TIM REDAKSI BULETIN METEO NGURAH RAI
Pelindung Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali Erasmus Kayadu, S.Si, M.Si Penasehat Drs. A.A. Gede Trikumara S. Pande Putu Pardana Ni Wayan Siti, S.Sos Pemimpin Redaksi Agus Yarcana Wakil Pemimpin Redaksi Decky Irmawan, SE, M. Kom Dewa Gede Agung Mahendra, S. Kom Sekretaris Redaksi Agit Setiyoko, S.T Ni Made Dwi Jayanti, S. Kom Tim Redaksi Sangsang Firmansyah, SP Muh. Khamdani, SP Tatang Hadi Suprobo, SH, SP Devi Ardiyansah, SP I Putu Sumiana, S.Si Kadek Sumaja, S.Si Tim Percetakan/Distributor I Wayan Subakti, A.Md Putri Kusumastuti, A.Md Kadek Winasih, A.Md Devi Dwita Meiliza, SE
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas diterbitkannya Buletin Meteo Ngurah Rai edisi Januari 2015 ini. Pembuatan buletin
ini
dilakukan
sebagai
ikhtiar
untuk
mengevaluasi
sekaligus
menginformasikan kejadian cuaca khususnya di lingkup Bandara I Gusti Ngurah Rai selama kurun waktu sebulan terakhir. Penerbitan buletin ini diharapkan dapat memberi nilai tambah kepada masyarakat terutama kepada pengguna layanan cuaca penerbangan. Seperti sebuah awal, tentu saja masih diperlukan perbaikan di sana-sini. karenanya saran dan kritik membangun diperlukan guna menjadikan kualitas buletin ini ke depan menjadi semakin baik.
Badung, Januari 2015 Kepala Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali
Erasmus Kayadu, S.Si, M.Si NIP. 196102121984031001
ii
DAFTAR ISI
TIM REDAKSI BULETIN METEO NGURAH RAI ............................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii I. DAFTAR ISTILAH............................................................................................. 1 II. PENDAHULUAN.............................................................................................. 4 III. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT ....................................... 6 A. ENSO (El Nino Southern Osclation).............................................................. 6 B. MJO (Madden-Jullien Oscilation) .................................................................. 8 C. Sirkulasi Monsun .......................................................................................... 10 D. Suhu Muka Laut ........................................................................................... 13 IV. PROFIL PARAMETER CUACA STASIUN METEOROLOGI KLAS I BANDAR UDARA NGURAH RAI BALI .......................................................... 14 A. Curah Hujan.................................................................................................. 14 B. Suhu Udara ................................................................................................... 15 B.1 Suhu Udara Rata-Rata Harian ................................................................. 15 B.2 Suhu Udara Maksimum........................................................................... 15 B.3 Suhu Udara Minimum............................................................................. 16 C. Kelembaban Udara ....................................................................................... 17 D. Tekanan Udara.............................................................................................. 17 E. Penyinaran Matahari ..................................................................................... 18 F. Penguapan Air ............................................................................................... 19 G. Arah dan Kecepatan Angin Permukaan ....................................................... 19 V. INFORMASI CUACA STASIUN METEOROLOGI KLAS I BANDAR UDARA NGURAH RAI BALI ............................................................................ 21 A. Informasi Cuaca Penerbangan ...................................................................... 21 B. Informasi Cuaca Synoptik dan Udara Atas .................................................. 22 C. Informasi Verifikasi Prakiraan Cuaca........................................................... 24
iii
VI. ANALISA MADDEN JULLIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI NGURAH RAI BALI ........................ 26 1.PENDAHULUAN.......................................................................................... 26 1.1 Latar Belakang......................................................................................... 26 1.2 Tujuan ...................................................................................................... 28 2. DATA DAN METODE................................................................................. 29 2.1 Data.......................................................................................................... 29 2.2 Metode ..................................................................................................... 29 3. PEMBAHASAN ........................................................................................... 30 3.1 Kondisi Curah Hujan di Ngurah Rai Bali................................................ 30 3.2 Analisis Anomali Curah Hujan Dasarian Terhadap Fase MJO ............... 31 3.3 Analisis Nilai Korelasi Anomali curah hujan dan amplitudo indeks RMM ....................................................................................................................... 33 4.KESIMPULAN .............................................................................................. 34 5.DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 35
iv
I. DAFTAR ISTILAH
Aerodrome Warning adalah berita meteorologi yang berisi peringatan untuk berhati-hati atau mengambil langkah-langkah tertentu berkaitan dengan prakiraan akan adanya cuaca signifikan atau fenomena ekstrem di sekitar Bandar udara. AUSMI (Australian Monsoon Index) merupakan indeks yang mengukur sirkulasi monsun Australia yang terjadi dengan menghitung rata-rata angin zonal (timur barat) pada ketinggian 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) (Kajikawa dkk., 2009). Indeks AUSMI bernilai positif berarti terjadi penguatan sirkulasi monsunal dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) cenderung bergerak dari barat, sebaliknya indeks AUSMI bernilai negatif berarti terjadi pelemahan sirkulasi monsunal dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) cenderung bergerak dari Timur - Tenggara El Nino adalah fase negatif dari ENSO yang dicirikan dengan anomali suhu muka laut yang lebih hangat di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian timur dibandingkan dengan di bagian baratnya dan ditandai dengan nilai SOI negatif. ENSO (El Nino Southern Oscillation) adalah fenomena interaksi lautanatmosfer skala global dengan variabilitas interannual yang terjadi karena adanya penyimpangan (anomali) suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial. FKLIM71 adalah formulir yang di dalamnya dicatat data klimatologi bulanan pada stasiun station meteorologi atau klimatologi Flight Forecast adalah prakiraan cuaca untuk penerbangan yang dikumpulkan dalam satu berkas dokumen prakiraan cuaca penerbangan dan diserahkan kepada penerbang sebelum terbang. ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) adalah area di sekitar wilayah tropis yang dicirikan dengan pola pumpunan (konvergensi) angin dalam skala
