TESIS
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA
MADE BAYU SAMBIRA TEJA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
1
2
TESIS
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA
MADE BAYU SAMBIRA TEJA NIM 1091561008
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
3
PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
MADE BAYU SAMBIRA TEJA NIM 1091561008
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
4
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 11 AGUSTUS 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS NIP. 19580305 198601 1 001
Ir. Gede Astawa Diputra, MT NIP. 19580916 198702 1 001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana
I Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc. Ph.D NIP. 19690805 199503 1 001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K)
NIP. 19590215 198510 2 001
5
Lembar Penetapan Panitia Penguji
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 6 Agustus 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No. 2337/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 3 Agustus 2015
Ketua
:
Anggota
:
Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS
1. Ir. Gede Astawa Diputra, MT 2. Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA 3. Ir. Mayun Nadiasa, MT 4. Ir. I Wayan Yansen, MT
6
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Made Bayu Sambira Teja
NIM
:
1091561008
Program Studi
:
Magister Teknik Sipil
Judul Tesis
:
Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 6 Agustus 2015 Yang menyatakan,
Made Bayu Sambira Teja
7
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas asung kertha wara nugraha-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Gede Astawa, MT selaku Pembimbing Kedua, yang telah memberikan motivasi, saran dan pengalaman kepada penulis. Kepada Bapak Putu Kertajaya, selaku PSMK3L dari PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa, yang telah banyak berkontribusi kepada penulis, baik dalam pemberian data penunjang untuk penyelesaian Tesis ini, maupun dalam hal berbagi pengalaman dan informasi. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Ucapan terima kasih ini juga disampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sebagai mahasiswa magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para dosen penguji yaitu; Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA, Ir. Mayun Nadiasa, MT, Ir. I Wayan Yansen, MT. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi, sehingga tesis ini dapat terwujud. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui team manajemen Program Pascasarjana yang telah member bantuan finansial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban dalam menyelesaikan pendidikan ini.
8
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen dan pegawai Program Magister Program Studi Teknik Sipil, yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada rekan kerja dan rekan sejawat yang ikut membantu dalam melancarkan penyelesaian penulisan ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungan moral dan spiritual, kakak yang selalu memberikan motivasi dan saran-saran. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada istri serta anak tercinta, yang terus-menerus memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan nugraha-Nya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu pelaksanaan penyelesaian Tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
9
ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN TOL NUSA DUA - NGURAH RAI - BENOA Terdapat ketidaksesuaian antara pemahaman pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan penerapan perilaku pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3, dimana proyek jalan tol ini dibangun di atas laut. Ada pekerja yang tidak sadar berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang bekerja dengan tidak aman meskipun sudah tahu bagaimana seharusnya bekerja secara aman, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu pengarahan dan bimbingan. Untuk itu, perlu diketahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme alat pelindung diri, sarana dan prasarana, serta risiko K3. Teknik pengambilan sampel menggunakan Nonprobability Sampling dengan metode Sampling Insidental. Data penelitian diambil dari penilaian jawaban responden terhadap kuisioner oleh pekerja yang dijadikan sampel penelitian. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan K3 dengan perilaku pekerja. Analisis regresi digunakan untuk menjelaskan pengaruh aspek pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi secara bersama-sama dengan analisis regresi linier berganda maupun parsial dengan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif dan rendah antara pengetahuan K3 dengan perilaku pekerja. Dari aspekaspek pengetahuan K3, maka aspek mekanisme penggunaan alat pelindung diri dan pemanfaatan sarana prasarana di tempat kerja berpengaruh secara positif/berbanding lurus dan tidak signifikan, sedangkan aspek pemahaman akan definisi dan inisiasi, pemahaman sistem manajemen K3 dan pemahaman akan risiko berpengaruh secara negatif/berbanding terbalik dan tidak signifikan terhadap penerapan pekerja konstruksi dalam berperilaku aman dan selamat. Kata kunci : Pengetahuan K3, Perilaku Pekerja, Proyek Jalan Tol
10
ABSTRACT THE INFLUENCE OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY KNOWLEDGE ON CONSTRUCTION WORKER BEHAVIOR IN NUSA DUA-NGURAH RAI – BENOA TOLL ROAD PROJECT There is incompatibility between the understanding of Occupational Health and Safety (OHS) knowledge with the application of construction workers behavior on the Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa Toll Road Project Pack 3, where the toll road project was built above the sea. There are workers who work with unsafe although they already know how it should work safely, and there are also workers who found himself competent, but need direction and guidance. Therefore, need to know the influence of occupational health and safety knowledge on construction workers behavior seen from several aspects such as definitions and initiation, management systems, mechanisms of personal protective devices, facilities and infrastructure, as well as the risk of OHS. The sampling technique used Non probability sampling with Incidental Sampling method. Data were taken from the assessment of respondents' answers to the questionnaire by workers sampled in the research. Correlation analysis is used to determine the relationship between knowledge of OHS with worker behavior. Regression analysis was used to explain of the knowledge of OHS aspects influence on construction workers behavior together by using the multiple linear regression analysis and partial by using simple linear regression analysis. The research result showed that there is a positive correlation between knowledge of OHS with worker behavior. In term of the OHS knowledge aspects, the use of personal protective devices mechanism aspects and utilization of facilities and infrastructure at work site affect positively / directly proportional and not significant, while aspects understanding of the definition and initiation, understanding of the OHS management system and an understanding of the risks effect Negative / inversely and not significant on the application of construction workers behavior in a secure and safe. Keywords : Knowledge of OHS, Workers Behavior, Toll Road Project
11
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM ……………………………………………………....... i PRASYARAT GELAR ………………..………………………………... ii LEMBAR PENGESAHAN ..…………………………………………....
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………….………………………....
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT …….…………………....
v
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………....
vi
ABSTRAK
viii
……………………………………………………………
ABSTRACT ……………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………....
x
DAFTAR TABEL
……………………………………………………
xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang
…………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah
…………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian
…………………………………………….. 5
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
…………………………….. 5
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian
…………………………….. 5
1.4 Manfaat Penelitian
…………………………………………….. 6
1.4.1 Manfaat Praktis …………………………………………….. 6 1.4.2 Manfaat Akademis 1.5 Batasan Masalah
…………………………………………….. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filosofi K3
…………………………………….. 6
…………………………………….. 8
…………………………………………………….. 8
2.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3) 2.2.1 Pengertian SMK3
…………………………….. 10
…………………………………….. 11
12
2.2.2 Tujuan SMK3
…………………………………………….. 13
2.2.3 Proses SMK3
…………………………………………….. 14
2.3 Tujuan dan Manfaat K3
…………………………………….. 16
2.4 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja …………………………….. 16 2.4.1 Konsep Kecelakaan
…………………………………….. 16
2.4.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan 2.4.3 Filosofi Keselamatan
…………………….. 17
…………………………………….. 20
2.4.4 Persyaratan Keselamatan Kerja …………………………….. 21 2.5 Alat Pelindung Diri (APD) 2.6 Kesehatan Kerja
…………………………………….. 22
…………………………………………….. 28
2.6.1 Kesehatan Lingkungan …………………………………….. 28 2.6.2 Kesehatan Kerja ……………………..………………..…….. 29 2.6.3 Pengelolaan Sampah
…………………………………….. 29
2.6.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah ……………………... 34 2.7 Manajemen Proyek Konstruksi……………….………………….. 36 2.7.1 Definisi Proyek …………….……………….……………..
36
2.7.2 Definisi Manajemen Proyek
37
……..……………………..
2.7.3 Macam – Macam Proyek…………………………………….. 38 2.7.4 Ukuran Proyek …………………………..……………….. 2.7.5 Pandangan Terhadap Manajemen Proyek 2.8 Manajemen Risiko
39
…………….. 40
………………...………………………….. 41
2.8.1 Konsep Risiko …………………………………………….. 41 2.8.2 Manajemen Risiko K3 …………………………………….. 41 2.8.3 Konsep HIRARC dalam Manajemen Risiko 2.9 Konsep Perilaku
…………….. 42
…………………………………………….. 43
2.9.1 Definisi Umum Perilaku
………………………...….. 43
2.9.2 Motivasi dalam Perilaku
……………………...…….. 44
2.9.3 Tujuan dalam Perilaku …………………………………….. 45 2.9.4 Hubungan Perilaku K3 dengan Budaya K3
…………….. 48
2.10 Kajian Analisis Data ……………………………………………. 49 2.10.1 Populasi dan Sampel ……………………………………
49
13
2.10.2 Teknik Sampling
……………………………………
51
2.11 Uji Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Penelitian ……. 51 2.11.1 Validitas
……………………………………………
52
2.11.2 Reliabilitas
……………………………………………
54
2.11.3 Interpretasi Hasil Penelitian
……………………………
54
2.12 Skala Pengukuran Penelitian….………………………………… 55 2.13 Analisis Regresi
……………………………………………
56
2.13.1 Analisis Regresi Linier Sederhana
……………………
56
2.13.2 Analisis Regresi Linear Berganda
……………………
57
……………………………………
59
3.1 Pendekatan Penelitian ……………………………………………
59
3.2 Lokasi Penelitian
60
BAB III METODE PENELITIAN
……………………………………………
3.3 Penentuan Sumber Data
……………………………………
61
……………………………………………………
61
3.5 Definisi Operasional Variabel……………………………………
62
3.6 Teknik Pengumpulan Data
……………………………………
67
……………………………………………
67
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………………
68
3.9 Analisis Data ……………………………………………………
69
3.10 Cara Penyajian Data …………………………………………
69
3.11 Diagram Kerangka Penelitian
……………………………
70
……………………………………
71
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………………
71
4.2 Deskripsi Data
……………………………………………
73
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Pekerja ……………………………
73
4.2.2 Deskripsi Jawaban Pekerja Berdasarkan Hasil Survei ……
74
3.4 Jenis Data
3.7 Skala Pengukuran
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.3 Pengaruh Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi Secara Bersama-sama …………………………………………… 4.4 Pengaruh Masing – masing Variabel Pengetahuan K3 terhadap
75
14
Perilaku Pekerja Konstruksi Secara Parsial ……………………
BAB V PEMBAHASAN
……………………………………………
5.1 Uji Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja
77
84
……
84
5.1.1 Uji Autokorelasi ……………………………………………
84
5.1.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 Secara Bersama-sama Terhadap Variabel Perilaku Pekerja
……………………
84
5.1.3 Pengaruh Masing-masing Variabel Pengetahuan K3 Secara Parsial Terhadap Variabel Perilaku Pekerja
……………………
87
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………
92
6.1 Simpulan
……………………………………………………
92
6.2 Saran ……………………………………………………………
93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
……………………………………………
94
……………………………………………………
95
15
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek ....40 Tabel 2.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r …………………………. 53 Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur ……...……………….. 73 Tabel 4.2 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kontrak Kerja …….……….. 73 Tabel 4.3 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan ..……………….. 74 Tabel 4.4 Signifikansi Pengaruh Variabel Bersama-sama ………….…….. 75 Tabel 4.5 Uji Parameter Variabel Bersama-sama …..….………….…….. 76 Tabel 4.6 Nilai Korelasi dan Determinasi ……………….………….……..76 Tabel 4.7 Signifikansi Variabel Definisi dan Inisiasi …..………….…….. 77 Tabel 4.8 Uji – t Variabel Definisi dan Inisiasi …...……………….…….. 78 Tabel 4.9 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X1 …….……….……..78 Tabel 4.10 Signifikansi Variabel Sistem Manajemen ……………….……..79 Tabel 4.11 Uji – t Variabel Sistem Manajemen …...……………….…….. 79 Tabel 4.12 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X2 …….…….…….. 79 Tabel 4.13 Signifikansi Variabel Alat Pelindung Diri …………….…….. 80 Tabel 4.14 Uji – t Variabel Alat Pelindung Diri …...……………….…….. 80 Tabel 4.15 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X3 …………….……..80 Tabel 4.16 Signifikansi Variabel Sarana dan Prasarana ….……….…….. 81 Tabel 4.17 Uji – t Variabel Sarana dan Prasarana …...…………….…….. 81 Tabel 4.18 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X4 ………………….. 82 Tabel 4.19 Signifikansi Variabel Risiko ………………..…………..…….. 82 Tabel 4.20 Uji – t Variabel Risiko …………………...……………...…….. 82 Tabel 4.21 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X5 …………..…….. 83 Tabel 5.1 Nilai Korelasi dan Determinasi …………..……….…………... 84
16
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Siklus Manajemen
……………………………………. 16
Gambar 2.2 Pembatas – pembatas dalam Pelaksanaan Proyek………...… 38 Gambar 2.3 Hubungan Bahaya dan Risiko……………...………………
42
Gambar 2.4 Perilaku Penyesuaian (Coping Behaviour) …..……………… 47 Gambar 2.5 Hubungan Perilaku dan Motivasi…………..……………… Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
48
……………………………………. 60
Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penelitian
……………………………. 70
17
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Informed Consent ……………..………………………..…… 96 Lampiran 2 Form Kuisioner ……………...…………………..…………… 100 Lampiran 3 Tabulasi Hasil Responden ……………...………………..….. 108 Lampiran 4 Pearson Product Moment ……………...………………..…… 126 Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Instrumen ……………...………………..… 127 Lampiran 6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……..……………..…… 129 Lampiran 7 Nilai Distribusi F ………………………………………...…… 141 Lampiran 8 Analisis Regresi SPSS …………………………………...…… 143 Lampiran 9 Analisis Regresi Microsoft EXCEL ……...……………...…… 149
18
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi merupakan kombinasi dari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, baik dilihat dari segi teknis konstruksi maupun dari segi non teknisnya dan termasuk juga di dalamnya unsur sumber daya manusianya (man power). Dalam pekerjaan konstruksi selalu menyangkut dengan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dan masyarakat penyelenggara pekerjaan konstruksi itu sendiri. Dimana penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ini wajib memenuhi ketentuan
tentang
keteknikan,
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
(K3),
perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Terkait dengan potensi risiko kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, maka pengetahuan akan K3 pada suatu proyek konstruksi saat ini telah menjadi kebutuhan mendasar. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti seharusnya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya (safety management), yang sering disebut Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). K3 konstruksi bukanlah sesuatu yang baru, mengingat ada beberapa regulasi terkait K3 sudah ada sejak Tahun 1970, seperti Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan beberapa tahun lalu Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri No. 9 Tahun 2008 tentang SMK3.
