejajar dengan lead. Tumbukan pertama 17
dilakukan secara perlahan guna memastikan tiang sudah tepat diposisinya dan water level. Bila posisi sudah benar, baru tumbukan dilanjutkan lagi sampai masuk ke dalam tanah dan mencapai tanah keras atau perlu dilakukan penambahan tiang. Pelaksanaan pekerjaan pemcanangan pada proyek yang saya amati terbagi menjadi dua cara yaitu darat dan laut, dari semua tata cara pemancangan yang membedakan pelaksanaan pekerjaan pemcangannya adalah penambahan alat yaitu, di darat hanya memakai Mobile crane sementara di laut menggunakan kapal ponton Sumber : http://www.scribd.com/doc/52629053/42/DIESEL-HAMMER 2.6.1 Pemancangan tiang pancang Pemancangan tiang pancang biasanya memiliki beberapa hal yang harus di perhatikan, Yaitu : a. Hammer : Pemilihan jenis hammer yang tepat dan sesuai kebutuhan kondisi hammer dalam keadaan baik dan terawat As hammer harus segaris dengan As tiang pancang. b. Alat angkat : Tetap stabil dan mampu menahan beban-beban pada saat pemancangan. Sumber : PT. Wijaya Karya Beton
2.6.2 Pemancangan di laut menggunakan ponton Fungsi ponton digunakan dalam pemancangan di laut untuk meletakkan crawler crane dan mesin diesel hammer diatas ponton, tetapi kelamahannya menggunakan ponton ini hanya bisa digunakan jika air laut pasang saja, maka itu data analisis survei pasang surut air laut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pemancangan di laut, untuk mengetahui pada saat kapan kapal ponton dapat dipakai.
18
Gambar 2.11 Kapal ponton yang diatasnya terdapat crawler crane
Gambar 2.12 Mesin diesel hammer dan crawler crane diatas ponton
2.6.3
Menentukan titik pancang Untuk menentukan titik pancang didalam proyek yang kami amati,
proyek ini menggunakan metode Global Positioning Sistem (GPS), yaitu berdasarkan atas pengukuran waktu transit sinyal-sinyal RF dari 4 satelit atau lebih dari konstelasi total 24 satelit. Sistem GPS adalah suatu sistem satelite navigasi yang dapat digunakan untuk menentukan posisi titik, yang umumnya dinyatakan dalam
19
sistim koordinat kartesian (X,Y,Z) atau sistim koordinat geodetik (Lintang, Bujur dan Tinggi Ellipsoid). Dibandingkan dengan metoda lain dalam menentukan posisi titik dengan menggunakan metoda GPS ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu: a) Dapat meliput seluruh permukaan bumi b) Dapat
dilakukan
pengukuran
pada
setiap
saat,
dimanapun berada pengamat dapat menjejak satelitesatelite GPS c) Pengamatan satelite GPS dapat dilaksanakan dalam segala macam cuaca, baik diwaktu siang maupun malam hari. d) Tingkat ketelitian posisi titik yang diperolehnya sangat tinggi. e) Biaya pelaksanaan pengukuran hingga diperoleh posisi titik relatif murah, waktu yang dibutuhkan relatif cepat dan mudah dilaksanakan. f) Peralatan yang digunakan relatif sederhana, hanya diperlukan pengetahuan dasar pengamatan satelit.
20
Gambar 2.13 Ilustrasi Metode Global Positioning Sistem (GPS) Sumber : Wawancara dengan Pak Charles,selaku surveyor dari proyek yang saya amati
2.6.4 Pengangkatan tiang pancang 1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan ) Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan. Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama. Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.
21
Gambar 2.14 Pengangkatan Tiang Dengan Dua Tumpuan
2. Pengangkatan dengan satu tumpuan Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan. Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.
Gambar 2.15 Pengangkatan Tiang dengan Satu Tumpuan
Tabel 2.3 Syarat Pengangkatan Tiang No.
Hal-hal yang
Persyaratan / Batasan
harus diperhatikan 1
Titik angkat
Perhatiakan tanda titik angkat dengan sudut 1:1
2
Sling pengangkat
Diharuskan mempunyai faktor keamanan (FS) 3, bebas karat dan bebas rantas
3
Alat angkat
22 Diperhatiakn kapasitas angkat harus lebih besar dari berat tiang
Sumber: PT. Wijaya Karya Beton
2.6.5 Langkah-langkah penegakkan tiang Pelaksanaan pemancangan tiang pancang tegak atau miring harus tepat, sehingga diperoleh hasil sesuai dengan ketentuan dalam gambar kerja. Toleransi maksimum yang diijinkan terhadap hasil pemancangan tiang adalah 7,5 cm penyimpangan dari posisi yang benar, inklinasi terhadap simbu tiang miring atau vertical adalah 2 %, dan untuk pemotongan tiang sebesar 2 cm. Bila toleransi dilampaui, tiang harus diperbaiki, diperkuat dengan konstruksi tertentu, dicabut atau lain sebagainya sesuai dengan keputusan konsultan manajemen konstruksi. Sedang segala biaya tambahan yang diperlukan untuk melakukan hak-hal tersebut menjadi tanggungan penyedia jasa konstruksi. Untuk pemancangan sendiri peralatan yang dibutuhkan adalah mesin Disel Hammer sudah termasuk kapal ponton dan crane untuk mengangkat tiang. Pada proyek ini setiap mesin Diesel Hammer dapat memancang 8 tiang didarat dan 4 tiang dilaut per hari. 2.6.6 Proses penyambungan tiang pancang menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang
tiang
pancang.
Pada
tiang
pancang
yang
digergaji,
sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, 23
atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan.
Tiang
pancang.
bulat
harus
diperkuat
dengan
pipa
penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan. 2.6.6.1 Penyambungan tiang pancang menggunakan las sambung Spesifikasi alat dan material las : Daya : Arus listrik : AC Tegangan : 220 volt/380 volt Kuat arus : 300 Ampere Kelas : E 60 13 Diameter : 3,2 mm dan 4 mm Tabel 2.4 Persyaratan Menggunakan Las Sambung No.
Hal-ha yang harus
Persyaratan / Batasan
diperhatikan 1
Plat Sambung
Bebas karat dan bersih dari kotoran/tanah
2
Materials las
Diameter dan klas material las harus sesuai
3
Alat Las
Sesuai dengan spesifikasi
4
Posisi Segmen
Sumbu tiang harus segaris
24
Gambar 2.16 Proses Penyambungan Tiang Pancang dengan Alat Las 2.7
Tipe-tipe Kegagalan Pada Saat Pemancangan Pemancangan yang tidak sesuai dengan prosedur/syarat-syarat
ketentuan
dalam
pemancangan
yang
ada,
akan
mengalami
kegagalan,berikut contoh beberapa kegagalan dalam pemancangan : Tabel 2.5 Tipe-tipe Kegagalan Pemancangan No 1.
2.
Uraian
Bentuk
Penyebab
Retak
OVER AXIAL
Kepala
FORCE
Retak
OVER COMBINE
Badan
SHEAR MOMENT & AXIAL Saat pemancangan +dorong Handing
Solusi Perbaiki (dengan melihat metode perbaikan yang ada dibawah tabel) Jika posisi pecah di kedalaman <-1m ---gali-potongperbaikan TP jika posisi kedalan >2mtitik tidak dipakai jika posisi pecah diatas tanahpotong
25
dan perbaiki
Metode Perbaikan Retak/Pecah : 1. 2. 3. 4.
Siapakan crane dan tahan tiang dengan menggunakan crane Potong tiang kurang lebih 25 cm Ratakan PC WIRE (siku terhadap badan tiang) Pasang bekisting seng dan stopper multiplek, pasang plat sambung khusus yang
telah di beri angkur & spiral, gour dengan material
non shrinkage + agregat 5. Setelah umur grouting mencapai 3 hari minimal sama dengan kuat tekan tiang
pancang, pemancangan dapat dilanjutkan sampai
kedalaman rencana. Sumber: PT. Wijaya Karya Beton
2.8
Kalendering Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan
tiang pancang (beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang. Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun
hydraulic
hammer.
Biasanya
kalendering
dalam
proses
pemancangan tiang pancang merupakan item wajib yang harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk proyek. Sebagai tambahan selain kalendering dilakukan pengecekan dengan PDA test. Perhitungan
26
kalendering menghasilkan output yang berupa daya dukung tanah dalam Ton. Sebenarnya metode pelaksanaan kalendering hanyalah sederhana. Alat yang disediakan cukup spidol, kertas milimeterblock, selotip, dan kayu pengarah spidol agar selalu pada posisinya. Alat tersebut biasanya juga telah disediakan oleh subkon pancang. Dan pelaksanannya pun merupakan bagian dari kontrak pemancangan. Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir. Kapan saat dilaksanakan kalendering adalah saat hampir mendekati top pile yang di syaratkan, Final Set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data bor log. Sebenarnya ada beberapa faktor lain tergantung kondisi dilapangan. Tahapan pelaksanaanya yaitu : 1.
Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer.
2.
Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan selotip.
3.
Menyiapkan spidol yang ditumpu pada kayu, kemudian menempelkan ujung spidol pada kertas millimeter.
4.
Menjalankan pemukulan.
5.
Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta menghitung jumlah pukulan.
6. 7.
Setelah 10 pukulan kertas millimeter diambil. Tahap ini bisa dilakukan 2-3kali agar memperoleh grafik yang bagus.
27
8.
Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer biasanya kena oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.
9.
Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor, pengawas, dan direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya dukungnya
Gamba
r 2.17 Proses Pelaksanaan Kalendering 2.9
Pengetesan Final set adalah batasan pemancangan final set yang dimaksud adalah
batasan kedalaman dari proses pemancangan, pemancangan akan dihentikan jika sudah bertemu dengan tanah keras ditandai dengan tidak turunnya tiang lebih dari 10 mm setelah dilaksanakan 10 kali pemukulan pada Diesel Hammer. 2.9.1 PDA test
28
Pile driving analyzer adalah suatu sistem komputerisasi yang terhubung dengan tiang pancang yang akan dites menggunakan transducer dan accelerometer yang akan menggambarkan hubungan antara tekanan yang diterima dengan cepat rambat getaran pada saat tiang pancang dipukul Hammer. Hasil yang dikeluarkan PDA berupa kapasitas tiang, penurunan energi Hammer, dan lain-lain. Secara umum tes PDA dilakukan setelah tiang pancang selesai dipancang satu minggu untuk mengantisipasi keadaan tanah yang rusak akibat pemancangan dan sebaiknya pada saat di test menggunakan Hammer yang lebih berat dibanding pada saat pemancangan.
Gambar 2.18 Tes PDA 2.10.1
Produktivitas Alat Berat 1. Excavator Sesuai dengan namanya alat ini dibuat agar dapat berfungsi sebagai penggali, pengangkat maupun pemuat tanpa harus berpindah tempat menggunakan tenaga power take off dari mesin yang dimilik Secara anatomis bagian utama dari excavator adalah :
29
a.
Bagian atas (dapat berputar) disebut “revolving unit”.
b.
Bagian bawah (untuk gerak maju, mundur dan jalan) disebut “travel unit”.
c.
Attachment unit adalah perlengkapan yang diganti sesuai kebutuhan.
Bagian traveling unit dari Excavator dapat berupa crawler (rantai) atau wheel mounted (roda karet) yang digunakan untuk berjalan.
Khusus pada Excavator wheel mounted
dimaksudkan agar memiliki kecepatan gerak atau berpindah dari satu tempat ketempat lain relative lebih cepat dibandingkan menggunakan crawler excavator, sehingga wheel excavator memiliki dua mesin penggerak, pertama sebagai mesin penggerak traveling unit kendaraannya (truck) dan lainnya merupakan mesin penggerak alat excavator seperti revolving unit maupun penggerak attachment unit dalam
melakukan
fungsinya
sebagai
alat
penggali,
pengangkat maupun pemuat. Dan bagian revolving unit merupakan bagian untuk berputar mendatar. Pengendalian attachment unit excavator dapat dibedakan dua cara : a)
Pengendalian dengan Cable controlled.
b)
Pengendalian dengan Hydrualic controlled.
Prinsip kerja kedua system kontrol ini hampir sama, namun system
hydraulik
controllwd
memiliki
keterbatasan
penggantian pada bagian attachment dibandingkan system yang dikendalikan dengan cable controlled. 2. Backhoe
30
Dengan memasang “Hoe bucket” pada deeper stick, Backhoe merupakan salah satu dari kelompok excavator yang digunakan, sebagai penggali tanah yang berada di bawah kedudukan alat tersebut, untuk penggalian saluran, terowongan, pondasi bangunan/basement dan sebagainya. Sehingga fungsinya mirip Dragline atau Clamshell, namun Backhoe dapat menggali lebih teliti pada jenis kendali dengan hidrolik.
