August
Memberikan Jalan untuk Membuat Perbedaan Open The Pathway to Make A Difference Bunda Teresa, seorang tokoh kemanusiaan yang menjadi panutan banyak orang, semasa hidupnya pernah berkata, “Hanya sedikit orang yang dapat melakukan hal-hal besar, tetapi semua orang dapat melakukan hal kecil dengan cinta kasih yang besar.” Pada bulan Agustus yang lalu, para siswa dari Sekolah Pelita Harapan di Karawaci bersama dengan World Harvest mengajak masyarakat mengambil sebuah langkah sederhana untuk membantu sesama melalui sebuah acara bernama Revamplify. Revamplify adalah pergerakan yang dilakukan oleh 12 orang siswa SMA, yang menginginkan perbaikan bagi Indonesia. Dalam acara yang digelar di World Harvest Center tanggal 1-4 Agustus 2012 ini, para pengunjung diajak untuk mengunjungi berbagai stand menarik dan menyaksikan berbagai potret permasalahan sosial di Indonesia, di antaranya kemiskinan dan meningkatnya seks bebas di kalangan remaja. Mereka juga diajak untuk berpartisipasi dalam games interaktif
1
www.worldharvest.cc
dan bahkan mereka dapat ikut membuat perbedaan di tengah-tengah masyarakat dengan mendukung program dari World Harvest, yaitu program bantuan bagi korban bencana alam (Disaster Relief), kampanye anti seks dan narkoba (No Apologies), anak asuh (Adopt A Child), modal bagi kaum miskin (Microfinance), dan pembangunan sekolah di daerah pra-sejahtera. Seluruh bantuan dana yang terkumpul melalui kegiatan ini akan dialokasikan ke seluruh program bantuan itu. Melalui acara ini, kami ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa siapapun dapat membuat perbedaan. Bantuan sekecil apapun yang kita berikan dengan sepenuh hati dapat membuat perbedaan yang berarti. Mother Teresa, a role model for humanitarian work, once said, “We cannot all do great things, but we can do small things with great love.” At the beginning of August, the students of Pelita Harapan School in Karawaci together with the World Harvest, invite public to help others through an event called Revamplify. Revamplify is a movement performed by 12 high school students who want betterment for Indonesia. At the event, which was held at World Harvest Center in Karawaci from 1-4 August 2012, all of the visitors were invited to see the portraits of some major social problems in Indonesia such as poverty and the increasing rate of free sex among the teenagers. They were also invited to participate in various interactive games and to
www.worldharvest.cc
take part in making a difference in the society by supporting World Harvest’s programs, which are Disaster Relief, ‘No Apologies’ (a character-based program for sex, health and relationship education), Adopt A Child program, Microfinance and school building program in impoverished communities. The fund raised in the event would be contributed to those five distinct causes. Through this event, we wish to convey a message that anyone can make a change. A small support we give wholeheartedly can make a big difference for less fortunate. There is a deep need for change. We want you to feel that need too. We’re 12 young high school students trying to make a difference. Join us today.