19
Standar Keselamatan Kerja yang belum memadai dan masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia, merupakan bukti lemahnya perhatian terhadap pentingnya aspek K3 pada pekerjaan konstruksi. Sebagai gambaran, data angka kecelakaan kerja dari PT. Jamsostek Tahun 2011 di Indonesia tercatat 96.314 kasus kecelakaan kerja, dimana terdapat 2.144 orang meninggal, 42 orang cacat total. Sebagian besar pekerja yang ditanyakan mengenai berbagai hal tentang K3, tidak mengetahui secara jelas mengenai K3 meskipun pernah mendengarnya. Hal ini berarti bahwa persoalan K3 bagi pekerja ditempatkan jauh di bawah persoalan seperti upah rendah serta hak – hak lainnya. Banyak perusahaan yang tidak menyediakan alat keselamatan dan pengaman untuk pekerjanya, dan banyak juga pengusaha yang mengabaikan K3 karena dianggap mengeluarkan biaya tambahan. Secara umum pengetahuan tentang K3 sangat luas, akan tetapi ada beberapa komponen K3 yang dipandang penting untuk dijadikan tolak ukur pemahaman K3. Komponen – kompenen tersebut adalah Definisi dan Inisiasi K3, Sistem Manajemen K3 (SMK3), Alat Pelindung Diri (APD), Sarana dan Prasarana K3, Risiko K3. Definisi dan inisiasi bermanfaat untuk gambaran awal tentang K3 pada suatu proyek konstruksi yang erat kaitannya dengan pengenalan secara umum seperti misalnya definisi istilah – istilah, kepanjangan dari singkatan – singkatan, arti dan makna lambang K3, struktur organisasi yang terlibat, pihak internal dan eksternal terkait fungsi pelaksanaan K3, dan sebagainya. Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan Do Check Action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian,
20
SMK3 akan berjalan terus – menerus secara berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung. Perlindungan keamanan dan keselamatan pekerja dalam suatu kegiatan konstruksi seharusnya dilakukan secara sungguh – sungguh melalui berbagai cara untuk mengurangi sumber bahaya dengan menggunakan alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. Begitu juga dengan sarana dan prasarana K3 yang memadai, seperti misalnya tersedia atau tidaknya fasilitas MCK, tempat sampah organik atau anorganik, pengelolaan limbah, yang secara tidak langsung juga bisa mempengaruhi perilaku pekerja saat bekerja. Komponen penting lainnya yaitu risiko K3, yang menggambarkan besarnya potensi bahaya pada pekerjaan konstruksi untuk dapat menimbulkan insiden atau cedera pada pekerja yang ditentukan oleh kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya, sehingga harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3 yang baik. Dalam penulisan ini, penulis mengambil objek penelitian pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 dengan Penyedia Jasanya adalah Wika-Adhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT. Hutama Karya Persero (Tbk). Cakupan pekerjaannya meliputi Main Road, Simpang Susun Ngurah Rai, Jalan Akses Ngurah Rai, dan Persimpangan Sebidang Jalan Ngurah Rai. Pelaksanaan konstruksi proyek pembangunan jalan tol ini sebagian besar di atas laut dengan beberapa potensi hambatan yang dihadapi antara lain bekerja
21
di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari, dipengaruhi kondisi pasang surut air laut, angin kencang yang tidak bisa diprediksi. Di samping itu, terdapat beberapa identifikasi bahaya dan risiko pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti perahu terbalik, terkena alat kerja manual, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik, tertimpa benda berat, terkena manuver alat, paparan debu tanah, kemacetan lalu lintas, jatuh ke air dalam, terjepit tiang pancang, suara keras di atas 86 db, terjepit bar cutter/bender, terimpa precast, dan sebagainya. Oleh karena sudah teridentifikasi bahaya dan risiko pekerjaan pada proyek di atas laut ini, maka dari pihak penyedia jasa sudah seharusnya melakukan upaya manajemen yaitu adanya tindakan preventif , tanggap darurat dan mitigasi. Penerapan Safety Induction dan mekanisme penggunaan APD merupakan prioritas bagi keselamatan pekerja. Akan tetapi, pada pelaksanaan di lapangan, masih saja terdapat pekerja yang tidak mengikuti aturan yang sudah menjadi kebijakan mutu dan K3 perusahaan. Ada pekerja yang tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dan mempunyai kebiasaan berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang tahu bagaimana melakukan pekerjaannya dengan aman dan selamat, tetapi tidak dilakukan, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu pengarahan dan bimbingan dari orang lain. Secara umum terdapat ketimpangan antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku pekerja di tempat kerja. Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis ingin meneliti mengenai pengaruh pengetahuan K3 pada pekerjaan konstruksi terhadap perilaku pekerja konstruksi di tempat kerja dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti
22
definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3? 2. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi? 3. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum maupun tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1
Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3. 1.3.2
Tujuan Khusus Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi.
23
b. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti berikut yaitu: 1. Bagi penyedia jasa konstruksi, hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pekerja terkait dengan regulasi yang mengatur K3. 2. Bagi pekerja konstruksi, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pedoman bahwa betapa pentingnya penerapan K3 Konstruksi pada tempat kerja dan bisa mengubah pola perilaku pekerja dari berisiko menjadi mengutamakan keselamatan kerja.
1.4.2 Manfaat Akademis Manfaat akademis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti berikut yaitu: 1. Untuk bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya pada pengembangan upaya – upaya untuk menghasilkan terobosan baru di bidang K3 Konstruksi.
24
2. Dibidang penelitian diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi peneliti lainnya yang hendak meneliti masalah K3 Konstruksi di masa yang akan datang.
1.5 Batasan Masalah Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk perilaku pekerja konstruksi pada pelaksanaan pekerjaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, khususnya Paket 3 yang dikerjakan oleh Kontraktor WikaAdhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT. Hutama Karya Persero (Tbk).
25
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3.1 Filosofi K3 Salah satu organisasi profesional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di USA, International Association of Safety Professional (IASP) menetapkan 8 prinsip K3 yang menjadi landasan pengembangan K3 (Ramli, 2010:23) sebagai berikut: 1. K3 adalah tanggung jawab moral atau etik (Safety is an ethical responsibility) Masalah K3 hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi keselamatan sesama manusia. Oleh karena itu, K3 bukan sekadar pemenuhan perundangan atau kewajiban, tetapi merupakan tanggung jawab moral setiap pelaku bisnis untuk melindungi keselamatan pekerjanya. 2. K3 adalah budaya, bukan sekadar program (Safety is a culture, not a program) Banyak perusahaan yang menganggap K3 hanya sekadar program yang dijalankan dalam perusahaan atau untuk memperoleh penghargaan dan sertifikat. Padahal K3 adalah cerminan dari budaya (safety culture) dalam organisasi. K3 harus menjadi nilai-nilai yang dianut dan menjadi landasan dalam pengembangan bisnis. 3. K3 adalah tanggung jawab manajemen (Management is responsible) Selama ini manajemen sering melemparkan tanggung jawab K3 kepada para pengawas dan jika terjadi kecelakaan akan melimpahkan kepada mereka yang berada di tempat kerja. Padahal secara moral, tanggung jawab mengenai keselamatan ada pada manajemen. Tanggung jawab ini tentu dalam wujud
26
kebijakan, kepedulian, kepemimpinan dan dukungan penuh terhadap upaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. 4. Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan aman (Employees must be trained to work safety) Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik dan persyaratan K3 berbeda. Karena itu, K3 tidak bisa timbul sendirinya pada diri pekerja atau pihak lainnya. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan pelatihan. 5. K3 adalah cerminan kondisi ketenagakerjaan (Safety is a condition of employment) Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Oleh karena itu, kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan. 6. Semua kecelakaan dapat dicegah (All injuries are preventable) Prinsip dasar ilmu K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena semua kecelakaan pasti ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan, maka kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan. 7. Program K3 bersifat spesifik (Safety programs must be site specific) Prinsip ini melihat bahwa program K3 tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semuanya. Namun harus berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial, dan lainnya. Program K3 harus dirancang spesifik untuk masing-masing
27
organisasi atau perusahaan sehingga tidak bisa sekadar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain. 8. K3 baik untuk bisnis (Safety is good business) Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan, namun harus dilihat sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan. K3 adalah bagian integral dari aktivitas perusahaan. Kinerja K3 yang baik akan memberikan manfaat terhadap bisnis perusahaan.
3.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal Tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai Manajemen K3 (safety management). Semua system manajemen K3 bertujuan untuk mengelola ririko K3 yang ada dalam perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan kerugian dapat dicegah. Mengelola K3 sama juga dengan mengelola aspek lain dalam perusahaan dengan menggunakan pendekatan manajemen modern mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan.
28
Selanjutnya International Labour Organization (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk digunakan di lingkungan kerja. Hal serupa juga terjadi di sector industry lainnya sehingga berkembang berbagai system manajemen keselamatan seperti Food Safety Management System, Railway Safety Management System, Marine Safety Management System, Road Safety Management System, Construction Safety Management System, Hospital Safety Management System, dan lainnya. Faktor inilah antara lain yang mendorong lahirnya system manajemen K3 OHSAS 18001. 2.2.1 Pengertian SMK3 Menurut Kepmenaker 05 Tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. SMK3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan. Pendekatan SMK3 telah berkembang sejak Tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa
29
ini terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga dan institusi di dalam dan luar negeri. antara lain: a. Sistem Manajemen Five Star dari British Safety Council, UK Dikembangkan oleh lembaga K3 di Inggris sekitar Tahun 1970 dan digunakan di berbagai perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberi penghargaan kepada perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan (Sword of Honour). Beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Pertamina dan Petrokimia telah memperoleh penghargaan ini. b. British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and Safety Management System Merupakan standar tentang SMK3 yang diberlakukan di Inggris dan Negara lain di sekitarnya. c. Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OHSA,USA d. International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV Suatu SMK3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA yaitu Mr. Frank Bird yang mengembangkan metode penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan nilai (system scoring). Di Indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan sistem ini. e. Process Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119 Merupakan SMK3 yang dirancang khusus untuk industri proses berisiko tinggi seperti perminyakan dan petrokimia. Di Indonesia dikenal dengan
30
istilah Manajemen Keselamatan Proses (MKP) yang telah dikembangkan oleh berbagai industri dan perusahaan. f. Sistem Manajemen K3 dari Depnaker RI Sistem ini telah dikembangkan di Indonesia dan diimplementasikan oleh berbagai perusahaan. Auditnya dilakukan melalui Sucofindo. g. American Petroleum Institute: API 9100A: Model Environmental Health and Safety (EHS) Management System Lembaga ini mengeluarkan pedoman tentang sistem manajemen keselamatan kerja dan lingkungan h. American Petroleum Institute: API RP 750, Management of Process Hazards i. ILO – OHS 2001: Guideline on OHS Management System Lembaga perburuhan dunia ini juga mengembangkan pedoman SMK3 yang banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai Negara dan perusahaan. j. E&P Forum: Guidelines for Development and Application of HSE Management System Semua SMK3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi manajemen modern. Yang berbeda adalah elemen implementasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. 2.2.2 Tujuan SMK3 Berbagai tujuan SMK3 tersebut dapat digolongkan sebagai berikut: a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
31
c. Sebagai dasar penghargaan (awards) d. Sebagai sertifikasi Mengingat banyaknya SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi tersebut, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus memberikan sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sistem ini dapat disertifikasikan melalui lembaga sertifikasi dan diakui secara global. OHSAS 18000 pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1999 dan kemudian disempurnakan pada Tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001 sebagai standar atau persyaratan SMK3, dan OHSAS 18002 sebagai pedoman pengembangan dan penerapannya. 2.2.3 Proses SMK3 Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan suatu set elemenelemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran untuk mencapai objektif tersebut. SMK3 terdiri atas dua unsur pokok yaitu proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan elemen merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen. Elemen-elemen ini mencakup antara lain tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya.
32
Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif dan program K3. Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan – Do – Check – Action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus-menerus secara berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung. SMK3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan tidak efektif. Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, dilanjutkan dengan penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang dapat mempengaruhi pelaksanaanya. Dengan demikian, organisasi dapat segera melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya.
33
Tinjauan Manajemen
Pengukuran & Pemantauan
ACTION
PLAN
Perencanaan
CHECK
DO
Implementasi
Gambar 2.1 Siklus Manajemen 3.3 Tujuan dan Manfaat K3 Sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan, pengeluaran biaya yang sia-sia atau sekadar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi. K3 masih dianggap sebagai beban tambahan bagi organisasi. Persepsi seperti ini sangat menghambat pelaksanaan K3. Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karena itu tujuan dan manfaat K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hukum, perlindungan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial, dan lainnya.