Serta memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam melakukan penggalian karena punya pergelangan yang dapat berputar pada bagian bucket (wrist action bucket) dan dapat difungsikansebagai alat pemuat tanah bag Truck pengangkut hasil galian. Backhoe berbeda dengan Power Shovel yang dibuat guna melakukan penggalian diatas permukaan tebing. Faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas alat gali adalah jenis material yang akan besarnya
di
gali, kedalaman galian,
sudut swings (sudut putar), kondisi kerja, kondisi
manajemen yang berhubungan dengan alat lain, ukuran tempat penumpahan, keterampilan operator dan kondisi fisik alat. Faktor tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan misalnya dalam pelaksanaan jika sudut putar yang telah di tentukan ternyata mengalami kesulitan maka dapat diubah sesuai dengan keadaan dan sebagainya. Sudut swings yaitu besar sudut yang di bentuk anatara dipper saat pengisian dan pebuangan beban,semaking kecil sudut swings, maka semakin cepat waktunya. Kedalaman optimum ialah kedalaman tertinggi yang dapat di capai oleh bucket tanpa memberi beban pada mesin. Produktivitas backhoe :
31
Cara 1: Q = Qid x Fk1 x Fk2 x E
Rumus 2.3
Keterangan : Q
= produktivitas alat back hoe (m3/jam)
Qid = produksi ideal / kapasitas bucket backhoe (m3/jam) Fk1 = faktor koreksi 1 berdasarkan sudut swing yang digunakan.
Fk2 = faktor koreksi 2 berdasarkan kondisi kerja dan kondisi manejemen. E
= Faktor ooperasi berdasarkan effesiensi kerja
Cara 2 : Q = q x (3600/cm) x E
Rumus 2.4
Keterangan : Q = produktivitas alat back hoe (m3/jam) Q = q1 x k q1 = kapasitas bucket (m3) k = faktor bucket Cm
= Cmt x Fk
32
Cmt = standar waktu siklus (detik), dihitung berdasarkan tipe yang digunakan serta sudut swing. E = Faktor operasi berdasarkan effesiensi kerja Tabel 2.6 Faktor Bucket Untuk Backhoe Excavating Conditions
Bucket Factor
Easy : Menggali clayey soil dari kondisi asli, clay,
1.1-1.2
atau soft soil Average : Menggali tanah asli seperti sandy soil dan
1.0-1.1
dry soil Rather Difficult : Menggali sandy soil ber-gravel
0.8-0.9
dari kondisi asli Difficult : Memuat batuan hasil peledakkan
0.7-0.8
Tabel 2.7 Standart Cycle Time Range
Swing angle (detik)
Range
Swing angle (detik)
model
45 - 90
90 - 180
Model
45 - 90
90 - 180
PC60
10 – 13
13 – 16
PC 210
14 – 17
17 – 20
PW60
10 – 13
13 – 16
PW 210
14 – 17
17 – 20
PC80
11 – 14
14 – 17
PC220
14 – 17
17 – 20
PC100
11 – 14
14 – 17
PC 240
15 – 18
18 – 21
PW100
11 – 14
14 – 17
PC 280
15 – 18
18 – 21
PC120
11 – 14
14 – 17
PC 300
15 – 18
18 – 21
33
PC150
13 – 16
16 – 19
PC 360
16 – 19
19 – 22
PW150
13 – 16
16 – 19
PC 400
16 – 19
19 – 22
PC180
13 – 16
16 – 19
PC 650
18 – 21
21 – 24
PC200
13 – 16
16 – 19
PC 1000
22 – 25
25 – 28
PC 1600
24 - 27
27 - 30
Sumber : Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
Table 2.8 Faktor Konversi Untuk Cycle Time Digging Condition digging depth
Dumping condition Easy
Normal
Small difficult
Difficult(small dump target (small difficult requiring target) maximum dumping reach)
Specified max.diging depth
(Dump into apoil pite)
(large dump target)
Below 40%
0,7
0,9
1,1
1,4
40-75%
0,8
1,0
1,3
1,5
Over 75%
0,9
1,1
1,5
1,8
Sumber : Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
3. Bulldozer Bulldozer merupakan alat pelengkap dari traktor yang merupakan mesin utama yang menggerakkan alat berat sehingga alat dapat digunakan sesuai dengan keinginan. Traktor terdiri atas dua tipe yaitu tipe roda karet dan roda kelabang. Perbedaanya adalah pada roda karet memiliki tenaga tarik yang
34
kecil, kecepatan yang tinggi dan tekanan pada permukaan tanah besar sedangkan pada roda kelabang tenaga tarik yang besar, kecepatan yang rendah dan tekanan pada permukaan yang kecil. Gradability adalah kemiringan maksimum yang dapat dijelajahi oleh traktor baik dalam keadaan kosong maupun isi, sehingga alat beroperasi dengan aman, faktor yang mempengaruhi antara lain tenaga yang tersedia pada alat, tahanan gelinding jalan, berat alat dan muatannya serta kemiringan yang diijinkan sehingga alat tidak terguling. Kegunaan bulldozer anatara lain :
a)
Membersihkan lahan dari kayu dan potongannya
b) Membuka jalan perintis daerah pegunungan atau bebatuan c)
Menggusur tanah untuk jarak 100 m
d) Menyebarkan tanah urugan e)
Membersihkan lapangan konstruksi
f)
Merawat jalan angkut
Faktor yang mempengaruhi produksi : 1. Kapasitas Blade. 2. Faktor Blade. Tabel 2.9 Faktor Blade Kondosi Dozing
Faktor Blade
35
Mudah (tanah gembur, tanah berpasir, tanah biasa, stock
1,1-0,9
pile) Rata-rata (tanah gembur, tanah gravel, pasir, batu pecah
0,9-0,7
halus) Agak Sulit (lempung lengket, pasir berkerikil, lempung
0,7-0,6
kering keras, tanah alamiah) Sulit (batu hasil ledakan, batuan ukuran besar) Sumber
0,6-0,4
: Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
3. Waktu Siklus 4. Kelandaian Daerah Operasi 5. Jam Kerja Efektif Tabel 2.10 Efesiensi Keja
Sumber
Kondisi Kerja
Efesien Kerja
Baik
0,83
Sedang
0,75
Agak Jelek
0,67
Jelek
0,58
: Buku Alat Berat, 1999
36
Grafik 2.1 Faktor Kelandaian 1. Produksi Bulldozer a. Rumus produktivitas Bulldozer : Qp = q x (60/Cm) x e x E
Rumus 2.5
b. Kapasitas Blade q1 = H² x L
Rumus 2.6
c. Produktivitas per siklus q = q1 x a
Rumus 2.7
Keterangan : Qp q q1 a e Cm
= Produktivitas Bulldozer (m³) = Prodktivitas per siklus (m³) = Kapasitas Blade (m³) = Faktor Blade = Faktor kelandaian = Waktu siklus (menit) 37
L = Panjang Blade H = Tinggi Blade d. Waktu Siklus : Cm
=
+
+z
Rumus 2.8
Keterangan : D = Jarak gusur (100m) F = Kecepatan maju (3 s.d 5 km/jam) R = Kecepatan mundur (5 s.d 7 km/jam) Z = Waktu tukar gigi a. Direct drive machine (0,01 menit) b. Tarqi flow machine (0,05 menit). 4. Dumptruck Truck dapat melayani pengankutan tanah, agregat batuan, dan berbagai material lainya, truck adalah alat pengangkut yang dapat berkcepatan tinggi ketika melaju di jalan raya. Truck dapat juga memiliki kapasitas yang besar dengan biaya per-unit volume. Truck juga memiliki fleksibilitas tinggi dalam kapasitas angkut, karena jumlah truck dapat disesuaikan dengan kebutuhan proyek. Truck diklasifikasikan kedalam beberapa faktor antara lain : 1.
Ukuran dan tipe mesin, motor bensin, motor diesel, das,
2. 3. 4. 5.
dan lain-lain Jumlah roda gigi Jenis penggerak, dua roda, empay roda, atau enam roda Jumlah roda dan as Metode penumpahan muatan, ke belakang, kesamping,
6.
ke bawah. Jenis material yang diangkut, tanah, batuan, sampah, dan lain-lain.
38
7. 8.
Kapasitas angkut, dalam ton, meter kubik, yard kubik. Metode penumpahan beban untuk penumpahan kebelakang, hydrolik atau kabel. juga dibedakan menjadi truck jalan raya dan truck non
jalan raya. Truck jalan raya dapat beroperasi bebas di jalan raya tanpa memerlukan izin khusus untuk pengoperasianya. Ruang kemudi dapat diisi dua atau tiga orang berikut pengemudi, dengan demikian sewaktu beroperasi dapat di bantu oleh kernek untuk membantu supir. Biasanya kapasitas truck tidak terlalu besar, truck non jalan raya hanya dapat beroperasi di dalam lokasi proyek. Untuk mobilsasi dari pool ke lokasi memerlukan izin khusus, dan biasanya lintasan trayek truk ini hanya di sekitar lokasi proyek. Ruang operator hanya dapat diisi 1 orang , yaitu operator. Kaoasitas truck ini sangat besar dan efektif untuk angkutan batuan. Pengadaan truk harus di sesuaikan dengan kebutuhan dilapangan. Untuk menghitung produksi truck perlu di ketahui waktu siklus, waktu siklus truck terdiri dari : 1. Waktu pengisian 2. Waktu angkut 3. Waktu menumpah 4. Waktu kempali setelah menumpah 5. Waktu tetap, waktu yang dibutuhkan untuk perubahan
kecepatan,
waktu
tunggu
antrian
pengisian dan penumpahan, kemacetan dan lainlain.
A. Perhitungan produksi truck : Q = C x (60 / Cm) x E
Rumus 2.9
39
Keterangan : Q
= produksi per jam ( ton, m3 )
C
= Cmt x Fm (Kapasitas riil truk ton, m3 )
Cmt
= kapasitas teoritis ( ton, m3 )
Fm`
= faktor muat/kepenuhan
Cm
= waktu siklus
E
= efisiensi kerja
B. Jumlah siklus pengisian : n = C /(q1 x k)
Rumus 2.10
Keterangan : C
= kapasitas truck
q1
= kapasitas bucket (m3 , cuyd)
K
= faktor bucket
C. Waktu siklus :
CM = (n x Cms) +
+ t1 +
+ t2
Rumus 2.11
Keterangan :
40
D
= jarak angkut Dumptruck (m, yd).
V 1 = kecepatan angkut (m) V 2 = kecepatan kembali ( m/menit t 1 = waktu penumpahan t 2 = spot and delay Gambar 2.19 Waktu siklus truck
D.
Jumlah truck M = Cm / ( n x cms )
Rumus 2.12
Keterangan : Cm
= waktu siklus
N
= jumlah siklus pengisian
Cms
= waktu silus backhoe ( menit )
Tabel 2.11 Swell dan Load Factor Tanah Jenis Tanah
Persentase Mengembang
Faktor Pemuatan 41
Lempung Kering
35
0.74
Lempung Basah
35
0.74
Tanah Kering
25
0.80
Tanah Basah
25
0.80
Tanah dan Kerikil
20
0.83
Kerikil Kering
12
0.89
Kerikil Basah
14
0.88
Batu Kapur
60
0.63
Batu hasil peledakkan
60
0.63
Pasir Kering
15
0.87
Pasir Basah
15
0.87
Batu Sedimentas
40
0.71
5.
Diesel Hammer : Diesel Hammer adalah pemancangan pondasi dengan ram
yang bergerak sendiri oleh mesin Diesel Hammer tanpa diperlukan sumber daya dari luar seperti boiler atau kompresor udara. Satu unit Diesel Hammer terdiri atas vertical silinder, sebuah piston atau ram, sebuah anvil , tangki minyak, pelumas, pompa solar, injector, dan pelumas mekanik. Sistem kerja Hammer merupakan kombinasi ram dan piston yang dijatuhkan sehingga menghasilkan energy, pada saat ram terangkat minyak pelumas akan masuk pada tempat pembakaran untuk mulai menggerakan mesin. Tenaga yang dihasilkan dapat dikendalikan
42
oleh operator dengan berbagai variasi sesuai spesifikasi Diesel Hammer
Gambar 2.19 Mesin Diesel Hammer A. Proses Pemancangan Mesin yang digunakan dalam pemancangan dengan cara menjatuhkan beban ke tiang pancang dengan ilustrasi seperti palu, yang dijatuhkan tepat pada kepala tiang pancang, dan berkembangnya teknologi metode berubah menjadi menggunakan energi uap yang diproduksi dengan boiler dimana mengangkat dan menjatuhkan Hammer melalui uap yang dihembuskan dari intel / outlet ke ruang piston.
B.