1
yang luas dan dapat berpotensi terjadi cuaca buruk di sepanjang wilayah yang dilewatinya. La Nina adalah fase positif dari ENSO yang dicirikan dengan anomali suhu muka laut yang lebih hangat di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian barat dibandingkan dengan di bagian timurnya dan ditandai dengan nilai SOI positif. MET REPORT adalah singkatan dari “meteorological report”. Digunakan dalam bahasa laporan cuaca penerbangan yang menyatakan bahwa laporan yang dibuat adalah laporan rutin dari hasil pengamatan cuaca METAR adalah kata sandi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sandi atau keterangan yang mengikutinya adalah informasi cuaca yang sedang berlangsung di Bandar udara. METAR dibuat secara rutin, biasanya dibuat secara berkala setiap 30 menit sekali, untuk dikirim ke atau dipertukarkan dengan Stasiun Meteorologi Penerbangan lainnya, dan/atau dikirim ke Pusat-Pusat Data dan Analisis yang ditentukan.. MJO (Madden Jullian Oscillation) adalah fenomena atmosfer skala global dengan variabilitas intraseasonal yang menunjukkan potensi area konvektif kuat dan menjalar dari barat ke timur di sepanjang wilayah ekuatorial. Monsun suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal tiga bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan dua istilah monsun yaitu Monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim penghujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau. OLR (Outgoing Longwave Radiation) adalah energi gelombang panjang dari permukaan bumi yang dipancarkan ke angkasa. Nilai besar/kecil dari OLR mengindikasikan jumlah tutupan awan yang rendah/tinggi. Pilot Balon (Pibal) adalah pengukuran dan perhitungan arah dan kecepatan angin dengan pelacakan balon meteorologi menggunakan theodolite. PW (Precipitable Water) adalah banyaknya uap air yang berpotensi menjadi hujan. Siklon tropis adalah sistem tekanan rendah dengan angin berputar siklonik yang terbentuk di lautan wilayah tropis dengan kecepatan angin maksimal 34,8
2
(tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) km/jam (kilometer per jam) di sekitar pusat pusaran. SOI (Southern Oscillation Index) adalah indeks yang menunjukkan aktifitas ENSO dan mengindikasikan adanya perkembangan atau intensitas kejadian El Nino atau La Nina di Samudera Pasifik. SOI dihitung berdasarkan perbedaan tekanan permukaan laut antara Tahiti dan Darwin. SPECI adalah kata sandi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sandi atau keterangan yang mengikutinya adalah informasi tentang adanya fenomena khusus pada suatu saat di suatu Bandar udara dan atau di sekitarnya. SPECI dibuat untuk dikirim ke atau dipertukarkan dengan Stasiun Meteorologi Penerbangan lainnya, dan/atau dikirim ke Pusat-Pusat Data dan Analisis yang ditentukan. TAFOR adalah singkatan dari “terminal forecast”. Sandi meteorologi yang menunjukkan bahwa berita yang tertulis di belakangnya adalah tentang prakiraan cuaca Bandar udara. TAFOR memuat informasi tentang akan terjadinya cuaca di suatu Bandar udara pada waktu yang akan datang. Unsur cuaca yang diprakirakan meliputi angin permukaan, banglas, fenomena cuaca, awan, dan perubahan signifikan dari satu atau lebih unsur tersebut selama selang waktu prakiraan WXREV adalah informasi meteorologi yang berisikan rangkuman keadaan cuaca selama 24 jam pada stasiun meteorologi atau klimatologi
3
II. PENDAHULUAN
Secara meteorologis Indonesia seringkali disebut sebagai benua maritim, karena wilayahnya yang terdiri atas banyak pulau dan berada diantara dua samudra, yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia. Benua maritim Indonesia adalah sumber energi paling penting dalam sistem sirkulasi global, baik itu sirkulasi atmosfer maupun lautan. Energi ini berasal dari Tropical Warm Pool yang terbentuk di Indonesia, Tropical Warm Pool adalah wilayah lautan terhangat yang ada diseluruh dunia, nilai suhu muka laut yang hangat ini berasal dari kombinasi faktor geografis dan topografi Indonesia yaitu terletak di wilayah tropis, memiliki banyak pulau, semenjanung dan perairan dangkal. Benua maritim Indonesia yang hangat mengakibatkan banyak fenomena atmosfer skala global dan regional mempengaruhi cuaca dan iklimnya. Fenomena atmosfer ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi di Samudra Pasifik, IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di Samudra Hindia, osilasi MaddenJullien (Madden-Jullien Oscilation), daerah pumpunan antar tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) serta sirkulasi monsun Asia dan Australia adalah beberapa fenomena skala global dan regional yang mempengaruhi wilayah Indonesia. Luasnya bentangan wilayah Indonesia menyebabkan pengaruh fenomena atmosfer ini tidaklah sama di setiap wilayah. Secara umum pengaruh fenomena-fenomena tersebut dapat dilihat pada Gambar II.1 dan II.2 berikut :
Gambar II.1 Pengaruh Fenomena La Nina dan IOD Positif untuk wilayah Indonesia
4
Gambar II.2 Pengaruh Fenomena El Nino dan IOD Negatif untuk wilayah Indonesia Bali adalah salah satu pulau kecil yang berada di kawasan tengah Indonesia dengan koordinat 9o0’ - 7o50’ LS dan 114o0’ - 116o0’ BT. Luas wilayah daratan Bali adalah 5.636,66 km2, sedangkan luas lautannya 9.634,35 km2, terlihat bahwa luas lautan Bali dua kali lipat luas daratannya. Kondisi ini mengakibatkan keadaan cuaca dan iklim di wilayah Bali dipengaruhi oleh fenomena atmosfer seperti ENSO, MJO dan sirkulasi angin monsun Asia dan Australia. Penyampaian informasi mengenai analisa cuaca di wilayah Bali ini menjadi salah satu tugas dari Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali. Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali merupakan stasiun meteorologi yang terletak di dalam bandar udara. Selain memberikan informasi analisa keadaan cuaca wilayah Bali, juga bertugas untuk memberikan informasi cuaca untuk penerbangan di bandar udara Ngurah Rai Bali. Informasi cuaca penerbangan yang diberikan antara lain METAR, SPECI, Met Report, Special Report, Flight Forecast dan Aerodrome Warning. Informasi lain yang juga dihasilkan oleh Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai adalah informasi pengamatan cuaca synoptik dan udara atas. Semua informasi yang disampaikan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi jasa penerbangan pada khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang terjadi.