3.4 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja 2.4.1 Konsep Kecelakaan Dalam proses terjadinya (Ramli, 2010:30), kecelakaan terkait empat unsur produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang saling berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan
34
terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat, material dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Di samping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material. Faktor-faktor penyebab kecelakaan seperti dikemukakan oleh H.W. Heinrich (1930) dengan teori dominonya yang menggolongkan atas: a. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), misalnya tidak mau menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat membahayakan dirinya dan orang lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan. b. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu kondisi di lingkungan kerja baik alat, material, maupun lingkungan yang tidak aman dan membahayakan. Teori tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Frank Bird yang menggolongkan atas sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic causes). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan penyebab tidak langsung merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut. 2.4.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan
35
kondisi yang tidak aman. Namun dalam prakteknya tidak semudah yang dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling tekait mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang. Oleh karena itu, berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Banyak teori dan konsep yang dikembangkan para ahli, dan beberapa diantaranya yaitu: a. Pendekatan Energi Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan energi mengendalikan kecelakaan melalui tiga titik yaitu pada sumbernya, pada aliran energi (path way) dan pada penerima. b. Pendekatan Manusia Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain: 1). Pembinaan dan Pelatihan 2). Promosi dan Kampanye K3 3). Pembinaan Perilaku Aman 4). Pengawasan dan Inspeksi K3 5). Audit K3 6). Komunikasi K3 7). Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practices) c. Pendekatan Teknis
36
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain: 1) Rancang bangun yang aman disesuaikan dengan persyaratan teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja. 2) Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi. d. Pendekatan Administratif Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: 1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat dikurangi 2) Penyediaan alat keselamatan kerja 3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3 4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja e. Pendekatan Manajemen Banyak kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang dilakukan antara lain: 1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) 2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif 3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk manajemen tingkat atas.
37
2.4.3 Filosofi Keselamatan Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya. Tidak ada kejadian apapun yang tanpa sebab sebagai pemicunya. Jika faktor penyebab tersebut dihilangkan, maka dengan sendirinya kecelakaan bisa dicegah. Atas dasar tersebut, maka menurut Heinrich yaitu setiap kecelakaan dapat dicegah. Selanjutnya dikemukakan sepuluh aksioma sebagai berikut: a. Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab dan akibat. Tidak ada kecelakaan yang disebabkan oleh faktor tunggal, namun merupakan rangkaian sebab dan akibat yang saling terkait. b. Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakannya yang tidak aman. c. Bahwa kondisi yang tidak aman dapat membahayakan dan menimbulkan kecelakaan. d. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku, kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya. e. Untuk itu upaya pencegahan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha antara lain dengan melakukan perbaikan teknis, tindakan persuasif, penyesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan penegakan disiplin (law inforcement). f. Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya. g. Program pencegahan kecelakaan harus sejalan dengan program lainnya dalam organisasi.
38
h. Pencegahan kecelakaan atau program keselamatan dalam organisasi tidak akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam organisasi. i. Pengawas merupakan unsur kunci dalam program K3 j. Bahwa usaha keselamatan menyangkut aspek ekonomis.
2.4.4 Persyaratan Keselamatan Kerja Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan cara kerja. Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang No.1 tahun 1970 adalah sebagai berikut: a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian kebakaran atau kejadian lainnya e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan f. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
39
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang. q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
3.5 Alat Pelindung Diri (APD) Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga pihak manajemen akan mengambil tindakan untuk melindungi pekerja itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya pemakaian APD masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan.
40
APD adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. APD berperan penting terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku pembangunan, sehingga perlu dilakukan upaya – upaya perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis dan medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua pihak serta berdampak pada perekonomian nasional. Bahaya yang mungkin terjadi di lantai produksi dan menimpa tenaga kerja adalah: a. Tertimpa benda keras dan berat b. Tertusuk atau terpotong benda tajam c. Terjatuh dari tempat tinggi d. Terbakar atau terkena aliran listrik e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan f. Rusak pendengaran karena kebisingan g. Rusak penglihatan karena cahaya berlebihan h. Terkena radiasi
41
Kerugian yang harus ditanggung apabila terjadi kecelakaan adalah : a. Produktivitas pekerja berkurang selama beberapa waktu b. Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan meninggal c. Kerugian atas kerusakan mesin d. Menurunnya efisiensi perusahaan, dan lain-lain APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar sebab dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak para pekerja yang masih belum mengenakan APD karena merasakan ketidaknyamanan saat bekerja. Berdasarkan Pasal 14 huruf c UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengusaha wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban pengusaha/pengurus perusahaan tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang-undang. Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan. APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan faktor – faktor pertimbangan dimana APD harus : a. Enak dan nyaman dipakai b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja
42
c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi bahaya d. Memenuhi syarat estetika e. Memperhatikan efek samping penggunaan APD f. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga terjangkau Beberapa jenis APD antara lain : masker, kacamata, sepatu pengaman, sarung tangan, topi pengaman (helmet), perlindungan telinga, perlindungan paruparu, dan APD lainnya. Penggunaan pelindung wajah dan alat pernafasan (Masker) pada tempat – tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: debu – debu kasar dari penggerindaan atau operasi – operasi sejenis; racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap; uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia; bukan gas beracun tetapi seperti Karbondioksida (CO2) yang menurunkan konsentrasi Oksigen (O2) di udara. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker . Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu: bagaimana menggunakan masker secara benar; macam dari kotoran debu yang perlu dihindari; dan lamanya menggunakan alat tersebut. Jenis – jenis masker dan penggunaannya : a. Masker penyaring debu, berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk – serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya.
43
b. Masker berhidung, berguna untuk menyaring debu atau benda lain sampai ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu. c. Masker bertabung, mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu. Bermacam-macam tabung dapat dipasangkan dan tertulis untuk macam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan. Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Orang-orang merasa enggan memakai kacamata (goggles) karena ketidaknyamanannya sehingga dengan alasan tersebut pekerja merasa mengurangi kenikmatan kerja. Banyak upaya yang harus diselenggarakan ke arah pembinaan disiplin, atau melalui pendidikan dan penggairahan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang berpandangan bahwa risiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan kemauan sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil, mereka tidak akan mau memakainya. Kecelakaan mata berbeda – beda dan aneka jenis kacamata pelindung diperlakukan. Misalnya, pekerjaan dengan kemungkinan adanya risiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan diperlakukan lensa penyaringan sinar las yang tepat. Sepatu pengaman (Safety Shoes) harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam –
44
asam, dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik, cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda – benda berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam solnya. Lapis baja di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan. Sarung Tangan (Gloves) harus diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya – bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi, dan sebagainya. Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan ke mesin adalah berbahaya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pekerjaan yang berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik. Helm Pengaman (Safety Helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh, melayang, atau benda-benda lain yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Telinga harus dilindungi selain dari suara yang berlebihan atau kebisingan, juga dari loncatan api, percikan logam, pijar, atau partikel-partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.
45
Masih terdapat APD lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga kerja yang mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga pakaian khusus bagi tenaga kerja saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya – bahaya kecelakaan. 3.6 Kesehatan Kerja Hal – hal yang terkait prihal kesehatan kerja diantaranya diatur dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama yang tertuang dalam Bab tersendiri yaitu prihal Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. 2.6.1. Kesehatan Lingkungan Prihal Kesehatan Lingkungan, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang upaya kesehatan lingkungan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Adapun lingkungan sehat yang dimaksud mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan fasilitas umum. Lingkungan sehat juga dimaksudkan bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan antara lain: limbah cair; limbah padat; limbah gas; sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang pembawa penyakit; zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas; radiasi sinar pengion dn non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan makanan yang terkontaminasi.
46
2.6.2 Kesehatan Kerja Prihal Kesehatan Kerja, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang upaya kesehatan kerja yang ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terhindar dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, meliputi pekerja di sektor formal dan informal, serta berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pengelola tempat kerja wajib mentaati standar kesehatan kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah, serta menjamin lingkungan kerja yang sehat dan bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja. 2.6.3 Pengelolaan Sampah Terkait dengan kesehatan, pengelolaan sampah juga menjadi hal yang sangat penting. Seperti yang diatur dalam Undang - Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan
47
dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 Ayat (4) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih diandalkan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara bijak. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan berkelanjutan yaitu: menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound). Proses pembangunan yang diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang akan datang. Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha dan/atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh
berbagai
perencanaannya,
aktivitas sehingga
pembangunan langkah
tersebut
pengendalian
dianalisis
sejak
awal
dampak
negatif
dan
pengambangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL dan UKL – UPL. Pasal 22 Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL. AMDAL tidak hanya mencakup kajian terhadap aspek
48
biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan untuk memiliki UKL – UPL. Pelaksanaan AMDAL dan UKL – UPL harus lebih sederhana dan bermutu serta menuntut profesionalisme, akuntabilitas dan integritas semua pihak terkait agar instrumen dapat digunakan sebagai perangkat pengambilan keputusan yang efektif. AMDAL dan UKL – UPL juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Ijin Lingkungan. Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL – UPL merupakan satu kesatuan dengan proses permohonan dan penerbitan Ijin Lingkungan. Dengan dimasukkannya AMDAL dan UKL – UPL dalam proses perencanaan usaha dan/atau kegiatan, Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya mendapatkan informasi yang luas dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya, baik dari aspek teknologi, sosial, dan kelembagaan. Berdasarkan informasi tersebut, pengambilan keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak, tidak layak, disetujui, atau ditolak, dan Ijin Lingkungannya dapat diterbitkan. Masyarakat juga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan penerbitan Ijin Lingkungan. Tujuan diterbitkannya Ijin Lingkungan antara lain untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan,
49
meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perijinan untuk usaha dan/atau kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam usaha dan/atau kegiatan. Dalam Undang – Undang ini, yang dimaksud dengan : a. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. b. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. c. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. d. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. e. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. f. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendaur ulangan, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. g. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. h. Tempat
pemprosesan
akhir
adalah
tempat
untuk
memproses
dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
50
i. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. j. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum. k. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar. l. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. m. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. n. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang terkait. Ruang Lingkup dalam Undang – Undang ini mencakup: a. Sampah yang dikelola berdasarkan UU ini terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. b. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
51
c. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. d. Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik. e. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. 2.6.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Hal – hal yang terkait Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah: a. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. b. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah. c. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut yaitu menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu, memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan, memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan, memfasilitasi
52
kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang, memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. d. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. e. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. f. Kegiatan
penanganan
sampah
meliputi:
pemilahan
dalam
bentuk
pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir; pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah; dan/atau pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. g. Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah
53
3.7 Manajemen Proyek Konstruksi 2.7.1 Definisi Proyek Proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu tertentu pula. Menurut PMBOK Guide (2004), sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu: temporary, unique, progressive elaboration. Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan. Unique artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda datu dan lainnya. Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek. Karakteristik – karakteristik tersebut di atas yang membedakan aktivitas suatu proyek terhadap aktivitas rutin operasional. Aktivitas operasional cenderung bersifat terus – menerus dan berulang – ulang, sementara aktivitas proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuannya, aktivitas akan berhenti ketika tujuan telah tercapai. Sementara aktivitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan.
54
2.7.2 Definisi Manajemen Proyek Manajemen
proyek
adalah
aplikasi
pengetahuan
(knowledges),
keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktivitas – aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan proyek (PMBOK, 2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajemen proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint (lingkup pekerjaan, waktu dan biaya), dimana keseimbangan ketiga konstrain tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya. Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan (customer relation). Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2.2. Dalam gambar tersebut ditunjukkan bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu memperhatikan batasan waktu, biaya, lingkup pekerjaan dengan memanfaatkan resources yang kita punyai (Budi Santosa,2009). Di sini juga bisa dikemukakan bahwa dalam pelaksanaan proyek ada tawar – menawar (trade off) antara berbagai pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuensi kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas bisa turun.
55
Hubungan Baik dengan Customer
Lingkup Pekerjaan
Waktu Resources
Biaya
Gambar 2.2 Pembatas-pembatas dalam Pelaksanaan Proyek (Sumber : Budi Santosa,2009) 2.7.3 Macam-Macam Proyek Menurut jenis pekerjaannya, proyek bisa diklasifikasikan antara lain sebagai berikut: 1. Proyek Konstruksi Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk fisik. Sebagai contoh adalah proyek pembangunan jalan raya, jembatan atau bangunan konstruksi lainnya. 2. Proyek Penelitian dan Pengembangan
56
Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru, temuan alat baru, atau penelitian mengenai ditemukannya bibit unggul untuk suatu tanaman. Proyek ini bisa muncul di lembaga komersial maupun pemerintah. Setelah suatu produk baru ditemukan atau dibuat biasanya disusul pembuatan secara massal untuk dikomersialisasikan. 3. Proyek yang Berhubungan dengan Manajemen Jasa Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah. Proyek ini bisa berupa : perancangan struktur organisasi; pembuatan sistem informasi manajemen; peningkatan produktivitas perusahaan; dan pemberian training.
2.7.4 Ukuran Proyek Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai kriteria ukuran proyek, sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari jumlah kegiatannya, besarnya biaya, jumlah tenaga kerja, dan waktu yang dibutuhkan. Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan jumlah kegiatan dan
hubungan
antar
kegiatan,
jenis
dan
jumlah
hubungan
antar
kelompok/organisasi dalam proyek, jenis dan jumlah hubungan antar kelompok di dalam organisasi dan pihak luar, dan tingkat kesulitan. Suatu proyek bisa berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun tingkat kesulitannya sedang.