2
Bercita-cita Menjadi Seorang Guru I Dream To Be A Teacher
Namaku Yuli Tamelia. Aku berusia 9 tahun. Aku bersama kedua orangtuaku tinggal di sebuah rumah petak di Kampung Sawah, Jakarta Utara. Kini aku duduk di kelas 4 SD. Aku senang dapat bersekolah karena disana aku dapat belajar dan bertemu dengan teman-temanku. Aku juga sangat menyukai pelajaran Matematika. Suatu saat nanti aku bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Untuk itu, aku harus rajin belajar, walaupun aku berada di tengah-tengah situasi
3
yang sulit. Ayahku yang sudah berusia lanjut tidak dapat lagi bekerja, sehingga ibuku harus berusaha sendiri untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarga kami. Sehari-hari, ibuku berjualan mie di sepetak warung kecil di dekat rumah kami. Penghasilan yang ia dapatkan juga tidak terlalu banyak karena masyarakat di sekitar tempat tinggal kami hidupnya paspasan. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pemulung. Tempat tinggal kami letaknya juga tidak jauh dari pusat pembuangan sampah, sehingga terdapat banyak nyamuk dan lalat di sekitar tempat tinggal kami. Tidak jarang aku harus berjuang melawan serangan nyamuk di malam hari saat aku belajar di rumah. Namun, semua kesulitan itu tidak menyurutkan semangatku untuk meraih-cita-citaku. Bersyukur sekali di tengah-tengah kesulitan keuangan keluarga kami, ada orangtua asuh dari World Harvest yang mau membantu meringankan biayaku bersekolah. Berkat bantuan mereka, aku dapat terus berjuang untuk mewujudkan cita-citaku. My name is Yuli Tamelia. I am 9 years old. My parents and I live in a small shack in Kampung Sawah area in North Jakarta. Now, I am in the fourth grade of elementary school. I am very thankful that I can go to school because I can learn and play with my friends. My favorite subject is Mathematics. I dream that one day I will be a teacher. Thus, I know that I should study diligently although I am in the middle of difficult circumstances. My father has retired from his job that my mother has to strive alone to fulfill our family’s needs. She sells noodles every day at a small stall near our house. She does not earn so much money as most of the people in our village also live with a very small income. Most of them work as scavengers. We live close to a landfill that there are so many flies and mosquitoes in our area. It often happens that I have to fight mosquitoes when I study at home in the night. However, those difficulties cannot stop me from pursuing my dream. I am very thankful that in the midst of our financial difficulties, I receive scholarship from a donor through World Harvest. Through their support, I can continue to strive to reach my dream.
www.worldharvest.cc
Medical Check-Up di Kampung Melayu Medical Check-Up in Kampung Melayu Akhir bulan Juli yang lalu, World Harvest bekerjasama dengan tim relawan dari Women of Nation (WON: Komunitas khusus wanita sosialita yang meluangkan waktunya untuk berkumpul dan berbagi sesama anggota, sekaligus berkumpul untuk memberikan bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan) dan Principia (Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi) untuk mengadakan kegiatan bakti sosial di Kampung Melayu, Tangerang. Panas terik tidak menghentikan niat mereka untuk membantu masyarakat di wilayah tersebut yang teramat membutuhkan bantuan mereka. Dalam kesempatan ini, mereka melakukan beberapa kegiatan sosial seperti membagikan sembako kepada keluarga-keluarga yang berkekurangan, menghibur anak-anak, dan terutama membantu jalannya medical check-up bagi anak-anak SD Wahana Harapan. Kegiatan medical check-up ini adalah yang pertama kali diadakan oleh World Harvest di komunitas Kampung Melayu. Dalam kegiatan medical check-up ini, anakanak SD Wahana Harapan Kampung Melayu diperiksa kesehatannya secara menyeluruh untuk mengetahui ada tidaknya penyakit dalam tubuh secara dini. Kegiatan ini diadakan mengingat masih kurangnya sarana kesehatan di wilayah tersebut. Selain mendapatkan layanan kesehatan gratis, anak-anak juga mendapatkan hiburan berupa pertunjukan sulap dan badut. Semua orang yang terlibat dalam kegiatan ini, baik tim relawan maupun anak-anak dan seluruh masyarakat Kampung Melayu, merasakan kegembiraan dengan adanya kegiatan ini.
www.worldharvest.cc
At the end of July this year, World Harvest cooperated with the Women of Nation (WON) and Principia to organize a community service in Kampung Melayu, Tangerang. Despite the hot weather, they were still enthusiast for helping the people in the village who are desperately in need. They did community services by distributing food supplies to poor families, entertaining children, and especially helping to organize medical check-up for the students of Wahana Harapan elementary school. It was the first medical check-up organized by World Harvest in Kampung Melayu. A thorough physical examination was done on the students of Wahana Harapan elementary school to pick up early warning signs of disease or illness. World Harvest organized medical check-up in the village considering the lack of health facilities in the village. Besides of getting free medical care, the children also had the opportunity to watch a magic show and clowns. All of the volunteers, students and Kampung Melayu residents were happy to participate in the event.