Produktivitas alat produktivitas alat diesel hammer adalah : 1. Energi yang dihasilkan : E=exWxH Rumus 2.13 43
Dimana
:
E = Energi yang dihasilkan setiap pukulan. H = Tinggi jatuh (in, cm) e = Energi hammer, energi actual dibagi energi perhitungansetiap pukulan. Tabel 2.11 Efeisensi Hammer Alat Pancang
Nilai
Drop Hammer tanpa friksi
1,00
Drop Hammer diangkat dengan katrol dan kabel
0,50 – 0,75
Single Acting Steam Hammer
0,75 – 0,90
Double Acting Steam Hammer
0,65 – 0,90
Diferential Acting Steam Hammer
0,75 – 0,85
Diesel Hammer
0,90 – 1,00
Sumber : Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
2. Energi yang Hilang : a. Akibat pukulan (Impact Loss)
IL = W x h x e x p x
Rumus 2.14
Keterangan : W
= Berat Hammer (lb, kg)
44
h
= Tinggi jatuh (in, cm)
e
= Efesiensi Hammer
P
= Berat pondasi + berat aksesoris (lb, kg)
K
= Koefisien restitusi
Tabel 2.12 Koefisien Restitusi Koefisien Restitusi
Nilai
Steel hammer pada pondasi tanpa bantalan
0,55
Steel hammer pada pondasi dengan bantalan dan DAS memukul
0,50
pada anvil baja untuk pondasi baja dan beton DAS memukul pada anvil baja untuk pondasi kayu dan memukul
0,40
pada anvil kayu setengah padat untuk pondasi baja. SAS atau DH memukul langsung pada head pondasi beton Sas atau DH memukul langsung pada tutup kayu untuk memancang
0,25
pondasi beton/langsung pada kepala pondasi kayu Sumber : Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
b. Akibat tutup pondasi (Cap Loss)
CL
=
Rumus 2.15
Keterangan : CL = Cap Loss (lb in, kg cm) U = F x xk (lb, kg) FK = Faktor keamanan 45
C1 = Koefisien yang dibaca berdasarkan angka P1
P1 =
A1 = Luas dimensi tiang pancang Tabel 2.13 Koefisien C1 Type of head and
Low P1 =
Medium P1 =
High P1
Very High
cap
500 psi (in)
1000 psi (in)
= 500 psi
PI = 2000
(in)
psi (in)
Head for timber
0.05
0.10
0.15
0.20
0.05*
0.10*
0.15*
0.20*
0.07*
0.15*
0.22*
0.30*
0.025
0.05
0.075
0.10
0.04
0.08
0.12
0.16
pile For precast concrete pile Cap on head 3-4 in, packing inside cap 1/2-1
in, mat pad
only on head of precast concrete pile Steel- covered cap, containing wood packing for steel pile or pipe
46
Head of steel pile
0.0
0.0
0.0
0.0
or pipe *these value should be added if wood packing is used inside the head and cap Sumber : Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
c. Akibat Pondasi (Pile Loss)
PL
=
Rumus 2.16
Keterangan : PL = Pile loss (lb in, kg cm) U = F x fk (ib, kg) F = Gaya pondasi (lb, kg) FK = Faktor keamanan C2 = koefisien yang dibaca berdasarkan angka P2
P2
=
A2 = Luas dimensi tiang pancang Tabel 2.14Koefiesien C2
47
Resistanse to
Low 500
Medium
High
Very High
driving P2 for
psi 7500
1000 psi
1500 psi
2000 psi
wood or concrete
psi (in)
15000 psi
22500 psi
30000 psi
(in)
(in)
(in)
P2 for steel Timber
0.004L
0.008L
0.012L
0.016L
Precast concrete
0.002L
0.004L*
0.006L*
0.008L
Sheet steel, pipe or
0.003L
0.006L
0.009L
0.012L
H pile *L is the length from top of pile to center of driving resistance, ft Sumber : Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
d. Akibat Tanah (Soil Loss) SL
=
Rumus 2.17
Keterangan : SL = Soil loss (lb in, kg cm) U = F x fk (lb, kg) F = Gaya Pondasi FK = Faktor Keamanan C3 = Koefisien yang dibaca berdasrkan angka P3 P3
=
A3 = Luas dimensi tiang pancang Tabel 2.15 Koefisien C3 Resistance to
Low PI =
Medium P1
High PI =
Very High
driving Value of
500 psi
= 1000 psi
1500 psi
P1 = 2000
p3
(in)
(in)
(in)
psi (in)
48
For pile of
0.0 – 0.1
0.1 – 0.2
0.1 – 0.3
0.05 – 0.2
constant cross section Sumber : Buku Terbit Alat Berat, Drs. Ir. Afrizal Nursin, 1999
3. Produksi Alat Pancang Energi sisa (US)
= E – IL – CL – PL – SL
SL
=
Q
= B x S x 60 x E
Rumus 2.18
Keterangan : S
= Masuknya pondasi per pukulan
Q
= Produksi pemanancangan per jam
B
= Jumlah pukulan per menit
Hasil perhitungan diatas dapat dijadikan sebagai refrerensi dalam membuat rencana pelaksanaan pemancangan. Pemancangan dihentikan jika sudah mencapai tanah keras, indikasi jika pemancangan sudah mencapai tanah keras adalah palu dari Hammer sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap alat pancang sudah ada ukurannya. 2.10.2
Produktivitas Tenaga Kerja
49
Proses pemancangan yang diamatai pada proyek dengan menggunakan mesin diesel Hammer, Untuk 1 titik yang ingin dipancangkan, membutuhkan tenaga kerja sebagi berikut : 1) 1 orang operator mesin Diesel Hammer 2) 2 orang yang bertugas mengarahkan tiang yang diangkat ke mesin Diesel Hammer 3) 1-2 orang yang bertugas melihat dibawah alat apakah tiang pancang
yang
ingin
dipancang
sesuai
dengan
yang
direncanakan 4) 2 orang surveyor (1 dengan theodolite, 1 dengan garis bantu) 5) 1 orang inspektor dilapangan untuk memantau pekerjaan tersebut. Sumber : Buku Refrensi untuk Kontraktor 2003
BAB III DATA TEKNIS 3.1 Gambaran Umum Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Pusat yang termasuk dalam program 6 koridor ekonomi. Jalan tol ini direncanakan berada di atas permukaan air laut yang berada di teluk Benoa serta berada di dua wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Jalan Tol ini menghubungkan wilayah selatan pulau Bali, secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Kuta Selatan dengan wilayah kecamatan Denpasar Selatan, tepatnya pada kawasan Pelabuhan Benoa. Selain kedua wilayah dimaksud, jalan tol ini dipergunakan untuk kendaraan roda 4 atau lebih dan kendaraan roda 2 (sepeda motor).
50
Proyek pembangunan jalan tol nusa dua – ngurah rai – benoa ini dibagi menjadi dalam empat paket pekerjaan yaitu : Paket 1 : Sta. 0 + 000 s/d Sta 2 + 970 ( main road ), dan persimpangan jalan Ngurah rai. Paket 2 : Sta. 2 + 970 s/d Sta. 5 + 308 ( main road ). Paket 3 : Sta. 5 + 308 s/d Sta. 6 + 090 ( main road ), simpang susun Ngurah Rai, Jalan Akses Ngurah rai Sta 0 + 000 s/d Sta 1 + 597, dan Persimpangan sebidang Jalan Ngurah Rai. Paket 4 : Sta. 6 + 092 s/d Sta. 8 + 122 ( main road ), simpang susun Benoa, Pelebaran Akses Pelabuhan Sta 0 + 000 s/d Sta 1 + 597, dan Persimpangan pesanggaran di Ngurah rai By pass.
3.1.1
Data Umum Proyek Nama Proyek : Proyek Jalan Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Nama Paket : Proyek Jalan Jalan tol Nusa Dua – Ngurah -Rai – Benoa Paket 3 : Sta. 5 + 308 s/d Sta. 6 + 090 ( main road ), simpang susun Ngurah Rai, Jalan Akses Ngurah rai Sta 0 + 000 s/d Sta 1 + 597, dan Persimpangan sebidang Jalan Pemilik
Ngurah Rai. : Konsorium Pemrakarsa Proyek Jalan Jalan tol Nusa Dua Ngurah Rai – Benoa (PT. JASAMARGA BALI TOL)
Lokasi
: Nusa Dua – Ngurah Rai - Benoa, Bali,
Indonesia Sumber Dana : PT. JASAMARGA BALI TOL Waktu Pelaksanaan : 420 (Empat ratus dua puluh) hari kalender
51
Waktu Pemeliharaan : 1195 (Seribu seratus Sembilan puluh lima) hari kalender Jenis Kontrak : Design and Built No. Kontrak : 006/PK-JBT/2012 Nilai Kontrak : Rp. 410.797.970.000.Kontraktor : Hutama - Wika - Adhi JO Konsultan Perencana: PT. Maratama Cipta Mandiri Konsultan Pengawas : PT. Yodya Karya, KSO Quality Control : Politeknik Negeri Bali Tim Proyek : a. Project Manager : Ir. I Nyoman Sujaya b. Deputy Project Manager : M. Yusuf, ST, MT c. Construction Manager :Ir.SugengHadi d. e. f. g.
3.1.2.
Site Operational Manager-1 Site Operational Manager-2 Site engenering Manager-1 Site engenering Manager-2
Siswanto : Ir. I Ketut Sudirtha : Kd. Wahyudi S,ST : Ir. Saimin Satoto : Ir. I Wayan Sugata
Data Teknis Paket 3 A.
B.
C.
Main Road : Panjang Konstruksi = 728,0 m Lebar Konstruksi = 29,6 m Lebar Jalan : Kendaraan Roda Empat = 2 @ 2 x 3,5 m Kendaraan Roda Dua = 2 x 3,0 m Lebar bahu kiri = 2 x 2,5 m Lebar bahu kanan = 2 x 0,5 m Jalan Akses : Panjang Konstruksi = 1.597 m Lebar Konstruksi = 23,4 m Lebar Jalan = 2 x 4,0 m Lebar bahu kiri = 2 x 2,5 m Median Barrier = 0,8 m Simpang susun Ngurah Rai : Panjang Konstruksi = 1.588 m Lebar Konstruksi = 8,0 m Lebar Jalan = 4,0 m
52
D.
E.
3.1.3
Lebar bahu kiri = 2,5 m Simpang Susun Benoa : Panjang Konstruksi = 1.206 m Lebar Konstruksi = 8,0 m Lebar Jalan = 4,0 m Lebar bahu kiri = 2,5 m Struktur Badan Jalan : Piled Slab Full Slab PC I Girder
Pihak – Pihak Yang Berperan Didalam Paket 3 : 1.
Pemilik Proyek Pemilik proyek adalah pihak yang memiliki dan
menguasai proyek. Pada proyek Pembangunan Jalan Tol Jalan Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa (paket 3). Pemilik proyek adalah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Adapun tugas dan wewenang pemilik proyek antara lain: a.
Memberikan informasi, bantuan dan kerjasama yang diperlukan kontraktor sepanjang batas
b.
kewenangan dan kewajiban pemilik. Memberikan semua instruksi kepada kontraktor
c.
melalui konsultan pengawas. Dapat memberhentikan sebagian atau seluruh pekerjaan apabila kontraktor tidak memberikan hasil pekerjaan yang sempurnadan melanggar
d.
ketentuan. Menentukan keputusan akhir yang mengikat
e.
mengenai proyek. Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan
f.
surat perjanjian dengan kontraktor. Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada pihak kontraktor.
53
2.
Konsultan Perencana Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh
pemberi tugas untuk bertindak selaku perencana pekerjaan struktur,
arsitektur,
mekanikal,
elektrikal,
interior
dan
landscape dalam batas-batas yang telah ditentukan baik teknis maupun administratif, yaitu PT. PT. Maratama Cipta Mandiri. Konsultan Perencana berfungsi melaksanakan pengadaan dokumen perencanaan, dokumen lelang, dokumen untuk
pelaksanaan
konstruksi,
memberikan
penjelasan
pekerjaan pada waktu pelelangan, dan memberikan penjelasan serta saran penyelesaian terhadap persoalan perencanaan yang timbul selama tahap konstruksi. Konsultan Perencana mulai bertugas sejak tahap perencanaan sampai dengan waktu serah terima pekerjaan oleh Kontraktor. Adapun tugas dan tanggung jawab konsultan perencana antara lain : a.
Melakukan
perencanaan
struktural
atas
permintaan pemilik proyek secara keseluruhan sesuai dengan ide, batas-batas teknis dan b.
administrasi. Menentukan standar dan peraturan struktur yang sesuai dengan perencanaan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan
serta
menentukan
spesifikasi teknis (persyaratan material dan c.
peralatan, serta metode kerja yang digunakan). Memberikan penjelasan secara detail, baik kepada
pemilik
proyek
maupun
kepada
kontraktor atas segala sesuatu yang dianggap kurang jelas, meragukan atau yang dapat menimbulkan masalah tertentu, khususnya yang
54
menyangkut perencanaan demi kelancaran dan d.
kelangsungan proyek. Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan struktural yang dibuat, perhitungan konstruksi maupun Rencana Anggaran Biaya (RAB).
3.
Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah pihak yang bersifat
perorangan, beberapa orang, badan hukum atau instansi yang diberi kekuasaan penuh oleh pemberi tugas untuk mengawasi, mengontrol, dan mengatur pelaksanaan pekerjaan agar dapat tercapai hasil kerja sebaik-baiknya sesuai dengan persyaratan yang ada dalam hal ini PT. Yodya Karya, KSO yang bertindak sebagai pengawas. Tugas dan kewajiban konsultan pengawas di lapangan harus merinci kegiatan sesuai dengan bagian pekerjaan yaitu : a. Pekerjaan Persiapan Mengecek dan selanjutnya diteruskan ke pihak ketua panitia untuk disetujui mengenai waktu pelaksanaan (Time Schedulle) yang diajukan b.
oleh pihak kontraktor/pemborong. Pekerjaan Teknis 1. Melaksanakan pengawasan
umum,
pengawasan lapangan, koordinasi dan infeksi
kegiatan
pembangunan
agar
pelaksanaan teknis maupun administrasi teknis yang dilakukan dapat diawasi secara terus menerus sampai pekerjaan 2.
diserah terimakan. Mengawasi kebenaran ukuran, kwalitas dan kwantitas dari bahan atau komponen
55
bangunan, peralatan dan perlengkapan selama 3.
pekerjaan
pelaksanaan
di
lapangan. Mengawasi kemajuan pekerjaan dan mengambil tindakan yang cepat dan tepat agar waktu pekerjaan sesuai dengan
4.
rencana yang telah dibuat. Memberikan petunjuk,
perintah,
penambahan dan pengurangan pekerjaan sejauh tidak mengurangi dan menambah biaya dan waktu serta tidak menyimpang dari kontrak dan harus menyampaikan 5.
laporan kepada pemilik proyek. Mengadakan kerja sama yang baik dengan pemberi tugas, pemborong dan pihak-pihak
lain
yang
berhubungan
dengan pekerjaan.
4.
Kontrakror Pelaksana Kontraktor Pelaksana adalah pihak yang di tunjuk
berdasarkan
pelelangan
pembangunan
proyek
terbatas
sesuai
untuk
rencana,
melakukan
perhitungan
dan
persyaratan yang telah dibuat oleh konsultan perencana. Kontraktor Pelaksana melaksanakan semua pekerjaan yang telah diberikan kepadanya sesuai dengan kesepakatan dengan pemilik proyek. Tugas dari kontraktor pelaksana, dalam hal ini adalah PT. Hutama karya – wika – adhi Jo yaitu melaksanakan pekerjaan kontruksi di lapangan. 3.1.4. Lokasi Proyek 56
Proyek jalan tol dan underpass ini menghubungkan Nusa Dua, Simpang Dewa Ruci, Bandara Ngurah Rai dan Benoa, Denpasar. Bertempat di sebelah selatan laut Bali. Adapun gambaran lokasi proyek adalah sebagai berikut.
Gambar 3.1 Lokasi Proyek Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
57
3.1.5. Gambar Rencana Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Pusat yang termasuk dalam program 6 koridor ekonomi. Jalan tol ini direncanakan berada di atas permukaan air laut yang berada di teluk Benoa serta berada di dua wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Gambar 3.2 Rute Rencana Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
3.1.6 Organisasi Proyek
58
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Proyek
3.2.1
Denah Titik Pancang
59
Sektor PB Bundaran Simpang Kanan Sebidang
PB Sektor Bundaran Simpang Kiri Sebidang
60
Acces Road Pa1
Acces Road Pa2-3
61
Acces Road Pa3-4
Acces Road Pa 4
62
Acces Road Pa 5
Acces Road Pa 6
63
Acces Road Pa 7
Acces Road Pa 8
64
Acces Road Pa 9
Acces Road Pa 10
65
Acces Road Pa 11
Acces Road Pa 12
66
Main Road Pm 1a – 1i dan Pm 2 8c – 7f
Main Road Pm2a – 2i dan Pm2 7a – 6f
67
SEKTOR Main Road – Main Road Run
68
3.2.2 Data Standar Tiang Pancang Tiang pancang yang dipakai pada proyek Jalan Tol Nusa DuanNgurah Rai-Benoa . (Paket 3) adalah tiang pancang bundar dengan ada rongga didalamnya , berikut kelengkapan spesifikasi tiang pancang pada proyek ini : A. B.
Diameter Tiang Pancang Precast : 60 cm Bahan Yang Digunakan: Beton prategang
yang
mmenggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai C.
gaya prategangnya, dengan mutu beton K-600 Mampu Menahan Beban Rencana : 120 ton/tiang
D.
Jumlah Bahan Tiang Pancang
:
4000
tiang
(belum termasuk pengurangan Jika terjadi kegagalan dalam pemancangan) E.
Panjang Tiang Pancang : Bottom : 9m Middle : 12m Upper
F.Jumlah Titik Pemancangan
: 10m
: 3791
G.
Jenis Tanah
: Tanah Lunak
H.
Penyediaan Material Tiang Pancang :
PT.
Wijaya
Karya Beton Surabaya I.
Alamat
:
Jl.
Rungkut
Industri Raya 10 Wisma SIER Lt 5 Surabaya
3.2.2.1 Karakteristik Struktur 69
Nama
Diameter
Class
Concrete
Unit
Banding
Banding
Allowable
Cross
Weight
Moment
Moment
Axial Laod
Section
(Kg/m)
Crack
Ultimate
(Ton)
393
(Ton.m) 17.00
(Ton.m) 25.50
252.70
Bottom
600
A1
(cm²) 1159
Middle
600
A2
1159
393
19.00
28.50
249.00
Upper
600
A3
1159
393
22.00
33.00
243.20
3.2.3
Schedule Pekerjaan Pada suatu proyek untuk ukuran kemampuan pekerjaan biasanya
digambarkan dengan bar chart, ini dapat mengukur kemajuan pekerjaan dan penggunaan sumber daya pada setiap satuan waktu. Dalam setiap proyek dibutuhkan schedule pekerjaan yang bias menjadi alat pengendali Dalam penyusunan schedule pekerjaan perlu diperhatikan hari atau waktu dimana pekerjaan sama sekali tidak dapat dilakukan adapun dapat dilakukan tidak dapat mencapai produktivitasnya yang diharapkan. Schedule pekerjaan ini digunakan sebagai pedoman utama pelaksanaan pekerjaan, sehingga bila terjadi hambatan-hambatan dalam proyek dapat diantisipasi tindakan pengendaliannya.
Hambatan tersebut bisa didapat dari berbagai faktor, salah satunya adalah faktor internal. Yaitu faktor akibat perubahan rencana kerja
70
adanya penambahan item pekerjaan, dan juga kesiapan dari para personil. Selain itu faktor eksternal juga merupakan faktor penghambat diantaranya cuaca. Faktor cuaca memang peran penting dan sangat mempengaruhi keadaan tanah yang stabil. Bila hujan otomatis proyek dihentikan. Waktu pelaksanaan tiang pancang keseluruhan : 204 hari (29 minggu). Dari tanggal mulai 15 Mei – 5 Desember.
3.2.4
Progress Pemancangan Dari Bulan Ke 1 – Selesai
Bulan ke 1 mobilisasi alat dan persiapan di lapangan
1. Progress bulan ke-2 : Awal mula pemancangan dilakukan dilaut tengah, kegiatan pemancangan dari
71
group 1 – group 4 dilakukan sebanyak 50 titik untuk masing masing group
2. Progress bulan ke-3 : Group 1 - group 4 melakukan kegiatan pemancangan secara berbarengan,dengan mentargetkan jumlah titik pemancangan yang berbedabeda disusul dengan group 5 yang akan memulai pemancangan dari akses bundaran hingga Main Road.
3.
Progress bulan ke-4 : Pelaksanaan pekerjaan di group 1 sebanyak 200 titik dari Main Road hingga sisi Nusa 72
Dua, dan pada group 2 sebanyak 100 titik dari Main road hingga sisi pelabuhan, sedangkan group pemancangan yang lainnya tetap di jalur Akes road dengan jumlah titik yang berbeda-beda.
4. Progress bulan ke-5 : Di bulan ke 5 kegiatan pemancangan yang sudah selesai lalu langsung dikuti dengan kegiatan pile cap, pile slab, pilar jembatan, dan full slab.
73
5. Progress bulan ke-6 : Pada bulan ke-6 diharapkan pelaksanaan pemancangan terus meningkat sesuai dengan schedule yang ada.
6. Progress bulan ke-7 : Pada bulan ke-7 diharapkan pelaksanaan pemancangan terus meningkat sesuai dengan schedule yang ada.
74
7. Progress bulan ke-8 : Pada bulan ke-8 diharapkan pelaksanaan pemancangan terus meningkat sesuai dengan schedule yang ada.
8. Progress bulan ke-9/bulan terakhir : Pada bulan ke-9 diharapkan pelaksanaan pemancangan terus meningkat sesuai dengan schedule yang ada.
75
Jumlah keseluruhan titik pemancangan pada paket 3 ini sebagai berikut : NO
URAIAN 1 Bundaran
116
2 Akses Road
1,757
3 Main Road
880
4 Jalur Motor 1
108
5 Jalur Motor 2
134
6 Jalur Motor 3
142
7 Ramp 1
135
8 Ramp 2
136
9 Ramp 3
124
10 Ramp 4
120
11 Loop
139
TOTAL
3.3
VOLUME titik
3,791
Spesifikasi Alat (Pekerjaan Pengurugan) 76
1. Tabel Spesifikasi Dump Truck
2. Tabel Spesifikasi Excavator
77
3.
Tabel Spesifikasi Bulldozer
78
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1 Lingkup Pembahasan
79
Dalam penulisan ini, akan dibahas mengenai Proses Pelaksanaan Pemancangan pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa di Bali. Namun sebelumnya perlu diketahui bahwa adanya perubahan metode pelaksanaan pekerjaan Pemancangan di proyek ini, yang semula proyek ini akan melakukan pekerjaan pemancangan di laut semua. Tetapi akibat pasang surut air laut yang tidak menentu membuat pelaksanaan pekerjaan terganggu dan akhirnya metode pekerjaan berubah yaitu memakai sebagian titik pemancangan di darat. Pada bab ini akan dibahas mengenai jumlah kebutuhan bahan, peralatan, kebutuhan tenaga kerja, waktu yang diperlukan, serta urutan pelaksanaan dimulai dari persiapan sampai pelaksanaan pemancangan. 4.2 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan untuk menunjang pelaksanaan proyek, agar produktivitas dan efektivitas kerja tercapai. Pada tahap persiapan ini pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan sebelum pekerjaan struktur lantai atap dilaksanakan. Tanpa pekerjaan persiapan, pekerjaan pemancangan akan mengalami kesulitan untuk mencapai target waktu yang telah direncanakan. Pekerjaan persiapan ini meliputi :
Site Layout Proyek/instalasi lapangan. Penempatan Peralatan. Pekerjaan pengukuran/surveying.
4.2.1 Instalasi lapangan Diartikan sebagai perencanaan dan pengorganisasian dari luas lahan yang ada dalam konstruksi yang bersifat sementara. Bila dilihat dari kondisi lapangan dan lalu lintas yang ada, instanlasi lapangan dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan tempat dengan peralatan dan bahan
80
yang digunakan sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah fasilitas yang terdapat di lingkungan proyek dalam menunjang pelaksanaan setiap pekerjaan di lapangan, yaitu : pintu proyek, papan nama proyek, direksi keet, barak pekerja, gudang alat, gudang material, los kerj besi dan tempat stock besi, tempat stock kayu, gudang scaffolding, tower crane, pos jaga, warung pekerja / kantin, MCK pekerjaan dan karyawan / tamu, area parkir kendaraan karyawan dan tamu, area parkir kendaraan alat angkut serta jalan kerja. 4.2.2 Pengukuran Proyek Pekerjaan ini bertujuan untuk menentukan batas, memperkirakan lokasi bangunan sementara untuk sebagai pendukung pelaksanaan proyek dan pengaturan system lalu lintas di area proyek. 4.3 Pengukuran Penentuan Titik Pancang Pekerjaan pengukuran merupakan awal dari pelaksanaan konstruksi. Pekerjaan pengukuran yang dilakukan ialah memindahkan ukuran dari gambar ke lapangan. Tujuan dari pekerjaan ini ialah mendapatkan titik-titik pemancangan, pekerjaan pengukuran juga digunakan untuk menentukan lokasi dan denah yang kemudian disesuaikan dengan gambar.
1.
Pekerjaaan Pemasangan Patok Beton (BM) Patok beton (BM) dipasang untuk digunakan sebagai titik kontrol horisontal (X, Y) dan vertikal (Z). Patok BM dengan ukuran 30 x 30 x 100 cm dibuat dari cor-coran beton ditanam
81
sedalam 80 cm. BM dicat warna biru, diberi kode GPS dan nomor urut pada marmer. Pada BM ini dilakukan pengukuran posisi dengan metode Global Positioning System (GPS), dipasang pada tempat strategis yang mengcover untuk seluruh paket. Patok BM dipasang berpasangan. Jumlah BM GPS yang dipasang sebanyak 8 buah untuk seluruh paket. 2.
Titik Refrensi Dalam menentukan titik referensi pengukuran dilakukan secara bersamaan antar paket di proyek tol ini, sedemikian sehingga antar paket mempunyai sistem referensi yang sama. Sistem koordinat yang dipakai adalah sistem koordinat nasional yaitu sistem koordinat UTM (Universal Travers Mercartor).
a.
Referensi Titik Kontrol Horisontal Penentuan titik kontrol horisontal dilakukan dengan menggunakan
metode Global Positioning System (GPS). Sebagai titik referensi untuk pengukuran GPS menggunakan titik GPS yang dibuat oleh Bakosurtanal yaitu nomor BNOA. Agar titik kontrol horisontal ini mempunyai sistem koordinat yang sama dengan paket lain, maka dalam pengukuran GPS nya harus menggunakan titik referensi/ titik ikat yang sama dan diikatkan dengan titik GPS paket lain. Koordinat titik kontrol horisontal dan elevasi yang digunakan secara bersamaan antara paket I, II, III dan IV, bisa dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Koordinat BM yang digunakan sebagai titik referinsi
82
NO. BM GPS-BNO
TTG-1614
Koordinat UTM X Y 303.089,906 9.033.082,651
-
-
Elevasi (m) -
8,111
Keterangan Referensi Titik kontrol horisontal Referensi Titik kontrol vertikal
b.