5
III. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT
Analisis dinamika atmosfer dan laut selama periode Desember 2014 akan memberikan
gambaran
terhadap
fenomena
atmosfer
dominan
yang
mempengaruhi perubahan cuaca di wilayah Bali. Secara umum akan ditampilkan kondisi tiap-tiap fenomena atmosfer seperti ENSO, MJO, sirkulasi monsun dan suhu muka laut selama periode Desember 2014 sebagai berikut : A. ENSO (El Nino Southern Osclation) Penentuan fase ENSO dilakukan dengan melakukan analisis terhadap indeks NINO dan SOI yang mengamati perubahan kondisi atmosfer di sekitar samudra Pasifik. Indeks NINO dibagi menjadi 4, dimana tiap indeks menunjukan anomali suhu muka laut untuk wilayah yang berbeda di samudra Pasifik. Untuk wilayah Indonesia, indeks NINO yang digunakan adalah indeks NINO 3.4. Selain menunjukan fase ENSO, indeks NINO juga dapat menentukan intensitas El Nino/La Nina yang terjadi. Kriteria indeks ENSO pada tiap intensitas El Nino/La Nina antara lain : La Nina kuat (Strong La Nina), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator < -2,0ºC dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut. La Nina sedang (Moderate La Nina), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator -1,1ºC s/d -2,0ºC dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut. La Nina Lemah (Weak La Nina), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator -0.5ºC s/d -1,0ºC dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut. Netral atau normal, jika anomali suhu muka laut di Pasifik ekuator lebih dari -0,5ºC dan kurang dari +0,5º C El Nino lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +0.5ºC s/d +1,0ºC dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
6
El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +1,1ºC s/d +2,0ºC dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut. El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator > +2,0ºC dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut. Pada periode Oktober hingga Desember 2014 indeks NINO 3.4 menunjukan nilai antara 0.4ºC s/d 1ºC. Nilai indeks ini juga menunjukan fase ENSO yang negatif dan adanya fenomena El Nino yang terjadi. Intensitas dari fenomena El Nino yang terjadi adalah El Nino lemah (Weak El Nino). Hal ini menunjukan bahwa kondisi El Nino kurang berpengaruh terhadap kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia bagian Timur dan Tengah. Secara lengkap indeks NINO terlihat pada Gambar III.1 berikut :
Gambar III.1 Indeks NINO Tahun 2014 Sumber : www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/enso.shtml Selain Indeks NINO 3.4, indeks yang juga harus digunakan untuk analisis ENSO adalah indeks SOI. Indeks SOI memiliki batas-batas nilai yang menunjukan ENSO fase negatif atau positif. Untuk ENSO fase negatif indeks SOI
7
bernilai -8 atau lebih, sedangkan untuk ENSO fase postif bernilai 8 atau lebih. Nilai indeks SOI antara -8 s/d 8 adalah keadaan netral. Selama periode Desember 2014, indeks SOI rata-rata 30 harian menunjukan nilai antara -10 s/d -4. Hal ini menunjukan bahwa pada periode Desember 2014 terindikasi adanya fase ENSO negatif dan fenomena El Nino yang aktif di sekitar wilayah samudra Pasifik. Sedangkan nilai indeks SOI rata-rata 30 harian yang terakhir menunjukan nilai -5.6 yang menunjukan bahwa kondisi ENSO kembali netral. Secara lengkap perubahan indeks SOI rata-rata 30 harian terlihat pada Gambar III.2 berikut :
Gambar III.2 Indeks SOI Rata-Rata 30 Harian Sumber : www.bom.gov.au/climate/enso/ Berdasarkan indeks NINO 3.4 dan SOI tersebut dapat diketahui bahwa selama periode Desember 2014 terindikasi adanya ENSO fase negatif. ENSO fase negatif menunjukan adanya fenomena El Nino yang aktif, tapi intensitasnya masih lemah. Oleh karena itu peluang penurunan curah hujan yang disebabkan oleh fenomena El Nino di sekitar wilayah Indonesia bagian Timur dan Tengah tidak terlalu besar. B. MJO (Madden-Jullien Oscilation) Pada umumnya analisis fenomena atmosfer MJO menggunakan indikasi perubahan nilai OLR yang terjadi di sekitar area ekuator. Perubahan nilai OLR pada periode Desember 2014 yang ditampilkan dengan diagram Hovmoller terlihat seperti Gambar III.3 berikut : 8
Gambar III.3 Diagram Hovmoller Nilai OLR Rata-Rata 5 Harian Sumber : www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/mjo.shtml Dari data OLR di atas berdasarkan letak geografis Indonesia 940 58' 21"E BT - 141° 01' 10"E BT dapat ditentukan bahwa pada awal hingga pertengahan bulan Desember 2014 nilai OLR berkisar dari 0.5 sampai 1.5 dengan kata lain tutupan awan di Indonesia sedikit. Nilai OLR dari pertengahan hingga akhir Desember berkisar -3 sampai dengan -0.5 yang menunjukkan jumlah tutupan awan yang cukup banyak di wilayah Indonesia. Untuk pergerakan MJO selama periode Desember 2014 dapat dilakukan analisis terhadap diagram fase MJO yang terlihat seperti Gambar III.4 berikut :
9
Gambar III.4 Diagram Fase MJO Sumber : www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/mjo.shtml Dari pergerakan MJO pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa MJO aktif di wilayah Indonesia pada wilayah Maritime Continent 4 dan 5 pada awal Desember 2014 yaitu tanggal 1 sampai 5 Desember 2014 dan pada Desember 2014 akhir yaitu pada tanggal 25 hingga 31 Desember 2014. MJO yang aktif menandakan Tututan awan yang banyak dan potensi curah hujan yang tinggi. C. Sirkulasi Monsun Pengaruh sirkulasi monsun terhadap perubahan cuaca di sekitar wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur dapat dianalisa pada AUSMI (Australian Monsoon Index). Pada periode Desember 2014 AUSMI menunjukan fluktuasi yang cukup signifikan, dengan nilai antara -4 s/d 5. Pada awal hingga pertengahan periode Desember 2014, terlihat nilai AUSMI cenderung positif. Hal ini menunjukan terjadi penguatan sirkulasi monsunal dan arah angin lapisan 5000ft (850HPa) cenderung dari Barat. Sedangkan pada pertengah hingga akhir periode Desember 2014, terlihat nilai AUSMI cenderung negatif. Hal ini menunjukan terjadinya penurunan sirkulasi monsunal dan arah angin lapisan 5000ft (850HPa) cenderung dari Timur-Tenggara. Secara lengkap fluktuasi nilai AUSMI terlihat pada Gambar III.5 berikut : 10