57
2.7.5 Pandangan terhadap Manajemen Proyek Ada cara pandang yang berbeda antara pandangan tradisional dan pandangan baru terhadap manajemen proyek. Beberapa perbedaan antara bagaimana pandangan tradisional dan pandangan baru terhadap manajemen proyek disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek Pandangan Tradisional
Pandangan Baru
Manajemen proyek perlu lebih banyak
Manajemen proyek memungkinkan
orang dan ongkos tambahan
untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dengan ongkos lebih murah, dengan lebih sedikit orang
Keuntungan menurun
Keuntungan akan meningkat
Manajemen proyek meningkatkan
Manajemen proyek akan memberikan
jumlah perubahan cakupan pekerjaan
kontrol yang lebih baik terhadap perubahan cakupan pekerjaan
Manajemen proyek menciptakan
Manajemen proyek organisasi makin
ketidakstabilan dan konflik
efisien dan efektif melalui prinsip perilaku organisasi yang lebih baik
Manajemen proyek menyerahkan
Manajemen proyek memberikan solusi
produk kepada pelanggan Ongkos manajemen proyek membuat
Manajemen proyek meningkatkan
tidak kompetitif
bisnis kita
Manajemen proyek menambah masalah
Manajemen proyek meningkatkan
kualitas
kualitas
Sumber : Budi Santosa, 2009
58
3.8 Manajemen Risiko 2.8.1 Konsep Risiko Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai definisi risiko, diharapkan pemahaman tentang konsep risiko menjadi semakin jelas. Definisi yang pertama adalah risk is the chance of loss yang menyebutkan bahwa risiko adalah kans kerugian, biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Definisi berikutnya adalah risk is the possibility of loss yaitu risiko merupakan kemungkinan kerugian, dimana istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara satu dan nol. Selanjutnya risk is uncertainty yaitu risiko adalah ketidakpastian baik yang bersifat subjektif maupun objektif. Ketidakpastian subjektif merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko, sedangkan ketidakpastian objektif dimaksudkan sebagai frekuensi relatif yang didasarkan atas perhitungan ilmiah. 2.8.2 Manajemen Risiko K3 Tujuan upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan karena adanya suatu bahaya di lingkungan kerja. Karena itu pengembangan SMK3 harus berbasis pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi bahaya yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak diperlukan jika
59
tidak sumber bahaya yang harus dikelola. Perhatikan Gambar 2.3 yang memperlihatkan hubungan bahaya dengan risiko. Keberadaan bahaya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan (Soehatman Ramli, 2010). Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk dapat menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya. Adanya bahaya dan risiko tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3 yang baik. Karena itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang sangat erat dengan manajemen risiko.
Pihak Terdampak (Manusia Lingkungan Material Peralatan)
Kecelakaan
Bahaya
Manajemen K3
RISIKO
Gambar 2.3 Hubungan Bahaya dan Risiko (Sumber : Soehatman Ramli, 2010) 2.8.3 Proses HIRARC dalam Manajemen Risiko Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisasi harus menetapkan prosedur mengenai identifikasi bahaya (Hazards Identification), penilaian risiko (Risk Assessment), dan pengendalian risiko (Risk Control) atau disingkat HIRARC. Keseluruhan proses ini disebut juga manajemen risiko (Risk Management).
60
HIRARC merupakan elemen pokok dalam SMK3 yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Disamping itu, HIRARC juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko. Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap K3. Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam program kerja. HIRARC merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika HIRARC tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah, acak atau virtual, karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi. Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi, pengukuran, pengendalian rekaman dan lainnya adalah untuk menopang atau mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadi sebaliknya, dimana organisasi hanya fokus kepada elemen – elemen pendukung, lengkap dengan prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga kecelakaan masih akan dapat terjadi.
3.9 Konsep Perilaku 2.9.1 Definisi Umum Perilaku Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan. Adakalanya kita bertanya:”mengapa saya melakukan
61
hal itu?” Sigmund Freud adalah orang pertama yang memahami pentingnya motivasi di bawah sadar (Subsconcious Motivation), dimana beliau beranggapan bahwa manusia tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu yang diinginkan, sehingga sebagian besar perilaku mereka dipengaruhi oleh motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan di bawah sadar. Sebagai analogi tentang motivasi kebanyakan orang, dapat kita menggunakan struktur sebuah gunung es. Segmen penting motivasi manusia muncul di bawah permukaan (gunung es tersebut) hal mana tidak selalu terlihat oleh individu yang bersangkutan. Maka oleh karenanya, seringkali hanya sebagian kecil dari motivasi jelas terlihat atau disadari oleh orang yang bersangkutan. Kesatuan dasar perilaku adalah sebuah aktivitas. Sebenarnya semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Guna dapat meramalkan perilaku, para manajer mengetahui motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan apa pada manusia yang menyebabkan timbulnya tindakan tertentu pada waktu tertentu. 2.9.2 Motivasi dalam Perilaku Manusia bukan saja menunjukkan perbedaan dalam kemampuan, tetapi juga ada perbedaan dalam keinginan untuk melakukan sesuatu atau motivasi. Motivasi orang – orang bergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Kadangkadang motif-motif dinyatakan orang sebagai kebutuhan (needs), keinginan (wants), dorongan (drives), atau impuls – impuls di dalam individu yang bersangkutan. Motif – motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka menimbulkan dan mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum perilaku seorang individu. Pada dasarnya motif – motif atau kebutuhan – kebutuhan merupakan sumber terjadinya aksi.
62
2.9.3 Tujuan dalam Perilaku Tujuan – tujuan berada di luar seorang individu, yaitu mereka kadang – kadang dinyatakan sebagai imbalan yang diharapkan ke arah mana motif – motif diarahkan. Tujuan – tujuan tersebut seringkali dinamakan perangsang – perangsang (incentives) oleh para ahli ilmu jiwa. Tetapi sebaiknya kita tidak menggunakan istilah tersebut oleh karena kebanyakan orang mengaitkan imbalan dengan imbalan finansial konkret, seperti upah/gaji yang meningkat, tetapi kita pun harus mengakui bahwa terdapat pula cukup banyak imbalan yang tak berbentuk (intangible rewards) seperti misalnya pujian atau kekuasaan, yang sama pentingnya dalam hal menimbulkan perilaku. Para manajer yang berhasil dalam memotivasi pegawai mereka umumnya menyediakan sebuah lingkungan dimana tersedia tujuan – tujuan (perangsang – perangsang) yang tepat guna pemuasan kebutuhan. Sebuah motif cenderung menyusut kekuatannya, apabila ia dipenuhi atau apabila ia ditahan dari pemuasan. Kebutuhan – kebutuhan berkekuatan tinggi yang dipenuhi kadang – kadang dinyatakan dengan istilah “satisfied”, artinya kebutuhan tersebut telah dipenuhi hingga tingkat dimana kebutuhan lain yang bersangkutan kini lebih kuat. Apabila sebuah kebutuhan berkekuatan tinggi berupa perasaan haus, maka kalau orang minum, hal tersebut cenderung mengurangi kekuatan tersebut dan kebutuhan-kebutuhan lain, kini mungkin menjadi lebih penting.
63
Pemuasan suatu kebutuhan mungkin tertahan. Sekalipun dapat terjadi gejala menyusutnya kekuatan kebutuhan, hal tersebut tidak selalu terjadi pada waktu permulaan. Justru mungkin terdapat tendensi bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan perilaku penyesuaian (coping behavior). Hal tersebut berupa sebuah upaya untuk mengatasi penghalang tersebut dengan jalan pemecahan masalah secara uji coba. Orang yang bersangkutan dapat mencoba aneka macam perilaku guna menemukan sebuah perilaku yang akan mencapai tujuan yang diinginkan atau yang akan mengurangi ketegangan yang timbul karena pemblokiran (blockage). Perhatikan Gambar 2.4 . Secara inisial, perilaku menyesuaikan tersebut mungkin bersifat rasional (J. Winardi, 2004). Mungkin orang tersebut berupaya melakukan macam-macam percobaan ke arah No.1 sebelum ia beralih ke arah No.2 dan hal yang sama diulanginya sebelum akhirnya menuju kearah No.3, dimana akhirnya ia mencapai keberhasilan hingga tingkat tertentu.
64
PEMBLOKIRAN
PEMBLOKIRAN
Perilaku yang
Perilaku yang Dicoba 1
Dicoba 2
KEBUTUHAN KEKUATAN TINGGI
Perilaku yang
Dicoba 3
SUKSES Dilanjutkan Perilaku yang Gambar 2.4. Perilaku Penyesuaian (Coping Behavior) (Sumber : J. Winardi, 2004) Apabila orang-orang berupaya untuk mencapai sesuatu hal tanpa adanya sesuatu hasil, maka mereka mungkin mensubstitusi tujuan – tujuan yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Hubungan antara motif – motif, tujuan, dan aktivitas ditunjukkan dalam bentuk sederhana pada Gambar 2.5 . Ilustrasi skematik tersebut menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi dimana motif – motif seorang individu dikerahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif yang paling kuat menimbulkan perilaku yang atau diarahkan ke arah tujuan atau aktivitas tujuan. Oleh karena tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi aktivitas tujuan ditunjukkan dengan garis putus-putus.
65
Aktivitas yang ditujukan ke arah sasaran
MOTIF
PERILAKU
TUJUAN
Aktivitas Tujuan
Gambar 2.5. Hubungan Perilaku dan Motivasi (Sumber : J. Winardi, 2004) 2.9.4 Hubungan Perilaku K3 dengan Budaya K3 Untuk mengubah budaya K3 bisa dilakukan dengan mengubah mindset (cara pandang) para pekerja. Perubahan mindset bisa dilakukan dari mengubah perilaku. Apa keterkaitan antara mindset dan perilaku. Perilaku adalah tindakan yang dapat diamati atau dilihat. Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang dapat dilihat, dirasa, dan didengar. Oleh karena itu, perilaku dapat diukur sehingga bisa dikelola dan ditingkatkan. System manajemen secara menyeluruh akan mempengaruhi perilaku para pekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku yang member dampak kerugian adalah perilaku yang tidak disadari dan terjadinya dalam waktu yang sangat cepat. Mengapa untuk mengubah budaya K3 perlu focus pada perilaku? Dari hasil analisis terhadap beberapa insiden, disimpulkan bahwa 95% kecelakaan kerja secara langsung berkaitan dengan perilaku tidak selamat sesaat sebelum kejadian kecelakaan kerja. Perilaku bisa diobservasi dan diukur. Insiden – insiden
66
terjadi disebabkan oleh kombinasi beberapa perilaku. Contoh, dari sebuah struktur perancah, toe board dilepas untuk memindahkan beberapa material. Setelah pemindahan material selesai, toe board tersebut tidak dikembalikan ke tempat semula. Sebuah batu bata jatuh dan menimpa seorang pekerja yang sedang bekerja di bawah perancah dan mati. Hanya butuh satu dari perilaku – perilaku terlihat dan dapat diukur dilakukan dengan aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan fatal. Adapun hubungan perilaku dengan mindset : a. Mindset
menggambarkan
keseluruhan
persepsi
yang
terbentuk
oleh
pengamatan dari satu atau beberapa perilaku b. Mindset ada dalam kepala manusia, oleh karena itu dapat diukur dan diamati c. Mindset adalah hal yang dipikirkan, diketahui atau diyakini.
3.10
Kajian Analisis Data
2.10.1 Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/pertanyaan yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2008), populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain. Populasi bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/pertanyaan yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh pertanyaan/objek.
67
Tujuan diadakan populasi adalah agar kita dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi. Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu berkenan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. 2. Sampel Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2008). Bila dalam penelitian populasinya besar, dan peneliti tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti itu dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan sebagai objek penelitian adalah pekerja konstruksi pada proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa Paket 3 sebanyak 137 orang dari populasi pekerja sebanyak 1159 orang Beberapa criteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah: a. Menentukan daerah generalisasi terlebih dahulu b.Member batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi c. Menentukan sumber-sumber informasi tentang populasi d. Memilih teknik sampling dan menghitung jumlah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitiannya
68
2.10.2 Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut Sugiyono (2008), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai macam teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dibagi atau dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Pada penelitian ini digunakan teknik sampling Nonprobability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak member peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi sampel. Dari teknik nonprobability sampling ini dipakai Sampling Insidental yang merupakan teknik penentuan sampel dengan cara menjadikan setiap orang yang dijumpai dan sebagai pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa DuaNgurah Rai-Benoa Paket 3 yang dianggap layak sebagai sumber data.
3.11
Uji Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Penelitian
Sebagaimana diketahui bahwa data mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi suatu penelitian, karena merupakan penggambaran variable yang diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena itu, data dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan suatu instrument yang dipakai dalam mengumpulkan data haruslah memenuhi persyaratan penting yaitu Validitas dan Reliabilitas.
69
2.11.1 Validitas Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu mengkorelasikan skor setiap butir dengan total variable tersebut dengan menggunakan teknik korelasi PPM (Pearson Product Moment) dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006;168), dalam (Riduwan, 2006;110) r hitung =
∑ ∑ ∑
∑ ∑ . ∑ ∑
…………………………(1)
Dimana: r hitung
= Koefisien Korelasi
X
= Variabel Bebas
Y
= Variabel Terikat
n
= Jumlah Responden
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤
r ≤
+1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif
sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel 2.2 interpretasi nilai r sebagai berikut:
70
Tabel 2.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interpretasi Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 - 1,000
Sangat Kuat
0,60 - 0,799
Kuat
0,40 - 0,599
Cukup Kuat
0,20 - 0,399
Rendah
0,00 - 0,199
Sangat Rendah
Sumber : Riduwan 2006
Selanjutnya untuk mencari makna hubungan variable X terhadap Y maka hasil korelasi PPM tersebut dihitung dengan Uji-t dengan rumus: t hitung =
√ √
………………………..…………(2)
Dimana: t hitung
= Nilai t
r
= Nilai Koefisien Korelasi
n
= Jumlah Sampel
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2), Kaidah keputusan:
t hitung > t table berarti valid t hitung < t table berarti tidak valid
71
2.11.2 Reliabilitas Reliabilitas adalah menunjukkan pada tingkat kehandalan sesuatu yang dapat dipercaya dan dapat dihandalkan dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s, rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah (Arikunto, 2002):
= 1 −
∑ "# "$
…………………………(3)
Dimana:
= Reliabilitas Instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan
∑ %&
= Jumlah varian butir
%
= Varian total
Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 artinya instrument dapat dikatakan reliable apabila nilai alpha lebih besar dari r kritis product moment.