Referensi Titik Kontrol Vertikal Seperti halnya referensi titik kontrol horisontal, titik kontrol vertikal
juga harus merupakan satu sistem dengan paket lain. Sebagai referensi titik kontrol vertikal yang digunakan TTG 1614 yang dibuat oleh Bakosurtanal. Elevasi titik kontrol vertikal yang ddigunakan secara bersamaan bisa dilihat pada Tabel 2.1 diatas. Pengukuran situasi yang dimaksud adalah pengukuran untuk mendapatkan posisi dan elevasi setiap titik detil dalam koridor rencana jalan tol. Ada dua jenis pengukuran situasi, yaitu pengukuran situasi di darat dan di laut.
Secara umum pelaksanaan pengukuran metoda pengamatan satelit GPS adalah sebagai berikut : 1.
Pasang dan atur antene GPS diatas BM yang akan ditentukan koordinatnya, diatas statip nya.
2.
Ukur tinggi antena GPS terhadap tanda silang BM
83
3.
Pengamatan satelit GPS dilaksanakan dengan metoda ‘penentuan posisi relatif’ sedemikian rupa sehingga diperoleh data baseline DX, DY, DZ
4.
Waktu pengamatan disetiap titik ukur dilakukan selama 90 menit, untuk 3 alat secara simultan, dengan mengambil hasil tiga non trivial baseline dan minimal menggunakan 6 satelit.
5.
Elevation mask, dilakukan tidak kurang dari 15 derajat diatas horizon
6.
Data “Carier Phase” direkam secara otomatik dengan interval 15 detik setiap epochnya
7.
Tinggi antena terhadap titik pusat BM diukur sebelum dan sesudah pengamatan, dengan perbedaan pengukuran tidak lebih dari 2mm. Demikian juga ketelitian pengukuran tinggi antena dari ketiga posisi pada piringan antena terhadap titik pusat BM, tidak lebih dari 2 mm.
8.
Setelah pengamatan disetiap stasiun selesai, data rekaman dipindahkan pada disket, diberi label, dibuat dua copy untuk proses dilapangan. 3.
Pengolahan Data GPS Pelaksanaan
pengolahan
data
GPS
diperlukan
sistem
pengelolaan dan penamaan ‘raw-data’ tertentu baik untuk media perekamannya sendiri maupun penomoran titik yang diobservasi.
84
Penomoran
stasiun
pengamatan
disesuaikan
dengan
memperhatikan ketentuan yang telah ditetapkan. Penomoran ini dibuat saat dilakukan penghitungan menggunakan computer. Tujuannya adalah untuk mempermudah pencarian kembali jika diperlukan. Ketentuan pengelolaan tersebut adalah : XXXX
XXXX
XX Nomor Session Nomor Julian Day Nomor Station
Keterangan : Nomor Station
: Nomor ini dikodekan tersendiri sesuai dengandesain jaringan, jadi tidak sama untuk BM yang disurvey dari satu lokasi proyek dengan proyek lainnya. Diambil 4 digit dari belakang
Nomor Julian
: Nomor ini menyatakan urutan “hari ke” dihitung dari 1day Januari 2008 waktu UTC. Nomor ini penting untuk mencari titik yang diobservasikan dalam waktu yang sama dalam pemrosessan.
Nomor Session : Nomor ini menyatakan urutan berdiri dalam session kesekian. 1.
Pengolahan Data GPS
85
Setelah tahap pengukuran dilaksanakan, selanjutnya adalah tahap pengolahan data untuk mendapatkan koordinat titik-titik dalam jaringan. Proses pengolahan data survey GPS secara umum dapat diilustrasikan sebagai berikut PENGUKURAN BASE LINE PENGUKURAN BASE LINE
PENGOLAHAN BASE PENGOLAHAN BASE LINE LINE NO
YES PERATAAN JARINGAN PERATAAN JARINGAN
YES
NO
TRANSFORMASI KOORDINAT TRANSFORMASI KOORDINAT Gambar 2.5. Diagram Alir Pengolahan Data GPS
2.
Pembuatan Direktori Pembuatan direktori proyek merupakan tahap awal dari proses
pengolahan baseline. Untuk pengolahan baseline pada pekerjaan ini, kami membuat direktori pada computer dengan nama ‘Tol Benoa Bali’. 3.
Proses Download Data Kegiatan proses download data, merupakan proses pemindahan
data-data pengamatan GPS dari receiver GPS kekomputer. Data yang 86
ada pada hard disk tersebut masih berupa data acak ( raw data) dari setiap sesi pengamatan, dimana file file data tersebut telah berekstension sebagai berikut :
4.
*.dat
: File data pengamatan beda fase
*.ion
: File data keterangan konstanta ionosfir
*.mes
: File data keterangan session pengamatan
*.eph
: File data ephemeris setiap pengamatan
Pemilihan Baseline Pemilihan baseline yang akan diproses disesuaikan dengan
desain jaringan yang telah ditetapkan dan dibuat pada tahap perencanaan survei. Dilakukan proses pemilihan baseline menurut ketentuan sebagai berikut : 1.
Baseline trivial yang diproses, sehingga jika ada “n” buah receiver yang digunakan pada suatu sesi pengamatan tertentu, maka akan diproses “(n-1)” baseline non trivial.
2.
Dalam suatu jaringan, pengolahan baseline dimulai dari titik tetap yang telah diketahui koordinat nya, yaitu titik jaring kontrol horisontal Bakosurtanal.
3.
Pengolahan baseline dilakukan secara sistematik dan berantai dimulai dari titik kontrol.
5.
Pemilihan Statiun Refrensi Pada pengolahan suatu baseline, pada dasarnya merupakan realisasi dari penentuan posisi secara differential, satu titik ujung baseline harus bertindak selaku stasiun referensi yang koordinatnya sudah diketahui, sedangkan ujung yang lainnya diasumsikan sebagai stasiun yang akan ditentukan koordinatnya ( remote station ). Dalam
87
pengolahan jaringan, ada dua hal yang kami perhatikan didalam proses pemilihan station referensi. Yaitu : 1.
Station referensi untuk base line pertama adalah titik kontrol GPS yang telah ada yaitu BNOA
2.
Station referensi untuk baseline berikutnya adalah station yang koordinat nya telah ditentukan dari pengolahan baseline sebelumnya.
6.
Pengolahan Baseline Pada prinsipnya pengolahan baseline dimaksudkan untuk
menghitung vektor baseline antara dua titik pengamatan. Diagram alir dari pengolahan data suatu baseline GPS, secara umum dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 4.1 Diagram Alir Perhitungan Koordinat Titik-titik Jaringan GPS
88
Untuk mendapatkan nilai vektor baseline yang baik, maka dilakukan beberapa kali pengulangan proses hitungan (iterasi). Hal ini dimaksudkan dalam rangka mengoptimumkan penggunaan pilihanpilihan (option) perangkat lunak pengolahan baseline Trimble Geomatics Office (TGO) yang digunakan. Selain itu pengulangan proses reduksi baseline dilakukan dalam rangka memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan dalam spesifikasi teknik, seperti : a. Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi baseline harus tidak lebih dari 10 meter. b. Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk semua pengamatan. Dalam hal ini model koreksi troposfer baseline yang dipakai adalah model ‘Hopfield’ c. Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi ionosfer untuk semua pengamatan. Dalam hal ini koreksi ionosfer yang dipakai adalah model ‘Klobuchar’, hal ini disesuaikan dengan pengamatan nya yaitu model “single frekwensi dari tipe receiver yang dipakai. d. Bias double-difference yang harus dipecahkan dari seluruh baseline yang lebih pendek dari 8 km. Hal ini mengetaahui sukses atau tidaknya resolusi ambiguitas fase yang dihasilkan, dimana hasil final yang secara optimal diharapkan harus mencapai kategori “double-difference Fix”. Dimana dari hasil double-difference fix ini akan menghasilkan vektor baseline yang nilai cycle ambiguity nya merupakan bilangan bulat (ambiguity-fixed solution) e. Secara ilustratif, tahapan perhitungan suatu (vektor) baseline untuk pengukuran statik yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut : 89
PROSESAWAL AWAL PROSES
Penetapan/penentuan Penetapan/penentuan koordinatdari dari koordinat satutitik titikujung ujungbaseline baseline satu untuk untuk Penentuanposisi posisisecara secara Penentuan berfungsisebagai sebagaititik titik diferential berfungsi diferential tetap(monitor (monitorstation) station) tetap (menggunakan triple(menggunakan triplePendeteksian dan Pendeteksian dan difference fase) difference fase) pengkoreksian Cycle pengkoreksian Cycle slips slips Penggunaan posisi Penggunaan posisi secaradifferential differential secara (menggunakandoubledouble(menggunakan difference fase) Penentuan posisi secara difference fase) Penentuan posisi secara differential differential (menggunakandoubledouble(menggunakan differencefase, fase, difference Penentuan ambiguitas Penentuan ambiguitas ambiguity fixed) ambiguity fixed) fase fase (searchingdan danfixing) fixing) (searching Solusifinal finaldari dari Solusi
90
Gambar 4.2 Diagram Alir Perhitungan Vektor Baseline
Pada pengolahan baseline dilakukan secara beranting satu persatu (single baseline) dari baseline yang satu ke baseline yang lainnnya, dimulai dari suatu titik tetap yang telah diketahui koordinatnya, sehingga membentuk suatu jaringan tertutup. 7.
Perataan Jaringan Setelah semua baseline selesai dihitung, pada tahapan
selanjutnya
baseline-baseline
yang
dihitung
sendiri-sendiri,
digabungkan untuk diproses dalam suatu perataan jaringan untuk mendapatkan nilai koordinat final titik-titik dalam jaringan. Pada proses hitungan ini digunakan metoda hitungan perataan jaring. Dari hasil pengukuran titik kontrol horisontal dengan metoda survey GPS pada proyek Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, dapat disimpulkan bahwa pemilihan titik BNOA sebagai titik ikat pengukuran didasarkan pada ketersediaan titik disekitar lokasi pekerjaan.
91
Pengukuran
dengan
metoda
pengamatan
GPS
tersebut
memberikan nilai perambatan kesalahan titik (error N dan error E) dalam ketelitian mm, yaitu interval fraksi 4mm sampai 14 mm. Daftar koordinat definitif hasil pengukuran dengan menggunakan metode GPS bisa dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 4.2 Daftar Koordinat Hasil Pengukuran dengan Metode GPS No. BM
Koordinat UTM
Geografis Lintang (LS) Bujur (BT)
Skala Faktor
Konvergensi
X 303,244.
Y 9,034,006.0
GPS-1
070 300,118.
49 9,032,729.5
8°44'05.11"
115°12'41.30"
1.0001
-0°16'18.09"
GPS-3
000 299,756.
47 9,031,618.6
8°44'46.17"
115°10'58.83"
1.0001
-0°16'34.96"
GPS-5
117 303,408.
57 9,027,833.80
8°45'22.27"
115°10'46.82"
1.0001
-0°16'37.92" -0°16'23.63"
GPS-8
186
1
8°47'26.02"
115°12'45.71"
1.0001
Pengukuran titik GPS 2, GPS 4, GPS 6 dan GPS 7 menggunakan alat GPS RTK. 4.4 Mobilisasi Alat Mobilisasi alat adalah memindahkan alat dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk keperluan operasional. Jalan sementara dapat dibuat sebagai akses pendukung mobilisasi alat ke lapangan.
92
Penentuan penempatan alat pancang harus dipindahkan kedalam lokasi setelah tiang pancang tersedia. Hal ini berpengaruh pada segi waktu dan biaya yang dikeluarkan, diusahakan agar alat pancang dapat langsung digunakan setelah sampai lokasi karena semakin lama alat berada dilokasi baik dalam keadaan beroperasi atau tidak perusahaan harus tetap membayar sewa alat dan operator.