Gambar III.5 Grafik AUSMI Sumber : http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon/realtime-monidx.html Berdasarkan pola angin lapisan 5000ft (850 HPa) rata-rata pada periode Desember 2014 diketahui bahwa arah angin dominan di sekitar wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur dari arah Barat. Angin baratan ini mengindikasikan bahwa sirkulasi monsun Asia makin kuat pengaruhnya terhadap keadaan cuaca di wilayah tersebut. Wilayah Bali secara khusus, arah angin rata-rata dari arah Barat Daya-Barat dengan kecepatan rata-rata antara 1-4 knots pada periode Desember 2014. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada Gambar III.6 berikut :
Gambar III.6 Pola Angin Lapisan 5000ft (850 HPa) Rata-Rata
11
Sirkulasi monsun Asia yang makin kuat juga dapat dilihat pada pola tekanan udara permukaan rata-rata pada periode Desember 2014. Terlihat bahwa tekanan udara permukaan disekitar wilayah Asia mulai meningkat, sedangkan tekanan udara permukaan disekitar wilayah Australia mulai menurun. Hal ini mengakibatkan aliran massa udara bergerak dari Benua Asia menuju Benua Australia. Untuk wilayah Indonesia, tekanan udara permukaan rata-rata pada periode Desember 2014 berkisar antara 1007-1010 HPa, khusus untuk wilayah Bali, tekanan udara permukaan rata-rata berkisar antara 1007-1008 HPa. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar III.7 berikut :
Gambar III.7 Pola Tekanan Udara Permukaan Rata-Rata Pada periode Desember 2014 terjadi peningkatan kandungan uap air yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia. Berdasarkan nilai kandungan uap air di atmosfer atau Precipitable Water (PW) rata-rata diketahui bahwa kisaran nilainya antara 45-60 kg/m2. Kisaran nilai PW tersebut tergolong tinggi, sehingga pertumbuhan awan juga tinggi. Hal ini juga berlaku untuk wilayah Bali, dimana kisaran nilai PW antara 51-54 kg/m2. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar III.8 berikut :
12
Gambar III.7 Precipitable Water (PW) Rata-Rata
D. Suhu Muka Laut Suhu muka laut pada periode Desember 2014 di wilayah Indonesia berkisar antara 28-30.5oC. Beberapa wilayah mempunyai kisaran suhu muka laut antara 29.5-30.5oC, dimana kisaran suhu ini menunjukan potensi penguapan dan pertumbuhan awan yang signifikan. Wilayah Bali pada periode Desember 2014 mempunyai kisaran suhu muka laut antara 28.5-29.5oC, dengan konsentrasi suhu muka laut yang lebih tinggi terdapat di wilayah bagian Utara. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar III.8 berikut :
Gambar III.7 Suhu Muka Laut Periode Desember 2014
13
IV. PROFIL PARAMETER CUACA STASIUN METEOROLOGI KLAS I BANDAR UDARA NGURAH RAI BALI
A. Curah Hujan Pada periode Desember 2014 tercatat jumlah hari hujan di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali sebanyak 24 hari, dengan rincian 20 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (TTU). Sedangkan untuk total curah hujan pada periode November 2014 sebesar 485,1 mm. Berdasarkan dasarian, maka curah hujan yang tercatat dapat dikelompokan manjadi dasarian I, II dan III. Pada dasarian I tercatat adanya 9 hari hujan dengan jumlah curah hujan 145,8 mm, pada dasarian II tercatat ada 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 176,2 mm, sedangkan pada dasarian III tercatat ada 9 hari hujan dengan jumlah curah hujan 163,6 mm. Curah hujan tertinggi tercatat pada tanggal 06 Desember 2014. Grafik curah hujan pada periode November 2014 ditunjukan oleh Gambar IV.1 sebagai berikut : Grafik Curah Hujan Periode Desember 2014 Curah Hujan (mm)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal Gambar IV.1 Grafik Curah Hujan Periode Desember 2014
14
B. Suhu Udara Secara umum akan diberikan penjelasan mengenai profil suhu udara rata rata harian, profil suhu udara maksimum dan profil suhu udara minimum pada periode Desember 2014 di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Bali. B.1 Suhu Udara Rata-Rata Harian Suhu udara rata rata harian pada periode Desember 2014 berkisar antara 25,6oC–28,9oC. Suhu udara rata-rata harian terendah terjadi pada tanggal 3 dan 11 Desember 2014, sedangkan suhu udara rata-rata harian tertinggi terjadi tanggal 9 dan 14 Desember 2014. Secara umum grafik suhu udara rata rata harian periode Desember 2014 dapat dilihat pada Gambar IV.2 sebagai berikut : Grafik Suhu Udara Rata-Rata Harian Periode Desember 2014 Suhu Udara (oC)
30,0 29,0 28,0 27,0 26,0 25,0 24,0 23,0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal Gambar IV.2 Grafik Suhu Udara Rata Rata Harian Periode Desember 2014 B.2 Suhu Udara Maksimum Suhu udara maksimum pada periode Desember 2014 berkisar antara 28,1oC32,6oC. Selama periode ini, rata-rata suhu udara maksimum tercatat sebesar 30,6oC, dengan suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada tanggal 16 Desember 2014 dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada tanggal 3 Desember 2014. Secara umum penggambaran tentang suhu udara maksimum pada periode Desember 2014 terlihat pada Gambar IV.3 sebagai berikut :
15
Grafik Suhu Maksimum Periode Desember 2014
Suhu Udara (oC)
33,0 32,0 31,0 30,0 29,0 28,0 27,0 26,0 25,0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal Gambar IV.3 Grafik Suhu Udara Maksimum Periode Desember 2014 B.3 Suhu Udara Minimum Suhu udara minimum pada periode Desember 2014 berkisar antara 20,8oC– 28,0oC. Selama periode ini, rata-rata suhu udara minimum tercatat sebesar 25,2oC, dengan suhu udara minimum tertinggi terjadi pada tanggal 10 Desember 2014 dan suhu udara minimum terendah terjadi pada tanggal 06 Desember 2014. Secara umum penggambaran tentang suhu udara maksimum pada periode Desember 2014 terlihat pada Gambar IV.4 sebagai berikut : Grafik Suhu Minimum Periode Desember 2014
Suhu Udara (oC)
30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal Gambar IV.4 Grafik Suhu Udara Maksimum Periode Desember 2014
16
C. Kelembaban Udara Kondisi kelembaban udara rata-rata harian di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali selama periode Desember 2014 berkisar antara 72–92 %. Pada periode ini kelembaban udara rata-rata harian tertinggi terjadi pada tanggal 3 Desember 2014, sedangkan kelembaban udara rata rata harian terendah terjadi pada tanggal 10 Desember 2014. Kondisi kelembaban udara rata rata harian periode Desember 2014 ditunjukkan pada Gambar IV.5 sebagai berikut :
Kelembaban Udara (%)
Grafik Kelembaban Udara Rata-Rata Harian Periode Desember 2014 100 80 60 40 20 0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal Gambar IV.5 Grafik Kelembaban Udara Rata Rata Harian Periode Desember 2014 D. Tekanan Udara Tekanan udara rata-rata harian di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali selama periode Desember 2014 berkisar antara 1006,4–1012,7 HPa. Tekanan udara rata-rata harian tertinggi pada periode ini terjadi pada tanggal 4 Desember 2014, sedangkan tekanan udara rata rata terendah terjadi pada tanggal 21 Desember 2014. Secara umum profil tekanan udara rata rata harian periode Desember 2014 dapat dilihat pada Gambar IV.6 berikut :