2.11.3 Interpretasi Hasil Penelitian Penafsiran atas hasil penelitian terhadap hasil analisis data dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih jauh yang berkaitan dengan hasil penelitian. Selain itu, interpretasi juga dimaksudkan untuk mendapatkan inferensi yang relevan dengan hasil penelitian. Interpretasi yang dilakukan adalah cara terbatas berdasarkan data dan hubungannya dengan penelitian serta dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Interpretasi cara ini akan menghasilkan pengertian yang sempit dan terbatas.
72
3.12
Skala Pengukuran Penelitian Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran maka variabel yang diukur dengan instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif (Sugiyono,2011). Berbagai skala sikap yang digunakan antara lain: 1. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert dapat berupa kata-kata antara lain: a. Sangat Sering
= 5
b. Sering
= 4
c. Kadang-kadang
= 3
d. Hampir Tidak Pernah = 2 e. Tidak Pernah
= 1
73
2. Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “yatidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, dan lain-lain 3. Semantic Differensial Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Differensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis dan jawaban sangat negatifnya terletak di bagian kiri garis. 4. Rating Scale Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dijadikan data kuantitatif. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
3.13
Analisis Regresi
3.13.1 Analisis Regresi Linear Sederhana Secara umum analisis regresi linear sederhana digunakan untuk menganalisis satu variabel dependen dengan satu variabel independen. Persamaan umum analisis regresi linear sederhana adalah: Y = a + bX …………………………..………(4) Keterangan: Y
= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
74
a
= Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)
b
= Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan
X
= Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
3.13.2 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda yaitu didasarkan pada hubungan fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). persamaan umum analisis regresi linear berganda yaitu: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ……. + bnXn ……………(5) Keterangan: Y
= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a
= Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)
b1, bn = Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan X1, Xn = Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Tahap selanjutnya, hasil perhitungan dengan regresi linear berganda tersebut dapat dilakukan analisis sebagai berikut: a. Koefisien Determinan (R2) Menilai koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang dipakai, yang dinyatakan dengan beberapa persen variabel dependent dijelaskan oleh variabel independent di dalam model regresi. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen.
75
b. Uji-F Uji-F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan dengan cara membandingkan F hitung dengan F tabel atau berdasarkan probabilitas pada tingkat signifikan 5%. Kriteria pengambilan keputusan dalam Uji-F adalah apabila F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas/signifikansi regresi lebih kecil dari α yang digunakan, maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tetapi jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas/signifikansi regresi lebih besar dari α yang digunakan, maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. c. Uji-t Uji Parameter Regresi (Uji-t) dilakukan untuk membuktikan dan untuk mengetahui keberartian koefisien regresi parsial, dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel pada tingkat signifikansi 5% atau dengan melihat probabilitas/signifikansi masing-masing regresi. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel atau jika signifikansi lebih kecil dari α yang digunakan berarti variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel bergantung.
76
BAB III METODE PENELITIAN
6.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan serta menganalisisnya sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Metode kualitatif bisa bermakna apabila data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, dan kredibel sehingga tujuan penelitian tercapai. Metode ini tepat digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, perusahaan sebagai objek penelitian, yang bertujuan membuat deskriptif gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
77
6.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 yang terletak di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
a. Denah Lokasi Proyek Jalan Tol
b. Simpang Susun Ngurah Rai Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
78
6.3 Penentuan Sumber Data Populasi pekerja pada proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, Paket 3 adalah berjumlah 1159 orang. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode Sampling Insidental. Teknik penyebaran kuisioner dengan cara meminta bantuan staf PT. Hutama Karya yang terlibat pada proyek Pembangunan Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 untuk menyebarkan kuisioner, atau membagikan langsung pada pekerja konstruksi pada proyek tersebut yang siap bekerja sama dan dijadikan sumber data. Jumlah pekerja yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 137 orang.
6.4 Jenis Data Untuk mendapatkan tujuan akhir dari penelitian, maka data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh dari responden dengan mendistribusikan kuisioner dan atau wawancara langsung kepada pekerja konstruksi yang bersedia dijadikan sampel penelitian. Data primer yang digunakan yaitu hasil jawaban kuisioner yang kemudian dibuatkan tabulasi penilaian jawaban responden (Lampiran 3). 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Unit SMK3L PT. Hutama Karya seperti data umum proyek, RK3K Proyek, data jumlah pekerja, serta literatur – literatur dan media yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
79
6.5 Definisi Operasional Variabel Variabel merupakan gejala yang bervariasi dapat berupa faktor-faktor yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diidentifikasi dalam hubungan pengetahuan K3 dan perilaku pekerja konstruksi antara lain : variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain atau variabel yang disebut variabel prediktor. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah pengetahuan tentang K3 yang terdiri dari: Definisi atau Inisiasi K3 (X1), Sistem Manajemen K3 (X2), Mekanisme Alat Pelindung Diri (X3), Sarana dan Prasarana K3 (X4), Risiko K3 (X5). Variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Perilaku Pekerja Konstruksi (Y). Sesuai dengan tujuan penulisan, maka variabel-variabel yang akan diuji diambil dari konsep tentang variabel yang dapat mempengaruhi perilaku pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3. Variabel – variabel yang akan dianalisis tersebut dibagi menjadi enam kelompok yaitu : 1. Variabel Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) yang terdiri atas : a. Y.1
= Mengutamakan Kerja daripada Pekerjaan Berisiko
b. Y.2
= Membiasakan Perilaku Hidup Sehat
c. Y.3
= Ikut Menjaga Kelestarian Lingkungan
d. Y.4
= Menjaga Kebersihan Lingkungan
e. Y.5
= Menggunakan Fasilitas MCK
80
f. Y.6
= Memakai Helm Safety Saat Bekerja
g. Y.7
= Memakai Masker Saat Bekerja
h. Y.8
= Memakai Safety Belt Saat Bekerja
i. Y.9
= Memakai Safety Harness di Ketinggian
j. Y.10
= Memakai Safety Shoes
k. Y.11
= Mentaati Rambu-rambu K3 Proyek
l. Y.12
= Kesigapan Tanggap Darurat dan Kondisi Bencana
m. Y.13
= Mengikuti Safety Talk (Briefing K3)
n. Y.14
= Mengoperasikan APAR
o. Y.15
= Melakukan P3K
2. Variabel Definisi dan Inisiasi K3 (X1) a. X1.1
= Definisi K3
b. X1.2
= Definisi Sistem Manajemen K3
c. X1.3
= Ahli K3 Konstruksi
d. X1.4
= Petugas K3 Konstruksi
e. X1.5
= Definisi P2K3
f. X1.6
= Rencana K3 Kontrak (RK3K)
g. X1.7
= Audit Internal K3
h. X1.8
= Monitoring dan Evaluasi K3
i. X1.9
= Peraturan Baku terkait K3
j. X1.10 = ISO dan OHSAS
81
3. Variabel Sistem Manajemen K3 (X2) a. X2.1
= SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
b. X2.2
= Adanya Kebijakan K3
c. X2.3
= Prinsip Plan Do Check Action
d. X2.4
= Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
e. X2.5
= Pemenuhan Peraturan Perundang-Undangan
f. X2.6
= Sasaran dan Program
g. X2.7
= Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban
h. X2.8
= Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
i. X2.9
= Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi
j. X2.10 = Dokumentasi k. X2.11 = Pengendalian Dokumen l. X2.12 = Pengendalian Operasional m. X2.13 = Kesiagaan dan Tanggap Darurat n. X2.14 = Pengukuran dan Pemantauan o. X2.15 = Evaluasi Kepatuhan p. X2.16 = Penyelesaian Insiden dan Ketidaksesuaian q. X2.17 = Tindakan Perbaikan dan Pencegahan r. X2.18 = Pengendalian Rekaman s. X2.19 = Audit Internal t. X2.20 = Tinjauan Manajemen u. X2.21 = Perbaikan Berkelanjutan
82
4. Variabel Mekanisme Alat Pelindung Diri (X3) a. X3.1
= Penggunaan APD
b. X3.2
= Pentingnya APD
c. X3.3
= Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kenyamanan Kerja
d. X3.4
= Pengaruh Pengadaan APD terhadap Biaya Konstruksi
e. X3.5
= Briefing Penggunaan APD
f. X3.6
= Penggunaan Safety Helmet
g. X3.7
= Penggunaan Safety Masker
h. X3.8
= Penggunaan Safety Belt
i. X3.9
= Penggunaan Safety Harness
j. X3.10 = Penggunaan Safety Boat k. X3.11 = Penindakan terhadap Pelanggaran Penggunaan APD
5. Variabel Sarana dan Prasarana K3 (X4) a. X4.1
= Tersedianya Sarana K3 yang Memadai
b. X4.2
= Fasilitas MCK yang Layak
c. X4.3
= Tersedianya Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
d. X4.4
= Adanya Tangga Darurat
e. X4.5
= Adanya Tempat Berkumpul (Center Point)
f. X4.6
= Tersedianya Alat-alat Kebersihan Proyek
g. X4.7
= Tersedianya TPS Sampah Proyek
h. X4.8
= Adanya Fire Alarm
i. X4.9
= Adanya First Aid Kit (P3K)
83
j. X4.10 = Adanya Asuransi Tenaga Kerja k. X4.11 = Adanya Signage K3 l. X4.12 = Pentingnya Signage K3 m. X4.13 = Pengaruh Signage K3 terhadap Kelancaran Konstruksi
6. Variabel Risiko K3 (X5) a. X5.1
= Identifikasi Bahaya
b. X5.2
= Manajemen Risiko
c. X5.3
= Risiko K3
d. X5.4
= Risiko Tinggi
e. X5.5
= Risiko Sedang
f. X5.6
= Risiko Kecil
g. X5.7
= Adanya Unsafe Action
h. X5.8
= Adanya Unsafe Condition
i. X5.9
= Penilaian Risiko
j. X5.10 = Pengendalian Bahaya k. X5.11 = Dampak Lingkungan l. X5.12 = Pengaruh Kebersihan terhadap Kesehatan Kerja m. X5.13 = Pengelolaan Limbah Cair n. X5.14 = Pengelolaan Limbah Padat o. X5.15 = Aplikasi Green Building
84
6.6 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data jumlah pekerja yang terlibat, Rencana K3 Kontrak, tool box meeting pada proyek jalan tol, media cetak yang berkaitan dengan proyek jalan tol, beberapa referensi hasil penelitian dan beberapa data lain yang terkait Pengendalian Sistem Mutu dan K3 Lingkungan (PSMK3L). 2. Pengumpulan Data Primer Data primer dikumpulkan dengan metode penyebaran kuisioner dimana responden akan diminta untuk menjawab pertanyaan, yang selanjutnya akan di buatkan tabulasi penilaian responden.
6.7 Skala Pengukuran Semua variabel yang digunakan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Skala Likert. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa skala likert menghasilkan pengukuran variabel dalam Skala Interval (Sakaran: 1992). Ada lima alternatif pengukuran yang digunakan yaitu tipe Skala Likert dengan skor : 5 =
Sangat Tahu/Sangat Penting/Sangat Sering/Sangat Besar
4 =
Tahu/Penting/Sering/Besar
3 =
Kurang Tahu/Kurang Penting/Kadang-kadang/Sedang
2 =
Tidak Tahu/Tidak Penting/Jarang/Kecil
1 =
Sangat Tidak Tahu/Sangat Tidak Penting /Tidak Pernah/ Sangat Kecil
85
6.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas sebuah alat ukur didasarkan pada kriteria instrumen terhadap fakta-fakta yang terjadi di lapangan, dimana validitas instrumen tersebut harus memiliki ketepatan dan kecermatan untuk mendapatkan data yang valid. Cara yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Untuk mengetahui korelasi item pertanyaan satu dengan yang lain digunakan Corrected Item-Total Correlation Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Item instrument dianggap valid jika r hitung > 0,3. Hasil perhitungan untuk uji validitas instrumen pada Lampiran 6. Item pertanyaan dengan nilai korelasi negatif berarti item yang merusak fungsi skala, sehingga item tersebut perlu diperbaiki. Item yang mendekati nol berarti tidak mampu memberikan informasi apapun tentang subyek. Item yang positif berarti mampu memberikan keterangan yang akurat tentang subyek dan mampu membedakan subyek yang mempunyai sikap tertentu. Melakukan uji reliabilitas merujuk kepada konsistensi hasil pengukuran. Kalau hasilnya konsisten, maka instrumen tersebut dapat dipercaya (reliable) atau dapat dihandalkan (dependable). Pada penelitian ini pengujian reliabilitas yang digunakan dengan metode Alpha Cronbach. Koefisien dari Alpha Cronbach berkisar antara 0 sampai 1, untuk nilai kurang dari 0,6 secara umum instrumen dianggap tidak reliabel. Hasil perhitungan untuk uji validitas instrumen pada Lampiran 6.
86
6.9 Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh melalui survey. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ; 1) Statistik Deskriptif Statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa membuat analisis atau kesimpulan yang berlaku untuk umum. Proses transformasi data penelitian dalam bentuk penyajian data, dengan tabel distribusi frekuensi dan penjelasan melalui mean jawaban. 2) Analisis Regresi dan Korelasi Analisis regresi dan korelasi menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel. Analisis regresi yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda untuk mengetahui pengaruh aspek-aspek pengetahuan K3 secara bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi, kemudian Analisis Regresi Linear Sederhana untuk mengetahui pengaruh masing-masing aspek pengetahuan K3 secara parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi Analisis korelasi, untuk mengetahui korelasi pengetahuan K3 dengan perilaku pekerja konstruksi di tempat kerja dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM).
6.10
Cara Penyajian Data Untuk lebih memudahkan dan memahami isi data dan lebih komunikatif,
maka penyajian hasil pengumpulan data dapat dibuat berupa tabel.