Gambar 4.3 Penempatan Alat yang tidak jauh dengan Tiang Pancang 4.5 Mobilisasi Bahan Dalam mendatangkan bahan yang akan digunakan pada pelaksanaan, kontraktor harus memastikan bahwa alat dan personil yang akan digunakan sudah siap dilokasi pekerjaan. Agar pada saat alat dan bahan akan digunakan tidak mengalami masalah seperti ada alat yang tidak berfungsi/rusak
maupun
kekurangan
bahan
yang
mengakibatkan
pelaksanaan tertunda, Berikut ini kami akan menjelaskan mobilisasi tiang pancang dari PT. Wika Beton Surabaya. Pada data status pengadaan tiang pancang ini kami hanya mendapat kan data dari Wika Beton saja untuk Adhimix precast dan PPI
tidak
mendapatkan datanya, Adhimix Precast dan PPI adalah termasuk perusahaan pengadaan tiang pancang di proyek ini. 93
Untuk pengadaan tiang pancang Wika Beton yang berlokasi di surabaya mobilisasi bahan dilakukan melalui jalaur darat dan laut, di kirim melalui Pabrik Wika Beton – Pelabuhan Tj Perak surabaya – pel Tj benoa. Tiang pancang ini didatangkan dari Wika Beton Surabaya. Pengangkutan tiang pancang melalui jalur laut dengan menggunakan kapal. Kapal berangkat dari pelabuhan tanjung Perak Surabaya melewati laut Jawa dan laut Bali menuju pelabuhan tanjung Benoa, kemudian material di supply ke ponton logistik di area kerja. Kapasitas produksi tiang pancang 41 m/hari, waktu pengadaan 210 hari, kapasitas supply per hari 572 m. Proses supply. Flowcart perjalanan suplly tiang pancang Kegiatan 1 : a)
Loading di pabrik Loading di pabrik wika beton tiang pancang disiapkan sesuai dengan pemesanan dan tiang yang telah mencapai umur rencana yaitu 7 hari di kirim kelokasi proyek.
b)
Delevery via truck trailer Dari pabrik wika beton surabaya tiang pancang di bawa menuju
pelabuhan
tanjung
perak
menggunakan truk trailer dan memakan
surabaya
dengan
waktu perjalanan
selama 4 jam. Diketahui : Kapasitas truk trailer :
50 ton
Berat tiang
7,5 ton
:
94
Umur rencana
:
7 hari
Vol pekerjaan
:
3642 btg
Produksi /hari
:
28 btg
Analisis Pehitungan : 50 / 7,5
=
7 tiang pancang
28 . 7
=
196 / minggu
196 / 7
=
28 trailer
Jadi 1 truk trailer dengan kapasitas 50 ton mampu mengangkut 7 tiang pancang , dan di dapat jumlah trailer 28 unit untuk pengangkutan bahan per- minggu dengan kapasitas produksi per hari 28 btg semua tipe tiang.
Gambar 4.4 Perletakan tiang pancang di truck trailer
95
Gambar 4.5 Penurunan tiang pancang dari truck trailer dengan menggunakan crane
Gambar 4.6 Lokasi Penempatan Tiang Pancang di jalur Darat c)
Delevery via ponton, kapal service Setelah truk service yang mengangkut tiang pancang dari pabrik wikabeton surabaya sampai di pelabuhan tanjung perak surabaya kemudian tiang pancang di pindahkan ke ponton kapal service dan dibawa melalui jalur laut ke tanjung benoa perjalanan memakan waktu selalam 5 hari.
Kegiatan 2 :
96
a)
Delevery via ponton kapasitas 3000 ton Setelah tiang pancang sampai di pelabuhan tj benoa kemudian tiang pancang di pindahkan ke ponton logistic untuk diantar
b)
menuju ponton pancang yang telah disiapkan di areal proyek Unloading ke ponton logistik Pada saat pelaksanaan logistic ke lokasi pemancangan setiap pancang di letakan di lokasi yang dekat agar memudah kan dalam pelaksanaan pemancangan, bila pemancangan didarat maka tiang pancang di letakan dekat dengan posisi alat pancang darat, dan bila pemancangan laut maka tiang pancang di letakan pada ponton pancang untuk memudah kan pemancangan di laut. Penggunaaan ponton service digunakan ketika pontong pancang yang berukuran lebih besar tidak bisa masuk ke perairan yang sedang pasang surut ponton service ini berkuran lebih kecil dari pada ponton pancang.
Gambar 4.7 Perletakan tiang pancang di atas ponton service Kegiatan 3 : a) Kapal ponton balik ke surabaya Kapal ponton kembali ke pelabuhan tanjung perak surabaya melalui pelabuhan tanjung benoa untuk kembali membawa tiang pancang yang
97
telah ready di antar ke lokasi proyek. Kembali ke kegiatan 1 sampai selesai.
Tabel 4.3 Status Pengadaan Tiang Pancang Pengadaaan
Sudah
On Site
Produksi rata-
Produksi Bottom
1.843 Batang
Permasalahan
rata per hari 1.806 batang
16 batang/hari
Kecepatan angkutan dengan jumlah ekspedisi yang banyak, tidak diimbangi
Middle
1.799 batang
1.732 batang
12. batang/hari
Oleh produksi sehingga persediaan material di pabrik sering kosong
Sumber
: Data Monotoring Pabrikasi Wika Beton untuk Proyek Tol Bali 4.6 Pelaksanaan Pekerjaan Pemancangan Di Darat Sehubungan dengan kondisi pasang surut air laut yang tidak tentu/ sulit ditebak di bagian daerah Teluk Benoa, sehingga sangat menyulitkan dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan di laut yang semula seluruhnya direncanakan menggunakan metode ponton, dan akhirnya metode pekerjaan dibagi menjadi dua, salah satunya adalah metode pemancangan didarat yang sengaja dibuat / ditimbun. 98
4.6.1 Pekerjaan Penimbunan Tanah Maksud dari pekerjaan penimbunan ini dilakukan karena lokasi pekerjaan tidak memungkinkan untuk ponton pancang memasuki area dan distribusi material atau logistik karena kedalaman air lebih dangkal dari pada Draft Ponton. Sehingga lokasi pekerjaan ditimbun selama construction period dan akan di gali dan dinormalisasi kembali jika akses kerja sudah tidak digunakan lagi.Material Timbunan menggunakan tanah jenis limestone karena ekosistem yang ada dan pantainya merupakan pantai dengan jenis batu karang yang sama.
Gambar 4.8 Ilustrasi Penimbunan Tanah
99
Gambar 4.9 Pekerjaan Penimbunan Tanah 4.6.1.1 Analisis Pekerjaan Penimbunan Tanah Pekerjaan penimbunan tanah yang kami analisis adalah dengan mengihitung volume pekerjaan tanah yang memiliki ukuran Panjang Lahan : 77,820 m, Lebar Lahan : 39,6 m dan Kedalaman tanah yang akan ditimbun sebesar 0,5 m , data tersebut kami ambil 1 contoh segmen dari Pa1- Pa2. Pekerjaan penimbunan tanah memakai 3 jenis alat berat, yaitu Dump Truck, Excavator dan Bulldozer. 1.
Dump truck Kapasitas truck ( c ) Kecepatan pergi Kecepatan kembali max Jarak angkut Kapasitas bucket (q1) Faktor bucket (k) Faktor muat (Fm) Swell ( batu kapur ) Kapasitas riil truck ( c ) Jumlah siklus pengisian (n) cms ( backhoe ) Waktu mengisi
2.
Waktu siklus truck Waktu mengisi Waktu angkut Waktu buang Waktu kembali
= 15,5 m3 ( spesifikasi alat) = 35 km/jam = 50 km/jam = 20 km = 0,8 m3 (spesifikasi alat) = 0,8 (Tabel 2.6 ) = 0,63 (Tabel 2.11 ) = 60% (Tabel 2.11) = Ct x Fm = 15,5 x 0,63 = 9,765 m3 = C/(q1 x k) = 9,765 / ( 0,8 x 0,8 ) = 15,26 ≈ 16 = Cmt x fk = 16 x 1,5 = 24 detik ≈ 0,4 menit = n x cms ( backhoe ) = 16 x 0,4 = 6,4 menit = 6,4 menit = ( 20.000 / 35.000) x 60 = 34 menit = 1,2 menit = (20.000 / 50.000 ) x 60 = 24 menit 100
Waktu tunggu & tunda Total waktu ( cm ) Effesiensi kerja ( E ) Produksi truck (Q)
3.
= 0,3 menit = 66,3 menit = 0,75 = C x ( 60 / cm) x E = 9,765 x ( 60/66,3) x 0,75 = 6,63 m³ Jumlah truck ( M ) = CM / (n x cms) = 66,3 / (16 x 0,4) = 10,35 ≈ 11 unit Rumus 2.11 Excavator komatsu type PC 200-6 Data yang diketahui : Volume tanah : 1540,82 m3 Kondisi penumpahan : normal Kapasitas bucket (q1) : 0,8 m3 Effesiensi kerja (E) : 0,75 Faktor bucket (K) : 0,8 (Rather difficult) Sudut swing : 90 0
a)
Produktivitas per siklus (q)
= q1 x k = 0,8 x 0,8 = 0,64 m3
Cm Cmt Fk
b)
c)
= Cmt x Fk = 16 detik ( tabel ) = 1,5 = 16 x 1,5 = 24 detik Q (produktivitas) = Q x (3600/Cm) x E = 0,64 x ( 3600 / 24) x 0,75 = 72 m3/jam
Waktu
=
=
4.
Rumus 2.4
= 2,6 ≈ 3 hari
Bulldozer
101
Luas lahan
=PxL
Kedalaman penimbunan Volume tanah Panjang blade (L) Tinggi blade (H) e (grafik) jam kerja jam effktif kerja kapasitas blade ( q1 ) Faktor blade (q1) Produktivitas per siklus (q) Waktu siklus (Cm)
= 77,820 x 39,6 = 3081,67 = 50 cm = 0,5 m = 1540,820 m2 = 1540,82 m3 = 4075 mm = 4,075 m = 2250 mm = 2,25 m = 1 ( tanah datar ) = 8 jam ( sedang ) = 0,75 ( tabel) = H2. L = 2,252 x 4,075 = 20,63 m3 = 0,7 ( tabel ) = q1 x a = 20,63 x 0,7 = 14,44 m3 = D/f + D/R + 0,05 =
+
+ 0,05
= 2,55 menit Q ( produktivitas ) Volume tanah
Waktu
=
=
= q x ( 60 / cm ) x e x E = 14,44 x (60/2,55) x 1 x 0,75 = 254,82 m3/ jam = 1540,820 m3
Rumus 2.5
= 0,75 ≈1 hari
Proyek Jalan Tol ini, memiliki 14 segmen lokasi/tempat yang harus di timbun untuk pekerjaan pemancangan di Darat, yaitu dari Pa1 – Pa14 102
yang memiliki panjang lahan dari satu segmen ke segmen yang lain adalah sebesar 77,820 m². Jadi hasil analisi proses penimbunan di proyek ini adalah : a)
Sehari 11 unit Dump Truck memasuki lapangan untuk volume penimbunan 1 segmen : = 11 unit Dump Truck x 14 segmen = 154 Unit Dump Truck yang diperlukan
b)
Untuk 1 segmen penimbunan tanah Excavator dapat bekerja selama 3 hari : = 3 hari x 14 segmen = 42 hari waktu yang dibutuhkan Excavator untuk menyelesaikan pekerjaannya untuk 14 segmen
c)
Bulldozer dapat memadatkan tanah timbunan untuk 1 segmen adalah selama 1 hari = 1 hari x 14 segmen = 14 hari waktu yang dibutuhkan Bulldozer untuk memadatkan tanah dalam 14 segmen
Keterangan : Untuk pekerjaan penimbunan tanah pada 14 segmen memerlukan 154 unit Dump Truck, 42 hari untuk waktu penyebaran tanah/atau merapikan tanah dari dump truck ke tempat titik penimbunan, menggunakan 1 unit excavator,
dan
untuk
memadatkan
tanahnya
memerlukan waktu 14 hari menggunakan 1 unit bulldozer, Total keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam pekerjaan penimbunan tanah adalah 56 hari Tabel 4.4 Kebutuhan Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Penimbunan/Pengurugan 1 segmen
103
No 1 2 3 4 5 6 7
Tenaga Kerja Operator Dump Truck Pembantu Operator Dump Truck Operator Excavator Pembantu Operator Excavator Operator Bulldozer Pembantu Operator Bulldozer Pengawas Lapangan
Jumlah 11 Orang 11 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1Orang 1Orang
Gambar 4.10 Proses Pemadatan tanah menggunakan Bulldozer
Gambar 4.11 Penimbunan tanah enggunakan excavator 4.6.2 Persiapan pemancangan jalur darat
104
1.
Tiang pancang harus diberi tanda serta tanggal saat tiang tersebut akan dihammer. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah pengamatan tiang pancang yang masuk kedalam tanah tiang pancang diberi tanda setiap 0,5 meter. Pemberian tanda dalam tiang pancang menggunakan warna yang mudah dilihat.
Gambar 4.12 Penandaan tiang pancang 2.
Pemindahan/pengangkatan tiang pancang harus dipindahakan dengan hati-hati guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan selain itu untuk mengutamakan keselamatan. Pengangkatan tiang pancang menggunakan crwaler crane dengan pengawasan ketat.
105
Gambar 4.13 Pemindahan tiang pancang dengan Crwaler Crane 3.
Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat dihentikan berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set). Hal ini disesuaikan dengan hasil survei tanah yang didapatkan. Namun dalam pelaksanaanya tidak selalu menjadi acuan yang tepat.
4.
Rencanakan urutan pemancangan, pada proyek ini memiliki 4 alat pancang yang masing-masing sudah dibagi untuk memancang di titik tertentu. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock material
diusahakan
dekat
dekat
dengan
lokasi
pemancangan.
106
Gambar 4.14 lokasi stock material tiang pancang 4.6.3 Pelaksanaan pemancangan di darat 1.