17
Tekanan Udara )HPa)
Grafik Tekanan Udara Rata-Rata Harian Periode Desember 2014 1014,0 1012,0 1010,0 1008,0 1006,0 1004,0 1002,0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal Gambar IV.6 Grafik Tekanan Udara Rata Rata Harian Periode Desember 2014 E. Penyinaran Matahari Durasi penyinaran matahari di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali selama periode Desember 2014 berkisar antara 0-10 jam. Untuk rata rata bulanan durasi penyinaran matahari pada periode ini tercatat mencapai 5,3 jam. Durasi pentinaran matahari terpanjang terjadi pada tanggal 14 Desember 2014, sedangkan durasi penyinaran matahari terpendek terjadi pada tanggal 3 Desember 2014. Secara lengkap kondisi durasi penyinaran matahari pada periode Desember 2014 dapat dilihat pada Gambar IV.7 berikut :
Penyinaran Matahari (jam)
Grafik Durasi Penyinaran Matahari Periode Desember 2014 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal Gambar IV.7 Grafik Durasi Penyinaran Matahari Periode Desember 2014 18
F. Penguapan Air Selama periode Desember 2014 nilai penguapan air di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali berkisar antara 2,3-10,4 mm. Nilai rata rata bulanan penguapan air pada perode ini adalah 5,59 mm. Penguapan air tertinggi terjadi pada tanggal 23 Desember 2014, sedangkan penguapan air terendah terjadi pada tanggal 2 Desember 2014. Secara umum profil penguapan air pada periode Desember 2014 dapat dilihat pada gambar IV.8 berikut : Grafik Jumlah Penguapan Air Periode Desember 2014
Penguapan Air (mm)
12 10 8 6 4 2 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Gambar IV.8 Grafik Penguapan Air Periode Desember 2014 G. Arah dan Kecepatan Angin Permukaan Profil arah angin permukaan (10 meter) di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali pada periode Desember 2014 dapat dilhat pada windrose angin permukaan pada Gambar IV.9. Berdasarkan windrose angin permukaan tersebut diketahui bahwa arah angin permukaan dominan adalah dari arah Barat (247.5o-292.5o) dengan prosentase mencapai 34.36%. Sedangkan resultan angin yang menunjukan arah angin rata rata pada periode ini tercatat dari arah 265o dengan prosentase 46%.
19
Gambar IV.9 Windrose Angin Permukaan Periode Desember 2014 Profil kecepatan angin permukaan (10 meter) di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali pada periode Desember 2014 dapat dilihat pada Gambar IV.9. Terlihat bahwa kecepatan angin permukaan secara umum berkisar antara 1-4 knots dengan prosentase sebesar 40.1%. Kecepatan angin permukaan maksimum tercatat terjadi pada tanggal 31 Desember 2014 pada pukul 20.00 UTC, dengan kecepatan mencapai 19 knots
Gambar IV.9 Grafik Distribusi Frekuensi Kecepatan Angin Periode Desember 2014 20
V. INFORMASI CUACA STASIUN METEOROLOGI KLAS I BANDAR UDARA NGURAH RAI BALI
Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali selama periode Desember 2014 telah memberikan informasi cuaca yang meliputi informasi cuaca penerbangan, informasi cuaca synoptik dan udara atas, informasi dan informasi verifikasi prakiraan cuaca. A. Informasi Cuaca Penerbangan Penyampaian informasi cuaca penerbangan adalah tugas utama dari Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali yang bertujuan untuk mendukung pelayanan transportasi udara. Informasi yang dihasilkan terdiri atas dua jenis informasi yaitu informasi pengamatan cuaca untuk penerbangan dan informasi prakiraan cuaca untuk penerbangan. Distribusi penyampaian informasi cuaca penerbangan ini dapat dilihat pada Tabel V.1 berikut : Tabel V.1 Tabel Distribusi Penyampaian Informasi Cuaca Penerbangan No. 1.
2.
Jenis Informasi Cuaca Jumlah Penerima Penerbangan Informasi Informasi Pengamatan Cuaca untuk Penerbangan
Waktu
Keterangan
1.1
Met Report
1488
Air Navigation (AirNav), TNI AU
Tiap 30 menit
Pengiriman tepat waktu
1.2
Special Report
143
Air Navigation (AirNav),
Tentatif
1.3
METAR
1488
Air Navigation (AirNav)
Tiap 30 menit
1.4
SPECI
143
Air Navigation (AirNav)
Tentatif
Pengiriman tepat waktu
Informasi Prakiraan Cuaca untuk Penerbangan 2.1
TAFOR
2,2
Flight Forecast 2.2.1
Akses langsung
124
Air Navigation (AirNav), Maskapai Penerbangan, TNI AU
Tiap 6 jam
5799
Maskapai Penerbangan, TNI AU
Tentatif
21
Pengiriman tepat waktu
2,2,2
Akses via web
2933
Maskapai Penerbangan, TNI AU
Tiap 6 jam
2.3
Prakiraan Cuaca Bandara Harian
31
Pengguna Bandar Udara
Tiap hari
Pengiriman tepat waktu
2.4
Prakiraan Cuaca Bandara Tiga Harian
31
Pengguna Bandar Udara
Tiap hari
Pengiriman tepat waktu
2.5
Aerodrome Warning
14
Pengguna Bandar Udara
Tentatif
Berdasarkan Tabel V.1 tersebut terlihat bahwa secara kuantitas informasi cuaca penerbangan yang telah didistribusikan sudah baik. Selain itu selama periode Desember 2014 informasi cuaca penerbangan yang didistribusikan tidak ditemukan adanya informasi cuaca penerbangan yang tidak dibuat atau tidak didistribusikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu secara kualitas distribusi informasi cuaca penerbangan juga dapat dikatakan baik untuk Stasiun Meterologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali. Khusus untuk informasi Flight Forecast, terlihat bahwa jumlah informasi yang terdistribusi mencapai 8.732 informasi. Hal ini menunjukan bahwa intensitas pelayanan informasi Flight Forecast serta informasi cuaca penerbangan lainnya yang dilakukan oleh Stasiun Meterologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali juga sangat tinggi. B. Informasi Cuaca Synoptik dan Udara Atas Informasi cuaca synoptik adalah informasi cuaca yang dibuat serentak di seluruh dunia untuk mengamati beberapa parameter cuaca di permukaan. Sedangkan informasi udara atas adalah informasi yang dibuat serentak di seluruh dunia pada jam-jam tertentu untuk mengetahui profil thermodinamika dan kinematika secara vertikal. Stasiun Meterologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali menggunakan pilot balon untuk memperoleh profil arah dan kecepatan angin vertikal. Seluruh informasi cuaca synoptik dan udara atas ini dipertukarkan secara nasional dan internasional. Distribusi penyampaian informasi cuaca synoptik dan udara atas ini dapat dilihat pada tabel V.2 berikut :
22
Tabel V.2 Tabel Distribusi Penyampaian Informasi Cuaca Synoptik dan Udara Atas No.