87
6.11
Diagram Kerangka Penelitian MULAI
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Kajian Pustaka
Menentukan Sampel dan Variabel Penelitian
Data Primer : • Kuisioner
Data Sekunder : • Data Proyek
Membuat Format Kuisioner
Percobaan Penilaian dan Kuisioner
Uji Validitas dan Reliabilitas Ya Penyebaran Kuisioner Analisis Data / Tabulasi Data Pembahasan Hasil Analisis Data
Simpulan dan Saran
SELESAI Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penelitian
Tidak
88
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pembangunan jalan tol ini dilaksanakan dengan konsep Design and Built, yaitu pengguna jasa menyediakan basic design, kriteria desain dan penyedia jasa yang merencanakan simultan dengan pelaksanaan konstruksi. Adapun Data Umum Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah rai – Benoa adalah sebagai berikut: a. Nama Paket
:
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3, STA 5+308 sd STA 6+092 (Main Road), Simpang Susun Ngurah Rai, STA 0+000 sd STA 1+597 (Jalan Akses Ngurah Rai), Persimpangan Sebidang Jalan Ngurah Rai b. Pemilik Proyek
: PT. Jasa Marga Bali TOL
c. Sumber Dana
: PT. Jasa Marga Bali TOL
d. Lokasi
: Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Prov. BALI,
e. Kontraktor
: WIKA – ADHI – HUTAMA (KSO)
f. Pelaksanaan
: 420 Hari Kalender (Tahun Jamak)
g. Tanggal PHO
: 19 Juni 2013
h. Tanggal FHO
: 18 April 2016
Pada tahap pelaksanaan proyek jalan tol ini, proses pembangunannya dibagi menjadi 4 paket yang secara keseluruhan ditargetkan selesai bersamaan dan direncanakan sudah dioperasikan sebelum pelaksanaan APEC, karena nantinya
89
jalan tol akan menunjang pelaksanaan perhelatan akbar kegiatan tersebut pada Tanggal 7 – 8 Oktober 2013 di Bali. Pada minggu kedua Januari 2012 panitia pengadaan penyedia jasa pemborongan pembangunan jalan tol ini, telah berhasil melaksanakan tugasnya dan konsorsium telah menunjuk pemenang penyedia jasa sebagai berikut : 1. Paket I (Main Road) dari Sta 0+000 – Sta 2+970 dan persimpangan sebidang dengan Bypass Ngurah Rai yang dimenangkan oleh Wika-Adhi-Hutama JO (Joint Operation) dan sebagai lead contractor PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. 2. Paket II (Main Road) dari Sta 2+970 – Sta 5+308 yang dimenangkan oleh PT. Waskita Karya (Persero). 3. Paket III (Main Road) dari Sta 5+308 – Sta 6+090, di simpang susun Ngurah Rai, jalan akses Ngurah Rai dari Sta 0+000 – Sta 1+593, dan persimpangan sebidang dengan Bypass Ngurah Rai dimenangkan oleh Wika-Adhi-Hutama JO dan sebagai lead contractor PT. Hutama Karya (Persero). 4. Paket IV (Main Road) dari Sta 6+090 – Sta 8+122, dan simpang susun Benoa, pelebaran akses Pelabuhan Benoa dari Sta 0+000 – Sta 2+200 dan persimpangan pesanggaran Bypass Ngurah Rai yang dimenangkan oleh PT. Waskita Karya (Persero). Mengingat proyek tol ini melintas di wilayah perairan dan disekitarnya ada hutan bakau, maka pemantauan lingkungan menjadi tugas yang tidak boleh ditinggalkan. Sebelum melaksanakan pekerjaan fisik di lapangan, sudah dilakukan Studi AMDAL dan setiap 6 bulan sekali dilakukan pemantauan lingkungan secara intensif. Karena lokasi pekerjaan sebagian besar ada di tengah laut, maka
90
diupayakan sesedikit mungkin membuat beton di laut dan untuk itu ditetapkan dengan metode precast. Hampir semua girder dan slab memakai precast yang memang ramah lingkungan. Terutama pada bentuk-bentuk penampang badan jalan yang tidak tipikal. Konstruksi jalan tol ini sebagian besar dibuat precast yang ramah lingkungan, sehingga dari sisi gangguan eksistem lingkungan hampir dikatakan tidak muncul. Pekerjaan yang dilakukan secara pracetak bisa mencapai lebih dari 75%.
4.2 Deskripsi Data 4.2.1 Deskripsi Karakteristik Pekerja a. Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur Umur Pekerja (Tahun) 1. 17 – 25 2. 25 – 40 3. > 40 Jumlah Sumber: Tabulasi hasil survei No
Jumlah (Orang) 18 61 58 137
Persentase (%) 13.139 44.526 42.336 100
b. Berdasarkan Kontrak Kerja Tabel 4.2 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kontrak Kerja No 1. 2. 3.
Sifat Kontrak Kerja
Karyawan Tetap Karyawan Lepas Karyawan Kontrak Proyek Jumlah Sumber: Tabulasi hasil survei
Jumlah (Orang) 20 67 50 137
Persentase (%) 14.599 48.905 36.496 100
91
c. Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan Tingkat Pendidikan 1. SMP 2. SMA 3. Sarjana Jumlah Sumber: Tabulasi hasil survei No
Jumlah (Orang) 41 44 52 137
Persentase (%) 29.927 32.117 37.956 100
4.2.2 Deskripsi Penilaian Pekerja Berdasarkan Hasil Survei Berdasarkan hasil survei dari pekerja/responden pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dan informed consent selama satu bulan. Dengan beberapa pertanyaan pada masing – masing variabel, yaitu Definisi dan Inisiasi K3 (Variabel X1), Sistem Manajemen K3 (Variabel X2), Alat Pelindung Diri (Variabel X3), Sarana dan Prasarana K3 (Variabel X4), Risiko K3 (Variabel X5), maka diperoleh tabulasi hasil jawaban responden seperti terlihat pada Lampiran 3 (Tabulasi Penilaian Responden). Dari data tersebut terdapat nilai mean dari masing-masing responden, sebagai nilai representatif dari beberapa pertanyaan sebagai indikator masing-masing variabel. Kemudian nilai tersebut akan digunakan dalam perhitungan regresi yang hasilnya dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen baik secara bersama-sama maupun secara parsial.
92
4.3 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi Secara Bersama - sama Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan Pengaruh Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara bersama – sama adalah metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program software Microsoft Excel . Adapun langkah – langkah dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi. Dari hasil perhitungan dengan program software Microsoft Excel (Data Analyze Regresion), dengan plot data hasil survei (Lampiran 3) didapatkan hasil perhitungan: a. Uji-F Tabel 4.4 Signifikansi Pengaruh Variabel Bersama-sama Regression Residual Total
Df 5 131 136
SS 5.229 71.017 76.246
MS 1.046 0.542
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Keterangan: Df
= Degree of freedom (derajat kebebasan)
SS
= Sum Square (jumlah kuadrat)
MS
= Mean Square (kuadrat tengah)
F
= Significance (Signifikansi)
F 1.929
Significance F 0.094
93
b. Uji - t Tabel 4.5 Uji Parameter Variabel Bersama-sama Variabel
Koef. (B)
SE
t
t - tabel
p(t)
Konstanta X1 X2 X3 X4 X5
3.9717 -1.3711 -0.8311 1.9594 0.3572 -0.1049
0.4647 1.0284 0.4824 0.9418 0.5664 0.0872
8.5475 1.3331 1.7229 2.0803 0.6307 1.2022
1.9782 1.9782 1.9782 1.9782 1.9782 1.9782
0.0000 0.0924 0.0436 0.0197 0.2647 0.1157
CI 95% Lower Upper 3.0525 4.8909 -3.4055 0.6634 -1.7853 0.1232 0.0962 3.8225 -0.7632 1.4777 -0.2774 0.0677
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Dari Tabel 4.5 di atas didapatkan Nilai Konstanta=3.9717, Nilai Koefisien X1=1.3711, Nilai Koefisien X2=-0.8311, Nilai Koefisien X3=1.9594, Nilai Koefisien X4=0.3572, Nilai Koefisien X5=-0.1049. Sedangkan model persamaan regresi yang didapat adalah sebagai berikut : Y = 3.9717 – 1.3711X1 – 0.8311X2 + 1.9594X3 + 0.3572X4 – 0.1049X5 c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi Tabel 4.6 Nilai Korelasi dan Determinasi Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
0.262 0.068 0.033 0.736 137
94
Berdasarkan Tabel 4.6, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.262, Koefisien Determinasi (r square) = 0.068, Penyesuaian Koefisien Determinasi (adjusted r square) = 0.033
4.4 Pengaruh Masing – masing Variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi Secara Parsial Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan pengaruh masing – masing variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara parsial adalah metode Analisis Regresi Linier Sederhana dengan bantuan program software Microsoft Excel . Adapun langkah – langkah dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi. 1. Pengaruh Variabel Definisi dan Inisiasi K3 (X1) terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) a. Uji-F Tabel 4.7 Signifikansi Variabel Definisi dan Inisiasi Regression Residual Total
Df 1 135 136
SS 0.240 76.006 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
MS 0.240 0.563
F 0.426
Significance F 0.515
95
b. Uji – t Tabel 4.8 Uji – t Variabel Definisi dan Inisiasi
Intercept X1
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
3.723 0.072
0.306 0.110
12.168 0.653
0.000 0.515
Lower 95% 3.118 -0.145
Upper 95% 4.329 0.288
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Dari Tabel 4.8 di atas, didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,723 + 0,072X c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi Tabel 4.9 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X1 Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.056 0.003 -0.004 0.750 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Berdasarkan Tabel 4.9, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.056, Koefisien Determinasi (r square) = 0.003, Penyesuaian Koefisien Determinasi (adjusted r square) = -0.004
2. Pengaruh Variabel Sistem Manajemen K3 (X2) terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) a. Uji-F
96
Tabel 4.10 Signifikansi Variabel Sistem Manajemen Regression Residual Total
df 1 135 136
SS 0.059 76.187 76.246
MS 0.059 0.564
F 0.105
Significance F 0.746
Sumber : Data Analisis Regresi Excel b. Uji – t Tabel 4.11 Uji – t Variabel Sistem Manajemen
Intercept X2
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
3.829 0.033
0.285 0.103
13.426 0.324
0.000 0.746
Lower 95% 3.265 -0.170
Upper 95% 4.393 0.237
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,829 + 0,033X c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi Tabel 4.12 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X2 Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.028 0.001 -0.007 0.751 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Berdasarkan Tabel 4.12, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.028, Koefisien Determinasi (r square) = 0.001, Penyesuaian Koefisien Determinasi (adjusted r square) = -0.007
97
3. Pengaruh Variabel Alat Pelindung Diri (X3) terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) a. Uji-F Tabel 4.13 Signifikansi Variabel Alat Pelindung Diri Regression Residual Total
Df 1 135 136
SS 0.454 75.793 76.246
MS 0.454 0.561
F 0.808
Significance F 0.370
Sumber : Data Analisis Regresi Excel b. Uji – t Tabel 4.14 Uji – t Variabel Alat Pelindung Diri
Intercept X3
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
3.653 0.097
0.302 0.108
12.083 0.899
0.000 0.370
Lower 95% 3.055 -0.116
Upper 95% 4.251 0.310
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,653 + 0,097X c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi Tabel 4.15 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X3 Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
0.077 0.006 -0.001 0.749 137
98
Berdasarkan Tabel 4.15, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.077, Koefisien Determinasi (r square) = 0.006, Penyesuaian Koefisien Determinasi (adjusted r square) = -0.001
4. Pengaruh Variabel Sarana dan Prasarana K3 (X4) terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) a. Uji-F Tabel 4.16 Signifikansi Variabel Sarana dan Prasarana Regression Residual Total
Df 1 135 136
SS 0.343 75.903 76.246
MS 0.343 0.562
F 0.610
Significance F 0.436
Sumber : Data Analisis Regresi Excel b. Uji – t Tabel 4.17 Uji – t Variabel Sarana dan Prasarana
Intercept X4
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
3.678 0.087
0.315 0.111
11.664 0.781
0.000 0.436
Lower 95% 3.054 -0.133
Upper 95% 4.301 0.307
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,678 + 0,087X c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi
99
Tabel 4.18 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X4 Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.067 0.004 -0.003 0.750 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Berdasarkan Tabel 4.18, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.067, Koefisien Determinasi (r square) = 0.004, Penyesuaian Koefisien Determinasi (adjusted r square) = -0.003
5. Pengaruh Variabel Risiko K3 (X5) terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) a. Uji-F Tabel 4.19 Signifikansi Variabel Risiko Regression Residual Total
df 1 135 136
SS 0.684 75.562 76.246
MS 0.684 0.560
F 1.223
Significance F 0.271
Sumber : Data Analisis Regresi Excel b. Uji – t Tabel 4.20 Uji – t Variabel Risiko
Intercept X5
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
4.309 -0.098
0.359 0.088
12.005 -1.106
0.000 0.271
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
Lower 95% 3.599 -0.272
Upper 95% 5.019 0.077
100
Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 4,309 - 0,098X c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi Tabel 4.21 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X5 Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.095 0.009 0.002 0.748 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Berdasarkan Tabel 4.21, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.095, Koefisien Determinasi (r square) = 0.009, Penyesuaian Koefisien Determinasi (adjusted r square) = 0.002
101
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Uji Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja 5.1.1 Uji Autokorelasi Tabel 5.1 Nilai Korelasi dan Determinasi Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.262 0.068 0.033 0.736 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel Berdasarkan Tabel 5.1 bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara Pengetahuan K3 dengan Perilaku Pekerja yaitu sebesar 0,262 ( > 0). Sedangkan pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan yaitu sebesar 0,033 (3,3%). Hal ini menunjukkan bahwa hanya 3,3% sumbangan pengaruh yang diberikan faktor – faktor pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja.