Mendirikan Tiang Pancang Proses dimana tiang yang
ditumpuk
di
area
pemancangan diangkat menggunakan tali rantai yang telah disambungkan ke mesin crane dan akan di masukkan ke alat pancang yaitu diesel hammer. Metode mendirikan tiang tersebut dengan menggunakan metode a)
satu titik angkat Analisa penentuan titik angkat tiang pancang dengan metode satu titik angkat
b) Untuk Tiang Pancang Middle yang sepanjang 12 m 1.
L
= 12 m
107
= 2/3 . 12 2.
L
=8m
= 12 m = 1/3 . 12
=4m
c) Untuk Tiang Pancang Upper yang sepanjang 9 m 1.
L
= 9m = 2/3 . 9
2.
L
=6m
=9m = 1/3 . 9
=3m
d) Untuk Tiang Pancang Bottom yang sepanjang 10 m 1.
L
= 10 m = 2/3 . 10
2.
L
= 6,67 m
= 10 m = 1/3 . 10
= 3,3 m
a)
Titik angkat untuk panjang tiang pancang 12 m (middle) adalah 1/3 L
b)
dari ujung tiang yaitu sebesar 4 m. Titik angkat untuk panjang tiang pancang 9 m (upper) adalah 1/3 L
c)
dari ujung tiang yaitu sebesar 3 m. Titik angkat untuk panjang tiang pancang 10 m (bottom) adalah 1/3 L dari ujung tiang yaitu sebesar 3,3 m.
108
Gambar 4.15 Proses Mendirikan Tiang Pancang Setelah melakukan penentuan titik angkat, lalu pengangkatan tiang pancang dilakukan dengan menggunakan crawler crane. Dengan crawler crane, tiang dipasangkan ke alat pemancangan dimana posisi alat pancang sudah siap berada tepat diarea titik pancang. Sumber 2.
: PT. Wijaya Karya Beton dan Observasi Lapangan
Ketegakkan Ini menjadi masalah yang sangat penting karena disini adalah
poses akhir sebelum tiang ditekan ke dalam tanah yang telah direncanakan. Setelah tiang sudah ada di dalam mesin Diesel Hammer, ketegakkan dari tiang pancang tersebut harus dicek dan disesuaikan dengan perencanaan awal dan harus tegak terhadap muka tanah, juga apakah sudah berupa benar di titik yang direncanakan. Pengecekan menggunakan alat Waterpass (Tukang) dan Theodolit (Surveyor).
109
Gambar 4.16 Tiang Pancang yang Berada di dalam Alat Pancang
Gambar 4.17 Pelaksanaan pengontrolan ketegakkan tiang
3.
Penekanan 110
Proses ini adalah sangat penting dimana tiang pancang yang sudah siap dipancang dengan mesin diesel hammer ditekan/dipukul dengan berat hammer yang telah ditentukan yaitu sebesar 6,3 ton.
Gambar 4.18 Penekanan/Penumbukan
Tiang
Pancang 4.7 Pelaksanaan
Pekerjaan
Pemancangan Di Laut Untuk di
laut
pemancangan dimulai
dengan
menggunakan
Crwaler
Crane yang berada
diatas ponton
dan Hammer untuk
memasukan
tiang pancang, tetapi kendala dalam pelaksanaan pemancangan dilaut adalah, sangat tergantung oleh pasang surutnya air laut karena kapal ponton hanya bisa digunakan pada saat kedalaman air laut pasang saja. yaitu sedalam ± 3m, jadi perlunya dilaksanakan survey pasang surut air laut untuk mengetahui pada saat kapan ponton dapat digunakan.
4.7.1 Survei pasang surut air laut Pengukuran pasang surut dengan durasi 60 (enam puluh) hari dilakukan di 1 (satu) titik. Peta lokasi titik pengukuran pasang surut dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pengukuran pasang surut telah dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2012 – 16 Maret 2012. Hasil survei pasang surut dapat dilihat pada Gambar 4.17.
111
Gambar 4.19 Elevasi muka air hasil survey 4.7.1.1 Anilisis pasang surut air laut Hasil analisis pasang surut berupa komponan pasang surut dengan menggunakan metode least square dan elevasi acuan pasang surut. Komponen pasang surut dapat dilihat pada Tabel 4.5 sedangkan elevasi acuan dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.5 Komponen Pasang Surut Konstituen M2 S2 N2 K2
Amplitudo 0.02 0.02 0 0.01
Beda Fasa 11.18 -41.78 9.99 76.01 112
K1 O1 P1 M4 MS4 SO
0.68 0.04 0.61 0 0 6.89
24.21 -56.34 -17.09 222.95 186.96
Tabel 4.6 Elevasi Acuan Konstituen
Elevasi (cm)
Higest Water Spring (HWS) Mean High Water Spring (MHWS) Mean High Water Level (MHWL) Mean Sea Level (MSL) Mean Low Water Level (MLWL) Mean Low Water Spring (MLWS) Lowest Water Spring (LWS)
282,23 260,94 201,41 130,75 59,00 13,28 0
Gambar 4.20 Kondisi lapangan pada saat surut
113
Gambar 4.21 Kondisi lapangan pada saat air pasang 4.7.2 Persiapan pemancangan jalur laut Dalam pelaksanaan persiapan pemacangan di jalur laut sama saja dengan persiapan yang dilakukan di jalur darat hanya yang membedakan penambahan alat berat yaitu penggunaan kapal ponton untuk meletakkan crawler crane diatasnya beserta alat pemancangan, yaitu Diesel Hammer
Gambar 4.22 Crawler crane dan Alat Diesel Hammer diatas Ponton
114
Gambar 4.23 Alat Diesel Hammer yang berada diatas kapal Ponton Dan
perbedaannya
juga
adalah
saat
pelaksanaan
pekerjaan
pemancangan di laut, untuk membawa tiang pancang ke kapal ponton dari lokasi stock material tiang pancang, proyek ini menggunakan kapal Tug Boat, yaitu sebuah kapal yang terbuat dari drum besi berdiameter besar.
Gambar 4.24 Pengangkatan Tiang Pancang dari Lokasi Stock Tiang ke kapal Tug Boat
115
Gambar 4.25 Tiang Pancang yang dibawa oleh TugBoat menuju kapal Ponton
Gambar 4.26 Tug Boat disamping Ponton dengan diisi tiang pancang
4.7.3 Pelaksanaan pemancangan di laut Sama dengan halnya di darat pelaksanaan pemancangan di laut pun tidak berbeda, yaitu : 1. Mendirikan Tiang 2. Ketegakkan 3. Pemancangan 4.8.1 Analisis kebutuhan bahan dan waktu pekerjaan pengelasan Diketahui : Kawat yang digunakan adalah tipe LB-52
116
Panjang Elektroda
: 350 mm
Diameter Elektroda
: 3.2 mm
Tebal pengelasan
: 5 mm (observasi lapangan)
Tinggi pengelasan
: 5 mm (observasi lapangan)
Perhitungan : Keliling pengelasan
= = 2 x 3,14 x 60 = 376,8 cm
Total luas pengelasan
3767 mm
= keliling x tinggi = 3768 x 5 = 18890 mm
Luas pekerjaan 1 elektroda = p x r = 350 x 5 = 1750 mm Total kebutuhan 1 x penyambungan : Total luas pengelasan : luas pekerjaan 1 elektroda =
= 10,76
11 ( elektroda)
Waktu yang di butuhkan : 117
1 elektroda = 3 menit Jadi 11 elektroda x 3 menit = 33 menit dalam 1 x penyambungan 4.8.2 Penyambungan tiang pancang Dalam penyambungan tiang pancang menggunakan kawat las dengan jumlah 11 kawat las untuk setiap sambungan. Kawat las yang digunakan tipe LB-52. 1.
Tiang pancang yang akan digunakan sebagai penyambung diangkat menggunakan service crane, dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang pertama.
2.
Ujung bawah tiang didudukan diatas kepala tiang yang pertama sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang berhimpit dan menjadi satu.
3.
Penyambungan menggunakan kawat las, pengelasan dilakukan oleh 2 orang pekerja yang memiliki sertifikat khusus dibidang pengelasan. Pengelasan dilakukan dalam waktu 33 menit, kemudian bagian tiang yang telah disambung dengan proses pengelasan dilapisi dengan anti karat. Anti karat yang digunakan ada 2 jenis yaitu: a) Sika Poxitar Sika poxitar ini merupakan cat hitam yang nantinya akan dilapisi pada tiang yang akan disambung. Penggunaan Sika Poxitar apabila penyambungan tiang pancang berada b)
1,5 meter diatas permukaan air Densotipe Densotipe ini berbentuk perban putih yang nantinya dililitkan pada tiang yang akan disambung. 1 roll 118
densotipe panjangnya 10 meter. Untuk 1 penyambungan digunakan 1 densotipe. Penggunaan densotipe ini apabila penyambungan dekat dengan permukaan air.
Gambar 4.27 Pengelasan Tiang
Gambar 4.28 Pelapisan anti karat dengan Sika Poxitar
119
Gambar 4.29 Pelapisan anti karat dengan Densotipe 4.
Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang yang pertama. Penyambungan dapat diulangi hingga mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
4.9 Kalendering Kalendering adalah cara untuk menentukan Daya Dukung Tiang, dilakukan pembuatan data kalendering apabila penambahan pada kedalaman pada setiap pemukulan sudah hampir tidak terlihat, lakukan monitoring penurunan dengan teliti, dengan menggunakan kertas millimeter. Kalendering dimulai apabila tiang yang dipukul pada Hammer tidak turun settlement yang diisyaratkan yaitu 20 mm dan tinggi jatuh hammer kurang lebih 20 cm.
120
Gambar 4.30 Proses pelaksanaan Kalendering
Gambar 4.31 Grafik Kalendering Daya Dukung Tiang dapat di hitung dengan rumus :
R=
x
x
121
Analisis menentukan Daya Dukung Tiang 1 Titik untuk kedalaman tanah yang diketahui ± 16 m dengan memakai 2 jenis tiang pancang yaitu Bottom dan Upper. Yaitu : Data yang diketahui : W
= 6,3 ton
= 6300 kg
H
=2m
= 200 cm
S
= 0,0007
P
= 7,467 ton
K
= 0,01 (rebound)
SF
= 2,5
Perhitungan R
:
=
=
= 7467 kg
x
x
= 431,0942
x
x 0,4 = 431,100 ton
Rumus 2.1
Jadi diketahui bahwa design rencana tiang pancang di Poyek Jalan Tol Bali ini adalah, satu titik mampu menahan beban konstruksi atas yaitu sebesar 120 ton, tetapi setelah dianalisa dalam uji kalendering di kedalaman tanah ± 16 m bahwa 1 titik tiang mampu menahan beban sampai 431,100 ton
4.10.1
Test PDA (Pile Driving Analyzer) Apabila terjadi kesalahan saat proses pemancangan, misalnya
dikarenakan oleh kesalahan pekerja saat proses pengerjaan atau kualitas tiang 122
yang tidak baik, maka untuk menggantiakan fungsi tiang tersebut dipancang 2 tiang baru disebelah kiri dan kanan tiang yang di reject tadi dengan jarak minimal 3d ( 3 kali diameter tiang ). Apabila terjadi perbedaan kedalaman yang signifikan antara satu tiang dengan tiang disebelahnya akan menimbulkan kecurigaan apakah tiang tersebut sesuai dengan rencana atau tidak. Oleh karena itu digunakan test PDA oleh konsultan pengawas. Fungsi dari test ini adalah untuk mengetahui daya dukung dari tiang yang mencurigakan dan kondisi tiang tiang tersebut dalam tanah apakah masih utuh atau terjadi keretakan. Sesuai dengan spesifikasi pekerjaan, daya dukung tiang adalah 130 ton ( desain rencana ). Dalam melakukan test PDA terdapat 2 buah alat sensor yang ditempel pada tiang pancang dengan prinsip segitiga sama kaki. Alat tersebut adalah Transducer ( merah ) dan Acclemarometer ( biru ), agar tidak mengaganggu tulangan pada tiang pancang, tiang ini doi bor pada bagian tengah untuk menempelkan 2 alat sensor tersebut. Kemudian alat tersebut dihubungkan pada alat pemproses yaitu komputer PDA. Setelah semua alat dipasang, tiang akan dipukul beberapa kali yang nantinya sensor tersebut akan memproses getaran yang dihasilkan dari pemukulan tiang pancang. Hasil dari sensor tersebut akan diproses menjadi data tiang pancang ( RMX dengan satuan ton, persentase keutuhan tiang pancang/BTA )
123
Gambar 4.32 Alat Pile Driving Analyzer Hasil Test PdA yang diambil dari beberapa comtoh titik di pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa di bali :
Keterangan : Pengujian dilanjutkan dengan pemukulan sebanyak 10 s.d 20 x untuk pengujian dengan diesel hammer.