Jenis Informasi Cuaca
1.
Informasi Pengamatan Cuaca Synoptik
2.
Jumlah
Waktu
Keterangan
1.1
Informasi Synoptik
744
Tiap 1 jam
Pengiriman tiap 3 jam
1.2
Informasi WXREV
31
Tiap hari
Pengiriman tepat waktu
1.3
Informasi FKLIM71
1
Tiap bulan
Pengiriman tepat waktu
Tiap pukul 08.00, 14.00 dan 20.00 WITA
10 kali tidak melakukan pengamatan karena hujan
Informasi Pengamatan Cuaca Udara Atas 2.1
Informasi Pilot Balon
83
Informasi pengamatan cuaca synoptik berupa informasi synoptik, WXREV dan FKLIM71 pada periode Desember 2014 tercatat lengkap. Penyampaian informasi pengamatan cuaca synoptik juga masih cukup baik, walaupun terdapat beberapa kali keterlambatan dan penyampaian informasi, khususnya informasi synoptik. Terdapat 3 kali pengiriman informasi synoptik yang pengirimannya melewati batas 10 menit dari jam pengiriman yaitu pada tanggal 9, 20 dan 21 Desember 2014. Penyampaian Informasi pengamatan cuaca udara atas, dalam hal ini di Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali menggunakan Pilot Balon (Pibal) pada periode Desember 2014 tercatat sebersar 89%. Hal ini disebabkan oleh tidak dilakukannya pengamatan pilot balon karena kondisi cuaca. Secara kualitas dari segi ketepatan waktu penyampaian informasi diketahui sudah baik dengan tidak ada pengiriman yang melewati batas 10 menit dari jam pengiriman. Sedangkan dari segi level ketinggian yang dicapai diketahui bahwa terdapat 25 kali pengamatan pilot balon yang mencapai ketinggian lebih dari atau sama dengan 19.000 kaki.
23
C. Informasi Verifikasi Prakiraan Cuaca Informasi verifikasi prakiraan cuaca adalah informasi tambahan yang digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan informasi prakiraan yang diberikan oleh Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali. Verifikasi dilakukan dengan melakukan perbandingan antara hasil prakiraan cuaca dari informasi TAFOR dengan hasil pengamatan cuaca dari informasi METAR dan SPECI. Adapun unsur meteorologi yang dibandingkan antara lain arah dan kecepatan angin, jarak pandang (visibility), cuaca/endapan, jumlah awan, jenis awan serta tinggi dasar awan. Pada proses verifikasi, setiap unsur meteorologi hasil prakiraan cuaca mempunyai nilai persyaratan toleransi ketelitian saat dibandingkan dengan hasil pengamatan cuaca. Batasan toleransi ketelitian ini dapat dilihat pada Tabel V.3 berikut : Tabel V.3 Tabel Persyaratan Toleransi Ketelitian Pada Verifikasi Prakiraan Cuaca No.
Unsur Meteorologi
Persyaratan Toleransi Ketelitian
1.
Arah Angin
2.
Kecepatan Angin
3.
Jarak Pandang
4. 5.
Cuaca/Endapan Jumlah Awan
6.
Tinggi Dasar Awan
± 30o ± 5 Kt untuk kecepatan sampai 25 Kt ± 20% untuk kecepatan diatas 25 Kt ± 200 m untuk jarak pandang sampai 700 m ± 30% untuk jarak pandang antara 700 m & 10 Km Terjadi atau tidak ± 2 Oktas ± 30 m (100 ft) untuk tinggi dasar awan sampai 120 m ± 30% untuk tinggi dasar awan antara 120 m & 3000 m (10.000 ft)
24
Prosentase Minimum Ketelitian 80 % 80 % 80 % 80 % 70 % 70 %
Pada periode Desember 2014, verifikasi prakiraan cuaca menunjukan hasil yang sangat baik dengan kisaran hasil verifikasi antara 72-98%. Secara lengkap hasil verifikasi prakiraan cuaca Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali terlihat pada Tabel V.4 berikut : Tabel V.4 Tabel Persyaratan Toleransi Ketelitian Pada Verifikasi Prakiraan Cuaca Unsur Meteorologi Verifikasi
Standart
Arah
Kecepatan
Jarak
Cuaca/Endapan
Angin
Angin
Pandang
80 %
80 %
80 %
94 %
95 %
96 %
Jumlah
Tinggi
Awan
Dasar Awan
80 %
70 %
70 %
72 %
91 %
98 %
Minimum Hasil Verifikasi
Tabel V.4 tersebut menunjukan bahwa hasil verifikasi terendah pada periode Desember 2014 adalah verifikasi unsur meteorologi cuaca/endapan sebesar 72 %, sedangkan hasil verifikasi tertinggi adalah verifikasi unsur meteorologi tinggi dasar awan sebesar 98 %. Hasil verifikasi ini menunjukan bahwa kualitas informasi prakiraan cuaca yang dihasilkan oleh Stasiun Meteorologi Klas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali sudah sangat baik, sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh jasa penerbangan di Bandar Udara Ngurah Rai Bali.
25
VI. ANALISA MADDEN JULLIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI NGURAH RAI BALI Ni Putu Nonik Prianti, S.ST NIP. 198902112009112001 Forecaster di Stasiun Meteorologi Klas 1 Ngurah Rai (email:
[email protected])
Abstrak Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan suatu fenomena yang berpengaruh terhadap pola aktivitas awan konvektif dan pola curah hujan, dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis karakteristik MJO dengan peningkatan curah hujan akibat aktivitas konveksi di Ngurah Rai. Data yang digunakan adalah data hujan harian Stasiun Meteorologi klas 1 Ngurah rai selama rentang waktu 10 tahun (2004-2013) dan data RMM. Metode yang digunakan yaitu metode statistik korelasi. Dari penelitian yang dilakukan terlihat pola curah hujan dasarian di Ngurah Rai dari tahun 2004-2013 termasuk kedalam pola curah hujan Monsunal dan dilihat dari nilai korelasi terdapat hubungan yang cukup kuat antara pengaruh MJO terhadap curah hujan namun jika dilihat dari fase MJO terhadap kenaikan dan penurunan curah hujan, tidak terdapat perbedaan yang jelas antara kenaikan dan penurunan curah hujan yang disebabkan oleh MJO, oleh karena itu MJO berpengaruh lemah terhadap curah hujan yang terjadi di Ngurah Rai Bali.