5.1.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 secara bersama – sama terhadap Variabel Perilaku Pekerja Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa 3,30% keragaman yang terjadi pada variabel Perilaku Pekerja dapat diduga dari kombinasi variabel Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan Risiko.
102
Sedangkan sisanya dijelaskan atau dipengaruhi variabel lainnya. Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan Pengaruh Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara bersama – sama adalah metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program software Microsoft Excel dan program SPSS . Adapun langkah – langkah dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kombinasi variabel Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan Risiko tidak signifikan untuk menduga variabel Perilaku Pekerja, hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung (1,929) lebih kecil dari F tabel sebesar 2,283 (Lihat Lampiran 7, Nilai Distribusi F) dan nilai significance F sebesar 0,094 > α yang digunakan sebesar 0,05. Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa: a. Variabel X1 (Definisi dan Inisiasi), variabel X2 (Sistem Manajemen), variabel X4 (Sarana Prasarana), dan variabel X5 (Risiko) adalah variabel – variabel yang tidak signifikan memberikan kontribusi dalam persamaan regresi ditunjukkan oleh nilai t variabel X1 sebesar 1,3331 < t tabel (1,9782), nilai t variabel X2 sebesar 1,7229 < t tabel (1,9782), nilai t variabel X4 sebesar 0,6307 < t tabel (1,9782), dan nilai t variabel X5 sebesar 1,2022 < t tabel (1,9782).
103
b. Variabel X3 (Alat Pelindung Diri) adalah variabel yang signifikan memberikan kontribusi dalam persamaan regresi yang ditunjukkan dengan nilai t variabel X3 sebesar 2,0803 > t tabel (1,9782). Sehingga model persamaan regresi yang didapat adalah sebagai berikut : Y = 3.9717 – 1.3711X1 – 0.8311X2 + 1.9594X3 + 0.3572X4 – 0.1049X5 Persamaan tersebut di atas dapat diartikan sebagai berikut: a. Perilaku Pekerja = 3,9717 Konstanta – 1,3711 koefisien regresi Definisi dan Inisiasi – 0,8311 koefisien regresi Sistem Manajemen + 1,9594 koefisien regresi Alat Pelindung Diri + 0,3572 koefisien regresi Sarana dan Prasarana – 0,1049 koefisien regresi Risiko. b. Konstanta sebesar 3,9717 artinya jika variabel Definisi dan Inisiasi, variabel Sistem Manajemen, variabel Alat Pelindung Diri, variabel Sarana dan Prasarana, dan variabel Risiko nilainya 0, maka variabel Perilaku Pekerja nilainya adalah 3,9717. c. Nilai koefisien regresi variabel Definisi dan Inisiasi sebesar – 1.3711 artinya jika variabel independen lainnya yaitu Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Definisi dan Inisiasi mengalami kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan sebesar 1.3711. d. Nilai koefisien regresi variabel Sistem Manajemen sebesar - 0.8311 artinya jika variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Sistem Manajemen mengalami
104
kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan sebesar 0.8311. e. Nilai koefisien regresi variabel Alat Pelindung Diri sebesar 1.9594 artinya jika variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Alat Pelindung Diri mengalami kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami kenaikan sebesar 1.9594. f. Nilai koefisien regresi variabel Sarana Prasarana sebesar 0.3572 artinya jika variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Risiko tetap serta Sarana Prasarana mengalami kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami kenaikan sebesar 0.3572. g. Nilai koefisien regresi variabel Risiko sebesar – 0,1049 artinya jika variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana tetap serta Risiko mengalami kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan sebesar 0,1049.
5.1.3 Pengaruh masing – masing Variabel Pengetahuan K3 secara parsial terhadap Variabel Perilaku Pekerja Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan pengaruh masing – masing variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara parsial adalah metode Analisis Regresi Linier Sederhana
105
dengan bantuan program software Microsoft Excel dan program SPSS. Adapun langkah – langkah dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi.
1. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Definisi dan Inisiasi K3 Dari Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai F hitung (0,426) < F tabel (3,911) dan signifikasi p(f) 0,515 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Definisi dan Inisiasi tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,240 dengan jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square) sebesar 0,003 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,056. Dari tabel Tabel 4.8 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,723 + 0,072X Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek definisi dan inisiasi mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.
2. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Sistem Manajemen K3 Dari Tabel 4.10 diketahui bahwa nilai f hitung (0,105) < f tabel (3,911) dan signifikasi p(f) 0,746 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Sistem Manajemen tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,059 dengan
106
jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square) sebesar 0,001 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,028. Dari Tabel 4.11 maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,829 + 0,033X Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek sistem manajemen mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.
3. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Alat Pelindung Diri Dari Tabel 4.13 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (0,808) < f tabel (3,911) dan signifikasi p(f) 0,370 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Alat Pelindung Diri tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,454 dengan jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square) sebesar 0,006 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,077. Dari Tabel 4.14 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,653 + 0,097X Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek mekanisme penggunaan APD mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.
107
4. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Sarana dan Prasarana K3 Dari Tabel 4.16 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (0,610) < f tabel (3,911) dan signifikasi p(f) 0,436 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Sarana dan Prasarana tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,343 dengan jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square) sebesar 0,004 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,067. Dari Tabel 4.17 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 3,678 + 0,087X Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek sarana dan prasarana mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.
5. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Risiko K3 Dari Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (1,223) < f tabel (3,911) dan signifikasi p(f) 0,271 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Risiko signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,684 dengan jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square) sebesar 0,009 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,095.
108
Dari Tabel 4.20 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu: Y = 4,309 - 0,098X Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek risiko K3 mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam berperilaku mengalami penurunan dengan catatan perhitungan peningkatan nilai perhitungan variabel > 43,969 satuan.
109
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Didapatkan nilai Koefisien Korelasi (r) sebesar 0,262 dan berdasarkan interpretasi koefisien nilai korelasi berada diantara 0,200 – 0,399, artinya terdapat hubungan atau tingkat korelasi yang rendah antara Pengetahuan K3 dengan Perilaku Pekerja. Sedangkan nilai Koefisien Determinasi (adjusted r square) sebesar 0,033 yang artinya hanya sebesar 3,3% dari aspek – aspek Pengetahuan K3 yang berpengaruh terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi dan sisanya sebesar 96,7% dipengaruhi oleh variabel lain. 2. Berdasarkan hasil perhitungan Uji–t dengan menggunakan metode perhitungan Regresi Linier Berganda nilai t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel–variabel pengetahuan K3 (Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana dan Prasarana, Risiko) secara bersama-sama
terhadap
Perilaku
Pekerja
Konstruksi
pada
Proyek
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, Paket 3. 3. Berdasarkan hasil perhitungan Uji–t dengan menggunakan metode perhitungan Regresi Linier Sederhana dari masing–masing variabel Pengetahuan K3 terhadap variabel Perilaku Pekerja Konstruksi yaitu nilai t hitung < nilai t tabel, maka tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel–variabel pengetahuan K3 (Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung
110
Diri, Sarana dan Prasarana, Risiko) secara parsial terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa,Paket 3.
6.2 Saran Saran – saran : 1. Perlu diadakan pelatihan, pembinaan dan informasi yang lebih intensif mengenai K3 oleh pihak berwenang kepada seluruh pekerja yang terlibat pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai- Benoa Paket 3, sehingga pekerja konstruksi bisa lebih memahami dan
mendalami
Pengetahuan K3, baik secara konsep maupun dalam penerapan berperilaku. 2. Karena pengaruh pengetahuan K3 dari aspek-aspek Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan aspek Risiko sangat kecil mempengaruhi perilaku pekerja konstrksi, maka perlu dicoba juga penelitian dilakukan dengan menggunakan aspek-aspek (variabel) lainnya yang memiliki potensi berpengaruh terhadap perilaku pekerja konstruksi.
111
DAFTAR PUSTAKA
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Anonim. 2004. Undang-Undang Ketenagakerjaan Lengkap . Jakarta: Sinar Grafika. Anonim. 2010. Undang-Undang Kesehatan Dan Rumah Sakit 2009 . Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Anonim. 2013. Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandung: Fokus Media. Anonim. 2013. Media Tren Konstruksi (Inspirasi Bagi Profesional). Tangerang: Adil Maju Bersama. Darmawi, H. 1990. Manajemen Risiko . Jakarta : Bumi Aksara. Mahapatni, I.A.P.S. 2012. “Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi di Kabupaten Badung”(tesis). Denpasar: Universitas Udayana Manuhutu,D.J. 2010. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Study Kasus Apartemen Cempaka Mas Jakarta Selatan)”(tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Nawari. 2010. Analisis Regresi Dengan MS Excel 2007 Dan SPSS 17. Jakarta: Gramedia. Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Santosa, B. 2009. Manajemen Proyek Konsep & Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Somad, I. 2013. Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat. Soehatman, R. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & G. Bandung: Alfabeta. Tresnaningsih, E. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja. Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media.
112
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent
113
INFORMED CONSENT Persetujuan Setelah Penjelasan (Mohon uraian di bawah ini dibaca dengan seksama, jika anda setuju nyatakan pada kolom yang sudah disediakan pada bagian akhir penjelasan ini)
Judul Penelitian
:
Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi Pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa
Peneliti
: Made Bayu Sambira Teja
1. Pendahuluan 9.1 Latar Belakang Pelaksanaan konstruksi proyek pembangunan jalan tol ini sebagian besar di atas laut dengan beberapa potensi hambatan yang dihadapi antara lain bekerja di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari, dipengaruhi kondisi pasang surut air laut, angin kencang yang tidak bisa diprediksi. Di samping itu, terdapat beberapa identifikasi bahaya dan risiko pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti perahu terbalik, terkena alat kerja manual, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik, tertimpa benda berat, terkena manuver alat, paparan debu tanah, kemacetan lalu lintas, jatuh ke air dalam, terjepit tiang pancang, suara keras di atas 86 db, terjepit bar cutter/bender, terimpa precast, dan sebagainya. Oleh karena sudah teridentifikasi bahaya dan risiko pekerjaan pada proyek di atas laut ini, maka dari pihak penyedia jasa sudah seharusnya melakukan upaya manajemen yaitu adanya tindakan preventif , tanggap darurat dan mitigasi. Penerapan Safety Induction dan mekanisme penggunaan APD merupakan prioritas bagi keselamatan pekerja. Akan tetapi, pada pelaksanaan di lapangan, masih saja terdapat pekerja yang tidak mengikuti aturan yang sudah menjadi kebijakan mutu dan K3 perusahaan. Ada pekerja yang tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dan mempunyai kebiasaan berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang tahu bagaimana melakukan pekerjaannya dengan aman dan selamat, tetapi tidak dilakukan, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu pengarahan dan bimbingan dari orang lain. Secara umum terdapat ketimpangan antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku pekerja di tempat kerja.
114
9.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3.
9.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti berikut yaitu: 3. Bagi penyedia jasa konstruksi, hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pekerja terkait dengan regulasi yang mengatur K3. 4. Bagi pekerja konstruksi, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pedoman bahwa betapa pentingnya penerapan K3 Konstruksi pada tempat kerja dan bisa mengubah pola perilaku pekerja dari berisiko menjadi mengutamakan keselamatan kerja.
2. Risiko Selama Penelitian Berlangsung Akibat langsung dari penelitian ini terhadap responden khususnya maupun terhadap masyarakat secara umum tidak ada, hanya terganggu aktivitasnya selama pekerjaan pembangunan jalan tol berlangsung 2.1 Hak responden : 1.Responden berhak memberikan saran atau usul terkait dengan perlakuan yang diberikan 2.Karena
penelitian
ini
bersifat
sukarela,
maka
responden
dapat
mengundurkan diri jika menemukan hal – hal yang dirasa merugikan 3. Responden berhak mengetahui hasil penelitian 2.2 Kewajiban responden : 1.Responden diwajibkan untuk mengisi biodata dan semua kerahasiaannya terkait penelitian ini akan tetap dijaga oleh peneliti. 2.Responden diminta untuk mengisi kuisioner saat pekerjaan pembangunan jalan tol berlangsung
115
3.Responden diminta untuk melakukan seluruh perlakuan secara sungguh – sungguh sesuai dengan arahan yang diberikan oleh peneliti
2.3 Hal – hal lain : 1.Walaupun prosedur penelitian dijalankan dengan cermat, apabila terjadi risiko atau ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung, maka akan dirundingkan bersama antara responden dengan peneliti 2.Hasil – hasil penelitian akan sepenuhnya dipakai untuk keperluan keilmuan, tidak untuk kepentingan publikasi 3.Penjelasan ini serta Surat Persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti dan satu untuk responden.
3. Penutup Untuk berlangsungnya penelitian dengan baik, maka mutlak diperlukan kerjasama antara responden dengan peneliti.
116
Surat Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: ………………………………………………………………...
Umur
: ………………………………………………………………...
Jenis Kelamin
: ………………………………………………………………...
Pendidikan
: ………………………………………………………………...
Pekerjaan
: ………………………………………………………………...
Alamat
: ………………………………………………………………... ………………………………………………………………...