4
Bantuan Bahan Makanan Bagi yang Berkekurangan Food Supplies for The Needy Berbagi dengan sesama dapat memberikan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kita. Hal ini jugalah yang dirasakan oleh Ibu Hana Kristanto bersama tim IFGF GISI Belleza yang bekerjasama dengan World Harvest untuk menyelenggarakan acara buka bersama dan bakti sosial di Kapuk Pedongkelan. Setelah berbuka puasa bersama para warga, Ibu Hana dan timnya membagikan sembako kepada keluarga-keluarga di wilayah tersebut yang berkekurangan. Mayoritas warga di sana tidak memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan mereka sangatlah rendah.
5
Maka, mereka merasa sangat terbantu melalui bantuan sembako yang mereka terima. “Saya tersentuh atas kepedulian yang ditunjukkan kepada saya dan berterimakasih atas bantuan yang diberikan,” tutur Ibu Rosila, salah satu warga Kapuk Pedongkelan yang menerima bantuan sembako. Sharing with the needy can bring joy into our hearts. Early in August, Mrs. Hana Kristanto with the IFGF GISI Belleza team cooperated with World Harvest to organize a fast-breaking session and charity for the people in Kapuk Pedongkelan. After having a fast-breaking session with the people there, Mrs. Hana and her team distributed food supplies to the poor families in the village. Most of the villagers did not have a permanent job and they had very low income. Therefore, they greatly appreciated the support given by World Harvest. “I really thank World Harvest for having a concern for us and for their support,” said Mrs. Rosila, one of the villagers who received the food supplies from World Harvest. www.worldharvest.cc
Pengembangan Karakter Anak untuk Masa Depan Children Character Development for A Brighter Future Prestasi besar membutuhkan karakter yang hebat. Menyadari hal ini tim Fokus Pada Keluarga mengadakan dua seminar mengenai pengembangan karakter anak dan bagaimana menjalin hubungan yang sehat, di Universitas Pelita Harapan dan World Harvest pada bulan Agustus yang lalu. Pada kesempatan ini Bapak Jahja Wigijanto menjelaskan kepada para peserta seminar bahwa selain pengetahuan kognitif, anak-anak perlu dilengkapi dengan karakter yang baik untuk dapat berprestasi dan mempertahankannya hingga masa depan mereka. Selain itu, Fokus Pada Keluarga juga mengadakan seminar “No Apologies” yang membeberkan kepada para remaja apa saja faktor yang menjadi pendukung ataupun penghalang sebuah hubungan yang sehat. Dalam seminar ini juga dijelaskan besarnya pengaruh media terhadap kehidupan para remaja masa kini serta konsekuensi dari pergaulan bebas. Seminar ini telah menginspirasi para peserta untuk memilih pergaulan yang sehat demi masa depan mereka. Sedangkan, beberapa peserta di luar Jakarta yang menjadi perwakilan dari daerah mereka masing-masing juga mengungkapkan ketertarikan mereka agar seminar ini juga dapat dilaksanakan di daerah mereka agar para
www.worldharvest.cc
remaja di daerah juga dapat menyadari bahaya dari pergaulan bebas, pornografi, dan narkoba. mereka. Para peserta senang bahwa melalui seminar ini, mereka dapat mendapatkan ideide untuk mengembangkan anak didik mereka. Great achievement requires a good character. Realizing this, Focus on The Family Indonesia organized two seminars regarding children character development and how to make a healthy relationship, at Pelita Harapan University and World Harvest in August. In this opportunity, Mr. Jahja Wigijanto explained to the seminar participants that beside of cognitive knowledge, children also needed to develop a good character to be able to make good achievements in the future. Besides that, Focus on the Family Indonesia organized the “No Apologies” seminar informs to the teenagers, what are the supporting factors and barriers of a healthy relationship. The seminar also reviewed how media greatly affect teenager’s lives and the consequences of free sex and promiscuity. The seminar has inspired the teenage participants to build a healthy relationship so that they can have a brighter future. Not only teenagers were excited to join the seminar, many professionals from various institutions in Indonesia also joined the seminar.
6