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Curah hujan di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh fenomena sirkulasi atmosfer baik skala global, regional, maupun lokal. Salah satu fenomena global yang mempengaruhi cuaca dan iklim Indonesia adalah Madden Julian Oscillation (MJO) yang pertama kali ditemukan oleh Roland A. Madden dan Paul R. Julian pada tahun 1971. MJO sebagian besar berpengaruh terhadap pola curah hujan di
26
Indonesia dan daerah sekitarnya yang dilintasi oleh garis khatulistiwa (Geerts dan Wheeler, 1998). MJO mempengaruhi aktivitas konveksi pada lapisan troposfer dimana, aktifitas konveksi merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembentukan awan konvektif. Awan konvektif ialah awan yang terjadi karena kenaikkan udara di atas permukaan yang nisbi panas (Tjasyono,1999). Dari awan konvektif tersebutlah muncul potensi terjadinya hujan konvektif yaitu hujan yang terjadi akibat adanya pemanasan radiasi matahari dan proses thermal sehingga menyebabkan udara permukaan mengalami pemuaian dan naik ke lapisan atas. Madden Julian Oscillation mempunyai dua mode/fase yang berbeda jelas sebagaimana yang diungkapkan (Suryantoro,2004) yaitu fase basah-pelan dan kering-cepat dimana fase MJO basah-pelan dapat diidentifikasikan pada saat divergensi paras atas maksimum berada di daerah konveksi aktif seperti di daerah samudera Hindia, Pasifik Barat, Amerika Selatan dengan kecepatan fase penjalaran 5 m/s. Fase MJO kering-cepat muncul pada saat gangguan bergerak melalui daerah-daerah dengan aktivitas konveksi rendah seperti di Pasifik Tengah sampai Timur dan Atlantik dengan kecepatan penjalaran berkisar 30 m/s untuk parameter tekanan permukaan serta 15-20 m/s untuk parameter kecepatan potensial paras atas dan angin zonal. MJO dibagi menjadi 8 fase yaitu : Tabel VI.1. Posisi Fase Madden Julian Oscillation (MJO) Fase
Posisi
Area Konvektifitas
1
210º BB – 60º BT
Afrika bagian timur
2
60º BT – 80º BT
samudera Hindia bagian barat
3
80º BT – 100º BT
samudera Hindia bagian timur
4 dan 5
100º BT – 140º BT
benua maritim Indonesia
6
140º BT-160º BT
kawasan Pasifik barat
7
160º BT – 180º BT
Pasifik tengah
8
180º – 160ºBB
daerah konveksi di belahan bumi bagian barat
27
(Sumber: http://www.apsru.gov.au)
Gambar VI.1. Fase Madden Julian Oscillation dan penggambarannya dengan indek RMM (Real-time Multivariate MJO).
Salah satu bagian yang penting dalam meteorologi adalah membuat prakiraan hujan. Untuk membuat suatu prakiraan hujan, banyak faktor yang harus diperhatikan salah satunya adalah Madden Julian Oscillation (MJO). Dimana MJO ini merupakan fenomena cuaca yang cukup penting dalam mempengaruhi aktivitas konveksi pada lapisan troposfer. Dengan menggunakan Indeks Real-time Multivariate MJO (RMM) dari Bureau of Meteorology Research Centre (BMRC) yang kemudian diolah dengan menggunakan metode statistik untuk dikaitkan dengan curah hujan dasarian di Ngurah Rai Bali selama 10 tahun yaitu tahun 2004-2013, maka akan diketahui seberapa besar pengaruh MJO terhadap curah hujan di Ngurah Rai.
1.2 Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola curah hujan di Ngurah Rai Bali serta menganalisa seberapa besar pengaruh Madden Julian Oscillation terhadap curah hujan di Ngurah Rai dengan harapan agar hasil analisa ini dapat menjadi suatu bahan pertimbangan dalam pembuatan prakiraan hujan di wilayah Ngurah Rai.
28
2. DATA DAN METODE 2.1 Data Dalam penelitian ini menggunakan data curah hujan harian di wilayah Ngurah Rai Bali diperoleh dari Stasiun Meteorologi Klas 1 Ngurah Rai serta data Indeks RMM (Real-time Multivariate MJO) diperoleh dari BMRC (Bureau of Meteorologi Research Centre) (http://www.bom.gov.au/bmrc/). Dalam penelitian ini digunakan data curah hujan dan Indeks RMM dengan series waktu selama 10 tahun dari tahun 2004 hingga tahun 2013 dimaksudkan agar dapat memberikan suatu pola hasil penelitian yang dapat mewakili karakteristik wilayah tersebut sesuai dengan parameter yang dianalisis, juga mempunyai akurasi hasil yang baik.
2.2 Metode Data curah hujan harian dikonversi menjadi curah hujan dasarian yang kemudian di olah dengan menggunakan metode Korelasi Pearson. Dalam analisis ini digunakan uji analisis korelasi untuk mencari hubungan variable bebas (x) yaitu unsur cuaca yang dianalisis dengan variable terikat (y) yaitu Indeks RMM (Real-time Multivariate MJO). dihitung dengan menggunakan rumus:
r=
……………………... (1)
Variabel r adalah harga koefisien korelasi dengan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ 1). Apabila r = - 1 menandakan bahwa korelasi negatif sempurna (berbanding terbalik antara dua variabel tersebut), r = 0 menandakan tidak ada korelasi dan r = 1 menandakan korelasi sempurna positif sangat kuat (berbanding lurus antara dua variabel tersebut) (Santoso, 2006). Dalam mengintrepetasikan metode ini lebih rinici adalah sebagai berikut (Prihartini,et.al., 2000) : a. Jika harga r(x,y) mendekati +1, berarti hubungan antara kedua variabel tersebut semakin kuat dan sifatnya berbanding lurus.
29
b. Jika harga r(x,y) mendekati -1 berarti hubungan antara kedua variabel tersebut semakin kuat dan sifatnya berbanding terbalik. c. Jika harga r(x,y) ≥ +0.5 atau ≥ -0.5, berarti hubungan antara kedua variabel dianggap cukup kuat. d. Jika harga r(x,y) < +0.5 atau > -0.5 berarti hubungan antara kedua variabel dianggap lemah.
3. PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Curah Hujan di Ngurah Rai Bali
Intensitas (mm)
Grafik Rata - Rata Curah Hujan Dasarian di Ngurah Rai 2004 - 2013 20 15 10 5
Hujan
0 1
4
7
10 13 16 19 22 25 28 31 34
Waktu Pengamatan ( 1= Januari Dasa 1, 2= Januari Dasa II, 3= Januari Dasa III, ........... 36= Desember Dasa III)
Gambar IV.2. Grafik rata-rata curah hujan dasarian di Ngurah Rai tahun 2004-2013.