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta memahami dan menyadari manfaat dan risiko penelitian yang berjudul : Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi Pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai – Benoa
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas, serta mematuhi segala ketentuan – ketentuan penelitian yang sudah saya pahami, dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini. Denpasar, …………… 2013 Mengetahui, Penanggung jawab penelitian
Yang Menyetujui, Peserta penelitian
( Made Bayu Sambira Teja )
(……………………………)
117 Lampiran 2 Form Kuisioner
118
119
120
121
122
123
124
125 Lampiran 3 Tabulasi Penilaian Responden
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143 Lampiran 4 Pearson Product Moment
144 Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Instrument
145
146 Lampiran 6 Validitas & Reliabilitas Instrument
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Definisi & Inisiasi K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid
10
% 100,0
0
,0
10
100,0
Excluded a Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,964
N of Items 10
Item Statistics
X1.1
Mean 4,3000
Std. Deviation ,82327
N
X1.2
4,2000
1,03280
10
X1.3
3,7000
1,05935
10
X1.4
4,2000
1,03280
10
X1.5
4,4000
1,07497
10
X1.6
4,2000
1,03280
10
X1.7
4,0000
1,24722
10
X1.8
4,2000
1,03280
10
X1.9
3,8000
1,13529
10
X1.10
4,3000
1,05935
10
10
147
Item-Total Statistics
X1.1
Scale Mean if Item Deleted 37,0000
Scale Variance if Item Deleted 72,444
Corrected Item-Total Correlation ,825
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,962
X1.2
37,1000
68,544
,881
,959
X1.3
37,6000
69,600
,790
,962
X1.4
37,1000
69,656
,810
,962
X1.5
36,9000
67,433
,911
,958
X1.6
37,1000
69,878
,795
,962
X1.7
37,3000
66,456
,820
,962
X1.8
37,1000
68,989
,852
,960
X1.9
37,5000
68,056
,819
,961
X1.10
37,0000
67,556
,919
,957
Scale Statistics Mean 41,3000
Variance 84,678
Std. Deviation 9,20205
N of Items 10
148
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Sistem Manajemen K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded a Total
10
% 100,0
0
,0
10
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,975
N of Items 21
149
Item Statistics
X2.1
Mean 4,1000
Std. Deviation 1,10050
N
X2.2
3,9000
,99443
10
X2.3
4,1000
1,10050
10
X2.4
3,9000
1,19722
10
X2.5
4,1000
1,28668
10
X2.6
4,1000
,73786
10
X2.7
4,2000
1,13529
10
X2.8
3,8000
1,13529
10
X2.9
4,1000
1,28668
10
X2.10
4,0000
1,05409
10
X2.11
4,0000
,94281
10
X2.12
4,3000
1,05935
10
X2.13
4,1000
1,19722
10
X2.14
4,0000
1,24722
10
X2.15
4,1000
1,10050
10
X2.16
4,4000
,84327
10
X2.17
4,0000
1,05409
10
X2.18
4,0000
1,15470
10
X2.19
3,9000
1,19722
10
X2.20
4,2000
1,03280
10
X2.21
4,2000
,91894
10
10
150
Item-Total Statistics
X2.1
Scale Mean if Item Deleted 81,4000
Scale Variance if Item Deleted 319,156
Corrected Item-Total Correlation ,761
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,974
X2.2
81,6000
322,267
,757
,974
X2.3
81,4000
320,711
,719
,974
X2.4
81,6000
315,156
,793
,974
X2.5
81,4000
308,489
,888
,973
X2.6
81,4000
328,933
,777
,974
X2.7
81,3000
316,011
,817
,973
X2.8
81,7000
315,344
,834
,973
X2.9
81,4000
310,044
,851
,973
X2.10
81,5000
321,389
,735
,974
X2.11
81,5000
330,944
,538
,976
X2.12
81,2000
315,289
,900
,973
X2.13
81,4000
311,822
,876
,973
X2.14
81,5000
311,389
,848
,973
X2.15
81,4000
318,267
,784
,974
X2.16
81,1000
323,656
,854
,973
X2.17
81,5000
321,167
,741
,974
X2.18
81,5000
312,278
,898
,973
X2.19
81,6000
314,267
,815
,973
X2.20
81,3000
317,567
,860
,973
X2.21
81,3000
326,233
,699
,974
Scale Statistics Mean 85,5000
Variance 350,278
Std. Deviation 18,71571
N of Items 21
151
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel APD
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded a Total
10
% 100,0
0
,0
10
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,950
N of Items 11
Item Statistics
X3.1
Mean 4,1000
Std. Deviation ,99443
N
X3.2
4,0000
1,15470
10
X3.3
3,9000
1,19722
10
X3.4
4,1000
1,10050
10
X3.5
4,5000
,70711
10
X3.6
4,1000
,87560
10
X3.7
4,2000
1,03280
10
X3.8
4,1000
1,19722
10
X3.9
4,1000
1,19722
10
X3.10
4,2000
1,13529
10
X3.11
4,0000
,81650
10
10
152
Item-Total Statistics
X3.1
Scale Mean if Item Deleted 41,2000
Scale Variance if Item Deleted 73,956
Corrected Item-Total Correlation ,816
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,944
X3.2
41,3000
70,456
,883
,941
X3.3
41,4000
71,600
,783
,945
X3.4
41,2000
74,178
,713
,948
X3.5
40,8000
79,067
,742
,948
X3.6
41,2000
78,178
,643
,950
X3.7
41,1000
73,656
,800
,944
X3.8
41,2000
69,511
,899
,940
X3.9
41,2000
69,956
,874
,941
X3.10
41,1000
72,544
,779
,945
X3.11
41,3000
79,122
,627
,950
Scale Statistics Mean 45,3000
Variance 88,900
Std. Deviation 9,42868
N of Items 11
153
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Sarana & Prasarana K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded a Total
10
% 100,0
0
,0
10
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,955
N of Items 13
Item Statistics
X4.1
Mean 4,2000
Std. Deviation ,78881
N
X4.2
4,3000
,94868
10
X4.3
3,7000
1,15950
10
X4.4
3,9000
1,19722
10
X4.5
4,0000
1,15470
10
X4.6
4,1000
,73786
10
X4.7
4,3000
,82327
10
X4.8
4,0000
1,15470
10
X4.9
3,9000
1,19722
10
X4.10
4,0000
1,15470
10
X4.11
4,1000
1,10050
10
X4.12
4,2000
,78881
10
X4.13
4,5000
,84984
10
10
154
Item-Total Statistics
X4.1
Scale Mean if Item Deleted 49,0000
Scale Variance if Item Deleted 101,778
Corrected Item-Total Correlation ,754
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,953
X4.2
48,9000
101,211
,644
,955
X4.3
49,5000
96,278
,737
,953
X4.4
49,3000
93,789
,827
,950
X4.5
49,2000
93,511
,876
,949
X4.6
49,1000
102,767
,741
,953
X4.7
48,9000
100,544
,798
,952
X4.8
49,2000
98,400
,640
,956
X4.9
49,3000
93,789
,827
,950
X4.10
49,2000
93,289
,887
,949
X4.11
49,1000
96,322
,781
,952
X4.12
49,0000
101,778
,754
,953
X4.13
48,7000
98,456
,903
,949
Scale Statistics Mean 53,2000
Variance 114,400
Std. Deviation 10,69579
N of Items 13
155
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Risiko K3
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded a Total
10
% 100,0
0
,0
10
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,964
N of Items 15
Item Statistics
X5.1
Mean 4,2000
Std. Deviation 1,03280
N
X5.2
3,8000
1,13529
10
X5.3
3,8000
1,03280
10
X5.4
4,1000
,99443
10
X5.5
4,3000
1,05935
10
X5.6
4,4000
1,07497
10
X5.7
3,8000
1,03280
10
X5.8
4,1000
,99443
10
X5.9
4,2000
1,03280
10
X5.10
3,9000
1,10050
10
X5.11
4,2000
,91894
10
X5.12
4,1000
,99443
10
X5.13
4,0000
1,15470
10
X5.14
4,0000
1,24722
10
X5.15
4,1000
1,10050
10
10
156
Item-Total Statistics
X5.1
Scale Mean if Item Deleted 56,8000
Scale Variance if Item Deleted 146,844
Corrected Item-Total Correlation ,865
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,960
X5.2
57,2000
146,400
,796
,962
X5.3
57,2000
150,622
,705
,963
X5.4
56,9000
148,989
,806
,962
X5.5
56,7000
145,344
,904
,960
X5.6
56,6000
144,711
,916
,959
X5.7
57,2000
152,844
,613
,965
X5.8
56,9000
148,767
,816
,961
X5.9
56,8000
147,511
,836
,961
X5.10
57,1000
150,100
,677
,964
X5.11
56,8000
152,844
,698
,963
X5.12
56,9000
149,211
,797
,962
X5.13
57,0000
143,556
,891
,960
X5.14
57,0000
145,111
,762
,963
X5.15
56,9000
148,322
,747
,963
Scale Statistics Mean 61,0000
Variance 169,556
Std. Deviation 13,02135
N of Items 15
157
Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Perilaku Pekerja Konstruksi
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded a Total
10
% 100,0
0
,0
10
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,969
N of Items 15
Item Statistics
Y1
Mean 3,7000
Std. Deviation 1,15950
N
Y2
3,8000
1,13529
10
Y3
4,0000
1,15470
10
Y4
4,4000
,84327
10
Y5
4,1000
1,10050
10
Y6
3,8000
1,13529
10
Y7
3,9000
1,19722
10
Y8
4,0000
1,15470
10
Y9
4,0000
1,15470
10
Y10
4,1000
,99443
10
Y11
4,2000
1,03280
10
Y12
4,0000
1,15470
10
Y13
3,9000
1,19722
10
Y14
3,9000
1,19722
10
Y15
4,0000
1,24722
10
10
158
Item-Total Statistics
Y1
Scale Mean if Item Deleted 56,1000
Scale Variance if Item Deleted 177,656
Corrected Item-Total Correlation ,678
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,969
Y2
56,0000
173,111
,855
,966
Y3
55,8000
170,400
,936
,965
Y4
55,4000
178,044
,942
,966
Y5
55,7000
177,789
,714
,969
Y6
56,0000
173,556
,839
,966
Y7
55,9000
175,211
,735
,968
Y8
55,8000
173,956
,810
,967
Y9
55,8000
171,956
,881
,966
Y10
55,7000
182,011
,632
,970
Y11
55,6000
181,822
,613
,970
Y12
55,8000
170,622
,928
,965
Y13
55,9000
170,989
,879
,966
Y14
55,9000
172,100
,841
,966
Y15
55,8000
169,289
,897
,965
Scale Statistics Mean 59,8000
Variance 199,956
Std. Deviation 14,14056
N of Items 15
159 Lampiran 7 Nilai Distribusi F
160
161 Lampiran 8 Analisis Regresi SPSS
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
X5, X4, X2, X3, X1(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
Model Summary
Model 1
R .262(a)
R Square .069
Adjusted R Square .033
Std. Error of the Estimate .7363
a Predictors: (Constant), X5, X4, X2, X3, X1
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
5.231
5
1.046
Residual
71.016
131
.542
Total
76.246
136
F
Sig.
1.930
.094(a)
a Predictors: (Constant), X5, X4, X2, X3, X1 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a)
Model
1
(Constant)
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficients
T
B
Std. Error
Beta
Sig.
3.972
.465
8.548
.000
X1
-1.371
1.028
-1.076
-1.333
.185
X2
-.831
.482
-.695
-1.723
.087
X3
1.960
.942
1.558
2.081
.039
X4
.357
.566
.275
.631
.529
X5
-.105
.087
-.102
-1.202
.231
a Dependent Variable: Y
162
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered X1(a)
Variables Removed
Method Enter
.
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
Model Summary
Model 1
R .056(a)
Adjusted R Square -.004
R Square .003
Std. Error of the Estimate .7503
a Predictors: (Constant), X1 ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.240
1
.240
Residual
76.006
135
.563
Total
76.246
136
F
Sig. .426
.515(a)
a Predictors: (Constant), X1 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a)
Model 1
(Constant) X1
a Dependent Variable: Y
Unstandardized Coefficients B 3.723 .306 .072
.110
Standardized Coefficients Std. Error .056
t Beta 12.167 .653
Sig. .000 .515
163
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered X2(a)
Variables Removed .
Method Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
Model Summary
Model 1
R .028(a)
R Square .001
Adjusted R Square -.007
Std. Error of the Estimate .7512
a Predictors: (Constant), X2 ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.059
1
.059
Residual
76.187
135
.564
Total
76.246
136
F
Sig. .105
.746(a)
a Predictors: (Constant), X2 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a)
Model
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) X2
a Dependent Variable: Y
3.829
.285
.033
.103
t
Std. Error 13.426 .028
.324
Sig. Beta .000 .746
164
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered X3(a)
Variables Removed
Method Enter
.
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
Model Summary
Model 1
R .077(a)
R Square .006
Adjusted R Square -.001
Std. Error of the Estimate .7493
a Predictors: (Constant), X3 ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.454
1
.454
Residual
75.793
135
.561
Total
76.246
136
F
Sig. .808
.370(a)
a Predictors: (Constant), X3 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a)
Model
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) X3
a Dependent Variable: Y
3.653
.302
.097
.108
t
Std. Error 12.083 .077
.899
Sig. Beta .000 .370
165
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered X4(a)
Variables Removed
Method Enter
.
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
Model Summary
Model 1
R .067(a)
R Square .004
Adjusted R Square -.003
Std. Error of the Estimate .7498
a Predictors: (Constant), X4 ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.343
1
.343
Residual
75.903
135
.562
Total
76.246
136
F
Sig. .610
.436(a)
t
Sig.
a Predictors: (Constant), X4 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
Standardized Coefficients B
1
(Constant) X4
a Dependent Variable: Y
3.678
.315
.087
.111
Std. Error 11.664 .067
.781
Beta .000 .436
166
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered X5(a)
Variables Removed
Method Enter
.
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
Model Summary
Model 1
R .095(a)
R Square .009
Adjusted R Square .002
Std. Error of the Estimate .7481
a Predictors: (Constant), X5 ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.684
1
.684
Residual
75.562
135
.560
Total
76.246
136
F
Sig.
1.223
.271(a)
a Predictors: (Constant), X5 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
Standardized Coefficients
B 1
Std. Error
(Constant)
4.309
.359
X5
-.098
.088
a Dependent Variable: Y
t
-.095
Sig. Beta
12.005
.000
-1.106
.271
167 Lampiran 9 Analisis Regresi Microsoft EXCEL
168
169