124
4.11.1 Produktivitas Alat 1.
Produktivitas Alat Diesel Hammer Data yang diketahui Weight of Ram (W)
= 6,3 Ton
= 6300 kg
Tinggi jatuh (h)
=2m
= 200 cm
Dimensi/Diameter tiang
= 60 cm
Koefisien Restitusi (K)
= 0,4 (Tabel
2.7
Koefisien
Restitusi) Jumlah pukulan
= 50/ Menit
Panjang tiang pancang
= 19 m
Berat pondasi/tiang pancang
= 7,467 ton = 7467 kg
Daya dukung tanah
= 120 ton = 120.000 kg
= 1900 cm
Faktor effesiensi alat pancang (e) = 0,9 (Tabel 2.6 Efeisensi Diesel Hammer)
Analisa perhitungan : 1.
Energi yang dihasilkan E
=wxhxe
Rumus 2.13
= 6300 x 200 x 0,9 = 1.134.000 kg cm 2.
Energi yang hilang A.
Impact Loss
IL
=wxhxexp(
)
= 6300x200x0,9x7467x (
)
125
= 516653,2 kg cm B.
Rumus 2.14
Cap Loss (CL) PL
=
= 106,157 kg /
=
c1
= (0,15 + 0,22) +
[
= 1509,57 psi
x (0,20 + 0,30) –
( 0,15 + 0,22)] = 0,3732 IN = 0,912 cm (Tabel 2.8 Koefisien c1) CL
) =
= (
= 136800 kg cm Rumus 2.15
C.
Pile Loss P2
= P1
= 106,15 kg / c
c2
= (0,006 +
[
= 1509,87 psi
x (0,008 – 0,006) x 10 ]
= 0,045 in = 0,110 cm (Tabel 2.9 Koefiesien c2) PL
=
(
)=(
= 16.500 kg cm Rumus 2.16
126
D.
Soil Lose (SL) P3 =
P2 =
P1 = 106,15 kg / c
c3
= 0,10 +
[
= 1509,87 psi
x (0,2 – 0,005)]
= 0,103 in = 0,252 cm (Tabel 2.10 Koefisien c3) SL
) =(
=
= 37.800 kg cm 3.
Rumus 2.17
Energi sisa Us
= E – IL – CL – PL – SL = 1134.000 – 516653,2 – 136800 – 16.500 –37.800 = 426246,8 kg cm
S
4.
=
=
= 1,42 cm
Rumus 2.18
Produksi alat Q
= B x s x 60 x E ( faktor) = 50 x 1,42 x 60 x 0,83 = 3535,8 cm/jam
5.
Rumus 2.18
Total waktu yang dibutuhkan 1 titik pemancangan QP
=
127
=
4.11.2
= 0,54 Jam / titik
Waktu siklus pemancangan di darat dan laut Siklus waktu pemancangan sehari didarat dan laut adalah dengan
mengambil contoh 1 titik untuk kedalaman tanah ± 16 meter yang menggunakan 2 tiang pancang bottom 10 m dan upper 9 m.
Gambar 4.33 Pemasukan tiang pancang 1 di kedalaman 8,5 m
128
Gambar 4.34 Penyambungan Tiang Pancang dari Tiang Pancang 1 ke Tiang Pancang 2
1. Waktu Siklus di Darat : Pengikatan tiang pancang 1
= 0,55 menit
Pemindahan tiang pancang 1
= 2 menit
Pemasukan tiang pancang 1 ke diesel hammer = 1,12 menit Penegakan tiang pancang 1
= 2,07 menit
Pemancangan tiang pancang 1
= 14 menit ( 8,5 m)
Pengikatan tiang pancang 2
= 0,55 menit
Pemindahan tiang pancang 2
= 2 menit
Penegakan tiang pancang 2
= 2,07 menit
Pengelasan sambungan
= 33 menit
Pemancangan tiang pancang 2
= 12 menit (7,5m) +
Total waktu 1 titik pemancangan di darat :
69,36 menit
Jumlah alat pancang yang dibutuhkan :
129
Diketahui
:
Volume Pekerjaan
=
2861 titik di darat
Produktivitas Alat
=
3535,8 cm/jam
Waktu
=
69,36 menit/ titik
= 1,16 Jam / titik
0,6957
= 1 Alat
= =
Total durasi yang dibutuhkan adalah : =
1,16 jam/titik x 2861 titik
=
3318,79 jam : 8 jam
=
414,845 hari = 14 bulan
Jika menggunakan 1 alat maka total waktu durasi pelaksanaan pekerjaan pemancangan di darat akan sangat terlambat dari schedule proyek, oleh karena itu adanya penambahan 1 alat pancang
dengan
spesifikasi alat yang sama. Jadi total durasi yang dibutuhkan dengan menggunakan 2 alat pancang di darat adalah : =
1,16 jam/titik x
=
1659,38 jam : 8 jam
=
207 hari
= 7 bulan
130
Alat yang di gunakan di Darat : No
Nama Alat
Jumlah
Satuan
1.
Diesel Hammer
2
Unit
2.
Crawler Crane SX 550
4
Unit
3.
Mesin Las Set 300 Amper
4
Unit
Gambar 4.35 Alur Pemancangan Jalur darat
131
2.
Waktu Siklus di Laut : Mobilisasi bahan menuju ke titik pemancangan dari stock yard menggunakan tug boat dan ponton. Diketahui : Jarak menuju lokasi pemancangan (s) = 500 m Kecepatan kapal Tug Boat dan Ponton (v)
= 9 km/jam
Analisis mobilisasi bahan : Ponton
= 5 tiang pancang
Pengangkatan Crane ke kapal Pontom
= 1 menit/tiang
Jadi pengangkatan tiang pancang dari crane ke kapal ponton : = 1 menit x 5 tiang = 5 menit Waktu yang di butuhkan ponton menuju lokasi :
=
=
= 0,05 jam = 3,3 menit
Total waktu mobilisasi bahan menuju ke titik pemancangan : Waktu pengangkatan + waktu siklus Ponton =5
+
3,3 menit
= 8 menit
Waktu siklus pemancangan di Laut :
132
Mobilisasi bahan
= 8 menit
Pengikatan tiang pancang 1
= 0,55 menit
Pemindahan tiang pancang 1
= 2 menit
Pemasukan tiang pancang 1 ke diesel hammer
= 1,12 menit
Penegakan tiang pancang 1
= 2,07 menit
Pemancangan tiang pancang 1
= 14 menit (8,5m)
Pengikatan tiang pancang 2
= 0,55 menit
Pemindahan tiang pancang 2
= 2 menit
Penegakan tiang pancang 2
= 2,07 menit
Pengelasan sambungan
= 33 menit
Pemancangan tiang pancang 2
= 12 menit (7,5m) +
Total waktu 1 titik pemancangan di Laut :
77,36 menit
Jumlah alat pancang yang dibutuhkan :
Diketahui
:
Volume Pekerjaan
=
930 titik di laut
Produktivitas Alat
=
3535,8 cm/jam
Waktu
=
77,36 menit/ titik
= 1,3 Jam / titik
133
= =
0,20232
= 1 Alat
Total durasi yang dibutuhkan adalah : =
1,3 jam/titik x 930 titik
=
1209 jam : 8 jam
=
151 hari
= 5 bulan
Jika menggunakan 1 alat maka total waktu durasi pelaksanaan pekerjaan pemancangan di laut akan sangat terlambat dari schedule proyek, oleh karena itu adanya penambahan 1 alat pancang dengan spesifikasi alat yang sama. Jadi total durasi yang dibutuhkan dengan menggunakan 2 alat pancang di laut adalah : =
1,3 jam/titik x
=
604,5 jam : 8 jam
=
76 hari = 2,5 bulan
Alat yang digunakan di Laut : No 1.
Nama Alat Ponton + Tug Boat
Jumlah 2
Satuan Unit
134
2.
Diesel Hammer
2
Unit
3.
Crawler Crane SX 550
2
Unit
4.
Mesin Las Set 300 Amper
2
Unit
Gambar 4.36 Alur Pemancangan Jalur Laut 4.11.3 Analisis Tenaga kerja yang dibutuhkan Koefisien Tenaga Kerja pekerjaan pemancangan tiang pancang dengan dimensi tiang diameter 60 cm. Tabel 4.7 Koefisien Tenaga Kerja/m¹ No. 1
Kebutuhan Tenaga Kerja Mandor
Koefisien Tenaga Keja 0,0052 OH
135
2 Operator 3 Pembantu Operator 4 Pekerja 5 Surveyor Sumber RPT0 Departemen Pekerjaan Umum
0,0052 OH 0,0052 OH 0,0260 OH 0,0104 OH
Diketahui : Volume Pekerjaan = 88.935 M¹ (total volume pekerjaan pemacangan) Waktu
= 204 hari
Jumlah Alat
= 4 Alat ( 2 darat 2 laut)
Analisis Perhitungan :
1. Mandor
= = 3 Mandor untuk 4 alat
2. Operator
= = 3 operator (terdapat tambahan 1 orang operator) = 4 operator untuk 4 alat
3. Pembantu Operator
= = 3 Pembantu Operator (terdapat tambahan 1 orang Pembantu Operator) = 4 operator untuk 4 alat
4. Pekerja
=
= 12 Pekerja untuk 4 alat
136
5. Surveyor
=
= 5 Surveyor untuk 4 alat 4.11.4 Bahan yang digunakan No
Nama Bahan
Jumlah
Satuan
1.
Tiang pancang precast diameter 60 cm
3791
Buah
2.
Kawat Las/elektroda
11 (untuk 1 x
Buah
penyambungan tiang) 3.
Anti Karat (Densotipe dan Sika Poxitar)
1 Roll (Untuk 1
Buah
x penyambungan tiang) 4.
Alat tulis + kertas milimeter blok
4
Buah
137
4.12 Schedule Pemancangan
Tanggal : 1. Pengukuran Penentuan Titik Pancang
= 5 Januari - 28 Februari
2. Survei Pasang Surut Air Laut untuk Pemancangan di alut = 20 Januari - 16 Maret
4. Pekerjaan pemancangan Jalur Darat
= 15 Mei - 2 Agustus
= 15 Mei - 5 Desember
3. Pekerjaan Penimbunan Tanah untuk Pemancang di Darat = 1 Maret - 15 April
5. Pekerjaan Pemancangan Jalur Laut
138
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa di Bali adalah : 1. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan pada proyek jalan tol ini menggunakan 2 metode, metode pemancangan di darat dan di laut. A. Proses tahapan pelaksanaan pekerjaan pemancangan di darat : 1) Pekerjaan Persiapan (1) Pembuatan site plan (2) Pembersihan lokasi (3) Pengukuran (4) Pengurugan/penimbunan tanah 2) Mobilisasi bahan dan alat 3) Memulai proses pemancangan 4) Loading test B. Proses tahapan pelaksanaan pekerjaan pemancangan di Laut : 1) Pekerjaan Persiapan (1) Pembuatan site plan (2) Pembersihan lokasi (3) Pengukuran (4) Survei pasang surut sir laut 2) Mobilisasi bahan dan alat 3) Memulai proses pemancangan 4) Loading test 2.
Kebutuhan alat dan tenaga kerja di darat dan laut dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan adalah :
Alat yang di gunakan di Darat : No
Nama Alat
Jumlah
Satuan
139
1.
Diesel Hammer
2
Unit
2.
Crawler Crane SX 550
4
Unit
3.
Mesin Las Set 300 Amper
4
Unit
Alat yang digunakan di Laut : No
Nama Alat
Jumlah
Satuan
1.
Ponton + Tug Boat
2
Unit
2.
Diesel Hammer
2
Unit
3.
Crawler Crane SX 550
2
Unit
4.
Mesin Las Set 300 Amper
2
Unit
Tenaga kerja : 1. Mandor
= = 3 Mandor untuk 4 alat
2. Operator
=
140
= 3 operator (terdapat tambahan 1 orang operator) = 4 operator untuk 4 alat 3. Pembantu Operator
= = 3 Pembantu Operator (terdapat tambahan 1 orang Pembantu Operator) = 4 operator untuk 4 alat
4. Pekerja
=
= 12 Pekerja untuk 4 alat 5. Surveyor
=
= 5 Surveyor untuk 4 alat 3. Total durasi pelaksanaan pekerjaan pemancangan di darat dan laut adalah selama 340 hari dari mulai tahap pengukuran/penentuan titik pancang sampai pelaksanaan pekerjaan pemancangan di darat dan laut. 5.2
Saran 1. Waktu pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan target yang direncanakan memang di pengaruhi banyak faktor, seperti contoh karena keterbatasan pengadaan material, alat dan lain – 141
lain jangan menjadi alasan kita untuk terburu – buru mengejar target sisa waktu kontrak sehingga mengabaikan kualitas dari hasil kerja dilapangan. Untuk itu sebagai professional kita harus 2.
menajga kepercayaan dari owner bahkan masyrakat umum. Selama proses pekerjaan berjalan diperlukan kedisiplinan yang tinggi seperti kepatuhan pada rencana kerja yang telah disyaratkan / tidak boleh dirubah sembarangan untuk menghindari
3.
hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Pada pelaksanaan pemancangan dibutuhkan pengawasan terutama ketegakan tiang pancang sewaktu pelaksanaan pemancangan. Hal ini bertujuan untu meminimalisir kesalahan, serta dibutuhkan
4.
kemacetan dan keahlian khusus. Selalu mengutamakan keselamatan
5.
berlangsung. Selalu melakukan koordinasi dan informasi setiap pekerjaan di
selama
pekerjaan
Proyek.
142