Grafik diatas menunjukkan pola curah hujan dasarian di Ngurah Rai dari tahun 2004-2013 termasuk kedalam pola curah hujan Monsunal, yaitu rata-rata daerah Ngurah Rai memiliki satu puncak hujan dimana dicirikan dengan terjadinya puncak hujan tertinggi antara bulan Desember – Februari dan curah hujan terendah terjadi antara bulan Juni – Agustus.
30
Gambar VI.3. Grafik Anomali Curah Hujan Dasarian di Bali Tahun 2004 – 2013
Grafik diatas menunjukkan pola anomali curah hujan di Ngurah Rai dari tahun 2004-2013, dapat dilihat bahwa anomali yang bernilai positif tinggi terjadi pada bulan April dasa II, November dasa III dan bulan Desember dasa III. Anomali yang bernilai negatif tertinggi terjadi pada bulan Februari dasa III, April dasa I dan bulan desember dasa II.
3.2 Analisis Anomali Curah Hujan Dasarian Terhadap Fase MJO Data diolah dengan proses sebagai berikut :
Gambar VI.4. Skema rangkaian proses kerja analisis anamali curah hujan dasarian terhadap fase MJO Setelah series waktu kedua variabel tersebut sama yaitu berupa dasarian, maka variabel-variabel dipasangkan, kemudian difiltrasi lagi fase dominan yang
31
ada dari kelompok anomali positif dan anomali negatif maka ditemukan nilai sebagai berikut :
Anomali Positif 5% Fase 1-4
35% 60%
Fase 5-8 Fase Imbang
Anomali Negatif 6% 50% 44%
Fase 1-4 Fase 5-8 Fase Imbang
Gambar VI.5. Prosentase fase MJO terhadap anomali positif dan negatif
Berdasarkan gambar diatas dapat dideskripsikan: Pada saat anomali positif dan negatif MJO dominan berada pada fase 1-4 yaitu bernilai 60% dari total data anomali positif dan bernilai 50% dari total anomali negatif . Dari hasil tersebut untuk daerah Ngurah Rai bali, fase MJO dibagi menjadi 3 kelompok yaitu fase 1-4, fase 5-8, fase imbang
32
yaitu nilai modus atau kemunculan fase 1-4 dan 5-8 sama banyak dalam satu dasarian. Anomali dengan fase 1-4 banyak terjadi pada saat anomali curah hujan positif, hal ini menunjukkan bahwa intensitas curah hujan di wilayah Ngurah Rai Bali meningkat dan juga banyak terjadi pada saat anomali curah hujan negatif yang menunjukkan intensitas curah hujan di wilayah Ngurah Rai Bali menurun. Anomali dengan fase imbang frekuensinya sangat kecil, hal ini dianggap sebagai masa peralihan atau transisi dari dominan fase 1-4 ke dominan fase 5-8. anomali curah hujan pada fase imbang ini tidak terlalu nyata menurun atau naik baik pada anomali positif maupun negatif.
3.3 Analisis Nilai Korelasi Anomali curah hujan dan amplitudo indeks RMM Anomali curah hujan dasarian dikorelasikan dengan nilai indeks RMM pada setiap bulan per dasa-nya, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel IV.2. Nilai Korelasi Anomali Curah Hujan dasarian dengan Nilai Indeks RMM Bulan
Dasarian I
Dasarian II
Dasarian III
Januari
0.1803
0.2388
0.3741
Februari
-0.1052
-0.3592
0.0496
Maret
-0.0829
0.1238
-0.0933
April
-0.0139
-0.5602
-0.2797
Mei
-0.6415
-0.4490
-0.2438
Juni
-0.5550
0.1586
0.5341
Juli
0.1499
-0.2950
0.5629
Agustus
-0.0242
-0.2613
-0.2814
September
-0.0024
-0.5843
-0.4866
Oktober
-0.0281
0.0063
-0.2338
November
-0.0570
-0.6674
-0.5947
Desember
-0.2394
0.3629
-0.0160
33
Hasil nilai korelasi anomali curah hujan dasarian dengan indeks RMM Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan : Nilai korelasi positif tertinggi terjadi pada bulan Juni dasa ke-3, yaitu 0,5341 dan bulan Juli dasa ke-3 bernilai 0,5629. Hal ini merupakan korelasi positif (berbanding lurus), dimana ketika intensitas curah hujan menurun, maka amplitudo indeks RMM juga akan menurun. Dan sebaliknya ketika intensitas curah hujan meningkat maka amplitudo indeks RMM juga akan meningkat. Nilai korelasi negatif tertinggi terjadi pada bulan April dasa ke-2 yaitu bernilai -0.5602, Mei dasa ke- 1 yaitu bernilai -0,6415, Juni dasa ke 1 yaitu bernilai -0.5550, September dasa ke – 2 yaitu bernilai -0.5843, November dasa ke-2 yaitu bernilai -0.6674 dan November dasa ke-3 yaitu bernilai 0.5947. Merupakan korelasi negatif (berbanding terbalik), dimana ketika intensitas curah hujan menurun, maka amplitudo indeks RMM justru akan naik. Dan sebaliknya ketika intensitas curah hujan naik maka amplitudo indeks RMM akan menurun.
4.KESIMPULAN Dari keseluruhan penelitian yang dilakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa: 1. Pola curah hujan dasarian di Ngurah Rai dari tahun 2004-2013 termasuk kedalam pola curah hujan Monsunal. 2. Dilihat dari nilai korelasi terdapat hubungan yang cukup kuat antara pengaruh MJO terhadap curah hujan namun jika dilihat dari fase MJO terhadap kenaikan dan penurunan curah hujan, tidak terdapat perbedaan yang jelas antara kenaikan dan penurunan curah hujan yang disebabkan oleh MJO, oleh karena itu MJO berpengaruh lemah terhadap curah hujan yang terjadi di Ngurah Rai bali.
34
5.DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Randy. 2009. Analisa Dampak Madden Julian Oscillation Terhadap Curah Hujan Di Pontianak. Jakarta. Prihartini,Djatmiko.H.T.,Swarinoto.Y.S.2005. Kaitan Southern Oscillation Index dengan Curah Di Pontianak. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 1 No.1 (Januari-Maret 2000) hal 15-20 Santoso, S. 2006. Menguasai Statistik Di Era Informasi Dengan SPSS 14. Jakarta:
Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Suryantoro, Arief.2004. Fenomena MJO/ISO dan Hubungannya Dengan Pola Aktivitas
Awan Konvektif dan Curah Hujan di Lampung, Sumatera
Selatan dan Aceh.
Jurnal
Tjasyono,Bayong.1999. Klimatologi Umum. Bandung:Penerbit Institut Teknologi Bandung http://www.bom.gov.au/bmrc/clfor/cfstaff/matw/maproom/RMM/RMM1RMM2. 74toRealtime txt akses 12 Desember 2014
35